faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja ... - BAPPEDA Aceh
faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja ... - BAPPEDA Aceh
faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja ... - BAPPEDA Aceh
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA<br />
MANAJERIAL SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH<br />
(SKPD) PADA PEMERINTAH KABUPATEN ACEH TENGAH<br />
FACTORS AFFECTING MANAGERIAL PERFORMANCE IN<br />
DISTRICTS DIRECTORATES (SKPD) IN DISTRICT OF<br />
ACEH TENGAH<br />
Oleh : Nadirsyah 1 , M.Rizal Yahya 2 dan Gunawan Putra 3<br />
Abstrak<br />
Tujuan penelitian ini untuk menguji secara empiris dan menganalisis<br />
<strong>faktor</strong>-<strong>faktor</strong> <strong>yang</strong> <strong>mempengaruhi</strong> <strong>kinerja</strong> manajerial satuan kerja<br />
perangkat daerah (SKPD) pemerintah Kabupaten <strong>Aceh</strong> Tengah.<br />
Faktor-<strong>faktor</strong> tersebut meliputi skedul penyusunan anggaran,<br />
kejelasan sasaran anggaran dan struktur desentralisasi. Populasi<br />
penelitian berjumlah 42 Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di<br />
lingkungan Kabupaten <strong>Aceh</strong> Tengah dengan jumlah responden<br />
sebanyak 140 orang <strong>yang</strong> terdiri dari Kepala SKPD, Sekretaris<br />
SKPD, Kepala Bagian dan Kepala Bidang. Pengumpulan data<br />
dilakukan dengan kuesioner dan analisis data menggunakan<br />
analisis regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa<br />
ketepatan skedul penyusunan anggaran, kejelasan sasaran anggaran<br />
dan struktur desentralisasi secara parsial berpengaruh terhadap<br />
<strong>kinerja</strong> manajerial SKPD.<br />
Kata Kunci : Ketepatan skedul penyusunan anggaran, kejelasan<br />
sasaran anggaran, struktur desentralisasi, <strong>kinerja</strong><br />
manajerial<br />
1,2 Dosen pada Fakultas Ekonomi Unsyiah Banda <strong>Aceh</strong><br />
3 Staf pada Pemda Kabupaten <strong>Aceh</strong> Tengah<br />
99
Abstract<br />
The purpose of this study to test empirically and analyze the factors<br />
that influence the managerial performance of the work unit (SKPD)<br />
<strong>Aceh</strong> Tengah District government. Such factors include budget<br />
preparation schedule, clarity of budget targets and decentralized<br />
structure. The study population totaled 42 Unit (SKPD) in <strong>Aceh</strong><br />
Tengah District neighborhood with a number of respondents as many<br />
as 140 people consisting of Chief SKPD, SKPD Secretary, Head of<br />
Department and Head of Division. Data was collected through<br />
questionnaires and analysis of data using multiple regression<br />
analysis. The results showed that the precision of schedule, budget<br />
preparation, budget goal clarity and partially decentralized structure<br />
affects managerial performance SKPD.<br />
Keywords: Timeliness of budget schedule, budget goal clarity,<br />
decentralization structure, managerial performance<br />
PENDAHULUAN<br />
Kinerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) telah menjadi<br />
fokus perhatian masyarakat saat ini, terutama sejak timbulnya iklim<br />
<strong>yang</strong> lebih demokratis dalam pemerintahan. Masyarakat mulai<br />
mempertanyakan nilai <strong>yang</strong> mereka peroleh atas pelayanan <strong>yang</strong><br />
dilakukan oleh instansi pemerintah daerah. Aparatur pemerintah<br />
daerah harus dapat memberikan pelayanan prima kepada masyarakat<br />
dan memiliki profesionalisme <strong>yang</strong> tinggi, produktif, transparan,<br />
bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme. Lembaga Administrasi<br />
Negara - LAN (2004) menyatakan bahwa <strong>kinerja</strong> adalah gambaran<br />
mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/<br />
program/kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan<br />
visi organisasi. Kinerja SKPD sering dilihat dari capaian realisasi<br />
anggaran.<br />
Banyak <strong>faktor</strong> <strong>yang</strong> dapat <strong>mempengaruhi</strong> <strong>kinerja</strong> SKPD antara<br />
lain ketepatan skedul penyusunan anggaran, kejelasan sasaran<br />
anggaran, dan stuktur desentralisasi. Ketepatan skedul penyusunan<br />
anggaran sangat penting bagi tercapai realisasi anggaran <strong>yang</strong><br />
maksimal. Apabila proses penyusunan anggaran sudah tidak sesuai<br />
100
dengan skedul <strong>yang</strong> telah ditetapkan maka sudah pasti akan membawa<br />
