12.12.2015 Views

MAKALAH TEKNOLOGI PENDIDIKAN

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

KATA PENGANTAR<br />

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Alloh SWT yang telah<br />

memberikan rahmat dan hidayah – Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan<br />

makalah ini yang berjudul “Teori Pembelajaran oleh para ahli”. Makalah ini<br />

dibuat sebagai salah satu tugas individu dalam mata kuliah Teknologi Pendidikan<br />

dan Media Pembelajaran.<br />

Penyelesaian makalah ini tidak terlepas dari bantuan , bimbingan dan<br />

arahan dari berbagai pihak yang terlibat baik secara langsung maupun tidak<br />

langsung.<br />

Akhirnya penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang<br />

telah membantu penulis dalam menyelesaikan tugas makalah ini, semoga dapat<br />

bermanfaat bagi para pembaca.<br />

Medan, Oktober 2015<br />

Penulis<br />

(Siti Nurmalita)


BAB I<br />

PENDAHULUAN<br />

A. Latar Belakang<br />

Ahli pendidikan modern merumuskan bahwa belajar adalah<br />

suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang<br />

yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat<br />

pengalaman dan latihan (Zainal Asril, 2013). Belajar juga<br />

merupakan proses manusia dalam memperoleh pengetahuan atau<br />

menguasai pengetahuan melalui pengalaman, mengingat,<br />

mendapatkan informasi atau menemukan (Hilgard & Bower ).<br />

Inti pembelajaran itu adalah sebagai suatu proses<br />

perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi<br />

antara individu dan individu dengan lingkungannya. Pada<br />

hakikatnya pembelajaran adalah perubahan tingkah laku, baik yang<br />

menyangkut pengetahuan, keterampilan, maupun sikap bahkan<br />

meliputi segenap aspek organisme atau pribadi. Kegiatan<br />

pembelajaran seperti mengorganisasi pengalaman belajar,<br />

mengolah kegiatan pembelajaran, menilai proses dan hasil belajar,<br />

kesemuanya termasuk dalam cakupan tanggung jawab guru. Proses<br />

belajar merupakan hal yang menarik untuk dibicarakan, sehingga<br />

sudah banyak ahli yang mengemukakan teori-teori dan pandanganpandangan<br />

mereka mengenai proses belajar tersebut.<br />

B. Rumusan Masalah<br />

Rumusan masalah yang akan dipaparkan dalam makalah ini adalah<br />

sebagai berikut :<br />

1. Apakah yang dimaksud dengan teori belajar ?<br />

2. Bagaimana teori belajar menurut para ahli?<br />

3. Apa manfaat dari teori belajar


C. Tujuan<br />

Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah :<br />

1. Untuk mengetahui pengertian teori belajar<br />

2. Untuk mengetahui macam-macam dan pengertian teori<br />

belajar oleh para ahli<br />

3. Untuk mengetahui manfaat dari teori belajar


BAB II<br />

PEMBAHASAN<br />

A. Pengertian Teori Belajar<br />

1. Teori Behaviorisme (Tingkah Laku)<br />

Behavariosme merupakan salah satu pendekatan untuk memahami<br />

perilaku individu. Belajar artinya perubahan tingkah laku yang terjadi<br />

berdasarkan paradigm Stimulus-Respon (S-R), yaitu suatu proses memberikan<br />

respon tertentu kepada stimulus yang datang dari luar. Behaviorisme ingin<br />

mengetahui bagaimana perilakunya dikendalikan oleh faktor –faktor<br />

lingkungan.<br />

Dalam arti teori belajar ini lebih menekankan pada perubahan tingkah laku<br />

manusia. Seseorang dianggap telah belajar jika sudah mampu menunjukkan<br />

perubahan tingkah laku, dari yang tidak tidak bisa menjadi bisa, dari yang<br />

tidak tahu menjadi tahu. Pengalaman dan pemeliharaan akan membentuk<br />

perilaku mereka.<br />

Menurut teori ini yang terpenting adalah input/masukan yang berupa<br />

stimulus dan output/keluaran yang berupa respon. Sedangkan yang terjadi<br />

antara stimulus dan respon itu dianggap tidak penting diperhatikan, sebab<br />

tidak diamati. Yang diamati hanyalah stimulus dan respon. Menurut teori ini<br />

apa saja yang diberikan oleh guru (stimulus) dan apa saja yang dihasilkan<br />

oleh pebelajar (respon) semuanya harus dapat diamati, diukur, dan tidak boleh<br />

hanya tersirat (implisit). Factor lain yang terpenting adalah factor penguatan<br />

