08.08.2013 Views

Majalah Santunan edisi November 2011 - Kementerian Agama Prov ...

Majalah Santunan edisi November 2011 - Kementerian Agama Prov ...

Majalah Santunan edisi November 2011 - Kementerian Agama Prov ...

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Keluarga Besar<br />

Kantor Wilayah <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi Aceh<br />

Mengucapkan Selamat dan Sukses atas Pelantikan<br />

Drs. H. Ibnu Sa’dan, M.Pd<br />

Sebagai Kepala Kantor Wilayah <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi Aceh<br />

Oleh Menteri <strong>Agama</strong> Republik Indonesia<br />

Drs. H. Suryadharma Ali, M.Si<br />

Hari Senin, 24 Oktober <strong>2011</strong> di Oproom Kantor <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> RI Jakarta<br />

Semoga dalam melaksanakan tugas selalu mendapat petunjuk dan hidayah Allah swt.<br />

Terima kasih kepada<br />

Drs. H. A. Rahman TB, Lt<br />

yang telah mendermabaktikan tenaga dan pikirannya sebagai<br />

Kepala Kanwil Kemenag <strong>Prov</strong>insi Aceh 2007-<strong>2011</strong><br />

Ttd<br />

Drs. H. Taufik Abdullah<br />

Kabag Tata Usaha<br />

Keluarga Besar<br />

Kantor Wilayah <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi Aceh<br />

Mengucapkan Selamat Hari Raya Idul Adha 1432 H/<strong>2011</strong> M<br />

Mohon maaf lahir dan batin<br />

dan<br />

Selamat Datang Kembali di Tanah Air Jamaah Haji Debarkasi Banda Aceh<br />

Semoga menjadi haji yang mabrur<br />

Kepala<br />

Drs. H. Ibnu Sa’dan, M.Pd


Tgk. H. Imam Syuja’<br />

Usai Dzulhijjah<br />

Tetap Mekar<br />

Hal. 10<br />

Tafsir:<br />

Duka<br />

Aisyah<br />

Hal. 29<br />

Drs. Ridwan Qari, Kabid Urais Kankemenag Aceh<br />

Kesadaran Kolektif,<br />

bukan Egosektoral<br />

Hal. 8<br />

Prof. DR. Syahrizal Abbas, MA, Dosen PPs IAIN Ar-Raniry<br />

Loyalitas<br />

dan Syiar Meriah<br />

Hal. 9<br />

Drs. Salahuddin<br />

Umur dan Mudah Rezeki<br />

Hal. 49<br />

Konsultasi BP4:<br />

Nikah, Kenapa<br />

Rahasia?<br />

Lifestyle<br />

Hal. 42<br />

Makanan Terbaik<br />

buat Otak<br />

Hal. 45<br />

DAFTAR ISI<br />

Laporan Utama :<br />

Dialektika Qurban<br />

Hal. 6<br />

Tgk. H. Syukri Daud, BA, ,<br />

Sendiri Bagus, Patungan Silakan<br />

Hal. 11<br />

Drs. H. Ibnu Sa’dan, M.Pd<br />

Melanjutkan<br />

Keberhasilan<br />

Hal. 12<br />

<strong>Majalah</strong> <strong>Santunan</strong> Kantor <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi Aceh<br />

Pembina: Kepala Kantor Wilayah <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi Aceh<br />

Penanggungjawab: Kepala Bagian Tata Usaha Kanwil <strong>Kementerian</strong><br />

<strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi Aceh Dewan Pengarah: Drs. H. Taufiq Abdullah; Drs.<br />

H. Ibnu Sa’dan, M.Pd; H. Abrar Zym, S.Ag; Drs. H. Asy’ari Basyah;<br />

Drs. Saifuddin AR; H. Aska Yunan, S.Ag. Pemimpin Umum: Drs. H.<br />

Zuardi Zain Pemimpin Redaksi: Juniazi Wakil Pemimpin Redaksi:<br />

Muzakkir Sekretaris Redaksi : Khairuddin Aba Wakil Sekretaris<br />

Redaksi: Jabbar Sabil Redaktur: Mulyadi Nurdin; Ridwan Qari;<br />

Juhaimi; Taharuddin, Wiswadas; Azhar; Khairul Saleh; Abdullah<br />

AR; Muhammad Yakub Yahya; Suri Arniansyah; Alfirdaus Putra.<br />

Pemimpin Usaha: Imran Wakil Pemimpin Usaha: Zulfahmi Keuangan:<br />

Munawar; Elia Fajri Sirkulasi: Darwin; Jatu Rahmi Rahayu Iklan:<br />

Hartati; Yenni Yusnita Layout: Tim <strong>Santunan</strong> Staf Redaksi Fadhlan<br />

Mursal; Saiful Mahdi; Amwar Citra H Alamat Redaksi: Jl. Tgk. Abu<br />

Lam U No. 9 Banda Aceh E-mail: redaksisantunan@gmail.com<br />

Hotline-SMS: 0852-7775-9339. Untuk distribusi, harap menghubungi<br />

No. HP. 085277529295 (Darwin). Iklan; HP. 08126935043 (Hartati).


4<br />

Salam Redaksi<br />

Selamat Datang Kakanwil Baru<br />

Senin, tanggal 24 Oktober <strong>2011</strong> lalu, merupakan sejarah<br />

penting perjalanan Kantor Wilayah <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong><br />

<strong>Prov</strong>insi Aceh. Hari itu, Menteri <strong>Agama</strong> Republik<br />

Indonesia Drs. H. Suryadharma Ali, M.Si melantik dan<br />

mengambil sumpah Bapak Drs. H. Ibnu Sa’dan, M.Pd, sebagai<br />

Kepala Kantor Wilayah <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi Aceh<br />

menggantikan Bapak Drs. H. A. Rahman TB, Lt, yang sudah<br />

memimpin jajaran <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi Aceh sejak<br />

tahun 2007 lalu.<br />

Lazimnya, dalam manajemen modern, pergantian atau<br />

mutasi pejabat di sebuah instansi atau lembaga adalah sesuatu<br />

yang wajar dan biasa sebagai bagian dari pembinaan dan karier<br />

seorang PNS. Walaupun kelihatannya sedikit mendadak dan<br />

tidak ada pemberitaan sebelumnya, namun ini harus dipahami<br />

sebagai sebuah sunnatullah dalam kehidupan manusia.<br />

Meminjam istilah Kakanwil, sebagai sebuah ”takdir” yang<br />

harus diemban dan dijalani.<br />

Begitu pula; perdebatan, sikap mendukung, acuh dan<br />

cuek, pro dan kontra<br />

dalam sebuah mutasi dan<br />

pergantian pejabat, itu<br />

adalah hal wajar di alam<br />

demokrasi saat ini. Dan<br />

pun tidak jarang, sesudah<br />

pelantikan pun, sikap pro<br />

kontra ini bisa saja terjadi.<br />

Nah, kondisi ini<br />

kelihatannya benar-benar<br />

diselami oleh Kakanwil yang<br />

baru Bapak Drs. H. Ibnu<br />

Sa’dan, M.Pd. Makanya,<br />

dalam amanat apel pagi<br />

Senin, 31 Oktober <strong>2011</strong>,<br />

dihadapan pejabat dan<br />

karyawan serta karyawati<br />

Kanwil <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi Aceh, Kakanwil berharap<br />

kondisi ini tidak perlu diperuncing. Menurutnya, pergantian<br />

kepemimpinan Kakanwil adalah sebuah takdir. ”Ini amanah<br />

dan tanggung jawab yang berat bagi saya,” ujarnya.<br />

Untuk itu, Kakanwil meminta seluruh keluarga besar dan<br />

jajaran <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi Aceh untuk mendukung<br />

kepemimpinannya, memberikan saran dan pikiran yang<br />

konstruktif dalam membawa bahtera <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong><br />

<strong>Prov</strong>insi Aceh ke arah yang lebih baik. Dan ia percaya, bahwa<br />

apa yang telah dilakukan oleh Kakanwil sebelumnya, Drs. H.<br />

A. Rahman TB, Lt, sudah baik dan akan dilanjutkan dibawah<br />

kepemimpinannya.<br />

Hanya dengan menunjukkan kinerja yang baiklah, kita<br />

yakin dan percaya, dibawah kepemimpinan Drs. H. Ibnu<br />

Sa’dan, M.Pd, <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi Aceh akan lebih<br />

bersinar lagi di masa-masa akan datang. Dan sudah pasti,<br />

dengan sendirinya menepis semua kegalauan itu.<br />

Sebagai instansi vertikal di daerah, <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong><br />

<strong>Prov</strong>insi Aceh, dengan 15 ribu lebih PNS dan 634 buah<br />

Satuan Kerja – diyakini memiliki potensi yang besar sekaligus<br />

menjadi tantangan pada sisi lain. Nah, untuk itu, rasanya<br />

<strong>Santunan</strong> NOVEMBER <strong>2011</strong><br />

pekerjaan rumah Kakanwil baru tidaklah ringan. Terutama,<br />

bagaimana menginventarisir semua kendala dan masalah yang<br />

ada di lembaga ini, untuk kemudian segera dicarikan solusi<br />

dan pemecahannya. Dan pada saat yang sama, hal positif yang<br />

selama ini sudah dibangun dengan baik harus terus dipelihara<br />

dan dikembangkan, sehingga menjadi satu capaian yang lebih<br />

mengembirakan lagi di masa yang akan datang.<br />

Hari ini dan ke depan, tugas dan tanggungjawab<br />

<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> menjadi lebih berat, tidak hanya karena<br />

pengaruh perkembangan zaman dan tantangan dunia global.<br />

Namun, beberapa peristiwa yang terjadi di Aceh akhir-akhir<br />

ini, seperti kasus penodaan dan pelecehan agama, munculnya<br />

ajaran sempalan, pendangkalan aqidah, dekadensi moral,<br />

pemahaman agama yang mulai menipis, masih terjadinya<br />

khilafiah soal-soal furu’iyah dalam beribadah di tengah umat,<br />

menjaga perdamaian dan kerukunan intern dan antar umat<br />

beragama adalah pekerjaan rumah yang perlu mendapat<br />

perhatian serius jajaran <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong>.<br />

Belum lagi PR internal<br />

yang menjadi tugas dan<br />

fungsi lembaga ini, misalnya,<br />

bagaimana meningkatkan<br />

kualitas pendidikan agama<br />

dan keagamaan, peningkatan<br />

kualitas kehidupan<br />

beragama, menjaga dan<br />

menata kerukunan umat<br />

beragama, meningkatkan<br />

kualitas penyelenggaraan<br />

ibadah haji, dan penguatan<br />

tata kelola kepemerintahan,<br />

adalah pekerjaan yang tidak<br />

kalah ringan. Satu lagi,<br />

harapan jajaran <strong>Kementerian</strong><br />

<strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi Aceh<br />

sejak tahun 2007, untuk menghadirkan sebuah Balai Diklat<br />

Keagamaan di Aceh, perlu direspon positif oleh pimpinan baru.<br />

Sehingga pegawai <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> Aceh, tidak perlu lagi<br />

jauh-jauh mengikuti diklat teknis ke Medan, Sumatera Utara.<br />

Nasib dan masa depan sekian ribu tenaga honorer jajaran<br />

<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> Aceh yang telah dilakukan verifikasi.<br />

Ratusan madrasah yang antri untuk dinegerikan, perlu<br />

penjelasan dan adanya titik terang.<br />

Kita meyakini, seluruh pegawai jajaran <strong>Kementerian</strong><br />

<strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi Aceh menaruh harapan besar kepada Kakanwil<br />

baru, yang masih muda, dan energik ini -- untuk membawa<br />

perubahan-perubahan besar ke depan. Mari kita ucapkan<br />

selamat bertugas kepada Kakanwil baru Bapak Drs. H. Ibnu<br />

Sa’dan, M.Pd, semoga Allah Swt, Tuhan Yang Maha Kuasa,<br />

memberikan inayah dan ma’unah dalam setiap aktifitasnya.<br />

Dalam kesempatan ini, seluruh manajemen <strong>Majalah</strong><br />

<strong>Santunan</strong> mengucapkan selamat merayakan Idul Adha 1432<br />

H/<strong>2011</strong> M, mohon ma’af lahir dan batin. Semoga ketulusan<br />

pengabdian dan pengorbanan Nabi Ibrahim As, putranya<br />

Ismail As dan isterinya Siti Hajar, mengilhami spirit hidup kita<br />

sebagai manusia, khalifah di muka bumi. njuniazi


Beasiswa, Jangan Buru-buru<br />

Assalamu’alaikum ww.<br />

Yth. Redaksi <strong>Majalah</strong> <strong>Santunan</strong>.<br />

Saya merasa sangat kecewa<br />

sehubungan dengan adanya beasiswa<br />

bagi guru PNS dari Pusat, yang<br />

kabarnya tenggang waktunya sangat<br />

singkat. Sehingga saat kami ketahui,<br />

bahkan hari itu juga kami baru tahu,<br />

sudah tidak lagi sempat membuat<br />

pengusulan. Apalagi mengirim datanya<br />

langsung ke alamat… Padahal kami<br />

sangat membutuhkannya, mengingat<br />

kebutuhan hidup yang memang sudah<br />

menumpuk, ditambah dengan harus<br />

sambung kuliah.<br />

Mohon kepada Pemerintah, di<br />

lain waktu dan lain kesempatan,<br />

jangan ‘mendadak’ dan buru-buru<br />

demikian. Kasihan kami yang jadi<br />

korban. Kami sangat mengiba, agar<br />

uneg-uneg ini dimuat dan diindahkan.<br />

Ini mewakili banyak warga negara<br />

lain di ‘pedalaman’ yang kehilangan<br />

kesempatan mendapatkan beasiswa<br />

tersebut. Terima kasih dan salam.<br />

Suwarti,<br />

MTsN Woyla Kab. Aceh Barat<br />

Revisi ‘Aturan Main’ Penyuluh<br />

Assalamu’alaikum ww.<br />

Pertama, saya ingin tanyakan<br />

pada pihak terkait, kenapa Penyuluh<br />

<strong>Agama</strong> Islam tidak bekerja di Kantor<br />

KUA Kecamatan? Walaupun mereka<br />

bekerja, tapi bukan pegawai struktural,<br />

sebagaimana jabatan lainnya di kantor.<br />

Kabarnya mereka lebih banyak pem-<br />

BIRO DAERAH MAJALAH SANTUNAN:<br />

Kota Banda Aceh Yusri, Said Mahfud, Aceh Barat Narjun Ikhsan, Merahwan, Simeulu Drs. H. Yusman, Iskandar, Aceh Barat Daya Zubaili, Fajrina, Nagan<br />

Raya Muhammad Juned, Taufiq, Aceh Tengah M. Ramli, SH, Hasanah, Gayo Lues Ibrahim, S.Ag, Munirullah, S.Sos.I, Pidie Drs. Ilyas Muhammad, Syuib,<br />

S.Ag, Kota Lhokseumawe T. Helmi, S.Sos, Umar Dani, Aceh Besar Nasrullah, Amirullah, Kota Sabang H. Khairuddin, S.Ag, Eriadi, ST, Aceh Jaya Taisir,<br />

S.TH, Rahmat, Aceh Selatan Drs. Bukhari Harun, Ainul Marziah, Aceh Tenggara Syaiful, S.HI, Razali, Aceh Timur Jakfar, S.Sos.I, Hermansyah, Aceh<br />

Tamiang Muhammad Sofyan, Jumini, Kota Langsa M. Dahlan Ary, Apmilina Sari, Aceh Utara Drs. Kasmidi, A. Hadi, Aceh Singkil Ghazali, S.Ag, Widiastuti,<br />

Bener Meriah Drs. H. Hamdani, Ambiya Yusri, Bireuen Ismuar, S.Ag, Mursyidah.<br />

Redaksi hanya memuat surat, email, atau sms yang menyertakan identitas yang jelas, dan disampaikan dalam bahasa yang sopan. Demikian untuk dimaklumi.<br />