efek, berupa terlambatnya pengesahan dan pelaksanaannya.<br />
Rendahnya daya serap anggaran merupakan akibat dari terlambatnya<br />
pengesahan APBD karena kegiatan <strong>yang</strong> telah direncanakan tidak<br />
dapat diselesaikan dalam 1 (satu) tahun anggaran, hal ini akan<br />
berdampak pada rendahnya <strong>kinerja</strong> SKPD dalam menyelesaikan<br />
kegiatan <strong>yang</strong> telah ditetapkan. Keterlambatan pengesahan APBD<br />
juga akan berdampak pada tertundanya penyaluran dana perimbangan,<br />
yakni dana alokasi umum (DAU) sebesar 25% dari pagu <strong>yang</strong> telah<br />
ditetapkan, sebagaimana <strong>yang</strong> disebutkan dalam Peraturan Menteri<br />
Keuangan Nomor 46/PMK.02/2006.<br />
Faktor lainnya <strong>yang</strong> mempenaruhi <strong>kinerja</strong> adalah kejelasan<br />
sasaran anggaran. Kejelasan sasaran anggaran akan memudahkan<br />
SKPD untuk menyusun rencana kegiatan dengan tujuan <strong>yang</strong> ingin<br />
dicapai oleh pemerintah daerah, sehingga anggaran dapat dijadikan<br />
tolok ukur pencapaian <strong>kinerja</strong> dengan kata lain kualitas anggaran<br />
daerah dapat menentukan kualitas pelaksanaan fungsi-fungsi<br />
pemerintah daerah. Sehingga terdapatnya sasaran anggaran <strong>yang</strong> jelas<br />
akan lebih meningkatkan pencapaian <strong>kinerja</strong> dalam suatu organisasi.<br />
Menurut Kenis (1979), kejelasan sasaran anggaran merupakan<br />
sejauhmana tujuan anggaran ditetapkan secara jelas dan spesifik<br />
dengan tujuan agar anggaran tersebut dapat dimengerti oleh orang<br />
<strong>yang</strong> bertanggung jawab atas pencapaian sasaran anggaran tersebut.<br />
Oleh sebab itu sasaran anggaran pemerintah daerah harus dinyatakan<br />
secara jelas, spesifik dan dapat dimengerti oleh mereka <strong>yang</strong><br />
bertanggung jawab untuk melaksanakannya, dan juga menyatakan<br />
bahwa penetapan tujuan spesifik akan lebih produktif. Hal ini akan<br />
mendorong karyawan/staf untuk melakukan <strong>yang</strong> terbaik bagi<br />
pencapaian tujuan <strong>yang</strong> dikehendaki sehingga berimplikasi pada<br />
peningkatan <strong>kinerja</strong>.<br />
Faktor berikutnya <strong>yang</strong> <strong>mempengaruhi</strong> <strong>kinerja</strong> adalah struktur<br />
desentarliasi. Struktur desentralisasi dalam suatu organisasi akan<br />
memberikan kewenangan dan tanggung jawab <strong>yang</strong> lebih besar dalam<br />
penyusunan anggaran dari pimpinan SKPD kepada bawahannya.<br />
Struktur organisasi <strong>yang</strong> disertai dengan tingkat struktur sentralisasi<br />
<strong>yang</strong> tinggi, menunjukkan bahwa semua keputusan <strong>yang</strong> penting akan<br />
ditentukan pimpinan (manajemen) puncak, sementara manajemen<br />
pada tingkat menengah atau bawahannya hanya mempunyai sedikit<br />
101
wewenang didalam pembuatan keputusan. Sedangkan struktur<br />
desentralisasi <strong>yang</strong> tinggi maka akan memberikan gambaran <strong>yang</strong><br />
sebaliknya, yaitu pimpinan puncak mendelegasikan wewenang dan<br />
pertanggungjawaban pada bawahannya, dan bawahan tersebut diberi<br />
kekuasaan atau wewenang untuk membuat berbagai macam keputusan<br />
(Riyadi, 1998).<br />
Penelitian mengenai hubungan ketepatan skedul penyusunan<br />
anggaran dengan <strong>kinerja</strong> manajerial belum banyak dilakukan, Syafrial<br />
(2009) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa terdapat hubungan<br />
<strong>yang</strong> tidak signifikan antara ketepatan skedul penyusunan anggaran<br />
dengan <strong>kinerja</strong> manajerial. Sedangkan penelitian mengenai hubungan<br />
kejelasan sasaran anggaran dengan <strong>kinerja</strong> manajerial belum<br />
didapatkan hasil <strong>yang</strong> konsisten. Kenis (1979), Abdullah (2004),<br />
Kusumaningrum (2010) dan Zainura (2010) mengatakan terdapat<br />
hubungan <strong>yang</strong> signifikan antara kejelasan tujuan anggaran dengan<br />
<strong>kinerja</strong> instansi pemerintah. Sebaliknya penelitian Adoe (2002) dan<br />
Bangun (2009) mengatakan tidak terdapat hubungan <strong>yang</strong> signifikan<br />
antara kejelasan tujuan anggaran dengan <strong>kinerja</strong> instansi pemerintah.<br />
Sedangkan penelitian mengenai hubungan struktur desentralisasi<br />
dengan <strong>kinerja</strong> manajerial, Syafruddin (2005) dan Bangun (2009)<br />
mengatakan terdapat hubungan <strong>yang</strong> signifikan antara struktur<br />