(reinforcement), baik itu berupa positive reinforcement maupun negative<br />

reinforcement. Reinforcement positive apabila suatu stimulus tertentu (yang<br />

menyenangkan) diberikan sesudah suatu perbuatan dilakukan. Reinforcement<br />

negative apabila suatu stimulus tertentu (yang tidak menyenangkan<br />

ditolak/dihindari.<br />

Ciri dari teori ini adalah terdapat 4 unsure proses Stimulus-Respon (S-R)<br />

berupa (1) dorongan (drive), pebelajar merasakan adanya kebutuhan dan


terdorong untuk memenuhi kebutuhan ini, (2) rangsangan (stimulus),<br />

pebelajar diberikan rangsangan yang dapat memberikan respon, (3) respon,<br />

reaksi terhadap stimulus, (4) penguatan (reinforcement) yang perlu diberikan<br />

kepada pebelajar agar merasakan adanya kebutuhan untuk melakukan respon<br />

kembali. bersifat mekanistis, dan otomatik tanpa membicarakan apa yang<br />

terjadi selama itu dalam diri pebelajar, seperti pikiran , dan sebagainya.<br />

2. Teori Belajar Kognitivisme<br />

Menurut teori kognitivisme belajar bukan hanya pembentukan tingkah laku<br />

yang diperoleh karena pengulangan hubungan S-R dan adanya reward dan<br />

reinforcement, tetapi merupakan fungsi pengalaman-pengalaman perceptual<br />

dan proses kognitif yang mencakup ingatan, retensi, lupa, pengolahan<br />

informasi, dan sebagainya. Dengan kata lain adalah perubahan persepsi dan<br />

pemahaman, karena tidak selalu berbentuk perubahan tingkah laku yang bisa<br />

diamati. Menurut teori ini proses belajar akan berjalan baik bila materi<br />

pelajaran yang baru beradaptasi secara tepat dengan struktur kognitif yang<br />

sudah dimiliki pebelajar. Teori ini lebih mementingka proses belajar daripada<br />

hasil belajar itu sendiri.<br />

3. Teori Belajar Humanistik<br />

Menurut teori ini, tujuan belajar adalah “memanusiakan manusia”. Proses<br />

belajar harus berhulu dan bermuara pada manusia itu sendiri. Proses belajar<br />

dianggap berhasil jika pebelajar telah memahami lingkungan dan dirinya<br />

sendiri. Teori ini lebih tertarik pada ide belajar dalam bentuknya yang paling<br />

ideal daripada belajar seperti apa adanya. Teori ini cenderung bersifat elektif<br />

dalam arti memanfaatkan teknik belajar apapun asal tujuan belajar pebelajar<br />

dapat tercapai<br />

4. Teori Belajar Sibernetik<br />

Menurut teori ini, belajar adalah pengolahan informasi. Yang terpenting<br />

dalam teori ini adalah “system informasi” dari apa yang akan dipelajari<br />

pebelajar. Sedangkan bagaimana proses belajar akan berlangsung, akan sangat<br />

ditentukan oleh system informasi ini. Teori ini berasumsi bahwa tidak ada


satupun jenis cara belajar yang ideal untuk segala situasi, sebab cara belajar<br />