<strong>Santunan</strong> NOVEMBER <strong>2011</strong><br />

binaan pada masyarakat. Istilahnya<br />

fungsional yang luput dari apel dan<br />

ketatnya jam masuk dan jam pulang.<br />

Kedua, untuk meningkatkan k<strong>edisi</strong>plinan<br />

dan program kerja, ada<br />

baiknya ‘aturan main’ penyuluh<br />

disamakan saja dengan pegawai<br />

lainnya. Ini perlu, di samping untuk<br />

efektifnya kontroling dari atasan, juga<br />

mungkin untuk menghindari besarnya<br />

kecemburuan pegawai lain. Jadi<br />

bukan hanya mengandalkan absensi<br />

dan laporan bulanan yang sering diperbaguskannya<br />

itu. Melalui rubrik<br />

ini, kami mohon pada Kantor Kemenag<br />

Aceh dan Kemenag Pusat, agar pada<br />

tahun 2012 untuk dapat merevisi<br />

kembali ‘model’ kerja penyuluh itu.<br />

Terima kasih. Wassalam<br />

Nurdin<br />

alamat ada pada redaksi<br />

5


Dirangkum oleh Muhammad Yakub Yahya<br />

Dialektika Qurban<br />

Muslim yang ideal, harapan Allah<br />

dan manusia, ada kesepadanan<br />

antara kesalehan ritual dan<br />

kesalehan sosial. Setiap langkah dalam<br />

Islam, biasanya ada dimensi spritual<br />

dan kemasyarakatan. Salah satu ukuran<br />

shalat yang bagus dan ‘sah’ misalnya,<br />

mampu membentengi diri orang<br />

shalat, dari maksiat atau mungkar,<br />

usai shalat. Selain shalat, ibadah lain,<br />

misalnya zakat, infak, sedekah, hibah,<br />

wakaf, ‘aqiqah, puasa, haji, dan qurban,<br />

di samping bersinggungan dengan<br />

keruhaniahan dan keikhlasan, juga sarat<br />

nilai kepekaaan dan kebersamaan.<br />

Lebih jauh lagi, bahkan, ‘amalan akhirat’<br />

itu, juga memuat aspek substansi<br />

dan syiar. Syiar (divisualisasikan oleh<br />

lambang dan simbol) itu jadi penting<br />

untuk mengimbangi esensi. Jadi, dalam<br />

ritme dan dinamika ibadah, ada wilayah<br />

‘isi’, unsur ‘dalam’, elemen ‘badan’, atau<br />

porsi ‘tubuh’ (katakanlah itu porsinya<br />

tauhid). Juga ada elemen ‘kulit’, unsur<br />

‘luar’, porsi ‘baju’, aspek ‘formalitas’,<br />

dan sisi ‘seremonial’ (sebut saja itu<br />

aspeknya fiqih).<br />

Realitas, kadangkala ummat<br />

LAPORAN UTAMA<br />

ini hanya terpaku pada ‘kulit’ atau<br />

simbol. Lantas kita alpa pada nilai atau<br />

hikmah. Terkadang juga penganut ini<br />

terjebak pada pencapaian hakikat, lupa<br />

mengindahkan lahiriah. Singkatnya,<br />

kadang muslimin hanya ‘alim’ fiqih, tapi<br />

‘awam’ tauhid, dan malangnya ‘ambruk’<br />

benteng akhlak. Atau mantap iman dan<br />

bagus perangai, tapi gersang fiqih, atau<br />

sebaliknya.<br />

Pemandangan yang sama, jebakan<br />

seremonial belaka, kerap kita<br />

praktekkan juga pada syiar qurban,<br />

setiap ‘musim qurban’, hari ‘ulang<br />

tahun’ penyembelihan. Tak jarang kita<br />

di sini hanya mengedepankan makanmakan<br />

dan seremonial semata. Sesekali<br />

atau seringkali kita lupa sejarah, makna,<br />

hikmah, kesan-kesan, dan pesan-pesan<br />

qurban. Saat penyembelihan, kita<br />

yang kantongi catatan nama pemilik<br />

binatang, pegang parang, dan simpulkan<br />

tali ke kaki hewan, lupa ‘sejarah tabah’<br />

Ismail as, bahkan lebih jauh lagi: ragam<br />

tanaman dan aneka ternak, objek<br />

qurban Qabil-Habil, dengan kualitas<br />

dan kuantitasnya.<br />

Konon lagi saat makan-makan, pupus<br />

6 <strong>Santunan</strong> NOVEMBER <strong>2011</strong><br />

sudah, ‘tertelan’ sudah, segala makna<br />

yang ‘melangit’ atau ilahiah (transenden)<br />

itu, bersama kunyahan daging ke perut<br />

ini. Barangkali kita tidak ingat pun<br />

untuk selalu berlindung dari bisikan<br />

setan, sebagaimana sejarah heroik<br />

Ibrahim as. Atau tidak merasa, setan<br />

musuh yang nyata dan terang-terangan,<br />

siang dan malam bagi kita, sebagaimana<br />

dimusuhinya setan oleh keluarga Hajar<br />

as --‘hamba gurun’ yang tulus dan patuh<br />

itu. Ibrahim as yang meneladankan kita<br />

murah dan suka berbagi-bagi, bukan<br />

menambah (mengali) itu, sepertinya<br />

kita lupakan, begitu saat ‘milad qurban’<br />

terlewati, kala darah kering, dan waktu<br />

kerupuk kulit lembu habis.<br />

“Jika kita berlomba untuk<br />

memperbagus kenderaan di dunia, mari<br />

berlomba juga untuk mempermewah<br />

kenderaan di akhirat, dengan qurban,”<br />

banding Tgk. H. Bukhari, MA, khatib<br />

terkenal di Banda Aceh dan sekitarnya.<br />

Aneh memang, kita bahkan ambil<br />

kredit dan utang untuk kenderaan<br />

baru, di dunia fana, tapi kita lupa<br />

dengan mobilitas di akhirat nan abadi.<br />

“Kita harus punya mimpi dan mulai


merencanakan untuk qurban. Dari<br />

niat ini, kita akan bergerak untuk<br />

menabung, menyisihkan uang,” ajak<br />

DR Tgk H Syamsul Rijal, M.Ag, Dekan<br />

Fakultas Ushuluddin IAIN Ar-Raniry.<br />

Tgk. H. Imam Syuja’, PW<br />

Muhammadiyah Aceh, memaknakan<br />

qurban itu sebentuk komitmen sosial<br />

kita, baik bulan haji maupun pasca-<br />

Dzulhijjah. “Sosialisme Islam yang<br />

diamanahkan lewat qurban, bukan<br />

hanya musim haji, bulan Dzulhijjah,<br />

melainkan seterusnya, hingga bulan haji<br />

tahun depan. Bulan ke 12 (Dzulhijjah)<br />

dalam tahun Hijriah itu, memupuk<br />

kembali solidaritas sosial kita, dan usai<br />

itu, sikap tolong menolong atau bantu<br />

membantu (ta’awun) itu tetap mekar,<br />

merekah,” sambung Imam Syuja’,<br />

mantan Anggota DPR RI, yang baru jadi<br />

abu chik itu.<br />

“Bersegera membagikannya pada<br />

hari ‘ied, adalah lebih baik daripada<br />

menunda sampai besok, esok, atau<br />

esok lusanya lagi. Ini gunanya untuk<br />

melapangkan kebutuhan fakir miskin<br />

dan kerabat di hari raya,“ pesan Syaikh<br />

Abdul Aziz Binbaz, satu ulama besar<br />

kita. Tentu pemberian dan pengorbanan<br />

yang terus ‘mekar’ dalam sunnah,<br />

ketaatan, dan keikhlasan, bukan dalam<br />

lesung bid’ah, pamer atau riya. “Yang<br />

sampai pada Allah bukan daging dan<br />

darah (qurban), tapi takwa kita,” pesan<br />

QS. Al Hajj (99) ayat 37.<br />

Konversi qurban<br />

Jika substansi atau inti qurban itu<br />

ikhlas dan kepatuhan, andai nilai kepedulian<br />

sesama usai ‘musim qurban’<br />

tetap luntur, maka salahkan jika dikonversikan<br />

(dialihkan) saja biaya hewan<br />

qurban dengan nilai uang kontan (cash),<br />

yang penting ikhlas. Inilah satu wacana<br />

yang berkembang dari sebagian tokoh.<br />

Setelah menyaksikan bertumpuknya<br />

daging pada sebagian kampung, sementara<br />

mimim di kampung yang lain,<br />

bagus juga jika dialihkan saja dalam<br />

bentuk kalengan (corned beef), lalu disalurkan,<br />

mungkin berselang minggu<br />

pada kawasan bencana atau kelaparan.<br />

Qurban pun mengalami dialektika.<br />

Misalnya sekarang, tak mungkin<br />

mengirim qurban kambing dan lembu,<br />

misalnya ke Somalia, korban banjir<br />

Thailand, atau gempa Turki. Maka seakan<br />

lazim saja, jika ditransfer saja harga<br />

kambing, untuk pengadaan makanan<br />

pokok, ke Afrika itu. “Inilah kepatuhan<br />

dan ketaatan ummat, termasuk patuh<br />

pada perintah sembelihan harus<br />

berbentuk hewan, bukan yang lainnya.<br />

Inilah semacam syiar yang tak mesti<br />

digantikan dengan pengorbanan materi<br />

lainnya,” ujar Prof. DR. Syahrizal Abbas,<br />

MA, Dosen Pascasarjana IAIN Ar-Raniry<br />

Banda Aceh.<br />

Lebih lanjut Syahrizal, Guru Besar<br />

Hukum Islam pada Fakultas Syariah<br />

IAIN Ar-Raniry, kelahiran Aceh Barat,<br />

menganjurkan ummat untuk selalu merenungi<br />

makna historis qurban, esensi,<br />

dan hukum yang berbeda-beda pandangan<br />

ulama itu. Sehingga jangan sampai<br />

kita yang PNS pun, sering berkilah atau<br />

mengelak qurban, karena sepanjang<br />

hayat tidak pernah ‘sanggup’, tapi hanya<br />

sanggup ‘memotong leher’ hewan milik<br />

saudara yang lain, atau cuma pintar<br />

meracik dan menikmati kuah dan daging<br />

qurban, lalu hanya ahli menyimpan<br />

dalam kulkas yang mahal, di ruang makan/dapur<br />

yang juga mahal itu.<br />

Daging buat siapa?<br />

Bulan Haji sudah dimulai sejak Syawal<br />

hingga Dzulhijjah (QS. Al-Baqarah:<br />

197). Panitia sejak hari raya puasa<br />

itu, bahkan sejak Ramadhan, sudah<br />

mengumumkan bakal hewan qurban,<br />

lengkap dengan rincian biayanya.<br />

Acapkali kita yang melapor jelang Idul<br />

Adha --mungkin telat dapat biaya atau<br />

baru mudik, sudah tidak tertampung<br />

lagi oleh panitia untuk gabung, untuk<br />

ukuran satu lembu (tujuh orang).<br />

Mungkin hanya bisa untuk individu<br />

saja, kambing atau biri-biri, itupun cari<br />

dan beli sendiri, lalu bawa ke mushalla,<br />

serah terima pada panitia.<br />

Kadangkala panitia juga menerima<br />

‘titipan’ jatah daging jauh-jauh hari.<br />

Padahal lebaran pun masih jauh, takbiran<br />

pun belum. Jika ‘proposal permintaan’<br />

daging itu dari yang berhak, itu tidak<br />

mengapa. Tapi jika ‘pesan’ itu dari orang<br />

berada (kaya dan sering makan enak),<br />

sungguh itu masalah serius. “Apalagi<br />

ada pemandangan kurang sedap, bawa<br />

becak pula ke ‘mesin pemotongan’<br />

untuk menampung kulit, yang seringkali<br />

itu untuk dijual. Padahal tidak boleh<br />

ada yang dijual, semua harus dibagi,”<br />

kritik Tgk. Bukhari, Kasi Kemasjidan<br />

Bidang Penamas Kemenag Aceh, di selasela<br />

taushiah (ta’ziah) pada rumah salah<br />

seorang pegawai Kemenag <strong>Prov</strong>insi<br />

<strong>Santunan</strong> NOVEMBER <strong>2011</strong><br />

Laporan Utama<br />

Aceh, kawasan Indrapuri, Aceh Besar.<br />

Tidak jarang porsi untuk kerabat<br />

dan tetangga yang berkurban, sampai<br />

separuh hewan qurban, bahkan lebih.<br />

Hewan qurban dia padahal hanya satu<br />

kambing. “Di sini memberi kesan,<br />

seakan-akan panitia hanya diangkat<br />

sebagai ‘tukang potong’ qurban. Jika<br />

begini, bagus sembelih saja dan bagibagi<br />

sendiri hewan ternak itu di halaman<br />

rumahnya,” sindir Tgk. H. M. Yahya,<br />

veteran dari Gampong Krueng, Grong-<br />

Grong, Kec. Meureudu, Kab. Pijay.<br />

“Rumus pembagian daging qurban,<br />

menurut porsinya, sepertiga untuk<br />

pemilik, andai ia mau memakannya<br />

sebanyak itu; sepertiga untuk fakir<br />

miskin, dan sepertiga lagi buat karib<br />

kerabat. Ini penting diingat, sebab<br />

qurban ‘ulang tahun’ makan daging<br />

bagi fakir miskin tersebut, untuk<br />

menjalin silaturrahim dan mempererat<br />

ukhuwah. “Jadi bukan dibagi rata<br />

untuk semua warga, atau tumpukan<br />

dikalkulasikan buat sesama panitia,”<br />

sambung Tgk Syukri Daud, Ketua MPU<br />

Banda Aceh. Ruh sosial melalui qurban<br />

ini, sejalan dengan pesan Surat Al-Hajj<br />

ayat 36. “Makanlah, hadiahkanlah, dan<br />

sedekahkan,” isyarat satu hadits shahih<br />

(Muttafaq ‘alaih).<br />

Apalagi belum apa-apa, sudah<br />

adah jatah-jatahan. Jadi, ajakan untuk<br />

mengkalengkan daging juga baik, asal<br />

kita memiliki fasilitas untuk itu. Tapi<br />

wacana meng-kurs-kan harga qurban<br />

untuk dibeli barang lain, untuk dikirim<br />

ke Afrika misalnya, itupun patut<br />

didiskusikan lagi, walaupun memang<br />

perintah qurban memuat makna<br />

kepatuhan pada anjuran (mesti hewan,<br />

bukan yang lain), dan ketulusan dalam<br />

ketaatan.<br />

Akhirnya, daging qurban memang<br />

buat makan- makan dan disimpan.<br />

“Tapi jangan alpa, panitia gampong<br />

mesti sesegera mungkin melapor nama<br />

penyumbang dan penerima kepada<br />

unit paling bawah Kemenag, yakni<br />

KUA Kecamatan, untuk dilaporkan ke<br />

tingkat lebih atas. Sebab data apa pun,<br />

termasuk qurban dan laporan lainlain,<br />

akan menentukan arah kebijakan<br />

pemerintah, dan potret sebuah<br />

masyarakat. Membangun tanpa data<br />

itu si-sia,” tutup KUA Kec. Mesjid<br />

Raya, (Krueng Raya) Aceh Besar, Tgk.<br />

M. Nasir, M.Ag, yang juga putra asli<br />

Matang Peusangan itu. n<br />

7


Laporan Utama<br />

Drs. Ridwan Qari, Kabid Urais Kanwil Kemenag <strong>Prov</strong>insi Aceh<br />