desentralisasi dengan <strong>kinerja</strong> manajerial SKPD.<br />
Penelitian ini mencoba mereplikasi beberapa penelitian<br />
sebelumnya dengan mengambil lokasi di Kabupaten <strong>Aceh</strong> Tengah.<br />
Kabupaten ini juga tidak terlepas dari permasalah <strong>kinerja</strong> beberapa<br />
SKPD <strong>yang</strong> belum menunjukkan hasil <strong>yang</strong> maksimal.<br />
Penelitian ini bertujuan: (1) Untuk menguji dan menganalisis<br />
pengaruh ketepatan skedul penyusunan anggaran terhadap <strong>kinerja</strong><br />
manajerial SKPD pada pemerintah kabupaten <strong>Aceh</strong> Tengah. (2) Untuk<br />
menguji dan menganalisis pengaruh kejelasan sasaran anggaran<br />
terhadap <strong>kinerja</strong> manajerial SKPD pada pemerintah kabupaten <strong>Aceh</strong><br />
Tengah. (3) Untuk menguji dan menganalisis pengaruh struktur<br />
desentralisasi terhadap <strong>kinerja</strong> manajerial SKPD pada pemerintah<br />
kabupaten <strong>Aceh</strong> Tengah.<br />
102
METODE PENELITIAN<br />
Desain Penelitian<br />
Penelitian ini dilakukan di SKPD pada Pemerintah Kabupaten<br />
<strong>Aceh</strong> Tengah. Tujuan dari penelitian ini adalah pengujian hipotesis<br />
yaitu menguji variabel ketepatan skedul penyusunan anggaran,<br />
kejelasan sasaran anggaran dan struktur desentralisasi terhadap<br />
variabel dependen berupa <strong>kinerja</strong> manajerial SKPD pada pemerintah<br />
Kabupaten <strong>Aceh</strong> Tengah. Sedangkan tipe hubungan antara variabel<br />
adalah causal relationship yaitu tipe hubungan <strong>yang</strong> menjelaskan<br />
pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen atau tipe<br />
hubungan <strong>yang</strong> menjelaskan hubungan sebab akibat antara variabel<br />
(Sekaran, 2006:165). Horizon waktu dalam penelitian ini data<br />
dikumpulkan sekali saja, dengan cara mengumpulkan kuesioner dari<br />
para Kepala SKPD, Sekretaris SKPD, Kepala Bagian/Kepala Bidang<br />
pada masing-masing SKPD <strong>yang</strong> ada di lingkungan pemerintah<br />
Kabupaten <strong>Aceh</strong> Tengah.<br />
Populasi dan Metode Pengumpulan Data<br />
Populasi dalam penelitian ini adalah 42 SKPD di lingkungan<br />
Pemerintah Kabupaten <strong>Aceh</strong> Tengah. Responden dalam penelitian ini<br />
yaitu pejabat struktural eselon II dan III <strong>yang</strong> terdiri dari Kepala<br />
SKPD, Sekretaris SKPD, Kepala Bagian/Kepala Bidang <strong>yang</strong> terlibat<br />
dalam penyusunan anggaran sebanyak 140 responden.<br />
Sumber data dalam penelitian ini adalah data primer. Data<br />
primer merupakan sumber data penelitian <strong>yang</strong> diperoleh secara<br />
langsung dari sumber asli. Untuk mendapatkan data dari responden<br />
digunakan intrumen penelitian berupa kuesioner <strong>yang</strong> akan diantar<br />
dan diambil sendiri oleh penulis.<br />
Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel<br />
Ada empat variabel <strong>yang</strong> digunakan dalam penelitian ini yaitu :<br />
(1) Kinerja manajerial SKPD, (2) Ketepatan skedul penyusunan<br />
anggaran, (3) Kejelasan sasaran anggaran, dan (4) Struktur<br />
Desentralisasi. Guna memberikan gambaran <strong>yang</strong> jelas dan<br />
memudahkan pelaksanaan penelitian ini, maka perlu diberikan definisi<br />
operasional <strong>yang</strong> akan diteliti sebagai dasar dalam menyusun<br />
103
kuesioner penelitian, definisi operasional dapat dijelaskan sebagai<br />
berikut :<br />
1. Kinerja manajerial SKPD (Y) didefinisikan sebagai hasil dari<br />
proses aktivitas manajerial SKPD <strong>yang</strong> efektif mulai dari proses<br />
perencanaan, pelaksanaan, pencapaian hasil kegiatan,<br />
penatausahaan, pertanggungjawaban, dan pelaporan keuangan<br />
disetiap SKPD. Variabel <strong>kinerja</strong> manajerial ini diukur dengan<br />
menggunakan skala 5 point <strong>yang</strong> diadatasi dari penelitian Bangun<br />
(2009) dengan mempertimbangkan pelaksanaan tugas-tugas<br />
manajerial SKPD dalam pengelolaan keuangan <strong>yang</strong> terdapat di<br />
Pemerintah daerah.<br />
2. Ketepatan skedul penyusunan anggaran (X1), merupakan tingkat<br />
kesesuaian waktu penyusunan anggaran <strong>yang</strong> telah dilaksanakan<br />
dibandingkan dengan kalender penyusunan anggaran <strong>yang</strong> telah<br />
ditetapkan dalam peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13<br />
Tahun 2006 tentang <strong>yang</strong> telah diubah dengan peraturan Menteri<br />
Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Pedoman<br />
Pengelolaan Keuangan Daerah. Pengukuran variabel ketepatan<br />
skedul penyusunan anggaran menggunakan instrumen kuesioner<br />
dengan skala 5 poin untuk menunjukkan ketepatan skedul<br />
penyusunan anggaran yaitu memberikan nilai pada setiap jarak<br />
waktu <strong>yang</strong> terjadi dengan ketentuan <strong>yang</strong> seharusnya. Kuesioner<br />
ini didesain dengan mengadaptasi dari penelitian Syafrial (2009).<br />
3. Kejelasan sasaran anggaran (X2), merupakan rencana kerja<br />
keuangan <strong>yang</strong> dituangkan dalam bentuk anggaran disusun secara<br />
jelas dan spesifik sehingga dapat dimengerti oleh orang <strong>yang</strong><br />
bertanggung jawab agar dapat mencapai tujuan secara efisien,<br />
efektif dan ekonomis. Untuk mengukur variabel kejelasan sasaran<br />
anggaran ini digunakan skala 5 poin. Kuisioner ini melihat rencana<br />
keuangan <strong>yang</strong> jelas dan spesifik <strong>yang</strong> akan dicapai oleh SKPD,<br />
kuisioner ini didesain dengan mengadaptasi dari penelitian Bangun<br />
(2009).<br />
4. Struktur desentralisasi (X3) adalah proses penentuan kegiatan,<br />
penentuan nilai, penentuan orang <strong>yang</strong> bertanggung jawab atas<br />
program dan kegiatan, menentukan prioritas program dan kegiatan.<br />
Variabel struktur desentralisasi diukur dengan skala interval untuk<br />
menunjukkan derajat otoritas <strong>yang</strong> didelegasikan orang-orang <strong>yang</strong><br />
terlibat langsung dalam penyiapan dan proses penyusunan APBD,<br />
104
kuisioner ini didesain dengan mengadaptasi dari penelitian Bangun<br />
(2009).<br />
Metode Analisis Data<br />
Metode analisis data <strong>yang</strong> digunakan untuk menguji pengaruh<br />
ketepatan skedul penyusunan anggaran, kejelasan sasaran anggaran<br />
dan strukur desentralisasi terhadap <strong>kinerja</strong> manajerial SKPD adalah<br />
analisis regresi berganda (multiple regression).<br />
Pengujian hipotesis <strong>yang</strong> menghubungkan satu variabel<br />
dependen dengan beberapa variabel independen baik secara parsial<br />
maupun simultan dalam satu model prediktif tunggal sesuai dengan<br />
hipotesis <strong>yang</strong> diuji dalam penelitian ini. Model analisis regresi linier<br />
berganda dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:<br />
3X3 + e<br />
Keterangan :<br />
Y = Kinerja manajerial SKPD<br />
= Konstansta<br />
, = Koefisien regresi<br />
X1 = Ketepatan skedul penyusunan anggaran<br />
X2 = Kejelasan sasaran anggaran<br />
X3 = Struktur desentralisasi<br />
e = Error term<br />
HASIL DAN PEMBAHASAN<br />
Tingkat Pengembalian Kuesioner<br />
Jumlah kuesioner <strong>yang</strong> disebar kepada responden adalah<br />
sebanyak 140 kuesioner <strong>yang</strong> dilakukan dalam satu tahap. Selanjutnya<br />
sesuai dengan waktu <strong>yang</strong> telah ditentukan, kuesioner dijemput<br />
kembali. Dari 140 kuesioner <strong>yang</strong> dibagikan <strong>yang</strong> kembali sebanyak<br />
115 dan <strong>yang</strong> tidak diisi lengkap sebanyak 7 kuesioner, sehingga<br />
105
kuesioner <strong>yang</strong> bisa digunakan untuk melakukan analisis data hanya<br />
sebanyak 108 sebagaimana dapat dilihat pada tabel berikut ini.<br />
Tabel 3. Tingkat Pengembalian i Kuesioner<br />
No Uraian<br />
SKPD Responden<br />
Jumlah<br />
Kembali<br />
Tidak<br />
Baik<br />
Lengkap<br />
Tidak<br />
Kembali<br />
1 Sekretariat Daerah 1 9 4 1 4<br />
2 Sekretariat DPRK 1 4 3 - 1<br />
3 Inspektorat 1 2 2 - -<br />
4 Dinas 13 70 59 3 8<br />
5 Badan 8 37 33 - 4<br />
6 Kantor 4 4 4 - -<br />
7 Kantor Camat 14 14 3 3 8<br />
Total 42 140 108 7 25<br />
Hasil Pengujian Hipotesis<br />
Berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh hasil analisis<br />
regresi seperti <strong>yang</strong> terlihat pada tabel berikut ini.<br />
Tabel 4. Hasil Regresi Variabel Independen Terhadap<br />
Independen<br />
Unstandardized<br />
Coefficients<br />
Standardized<br />
Coefficients t Sig.<br />
Model<br />
B Std. Error Beta<br />
1 (Constant) 11.820 2.503 4.723 .000<br />
SPA (X1) .020 .076 .023 .267 .790<br />
KSA (X2) .470 .098 .444 4.790 .000<br />
SD (X3) .046 .074 .058 .624 .534<br />
R = 0,46<br />
a. Dependent<br />
Variable: KM<br />
R 2 =<br />
0,219<br />
R2 Adjust =<br />
0,197<br />
106
Pengaruh Ketepatan Skedul Penyusunan Anggaran Terhadap<br />