sangat ditentukan oleh system informasi<br />

B. Teori belajar Oleh Para Ahli<br />

1. Teori Behaviorisme<br />

a) Thorndike (Hukum Pengaruh)<br />

Teori belajar Thorndike disebut “Connectionisme” karena belajar<br />

merupakan proses pembentukkan koneksi-koneksi antara stimulus<br />

dan respon. Teori ini sering pula disebut “trial and error learning”,<br />

individu yang belajar melakukan kegiatan melalui proses “trial and<br />

error” dalam rangka memilih respon yang tepat bagi stimulus<br />

tertentu. Hukum yang ditemukan Thorndike melalu experimenexperimennya<br />

yaitu :<br />

1. Law of Readiness, yaitu jika reaksi terhadap stimulus<br />

didukung oleh kesiapan untuk betrindak maka reaksi<br />

menjadi memuaskan.<br />

2. Law of Exercise, jika makin banyak dipraktekkan atau<br />

digunakannya hubungan stimulus dan respon, makin kuat<br />

hubungan itu, dan perlu disertai “reward”.<br />

3. Law of Effect, apabila terjadi hubungan antara stimulus dan<br />

respon yang dibarengi dengan ‘state of affairs” yang<br />

mengganggu, maka kekuatan hubungan menjadi berkurang.<br />

b) Teori Ivan Pavlop (Classical Condition)<br />

Teori ini didasarkan atas reaksi system tak terkontrol dalam<br />

individu dan reaksi emosional yang dikontrol oleh system urat<br />

saraf otonom atau gerak reflex setelah individu menerima stimulus<br />

dari luar.<br />

Stimulus tanpa kondisi (US)<br />

Respon tanpa kondisi (UR)<br />

Stimulus tanpa kondisi (US) merupakan stimulus yang<br />

secara biologis dapat menyebabkan adanya respon dalam bentuk


eflex (UR). Disini respon dapat terjadi tanpa individu harus<br />

melalui proses belajar. Respon tanpa kondisi ini dapat dimodifikasi<br />

dengan jalan mengubah/memberikan stimulus dengan kondisi<br />

tertentu (CS) sehingga akhirnya individu dapat belajar memberikan<br />

respon yang diharapkan (CS)<br />

Classical Conditioning dikenal juga dengan generalisasi<br />

stimulus, yaitu kecenderungan untuk memberikan respon<br />

terkondisi terhadap stimuli yang serupa dengan CS, meskipun<br />

stimuli tersebut belum pernah diberikan bersama-sama dengan US.<br />

c) Teori John B. Watson<br />

Menurut Watson stimulus dan respon haruslah berbentuk<br />

tingkah laku yang dapat diamati (observable). Dengan kata lain,<br />

Watsonn mengabaikan berbagai perubahan mental yang mungkin<br />

terjadi dalam belajar dan menganggapnya sebagai factor yang tak<br />

perlu diketahui. Bukan berarti semua perubahan mental yang<br />

