You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
BAHASAN UTAMA<br />
Marah,<br />
Ternyata Berbahaya<br />
bagi Kesehatan<br />
Islam mengajarkan kita menempatkan semuanya<br />
sesuai porsinya. Termasuk amarah. Karena<br />
apabila seseorang mengekspresikan amarah<br />
secara negatif dalam jangka waktu yang lama<br />
dan menjadi habit (kebiasaan), maka akan<br />
berdampak buruk pada saraf otak dan risiko<br />
kesehatan lainnya.<br />
Hal itu dikatakan dr. Hafid Algristian,<br />
SpKJ, psikiater yang tergabung dalam Indonesian<br />
Schizophrenia Care Community & Bipolar<br />
Care Community. Meski demikian, ia mengatakan<br />
bahwa amarah perlu untuk diekspresikan,<br />
namun harus diekspresikan dengan kadar yang<br />
dibenarkan.<br />
Psikiater yang sering menjadi pembicara<br />
di beberapa radio dan televisi ini mengawali<br />
penjelasan dengan memperkenalkan otak manusia<br />
yang terdiri dari tiga bagian.<br />
Pertama, cortex (disebut pula higher<br />
brain, atau otak level satu), bagian otak ini<br />
berwarna abu-abu karena banyak sekali sel-sel<br />
saraf yang ada di dalamnya. Inilah yang disebut<br />
sebagai otak berpikir atau otak intelegensi.<br />
Kedua, otak mamalia yang berwarna putih.<br />
Bagian ini sering disebut dengan level dua.<br />
Pada bagian inilah sifat-sifat emosional muncul.<br />
Bagian otak ini juga berperan dalam pembentukan<br />
kebijaksanaan melalui respon pemaafan.<br />
Ketiga, otak paling bawah (level tiga)<br />
atau yang biasa disebut dengan otak reptil.<br />
Karena pada dasarnya reptil bekerja secara<br />
refleks dan spontan. Bagian inilah yang mengatur<br />
segala refleks yang dikeluarkan manusia.<br />
Manfaatnya ketika manusia sedang berada dalam<br />
kondisi bahaya, maka manusia akan cepat<br />
merespon sesuatu karena bagian ini.<br />
Berdasarkan ilmu evolusi, otak manusia<br />
harusnya lebih banyak bekerja menggunakan<br />
higher brain (level otak tertinggi atau cortex).<br />
Karena faktanya dari semua mahkluk hidup,<br />
hanya manusia yang memiliki otak bagian ini.<br />
“Oleh sebab itu kalau seandainya kita marah,<br />
itu respon hewani yang muncul, otak level<br />
kedua lah yang bekerja, sehingga manusia tidak<br />
sempat berpikir jernih,” kata psikiater yang juga<br />
menjadi intruktor tersertifikasi di Indonesian<br />
Board of Hypnotherapist (IBH) ini.<br />
Berdampak pada Peningkatan<br />
Risiko Stroke<br />
Orang yang sering dilanda kemarahan tidak<br />
terkontrol akan meningkatkan risiko stroke.<br />
Pada penderita stroke yang parah, terdapat<br />
cedera pada otak bagian tertinggi (higher brain<br />
atau cortex). Inilah yang membuatnya semakin<br />
sulit untuk mengendalikan amarah.<br />
“Otak bagian higher brain yang terluka<br />
akan menyebabkan seseorang menggunakan<br />
otak level ketiga (otak reptil), yang dikhawa-<br />
12 Majalah Barakah / Edisi Oktober-November 2018