Kesadaran Kolektif, bukan Ego Sektoral<br />

Mencermati tingginya semangat<br />

berkurban dari masyarakat, perlukah<br />

Kemenag mengelola qurban ini?<br />

Kita pikir pengelolaan ini perlu. Sebab<br />

qurban selama ini hanya kita tunaikan<br />

mungkin di kantor, masjid, meunasah, atau<br />

lembaga lain, yang dagingnya hanya untuk<br />

orang kantor sendiri, kampung sendiri, tapi<br />

untuk orang kampung lain, selain kampung<br />

orang yang berkurban, seakan hubungan<br />

itu terputus. Di sini ada hal yang terpilah.<br />

Padahal meskipun dilakukan di kantor,<br />

di kampung kita di sini, ada hak untuk<br />

orang kampung asal orang yang berkurban.<br />

Jika qurban sudah banyak, saya rasa perlu<br />

dikelola.<br />

Perintah, “Kuluu waddakhiruu watashaddaquu,<br />

itu ada tiga segmen pendistribusian<br />

qurban. Kita buat tiga prioritas, dan ini perlu<br />

koordinasi. Porsinya, ahli bait 1/3, kerabat<br />

1/3 (jadi tetangga yang kaya pun boleh<br />

menikmati qurban), dan yang penting 1/3<br />

untuk fakir dan miskin. Yusuf Al-Qardhawy<br />

pernah khutbahkan, kalau orang miskin<br />

banyak, jangan kasih 1/3, sebab porsi<br />

itu akan sedikit bagiannya. Jika mereka<br />

sedikit jumlah, baru boleh kita berikan<br />

1/3, sehingga mereka mendapat jatah yang<br />

besar.<br />

Kemenag punya wewenang untuk<br />

ini?<br />

Kemenag punya kewenangan, walau<br />

selama ini belum berjalan. Kita punya<br />

sejenis blanko F, yaltu format laporanlaporan<br />

yang di antara data qurban itu.<br />

Sekarang, dari input data, jika kita baca<br />

dari <strong>Prov</strong>insi Aceh, belum bisa diukur dan<br />

terukur datanya, walaupun bersyiar sekali<br />

di tengah masyarakat.<br />

Selama ini qurban terkesan dikelola<br />

masing-masing, langkah apa yang perlu<br />

kita ambil?<br />

Menyongsong tahun baru 2012/1433<br />

H, kita sampaikan pada Kemenag kabupten/<br />

kota, untuk membangun kesadaran kolektif,<br />

bukan hanya sektoral, bukan egosektoral.<br />

Di Arab Saudi misalnya, qurban bukan<br />

hanya untuk orang miskin di Arab, tapi<br />

didistribusikan hingga melampua batasbatas<br />

negara. Kita juga berkoordinasi dengan<br />

MPU, Dinas Syariat, dan lainnya, dalam<br />

pengelolaan qurban itu, selain zakat dan<br />

8 <strong>Santunan</strong> NOVEMBER <strong>2011</strong><br />

wakaf. Koordinasi dengan MPU mungkin<br />

ada hambatan, yang seharusnya mereka<br />

juga besuara yang sama untuk pengelolaan<br />

ini.<br />

Kita dapat informasi, masyarakat<br />

keberatan jika qurban dikelola seperti<br />

itu, gejala apa ini?<br />

Itulah sektoral, egosektoral orang kita.<br />

Orang Islam, padahal “kajasadil waahid”,<br />

kayak satu tubuh. Aspek ini seperti belum<br />

mendapat perhatian kuat dari umat.<br />

Dianggap qurban itu hak kampung kita,<br />

padahal mestinya, bagaimana itu menjadi<br />

kesadaran kolektif. Jangan bertumpuk<br />

di satu kampung, padahal kampung itu<br />

sejahtera dan kaya. Konsep bertetangga<br />

dalam ayat “waljaridzil junubi, wajaridzil<br />

qurba” itu perlu perhatian, itu kesatuan<br />

Islam, bukan hanya tetangga sekampung.<br />

Perangkat KUA, Penyuluh PNS dan<br />

non PNS, mungkin bisa membantu<br />

sosialisasikan ini?<br />

Ini salah satu tugas Binmas Islam.<br />

Dalam konteks wilayah, ada Penamas dan<br />

Urais. Imam juga bisa kita jadikan saluran<br />

pemahaman, bagaimana semangat qurban<br />

dikelola dengan bagus. Lewat majelis<br />

taklim, pesan itu juga bisa. Kurikulum<br />

untuk penyuluh juga sdudah ada ke arah<br />

itu. Tinggal bagaimana memberi stressing,<br />

bagian terpenting, yang selama ini masih<br />

terbatas.<br />

Pesan Anda kepada jajaran Kemenag<br />

seluruh Aceh!<br />

Syariat Islam itu membawa keadilan.<br />

Bagaimana jika orang miskin tetap begitu,<br />

lalu kita bilang bersyariat. Wawasan<br />

bersyariat harus luas, dan tidak kaku. Jangan<br />

kita bertanggung jawab hanya untuk sektor<br />

kita sendiri. Kita yang terbaik, yang banyak<br />

memberi manfaat. Juga bagaimana kampung,<br />

kecamatan, kabupaten bisa bermanfaat<br />

banyak bagi kampung, kecamatan, dan<br />

kabupaten lainnya. Walaupun jabatan kita<br />

bukan penyuluh, tapi tiap hari kita bisa<br />

menyuluh. Konon lagi ramai penyuluh non<br />

PNS kita, yang jika pesan humanisme ini<br />

bisa kita sampaikan, misi Islam akan jalan<br />

sempurna. nmulyadi nurdin/yyy


Misi dan instruksi ibadah qurban<br />

memuat dua esensi: spiritual dan sosial<br />

yang tinggi. Aspek spiritual penyembelihan<br />

itu mencakup keikhlasan, kepatuhan, dan<br />

ketaatan. Sisi sosial ibadah qurban meliputi<br />

kepekaan dan kepedulian sosial dengan<br />

membagi-bagi daging hewan pada fakir dan<br />

miskin. Karena ada aspek kepatuhan atau<br />

loyalitas pada perintah Allah itulah, maka<br />

semangat menkonversikan (menukar)<br />

sembelihan qurban dengan materi lain,<br />

jadi kurang tepat.<br />

<strong>Santunan</strong> NOVEMBER <strong>2011</strong><br />

Laporan Utama<br />

Prof. Dr. Syahrizal Abbas, MA, Dosen Pascasarjana IAIN Ar-Raniry<br />

Loyalitas dan Syiar Meriah<br />

Nabi Ibrahim as saja tidak mengganti<br />

‘leher’ anaknya Ismail as dengan objek lain.<br />

Hanya malaikat, lewat titah Allah saja yang<br />

menggantikan ‘leher’ itu dengan hewan,<br />

dan qurban tetap sejenis hewan masa<br />

Rasulullah Saw, hingga hari kiamat. Nilai<br />

syiar inilah yang mesti juga dipertahankan<br />

seiring dengan substansi dari ibadah qurban<br />

(kepatuhan loyalitas pada perintah). Maka<br />

jika meriah pengumuman dan takbiran<br />

saat ritual penyembelihan, itu ada baik<br />

juga. Islam itu menyeimbangkan substansi<br />

dan syiar.<br />

Kemampuan berqurban memang<br />

diwajibkan atas siapa saja, selain fakir<br />

miskin. Sebab fakir miskin itu sasaran<br />

pembagian daging qurban. Tapi bukan<br />

fakir miskin dalam standar PNS kita yang<br />

terlanjur ambil kredit, lalu morat marit<br />

sepanjang bulan. Walaupun ada kredit,<br />

atau dililit hutang, tapi itu bukan bermakna<br />

miskin. Selama ada kelapangan sampai hari<br />

raya, silakan menyembelih qurban, walau<br />

kredit di sana-sini. nyakub<br />

9


Laporan Utama<br />

Tgk. H. Imam Syuja’, Tokoh Muhammadiyah Aceh<br />

Usai Dzulhijjah Tetap Mekar<br />

Di antara hikmah ibadah qurban<br />

ialah mengendalikan nafsu hewaniah<br />

kita. Muaranya akan menjelma menjadi<br />

insan yang takwa. Berlawanan dengan<br />

jiwa yang takwa, dalam diri kita juga<br />

subur dorongan mendurhakai (fujur). Fa<br />

alhamaha fujuraha wa taqwaha, firman<br />

Allah SWt dalam Surat Asy-Syams ayat<br />

8. Diilhamkan (dianugerahkan) kita<br />

jalan kedurhakaan dan ketakwaan. Qad<br />

aflaha manzakkaha (QS. Asy-Syams: 9),<br />

sungguh beruntung kita yang memilih<br />

jalan penyucian.<br />

Qurban salah satu media penyucian<br />

Sering qurban yang diijabqabulkan<br />

masyarakat pada panitia atau orang tua<br />

kampung, lengkap dengan porsi dan nama<br />

orang yang bakal menerima. Anehnya,<br />

jatah untuk kerabat dan tetangga yang<br />

berkurban, sampai separuh hewan<br />

qurban, atau bahkan lebih. Padahal yang<br />

itu. Qurban akan meminimalisir perangai<br />

kebinatangan kita. Qurban selama<br />

Dzulhijjah, ajang merevitalisasi semangat<br />

memberi dan berbagi. Efek berbagi dan<br />

peduli tetap kelihatan seusai Hari Raya dan<br />

Tasyriq itu.<br />

Sosialisme yang dipesankan lewat<br />

qurban bukan cuma musim haji, bulan<br />

Dzulhijjah, melainkan seterusnya. Bulan<br />

ke 12 dalam tahun Hijriah itu, memupuk<br />

kembali solidaritas sosial kita, dan usai<br />

itu sikap tolong menolong dan bantu<br />

membantu itu tetap mekar, merekah.<br />

nyakub<br />

Tgk. H. M. Yahya Lahen,<br />

Tuha Peuet Grong-Grong (Krueng), Kemukiman Beuracan, Meureudu, Pidie Jaya<br />

Kadang Panitia Hanya Tukang Potong<br />

dikurbankan hanya kambing. Di sini<br />

memberi kesan, seakan-akan panitia hanya<br />

tukang potong qurban mereka. Jika begini,<br />

bagus sembelih saja dan bagi-bagi sendiri<br />

hewan ternak itu di halaman rumahnya.<br />

Mestinya padahal, hewan yang<br />

dihimpun panitia, dipotong sama-sama,<br />

baik kambing (biri-biri) maupun kerbau<br />

(lembu), lantas panitia yang mengatur<br />

pembagian, tentu menurut data calon<br />

penerima dari tiap-tiap gampong, jika<br />

penyembelihan itu di tingkat kemukiman.<br />

Kalau penyembelihan di tingkat gampong,<br />

justru lebih mudah lagi mengantar ke<br />

alamat, sebab lingkup distribusi lebih<br />

kecil. Jadi mestinya jangan sampai yang<br />

berkurban banyak mengatur pembagian,<br />

walaupun memang boleh sampai sepertiga,<br />

jatah untuk dibawa pulang. Tapi panitia<br />

juga jangan dijadikan cuma tukang potong<br />

kambing kita, di saat mereka juga mau<br />

berlebaran, sebagaimana pemiliki qurban.<br />

Hikmah lainnya, jika qurban kita dipotong<br />

bersamaan dengan hewan orang lain,<br />

walaupun sama-sama kambing atau samasama<br />

lembu ialah, agar yang berkurban<br />

menjadi boleh memakan alakadar dagingnya<br />

(ini kasus qurban nazar yang haram<br />

pemilik memakannya). Sebab sudah ber-<br />

10 <strong>Santunan</strong> NOVEMBER <strong>2011</strong><br />

campur baur dagingnya dengan daging<br />

qurban yang lain. Kemungkinan boleh makan<br />

kembali daging qurban, ini menurut<br />

beberapa pendapat. Sebab siapa tahu qurban<br />

itu bukan lagi sunnat muakkad atau<br />

sunnat kifayah, tapi sudah wajib (nazar),<br />

yang menurut beberapa pendapat ulama,<br />

dengan lafal tertentu, seperti mengatakan<br />

“lembu ini akan saya kurbankan lebaran<br />

ini,” jadilah ia nazar, yang haram dimakan<br />

daingnya buat diri sendiri.<br />

Maka ada pendapat, bagus jangan<br />

suka menanyai seseorang yang menuntun<br />

hewan, mau diapakan dia. Sebab dia biasa<br />

akan menjawab, buat qurban, dijual, atau<br />

lainnya. Juga bagi yang membawa hewan,<br />

jika memang mau dikurbankan, jangan<br />

suka berkomentar ini dan itu. Baik diam<br />

saja. Sebab salah-salah omong, qurban<br />

yang sunnat muakkad atau ‘wajib’, jadi<br />

qurban nazar, menurut sebagian kalangan<br />

ulama, dengan lafal seperti di atas. Tak<br />

boleh tanya dan jawab ini, tentu merujuk<br />

pada kisah Ibrahim yang merencanakan<br />

akan ‘koh takue’ Ismail, yang tak satu<br />

pun manusia tahu waktu itu, kecuali Siti<br />

Hajar, itupun bukan suaminya yang kasih<br />

tahu, tapi (mungkin) setan. Wallahu a'lam<br />

nyakub


Semangat anak sekolah yang<br />

patungan, kolektif, mengumpulkan uang<br />

sedikit demi sedikit, untuk membeli<br />

hewan qurban, itu sangat mulia. Ajakan<br />

itu sangat bagus, di samping untuk<br />

mengajarkan kepedulian dan solidaritas<br />

sesama, juga mewariskan nilai-nilai<br />

Usia shalat Idul Adha, 10 Dzulhijjah,<br />

qurban biasa segera diproses dan<br />

didistribusikan panitia. Paling telat<br />

penyembelihan hewan ditunaikan<br />

pada esoknya, hari pertama Tasyriq, 11<br />

Dzulhijjah. Lantaran cepat disembelih,<br />

dicin-cang lalu ditumpuk, cepat pula<br />

dibagikan pada penerima. Kita tidak<br />

bisa tahu dengan jelas sekali, siapa<br />

saja yang dapat. Atau siapa warga yang<br />

berhak menerima, justru mereka belum<br />

(banyak) dapat. Sebab memang sasaran<br />

qurban itu, catatan khusus keluarga yang<br />

menyembelih atau panatia gampong.<br />

Kadangkala, jangankan data si penerima,<br />

hewan apa dan atas nama siapa saja,<br />

juga lambat kita terima. Walaupun kita<br />

sudah minta dan menelepon berkali-kali.<br />

Padahal kita sudah membagikan blangko<br />

laporan qurban jauh-jauh hari, pada awal<br />

Dzulhijjah. Jadi cepatnya pembagian tidak<br />

diiringi dengan cepatnya data qurban<br />

<strong>Santunan</strong> NOVEMBER <strong>2011</strong><br />

Laporan Utama<br />

Tgk. H. Syukri Daud, BA,<br />

Pengasuh Mata Kuliah Fiqh, Halaqah Masjid Raya Baiturrahman, Banda Aceh<br />

Sendiri Bagus, Patungan Silakan<br />

berkurban pada generasi Islam. Tapi<br />

jangan disalahpahami oleh walimurid,<br />

seakan ada paksaan dari sekolah untuk<br />

amal itu. Ibadah jangan ada kesan dipaksa<br />

dan memaksa. Ada riwayat, Ibnu Abbas<br />

ra. pada suatu musim qurban tidak<br />

menyembelih satu hewan, tapi membeli<br />

daging untuk selanjutnya dikurbankan.<br />

Atas dasar itu, maka diperkenankan<br />

kita berkurban ramai-ramai menurut<br />

kemampuan, meskipun belum sampai<br />

satu ekor hewan per pribadi.<br />

Bagi yang mampu, dari isyarat hadits<br />

Nabi Saw, itu wajib. Apalagi ada perintah<br />

dalam Surat Al-Kautsar. Hukum qurban,<br />

menurut ulama lain bisa sunnat muakkad,<br />

juga bisa sunnat kifayah. Artinya jika<br />

satu orang dalam sebuah keluarga sudah<br />

menyebelih qurban, maka memadailah<br />

untuk anggota keluarga yang lain.<br />

Nabi sendiri pernah mengurbankan<br />

M. Nasir, M.Ag, Kepala KUA Kec. Mesjid Raya Kab. Aceh Besar<br />

Sembelih Cepat, Laporan Lambat<br />

disampaikan pada KUA Kecamatan.<br />

Keterlambatan itu, mungkin, karena<br />

usai pemotongan hewan itu, masyarakat<br />

bersama tokoh kampung disibukkan<br />

dengan agenda lebaran. Jadilah laporan<br />

qurban dilafalkan oleh imam atau geuchik<br />

berbarengan dengan pelaksanaan nikah<br />

di sebuah kampung. Akhirnya data yang<br />

disampaikan KUA ke Kantor Kemenag<br />

Kabupaten/Kota juga ada yang sudah<br />

berselang bulan Hari Raya Qurban.<br />

Data itu penting untuk kita lapor<br />

dan direkap di tingkat kabupaten/kota.<br />

Selanjutnya akan dikirim ke provinsi, dan<br />

harus cepat. Namun sekali lagi, setiap data<br />

diminta oleh Kemenag kabupaten, kita di<br />

KUA Kecamatan sering terbentur pada data<br />

yang belum sepenuhnya masuk ke KUA.<br />

Ini salah satu ragam data tingkat desa yang<br />

sering tidak bisa diinput, sekaligus dan<br />

sempurna, oleh setiap KUA Kecamatan.<br />

Padahal kebijakan pemerintah akan tepat,<br />

jika selalu didasarkan pada data yang valid.<br />

Data seperti jumlah santri dayah, waqaf,<br />

dua ekor kambing. Satu diisyaratkan<br />

untuk ummat ini, satu lagi untuk<br />

keluarga beliau. Keluarga Nabi yang<br />

dimaksud, saat itu ada 19 orang (11<br />

istri dan sembilan anak). Namun di<br />

saat yang lain, Nabi berkurban hingga<br />

100 ekor unta, saat Haji Wada’. Jadi<br />

bagus sendirian, mulia juga jika kolektif,<br />

qurban ‘berjamaah’.<br />

Daging qurban dibagi menurut porsi:<br />

sepertiga untuk yang memiliki, jika ia<br />

mau memakannya sebanyak itu; sepertiga<br />

untuk fakir miskin, dan sepertiga lagi buat<br />

karib kerabat. Ini penting diingat, sebab<br />

qurban untuk menjalin silaturrahim dan<br />

mempererat ukhuwah. Jadi bukan dibagi<br />

rata untuk semua warga, atau tumpukan<br />

dikalkulasikan buat sesama panitia.<br />

Apalagi belum apa-apa, sudah adah jatahjatahan,<br />

bukan demikian sunnah qurban.<br />

nyakub<br />

zakat mal, fitrah, atau qurban, di samping<br />

untuk syiar Islam, juga untuk pembangunan<br />

ummat. nyakub<br />

11


Laporan Khusus<br />

Drs. H. Ibnu Sa’dan, M.Pd, Kakanwil Kemenag Aceh<br />

Melanjutkan Keberhasilan<br />

Kepala Kantor Wilayah <strong>Kementerian</strong><br />

<strong>Agama</strong> Aceh, Drs.<br />

H. Ibnu Sa’dan,<br />

M.Pd menegaskan<br />

bahwa dirinya akan<br />

melanjutkan keberhasilan<br />

yang sudah<br />

dicapai oleh pimpinansebelumnya.<br />

Menurutnya<br />

semua program<br />

yang sudah berjalan<br />

akan dipertahankan<br />

selama bermanfaat<br />

bagi<br />

masyarakat.<br />

“Semua kita<br />

ingin kebaikan<br />

bagi masyarakat,<br />

selama program itu<br />

bermanfaat akan kita<br />

lanjutkan,” ujar<br />

Kakanwil kepada<br />

<strong>Santunan</strong>,<br />

Rabu (2/11/<strong>2011</strong>).<br />

Ketika ditanya langkah apa<br />

saja yang akan dilakukan<br />

ke depan, Kakanwil<br />

menyebutkan bahwa<br />

ia akan membangun<br />

suasana kerja yang<br />

akrab dan penuh kekeluargaan.<br />

“Kita tidak hanya<br />

bicara disiplin,<br />

tetapi bagaimana<br />

membangun hubungan<br />

kerja<br />

yang akrab antara<br />

pimpinan dan<br />

bawahan, supaya<br />

semua merasa bagai<br />

keluarga dan<br />

tidak ada jurang<br />

pemisah,” tambahnya.<br />

Menurutnya, beban<br />

kerja pegawai sangat berat<br />

sehingga tidak boleh<br />

dibebani lagi<br />

d e n g a n<br />

12 <strong>Santunan</strong> NOVEMBER <strong>2011</strong><br />

tekanan yang berlebihan, tetapi<br />

harus dibangun komunikasi yang<br />

sejuk dan akrab.<br />

“Saya inginkan supaya semua<br />

pegawai di Kanwil Kemenag Aceh<br />

dapat memanfaatkan mushalla yang<br />

ada untuk menjalin keakraban, di<br />

sana kita bisa santai dan berbaur<br />

usai shalat,” tambahnya.<br />

Selanjutnya Kakanwil juga<br />

menegaskan bahwa dirinya tidak<br />

akan bergaya ekslusif dan terlalu<br />

formal dalam memimpin, tapi lebih<br />

ditekankan pada keteladanan.<br />

“Saya tidak akan mengubah<br />

gaya Saya, Saya ingin tetap akrab<br />

dengan semua pegawai. Kalau ingin<br />

pegawai disiplin saya akan datang<br />

ke kantor lebih awal dari mereka,<br />

sehingga terbangun keteladan yang<br />

baik,” jelasnya.<br />

Dalam merancang program ia<br />

akan berusaha menjaring aspirasi<br />

dari bawah, termasuk dari staf,<br />

karena menurutnya, banyak staf<br />

yang memiliki usulan program yang<br />

bagus tapi belum tergali dengan<br />

maksimal.<br />

“Semua kegiatan akan melibatkan<br />

staf dalam implementasinya,<br />

untuk itu mereka harus dilibatkan<br />

sejak perencanaan supaya ada rasa<br />

memiliki nantinya,” tegasnya.<br />

Selanjutnya ia menginginkan<br />

supaya semua pegawai jajaran<br />

<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> di seluruh<br />

Aceh dapat bekerja secara<br />

profesional dan amanah.<br />

“Dalam bekerja kita harus<br />

profesional, kalau perlu<br />

menikmati kerja tersebut<br />

sehingga tidak menjadi<br />

beban,” pungkasnya. n<br />

mulyadi nurdin


<strong>Santunan</strong> - Jakarta. Bertempat<br />

di Oproom <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> RI,<br />

Senin (24/10), Menteri <strong>Agama</strong> RI. Drs.<br />

H. Suryadharma Ali, M.Si, melantik<br />

dan mengambil Drs. H. Ibnu Sa’dan,<br />

M.Pd sebagai Kepala Kantor Wilayah<br />

<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi Aceh.<br />

Di samping Drs. H. Ibnu Sa’dan,<br />

M.Pd, Menag RI juga melantik satu<br />

orang pejabat eselon satu di <strong>Kementerian</strong><br />

<strong>Agama</strong> Pusat dan lima orang pejabat<br />

eselon dua sebagai Kakanwil pada<br />

sejumlah <strong>Prov</strong>insi.<br />

Para pejabat yang dilantik Menag<br />

adalah Direktur Pengelolaan Dana Haji,<br />

Drs. H. Syariful Mahya Bandar, M.AP,<br />

menggantikan Drs. H. Ahmad Djunaidi<br />

MBA yang memasuki masa pensiun.<br />

Drs. Ismail Usman sebagai Kakanwil<br />

Sumatera Barat menggantikan Drs. H.<br />

Darwas. Drs. H. Abd. Rahim, M.Hum.<br />

yang sebelumnya Kakankemenag Kota<br />

Medan, dilantik sebagai Kakanwil<br />

Sumatera Utara. Drs. H. Handarlin H.<br />

Umar dilantik sebagai Kakanwil Kemenag<br />

<strong>Prov</strong>insi Kepulauan Riau menggantikan<br />

<strong>Santunan</strong> NOVEMBER <strong>2011</strong><br />

Laporan Khusus<br />

Menag RI Lantik Drs. H. Ibnu Sa’dan, M.Pd.<br />

Drs. H. Razali. Kakankemenag Sulawesi<br />

Selatan yang baru, Drs. H. M. Gazali<br />

Sayuti M.Hi menggantikan Drs. H. Hamka<br />

M.Ag. Juga Kakanwil Bangka Belitung<br />

Prof. DR. Hatamar, M.Ag menggantikan<br />

Drs. H. Herman Faizuddin MH.<br />

Menag RI dalam sambutannya mengatakan<br />

kepada pejabat yang dilantik<br />

untuk menghargai hasil kerja pejabat<br />

terdahulu, melanjutkan apa yang sudah<br />

baik dan menyempurnakan apa yang<br />

dirasa kurang. ”Dalam organisasi yang<br />

beretika dan lingkungan kerja yang berbasis<br />

pada sistem yang dinamis adalah<br />

merupakan kewajiban bagi setiap pejabat<br />

baru untuk menghargai hasil kerja<br />

pejabat terdahulu dan kemudian melanjutkan<br />

apa yang sudah baik, melakukan<br />

penyempurnaan dan peningkatan seiring<br />

dengan tantangan dan permasalahan<br />

aktual yang muncul,” ujar Menag.<br />

Menag percaya, jika seluruh pejabat<br />

di lingkungan <strong>Kementerian</strong> yang<br />

dipimpinnya memiliki integritas, loyalitas<br />

dan totalitas dalam bekerja maka<br />

peran yang dilakukan akan memiliki<br />

nilai signifikan di mata masyarakat.<br />

Karena menurut Menag, peran yang<br />

dijalankan oleh jajaran <strong>Kementerian</strong><br />

<strong>Agama</strong> bukanlah peran pinggiran, dan<br />

oleh karena itu kualitas pejabat dan<br />

staf <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> tidak boleh<br />

sembarangan. ”Untuk itu promosi jabatan<br />

harus benar-benar selektif dan<br />

objektif,” kata Menag.<br />

Menag dalam kesempatan itu juga<br />

menanggapi keluhan berkait dengan<br />

belum singkronnya struktur organisasi<br />

<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> Pusat dan Daerah<br />

yang selama ini menimbulkan persoalan<br />

teknis dalam pelaksanaan anggaran dan<br />

kegiatan di daerah. ”Saya harap Sekretaris<br />

Jenderal untuk segera memfinalkan<br />

pembahasan struktur organisasi vertikal<br />

<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> dengan <strong>Kementerian</strong><br />