terjadi dalam benak pebelajar tidak penting, tetapi factor-faktor<br />

tersebut tidak dapat menjelaskan apakah proses belajar sudah<br />

terjadi atau belum.<br />

d) Teori Edwin R. Guhtrie<br />

Menurut Guhtrie stimulus tidak harus berbentuk kebutuhan<br />

biologis. Hal terpenting dalam teori Guhtrie adalah bahwa<br />

hubungan antara stimulus dan respon cenderung bersifat<br />

sementara. Oleh karena itu diperlukan pemberian stimulus yang<br />

sering agar hubungan menjadi lebih langgeng. Dalam teori<br />

Guhtrie, sebuah “hukuman” memegang peranan penting dalam<br />

proses belajar, karena suatu hukuman yang diberikan pada saat<br />

yang tepat akan mampu merubah kebiasaan seseorang.<br />

e) Teori Hull<br />

Teori Hull disebut dengan “Drive-Stimulus-Reduction<br />

Theory’ . menurutnya, belajar praktis terjadi secara otomatis pada


waktu organism berinteraksi dengan lingkungannya. Perilaku yang<br />

kompleks dari individu dapat diukur dan diramalkan apabila<br />

psikologi yang bermula pada program yang sistematis untuk<br />

mengembangkan teori yang diturunkan secara logis kemudian<br />

dapat diuji secara empiris.oleh karena itu ia menaruh perhatian<br />

terhadap internal organism, teorinya diidentifikasikan dengan : S-<br />

O-R. Proses belajarnya adalah organism nerupakan mekanisme<br />

yang mempertahankan diri mengadaptasi perilakunya agar<br />

kebutuhan utamanya terpenuhi.<br />

Konsep dan teorinya digambarkan dalam 2 tahap yaitu :<br />

<br />

<br />

Bagaimana belajar terjadi<br />

Bagaimana caranya kekuatan kebiasaan (habit strength) dan<br />

variable lain menentukan stimuli yang akan<br />

membangkitkan respons.<br />

Stimulus dapat membangkitkan respons melalui hubungan<br />

reseptor efektor yang tidak dipelajari yang berasal dari evolusi<br />

organic, melalui hubungan yang dipelajari atau karena timbulnya<br />

kebutuhan.<br />

Skema penguatan kebiasaan :<br />

Stimulus---Reseptor-----pengurangan----efektor---Respon---Tujuan<br />

Saraf-saraf kebutuhan saraf<br />

f) Teori B.F. Skinner (Operant Conditioning)<br />

Teori Sikinner menyatakan bahwa setiap kali memeperoles<br />

stimulus, individu akan mengadakan respon berdasarkan hubungan<br />

S-R. Tingkah laku bukanlah sekedar respon terhadap stimulus<br />

tetapi suatu tindakan yang disengaja atau operant. Operant ini<br />

dipengaruhi oleh apa yang terjadi sesudahnya. Jadi operant<br />

conditioning atau operant learning itu melibatkan pengendalian<br />

konsekuensi.


