Laporan Tahunan
Laporan Tahunan
Laporan Tahunan
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
80<br />
PEMBAHASAN DAN ANALISIS MANAJEMEN<br />
Selain itu, penghargaan masa bakti meningkat sebesar Rp 165,0<br />
miliar atau 447,2% dari Rp 36,9 miliar pada tahun 2004 menjadi<br />
Rp 201,9 miliar pada tahun 2005, terutama akibat dari pengakuan<br />
laba aktuarial sebesar Rp 106,5 miliar di tahun 2004, dibandingkan<br />
dengan pengakuan kerugian aktuarial sebesar Rp 82,9 miliar di tahun<br />
2005.<br />
Beban pensiun dini meningkat 99,8% dari Rp 243,5 miliar pada<br />
tahun 2004 menjadi Rp 486,4 miliar pada tahun 2005. Jumlah<br />
karyawan yang ikut serta dalam program pensiun dini meningkat dari<br />
804 pada tahun 2004 menjadi 1.017 pada tahun 2005.<br />
Komponen lain dari beban karyawan tidak menyebabkan peningkatan<br />
yang signifikan pada beban usaha pada tahun 2005.<br />
b2. Beban Penyusutan, Penurunan Nilai Aktiva, dan Kerugian atas<br />
Komitmen Pembelian<br />
Beban Penyusutan<br />
Beban penyusutan berkaitan dengan aktiva tetap TELKOM. Metode<br />
penyusutan atas aktiva tetap TELKOM kecuali tanah, dilakukan<br />
dengan menggunakan metode garis lurus selama umur ekonomis<br />
aktiva bersangkutan, dan dimulai pada bulan dimana aktiva<br />
bersangkutan dioperasikan.<br />
Sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku secara umum di<br />
Indonesia, TELKOM mengkapitalisasi beban bunga dan keuntungan<br />
atau kerugian selisih kurs untuk aktiva yang sedang dibangun<br />
dan melakukan penyusutan atas jumlah tersebut sepanjang<br />
umur ekonomis aktiva bersangkutan. Pada tahun 2004 TELKOM<br />
mengkapitalisasi beban bunga ke aktiva yang sedang dibangun<br />
sebesar Rp 57,7 miliar dan nol untuk tahun 2005. TELKOM<br />
mengkapitalisasi kerugian selisih kurs untuk aktiva yang sedang<br />
dibangun sebesar Rp 74,3 miliar pada tahun 2004 dan nol pada<br />
tahun 2005.<br />
Beban penyusutan meningkat sebesar Rp 1.132,1 miliar atau 17,6%<br />
dari Rp 6.438,6 miliar pada tahun 2004 menjadi Rp 7.570,7<br />
miliar pada tahun 2005. Peningkatan beban penyusutan tersebut<br />
terutama disebabkan oleh pengembangan kapasitas jaringan yang<br />
dilakukan oleh Telkomsel sehubungan dengan peningkatan jumlah<br />
pelanggannya, selain juga peningkatan belanja modal oleh TELKOM<br />
untuk infrastruktur jaringan. TELKOM menambah belanja modal<br />
untuk penyediaan jaringan transmisi dan backbone, serta jaringan<br />
akses, khususnya untuk telepon tetap nirkabel.<br />
Selain itu, peningkatan beban penyusutan juga dikarenakan TELKOM<br />
mempersingkat estimasi usia ekonomis dari peralatan WLL dan<br />
approach link serta peralatan BSS di wilayah Jakarta dan Jawa Barat,<br />
yang berdampak pada kenaikan beban penyusutan masing-masing<br />
sebesar Rp 471,2 miliar dan Rp 159,0 miliar pada tahun 2005.<br />
Penurunan nilai aktiva<br />
Pada tahun 2005, TELKOM mengakui penurunan nilai aktiva sebesar<br />
Rp 616.8 miliar berkaitan dengan peralatan dan instalasi transmisi<br />
telepon tetap nirkabel. Penurunan nilai ini dilakukan setelah TELKOM<br />
mengkaji ulang nilai terpulihkan dari unit penghasil kas yang terkait<br />
dengan aktiva jaringan tetap nirkabel tersebut, menyusul keputusan<br />
Pemerintah untuk mengalokasikan spektrum frekuensi 1900 MHz<br />
khusus untuk pengunaan layanan 3G serta spektrum frekuensi<br />
800 MHz untuk jaringan telekomunikasi berbasis teknologi CDMA<br />
mulai akhir 2007. Keputusan Pemerintah tersebut berakibat pada<br />
peralatan BSS TELKOM di wilayah Jakarta dan Jawa Barat yang saat<br />
ini beroperasi pada spektrum frekuensi 1900 MHz tidak lagi dapat<br />
digunakan mulai akhir 2007, dan harus digantikan dengan peralatan<br />
BSS yang beroperasi pada 800 MHz.<br />
Kerugian atas Komitmen Pengadaan<br />
Pada tahun 2005, TELKOM mencatat kerugian sehubungan dengan<br />
kontrak pengadaan peralatan dan instalasi transmisi 1900 MHz untuk<br />
wilayah Jakarta dan Jawa Barat senilai Rp 79,4 miliar yang tidak<br />
dapat dibatalkan.<br />
b3. Beban Operasi, Pemeliharaan dan Jasa Telekomunikasi<br />
Beban operasi, pemeliharaan dan jasa telekomunikasi meningkat<br />
sebesar Rp 1.386,7 miliar atau 30,6% dari Rp 4.529,6 miliar<br />
pada tahun 2004 menjadi Rp 5.916,3 miliar pada tahun 2005.<br />
Peningkatan tersebut terutama disebabkan oleh:<br />
• peningkatan beban operasi dan pemeliharaan sebesar Rp 676,9<br />
miliar menjadi Rp 3.075,1 miliar, peningkatan sebesar 28,2%,<br />
disebabkan oleh peningkatan beban operasi dan pemeliharaan<br />
Telkomsel sejalan dengan pertumbuhan kapasitas menyeluruh<br />
Telkomsel dari 17,9 juta pelanggan pada 31 Desember 2004<br />
Beban Operasi, Pemeliharaan dan Jasa Telekomunikasi Tahun yang Berakhir 31 Desember<br />
2004 2005<br />
Rp (miliar) % Rp (miliar) %<br />
Operasi dan perawatan 2.398,2 7,1 3.075,1 7,3<br />
Beban konsesi 807,3 2,4 1.257,4 3,0<br />
Beban kartu telepon, SIM, dan RUIM 366,7 1,1 582,3 1,4<br />
Listrik, gas dan air 385,7 1,1 372,5 0,9<br />
Kendaraan dan fasilitas pendukung 181,7 0,5 217,2 0,5<br />
Asuransi 151,3 0,4 136,4 0,3<br />
Sirkit sewa 132,8 0,4 124,2 0,3<br />
Pelatihan 42,2 0,1 33,5 0,1<br />
Lain-lain 63,7 0,2 117,7 0,3<br />
Jumlah 4.529,6 13,3 5.916,3 14,1<br />
<strong>Laporan</strong> <strong>Tahunan</strong> TELKOM 2005