Pendayagunaan Aparatur Negara<br />

dan Reformasi Birokrasi sehingga bisa<br />

ditetapkan pada tahun 2012 mendatang,”<br />

pinta Menag dihadapan Wakil<br />

Menag RI dan sejumlah pejabat di <strong>Kementerian</strong><br />

<strong>Agama</strong> RI yang menghadiri<br />

acara pelantikan tersebut. njun<br />

13


Ruang Hazawa<br />

Laporan Abdullah AR<br />

Haji Oke, Hamil Tunda Dulu<br />

Ada apa dengan fenomena orang<br />

hamil dilarang naik haji. <strong>Kementerian</strong><br />

<strong>Agama</strong> sepertinya mengada-ada dalam<br />

hal ini. Bukankah naik haji merupakan<br />

amalan yang diwajibkan; sedangkan<br />

hamil juga anugerah Allah, Rabb<br />

semesta alam? Lalu kenapa ada jamaah<br />

haji yang hamil dibenarkan naik haji;<br />

sedangkan pada waktu bersamaan ada<br />

jamaah haji yang lain yang juga hamil,<br />

tapi panitia penyelenggara ibadah<br />

haji menolak memberangkatkannya,<br />

bahkan terkesan tidak toleransi.<br />

Pernyataan dan pertanyaan serupa<br />

kerap terdengar di musim haji.<br />

Sedih bercampur haru memang. Dapat<br />

dibayangkan seseorang yang sudah<br />

dalam kondisi siap berangkat menunaikan<br />

ibadah haji, lalu harus membatalkan<br />

niatnya secara mengejutkan<br />

disebabkan kehamilannya. Dalam kondisi<br />

semacam ini sangat dimungkinkan<br />

orang akan sangat mudah terprovokasi,<br />

gampang dihasut, marah, dan jengkel.<br />

Tetapi benarkah Kemenag <strong>Agama</strong> sudah<br />

setega, ‘sekejam’, dan tidak toleransi?<br />

Ataukah ada aturan tersendiri<br />

yang harus ditaati oleh Kemenag, sehingga<br />

menjadi dasar pijakan untuk<br />

membolehkan dan melarang seseorang<br />

menunaikan ibadah haji?<br />

Bila dicermati dengan sungguhsungguh,<br />

UU Nomor 13 tahun 2008<br />

tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji,<br />

kewajiban pemerintah memberikan<br />

Pembinaan, Pelayanan, dan Perlindungan<br />

dengan menyediakan fasilitas,<br />

kemudahan, keamanan, dan kenyamanan<br />

yang diperlukan oleh setiap<br />

warga negara yang menunaikan ibadah<br />

haji, hatta terhadap wanita hamil<br />

pun tetap diberikan kesempatan menunaikan<br />

rukun Islam kelima itu.<br />

Terhadap wanita hamil, demi keselamatan,<br />

keamanan, dan kemaslahatan,<br />

pemerintah dengan sangat hati-hati<br />

telah menentukan kriteria bagi calon<br />

wanita sesuai dengan kemampuan ke-<br />

14 <strong>Santunan</strong> NOVEMBER <strong>2011</strong><br />

hamilannya. Sebagaimana tertuang<br />

dalam Keputusan Bersama Menteri<br />

<strong>Agama</strong> dan Menteri Kesehatan<br />

dan Kesejahteraan Sosial Republik<br />

Indonesia Nomor 458 tahun 2000,<br />

Nomor 1652.A/Menkes-Kesos/SKB/<br />

XI/2000 tentang Calon Haji Wanita<br />

Hamil Untuk Melaksanakan Ibadah<br />

Haji.<br />

Intinya tidak ada larangan wanita<br />

hamil menunaikan ibadah haji, tapi<br />

terhadap wanita hamil dengan resiko<br />

tinggi yang apabila menunaikan ibadah<br />

haji dengan mobilitas yang tinggi dapat<br />

menimbulkan ancaman atau mudarat<br />

terhadap janin dan terancamnya<br />

nyawa ibu menurut analisa medis,<br />

tentu pemerintah, sesuai amanat UU<br />

berkewajiban mengaturnya dengan<br />

beberapa persyaratan khusus, seperti<br />

bahwa diizinkan bagi wanita hamil<br />

menunaikan ibadah haji apabila pada<br />

saat berangkat dari embarkasi usia<br />

kehamilannya mencapai sekurangkurangnya<br />

14 minggu dan sebanyakbanyaknya<br />

26 minggu.<br />

Dalam konteks, jumlah jamaah haji<br />

waiting list sudah demikian tinggi,<br />

bahkan mencapai di atas 10 tahun,<br />

dan kemuliaan seorang ibu yang<br />

sudah demikian rindu akan kehadiran<br />

buah hatinya, maka kesempatan menuaikan<br />

ibadah haji atau menunda<br />

keberangkatan akibat mengandung di<br />

luar ketentuan di atas tentu saja samasama<br />

merupakan anugerah dari Allah,<br />

Rabb semesta terhadap hamba yang<br />

dicintai-Nya. Oleh karena itu kearifan<br />

kita menerjemahkan dua anugerah<br />

Allah pada saat yang bersamaan juga<br />

merupakan bagian dari nikmat Allah<br />

yang perlu disyukuri. n


Ruang Pekapontren<br />

Laporan Zarkasyi<br />

Dayah Jangan Andalkan Bantuan<br />

Perjalanan monitoring ke Gayo Lues,<br />

meninggalkan kesan mendalam, baik<br />

perjalanannya maupun saat meninjau<br />

pesantren. Perjalanan melelahkan<br />

sembari menikmati indahnya alam<br />

dari Banda Aceh menuju Gayo Lues<br />

ditempuh selama 14 Jam. Berangkat<br />

jam 17.00 wib pada hari Ahad, tiba<br />

di Gayo Lues pada hari Senin pukul<br />

07.00 wib. Setelah sarapan pagi, saya<br />

segera menuju penginapan di Hotel<br />

Sarah Juli.<br />

Selasa, 18 Oktober <strong>2011</strong>, saya<br />

ditemani Kasi Pekapontren-Penamas<br />

Gayo Lues, kami mengunjungi Pesantren<br />

Al-Hasyimiyah Al-Munawarah Kampung<br />

Lempuh Kecamatan Blangkejeren yang<br />

terletak kurang lebih 3 kilometer<br />

dari kota Blang Keujeren. Tiba di<br />

pesantren, terlihat sebuah bangunan<br />

dengan kontruksi papan sederhana<br />

dua lantai, serta satu unit bangunan<br />

permanen dan tempat wudhu’ yang<br />

amat sederhana, diperindah dengan<br />

suasana alam pengunungan yang asri.<br />

Kami disambut oleh seorang kakek<br />

yang sedang membersihkan tempat<br />

wudhu’, serta beberapa orang santri<br />

yang hanya menyaksikan kami di<br />

lantai dua bangunan berkontruksi<br />

kayu. Pak Ibrahim dan kakek terlibat<br />

perbincangan dengan bahasa Alas,<br />

saya pun tidak paham apa yang mereka<br />

perbincangkan.<br />

Dipersilahkan masuk, kami segera<br />

menuju lantai dua bangunan yang<br />

berkontruksi kayu. Meski tempat<br />

sederhana, namun para santri tetap<br />

semangat, wajah cerah dan senyum<br />

merekah terlihat di raut wajah<br />

mereka, terutama saat Pak Ibrahim<br />

menyapa mereka dengan bahasa ibu,<br />

mereka hanya tersenyum, tak terlihat<br />

menderita meski mereka tinggal<br />

di pesantren yang amat sederhana,<br />

senyum simpul selalu cerah di wajah<br />

mereka, meski diantara mereka ada<br />

yang tidak menamatkan SD.<br />

Saya sangat tercengang melihat<br />

lokasi pesantren yang begitu luas, serta<br />

ditanami dengan tanaman palawija.<br />

Pikiran saya mulai menerawang,<br />

membayangkan potensi pertanian<br />

pesantren ini, tentu luar biasa jika<br />

dikembangkan, pesantren tentu<br />

akan menjadi mata ie perkembangan<br />

ekonomi. Pesantren akan mandiri<br />

dengan pengembangan potensinya<br />

itu, mungkin bantuan yang selama ini<br />

diharapkan tidak akan menjadi prioritas.<br />

Namun, saya pun balik bertanya dalam<br />

hati sendiri, bagaimana memberi<br />

modal untuk memulai pengembangan<br />

ini, apa harus mengandalkan dari<br />

pemerintah atau harus ada orang tua<br />

asuh yang memberikan bantuan untuk<br />

modal pengembangan.<br />

Memang, tudingan miring dialamatkan<br />

ke Pesantren di Aceh, pesantren<br />

<strong>Santunan</strong> NOVEMBER <strong>2011</strong><br />

hanya mengandalkan bantuan, katanya<br />

hidup dengan bantuan. Namun,<br />

tudingan itu tidak selamanya benar,<br />

buktinya masih ada pesantren yang<br />

mampu mengembangkan potensi yang<br />

akan menjadi aset pesantren, bahkan<br />

ada pesantren yang menolak bantuan<br />

dari pihak luar. Persoalan sekarang,<br />

bagaimana potensi wilayah mampu<br />

dikembangkan menjadi potensi<br />

pesantren, pesantren yang berada di<br />

wilayah pesisir hendaknya mampu<br />

menjadikan potensi daerahnya untuk<br />

pengembangan pesantren, begitu pula<br />

daerah subur di dataran tinggi mampu<br />

mengembangkan kesuburannya<br />

menjadi “alat penyubur” pesantren,<br />

pesantren diharapkan juga subur<br />

sebagaimana suburnya wilayah.<br />

Akhirul kisah dan harap, bahwa<br />

pesantren tidak lagi menjadi institusi<br />

yang dituding mengandalkan bantuan,<br />

pemerintah tidak lagi membeli<br />

ikan, tetapi membeli pancing atau<br />

menyediakan tambak ikan. Semoga!n<br />

15


Ruang Urais<br />

Laporan Alfirdaus Putra<br />

Monitoring dan Evaluasi Administrasi KUA<br />

Kepada para kepala KUA se <strong>Prov</strong>insi<br />

Aceh diajak untuk menyempurnakan<br />

administrasi KUA kecamatan dalam<br />

rangka modernitas pelayanan KUA,<br />

sebagai salah satu syarat good<br />

governence. Hal ini disampaikan T.<br />

Ahmad, S.Ag, Kasi Kepenghuluan<br />

Kanwil Kemenag <strong>Prov</strong>insi Aceh,<br />

salah seorang dari Tim Monitoring<br />

KUA Kecamatan pada <strong>Santunan</strong>, usai<br />

kegiatan monitoring di lingkungan Urais<br />

beberapa Kabupaten/Kota di pantai<br />

timur Aceh.<br />

Tim Monitoring mulai melaksanakan<br />

tugasnya mulai hari Senin (9/10) di<br />

Kota Lhokseumawe. Dilanjutkan ke<br />

Kabupaten Aceh Utara, Kabupaten<br />

Bireuen, dan di Kabupaten Pidie 14<br />

Oktober <strong>2011</strong>. Bulan sebelumnya<br />

monitoring juga telah dilakukan di<br />

Kabupaten Aceh Tamiang dan sebagian<br />

Kabupaten di wilayah pantai barat.<br />

Monitoring yang dilakukan dengan<br />

cara mengambil sampel beberapa<br />

KUA di setiap Kabupaten/Kota yang<br />

dikunjungi ini bertujuan untuk<br />

perbaikan administrasi perkantoran<br />

dan peningkatan kinerja KUA<br />

Kecamatan. Selain dari pada itu juga<br />

untuk menyamakan tata cara pengisian<br />

dan penggunaan formulir nikah rujuk<br />

yang baru sesuai dengan petunjuk<br />

dari Direktur Urusan <strong>Agama</strong> Islam<br />

<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> RI.<br />

Monitoring kali ini dilaksanakan<br />

sebagai tindak lanjut hasil audit<br />

Inpektorat Jenderal Kemenag RI,l 18-<br />

28 Maret <strong>2011</strong>. Menurut catatan<br />

Irjen Kemenag, sebagian besar KUA<br />

di <strong>Prov</strong>insi Aceh perlu berbenah<br />

dalam masalah administrasi. Hal<br />

itu meliputi belum berjalannya KIS<br />

sehingga terkesan egosektoral, sistem<br />

pengendalian internal belum berjalan,<br />

dan pembinaan/pemeriksaan triwulan<br />

masih belum sepenuhnya berjalan,<br />

sehingga terdapat beberapa daerah<br />

yang keabsahan akta nikah sebagai akta<br />

masih diragukan, sebut tim audit Irjen<br />

Kemenag RI dalam laporan tertulisnya.<br />

Bertolak dari hasil audit tersebut,<br />

Kabid Urusan <strong>Agama</strong> Islam mengambil<br />

kebijaksanaan untuk melakukan<br />

monitoring sebagai bentuk pembinaan<br />

bagi KUA. T. Ahmad menjelaskan,<br />

terdapat beberapa perbaikan mendasar<br />

yang harus diperhatikan oleh KUA<br />

dalam rangka peningkatan kualitas<br />

KUA ke depan, Standar Operasional<br />

Prosedur (SOP) KUA menjadi prioritas<br />

utama yang harus disediakan oleh KUA.<br />

Sehingga masyarakat memperoleh<br />

kepastian tentang pelayanan yang<br />

diperoleh di KUA serta waktu yang<br />

harus ditempuh untuk memperoleh<br />

pelayanan. DATA sebagai sumber DANA<br />

<strong>Santunan</strong> NOVEMBER <strong>2011</strong><br />

belum sempurna dilengkapi oleh KUA<br />

sebagai ujung tombak <strong>Kementerian</strong><br />

<strong>Agama</strong> di kecamatan. Sehingga data<br />

yang masuk ke Bidang Urais belum dapat<br />

dipertanggungjawabkan dengan baik,<br />

terutama data produk halal dan bebrapa<br />

data lainnya. Catatan tim monitoring<br />

juga menyebutkan bahwa hampir 60%<br />

KUA masih belum sempurna mengisi<br />

buku stok serta administrasi nikah<br />

rujuk lainnya. Fonomena ini tidak<br />

hanya di KUA kecamatan, tetapi di<br />

beberapa seksi Urais Kabupaten/Kota.<br />

“KUA Kecamatan hendaknya mengikuti<br />

prosedur sebagaimana petunjuk dari<br />

<strong>Kementerian</strong> agama RI bukan turun<br />

temurun dari atasan dan pimpinan<br />

sebelumnya,” harap T. Ahmad, yang<br />

telah lama melintang di KUA dan di<br />

Seksi Urais Kabupaten Pidie sebelum<br />

menjadi Kasi Kepenghuluan Kanwil<br />

Kemenag Aceh.<br />

Dalam hal pembinaan keluarga<br />

sakinah di kecamatan, tim monitoring<br />

berterima kasih pada seluruh KUA<br />

yang telah melakukan pembinaan yang<br />

berkelanjutan. Namun diharapkan<br />

legalitas pembinaan dalam bentuk SK<br />

sangat dibutuhkan dalam manajemen<br />

perkantoran yang baik. Dalam masalah<br />

administrasi keuangan, keterbukaan<br />

internal hendaknya menjadi perhatian<br />

Kepala KUA ditunjang pemakaian<br />

anggaran yang tepat guna serta<br />

pelaporan keuangan yang akuntabel,<br />

sehingga tidak menjadi temuan dalam<br />

berbagai pemeriksaan nantinya.<br />

“Apresiasi yang tinggi diberikan<br />

kepada hampir seluruh KUA Kecamatan<br />

terhadap pelayanan masyarakat<br />

yang semakin menunjukkan grafik<br />

menanjak. Hal ini dapat dilihat dari<br />

tingkat kepuasan masyarakat sekitar<br />

terhadap pelayanaan KUA Kecamatan,”<br />

puji T. Ahmad. “Pelayanan prima<br />

ini hendaknya tetap dipertahankan<br />

bahkan ditingkatkan, sebagai bentuk<br />

pengabdian bagi mayarakat, bangsa, dan<br />

agama tentunya.“ tutupnya kalem. n<br />

16


Ruang Penamas<br />

Laporan Azhar<br />

Orientasi Tim Penilai Angka Kredit Jabatan Fungsional<br />

Penyuluh <strong>Agama</strong> se-Sumatera, Jawa, dan Bali<br />

<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> Republik<br />

Indonesia mengadakan Orientasi Tim<br />

Penilai Angka Kredit Jabatan Fungsional<br />

Penyuluh <strong>Agama</strong> se-Sumatera, Jawa,<br />

dan Bali, Di Yogyakarta pada tanggal<br />

28 sampai 30 Oktober <strong>2011</strong>. Dari<br />

Aceh acara tersebut dihadiri oleh Kasi<br />

Penyuluhan, Azhar, S.Ag, Yasmaidar,<br />

Herlina Ningsih, keduanya staff pada<br />

Bidang Penamas Kanwil Kemenag<br />

Aceh.<br />

Dalam kegiatan tersebut dibahas<br />

Pengurus TPQ Plus Baiturrahman Banda Aceh<br />

Mengucapkan Selamat dan Sukses atas Pelantikan<br />

<strong>Santunan</strong> NOVEMBER <strong>2011</strong><br />

tentang Kebijakan Direktur Penais<br />

tentang Tugas Pokok Tim Penilai Angka<br />

Kredit yang disampaikan oleh Direktur<br />

Penerangan <strong>Agama</strong> Islam Kemenag<br />

RI, Kebijakan Teknis Kepala Kanwil<br />

Kemenag <strong>Prov</strong>insi DIY tentang Tim<br />

Penilai Angka Kredit Jafung Penyuluh<br />

<strong>Agama</strong>, yang disampaikan Kepala<br />

Kanwil Kemenag <strong>Prov</strong>. DIY, Teknik<br />

perhitungan angka kredit Penyuluh<br />

<strong>Agama</strong>, yang disampaikan oleh Cecep<br />

Hilman, MA, Mekanisme pengusulan<br />

dan penetapan angka kredit Penyuluh<br />

<strong>Agama</strong>, yang disampaikan oleh Kabid<br />

Penamas Kanwil Kemenag <strong>Prov</strong>. DIY,<br />

dan sistem pelaporan tugas Penyuluh<br />

<strong>Agama</strong>, oleh H. Lukman AS, SH, MM.<br />

Di akhir kegiatan juga diadakan<br />

diskusi kelompok yang menghasilkan<br />

berbagai rekomendasi untuk dijadikan<br />

bahan pertimbangan dalam mengambil<br />

kebijakan ke depan. n<br />

Drs. H. Ibnu Sa’dan, M.Pd<br />

Sebagai Kepala Kantor Wilayah <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi Aceh<br />

Oleh Menteri <strong>Agama</strong> Republik Indonesia<br />

Drs. H. Suryadharma Ali, M.Si<br />

Hari Senin, 24 Oktober <strong>2011</strong> di Oproom Kantor <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> RI Jakarta<br />

Semoga dalam melaksanakan tugas selalu mendapat petunjuk dan hidayah Allah swt.<br />

Terima kasih kepada<br />

Drs. H. A. Rahman TB, Lt<br />

yang telah mengabdi sebagai Kepala Kanwil Kemenag <strong>Prov</strong>insi Aceh 2007-<strong>2011</strong><br />

Muhammad Yakub Yahya, M.Ag<br />

Direktur<br />

17


18<br />

Ruang KUB<br />

Kunjungan Silaturrahim<br />

Pemuka <strong>Agama</strong> Kaltim di Aceh<br />

<strong>Santunan</strong>-Banda Aceh. Pemerintah<br />

Aceh, Minggu pagi (30/10) menerima<br />

kunjungan silaturrahim rombongan<br />

pemuka dan tokoh agama <strong>Prov</strong>insi<br />

Kalimantan Timur, bertempat<br />

di Gedung Serba Guna, Sekrteriat<br />

Daerah Aceh.<br />

Sebelumnya, rombongan yang<br />

dipimpin Kepala Kantor Wilayah<br />

<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> Kalimantan Timur,<br />

Drs. H. M. Kusasi, M.Pd, dijemput di<br />

Bandara Sultan Iskandar Muda Banda<br />

Aceh oleh Kepala Kantor Wilayah<br />

<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi Aceh dan<br />

sejumlah pejabat dari Pemerintahan<br />

Aceh.<br />

Dalam penjelasannya dihadapan<br />

Asisten II Pemerintah Aceh, Ir. Said<br />

Mustafa yang mewakili Gubernur Aceh,<br />

Muspida, Kakanwil Kemenag Aceh dan<br />

sejumlah pimpinan SKPA Pemerintahan<br />

Aceh, ketua rombongan mengatakan<br />

bahwa silaturrahim ini dimaksudkan<br />

untuk menambah wawasan keagamaan<br />

dan menggali permasalahan serta<br />

kendala yang dihadapi daerah, untuk<br />

dijadikan acuan dalam memperkuat<br />

kerukunan umat beragama di <strong>Prov</strong>insi<br />

Kaltim yang heterogen dan kaya akan<br />

potensi sumber daya alam.<br />

Sementara itu, Asisten II<br />

Pemerintah Aceh, Ir. Said Mustafa<br />

mengatakan bahwa antara Aceh dan<br />

Kaltim banyak kemiripan, baik itu adat<br />

istiadat, budaya, kultur masyarakat<br />

dan sama-sama daerah yang memiliki<br />

sumber daya alam yang melimpah,<br />

seperti minyak, gas alam, batu bara,<br />

hutan dan hasil perkebunan dan<br />

pertanian lainnya.<br />

<strong>Santunan</strong> NOVEMBER <strong>2011</strong><br />

Kakanwil <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong><br />

<strong>Prov</strong>insi Aceh, Drs. H. Ibnu Sa’dan,<br />

M.Pd, dalam kesempatan itu<br />

juga menjelaskan tentang kondisi<br />

kehidupan umat beragam di <strong>Prov</strong>insi<br />

yang melaksanakan syariat Islam. ”Di<br />

Aceh dengan UU Nomor 11 tahun<br />

2006, diberikan kesempatan untuk<br />

melaksanakan syariat Islam, namun<br />

syariat Islam itu hanya diwajibkan<br />

kepada pemeluknya. Sementara<br />

umat non muslim tetap diberikan<br />

kesempatan untuk melaksanakan<br />

ajarannya sesuai dengan keyakinan yang<br />

dianut. Makanya, sepanjang sejarah<br />

Aceh, belum pernah terjadi konflik<br />

antar umat beragama. Alhamdulillah,<br />

suasana kerukunan hidup umat<br />

beragama di Aceh terjalin dengan baik<br />

dan harmonis,” ujar Kakanwil yang<br />

duduk di meja depan bersebelahan<br />

dengan Asisten II Pemerintah Aceh.<br />

Rombongan dari Kaltim tersebut<br />

terdiri dari pemuka agama, tokoh<br />

agama yang mewakili semua agama<br />

di Kaltim, pejabat Pemda Kaltim, dari<br />

<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> dan staf Kantor<br />

Gubernur Kaltim.<br />

Selain bersilaturrahim, selama<br />

empat hari, rombongan ini<br />

berkesempatan mengunjungi tempattempat<br />

bersejarah di Banda Aceh, dan<br />

mengunjungi situs-situs gempa dan<br />

tsunami Aceh. Rombongan bertolak<br />

kembali ke Samarinda, Rabu (2/10) via<br />

Jakarta. njun


<strong>Santunan</strong> NOVEMBER <strong>2011</strong><br />

Peristiwa<br />

Ulama Peusijuek Kakanwil Kemenag Aceh<br />

<strong>Santunan</strong> - Banda Aceh. Ulama<br />

Kharismatik Aceh, Abu Tumin melakukan<br />

peusijuek Kepala kantor<br />

Wilayah <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> Aceh,<br />

Drs. Ibnu Sa’dan, M.Pd di Banda Aceh,<br />

Kamis (27/10). Ikut hadir dalam acara<br />

peusijuek tersebut sejumlah ulama<br />

dan tokoh masyarakat seperti, Tgk. H.<br />

Faisal Ali, Ketua PW NU Aceh, Waled<br />

Marhaban (Dayah Ashabul Yamin,<br />

Bakongan, Aceh Selatan), Ziauddin<br />

Ahmad, mantan Kepala Dinas Syariat<br />

Islam Aceh, Aiyub Ahmad mantan<br />

Kakankemenag Kota Banda Aceh, serta<br />

sejumlah perwakilan ulama lainnya.<br />

Menurut Aiyub Ahmad, yang<br />

dihubungi <strong>Santunan</strong> melalui telepon<br />

seluler, acara tersebut dilakukan dalam<br />

rangka mengucapkan selamat kepada<br />

Kakanwil Aceh, Drs. Ibnu Sa’dan, M.Pd<br />

yang baru dilantik oleh Menteri <strong>Agama</strong><br />

Indonesia, Suryadharma Ali, pada<br />

tanggal 24 Oktober lalu di Jakarta.<br />

Acara yang berlangsung di rumah<br />

pribadi Kakanwil di Gampong Beurawe,<br />

Banda Aceh dan ikut disaksikan oleh<br />

Anggota DPRA Kunjungi Kakanwil Kemenag Aceh<br />

<strong>Santunan</strong> - Banda Aceh. Kepala<br />

Kanwil Kemenag Aceh, Drs. Ibnu<br />

Sa’dan, M.Pd menyambut kedatangan<br />

Anggota Komisi A Dewan Perwakilan<br />

Rakyat Aceh (DPRA), Ghufran Zainal<br />

Abidin, MA dan anggota Komisi G,<br />

Moharriadi Syafari, ST, S.Ag. beserta<br />

rombongan yang melakukan kunjungan<br />

silaturrahmi ke kantor Kanwil Kemenag<br />

Aceh, Jumat (11/11/<strong>2011</strong>).<br />

Dalam kunjungan yang ikut dihadiri<br />

mantan Wakil Ketua DPRK Aceh Besar,<br />

H. Saifunsyah, SE, M.Si, AK tersebut<br />

dibicarakan berbagai isu dalam rangka<br />

membangun Aceh ke depan, seperti<br />

syiar keagamaan, pendidikan, haji, serta<br />

anggaran untuk kegiatan keagamaan.<br />

Kepala Kantor Wilayah <strong>Kementerian</strong><br />

<strong>Agama</strong> Aceh, Drs. Ibnu Sa’dan, M.Pd<br />

mengatakan bahwa Sumber Daya<br />

Manusia (SDM) di jajaran Kemenag<br />

Aceh sangat besar, sehingga kalau<br />

dimanfaatkan secara optimal akan<br />

sangat kuat pengaruhnya dalam<br />

masyarakat.<br />

“Kita punya struktur hingga ke level<br />

Kecamatan, walau tidak digaji dengan<br />

dana APBD, semua bekerja untuk<br />

rakyat Aceh,” ujar Kakanwil.<br />

Anggota Komisi A DPRA Ghufran<br />

Zainal Abidin, MA mengharapkan<br />

supaya Kemenag Aceh dapat<br />

membangun komunikasi dengan<br />

berbagai pihak termasuk DPRA, supaya<br />

dapat dicari solusi jika ada kendala di<br />

lapangan.<br />

sejumlah pejabat Kankemenag dari<br />

Kabupaten/Kota tersebut berlangsung<br />

khidmat dan akrab, dan diakhiri dengan<br />

makan bersama. nmulyadi nurdin<br />

“Semua persoalan supaya dapat<br />

dikomunikasikan kepada semua pihak,<br />

tidak terkecuali DPRA, siapa tahu ada<br />

solusinya,” timpal Ghufran yang juga<br />

menjabat sebagai Ketua Umum PKS<br />

Aceh.<br />

“Kita sama-sama bekerja untuk<br />

rakyat Aceh, sudah sepatutnya kita<br />

bersinergi dengan bekerja sungguhsungguh,<br />

hasilnya akan dapat kita lihat,<br />

mungkin tidak sekarang, tapi bisa saja<br />

lima tahun yang akan datang,” tambah<br />

Ghufran ZA yang diamini anggota<br />

komisi G DPRA dari PKS, Moharriadi<br />

Syafari.<br />

Mengakhiri pertemuan tersebut<br />

Kakanwil Kemenag Aceh mengaku<br />

sangat bahagia dan mengharapkan<br />

silaturrahmi dapat terus terbangun.<br />

“Kunjungan ini sangat bermakna<br />

bagi Kami,” pungkasnya. nmulyadi<br />

nurdin<br />

19


Peristiwa<br />

Penghargaan untuk Guru Terpencil<br />

<strong>Santunan</strong>-Banda Aceh. Mengakhiri<br />

ulang tahun Hari Pendidikan Daerah<br />

(Hardikda) <strong>2011</strong>, Pemerintah Aceh<br />

menganugerahkan penghargaan kepada<br />

17 guru terbaik dari daerah terpencil.<br />

Dalam acara milad (hari jadi) yang<br />

dipusatkan di Banda Aceh (17/10),<br />

yang ditutup oleh Sekretaris Daerah<br />

Aceh, Drs. Teuku Setia Budi, mewakili<br />

Gubernur Aceh itu, juga diumumkan<br />

kabupaten/kota yang menjuarai ‘lomba’<br />

dalam pengelolaan pendidikan berprestasi<br />

tingkat provinsi . Banda Aceh<br />

meraih juara umum, berhak menggondol<br />

piala bergilir, untuk berbagai kategori<br />

yang dinilai, yang sampai delapan<br />

Pembinaan Tata Persuratan dan Arsip Dinamis<br />

<strong>Santunan</strong>-Banda Aceh. Menyadari<br />

betapa pentingnya fungsi dan peran<br />

tata persuratan serta kearsipan dalam<br />

dunia perkantoran, Biro Umum Setjen<br />

<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> RI bekerja sama<br />

dengan Subbag Umum Kantor Wilayah<br />

<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> (Kemenag) <strong>Prov</strong>insi<br />