Tingkah laku ialah perbuatan yang dilakukan seseorang<br />

pada situasi tertentu. Tingkah laku ini terletak diantara 2 pengaruh,<br />

yaitu pengaruh yang mendahuluinya (antecedent) dan pengaruh<br />

yang mengikutinya (konsekuensi). Hal ini dapat dilukiskan sebagai<br />

berikut :<br />

Antecedent (A) ------- Tingkah laku (B) -------- Konsekuensi (C)<br />

Dengan demikian tingkah laku itu dapat diubah dengan<br />

cara mengubah antecedent, konsekuensi, atau keduanya. Menurut<br />

Skinner, konsekuensi itu sangat menentukan apakah seseorang<br />

akan mengulangi suatu tingkah laku pada saat lain diwaktu yang<br />

akan dating.<br />

Kesimpulan dari Skinner setelah melakukan percobaan-percobaan<br />

dengan pemberian penguatan ini adalah :<br />

<br />

Bahwa tiap langkah dalam proses belajar perlu dibuat<br />

pendek-pendek berdasarkan tingkah laku yang pernah<br />

dipelajari sebelumnya<br />

<br />

Pada awal belajar perlu ada penguatan/imbalan,<br />

pengontrolan terhadap pemberian penguatan<br />

<br />

Penguatan harus diberikan secepat mungkin begitu terlihat<br />

respon yang benar<br />

<br />

Individu yang belajar perlu diberi kesempatan untuk<br />

mengadakan genaralisasi dan deskripsi stimulasi yang<br />

diterima<br />

2. Teori Kognitivisme<br />

a) Teori Perkembangan (Jean Piaget)<br />

Menurut teori ini proses belajar sebenarnya terdiri dari 3<br />

tahap yaitu asimilasi, akomodasi, dan equilibrasi (penyeimbangan).<br />

Proses asmilasi adalah proses penyatuan<br />

(pengintegrasian0informasi beau ke struktur kognitif yang sudah


ada dalam benak pebelajar. Proses akomodasi adalah penyesuaian<br />

struktur kognitif ke dalam situasi yang baru. Sedangkan proses<br />

equilibrasi adalah penyesuaian berkesinambungan antara asimilasi<br />

dan akomodasi.<br />

Menurut Pieget, proses belajar harus disesuaikan dengan<br />

perkembangan kognitif yang dilalui pebelajar, yang dibagi dalam 4<br />

tahap yaitu tahap Sensorimotor (usia 1,5-2 tahun), tahap<br />

Praoperasional (2/3-7/8 tahun), tahap Operasional Konkret (7/8-<br />

12/14 tahun), dan tahap Operasional Formal (14 tahun atau lebih).<br />

b) Teori Belajar Penemuan (Jerome Bruner)<br />

Inti belajar menurut Jarome Bruner adalah cara-cara<br />

bagaimana orang memilih, mempertahankan, dan<br />

mengtransformasikan informasi secara aktif. Ada empat tema<br />

pendidikan:<br />

1. Pentingnya arti struktur pengetahuan<br />

2. Kesiapan untuk belajar<br />

3. Nilai intuisi dalam proses pendidikan<br />

4. Motivasi atau keinginan untuk belajar dan cara-cara yang<br />

tersedia pada guru untuk merangsang motivasi itu.<br />

Ada dua dasar asumsi pendekatan Jarome Bruner terhadap belajar<br />

yaitu:<br />

1. Perolehan pengetahuan merupakan proses interaktif.<br />

2. Orang mengkonstrusi pengetahuannya dengan menghubungkan<br />

informasi yang masuk dengan informasi yang dimiliki<br />

sebelumnya .<br />

Bruner beranggapan bahwa semua interaksi-interaksi dengan alam<br />

melibatkan kategori-kategori yang dibutuhkan bagi pengfungsian<br />

manusia. Bruner mengemukakan bahwa ada 3 proses yang yang<br />

terjadi dalam belajar, yaitu:


1. Memperoleh informasi baru<br />

2. Transformasi informasi<br />

3. Menguji relevasi dan ketepatan pengetahuan<br />

c) Teori Belajar Bermakna (Ausubel)<br />

Ausubel (1963:22) adalah orang yang palinga awal<br />

mencetuskan gagasan belajar penerimaan verbal bermakna<br />

(meaningful verbal reception learning) dalam upayananya<br />

mempertahankan metode pembelajaran ekspositori. Ia menyatkan<br />

dalam pembelajaran ini adalah proses yang aktif karena meliputi:<br />

1. Analisis kognitif<br />

2. Penyesuaian materi baru dengan struktur kognitif<br />

3. Perumusan kembali belajar<br />

Dalam teori ini dasar pemikiran utama adalah<br />

konsep/informasi baru harus berhubungan dengan konsep yang<br />

sudah ada dalam kosep kognitif. Oleh karena itu faktor utama yang<br />

mempengaruhi kognitif.<br />

Kebermakanaan materi pelajaran secara potensial tergantung<br />

dalam dua faktor:<br />

1. Materi itu harus memiliki kebermakanaan logis<br />

2. Gagasan-gagasan yang relevan harus terdapat dalam sturktur<br />

kognitif pebelajar.<br />

d) Teori Belajar (Gagne)<br />

Teori ini merupakan perpaduan yang seimbang antara<br />

behaviorisme dan kognitifisme yang berpangkal dalam proses<br />

informasi. Belajar menurut gagne tidak merupakan suatu yang<br />

terjadi secara alamiah, tetapi terjadi karena kondisi-kondisi tertentu<br />

yaitu:


1. Kondisi internal, menyangkut kesiapan pebelajar dan apa yang<br />

telah dipelajari sebelunya (prerequisite).<br />

2. Eksternal, merupakan situasi belajar dan penyajian stimuli<br />

yang secara sengaja diatur oleh guru dengan tujuan<br />

memperlancar proses balajar.<br />

Tiap-tiap jenis belajar memerlukan kondisi-kondisi tertentu yang<br />

perlu dikontrol.<br />

3. Teori Humanistik<br />

a) Teori Kolb<br />

Kolb membagi tahapan belajar menjadi 4,yaitu:<br />

1. Pengalaman konkrit.<br />

2. Pengalaman aktif dan reflektif.<br />

3. Konseptualisasi.<br />

4. Eksperimentasi aktif.<br />

Menurut kolb siklus belajar semacam itu terjadi secara<br />

berkesinambungan dan berlangsung diluar kesadaran pebelajar.<br />

Dengan kata lain meskipun dalam teorinya kita mampu membuat<br />

garis tegas antara tahap satu denga tahap lainya namun dalam<br />

tahap peralihan dari satu tahap ke tahap lainya sering kali terjadi<br />

begitu aja, sulit untuk kita tentukan kapan beralihnya.<br />

b) Teori Honey dan Mumford<br />

Honey dan Mumford membagi pebelajar menjadi 4 macam, yaitu:<br />

1. Tipe aktivis adalah meraka yang suka melibatkan diri pada<br />

pengalaman-pengalaman baru cenderung berfikiran terbuka<br />

dan mudah diajak berdialog, namu biasanya kurang skeptis<br />

terhadap sesuatu.


2. Tipe reflector adalah cenderung behati-hati dalam mengambil<br />

langkah, dalam mengambil keputusan cenderung konservatif<br />

(menimbang-nimbang secara cermat).<br />

3. Tipe teoritis adalah sangat kritis, senang menganalisia dan<br />

tidak menyukai pendapat/penilaian yang bersifat subjektif<br />

(berfikir secara rasional).<br />

4. Tipe pragmatis menaruh perhatian besar kepada aspek-aspek<br />

praktis dalam segala hal.<br />

c) Teori Habermas<br />

Berpendapat belajar sangat dipengaruhi oleh interaksi dengan<br />

lingkungan maupun dengan sesama manusia. Beliau membagi tipe<br />

belajar menjadi tiga macam, yaitu:<br />

1. Belajar teknis yaitu belajar berinteraksi dengan alam<br />

sekelilingnya.<br />

2. Belajar praktis yaitu belajar berinteraksi dengan orang-orang<br />

sekelilingnya.<br />

3. Belajar emansipatoris yaitu berusaha mencapai pemahaman<br />

dan kesadaran yang sebaik mengkin tentang perubahan cultural<br />

dari suatu lingkungan.<br />

d) Teori Perkembangan Kognitif Sosio-Historik (Vygotsky)<br />

Lev Vygotsky mengatakan bahwa jalan pikiran seseorang harus<br />

dimengerti dari latar social budaya dan sejarahnya. Artinya untuk<br />

memahami pikiran seseorang bukan dengan cara menelusuri apa<br />

yang ada dibalik otaknya dan pada kedalaman jiwanya, melainkan<br />

dari asal usul tindakan sadarnya, dari interaksi social yang dilatari<br />

oleh sejarah hidupnya.<br />

Konsep-konsep teori sosiogenesis Vygotsky tentang<br />

perkembangan kognitif yang sesuai dengan revolusi sosiokultural<br />

dalam teori belajar dan pembelajaran adalah:


1. Hukum genetic, yaitu setiap kemempuan seseorang akan<br />

tumbuh dan berkembang melewati dua aturan yaitu tataran<br />

social tempat orang-orang membentuk lingkungan sosialnya<br />

dan tataran psikologis dalam diri orang yang bersangkutan.<br />

2. Zona perkembangan proksimal, yaitu sebagai fungsi-fungsi<br />

atau mempuan-kemapuan yang belum matang yang berada<br />

dalam proses pematanagan. Sebelum terjadi internalisasi pada<br />

anak atau sebelum kemampuan intramental terbentuk, anak<br />

perlu dibantu dalam proses belajarnya.<br />

3. Mediasi, kunci utama memahami proses-proses social dan<br />

psikologis ada tanda-tanda atau lambang-lambang yang<br />

berfungsi sebagai mediator. Tanda dan lambang tersebut<br />

merupak produk dari ligkungan cultural dimana seseorang<br />

berada. Ada dua jenis mediasi yaitu metakognitif (penggunaan<br />

alat-alat semiotic) dan kognitif (untuk memecahkan masalah<br />

yang berkaitan dengan pengetahuan tertentu.<br />

4. Teori Sibernetik<br />

a) Teori Landa<br />

Menurut teori Landa dalam proses belajar yang penting adalah<br />

system informasi dari materi yang dipelajari. Belajar adalah<br />

pengolahan informasi, maka guru yang baik adalah guru yang<br />

mengerti dengan baik materi yang akan dibahas, system-sistem<br />

berfikir dari pebelajar. Proses belajar akan berjalan dengan baik<br />

jika apa yang akan dipelajari itu/masalah yang akan dipecahkan<br />

(system informasi yang akan dipelajari diketahui cirri-cirinya).<br />

Satu hal lebih tepat disajikan dalam urutan teratur, linier, sekuensi,<br />

satu hal lain lebih tepat bila disajikan dalam bentuk “terbuka” dan<br />

member keleluasaan kepada pebelajar untuk berimajinasi dan<br />

berfikir.<br />

Menurut Landa ada dua macam proses berfikir, yaitu:


1. Proses berfikir algorithmik, yaitu berfikir linier, konvergen,<br />

lurus menuju ke suatu target tertentu.<br />

2. Cara berfikir heuristic, yaitu cara berfikir divergen, menuju ke<br />

beberapa target sekaligus.<br />

b) Teori Pask dan Scott<br />

Pendekatan serialis oleh Pask dan Scott itu sama dengan<br />

pendekatan algorithmic namun cara berfikir “menyeluruh”<br />

(wholist) tidak sama dengan heuristik. Cara berfikir menyeluruh<br />

adalah berfikir cenderung melompat kedepan, langsung ke<br />

“gambaran lengkap” sebuah system informasi.<br />

C. Manfaat Teori Belajar<br />

Adapun manfaat dari beberapa teori belajar adalah sebagai berikut:<br />

1. Membantu guru untuk memahami bagaimana pebelajar belajar.<br />

2. Membimbing guru untuk merancang dan merencanakan proses<br />

pembelajaran.<br />

3. Memandu guru untuk mengelola kelas.<br />

4. Membantu guru untuk mengevaluasi proses, perilaku guru sendiri serta hasil<br />

belajar pebelajar yang telah dicapai.<br />

5. Membantu proses belajar lebih efektif, efisien dan produktif.<br />

6. Membantu guru dalam memberikan dukungan dan bantuan kepada siswa<br />

sehingga dapat mencapai hasil yang maksimal.


BAB III<br />

PENUTUP<br />

A. Kesimpulan<br />

Teori Behaviorisme adalah teori belajar yang lebih menekankan pada perubahan tingkah<br />

laku manusia. Seseorang dianggap telah belajar jika sudah mampu menunjukkan<br />

perubahan tingkah laku, dari yang tidak tidak bisa menjadi bisa, dari yang tidak tahu<br />

menjadi tahu. Ahli teori ini adalah Thondike (hukum pengaruh) yang dikenal “trial and<br />

error”, Ivan Pavlop (classical conditioning), John B. Watson teori pengembangan Pavlop,<br />

Edwin R. Guhtrie dengan penerapan prinsip belajar “The Law of association”, Clark Hull<br />

dengan teorinya “Drive - Stimulus – Reduction Theory”, Skinner (Operant<br />

Condotioning). Teori belajar kognitivisme saat ini berpusat pada proses bagaimana suatu<br />

ilmu yang baru berasimilasi dengan ilmu sebelumnya telah dikuasai pebelajar. Teori<br />

belajar humanistik akan sangat membantu kita memahami proses belajar dalam dimensi<br />

luas, jika kita mampu menempatkannya pada konteks yang tepat. Sedangkan untuk teori<br />

belajar sibernetik tidak membahas proses belajar secara langsung sehingga hal ini<br />

menyulitkan penerapannya, teori ini lebih tertarik kepada kerja otak, lebih dekat ke dunia<br />

psikologi dan informasi.<br />

B. Saran<br />

Dengan demikian kami sebagai penyusun makalah berharap kepada semua<br />

pembaca agar mengerti tentang berbagai macam teori belajar, sehingga dapat menjadi<br />

acuan dalam melakukan proses pembelajaran di suatu institusi, dan menerapkannya<br />

sesuai dengan kondisi yang tepat di institusi tersebut.

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!