Tantangan-Pembangunan-Sosial-di-Indonesia-2010
Tantangan-Pembangunan-Sosial-di-Indonesia-2010
Tantangan-Pembangunan-Sosial-di-Indonesia-2010
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
C. Dewan Pen<strong>di</strong><strong>di</strong>kan dan Komite Sekolah sebagai Wadah Partisipasi Masyarakat<br />
dalam <strong>Pembangunan</strong> Pen<strong>di</strong><strong>di</strong>kan<br />
Guna memperbaiki model manajemen sekolah, pemerintah mengeluarkan kebijakan<br />
agar sekolah menerapkan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). Menurut Irawan (2004) MBS<br />
adalah model manajemen yang memberikan keleluasaan/kewenangan kepada sekolah untuk<br />
mengelola sekolahnya sen<strong>di</strong>ri dengan meningkatkan keterlibatan warga sekolah dan<br />
masyarakat dalam upaya perbaikan kinerja sekolah dengan tetap memperhatikan standar<br />
pen<strong>di</strong><strong>di</strong>kan nasional.<br />
Mukhlishah (2002) berpendapat bahwa pen<strong>di</strong><strong>di</strong>kan kita selama ini memandang<br />
sekolah sebagai tempat untuk menyerahkan anak <strong>di</strong><strong>di</strong>k sepenuhnya. Sekolah <strong>di</strong>anggap<br />
sebagai tempat segala ilmu pengetahuan dan <strong>di</strong>ajarkan kepada anak <strong>di</strong><strong>di</strong>k. Cara pandang ini<br />
sangat keliru mengingat sistem pen<strong>di</strong><strong>di</strong>kan juga harus <strong>di</strong>kembangkan <strong>di</strong> keluarga. Sekolah<br />
hanyalah sebagai instrumen untuk memperluas cakupan dan memperdalam intensitas<br />
penanaman cita-cita sosial budaya yang tidak mungkin lagi <strong>di</strong>kembangkan melalui<br />
mekanisme keluarga.<br />
Untuk mengoptimalkan peran masyarakat dalam peningkatan mutu pen<strong>di</strong><strong>di</strong>kan perlu<br />
<strong>di</strong>kembangkan model pen<strong>di</strong><strong>di</strong>kan berbasis masyarakat, <strong>di</strong> mana proses pen<strong>di</strong><strong>di</strong>kan tidak<br />
terlepas dari masyarakat dan menja<strong>di</strong>kan masyarakat sebagai basis keseluruhan kegiatan<br />
pen<strong>di</strong><strong>di</strong>kan. Semua potensi yang ada <strong>di</strong> masyarakat apabila dapat <strong>di</strong>berdayakan secara<br />
sistemik, sinergik dan simbiotik, melalui proses yang konsepsional, dapat <strong>di</strong>ja<strong>di</strong>kan sebagai<br />
upaya yang strategis dalam meningkatkan mutu pen<strong>di</strong><strong>di</strong>kan nasional.<br />
Menurut Darwin rahardjo dalam Surya, M., 2002 masyarakat modern mempunyai tiga<br />
sektor yang saling berinteraksi yaitu sektor pemerintah, dunia usaha dan sektor sukarela<br />
(LSM). Ketiga sektor masyarakat tersebut harus mempunyai posisi tawar menawar dan<br />
keman<strong>di</strong>rian sehingga menghasilkan kerjasama yang sinergik dan simbiotik dalam mencapai<br />
tujuan bersama. Hal tersebut dapat <strong>di</strong>ja<strong>di</strong>kan kerangka berfikir dalam upaya memberdayakan<br />
masyarakat dalam satu gugus sekolah untuk meningkatkan mutu pen<strong>di</strong><strong>di</strong>kan.<br />
Berdasarkan Pasal 3 PP No. 39 Tahun 1992 tentang Peran Serta Masyarakat dalam<br />
Pen<strong>di</strong><strong>di</strong>kan <strong>di</strong> era otonomi pen<strong>di</strong><strong>di</strong>kan maupun sebelum pelaksanaan otonomi pen<strong>di</strong><strong>di</strong>kan,<br />
partisipasi masyarakat dapat <strong>di</strong>laksanakan dalam berbagai bentuk seperti:<br />
1) Pen<strong>di</strong>rian dan penyelenggaraan pen<strong>di</strong><strong>di</strong>kan;<br />
2) Pengadaan dan pemberian bantuan tenaga kepen<strong>di</strong><strong>di</strong>kan;<br />
3) Pengadaan dan pemberian bantuan tenaga ahli;<br />
5