mengadakan acara Pembinaan Tata<br />

Persuratan dan Arsip Dinamis.<br />

Acara yang berlangsung selama<br />

satu hari (Selasa, 27/9), bertempat di<br />

Aula Kanwil Kemenag <strong>Prov</strong>insi Aceh.<br />

Peserta diikuti oleh 30 orang peserta<br />

yang berasal dari jajaran Pegawai<br />

Kantor Wilayah Kemenag Aceh, Kantor<br />

Kemenag Kota Banda Aceh dan Aceh<br />

Besar, yang juga terdiri Pegawai KUA<br />

aspek itu.<br />

Selain kepada personil dan<br />

kabupaten/kota yang berprestasi,<br />

juga dianugerahi ‘piala’ kepada guru<br />

prestasi di daerah terpencil. Ke 17<br />

guru yang mendapat anugerah itu<br />

adalah Salihin (Aceh Tamiang), Hazmi<br />

(Abdya), Ruwaida, S.Pd (Bireuen),<br />

Sakinah (Pidie), Muhammad Adnan<br />

(Aceh Barat), Tri Raharjo (Aceh Timur),<br />

Ahmad Sayuti (Nagan Raya), Idram,<br />

A.Ma.Pd (Aceh Jaya), Saifuddin, S.Pd<br />

(Pidie Jaya), Sukardi, S.Pd (Aceh<br />

Utara), Wanhar (Aceh Tenggara),<br />

Selamat, A.Ma (Gayo Lues), Safril AA,<br />

A.Ma (Subulussalam), Dahlil, M.Pd<br />

dan Guru.<br />

Acara tersebut dibuka secara<br />

resmi oleh Kepala Kanwil Kemenag<br />

Aceh, Drs. H. A. Rahman TB, Lt.<br />

Dalam sambutannya beliau berharap<br />

agar peserta yang mengikuti acara ini<br />

mampu mengaplikasikannya juga dapat<br />

memberikan ilmunya kepada temanteman<br />

kerja di kantornya.<br />

20 <strong>Santunan</strong> NOVEMBER <strong>2011</strong><br />

(Singkil), Mahmuddin (Aceh Tengah),<br />

Agus Mawardi, S.Pd (Aceh Besar), dan<br />

Abdurrahman (Bener Meriah).<br />

Peringatan Hardikda biasa<br />

diperingati 2 September tiap tahun.<br />

Namun beriringan dengan Idul Fitri<br />

1432 H, maka prosesi dan puncak<br />

milad baru diumumkan pertengahan<br />

Oktober lalu. Penghargaan juga<br />

diberikan kepada Dra. Elli Arianti,<br />

M.Pd (MAN Model Banda Aceh) atas<br />

prestasi dalam merebut juara I lomba<br />

kreatifitas ilmiah guru (LKIG) ke 19<br />

bidang MIPATEK. Juga disandangkan<br />

kepada Erlina, S.Pd (SMAN Sabang)<br />

atas juara III tingkat nasional guru<br />

SMA Berpendidikan di daerah khusus.<br />

Kabupaten/kota yang mendapat<br />

anugerah pendidikan ialah Banda<br />

Aceh dua macam juara I untuk bidang<br />

pemerataan akses dan perluasan<br />

pendidikan serta bidang peningkatan<br />

mutu dan relevansi pendidikan. Sabang<br />

meraih juara I bidang pendidikan agama/<br />

pendidikan islami. Aceh Jaya merebut<br />

juara I bidang partisipasi masyarakat.<br />

Aceh Tamiang dapat juara I bidang<br />

pendidikan khusus dan inklusi. Gayo<br />

Lues meraih juara I bidang peran dan<br />

dukungan pemda. Serta juara I bidang<br />

penguatan tatakelola, akuntabilitas,<br />

dan pencitraan untuk Aceh Tengah.<br />

nyakub, serambi<br />

Narasumber dalam acara yang<br />

diketuai oleh Kepala Sub Bagian Umum,<br />

Juhaimi, S.Ag itu, antara lain Dra.<br />

Hj. Chairul Hidayati, dengan materi<br />

“Tata Persuratan Dinas dan Penataan<br />

Kearsipan di Lingkungan <strong>Kementerian</strong><br />

<strong>Agama</strong>” dan Nia Herniati, SE menyampaikan<br />

materi “Aplikasi Komputer<br />

untuk Penataan Surat Dinas dan Penata<br />

Kearsipan di Biro Umum Setjen<br />

Kemenag RI”. Dalam paparannya, Dra.<br />

Hj Chairul Hidayati menyampaikan<br />

bahwa, “Tata penyusunan surat adalah<br />

hal yang sangat penting dilakukan karena<br />

berkaitan dengan informasi yang<br />

disampaikan dan penemuan kembali<br />

surat itu.” namwar chb/yyy


<strong>Santunan</strong>-Banda Aceh. Sebanyak<br />

80 orang Pimpinan Pondok Pesantren<br />

Se-<strong>Prov</strong>insi Aceh berkumpul di Grand<br />

Aceh Hotel Banda Aceh untuk mengikuti<br />

Workshop Pembinaan Manajerial<br />

Pondok Pesantren. Acara ini dilaksanakan<br />

pada 22-24 Oktober <strong>2011</strong>. Pembukaan<br />

dilaksanakan dan dihadiri oleh<br />

Kepala Kantor <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi<br />

Aceh yang diwakili oleh Kepala<br />

Bidang Mapenda, Drs. H. Saifuddin.<br />

Dalam Arahannya, Kakanwil menyampaikan<br />

harapan besar tentang<br />

perkembangan Pondok Pesantren di<br />

masa yang akan datang, terutama tentang<br />

pembinaan manajemen pengelolaan<br />

Pondok Pesantren. Kegiatan ini<br />

menurut Kakanwil, bukan untuk mengajari<br />

para pimpinan Pondok Pesantren<br />

tentang pengelolaan Pondok Pesantren,<br />

tetapi kegiatan ini diharapkan mampu<br />

memberikan pemahaman tentang pembinaan<br />

manajerial menuju pengelolaan<br />

pesantren yang lebih profesional.<br />

<strong>Santunan</strong>-Banda Aceh. Balai<br />

Diklat Keagamaan (BDK) Medan<br />

melaksanakan Diklat di Tempat Kerja<br />

( DDTK) sejak 10-13 Oktober <strong>2011</strong>,<br />

di Kemenag Banda Aceh. DDTK<br />

tersebut oleh penyuluh sebanyak 25<br />

orang peserta yang tergabung antara<br />

penyuluh fungsional dan penyuluh<br />

honorer yang berasal dari setiap<br />

kecamatan dengan diwakili satu<br />

orang. Berikutnya guru sebanyak<br />

25 peserta yang juga diwakili oleh<br />

perwakilan dari beberapa sekolah.<br />

“Sesi-sesi kegiatan berlangsung di<br />

dua tempat yang berbeda. Untuk<br />

guru diadakan di Aula Sekolah<br />

MIN Banda Aceh, untuk penyuluh<br />

diadakan di Aula Kankemenag<br />

Banda Aceh,” kata Ketua Panitia<br />

Pelaksana Dra.Yusra. Adapun tujuan<br />

dilaksanakannya kegiatan tersebut,<br />

<strong>Santunan</strong> NOVEMBER <strong>2011</strong><br />

Peristiwa<br />

Manajerial Pimpinan Pondok Pesantren<br />

Workshop pembinaan manajerial<br />

pimpinan pondok pesantren berakhir<br />

pada hari senin (24/10). Para peserta<br />

mengharapkan hendaknya kegiatan ini<br />

dapat mendorong peningkatan kualitas<br />

manajemen pondok pesantren menuju<br />

Diklat di Tempat Kerja (DDTK)<br />

untuk meningkatkan kinerja para<br />

guru serta penyuluh agama secara<br />

profesional, yang juga sebagai<br />

ujung tombak kementerian agama<br />

di tengah-tengah masyarakat.<br />

Acara langsung dibuka oleh<br />

Kepala Balai Diklat Keagamaan<br />

Medan Drs. H. M. Thoha<br />

Daulay, MM. Pembukaan acara<br />

tersebut dilaksanakan di Aula<br />

Kankemenag kota Banda Aceh.<br />

Dalam sambutan dan arahannya<br />

yang sekaligus membuka secara<br />

resmi kegiatan Diklat, Kepala<br />

Balai Diklat menjelaskan, DDTK<br />

merupakan program nasional yang<br />

diprogramkan oleh Balai Litbang<br />

dan Diklat <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong><br />

RI. Setiap pegawai terutama pada<br />

jajaran Kemenag harus mengikuti<br />

Diklat minimal 3 atau 4 tahun<br />

profesionalisme lembaga. “Kegiatan<br />

ini perlu adanya kesinambungan dan<br />

pemerataan bagi seluruh dayah di<br />

Aceh,” harap Tgk. Ali Akbar, Pimpinan<br />

Dayah Al-Anshar Calang Kabupaten<br />

Aceh Jaya. naba/yakub<br />

sekali, agar nantinya terbentuk<br />

pegawai yang profesional secara<br />

knowledge, attitude, serta skill<br />

sehingga PNS tersebut mampu<br />

meningkatkan kinerja dan mampu<br />

memberikan pelayanan prima<br />

kepada masyarakat.<br />

Akhir arahan, Muhammad<br />

Thoha Daulay juga menyebutkan,<br />

dari sejumlah lebih kurang 240<br />

juta penduduk Indonesia, hanya<br />

sekitar 240 orang yang sarjana,<br />

sehingga masih kurang memenuhi<br />

kualifikasi kecerdasan untuk sebuah<br />

bangsa yang besar. Dari jumlah<br />

tersebut juga masih dipertanyakan<br />

kecerdasan, knowledge, attitude,<br />

serta skill-nya, sehingga perlu didukung<br />

dengan mengikuti diklatdiklat<br />

pendukung lainnya. nzul/<br />

biro banda aceh/yyy<br />

21


Peristiwa<br />

MTsN Model Banda Aceh Sembelih 5 Ekor Sapi<br />

<strong>Santunan</strong>-Banda Aceh. Sejumlah<br />

5 ekor sapi dan 2 ekor kambing<br />

dipersembahkan oleh guru dan siswa<br />

MTsN Model Banda Aceh sebagai<br />

hewan qurban, Senin, 7/11/<strong>2011</strong>.<br />

Kepala MTsN Model Banda Aceh,<br />

Drs. H. Muhammad, menyatakan bahwa<br />

sebagian sapi itu merupakan qurban<br />

Keuchik Rusli Pimpin Pokjaluh<br />

<strong>Santunan</strong> - Kota Jantho. Drs. H.<br />

Rusli, atau yang sering disapa dengan<br />

Geuchik Rusli terpilih sebagai ketua<br />

Kelompok Kerja Penyuluh (Pokjaluh)<br />

Kantor <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> Aceh<br />

Besar menggantikan Khalid Wardana,<br />

lewat Rapat Kerja yang diadakan Kamis<br />

(27/10) di Lampreh Aceh Besar.<br />

Rapat kerja dan Pemilihan ketua<br />

baru tersebut berlangsung di Koperasi<br />

Al-Ishlah, Jalan Banda Aceh-Medan,<br />

Desa Lampreh. Khalid Wardana<br />

sekarang sudah dipercayakan sebagai<br />

Kasi Penyelenggaraan Zakat dan Wakaf<br />

di Kankemenag Aceh Besar.<br />

Dalam Raker yang dihadiri oleh<br />

seluruh Penyuluh <strong>Agama</strong> Islam<br />

Fungsional (PAIF) Aceh Besar tersebut,<br />

dari para guru dan siswa, tujuh orang<br />

untuk satu sapi. Tapi sebagiannya masih<br />

belum memenuhi kriteria qurban, sebab<br />

bersumber dari iuran siswa. “Iuran ini<br />

kita buat untuk menanamkan semangat<br />

ber-qurban di kalangan siswa, nanti<br />

mekanismenya kita perbaiki sedikitdemi<br />

sedikit sehingga memenuhi<br />

Geuchik Rusli yang sebelumnya<br />

menjabat sebagai wakil ketua secara<br />

22 <strong>Santunan</strong> NOVEMBER <strong>2011</strong><br />

persyaratan qurban,” ungkapnya.<br />

Muhammad berharap agar di kalangan<br />

siswa tumbuh kesadaran berqurban<br />

sehingga nantinya mereka<br />

menjadi orang-orang yang memiliki<br />

semangat keikhlasan tinggi. “Untuk<br />

tahun depan saja kita sudah punya<br />

stok tiga ekor sapi qurban,” pungkas<br />

Muhammad.<br />

Menurut ketua pelaksana, Drs.<br />

Bukhari, qurban ini disalurkan untuk<br />

para siswa kurang mampu. “Kali ini<br />

ada sekitar dua ratusan siswa yang<br />

mendapat jatah daging qurban, semoga<br />

tahun depan dapat ditingkatkan lagi,”<br />

ungkapnya. njabbar sabil<br />

aklamasi terpilih menjadi ketua,<br />

sedangkan posisi wakil ketua diisi<br />

oleh Rosmiana.<br />

Dalam sambutan singkatnya,<br />

Geuchik Rusli bertekad untuk memperkuat<br />

koordinasi kerja antar penyuluh,<br />

meningkatkan kegiatan pembinaan<br />

keagamaan bagi masyarakat,<br />

serta akan mempererat solidaritas<br />

sosial antar sesama penyuluh.<br />

“Di samping kegiatan pembinaan<br />

di tengah masyarakat, kegiatan sosial<br />

di kalangan penyuluh sendiri harus<br />

ditingkatkan, seperti silaturrahmi<br />

dan kunjungan ke rumah anggota<br />

yang sakit, demi kesuksesan dan<br />

kekompakan kerja di lapangan,”<br />

tegasnya. nmulyadi nurdin


<strong>Santunan</strong> - Kota Jantho. Dalam<br />

upaya reorganisasi manajemen kepengurusan<br />

Musyawarah Guru Mata Pelajaran<br />

Pendidikan <strong>Agama</strong> Islam (MGMP-<br />

PAI) Tingkat SMA dan SMK Kabupaten<br />

Aceh Besar, menggelar Musyawarah<br />

Besar (Muber) pergantian pengurus untuk<br />

periode <strong>2011</strong> – 2014. Mubes dilaksanakan<br />

di Wisma Hijrah Lambaro, Rabu<br />

19 Oktober <strong>2011</strong>. Acara ini terlaksana<br />

berkat dukungan Guru-guru PAI SMA<br />

dan SMK Aceh Besar dan Kankemenag<br />

Aceh Besar melalui Kasi Mapenda Drs.<br />

Uzair dan dan unsur Dinas Pendidikan<br />

Kabupaten Aceh Besar.<br />

Dalam sambutannya Kadis Pendidikan<br />

Aceh Besar yang diwakili oleh<br />

Kepala UPTD Pendidikan Wilayah III,<br />

Drs. Johan, MA mengharapkan keberadaan<br />

GPAI ini dapat menjadi teladan<br />

bagi guru-guru yang lain serta mampu<br />

memperbaiki akhlak remaja Aceh dewasa<br />

ini. Drs. A. Rahman Hanafiah mewakili<br />

Kabid Mapenda Kanwil Kemenag juga<br />

menyampaikan dukungan dan apresiasi<br />

positif terhadap keberadaan MGMP PAI<br />

Aceh Besar, agar kekompakan yang telah<br />

dibangun dapat berjalan sebagaimana<br />

diharapkan serta dapat melahirkan pro-<br />

<strong>Santunan</strong> - Kota Jantho. Seksi<br />

Penamas Kantor Kemenag Aceh Besar<br />

mengadakan rapat koordinasi dengan<br />

Penyuluh <strong>Agama</strong> Islam Fungsional<br />

(PAIF) Aceh Besar bertempat di kantor<br />

Koperasi Al-Ishlah Lampreh, Aceh<br />

Besar, Kamis (27/10/<strong>2011</strong>).<br />

Kepala Seksi Penamas Kankemenag<br />

Aceh Besar, Drs. Tarmizi Sulaiman<br />

berharap supaya Penyuluh <strong>Agama</strong> Islam<br />

Fungsional (PAIF) dapat menjalankan<br />

tugas dengan baik, dan jika ada masalah<br />

di lapangan supaya dapat disikapi<br />

dengan bijak.<br />

Diakuinya selama ini penyuluh<br />

<strong>Agama</strong> sering mendapat masalah ke-<br />

<strong>Santunan</strong> NOVEMBER <strong>2011</strong><br />

Peristiwa<br />

Pelantikan MGMP PAI SMA dan SMK<br />

gram kerja yang menyentuh perbaikan<br />

akhlak siswa. Acara dibuka oleh Drs.<br />

Salahuddin selaku Kepala Kantor <strong>Kementerian</strong><br />

<strong>Agama</strong> Aceh Besar.<br />

Pengurus MGMP PAI SMA dan SMK<br />

Kab. Aceh Besar hasil pemilihan Mubes<br />

adalah: Bahrullah, MA (ketua), dan<br />

Ahlul Fikri, M.Pd (wakil); Muhammad<br />

Yani, M.Ag (sekretaris), Ito Nangar, MA<br />

(wakil sekretaris); Syarifah Musanna,<br />

S.Ag (bendahara), Drs. Munauwar<br />

(wakil bendahara); dan dibantu juga oleh<br />

bidang-bidang dan seksi-seksi. Acara ini<br />

dilanjutkan dengan pelantikan pada sore<br />

hari. Dalam sambutan Drs. Fadhlan,<br />

selaku Kadis Pendidikan Aceh Besar<br />

menyampaikan agar kepengurusan<br />

dengan segera menyusun program<br />

kerjanya, berikutnya pengukuhan dan<br />

pelantikan oleh Drs. Marzuki Yahya<br />

selaku Asisten I Sekdakab Aceh Besar.<br />

nyakub<br />

Rakor Penamas Aceh Besar<br />

tika berhadapan dengan masyarakat,<br />

misalnya saat melakukan pendataan<br />

lembaga keagamaan, karena setelah<br />

data diambil biasanya bantuan datang<br />

dari instansi lain.<br />

“Banyak kendala Penyuluh di<br />

lapangan, seperti bantuan yang disalurkan<br />

oleh instansi lainnya, padahal<br />

yang mendata lembaga keagamaan<br />

adalah penyuluh agama, sehingga terkesan<br />

penyuluh hanya ambil data saja<br />

tidak pernah menyalurkan bantuan,”<br />

keluhnya.<br />

Menurut Kasi Penamas, tugas penyuluh<br />

agama sangat berat karena banyak<br />

tugas yang sebelumnya dibeban-<br />

kan kepada KUA kini beralih kepada<br />

penyuluh. “Tugas penyuluh sangat<br />

luas, hampir mencakup semua kegiatan<br />

sosial masyarakat, malah sebagian<br />

tugas KUA kini dibebankan kepada<br />

Penyuluh <strong>Agama</strong>,” tambahnya.<br />

Untuk menunjang kinerja penyuluh,<br />

Kasi Penamas akan mengusulkan<br />

fasilitas kerja bagi seluruh PAIF di Aceh<br />

Besar, seperti meja, kursi, komputer,<br />

printer, dan lemari yang ditempatkan di<br />

kantor KUA Kecamatan.<br />

“Kalau bisa semua PAIF disediakan<br />

fasilitas kerja, sebelum diinstruksikan<br />

untuk berkantor di KUA Kecamatan,”<br />

imbuhnya. nmulyadi nurdin<br />

23


Peristiwa<br />

Guru Favorit MAN Kuala Makmur<br />

<strong>Santunan</strong> - Sinabang. Sebagai<br />

satu-satunya MAN di Kabupaten<br />

Simeulue, MAN Kuala Makmur terus<br />

saja berbenah dari hari ke hari. Sehingga<br />

akan tercipta sebuah lingkungan<br />

Madrasah dengan atmosfir belajarmengajar<br />

nan nyaman.<br />

Seorang guru yang sudah mampu<br />

mentransfer ilmu dengan baik dan<br />

selalu ditunggu kehadirannya oleh para<br />

siswa-siswi. Guru yang paling mampu<br />

<strong>Santunan</strong> - Blangpidie. Bupati<br />

Aceh Barat Daya Akmal Ibrahim,<br />

SH, Senin (19/9) bersilaturrahmi ke<br />

Kantor <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> setempat<br />

yang terletak di kompleks perkantoran<br />

Pemda Abdya.<br />

Dalam kesempatan itu, Bupati Akmal<br />

sempat menanyakan langsung kepada<br />

Kakankemenang Abdya H. Syarbaini,<br />

SH, soal akses jalan ke Kankemenag<br />

yang selama ini menggunakan jalan<br />

melewati Kantor BPS.<br />

H. Syarbaini kepada Bupati menjelas-kan<br />

selama ini Kantor Kemenag<br />

Abdya yang berdampingan dengan Kan-<br />

menghadirkan sikap profesional<br />

biasanya akan menjadi guru favorit di<br />

Madrasah tempat ia bekerja. Pada 15-<br />

17 September <strong>2011</strong>, siswa-siswi Kelas<br />

XI MAN Kuala Makmurtelah melakukan<br />

sebuah survey terhadap seluruh siswasiswi<br />

MAN yang dinegerikan pada<br />

tahun 2004 tersebut. Hasilnya ada<br />

tiga guru yang masuk nominasi Guru<br />

Favorit di MAN Kuala Makmur. Ialah<br />

Aja Zulbaedah, S.Pd.I, Yusmadi, S.Si,<br />

24 <strong>Santunan</strong> NOVEMBER <strong>2011</strong><br />

dan Lelidar, S.Pd.I.<br />

“Sebenarnya, survey yang kami<br />

lakukan merupakan tugas dari pelajaran<br />

matematika,” komentar Didi Karnila<br />

Khalid, siswi kelas XI. “Tidak hanya<br />

guru favorit, kami juga melakukan<br />

survey terkait dengan pelajaran favorit,<br />

olah raga favorit dan juga warna favorit<br />

siswa-siswi MAN Kuala Makmur, serta<br />

sebuah observasi untuk memantau<br />

jenis kendaraan yang melintas di depan<br />

MAN Kuala Makmur,” sambungnya.<br />

Guru Pelajaran Matematika<br />

MAN Kuala Makmur, Yusmadi,<br />

S.Si, menjelaskan bahwa, “Tugas ini<br />

diberikan untuk memperkenalkan<br />

secara langsung kepada siswa-siswi<br />

kelas XI tentang cara memperoleh<br />