Kinerja Manajerial SKPD<br />
Hasil penelitian terhadap variabel ketepatan skedul penyusunan<br />
anggaran (X1) diperoleh nilai koefisien β 1 = 0,020, berdasarkan hasil<br />
perhitungan menunjukkan bahwa secara parsial variabel ketepatan<br />
skedul penyusunan anggaran berpengaruh terhadap <strong>kinerja</strong> manajerial<br />
SKPD, jadi hipotesis Ha diterima dan menolak H0. H0 ditolak karena<br />
β 1 ≠ 0.<br />
Hasil penelitian ini menunjukkan pengaruh ketepatan skedul<br />
penyusunan anggaran terhadap <strong>kinerja</strong> manajerial SKPD. Hasil<br />
penelitian ini berbeda dengan penelitian Syafrial (2009) <strong>yang</strong><br />
menyimpulkan ketepatan skedul penyusunan anggaran tidak<br />
berpengaruh terhadap <strong>kinerja</strong> manajerial SKPD. Perbedaan hasil<br />
penelitian mungkin karena dalam penelitian ini telah dilakukan<br />
perubahan terhadap instrumen pertanyaan.<br />
Berdasarkan hasil penelitian bahwa pengaruh ketepatan skedul<br />
penyusunan anggaran terhadap <strong>kinerja</strong> manajerial SKPD sangat kecil,<br />
hal ini karena masih terlambatnya penyampaian usulan rancangan<br />
anggaran oleh beberapa SKPD dalam tahun anggaran 2008 s/d 2010.<br />
Sebagaiman <strong>yang</strong> telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri Dalam<br />
Negeri Nomor 13 Tahun 2006 <strong>yang</strong> diubah dengan Peraturan Menteri<br />
Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007, maka SKPD telah<br />
menyampaikan usulan program dan kegiatan tahun anggaran<br />
berikutnya ke Bappeda pada bulan April dan menyampaikan RKA-<br />
SKPD ke DPKKD pada bulan Agustus. Namun penyampaian usulan<br />
program dan kegiatan serta penyampaian RKA-SKPD pada beberapa<br />
SKPD masih mengalami keterlambatan 2 s/d 3 bulan dari jadwal <strong>yang</strong><br />
telah ditetapkan.<br />
Keterlambatan penyampaian usulan rancangan anggaran oleh<br />
SKPD akan sangat berpengaruh terhadap mutu APBD <strong>yang</strong><br />
ditetapkan. Karena terlambatnya usulan SKPD akan berakibat pada<br />
terbatasnya waktu Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) untuk<br />
meneliti RKA-SKPD, sementara APBD harus ditetapkan paling<br />
lambat pada akhir bulan Desember. Hal ini berakibat pada<br />
ketidaksesuaian sebagian program dan kegiatan dengan rincian<br />
pengeluaran belanja <strong>yang</strong> akan dilaksanakan, sehingga harus<br />
107
dilakukan revisi/perubahan terhadap Dokumen Pelaksanaan Anggaran<br />
(DPA) SKPD <strong>yang</strong> telah ditetapkan. Proses revisi DPA tersebut akan<br />
memerlukan waktu dan akan menunda pelaksanaan program dan<br />
kegiatan <strong>yang</strong> telah ditetapkan.<br />
Menurut Otley (1999) Kinerja mengacu pada sesuatu <strong>yang</strong><br />
terkait dengan kegiatan melakukan pekerjaan, dalam hal ini meliputi<br />
hasil <strong>yang</strong> dicapai kerja tersebut. Artinya, jika SKPD tidak mampu<br />
menggunakan semua anggarannya untuk melaksanakan kegiatan <strong>yang</strong><br />
telah direncanakan, berarti <strong>kinerja</strong> manajerial SKPD tersebut rendah<br />
dan sebaliknya apabila kegiatan tersebut dapat terlaksana sesuai<br />
dengan sasaran <strong>yang</strong> telah direncanakan maka <strong>kinerja</strong> manajerial<br />
SKPD tersebut tinggi. Karena salah satu penilaian untuk menentukan<br />
capaian <strong>kinerja</strong> pada suatu SKPD yaitu dengan melihat realisasi<br />
anggaran masing-masing SKPD.<br />
Pengaruh Kejelasan Sasaran Anggaran Terhadap Kinerja<br />
Manajerial SKPD.<br />
Hasil penelitian terhadap variabel kejelasan sasaran anggaran<br />
(X2) diperoleh nilai koefisien β 2 = 0,470, berdasarkan hasil<br />
perhitungan menunjukkan bahwa secara parsial variabel kejelasan<br />
sasaran anggaran berpengaruh terhadap <strong>kinerja</strong> manajerial SKPD, jadi<br />
hipotesis Ha diterima dan menolak H0. H0 ditolak karena 2<br />
β ≠ 0.<br />
Hasil penelitian ini menunjukkan pengaruh kejelasan sasaran<br />
anggaran terhadap <strong>kinerja</strong> manajerial SKPD. Hasil ini mendukung<br />
penelitian Syafrial (2009) dan Kusumaningrum (2010) <strong>yang</strong><br />
menyimpulkan kejelasan sasaran anggaran berpengaruh terhadap<br />
<strong>kinerja</strong> manajerial SKPD, dan berbeda dengan hasil penelitian<br />
Bangun (2009) dan Ramandei (2009) <strong>yang</strong> menyimpulkan kejelasan<br />
sasaran anggaran tidak berpengaruh terhadap <strong>kinerja</strong> manajerial<br />
