04.03.2013 Views

Cover dan Balikan.cdr - Pusat Litbang Hutan Tanaman

Cover dan Balikan.cdr - Pusat Litbang Hutan Tanaman

Cover dan Balikan.cdr - Pusat Litbang Hutan Tanaman

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Jurnal Penelitian <strong>Hutan</strong> <strong>Tanaman</strong><br />

Vol. 9 No. 2 , Juni 201 2 , 51 - 62<br />

56<br />

Kelompok dipterocarp non meranti:<br />

up= 0,5764+0,00480-0,00066<br />

2 3<br />

D +0,00000736 D -0,00023 B<br />

2<br />

(R =0,3680)<br />

Kelompok komersial lain:<br />

2 3<br />

up= 7,1901-0,43230+0,0088 D -0,000059 D -<br />

2<br />

0,00075 B (R = 0,9231)<br />

dimana: ug=upgrowth, N=kerapatan<br />

2<br />

(phn/ha), B=luas bi<strong>dan</strong>g dasar (m /ha)<br />

Berdasarkan persamaan di atas, dapat<br />

diketahui bahwa upgrowth pada semua<br />

kelompok jenis berbanding terbalik dengan<br />

fungsi luas bi<strong>dan</strong>g dasar yang mengindikasikan<br />

bahwa semakin rapat kondisi tegakan maka<br />

semakin kecil peluang terjadi upgrowth pada<br />

semua jenis pohon di berbagai tingkatan. Pada<br />

penelitian ini upgrowth berupa perpindahan dari<br />

kelas diameter 20-29 cm ke 30-39 cm ke 40-49<br />

cm ke 50-59 cm ke 60 cm up <strong>dan</strong> tidak mungkin<br />

terjadi lompatan berganda pada kelas diameter di<br />

atasnya karena belum pernah ada riap diameter<br />

pohon dalam hutan alam campuran di atas 10<br />

cm/tahun. Hal ini sekaligus mengindikasikan<br />

bahwa semua pohon dalam tegakan hutan sangat<br />

memerlukan ruang tumbuh yang optimal untuk<br />

pertumbuhannya.<br />

2<br />

Koefisien determinasi (R ) pada kelompok<br />

komersial lain dalam penelitian ini sangat besar,<br />

yaitu 92,31 % sehingga persamaan upgrowth<br />

yang terbentuk dapat menerangkan dinamika<br />

pertumbuhannya secara lebih baik. Namun<br />

2<br />

demikian nilai R pada kelompok meranti <strong>dan</strong><br />

dipterocarp non-meranti masih relatif rendah,<br />

2<br />

yaitu 53,56% <strong>dan</strong> 36,8%. Perbedaan nilai R ini<br />

dapat menunjukkan bahwa kelompok jenis-jenis<br />

dari dipterocarp mempunyai kemampuan<br />

adaptasi yang cukup tinggi terhadap persaingan<br />

yang terdapat di hutan alam campuran,<br />

sebaliknya kelompok komersial lain sangat<br />

terpengaruh oleh kerapatan tegakan hutan, yaitu<br />

semakin tinggi kerapatan tegakan makin rendah<br />

ingrowth-nya. Beberapa penelitian upgrowth<br />

juga memberikan nilai koefisien determinasi<br />

yang relatif kecil, seperti pada penelitian<br />

Buongiomo et al. (1995) sebesar 1,3% - 40%;<br />

Volin <strong>dan</strong> Buongiorno (1996) sebesar 6% - 14%;<br />

Favrichon (1998) sebesar 5% - 22% <strong>dan</strong><br />

Favrichon and Kim (1998) sebesar 57% - 71%.<br />

Menurut Suhen<strong>dan</strong>g (1998), rendahnya nilai<br />

determinasi di hutan alam disebabkan tidak<br />

terkendalinya pengaruh berbagai faktor<br />

lingkungan yang terdapat di dalam hutan alam<br />

campuran, baik faktor lingkungan hayati, non<br />

hayati serta interaksi diantara faktor-faktor<br />

tersebut.<br />

C. Mortality<br />

Mortality adalah banyaknya pohon yang mati<br />

dalam tegakan hutan dalam satuan waktu<br />

tertentu. Dalam penelitian mortality berarti<br />

jumlah pohon yang mati dalam kelompok <strong>dan</strong><br />

diameter tertentu selama satu tahun. Kematian<br />

pohon dalam hutan yang dikelola dapat<br />

disebabkan faktor alam <strong>dan</strong> faktor disturbance,<br />

seperti penebangan, sehingga sulit mengaitkan<br />

kematian pohon dalam hutan ini hanya sekedar<br />

dari faktor alam saja. Berdasarkan hasil penelitian<br />

Elias et al. (1997) <strong>dan</strong> Sist and Bertault<br />

(1998) bahwa tingkat kerusakan tegakan tinggal,<br />

yang dapat bermuara pada kematian, sangat berkaitan<br />

dengan intensitas penebangan yang dilakukan.<br />

Kematian akibat pencurian kayu <strong>dan</strong><br />

kebakaran hutan ( catastropic) tidak diperhitungan<br />

dalam persamaan mortality.<br />

Persamaan<br />

mortality dalam penelitian ini sebagai berikut:<br />

Kelompok meranti:<br />

2<br />

m= 1,2667-0,0891D+0,0022D -<br />

3 2<br />

0,000018D R = 0,4577<br />

Kelompok dipterocarp non meranti:<br />

2<br />

m= 2,0775-0,1111D+0,00186D -<br />

3 2<br />

0,0000091D R = 0,4745<br />

Kelompok komersial lain<br />

2<br />

m= 5,1179-0,2896D+0,0057D -<br />

3 2<br />

0,000038D R = 0,4779<br />

dimana: m = mortality,<br />

D = diameter (cm).<br />

Nilai koefisien determinasi dalam persamaan<br />

mortality ini berkisar antara 45,77% sampai<br />

47,79% sehingga hanya besaran itulah yang<br />

mampu memberi informasi tingkat kematian<br />

pohon dalam hutan berdasarkan kelas<br />

diameternya. Nilai koefisien determinasi yang<br />

rendah dalam persamaan ini juga disebabkan<br />

oleh penggunaan kelompok pohon, karena<br />

membangun persamaan menggunakan individu<br />

pohon dalam hutan alam campuran sangat sulit<br />

dilakukan disebabkan jumlahnya yang sangat<br />

banyak serta kesulitan mendapatkan sampel<br />

pohon dalam setiap kelas diameternya. Faktorfaktor<br />

lain yang masih belum terakumulasi dalam<br />

persamaan ini, seperti hama penyakit, gulma,<br />

faktor edafis <strong>dan</strong> iklim mikro. Terdapat<br />

kecenderungan bahwa semakin besar diameter<br />

pohon maka semakin tinggi peluang untuk mati.<br />

Fenomena ini dapat membatasi keberadaan<br />

pohon sampai mencapai diameter yang tidak

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!