x - Acehbooks.org

Malam hari setelah hari pertama pengobatan, pasien mengemukakan
keluhan merasa berat di leher: katanya, air raksa yang digosokkan belum
menyebar dan berkumpul di bagian bawah dari kepala sebelah belakang
ketika pasien tidur telentang. Hal ini dapat diatasi dengan membaca rajah
atau mantera oleh sang guru.
Untuk sekedar memberi gambaran tentang energi yang dipakai menggosokkan
air raksa dapat dilihat dari laporan orang banyak bahwa Teuku
Ne' dari Meura'sa menyerap 10 kati air raksa ke tubuhnya melalui kulit 2 ).
Tetapi "menggosokkan air raksa" bukan satu-satunya cara untuk mendapat
kekebalan. Ada barang tertentu yang cukup dipakai saja guna membuat
tubuh tidak bisa teiiuka.
Peugawe
Salah satu kelompok barang yang menyebabkan kebal itu disebut
peugawe. Barang-barang tersebut dari luarnya nampak seperti masih hidup,
misalnya serangga, ulat, kadal, dst, tetapi sebetulnya terbuat dari besi atau
logam lain yang lebih keras dan tak dapat tergores oleh pisau biasa. Hanya
saja. barang-barang ini hanya dapat ditemukan secara kebetulan di pinggir
jalan atau di hutan. Peugawe berbentuk ulat sangkadu sangat tinggi dihargai.
Pemilik ajimat serupa ini, kalau mau melepasnya, mudah memperoleh
pembeli yang berani membayar sampai jutaan ribu rupiah.
Menurut kepercayaan tahyul, barang-barang ini dulunya mahluk hidup
juga tetapi kemudian menjadi besi atau logam lainnya melalui proses
metamorfosa, yakni perubahan unsur seperti telah disebutkan di atas. Sejenis
peugawe dapat dibuat dengan cara melapis ajeumat (jimat) dengan
e malo (sedimen getah). Ajimat ini juga berubah secara graduil menjadi
besi dan menyebabkan pemakainya tidak bisa terluka. Peugawe yang dibuat
dengan cara demikian disebut baronabeuet (bahr an-nubuwwah = laut
barang-barang kenabian). Barang ini dipakai dengan band sekeliling pinggang.
Kalau barang yang ditemui merupakan benda sekeras besi dalam
bentuk buah-buahan, ini juga disebut peugawe tetapi hanya berfungsi sebagai
peunawa, yakni penangkal racun.
2) Penggosokan dengan air raksa juga dianggap sebagai suatu cara memperoleh kekebalan
di masyarakat Melayu di dataran tinggi Padang.
3')