SKPD.<br />
Sejalan dengan apa <strong>yang</strong> dikemukanan oleh Kenis (1979),<br />
bahwa kejelasan sasaran anggaran merupakan sejauh mana tujuan<br />
anggaran ditetapkan secara jelas dan spesifik dengan tujuan agar<br />
anggaran tersebut dapat dimengerti oleh orang <strong>yang</strong> bertanggung<br />
jawab atas pencapaian sasaran tersebut. Oleh sebab itu sasaran<br />
anggaran daerah harus dinyatakan secara jelas, spesifik dapat<br />
108
dimengerti oleh mereka <strong>yang</strong> bertanggung jawab untuk<br />
melaksanakannya.<br />
Kenis (1979) menyatakan bahwa penetapan tujuan spesifik akan<br />
lebih produktif dari pada tidak menetapkan tujuan spesifik. Hal ini<br />
mendorong karyawan untuk melakukan <strong>yang</strong> terbaik bagi pencapaian<br />
tujuan <strong>yang</strong> dikehendaki sehingga dapat berimplikasi pada<br />
peningkatan <strong>kinerja</strong>. Kenis (1979) juga menyatakan kejelasan sasaran<br />
anggaran disengaja untuk mengatur prilaku karyawan. Ketidakjelasan<br />
sasaran anggaran akan menyebabkan pelaksanaan anggaran menjadi<br />
binggung, tidak tenang dan tidak puas dalam bekerja. Hal ini<br />
menyebabkan pelaksanaan anggaran tidak termotivasi untuk mencapai<br />
<strong>kinerja</strong> <strong>yang</strong> diharapkan.<br />
Berdasarkan hasil penelitian bahwa pengaruh kejelasan sasaran<br />
anggaran terhadap <strong>kinerja</strong> manajerial SKPD cukup besar, hal ini<br />
menunjukkan bahwa telah disusunnya sasaran anggaran <strong>yang</strong> jelas<br />
pada Kabupaten <strong>Aceh</strong> Tengah. Sasaran anggaran daerah setiap<br />
tahunnya ditetapkan dalam Rencana Kerja Pemerintah Daerah<br />
(RKPD), Kebijakan Umum APBD (KUA) dan Plafon dan Prioritas<br />
Anggaran Sementara (PPAS). Berdasarkan dokumen-dokumen<br />
tersebut maka SKPD menyusun sasaran anggarannya dalam bentuk<br />
RKA-SKPD <strong>yang</strong> memuat indikator, tolak ukur dan target <strong>kinerja</strong><br />
<strong>yang</strong> akan dicapai.<br />
Dengan adanya kejelasan sasaran anggaran <strong>yang</strong> telah<br />
ditetapkan maka akan memudahkan bagi pelaksana kegiatan pada<br />
SKPD untuk melaksanakan kegiatan <strong>yang</strong> telah ditetapkan. Kejelasan<br />
sasaran anggaran akan membantu pegawai untuk mencapai <strong>kinerja</strong><br />
<strong>yang</strong> diharapkan, dimana dengan mengetahui sasaran anggaran tingkat<br />
<strong>kinerja</strong> dapat tercapai. Pencapaian <strong>kinerja</strong> ini akan terkait dengan<br />
motivasi, dimana hal ini disebabkan dengan motivasi <strong>yang</strong> tinggi akan<br />
membantu pegawai untuk mencapai <strong>kinerja</strong> <strong>yang</strong> diharapkan. Dengan<br />
kata lain, <strong>kinerja</strong> manajerial akan dipengaruhi oleh kejelasan sasaran<br />
anggaran.<br />
Pengaruh Struktur Desentralisasi Terhadap Kinerja Manajerial<br />
SKPD<br />
Hasil penelitian terhadap variabel struktur desentraliasi (X3)<br />
diperoleh nilai koefisien β 3 = 0,046, berdasarkan hasil perhitungan<br />
menunjukkan bahwa secara parsial variabel struktur desentralisasi<br />
109
erpengaruh terhadap <strong>kinerja</strong> manajerial SKPD, jadi hipotesis<br />
Ha diterima dan menolak H0. H0 ditolak karena 3<br />
β ≠ 0.<br />
Hasil penelitian ini menunjukkan pengaruh struktur<br />
desentralisasi terhadap <strong>kinerja</strong> manajerial SKPD. Hasil penelitian ini<br />
mendukung penelitian Bangun (2009) <strong>yang</strong> menyimpulkan struktur<br />
desentralisasi berpengaruh terhadap <strong>kinerja</strong> manajerial SKPD. Hal ini<br />
juga sejalan dengan penelitian Syafruddin (2005) <strong>yang</strong> menyatakan<br />
bahwa tingkat derajat struktur organisasi <strong>yang</strong> terdesentralisasi akan<br />
meningkatkan atau menurunkan <strong>kinerja</strong> orang <strong>yang</strong> terlibat dalam<br />
struktur tersebut.<br />
Struktur desentralisasi secara umum ditujukan dengan<br />
pengambilan keputusan <strong>yang</strong> terjadi dalam organisasi. Dalam struktur<br />
sentralisasi <strong>yang</strong> tinggi, sebagian keputusan diambil pada tingkat<br />
hirarki organisasi <strong>yang</strong> tertinggi, dan apabila sebagian otorisasi<br />
didelegasikan pada level <strong>yang</strong> rendah dalam organisasi, maka<br />
organisasi tersebut lebih desentralisasi.<br />
Desentralisasi akan menunjukkan tingkat otonomi <strong>yang</strong><br />
didelegasikan pada manajerial SKPD sehingga manajerial SKPD<br />
