22.02.2013 Views

PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR : 52 ... - bappeda

PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR : 52 ... - bappeda

PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR : 52 ... - bappeda

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

− 13 −<br />

a. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)<br />

Secara umum terjadinya pengangguran dapat disebabkan beberapa<br />

faktor antara lain : terbatasnya jumlah lapangan kerja yang tersedia,<br />

pertumbuhan penduduk yang relative cepat, iklim usaha yang kurang<br />

kondusif, terjadinya pemulangan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) dari luar<br />

negeri, kualitas SDM yang tidak linier dengan tingkat pendidikan yang<br />

dicapai, dan lebih urban oriented dibanding rural oriented. Sementara<br />

akibat dari tingginya tingkat pengangguran adalah ketidakstabilan sosialekonomi.<br />

Dari hasil pelaksanaan Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas)<br />

bulan Agustus 2009, hampir tidak terlihat adanya dampak krisis ekonomi<br />

global. Pengangguran justru mengalami penurunan ketika terjadi krisis<br />

ekonomi. Namun demikian berkurangnya jumlah penganggur seperti yang<br />

disajikan pada Tabel 2.2., harus dipahami secara hati-hati, agar tidak<br />

menimbulkan persepsi yang salah terhadap kondisi yang ada, khususnya<br />

jika dikaitkan dengan kondisi kesejahteraan penduduk secara luas.<br />

Tabel 2.2. Indikator Ketenagakerjaan Agustus 2005- Agustus 2009<br />

Kegiatan Utama 2005 2006 2007 2008 2009<br />

(1) (2) (3) (4) (5) (6)<br />

1. Bekerja (jutaan) 17,690 17,670 18,.751 18,882 19,305<br />

2. Penganggur (jutaan) 1,646 1,575 1,366 1,296 1,033<br />

3. TPAK (%) 68,77 67,36 68,99 69,32 69,25<br />

4. TPT (%) 8,51 8,19 6,79 6,42 5,08<br />

Sumber : Hasil Sakenas 2007 – 2009, BPS Jawa Timur<br />

Diperkirakan pada kondisi krisis, tenaga kerja Jawa Timur melakukan<br />

mekanisme penyesuaian dengan cara mencari pekerjaan sampingan dan<br />

mempekerjakan anggota rumahtangga usia produktif. Salah satu indikasi<br />

yang bisa ditunjukkan dari hasil Sakernas adalah banyak ibu rumah tangga<br />

yang masuk ke pasar kerja baik sebagai pekerja tidak dibayar/pekerja<br />

keluarga maupun tenaga kerja usia lanjut yang sebenarnya sudah berada<br />

di luar angkatan kerja karena pensiun, dan kembali masuk dalam pasar<br />

kerja sebagai pekerja yang berstatus pengusaha mandiri. Kondisi ini<br />

mengklarifikasikan peranan signifikan sektor informal sebagai penyangga<br />

(buffer) perekonomian. Oleh karena itu sebaiknya berhati-hati dalam<br />

Tabel 2.3.

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!