data (survey, review, dan observasi),<br />

menyajikan data, menganalisis data dan<br />

juga mengambil kesimpulan dari data<br />

yang sudah terkumpul.”<br />

Aja Zulbaedah, lulusan IAIN SU dan<br />

membimbing Bahasa Arab. Yusmadi,<br />

lulusan FMIPA Unsyiah Jurusan<br />

Matematika, dan guru pembimbing<br />

untuk matematika. Lelidar lulusan<br />

Unmuha Aceh, Jurusan Pendidikan<br />

<strong>Agama</strong> Islam. nbiro simeulue/yyy<br />

Bupati Abdya Akmal Ibrahim Silaturrahim ke Kankemenag<br />

tor BPS Blang Pidie, belum punya akses<br />

jalan permanen. Sehingga, tambahnya,<br />

masyarakat yang ingin berurusan dengan<br />

Kantor Kemenag Abdya, seperti<br />

pendaftaran haji dan sebagainya, selalalu<br />

melalui halaman Kantor BPS.<br />

Kepada Kakankemenag, Bupati<br />

Akmal berjanji akan memasukkan<br />

rencana pembuatan akses jalan ke<br />

Kantor Kemenag Abdya dalam APBK-P<br />

tahun <strong>2011</strong> ini. Dalam kesempatan itu<br />

pula Bupati yang didampingi sejumlah<br />

pejabat terkait meninjau kantor<br />

Kemenag dan bersilaturrahmi dengan<br />

karyawan.njun


<strong>Santunan</strong>-Meulaboh. Rabu (5/10)<br />

menjadi hari yang istimewa bagi<br />

pelaksanaan Kursus Calon Pengantin<br />

(Suscatin) di Aceh Barat. Mengingat<br />

selama ini pelaksanaan Suscatin hanya<br />

dilaksanakan oleh BP4 KUA Kecamatan,<br />

kini pelaksanaannya dilakukan<br />

kerjasama antara <strong>Kementerian</strong><br />

<strong>Agama</strong> (KUA Kecamatan), BKKBN,<br />

dan lembaga BP4. Kegiatan Suscati<br />

merupakan kegiatan yang harus diikuti<br />

oleh setiap calon pengantin untuk<br />

pembekalan dalam membina bahtera<br />

rumah tangga.<br />

Acara yang dibuka langsung oleh<br />

Bupati Aceh Barat, H. Ramli MS ini,<br />

dilaksanakan di Aula Panti Asuhan Muhammadiyah<br />

Meulaboh. Diikuti oleh<br />

40 calon pengantin 11 Kecamatan dari<br />

12 kecamatan yang ada di kabupaten<br />

<strong>Santunan</strong> - Blangkejeren. Rabu<br />

(12/10), Kasi Penamas dan Penyelenggara<br />

Zakat dan Wakaf bekerjasama<br />

untuk melakukan Festival Pidato Keagamaan<br />

Tingkat MTs di lingkungan<br />

Kantor Kemenag Kabupaten Gayo<br />

Lues. Pejabat yang melaksanakan tugas<br />

(Pymt) Kepala Kantor Kemenag<br />

Gayo Lues, Drs. Hasan Basri mengatakan,<br />

saat pembukaan mengajak, mari<br />

kita selalu belajar menempa diri meningkatkan,<br />

kemampuan sebagai da’i<br />

dan da’iyah terbaik yang bukan hanya<br />

di tingkat lingkungan, tetapi ke tingkat<br />

yang lebih tinggi kabupaten, provinsi,<br />

nasional, internasional. Bagi pemenang<br />

nanti agar tetap bertahan dan bagi yang<br />

belum mendapatkan juara agar tidak<br />

kecil hati tetapi berusaha mengejar<br />

ketertinggalan, Bulatkan tekad kali ini<br />

saya belum menang di kali lain nanti<br />

saya harus tampil terbaik.<br />

<strong>Santunan</strong> NOVEMBER <strong>2011</strong><br />

Peristiwa<br />

Bupati Launching Suscatin Aceh Barat<br />

Aceh Barat, itu pun meriah. Pada acara<br />

pembukaan ini juga turut hadir Kepala<br />

BKKBN <strong>Prov</strong>insi Aceh, Ketua BP4<br />

<strong>Prov</strong>insi Aceh, mewakili Mahkamah<br />

Syar’iyah Meulaboh, mewakili Dinas<br />

Syari’at Islam, Kadis Pemberdayaan<br />

Perempuan dan Ketua MPU Aceh Barat.<br />

Dalam sambutannya, Bupati Aceh<br />

Barat menyambut baik pelaksanaan<br />

Suscatin, mengingat selama ini<br />

banyak terjadi kasus perceraian yang<br />

Festival Pidato Keagamaan<br />

Tujuan kegiatan itu, untuk memotivasi<br />

sekaligus melatih para siswa dan<br />

siswi MTs tampil berpidato dan agar<br />

menjadi calon da’i/da’iyah, penyeru<br />

kepada kebaikan dan pencegah kemungkaran,”<br />

ujar Ibrahim, S.Ag, Kasi<br />

Penamas dan Pekaponteren<br />

Peserta yang mengikuti festival ini<br />

sebanyak 17 orang. Terdiri dari siswa<br />

MTsN Blangkejeren empat orang,<br />

MTsS Miftahul Jannah empat orang,<br />

MTsS Ujung Baro lima orang, dan MTsS<br />

mungkin disebabkan oleh kurangnya<br />

pemahaman dan pembekalan yang<br />

cukup bagi calon pengatin. Bahkan<br />

Bupati juga menyanggupi sertifikat<br />

kursus yang ditanggung Pemerintah<br />

Daerah.<br />

Materi yang diberikan antara<br />

lain Kesehatan Reproduksi (Kespro)<br />

oleh Kepala BKKBN <strong>Prov</strong>insi Aceh,<br />

Psikologi Perkawinan oleh Ketua<br />

BP4 <strong>Prov</strong>insi Aceh, Fiqh Perkawinan<br />

dari yang mewikili Kepala Kemenag<br />

<strong>Prov</strong>insi Aceh, dan Undang-Undang<br />

perkawinan oleh pihak Mahkamah<br />

Syar’iyah Meulaboh. Pada acara<br />

pembukaan Suscatin ini juga diberikan<br />

satu buah buku “Panduan Perkawinan”<br />

dan sebuah “Kelambu Cinta” kepada<br />

calon pengantin oleh BKKBN <strong>Prov</strong>insi<br />

Aceh. nnar/biro aceh barat/lan<br />

Rambung empat orang. Ke 17 siswa ini<br />

dengan penuh semangat mengikuti<br />

acara tersebut, ditandai dengan rela<br />

datang jauh-jauh, dan semangat ketika<br />

tampil berapi-api dan berasap.<br />

Judul pidato bebas, tetapi sesuai<br />

dengan thema. Dewan juri dipercayakan<br />

pada Mawardi Siregar S.Ag (Staf<br />

Kasi Penamas dan Pekaponteren) dan<br />

Mukhlis S.Ag (Penyuluh <strong>Agama</strong> Islam<br />

Fungsional). Dari sebanyak 17 (tujuh<br />

belas) siswa dan siswi yang tampil,<br />

dewan juri memperhatikan, menilai<br />

bidang adab, vokal, akselerasi judul,<br />

intonasi, serta gaya dan mimik. Akhirnya<br />

juara I ialah Desy Radiyah (MTsN<br />

Blangkejeren), juara II Silawati (MTsS<br />

Miftahul Jannah Blang Jerango), juara<br />

III Sandri Mulia (MTsN Blangkejeren),<br />

dan peringkat IV Iwan Ariga Pratama<br />

(MTsN Blangkejeren).nibrahim/biro<br />

gayo lues/yyy<br />

25


Peristiwa<br />

Sensasi Baru Mutasi Kemenag Bireuen<br />

<strong>Santunan</strong> - Bireuen. Kepala<br />

Kantor <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> Kabupaten<br />

Bireuen atas nama kepala Kantor<br />

wilayah <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> Propinsi<br />

Aceh bulan lalu (11/10) memutasikan<br />

Sembilan kepala Madrasah Ibtidaiyah<br />

(MI) dalam wilayah kerjanya. Proses<br />

pelantikan kepala Madrasah Ibtidaiyah<br />

yang dimutasi tersebut dilaksanakan di<br />

Op. room kantor Kemenag itu juga.<br />

Kesembilan kepala MI tersebut<br />

adalah Zaini, A. Ma dari kepala MIN<br />

Suka Makmur dilantik menjadi kepala<br />

MIS Abeuk Jaloh. Maryani, SPdI dari<br />

kepala MIS Abeuk Jaloh menjadi kepala<br />

MIN Suka Makmur. Hamdani, Sag dari<br />

kepala MIN Alue Kuta menjadi kepala<br />

MIN Bayu Gampong Raya. Saifunnur,<br />

SAg dari kepala MIN Lamkuta menjadi<br />

kepala MIN Alue Kuta. Nurjannah,<br />

SPdI kepala MIN Bayu Gampong Raya<br />

menjadi kepala MIN Lamkuta. Sardani,<br />

SAg guru MIN Bireuen menjadi kepala<br />

MIN Blang Rheuem. Dra. Zakiah kepala<br />

MIN Blang Rheuem menjadi kepala<br />

MIN Cot Meurak Bireuen. Novera<br />

Kusumawati Putri, S.Ag kepala MIN<br />

Mapenda Sosialisasikan BOS<br />

<strong>Santunan</strong>-Bireuen. Untuk mempersiapkan<br />

pelaksanaan program Bantuan<br />

Operasional Sekolah (BOS) <strong>2011</strong>,<br />

seluruh Kepala MI, MTs, dan penanggung<br />

jawab lembaga salafiah mengikuti<br />

kegiatan sosialisasi penyaluran dana<br />

BOS selama empat hari (28/09-01/10)<br />

di Kantor Kementrian <strong>Agama</strong> Kabupaten<br />

Bireuen.<br />

Dalam acara tersebut Panitia pelaksana<br />

menghadirkan beberapa narasumber<br />

yang berkompeten dari berbagai<br />

instansi terkait penggunaan dana BOS.<br />

Di antaranya Drs. Saifuddin AR, Kabid<br />

Mapenda Kanwil Kemenag Aceh,<br />

Muhammad Kamil, SE utusan BPKP<br />

<strong>Prov</strong>insi, Mukhlisin, S.Sos dari Kantor<br />

Cot Meurak Bireuen menjadi kepala<br />

MIN Cot Trieng sedangkan kepala<br />

MIN Cot Trieng Safwati, SPd menjadi<br />

kepala MIN Uteuen Gathom.<br />

Kepala Kantor Kemenag Bireuen,<br />

Drs. H. Zulhelmi A. Rahman, MAg<br />

dalam amanatnya usai pengambilan<br />

sumpah kepala yang baru saja dimutasi<br />

berharap kepala Madrasah dapat<br />

bekerja dengan sungguh sungguh dan<br />

benar benar menerapkan k<strong>edisi</strong>plinan<br />

di tempat tugas baru. “ Bekerjalah<br />

dengan sungguh sungguh dan<br />

serius, tegakkan k<strong>edisi</strong>plinan untuk<br />

meningkatkan mutu pendidikan ”<br />

kata mantan Kabag Pekapontren pada<br />

Kanwil Kemenag Propinsi Aceh ini.<br />

KPPN Lhokseumawe, Drs. Zulhelmi A.<br />

Rahman, M. Ag Kepala Kankemenag<br />

Bireuen, serta Drs. M. Yunus, MPd<br />

Kasie Mapenda Kantor setempat.<br />

Selain mendengar materi dari narasumber<br />

untuk kelancaran kegiatan<br />

tersebut, panitia juga menggunakan<br />

metode tanya jawab, sharing ide dan<br />

26 <strong>Santunan</strong> NOVEMBER <strong>2011</strong><br />

Proses pelantikan berlangsung<br />

lancar, semua kepala madrasah dari<br />

berbagai tingkatan turut hadir mereka<br />

menempati kursi yang disediakan<br />

panitia menyaksikan acara tersebut,<br />

tampak raut wajah cemas berharap<br />

namanya tidak disebutkan saat<br />

Munawir, SE Kasie kepegawaian<br />

membacakan satu persatu urutan nama<br />

yang terdapat dalam surat keputusan<br />

menteri agama, Beberapa kepala MI<br />

terlihat meneteskan air mata begitu<br />

mendengar namanya disebutkan.<br />

Selain mutasi kepala MI pada<br />

saat yang sama kepala Kemenag juga<br />

melantik empat pegawai Urusan Tata<br />

Usaha (TU) mereka adalah, Anwar, SAg<br />

pegawai TU MTsN Model Gandapura<br />

dilantik menjadi kaur TU MTsN Model<br />

Gandapura. Hamdani kaur TU MTsN<br />

Model Gandapura menjadi kaur TU<br />

MTsN Kuta Blang Bireuen. Fauzan staf<br />

urusan TU MTsN Kuta Blang Bireuen<br />

menjadi kaur TU MTsN Jangka sementara<br />

Ramlah dari kaur TU MTsN Jangka<br />

dilantik menjadi kaur TU MTsN Krueng<br />

Panjoe. nnajib /biro bireuen/lan<br />

pengalaman dengan para kepala madrasah.<br />

Hasanuddin, SE Panitia Pelaksana,<br />

kepada <strong>Santunan</strong> menuturkan kegiatan<br />

sosialisasi yang dilselenggarakan<br />

pihaknya berjalan lancar hingga hari<br />

penutupan, “Peserta sangat antusias<br />

mengikuti acara sosialisasi tersebut, ”<br />

kata pria murah senyum ini.<br />

Panitia berharap dengan dilaksanakan<br />

sosialisasi tersebut dapat memperoleh<br />

laporan pelaksanaan Program<br />

BOS <strong>2011</strong> di semester pertama dari<br />

setiap madrasah dengan benar dan<br />

tepat waktu, serta dapat menyelesaikan<br />

masalah terkait proses pencairan<br />

dana BOS semester pertama. nbiro<br />

bireuen/najib/lan


<strong>Santunan</strong> - Lhokseumawe. Wakaf<br />

salah satu potensi besar umat yang<br />

belum maksimal pemanfaatannya.<br />

Jika potensi ini mampu diberdayakan<br />

secara optimal, akan memberikan<br />

manfaat bagi pemberdayaan ekonomi<br />

umat. Demikian kalimat pembuka<br />

Kepala Kankemenag Kabupaten Aceh<br />

Utara, Drs. H. Zulkifli Idris, M. Pd,<br />

saat kegiatan Sosialisasi UU Nomor<br />

41 Tahun 2004 tentang Wakaf yang<br />

diselenggarakan oleh Seksi Zakat dan<br />

Wakaf Kankemenag Aceh Utara (6/10/),<br />

di Aula MPU Kab. Aceh Utara.<br />

Kakankemenag mengatakan, sebelum<br />

lahirnya UU tersebut, pengelolaan<br />

wakaf pada umumnya masih konsumtif-tradisional<br />

hanya identik dengan<br />

pemanfaatan untuk kuburan, sekolah,<br />

dan panti asuhan. Belum mengarah<br />

pada langkah-langkah yang produktif<br />

seperti pembangunan toko maupun<br />

tempat usaha lainnya. Sehingga manfaatnya<br />

belum dapat dirasakan secara<br />

signifikan oleh masyarakat luas. Di sini<br />

lah dibutuhkan peran para pengelola<br />

wakaf sebagai pihak yang diberi amanah<br />

agar mampu mengembangkan<br />

wakaf secara lebih bermanfaat untuk<br />

kemaslahatan umat.<br />

Kegiatan Sosialisasi yang diikuti<br />

<strong>Santunan</strong>-Lhokseumawe. MTsN<br />

Sampoyniet Kecamatan Baktiya Barat<br />

Kabupaten Aceh Utara menggelar<br />

acara Pelatihan Penyusunan Silabus<br />

dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran<br />

(RPP) selama 3 hari, sejak 22 sampai<br />

24 September <strong>2011</strong>.<br />

Pelatihan tersebut bertujuan agar<br />

dewan guru yang mengajar di MTsN<br />

Sampoyniet dan sekitarnya mempunyai<br />

pengetahuan tentang penyusunan<br />

Silabus dan RPP serta dapat melakukan<br />

perubahan dalam proses pembelajaran.<br />

Guru dituntut mempunyai skemata<br />

awal untuk membuat dan menyusun<br />

oleh para staf KUA kecamatan yang<br />

bertugas sebagai pengelola administrasi<br />

wakaf di kecamatan bertujuan untuk<br />

mensosialisasikan materi UU itu.<br />

“Hal ini mengingat masih banyaknya<br />

ditemukan permasalahan mengenai<br />

wakaf pada tataran pengelolaan wakaf<br />

yang masih konsumtif-tradisional serta<br />

belum didukung sepenuhnya dengan<br />

administrasi yang sempurna. Selain itu<br />

adanya regulasi yang berkaitan dengan<br />

wakaf seperti UU Nomor 41/2004,<br />

ternyata masih banyak masyarakat<br />

<strong>Santunan</strong> NOVEMBER <strong>2011</strong><br />

Peristiwa<br />

Sosialisasi UU Wakaf<br />

luas yang belum mengetahuinya<br />

termasuk para pengelola wakaf.<br />

Sehingga kegiatan ini diharapkan<br />

bisa mereduksi permasalahan yang<br />

ditemui,” ungkapkan Drs. Jamaluddin,<br />

M.Pd. Kasi Zakat dan Wakaf pada<br />

Kankemenag Aceh Utara.<br />

Kegiatan ini diisi empat nara<br />

sumber, Drs. H. Zulkifli Idris, M. Pd,<br />

Sabaruddin, S. Ag (Kasi Urais), Drs.<br />

Jamaluddin, M. Pd, dan Ibu Safrina, SE<br />

(Staf Penyelenggara Zakat dan Wakaf).<br />

ncut/biro aceh utara/yyy<br />

MTsN Sampoyniet Adakan Pelatihan<br />

silabus sendiri. Selama ini banyak guru<br />

membuat silabus dan RPP hanya dalam<br />

konteks copy paste dari hasil pikiran<br />

orang lain saja, demikian laporan ketua<br />

panitia yang disampaikan oleh Nuraini,<br />

M. Pd pada pembukaan kegiatan.<br />

Kepala Madrasah Tsanawiyah<br />

Negeri Sampoyniet, M. Sufi, S. Pd.<br />

dalam sambutannya berharap setelah<br />

berakhirnya acara ini guru dapat<br />

membuat silabus dan RPP sesuai<br />

dengan pembelajaran yang inovatif dan<br />

kreatif. Kegiatan ini terlaksana berkat<br />

adanya kerjasama yang baik antara<br />

Kepala Madrasah, dewan guru di<br />

lingkungan MTsN Sampoyniet dengan<br />

BDK Medan.<br />

Kegiatan ini dilaksanakan selama<br />

tiga hari dengan pematerinya Saifullah,<br />

MA dengan materinya “Media Pembelajaran,”<br />

Istarani, M. Pd bersma<br />

materinya “RPP dan Silabus” serta<br />

Drs. Syarifuddin materinya “Metode<br />

Pembelajaran.” Semua pemateri<br />

dari Balai Diklat Keagamaan Medan.<br />

Semoga kegiatan ini akan terus<br />

digalakkan oleh madrasah-madrasah<br />

yang lain di ikuti semua madrasah yang<br />

ada di lingkungan <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong><br />

Propinsi Aceh. nnur/lan<br />

27


Peristiwa<br />

Sosialisasi dan Pelatihan EMIS RA/Madrasah <strong>2011</strong><br />

<strong>Santunan</strong>–Idi. Kegitan Sosialisasi<br />

dan Pelatihan EMIS RA/Madrasah di<br />

Kankemenag Aceh Timur, dipusatkan<br />

di MAS Al-Widyan Alue Lhok Kec.<br />

Peureulak Timur (13/9). Sosialisasi<br />

pengelolaan data EMIS itu diikuti oleh<br />

ratusan peserta, dari Kepala Madrasah,<br />

Operator, dan Pengawas Madrasah.<br />

Seluruh operator Emis pada Madrasah,<br />

RA, dan pengawas hadir pada sosialisasi<br />

tersebut. Kegiatan ini diadakan guna<br />

meningkatkan kinerja sistem informasi<br />

manajemen bidang pendidikan Islam,<br />

dan mensosialiisasikan sistem aplikasi<br />

pendataan berbasis web online. Peserta<br />

kegiatan ini 192 orang, meliputi<br />

pengelola data RA, MI, MTs, MA, dan<br />

pengawas serta kepala RA/Madrasah<br />

MI, MTs dan MA. Dengan tema,<br />

”Melalui Sosialisasi EMIS RA/Madrasah<br />

dan Pengawas Kita Tingkatkan Sistem<br />

Manajemen Informasi Pendidikan yang<br />

Valid dan Akuntabel.”<br />

Kepala Kantor Kemenag Aceh<br />

Timur yang diwakili oleh Pejebat yang<br />

melaksanakan tugas (Pymt.) Zaini<br />

R, S.Ag, mengharapkan sosialisasi<br />

tersebut dapat menjadi bahan masukan<br />

yang sangat berarti bagi RA, Madrasah,<br />

dan Pengawas dalam mewujudkan<br />

sistem informasi pendidikan yang<br />

lebih maju dan punya visi ke depan.<br />

Dalam arahannya, Zaini mengatakan,<br />

pegawai Kemenag Aceh Timur sudah<br />

harus membuka diri dengan ilmu<br />

pengetahuan dan teknologi, sehingga<br />

kita tidak hanya menjadi penonton. Ia<br />

melanjutkan, kemenag memiliki SDM<br />

yang baik, hanya saja kadang kemauan<br />

dari orang yang bersangkutan yang<br />

tidak ingin maju.<br />

Kasi Mapenda, Fadli, S.Ag, mengatakan,<br />

“Proses pendataan sudah dimulai<br />

semenjak bulan Oktober-<strong>November</strong><br />

mendatang. Untuk itu, ia mengharapkan<br />

proses pengumpulan data tersebut<br />

harus selesai tepat waktu. Menurutnya<br />

dengan pendataan EMIS ini, dapat<br />

lebih menghemat waktu dan biaya<br />

serta proses pengiriman data menjadi<br />

<strong>Majalah</strong> <strong>Santunan</strong><br />

Kantor Wilayah <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi Aceh<br />