mempunyai tanggung jawab <strong>yang</strong> lebih besar terhadap perencanaan<br />
dan pengendalian aktivitas operasi serta membutuhkan informasi <strong>yang</strong><br />
lebih banyak. Struktur desentralisasi adalah pemberian wewenang<br />
oleh manajer <strong>yang</strong> lebih atas kepada manajer <strong>yang</strong> lebih rendah untuk<br />
melaksanakan suatu pekerjaan dengan otorisasi secara eksplisit dari<br />
manajer pemberi wewenang pada waktu wewenang tersebut akan<br />
dilaksanakan (Mulyadi dan Setyawan, 2000).<br />
Burns dan Water (1975) menyatakan bahwa manajer atau<br />
bawahan dalam organisasi <strong>yang</strong> tingkat desentralisasinya tinggi<br />
merasa dirinya orang <strong>yang</strong> lebih berpengaruh, lebih berpartisipasi<br />
dalam perencanaan anggaran, dan merasa dipuaskan dengan kegiatan<br />
<strong>yang</strong> berhubungan dengan anggaran. Sebaliknya dalam organisasi<br />
dengan tingkat desentralisasi rendah (sentralisasi), manajer merasa<br />
dirinya dianggap kurang bertanggung jawab, sedikit terlibat dalam<br />
perencanaan anggaran dan mengalami tekanan dari atasan, mereka<br />
merasa anggaran sebagai sesuatu kurang berguna dan membatasi<br />
keleluasaan mereka (Brownell, 1982).<br />
Berdasarkan hasil penelitian bahwa pengaruh struktur<br />
desentralisasi terhadap <strong>kinerja</strong> manajerial sangat kecil. Hasil ini<br />
menunjukkan bahwa masih rendahnya tingkat desentralisasi<br />
110
manajerial SKPD di Kabupaten <strong>Aceh</strong> Tengah. Segala keputusan <strong>yang</strong><br />
penting masih diambil langsung oleh pimpinan yaitu Kepala SKPD<br />
atau Sekretaris SKPD, sehingga wewenang pada tingkat <strong>yang</strong> lebih<br />
rendah yaitu pada tingkat Kepala Bagian dan Kepala Bidang di SKPD<br />
masih kurang. Namun dalam pelaksanaan program dan kegiatan para<br />
Kepala Bagian dan Kepala Bidang di SKPD mempunyai wewenang<br />
dan tanggung jawab secara langsung terhadap program dan kegiatan<br />
<strong>yang</strong> telah ditetapkan.<br />
Dengan desentralisasi <strong>yang</strong> semakin tinggi, dapat diprediksi<br />
bahwa para Kepala Bagian dan Kepala Bidang akan lebih<br />
bertanggungjawab, selanjutnya <strong>kinerja</strong> manajerial juga semakin<br />
meningkat. Dengan kata lain, semakin struktur terdesentralisasi di<br />
pemerintah daerah maka semakin tinggi pula <strong>kinerja</strong> SKPD dalam<br />
melaksanakan pengelolaan keuangan daerah.<br />
KESIMPULAN DAN SARAN<br />
Kesimpulan<br />
Berdasarkan hasil analisis data sebagaimana telah diuraikan<br />
sebelumnya, maka dapat dsimpulan bahwa ketepatan skedul<br />
penyusunan anggaran, kejelasan sasaran anggaran dan struktur<br />
desentralisasi berpengaruh terhadap <strong>kinerja</strong> manajerial SKPD pada<br />
Pemerintah Kabupaten <strong>Aceh</strong> Tengah.<br />
Saran<br />
1. Pemerintah Kabupaten <strong>Aceh</strong> Tengah dalam hal ini seluruh SKPD<br />
dan Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) disarankan agar<br />
proses penyusunan anggaran dilaksanakan sesuai dengan<br />
jadwal/kalender penyusunan APBD seperti <strong>yang</strong> ditetapkan dalam<br />
peraturan perundang-undangan.<br />
2. Untuk kajian selanjutnya dapat menambahakan variabel lain<br />
misalnya kecukupan anggaran, standar pelayanan minimum dan<br />
komitmen organisasi.<br />
111
DAFTAR PUSTAKA<br />
Abdullah, H. (2004). “Pengaruh Kejelasan Sasaran Anggaran,<br />
Pengendalian Akuntansi dan Sistem Pelaporan Terhadap<br />
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah pada Kabupaten dan<br />
Kota di Daerah Istimewa Yogyakarta”. Tesis, Universitas<br />
Gadjah Mada, Yogyakarta.<br />
Adoe, M, H. (2002). “Pengaruh Karakteristik Tujuan Anggaran<br />
Terhadap Perilaku, Sikap dan Kinerja Pemerintah Daerah di<br />
Propinsi Nusa Tenggara Timur”. Tesis, Universitas Gadjah<br />
Mada, Yogyakarta.<br />
Bangun, Andarias. (2009). “Pengaruh Partisipasi dalam Penyusunan<br />
Anggaran, Kejelasan Sasaran Anggaran dan Struktur<br />
Desentralisasi terhadap Kinerja Manajerial SKPD dengan<br />
Pengawasan Internal sebagai Variabel Pemoderasi (Studi Kasus<br />
pada Pemerintah Kabupaten Deli Serdang”. Tesis, Universitas<br />
Sumatera Utara, Medan.<br />
Brownwll, P. (1982). “Participation in the budgeting proses : when it<br />
work and when it doesn’t”. Journal of accounting literature. Vol.<br />
1. p. 124-153.<br />
