02.07.2013 Views

teknologi pencelupan dan pencapan jilid 1 smk

teknologi pencelupan dan pencapan jilid 1 smk

teknologi pencelupan dan pencapan jilid 1 smk

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

BAB IX<br />

PENCELUPAN<br />

9.1. Sejarah Pencelupan<br />

Sejak 2500 tahun sebelum masehi pewarnaan pada bahan tekstil telah dikenal<br />

di negeri Cina, India <strong>dan</strong> Mesir. Pada umumnya pewarnaan bahan tekstil<br />

dikerjakan dengan zat-zat warna yang berasal dari alam, misalnya dari tumbuhtumbuhan,<br />

binatang <strong>dan</strong> mineral-mineral. Pencelupan yang mereka lakukan<br />

memerlukan waktu yang lama <strong>dan</strong> sulit. Demikian pula sifat-sifat zat warna<br />

alam pada umumnya kurang baik, misalnya jarang diperoleh dalam keadaan<br />

murni, kadarnya tidak tetap, warnanya terbatas, sukar pemakaiannya, serta<br />

ketahanan atau kecerahannya kurang baik.<br />

Baru pada tahun 1856 William Henry Perkin seorang mahasiswa<br />

berkebangsaan Inggris menemukan senyawa Mauvein dari proses oksidasi<br />

senyawa anilin tidak murni. Senyawa tersebut merupakan zat warna sintetik<br />

pertama kali diketemukan orang, <strong>dan</strong> merupakan zat warna basa yang dapat<br />

mencelup serat-serat binatang secara langsung. Kemudian diikuti penemuan<br />

zat warna asam dengan proses pengsulfonan zat warna basa oleh Nicholson<br />

pada tahun 1862. Lightfoot pada tahun 1863 mencelup serat kapas dengan<br />

senyawa anilin yang dioksidasi di dalam serat, yang kemudian dikenal sebagai<br />

zat warna Hitam Anilin.<br />

Berdasarkan pada reaksi diazotasi <strong>dan</strong> kopeling pada 1865 dibuat zat warna<br />

Bismark Brown dengan mereaksikan senyawa antara metafenilen diamina.<br />

Reaksi-reaksi tersebut diikuti dengan penemuan <strong>pencelupan</strong> dengan naftol <strong>dan</strong><br />

garam diazonium pada 1880 oleh Road <strong>dan</strong> Holliday, <strong>dan</strong> pada tahun 1884<br />

dibuat zat warna direk pertama yang disebut Congo Red.<br />

Zat warna belerang diketemukan oleh Raymond Vidal pada tahun 1893 dengan<br />

memanaskan senyawa natrium paranitro fenol. Pada tahun 1901 Rene Bohn<br />

membuat zat warna bejana Indahthrene Blue. BASF memproduksi zat warna<br />

Ergan, yakni zat warna kompleks khrom dari zat warna azo asam salisilat, <strong>dan</strong><br />

Grisheim Elektron memproduksi naftol AS kira-kira pada tahun 1912 yang<br />

kemudian diikuti zat warna Neolan oleh Society of Chemical Industry pada<br />

tahun 1915. Zat warna Rapid Fast yang merupakan campuran senyawa naftol<br />

<strong>dan</strong> garam diazonium yang distabilkan diketemukan sekitar tahun 1920.<br />

Perkembangan zat warna bejana yang larut muncul pada akhir tahun 1912,<br />

setelah diketemukan oleh Bader <strong>dan</strong> Sunder senyawa Indogosol, zat warna<br />

untuk mencelup serat-serat hidrofob dikembangkan oleh ICI, dengan<br />

diproduksinya zat warna Solacet pada tahun 1936. Kemudian kemajuan zat<br />

warna sintetik lebih menonjol lagi setelah diketemukannya zat warna reaktif<br />

untuk serat selulosa pada tahun 1956 oleh Imperial Chemical Industry dengan<br />

nama dagang Procion.<br />

150

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!