TRAGEDI MINA
20150928_MajalahDetik_200
20150928_MajalahDetik_200
- No tags were found...
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
INTERVIEW<br />
Video<br />
wujudkan program Sejuta Rumah?<br />
Pada 1970-an, Presiden Soeharto mendirikan<br />
Perumnas dengan meniru Housing and<br />
Development Board (HDB). Bedanya, di Singapura,<br />
HDB diawasi langsung oleh perdana<br />
menteri dan punya dua institusi penyokong<br />
yang sangat kuat, yakni Central Provident<br />
Fund, yang membiayai dan meng-collect dana<br />
untuk membiayai public housing, serta Urban<br />
Redevelopment Authority, yang menguasai<br />
land (bank tanah). Hasilnya, saat ini 90 persen<br />
warga Singapura sudah memiliki rumah yang<br />
disediakan oleh HDB.<br />
Pada era awal itu, Perumnas juga berhasil<br />
membangun perumahan besar-besaran di<br />
seluruh Indonesia, mulai Sabang sampai<br />
Merauke. Misalnya di Depok, yang pada awal<br />
1970-an cuma kelurahan, lalu di Bekasi, Antapani-Bandung,<br />
dan kota lainnya. Pada 1980-an<br />
juga sudah membangun konsep perumahan<br />
vertikal, seperti Rumah Susun Kebon Kacang,<br />
Tanah Abang, dan Klender, juga di Ilir Barat,<br />
Palembang. Hingga awal 1990-an, Perumnas<br />
dapat menyediakan 48 ribu rumah per tahun.<br />
Namun, seiring berjalannya waktu, regulasi-regulasi<br />
berubah dan Perumnas dianggap sebagai<br />
pengembang biasa karena yang disubsidi<br />
cuma pembeli lewat KPR. Rumah dianggap<br />
komoditas komersial biasa, bukan lagi kebutuhan<br />
pokok seperti sandang dan pangan.<br />
MAJALAH DETIK 28 SEPTEMBER - 4 OKTOBER 2015