Burns, WJ and Water Housem J.H. (1975). “Budgetary control and<br />
organizational structure”. Journal of Accounting Research.<br />
Autumm. p. 177-203.<br />
Departemen Dalam Negeri. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor<br />
13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan<br />
Daerah.<br />
Departemen Dalam Negeri. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor<br />
59 Tahun 2007 tentang Perubahan Peraturan Menteri Dalam<br />
Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan<br />
Keuangan Daerah.<br />
Departemen Keuangan. Peraturan Menteri Keuangan Nomor<br />
46/PMK.02/2006 tentang Tata Cara Penyampaian Informasi<br />
Keuangan Daerah.<br />
Kabupaten <strong>Aceh</strong> Tengah. Qanun Nomor 19 Tahun 2008a <strong>yang</strong> diubah<br />
dengan Qanun Nomor 1 Tahun 2009 tentang Susunan<br />
Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Daerah dan Sekretariat<br />
DPRK Kabupaten <strong>Aceh</strong> Tengah.<br />
Kabupaten <strong>Aceh</strong> Tengah. Qanun Nomor 20 Tahun 2008b <strong>yang</strong> diubah<br />
dengan Qanun Nomor 2 Tahun 2009 tentang Susunan<br />
112
Organisasi dan Tata Kerja Dinas-Dinas Daerah Kabupaten <strong>Aceh</strong><br />
Tengah.<br />
Kabupaten <strong>Aceh</strong> Tengah. Qanun Nomor 21 Tahun 2008c <strong>yang</strong> diubah<br />
dengan Qanun Nomor 3 Tahun 2009 tentang Susunan<br />
Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah Kabupaten<br />
<strong>Aceh</strong> Tengah.<br />
Kenis, Izzetin. (1979). “The Effect of Budgetary Gool Characteristics<br />
on Managerial Attitudes and Performance”. Accounting Review.<br />
Vol. LIV, p. 707-721.<br />
Kusumaningrum, Indraswari. (2010). “Pengaruh Kejelasan Sasaran<br />
Anggaran, Pengendalian Akuntansi dan Sistem Pelaporan<br />
terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Provinsi<br />
Jawa Tengah”, Tesis, Universitas Diponegoro, Semarang.<br />
Lembaga Administrasi Negara (LAN- RI). (2004). Modul Sistem<br />
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, Jakarta.<br />
Mulyadi dan Johny Setyawan. (2000). Sistem Perencanaan dan<br />
Pengendalian Manajemen: Sistem Pelipatganda Kinerja<br />
Perusahaan. Yogyakarta. Penerbit Aditya Media.<br />
Otley, D. (1999). Business Performance Measurement (Theory and<br />
Practice). Working Paper. USA. Published By The Press<br />
Syndicate of The University of Cambridge.<br />
Ramandei, Pilipus. (2009). “Pengaruh Karakteristik Sasaran<br />
Anggaran dan Sistem Pengendalian Intern terhadap Kinerja<br />
Manajerial Aparat Pemerintah Daerah (Studi Empiris pada<br />
Satuan Kerja Perangkat Daerah Kota Jayapura)”. Tesis.<br />
Universitas Diponegoro, Semarang.<br />
Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1974 tentang<br />
Pembentukan Kabupaten <strong>Aceh</strong> Tenggara.<br />
Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang<br />
Keuangan Negara.<br />
Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang<br />
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.<br />
Republik Indonesia. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor<br />
58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.<br />
Riyadi, S. (1998). “Motivasi dan Pelimpahan Wewenang sebagai<br />
Variabel Moderating dalam Hubungan Antara Partisipasi<br />
Penyusunan Anggaran dan Kinerja Manajerial”. Tesis,<br />
Universitas Gadjah Masa, Yogyakarta.<br />
113
Sekaran, Uma. (2006). Research Method for bussiness: A Skill<br />
Building Approach, 4th Edition. USA: Jhon Wilwy Sons<br />
Syafrial. (2009). “Pengaruh Ketepatan Skedul Penyusunan Anggaran,<br />
Kejelasan Sasaran Anggaran dan Partisipasi Penyusunan<br />
Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial SKPD pada Pemerintah<br />
Kabupaten Sarolangun”. Tesis, Universitas Sumatera Utara,<br />
Medan.<br />
Syafruddin, Muhammad. (2005). “Pengaruh Moderasi Faktor Inovasi<br />
pada Hubungan Partisipasi Anggaran, Struktur Terdesentralisasi<br />
dan Kinerja Manajemen (Studi di Organisasi Pemerintah<br />
Daerah)”. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Sektor Publik. Vol.06<br />
No.02. Agustus 2005. Yogyakarta. Hal 73-104.<br />
Zainura. (2010). “Pengaruh Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja<br />
dan Kejelasan Sasaran Anggaran terhadap Kinerja Keuangan<br />
Pemerintah Daerah (Studi di SKPD pada Pemerintah<br />
Kotamadya Banda <strong>Aceh</strong>)”. Tesis, Universitas Syiah Kuala,<br />
Banda <strong>Aceh</strong>.<br />
114