April 2012 Liahona - The Church of Jesus Christ of Latter-day Saints
April 2012 Liahona - The Church of Jesus Christ of Latter-day Saints
April 2012 Liahona - The Church of Jesus Christ of Latter-day Saints
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
Saya adalah<br />
orang insaf dan<br />
tidak memiliki<br />
keterampilan<br />
bermain piano.<br />
Tetapi betapa<br />
bersyukurnya<br />
saya untuk<br />
pemanggilan<br />
yang mengubah<br />
hidup<br />
saya sebagai<br />
pemain piano<br />
cabang.<br />
ILUSTRASI OLEH MIKE MALM<br />
yang masih kecil, kami tahu akan menjadi<br />
tantangan besar bagi kami untuk membeli<br />
sebuah piano dan membayar kursus. Kami<br />
memutuskan bahwa kami semua rela untuk<br />
membuat pengurbanan yang diperlukan.<br />
Pengurbanan pertama yang keluarga kami<br />
buat adalah secara keuangan. Kami memutuskan<br />
bahwa sejak musim semi sampai musim<br />
gugur kami akan naik sepeda alih-alih naik<br />
bus. Saudara lelaki saya, Martti, berani dan<br />
jadi mahir bersepeda—bahkan di atas salju<br />
dan es. Saya berhenti membeli sebagian besar<br />
baju saya dan belajar menjahit. Kami juga<br />
belajar untuk hidup hemat. Kami mulai berkebun<br />
di desa dekat rumah kakek nenek saya<br />
dan mengawetkan makanan untuk musim<br />
dingin. “Liburan” kami menjadi perjalanan<br />
ibu kami ke bait suci di Swiss atau piknik dan<br />
berkemah dekat rumah.<br />
Pengurbanan kedua yang keluarga saya<br />
buat adalah waktu. Kami membagi pekerjaan<br />
rumah dan menjadwal ulang kegiatan dan PR<br />
kami sehingga saya memiliki cukup waktu<br />
untuk latihan piano. Karena pengurbanan dan<br />
kerja keras kami, Ibu sering mengingatkan<br />
bahwa kami tidak memiliki waktu luang untuk<br />
terlibat dalam masalah seperti orang-orang<br />
lain seusia kami. Kenyataannya, pemanggilan<br />
saya menjadi pemanggilan keluarga jauh sebelum<br />
saya pernah bermain musik.<br />
Saya mulai mengambil pelajaran dengan<br />
seorang guru musik di sekolah lokal. Saya<br />
praktik menggunakan keyboard kertas dan di<br />
piano saat di gereja. Ketika guru piano saya<br />
pindah, kami membeli pianonya, dan saya<br />
diterima untuk belajar dengan seorang guru<br />
piano yang terkenal di area itu.<br />
Saya belajar sendiri nyanyian rohani dan<br />
banyak latihan dengan pengarah musik cabang.<br />
Semua orang mendorong saya—bahkan<br />
ketika sebuah nada “sumbang” terdengar.<br />
Guru saya takut setelah dia mendapati bahwa<br />
saya bermain di depan orang-orang sebelum<br />
saya mempelajari secara mendalam dan<br />
menghafal musiknya. Tetapi bermain dengan<br />
satu tangan lebih baik daripada tidak ada<br />
musik sama sekali.<br />
Saya mengayuh sepeda saya ke tempat<br />
kursus saya, dan ketika musim dingin tiba,<br />
saya berusaha untuk berjalan atau berski jika<br />
mungkin. Pada hari Minggu saya berjalan sendiri<br />
ke pertemuan Gereja sehingga saya dapat<br />
tiba satu jam lebih awal dan memiliki waktu<br />
untuk latihan. Saya memutuskan untuk naik<br />
bus hanya ketika suhu mencapai di bawah<br />
-15ºC (5ºF). Hujan dan salju tidak benar-benar<br />
mengganggu saya; waktu berlalu dengan cepat<br />
sewaktu saya berjalan karena saya memiliki<br />
begitu banyak nyanyian pujian yang indah<br />
untuk menemani saya. Sewaktu saya berjalan,<br />
saya melintasi padang gurun bersama para<br />
pionir (lihat “Mari, Mari Orang-Orang Suci,”<br />
Nyanyian Rohani, no. 15), berjalan ke gunung<br />
nan tinggi di Sion (lihat “Di Gunung Nan<br />
Tinggi,” Nyanyian Rohani, no. 5), dan berdiri<br />
bersama para remaja yang tidak akan pernah<br />
goyah (lihat “Teguh pada Iman,” Nyanyian<br />
Rohani, no. 121). Saya tidak pernah goyah<br />
dengan dukungan itu—meskipun keluarga<br />
saya dan saya satu-satunya Orang Suci Zaman<br />
Akhir dalam komunitas kami di Finlandia<br />
bagian timur, di perbatasan Rusia.<br />
Selama bertahun-tahun saya menjadi lebih<br />
baik dalam bermain dan dapat membuat musik<br />
daripada sekadar memainkan not-not yang<br />
benar. Saya belajar untuk menjadi sungguhsungguh<br />
dalam memilih musik agar Roh akan<br />
hadir dalam pertemuan. Dan yang terpenting,<br />
kesaksian saya tentang Injil datang kepada<br />
saya melalui musik. Saya dapat dengan mudah<br />
mengingat perasaan, kata-kata, dan pesan dari<br />
nyanyian pujian jika saya mempertanyakan<br />
<strong>April</strong> <strong>2012</strong> 27