Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
a. Penggolongan menurut bahan asal<br />
Pelumas dibedakan menjadi dua yaitu pelumas mineral dan sintetis.<br />
Pelumas mineral dibuat dari bahan dasar (base oil) yang berasal dari<br />
minyak mentah (crude oil), dengan tambahan aditif sekitar 10-20%.<br />
Sedangkan pelumas sintetik dibuat dari unsur-unsur kimia sintetik, baik<br />
bahan dasarnya maupun aditifnya. Bahan kimia yang banyak diaplikasi<br />
sebagai pengganti minyak mentah adalah polyalphaolefins, ester berbasa<br />
dua, ester organofosfat, ester silikat, glikol polialkilena, silikon atau fluor<br />
hidrokarbon. Karena mengandalkan bahan sintetik dan proses<br />
pembuatannya pun cukup rumit, maka harga pelumas sintetik menjadi<br />
jauh lebih mahal dari pelumas mineral.<br />
Pelumas sintetik dipakai pada <strong>mesin</strong>-<strong>mesin</strong> yang dioperasikan dalam<br />
kondisi kerja yang berat, mobil balap yang terus menerus dipacu pada<br />
rpm tinggi, atau pada kondisi “stop and go”, atau kalau memang itu<br />
direkomendasikan oleh pembuat <strong>mesin</strong>. Pelumas sintetik juga diperlukan<br />
di daerah yang beriklim sangat dingin seperti di Eropa atau sangat panas<br />
didaerah gurun. Dalam kondisi cuaca yang sangat dingin, oli mineral<br />
umumnya membeku. Pelumas sintetik memiliki kestabilan cair yang<br />
alami, yang memberikan aliran pelumas yang lebih baik di dalam <strong>mesin</strong><br />
meski temperatur sangat rendah. Pelumas sintetik memang mempunyai<br />
kelebihan dibanding oli mineral. Pelumas sintetik umumnya memiliki<br />
rentang kekentalan yang sangat luas atau besar sehingga lebih fleksibel<br />
beradaptasi terhadap berbagai perubahan temperatur. Bahkan ada oli<br />
sintetik yang tingkat kekentalannya sangat ekstrim, misalnya SAE 10W-<br />
60 atau 5W-50. Pelumas dengan kekentalan seperti itu dapat dibilang<br />
“dingin tidak beku, panas tidak encer”.<br />
b. Penggolongan menurut viskositas<br />
Viskositas minyak pelumas sangat bergantung terhadap perubahan<br />
temperatur. Pada temperatur yang tinggi minyak pelumas cenderung<br />
encer dan pada temperatur yang rendah cenderung kental. Society of<br />
Automobile Engineers [SAE] yang berkedudukan di Amerika Serikat<br />
menggolongkan pelumas berdasarkan penomoran SAE. Dalam keadaan<br />
suhu yang sama, semakin besar nomor SAE nya menandakan semakin<br />
besar pula viskositasnya. Pada umumnya mobil menggunakan minyak<br />
lumas SAE 5 sampai dengan SAE 70. Minyak lumas SAE 40 biasanya<br />
dipakai untuk musim panas, sedangkan untuk musim dingin dipakai SAE<br />
20. Untuk musim semi dan musirn gugur dapat dipakai SAE 30 [Tabel<br />
14.1]. Untuk pelumas-pelumas yang dipakai <strong>mesin</strong> yang beroperasi pada<br />
daerah bertemperatur rendah SAE menggunakan huruf "W" [winter],<br />
sebagai contoh 5W-20, 5W-30, lebih lengkapnya dapat dilihat pada Tabel<br />
14.2. Pada umumnya penomoran dengan simbol "W" dengan viskositas<br />
yang sama dengan penomoran tanpa "W" mempunyai keunggulan<br />
kemampuan pelumasan yang sangat baik pada daerah dingin, hal ini<br />
karena pelumas dapat lebih encer dan mudah bersirkulasi untuk<br />
306