28 <strong>Santunan</strong> NOVEMBER <strong>2011</strong><br />

lebih cepat. Dengan pelatihan ini pula,<br />

pegawai dapat memiliki akses informasi<br />

yang baik.<br />

Untuk itu, perlu menumbuhkan<br />

kemauan dan tekad dalam diri seseorang<br />

agar mau untuk terus berusaha demi<br />

kemajuan. Namun yang terpenting, kita<br />

mau untuk memberikan pelayanan dan<br />

usaha terbaik bagi masyarakat. Sekolah<br />

sebagai ladang pengabdian bagi orangorang<br />

yang terlibat didalamnya. Ada<br />

yang beda dengan pendataan Emis pada<br />

tahun ini daripada sebelumnya, sebab<br />

pada kali ini pendataan EMIS dilakukan<br />

dengan menggunakan aplikasi web<br />

online. nmuslim/biro a timur/yyy<br />

Mengucapkan Selamat Hari Raya Idul Adha 1432 H/<strong>2011</strong> M, Mohon maaf lahir dan batin<br />

dan<br />

Selamat Datang kembali di Tanah Air Jamaah Haji Debarkasi Banda Aceh<br />

Semoga menjadi haji yang mabrur<br />

Juniazi, S.Ag.<br />

Pemimpin Redaksi


Allah berfirman:<br />

Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu<br />

dan janganlah kamu berhias dan bertingkah<br />

laku seperti orang-orang<br />

jahiliyah yang dahulu dan dirikanlah<br />

shalat, tunaikanlah zakat dan ta’atilah<br />

Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya<br />

Allah bermaksud hendak memalingkan<br />

dosa dari kamu, hai ahlul bait dan<br />

membersihkan kamu sebersih-bersihnya.<br />

(Q.S. al-Ahzab [33]: 33)<br />

Dalam ayat di atas, kata “ “ yang<br />

berbentuk jamak muannas merujuk<br />

kepada para isteri Nabi yang menghuni<br />

rumah sesuai dengan penempatan<br />

oleh Nabi, bukan kepemilikan rumah.<br />

Gaya bahasa seperti ini memang lazim<br />

digunakan Alquran, misalnya dalam<br />

ayat berikut:<br />

Jangan engkau mengeluarkan mereka<br />

dari rumah mereka. (Q.S. al-Thalaq<br />

[65]: 1)<br />

Secara kebahasaan, penyandaran<br />

kata “buyut” kepada “hunna” dalam<br />

ayat bukan berarti rumah itu milik si<br />

isteri, tapi karena melihat peran isteri<br />

sebagai pengelola rumah suaminya.<br />

Demikian pula para isteri Nabi<br />

saw., rumah yang mereka tempati<br />

Tafsir<br />

Duka Aisyah<br />

(Penafsiran ayat 33 surat al-Ahzab)<br />

Oleh Jabbar Sabil, MA<br />

bukan milik mereka, tapi dibangun<br />

oleh Rasulullah beriringan dengan<br />

bangunan masjid. Di masa hidup<br />

Rasul, ketika masjid menjadi sempit<br />

akibat bertambahnya jamaah, para<br />

sahabat pun menggunakan rumah<br />

para isteri Rasul sebagai tempat salat<br />

Jumat. Itulah alasannya kenapa rumah<br />

para isteri Nabi saw. tidak diwariskan,<br />

ketika mereka wafat, rumah itu justru<br />

dijadikan masjid.<br />

Selain digunakan untuk salat<br />

Jumat, rumah Nabi juga tidak sepi dari<br />

orang yang berkunjung, maka wajar<br />

jika para isteri Nabi saw. diperintah<br />

menjaga kehormatan diri mereka<br />

secara lebih ketat. Itulah kenapa ayat<br />

di atas menjelaskan alasan (kausasi/<br />

ta‘lîl), bahwa perintah menetap<br />

dalam rumah itu dapat mewujudkan<br />

pemeliharaan kehormatan ahli bait<br />

(diri mereka, keluarga Rasul yang lain),<br />

dan kehormatan Rasul sendiri. Dari itu<br />

kata “buyut” yang berbentuk jamak<br />

menunjukkan rumah-rumah yang terpisah.<br />

Faktanya memang Rasulullah menempatkan<br />

para isteri beliau masingmasing<br />

di rumah tersendiri. Tetapi<br />

semua tetap satu sebagai keluarga<br />

Nabi sehingga dalam ayat yang sama<br />

Alquran juga menggunakan kata “ahl<br />

al-bayt” dalam bentuk mufrad, yaitu<br />

nama jenis yang mencakup semua<br />

keluarga Nabi (istiqra’ afrad).<br />

Pada dasarnya kata ahli bait secara<br />

bahasa berarti penghuni rumah, yaitu<br />

isteri, anak, menantu, dan cucu.<br />

Namun karena ayat 33 surat al-Ahzab<br />

sedang berbicara tentang perintah<br />

<strong>Santunan</strong> NOVEMBER <strong>2011</strong><br />

khusus kepada para isteri Nabi, maka<br />

kata ahli bait di situ mengacu kepada<br />

para isteri Nabi saw. Jadi pokok pikiran<br />

yang hendak disampaikan ayat adalah<br />

perintah menetap dalam rumah, satu<br />

rangkaian dengan ayat sebelumnya<br />

(ayat 32) dan ayat sesudahnya (ayat 34).<br />

Sementara alasan untuk menyucikan<br />

ahli bait merupakan penjelasan<br />

tambahan yang secara redaksional<br />

tidak bisa dipisahkan menjadi pokok<br />

pikiran yang mandiri.<br />

Adapun masuknya Fatimah, Ali,<br />

Hasan, dan Husain dalam konteks ayat<br />

di atas, terjadi karena perbuatan Nabi<br />

sebagaimana diriwayatkan Muslim dari<br />

Aisyah:<br />

Aisyah ia berkata: Nabi saw. keluar<br />

pada suatu pagi dengan memakai<br />

kain bercorak berwarna hitam. Lalu<br />

datanglah Hasan bin Ali, maka beliau<br />

masukkannya ke dalam kain. Kemudian<br />

Husain datang, maka beliau masukkan<br />

ia bersamanya. Kemudian datang<br />

Fathimah, maka beliau masukkan ke<br />

dalamnya. Kemudian datang Ali, lalu<br />

beliau masukkan pula ke dalamnya.<br />

Lalu beliau membaca ayat 33 surat al-<br />

Ahzab: Sesungguhnya Allah bermaksud<br />

hendak memalingkan dosa dari kamu,<br />

29


Tafsir<br />

hai ahlul bait dan membersihkan kamu<br />

sebersih-bersihnya. (HR. Muslim).<br />

Dengan keberadaan hadis Muslim<br />

ini, maka penafsiran yang baik ialah<br />

yang menggabungkan kedua dalil ini.<br />

Jadi yang dimaksud dengan ahli bait<br />

dalam ayat adalah para isteri Nabi, anak<br />

beliau (Fatimah), cucu beliau (Hasan<br />

dan Husain), dan Ali (menantu). Perlu<br />

digarisbawahi, bahwa Fatimah, Ali,<br />

Hasan, dan Husain adalah orang yang<br />

ikut terkena efek dari perintah dalam<br />

ayat, yaitu terjaga kehormatannya,<br />

jadi tidak ikut diembankan perintah<br />

menetap dalam rumah. Adapun<br />

para isteri Nabi, mereka diperintah<br />

menetap di rumah, dan merasakan<br />

sendiri hikmah terjaganya kehormatan<br />

sebagai akibat perintah tersebut.<br />

Sebagian kalangan Syiah berpendirian<br />

bahwa para isteri Nabi tidak<br />

termasuk dalam cakupan kata ahli bait<br />

dalam ayat 33 surat al-Ahzab. Menurut<br />

al-Qurthubi, penafsiran seperti ini bersumber<br />

dari al-Kilabi (zaman tabiin),<br />

namun orang ini tidak diakui keabsahan<br />

tafsirnya (tidak di-i‘tibar), seandainya<br />

di zaman salaf salih, sungguh<br />

ia ditolak. Al-Kilabi berhujah dengan<br />

zamir [ ] pada ungkapan “ ” dan<br />

“ ” bahwa zamir ini menunjukkan<br />

peralihan topik kepada orang yang berbeda,<br />

bukan lagi para isteri Nabi. Jadi<br />

ayat ini ditafsir secara terpenggal dari<br />

keseluruhan ayat, dan terpisah dari<br />

ayat sebelum dan sesudahnya.<br />

Para mufasir melihat pendapat al-<br />

Kilabi ini mengada-ada, sebab susunan<br />

redaksi ayat tidak memungkinkan<br />

untuk dipahami demikian. Nyatanya<br />

penggunaan zamir jamak muzakkar<br />

yang mencakup muannas cukup lazim<br />

digunakan Alquran, misalnya dua ayat<br />

tentang isteri Nabi Ibrahim as. dan<br />

isteri Nabi Musa as. berikut ini:<br />

Rahmat Allah dan berkah-Nya atas<br />

kamu wahai ahli bayt (keluarga<br />

Ibrahim). (Q.S. Hud [11]: 73)<br />

Ketika ia (Musa as.) melihat api, lalu<br />

berkatalah ia kepada keluarganya: “Tinggallah<br />

kamu (di sini), sesungguhnya<br />

aku melihat api, mudah-mudahan aku<br />

dapat membawa sedikit daripadanya<br />

kepadamu atau aku akan mendapat<br />

petunjuk di tempat api itu.” (Q.S.<br />

Thaha [20]: 10)<br />

Ayat ini menggunakan zamir jamak<br />

muzakkar [ ] untuk menyebut isteriisteri<br />

Nabi Ibrahim as. dan isteri Nabi<br />

Musa as., jadi penggunaan zamir jamak<br />

muzakkar tidak bisa dijadikan alasan<br />

bagi penafsiran al-Kilabi. Dengan demikian,<br />

kata ahli bait dalam ayat adalah<br />

isteri Nabi.<br />

Kepada para isteri Nabi inilah<br />

perintah khusus dalam ayat ditujukan,<br />

yaitu untuk tetap berada di rumah<br />

mereka demi menjaga kehormatan.<br />

Menurut Syaykh Thahir ibn ‘Asyur,<br />

berdasar perintah dalam ayat ini, maka<br />

menetap di rumah merupakan ibadah<br />

Kata “tabarruj”<br />

berarti perbuatan<br />

wanita yang<br />

sengaja<br />

memperlihatkan<br />

‘perhiasan’ kepada<br />

laki-laki<br />

bagi para isteri Nabi. Berpijak pada<br />

teks ayat ini, pendapat sebagian ulama<br />

bahwa perintah menetap dalam rumah<br />

tidak berlaku bagi para isteri kaum<br />

muslimin (selain isteri Nabi) tidak<br />

bisa dinyatakan keliru. Tapi larangan<br />

berhias dan berperilaku seperti<br />

jahiliyyah (tabarruj) tetap berlaku<br />

umum, termasuk untuk semua isteri<br />

kaum muslimin. Hal ini sebagaimana<br />

penegasan dalam ayat 60 surat al-<br />

Nur, di mana wanita beriman dilarang<br />

menampakkan perhiasan mereka.<br />

30 <strong>Santunan</strong> NOVEMBER <strong>2011</strong><br />

Katakan kepada wanita yang beriman<br />

“Hendaklah mereka menahan pandangannya,<br />

dan memelihara kemaluannya,<br />

dan janganlah mereka menampakkan<br />

perhiasannya, kecuali yang (biasa)<br />

Nampak dari padanya. Dan hendaklah<br />

mereka menutupkan kain kudung ke<br />

dadanya, dan janganlah menampakkan<br />

perhiasannya, kecuali kepada suami<br />

mereka, atau ayah mereka, atau ayah<br />

suami mereka, atau putera-putera<br />

mereka, atau putera-putera suami<br />

mereka, atau saudara-saudara laki-laki<br />

mereka, atau putera-putera sudara lakilaki<br />

mereka, atau putera-putera saudara<br />

perempuan mereka, atau wanita-wanita<br />

Islam, atau budak-budak yang mereka<br />

miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki<br />

yang tidak mempunyai keinginan (terhadap<br />

wanita) atau anak-anak yang<br />

belum mengerti tentang aurat wanita.<br />

Dan janganlah mereka memukulkan<br />

kakinya agar diketahui perhiasan yang<br />

mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah<br />

kamu sekalian kepada Allah, hai orangorang<br />

yang beriman supaya kamu beruntung.<br />

(Q.S. al-Nur [24]: 31)<br />

Kata “tabarruj” dalam ayat 33<br />

surat al-Ahzab berarti perbuatan<br />

wanita yang sengaja memperlihatkan<br />

‘perhiasan’ kepada laki-laki, baik itu<br />

bagian tubuhnya yang indah, perhiasan<br />

indah yang dipakai ditubuhnya, atau<br />

pakaian indah yang dipakai. Penjelasan<br />

detil bagi larangan tabarruj ini dapat<br />

dilihat dalam ayat 31 surat al-Nur, “wa<br />

la yubdina zinatahunna…” Namun<br />

penggunaan kata “tabarruj jahiliyah”<br />

dalam ayat 33 surat al-Ahzab lebih<br />

mendalam lagi (balaghah), sebab mengandung<br />

unsur membangkitkan rasa<br />

muak terhadap tradisi jahiliyah.<br />

Para ulama berbeda pendapat tentang<br />

kata “al-jahiliyyat al-ula” dalam<br />

ayat. Sebagian mengatakan masa<br />

kelahiran Nabi Ibrahim, sebab para<br />

wanita kala itu keluar rumah dengan<br />

memakai baju rumahan bertatahkan<br />

permata, tujuannya memperlihatkan<br />

kemolekan dirinya kepada kaum lakilaki.<br />

Ada pula ulama yang mengatakan<br />

itu di zaman antara Nabi Nuh dan Nabi<br />

Ibrahim, sebab kala itu wanita turun<br />

ke jalan dengan memakai baju permata


yang tidak berjahit pinggirnya, dan ada<br />

juga yang memakai baju tipis sehingga<br />

tidak menghalangi pandangan lelaki<br />

dari tubuhnya.<br />

Sebagian ulama meyakini bahwa<br />

jahiliyah yang dimaksud adalah masa<br />

sebelum turunnya syariat Islam, sebab<br />

wanita kala itu tidak memakai hijab.<br />

Lalu Islam menetapkan ajaran yang<br />

memelihara kehormatan mereka, jadi<br />

kata “al-jahiliyyat al-ula” bukan berarti<br />

jahiliyah pertama sehingga ada jahiliyah<br />

berikutnya. Sebagian ulama yang lain<br />

menafsirkan kata “al-jahiliyyat al-ula”<br />

tanpa mengaitkan dengan zaman<br />

nabi tertentu, tapi dikatakan sebagai<br />

zaman kebodohan di mana wanita<br />

tidak menutup bagian tubuhnya yang<br />

tidak patut tampak. Ada pula ulama<br />

yang mengatakan bahwa “tabarruj” itu<br />

artinya kondisi di mana wanita bergaul<br />

bebas dengan lelaki, jadi tidak terbatas<br />

pada zaman dahulu atau masa yang<br />

akan datang.<br />

Dari semua penafsiran kata “aljahiliyyat<br />

al-ula” yang dikutip al-<br />

Qurthubi, penulis cenderung melihat<br />

kata ini sebagai kondisi jahiliyah yang<br />

ada dalam rentang waktu sebelum<br />

Islam datang, tanpa perlu dikhususkan<br />

kapan masanya secara konkret.<br />

Alasannya karena Alquran hendak<br />

memberi contoh, jadi contoh itu harus<br />

merupakan hal yang telah ada, yaitu<br />

kondisi yang lebih awal dari masa<br />

ayat ini berbicara. Contoh itu dapat<br />

memberi pemahaman yang begitu<br />

dekat dan nyata bagi audien yang<br />

dituju, hal ini dapat dilihat dari sikap<br />

para isteri Nabi setelah mendengar<br />

ayat ini.<br />

Contohnya sikap Saudah, setelah<br />

wafat Rasul, ia bahkan tidak mau<br />

keluar untuk melaksanakan ibadah<br />

haji dan umrah. Terserah apakah sikap<br />

Saudah ini dipandang berlebihan<br />

atau tidak, yang jelas para isteri Nabi<br />

berusaha menjaga sebaik mungkin<br />

perintah ini, bahkan termasuk untuk<br />

kegiatan luar yang pernah dilakukan<br />

bersama Nabi, seperti haji dan umrah.<br />

Padahal keluar untuk aktivitas ini bisa<br />

dinyatakan sanggup dipelihara agar<br />

tidak mengandung unsur tabarruj.<br />

Di sisi lain, Rasulullah tidak bersikap<br />

kaku, beliau mengizinkan para<br />

isterinya keluar untuk keperluan<br />

mendesak, seperti sabda Rasulullah<br />

berikut ini:<br />

Sesungguhnya Allah mengizinkan kamu<br />

keluar untuk keperluanmu.<br />

Contoh keperluan itu seperti<br />

keluarnya Aisyah pada saat orang<br />

tuanya (Abu Bakar) sakit, yaitu sakit<br />

yang kemudian diketahui sebagai sakit<br />

menjelang wafat. Selain alasan di atas,<br />

selebihnya Aisyah berusaha menyiasati<br />

agar bisa memenuhi aktivitas sosialnya<br />

sambil tetap berada di rumah. Misalnya<br />

kala Sa’ad ibn Abi Waqqash meninggal,<br />

Aisyah meminta agar jenazah Sa’ad<br />

dibawa ke rumahnya (masjid) supaya ia<br />

bisa ikut melakukan shalat jenazah.<br />

Aisyah juga pernah keluar untuk<br />

urusan politik, ia menuju Basrah<br />

untuk kemaslahatan umat saat terjadi<br />

seandainya Aisyah<br />

menyaksikan fitnah<br />

yang menimpa<br />

kaum wanita di<br />

belahan dunia<br />

muslim sekarang,<br />

tentunya Aisyah<br />

lebih berduka lagi.<br />

Perang Jamal. Hal ini menimbulkan<br />

kontroversi di kalangan sahabat<br />

sehingga sebagian sahabat menolak<br />

seperti ‘Ammar ibn Yasir dan ‘Ali ibn<br />

Abi Talib. Tapi sebagian yang lain<br />

justru mendukung dan berangkat<br />

bersama Aisyah, misalnya Thalhah<br />

dan Zubayr. Tentunya bisa dipahami,<br />

munculnya perbedaan karena akibat<br />

beda perspektif dalam ijtihad mereka<br />

terhadap ayat Alquran.<br />

Aisyah melihat kehadirannya ke<br />

Basrah sebagai kebutuhan mendesak<br />

yang berarti memenuhi panggilan ayat<br />

berikut:<br />

Jika dua kelompok umat Islam berperang,<br />

maka damaikanlah antara<br />

keduanya. (Q.S. al-Hujurat [49]: 9)<br />

Perintah melakukan ishlah dalam<br />

ayat ini dipandang termasuk dalam<br />

<strong>Santunan</strong> NOVEMBER <strong>2011</strong><br />

Tafsir<br />

keizinan yang dinyatakan Rasul dalam<br />

hadis yang dikutip di atas. Alasannya,<br />

sebagai Umm al-Mukminin, wajar<br />

jika umat memiliki keterikatan dan<br />

kerinduan atas kehadiran beliau.<br />

Dari itu sahabat yang mendukung<br />

yakin bahwa kehadiran beliau akan<br />

membawa maslahat, sebab umat akan<br />

merasa malu dengan kehadiran beliau,<br />

dan sadar dari fitnah yang terjadi akibat<br />

ulah mereka.<br />

Tentunya masing-masing sahabat<br />

punya alasan sendiri dalam ijtihad<br />

mereka. Dari itu sepatutnya kita bertahsin<br />

zann terhadap mereka, dan<br />

sikap Aisyah juga harus diapresiasi<br />

sebagai bentuk kepeduliannya atas<br />

masalah umat. Demikian pula sikap<br />

kita terhadap peristiwa perang Shiffin,<br />

mungkin saja keadaan bisa membaik,<br />

tapi provokasi dari penyebar fitnah<br />

telah duluan mengambil korban.<br />

Menurut Ibn ‘Arabi, sebagian orang<br />

dari kalangan Syiah justru menjadikan<br />

peristiwa keluarnya Aisyah ke Basrah<br />

sebagai alasan untuk menghujat<br />

Aisyah, bahwa Aisyah telah melanggar<br />

perintah Allah dalam ayat 33 surat al-<br />

Ahzab di atas. Padahal para isteri Nabi<br />

saw. tidak pernah keluar dari rumah<br />

mereka kecuali pada hari Jumat saja.<br />

Itu pun hanya selama pelaksanaan<br />

salat Jumat karena rumah mereka<br />

dipakai untuk salat Jumat, dan mereka<br />

kembali lagi setelahnya. Mereka baru<br />

keluar lagi dari rumah Jumat berikutnya,<br />

lalu bagaimana bisa orang seperti<br />

ini tega dihujat. Menurut penulis<br />

sikap menghujat seperti ini tidak proporsional,<br />

sebagai seorang muslim, sepatutnya<br />

lah kita ber-tahsin zann.<br />

Aisyah sendiri meski sudah sangat<br />

hati-hati dalam mengambil putusan<br />

ijtihadnya, namun ia juga kerap kali<br />

menangis ketika membaca ayat ini.<br />

Menurut al-Qurthubi dan Ibn Asyur,<br />

menangisnya Aisyah bukan karena<br />

menyesali keputusan pergi ke Basrah,<br />

tapi lebih karena fitnah yang menimpa<br />

umat ini. Lebih jauh lagi, seandainya<br />

Aisyah menyaksikan fitnah yang menimpa<br />

kaum wanita di belahan dunia<br />

muslim sekarang, tentunya Aisyah<br />

lebih berduka lagi. Adakah fitnah yang<br />

lebih besar dari menjadi ‘jalang’-nya<br />

para wanita di tengah komunitas umat<br />

Islam? Wallahu a‘lam. n<br />

Penulis adalah kandidat doktor PPs<br />

IAIN Ar-Raniry<br />

31


Hadis<br />

Mencari Perlindungan Hari Akhir<br />

Dalam menjalani kehidupan sehari-hari,<br />

sering sekali seseorang<br />

ditimpa kesusahan, kemiskinan,<br />

kebodohan, tidak mampu bersaing<br />

mencapai prestasi dan berbagai bentuk<br />

kesulitan lainnya. Di satu sisi dia harus<br />

berusaha untuk merubah nasib demi<br />

masa depan yang baik, segala daya dikerahkan<br />

untuk meraih mimpi. Tapi, pada<br />

saat yang sama seorang muslim juga<br />

harus yakin bahwa kehidupan di dunia<br />

tidak lebih dari perjalanan yang telah<br />

diskenariokan Tuhan. Apa yang terjadi<br />

di dunia ini termasuk kesenangan dan<br />

kesulitan telah digaris Tuhan. Hanya<br />

saja karena kita tidak tahu apa yang telah<br />

ditentukan Allah, maka kewajiban<br />

kita lah berusaha dan berdoa.<br />

Keyakinan bahwa semuanya telah<br />

ditentukan Tuhan tanpa dibarengi usaha,<br />

akan terjebak dalam paham Jabbariyah<br />

yang melihat manusia bagaikan kapas<br />

yang ditiup angin. Sebaliknya, menganggap<br />

diri sendiri yang mengatur<br />

tanpa menghadirkan kehendak Allah,<br />

seseorang akan jatuh dalam pemikiran<br />

Qadariyyah yang melihat segala bentuk<br />

perbuatan manusia adalah murni hasil<br />

karya manusia itu sendiri.<br />

Sebagai muslim yang tidak hanya<br />

mengharap kebaikan dari Tuhan tanpa<br />

usaha, dan tidak pula menilai diri sebagai<br />

sumber keberhasilan, sejatinya kita<br />

