Buku Pengaturan Penanaman Modal di Indonesia
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
mengeluarkan Undang-undang Nomor 37 Tahun 2000 tentang Penetapan Kawasan<br />
Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Pulau Sabang. Kendatipun sudah<br />
<strong>di</strong>tetapkan regulasinya, kawasan Pulau Sabang <strong>di</strong>nilai lamban perkembangannya. Hal<br />
ini <strong>di</strong>sebabkan adanya kendala dalam implementasinya dan tidak terwujudnya<br />
kepastian hukum. Di samping itu, kon<strong>di</strong>si perekonomian negara secara menyeluruh<br />
ikut mempengaruhi minat investor untuk berinvestasi <strong>di</strong> Pulau Sabang. Masalah<br />
keamanan <strong>di</strong> Aceh juga menja<strong>di</strong> kendala bagi pengembangan Pulau Sabang. Namun<br />
demikian, adanya Undang-undang Nomor 37 Tahun 2000 tentang Penetapan<br />
Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Pulau Sabang, merupakan satu<br />
kebijakan regulasi yang dapat memberikan kepastian hukum. Tugas pemerintah<br />
selanjutnya adalah melakukan promosi yang sungguh-sungguh menjamin keamanan<br />
dalam negeri, khususnya <strong>di</strong> Aceh (pasca MOU antara Pemerintah dengan GAM),<br />
serta menjamin kepastian hukum dalam berinvestasi sesuai dengan Undang-undang<br />
Nomor 36 Tahun 2000 tersebut.<br />
Berbeda halnya dengan pengaturan Pulau Batam sebagai kawasan<br />
perdagangan bebas dan pelabuhan bebas (FTZ-FP). Pembahasan RUU tentang<br />
Penetapan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam tidak sempat<br />
<strong>di</strong>rampungkan oleh DPR-RI periode 1999-2004, dan sampai saat ini DPR-RI maupun<br />
pemerintah belum mengagendakan pembahasan kembali RUU tersebut dalam<br />
Prolegnas, namun Batam sebagai FTZ-FP sudah berkembang pesat melalui kebijakan<br />
regulasi lainnya.<br />
Sebagai perban<strong>di</strong>ngan, dalam penyelenggaraan KEK perlu <strong>di</strong>perhatikan<br />
penyelenggaraan kawasan ekonomi khusus <strong>di</strong> negara lain. Misalnya, Cina telah<br />
memulai membentuk KEK sejak tahun 1979 <strong>di</strong> Zhuhai, Shantao dan Shenzen <strong>di</strong><br />
Provinsi Guangdong dan Zianen <strong>di</strong> Provinsi Fujian. Pada kawasan ini, pemerintah<br />
setempat <strong>di</strong>izinkan untuk mengambil langkah-langkah untuk mendorong<br />
pengembangan ekonomi tanpa perlu persetujuan. Selain itu, kepemilikan swasta dan<br />
investasi asing <strong>di</strong>sahkan <strong>di</strong> kawasan-kawasan ini. Pembangunan KEK ini membawa<br />
101