yakin bahwa segala sesuatu memang<br />

telah ditentukan Tuhan, akan tetapi<br />

karena kita tidak tahu apa yang telah<br />

di tulis di lawhul Mahfuz, kita harus<br />

berusaha untuk mencapai kebahagian<br />

dan tentunya juga berdoa kepada Allah<br />

agar mengabulkan harapan kita.<br />

Kebahagian dunia sebagai anugerah<br />

Allah harus benar-benar dimanfaatkan<br />

sesuai dengan aturan agama. Tetapi di<br />

balik itu semua, jauh di sana masih ada<br />

kebahagiaan hakiki, dalam kehidupan<br />

tanpa akhir. Kelezatan yang tidak pernah<br />

dibayangkan manusia di dunia ini, yaitu<br />

Oleh Salman Abdul Muthalib<br />

kebahagiaan di hari akhir. Akhirat adalah<br />

sebuah keyakinan mendasar dalam<br />

Islam, dalam banyak ayat keimanan<br />

kepada Allah sering sekali dibarengi<br />

dengan keyakinan adanya hari akhir.<br />

Dalam sebuah hadis, Rasulullah saw.<br />

bersabda:<br />

“Tujuh golongan yang akan mendapat<br />

perlindungan Allah pada hari akhirat<br />

nanti, tujuh golongan tersebut adalah<br />

imam yang adil, pemuda yang tumbuh<br />

dan selalu beribadah kepada Allah,<br />

seseorang yang hatinya terpaut dengan<br />

mesjid, dua orang yang saling mencintai<br />

dan berpisah karena Allah, seseorang<br />

yang diajak (berzina) oleh perempuan<br />

yang kaya dan cantik, akan tetapi<br />

dia berkata aku takut kepada Allah,<br />

seseorang yang selalu bersedekah dan<br />

menyembunyikannya, sehingga apa<br />

yang diberi oleh tangan kanan tidak<br />

pernah diketahui tangan kirinya, dan<br />

seseorang yang selalu mengingat Allah<br />

ketika waktu sunyi sampai meneteskan<br />

air matanya.”<br />

Hadis ini--antara lain--terdapat dalam<br />

kitab Muwatta’ karya Imam Malik pada<br />

bab syi’ir, Sahih Bukhari dalam bab azan,<br />

Sunan Tirmizi dalam bab zuhud, dan<br />

Sunan Nasa’i dalam bahasan tentang<br />

qudhat.<br />

Dari hadis di atas dapat dijelaskan<br />

tujuh poin yang harus dikerjakan seorang<br />

muslim agar ia perlindungan<br />

Allah pada hari akhirat. Hari yang tidak<br />

ada seorang pun dapat menolongnya,<br />

hari di mana harta dan kelurga tidak<br />

berpengaruh apa-apa. Hari di mana<br />

32 <strong>Santunan</strong> NOVEMBER <strong>2011</strong><br />

anggota tubuh manusia akan berbicara<br />

di depan Tuhan, menjadi saksi bagi<br />

segala perilaku di dunia.<br />

1. Keadilan<br />

Secara bahasa, keadilan berarti menempatkan<br />

sesuatu pada tempatnya.<br />

Istilah keadilan sering sekali ditujukan<br />

pada seseorang yang memiliki bawahan,<br />

di mana bawahan selalu mengharap<br />

adanya perlakukan yang adil antara<br />

anggota yang lain. Seorang pemimpin<br />

harus adil memperlakukan bawahannya,<br />

tidak diskriminatif, tidak mementingkan<br />

golongan sendiri.<br />

Nabi Muhammad telah meneladankan<br />

keadilan pada masanya, bahkan<br />

terhadap kafir Quraisy ketika mere-ka<br />

memintanya menjadi penengah dalam<br />

kasus pengangkatan hajar aswad. Beliau<br />

telah memperlihatkan bentuk keadilan<br />

pada mereka.<br />

2. Ibadah<br />

Allah menegaskan dalam Alquran<br />

bahwa tujuan utama diciptakan manusia<br />

dan jin adalah untuk beribadah<br />

kepadanya. Yaitu dengan melaksanakan<br />

apa saja yang diperintah-Nya dan menjauhi<br />

larangan-Nya.<br />

Perlu ditegaskan di sini, bahwa<br />

apa saja yang dilakukan seseorang asal<br />

dapat memberi kemaslahatan kepada<br />

orang merupakan ibadah. Bahkan dari<br />

sebuah hadis Nabi dapat dipahami<br />

bahwa membuang secuil duri di jalanan<br />

agar orang lain tidak menginjaknya juga<br />

sebagai ibadah.<br />

Dalam hal ini, perlu juga diingatkan<br />

bahwa kehidupan muslim dalam dunia<br />

ini harus seimbang antara hubungan<br />

dengan Allah dan hubungan dengan<br />

hamba, sebagian orang selalu baik dan<br />

taat kepada Allah swt. dalam hal seperti<br />

ibadah mahdhah, salat, puasa. Akan<br />

tetapi ia lupa bahwa kepekaan sosial,<br />

perhatian terhadap kaum miskin, saling


erbagi antara sesama juga merupakan<br />

ibadah.<br />

3. Dekat dengan Mesjid<br />

Kedekatan seseorang dengan rumah<br />

ibadah dapat dijadikan sebagai ukuran<br />

betapa dia memang dekat dengan<br />

Tuhan. Kedekatan di sini tidak hanya<br />

terbatas dalam makna kedekatan fisik,<br />

betapa banyak orang yang tinggal<br />

berdekatan dengan masjid, akan tetapi<br />

mereka tidak pernah berada dalamnya<br />

untuk beribadah. Dekat dengan masjid<br />

disini adalah kedekatan jiwa seseorang<br />

dengan rumah ibadah, ia selalu<br />

menjadikan masjid tempat berdoa,<br />

beribadah bahkan menghabiskan waktu<br />

luangnya di masjid.<br />

Sangat disayangkan banyak di antara<br />

kaum muslim yang jarang sekali ke<br />

masjid untuk beribadah, bahkan dalam<br />

satu tahun kunjungannya ke masjid<br />

dapat dihitung jari. Ketika masjid-masjid<br />

sekarang dapat dijumpai di mana-mana<br />

dan dibangun dengan megah, berbagai<br />

corak dan model dikembangkan, tetapi<br />

jamaah yang memenuhi saf-saf salat<br />

di masjid sangat sedikit. Ironisnya lagi<br />

mereka lebih banyak menghabiskan<br />

waktu di cafe-cafe, tempat itu dijadikan<br />

sebagai rumah kedua bagi mereka.<br />

4. Cinta karena Allah<br />

Hubungan seseorang dengan orang<br />

lain sering sekali putus di tengah jalan<br />

dalam waktu yang dekat, pertemanan<br />

yang hanya berujung pada perkelahian<br />

dan kemurkaan. Hal ini karena<br />

persahabatan itu dipupuk bukan atas<br />

dasar Islam dan keikhlasan, melainkan<br />

kepentingan yang diperebutkan.<br />

Persahabatan yang tidak didasarkan<br />

pada keikhlasan tidak akan abadi, yang<br />

abadi hanyalah kepentingan, begitu<br />

kepentingan selesai, maka persahabatan<br />

juga akan berakhir.<br />

Sebagai contoh, dapat kita lihat<br />

seorang gubernur atau bupati dan<br />

pasangannya, begitu berakhir masa<br />

jabatan, berakhir pula persahabatan, dan<br />

tidak jarang mereka saling bermusuhan<br />

untuk mencari jabatan masa mendatang.<br />

Persahabatan dan cinta antara mereka<br />

bukan berdasarkan keikhlasan, tetapi<br />

persahabatan atas dasar kepentingan.<br />

Islam menganjurkan umatnya untuk<br />

saling kasih mengasihi, cinta mencintai<br />

sesama, hanya karena Allah. Saling cinta<br />

mencintai karena Allah, persahabatan<br />

atas dasar Islam, pertemanan bukan<br />

karena kepentingan. Jika memang<br />

persahabatan itu dipupuk karena Allah,<br />

maka kapanpun tali silaturahmi itu tidak<br />

akan putus, sampai Allah memisahkan<br />

antara mereka dengan ajal.<br />

5. Takut melakukan Dosa<br />

Tidak ada yang bebas dari dosa,<br />

kecuali para Rasul yang ma’shum karena<br />

kehendak Allah. Semua manusia berdosa,<br />

tetapi sebaik-baik orang berdosa adalah<br />

orang yang mau bertaubat. Taubat<br />

bukan sekedar meninggalkannya sesaat,<br />

tetapi taubat yang diterima adalah orang<br />

yang menyesali perbuatan dosanya dan<br />

berazam dengan tekat yang kuat untuk<br />

tidak mengulanginya kembali.<br />

Dalam hadis di atas, meskipun tidak<br />

dapat dipahami secara jelas, akan tetapi<br />

para ulama menjelaskan bahwa ajakan<br />

perempuan yang dimaksud adalah zina.<br />

Seorang lelaki yang imannya lemah,<br />

sungguh dia akan mengikuti ajakan<br />

murka tersebut, tetapi jika sesorang telah<br />

membekali dirinya dengan sesuatu<br />

yang dapat menjauhkan diri dari zina,<br />

maka pada saat itu dia akan takut terhadap<br />

azab Allah di hari akhir nanti.<br />

Zina merupakan salah satu dosa besar<br />

yang harus dijauhi oleh setiap muslim,<br />

bahkan Allah dalam Alquran melarang<br />

muslim berdekatan dengan perbuatanperbuatan<br />

yang dapat menjurus pada<br />

zina. Begitu buruknya perbuatan ini,<br />

Allah menetapkan hukumannya 100<br />

kali dera, bahkan bagi yang muhshan<br />

(sudah nikah) harus dirajam sampai<br />

mati.<br />

Dalam keseharian kita harus selalu<br />

memupuk keimanan, agar dengannya<br />

rasa takut kita kepada Allah semakin<br />

bertambah, dan akhirnya berbagai<br />

bentuk godaan yang datang dapat<br />

diantisipasi dengan mudah.<br />

6. Sedekah<br />

Kepedulian sosial termasuk bagian<br />

dari ajaran Islam, banyak ayat Alquran<br />

dan hadis Nabi yang memotivasi umat<br />

untuk bersedekah, membatu orang<br />

yang membutuhkan, peduli pada orang<br />

yang tidak berkecukupan. Apa yang<br />

diberi tidak mengharap apapun kecuali<br />

balasan dari Tuhan. Di sini keikhlasan<br />

sangat diperlukan, sehingga jika<br />

seseorang memberikan sesuatu pada<br />

yang lain, bukan karena ada harapan di<br />

balik pemberian tersebut.<br />

<strong>Santunan</strong> NOVEMBER <strong>2011</strong><br />

Hadis<br />

Begitu indahnya ajaran Islam<br />

tentang kepedulian sesama umat,<br />

untuk mendorong manusia berbuat<br />

baik dalam hal ini, dalam sebuah hadis<br />

yang diriwayatkan al-Bukhari, Rasul<br />

bersabda:<br />

“Tangan yang di atas lebih baik daripada<br />

tangan yang di bawah, tangan yang di<br />

atas memberi dan tangan yang di bawah<br />

meminta.”<br />

Di samping itu, Islam melarang<br />

kita menghardik orang yang memintaminta,<br />

meskipun perbuatan memintaminta<br />

tidak baik dilakukan, akan tetapi<br />

dalam kenyataannya fenomena tersebut<br />

menjadi sesuatu yang tidak dapat<br />

dipungkiri.<br />

7. Zikir<br />

Sebagai kekuatan rohani yang sangat<br />

kokoh, Islam menganjurkan umatnya<br />

agar selalu berzikir kapan dan di mana<br />

pun. Dalam Alquran digambarkan<br />

bahwa orang-orang berakal adalah<br />

mereka yang mengingat Allah sambil<br />

berdiri atau duduk atau dalam keadaan<br />

berbaring dan mereka memikirkan<br />

tentang penciptaan langit dan bumi.<br />

Zikir secara umum dimaknai dengan<br />

mengingat Allah dan segala ciptaannya,<br />

secara lebih khusus, zikir juga dapat<br />

diartikan melaksanakan salat. Adapun<br />

makna zikir dalam hadis di atas adalah<br />

melaksanakan salat pada waktu malam,<br />

ketika orang-orang terlelap dalam<br />

tidurnya, seseorang bangun melawan<br />

kedinginan malam, menghilangkan rasa<br />

malas demi untuk bersujud kepada Allah<br />

yang telah menciptakannya, merenungi<br />

tentang kehidupan ini agar imannya<br />

selalu bertambah sebagai bekal menuju<br />

akhirat nanti.<br />

Apa yang telah dipaparkan di atas,<br />

tujuh macam ajaran yang terkandung<br />

dalam hadis Rasul akan menghantarkan<br />

umat pada kemenangan di hari akhir,<br />

hari yang tidak ada manfaat lagi harta<br />

dan kekayaan, keluarga dan handai<br />

taulan, semuanya tidak akan dapat<br />

menolongnya kecuali amal ibadah yang<br />

telah ia siapkan. Semoga kita semua<br />

akan mendapat perlindungan dari Allah<br />

dalam menggapai kesuksesan pada hari<br />

akhir nanti. Wallahu A’lam bisshawab. n<br />

Penulis ialah Dosen Fak. Ushuluddin<br />

IAIN Ar-Raniry Banda Aceh.<br />

33


Opini<br />

Konsep Dasar Penilaian Kelas<br />

Persoalan penilaian hasil belajar<br />

siswa adalah problem<br />

yang dihadapi semua guru di<br />

lingkungan madrasah, baik Madrasah<br />

Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah,<br />

maupun Madrasah Aliyah (<strong>Santunan</strong>,<br />

<strong>edisi</strong> 10, Oktober <strong>2011</strong>, halaman<br />

29). Kesimpulan saya seperti yang<br />

diuraikan lewat opini dalam majalah<br />

ini bulan lalu, “Benarkah Nilai Rapor<br />

yang Anda Berikan Selama Ini,” diambil<br />

berdasarkan hasil monitoring saya<br />

baru-baru ini ke bebarapa madrasah di<br />

Aceh. Beberapa kepala madrasah, wakil<br />

kepala madrasah bidang kurikulum<br />

dan guru yang saya temui, belum<br />

mengerti benar tentang bagai-mana<br />

teknis penilaian hasil belajar dengan<br />

menggunakan Kurikulum Tingkat<br />

Satuan Pendidikan (KTSP).<br />

Karenanya sebelum saya sajikan<br />

bagaimana cara melakukan penilaian<br />

hasil belajar peserta didik secara<br />

utuh, terlebih dahulu saya sampaikan<br />

beberapa hal yang perlu diperhatikan<br />

dalam pelaksanaan penilaian kelas. Di<br />

antaranya pengertian penilaian, penilaian<br />

KTSP, fokus penilaian, manfaat<br />

dan fungsi penilaian kelas. Ini penting<br />

dipahami sebagai ulang kaji dalam melakukan<br />

penilaian berbasis kelas.<br />

Makna<br />

Penilaian merupakan proses untuk<br />

mendapatkan informasi tentang perkembangan,<br />

prestasi dan kinerja peserta<br />

didik yang dilakukan secara<br />

sistematis dan berkesinambungan.<br />

Data yang diperoleh pendidik selama<br />

pembelajaran berlangsung, dapat<br />

dijaring dan dikumpulkan melalui<br />

prosedur dan alat penilaian yang<br />

Oleh Mardin M. Nur<br />

sesuai dengan kompetensi atau hasil<br />

belajar yang akan dinilai. Dari proses<br />

ini akan diperoleh potret atau profil<br />

kemampuan peserta didik secara utuh<br />

dalam mencapai sejumlah standar<br />

kompetensi dan kompetensi dasar yang<br />

dijabarkan dengan beragam indikator<br />

yang tercantum dalam silabus.<br />

KTSP<br />

Penilaian dalam KTSP adalah<br />

penilaian berbasis kompetensi, yaitu<br />

bagian dari kegiatan pembelajaran<br />

yang dilakukan untuk mengetahui<br />

pencapaian kompetensi. Pencapaian<br />

kompetensi peserta didik meliputi<br />

aspek kognitif (pengetahuan), psikomotor<br />

(keterampilan), dan afektif<br />

(sikap). Penilaiannya dapat dilakukan<br />

pada awal, selama proses dan pada akhir<br />

setiap kali pembelajaran. Penilaian juga<br />

dilakukan pada akhir semuah pokok<br />

bahasan (postes), tengah semester<br />

(prasemester) atau akhir semester<br />

(sumatif).<br />

Agar guru dapat melakukan peni-<br />

34 <strong>Santunan</strong> NOVEMBER <strong>2011</strong><br />

laian pada awal, selama proses dan pada<br />

akhir setiap kali pembelajaran, guru<br />

harus menyusun rencana pelaksanaan<br />

pembelajaran (RPP) yang realistis. Artinya,<br />

penetapan indikator yang akan<br />

dicapai setiap pertemuan dari Standar<br />

Kompetensi (SK) dan Kompetensi<br />

Dasar (KD) disesuaikan dengan jumlah<br />

jam yang tersedia. Sehingga semua<br />

indikator pembelajaran yang dimunculkan<br />

saat itu tuntas dibahas.<br />

Tidak ada indikator yang dilanjutkan<br />

pembahasannya pada pertemuan<br />

yang akan datang. Jika ada indikator<br />

yang ditunda pembahasannya, proses<br />

penilaian akan sulit dilakukan.<br />

Inilah yang disebut dengan sistem<br />

pembelajaran tuntas. Maksudnya,<br />

semua indikator yang dimunculkan<br />

dari sebuah SKKD, tuntas dibahas,<br />

tuntas dipahami dan tuntas dilakukan<br />

penilaian hasil pembelajaran. Tidak ada<br />

indikator pembelajaran yang tertuang<br />

dalam RPP yang tersisa dan ditunda<br />

pembahasannya pada pertemuan<br />

mendatang.<br />

Fokus<br />

Fokus penilaian KTSP adalah keberhasilan<br />

belajar peserta didik dalam<br />

mencapai standar kompetensi yang<br />

ditentukan. Pada tingkat mata pelajaran,<br />

kompetensi yang harus dicapai<br />

berupa Standar Kompetensi (SK) mata<br />

pelajaran yang selanjutnya dijabarkan<br />

dalam Kompetensi Dasar (KD). Untuk<br />

tingkat satuan pendidikan, kompetensi<br />

yang harus dicapai peserta didik adalah<br />

Standar Kompetensi Lulusan (SKL).<br />

Penilaian dalam KTSP menggunakan<br />

acuan kriteria, yaitu hasil yang<br />

dicapai peserta didik tidak diban-


dingkan dengan peserta didik lainnya.<br />

Melainkan dibandingkan dengan kriteria<br />

atau standar yang ditetapkan.<br />

Apabila peserta didik telah mencapai<br />

standar sesuai Kriteria Ketuntasan<br />

Minimal (KKM) yang telah ditetapkan,<br />

ia dinyatakan lulus pada mata pelajaran<br />

tertentu. Apabila belum mencapai<br />

standar itu, peserta didik harus mengikuti<br />

program remedial atau perbaikan<br />

sehingga mencapai KKM yang ditetapkan.<br />

Penilaian hasil belajar baik formal<br />

maupun informal dilaksanakan dalam<br />

suasana yang kondusif, sehingga memungkinkan<br />

peserta didik menunjukkan<br />

secara maksimal apa yang<br />

dikuasai dan dimilikinya baik kognitif,<br />

psikomotor maupun afektif. Upaya<br />

untuk menghimpun secara totalitas<br />

kemampuan hasil belajar peserta didik<br />

dapat dilaksanakan melalui berbagai<br />

cara. Di antaranya melalui penilaian<br />

unjuk kerja (performance), penilaian<br />

sikap, penilaian tertulis (paper and<br />

pencil test), penilaian proyek, penilaian<br />

produk, penilaian melalui kumpulan<br />

hasil kerja atau karya peserta didik<br />

(portfolio) dan penilaian diri.<br />

Manfaat<br />

Ada beberapa manfaat yang dapat<br />

diperoleh dari penilaian kelas:<br />

1. Memberikan umpan balik bagi<br />

peserta didik agar mengetahui<br />

kekuatan dan kelemahannya dalam<br />

proses pencapaian kompetensi,<br />

sehingga peserta didik termotivasi<br />

untuk meningkatkan dan<br />

memperbaiki proses hasil belajar.<br />

2. Memantau kemajuan dan mendiagnosis<br />

kesulitan belajar yang dialami<br />

peserta didik sehingga dapat dilakukan<br />

pengayaan dan remedial.<br />

3. Umpan balik bagi pendidik dalam<br />

memperbaiki pendekatan, metode,<br />

teknik, kegiatan dan sumber<br />

belajar yang digunakan.<br />

4. Masukan bagi pendidik guna merancang<br />

kegiatan belajar yang kondusif<br />

dan menyenangkan.<br />

5. Memberi informasi kepada orang<br />

tua peserta didik, komite madrasah<br />

dan stakeholders tentang efektivitas<br />

pendidikan sehingga partisipasi<br />

mereka dapat ditingkat-kan.<br />

6. Memberikan umpan balik bagi<br />

pengambil kebijakan dalam mempertimbangkan<br />

konsep penilaian.<br />

<strong>Santunan</strong> NOVEMBER <strong>2011</strong><br />

Opini<br />

Fungsi<br />

Penilaian kelas berfungsi:<br />

1. Menggambarkan penguasaan peserta<br />

didik terhadap suatu kompetensi.<br />

2. Mengevaluasi hasil belajar peserta<br />

didik dalam rangka membantu<br />

peserta didik baik secara akademik<br />

maupun non akademik.<br />

3. Menemukan kesulitan belajar dan<br />

kemungkinan prestasi yang bisa<br />

dikembangkan peserta didik.<br />

4. Sebagai alat diagnosis untuk membantu<br />

pendidik menentukan apakah<br />

peserta didik perlu mengikuti remedial<br />

atau pengayaan.<br />

5. Menemukan kelemahan dan kekurangan<br />

proses pembelajaran<br />

yang sedang berlangsung guna<br />

perbaikan proses pembelajaran berikutnya.<br />

6. Sebagai alat kontrol bagi pendidik<br />

untuk mengetahui kemajuan dan<br />

perkembangan peserta didik.<br />

(bersambung)<br />

Penulis adalah Kepala Madrasah<br />

Berprestasi Nasional tingkat MTs<br />

(2000) dan tingkat MA (2003),<br />

kini bekerja di Kemenag Aceh<br />

Dewan Pengurus Wilayah<br />

Badan Koordinasi Pemuda Remaja Masjid Indonesia (DPW BKPRMI) <strong>Prov</strong>insi Aceh<br />

Mengucapkan Selamat dan Sukses atas Pelantikan<br />

Drs. H. Ibnu Sa’dan, M.Pd<br />

Sebagai Kepala Kantor Wilayah <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi Aceh<br />

Oleh Menteri <strong>Agama</strong> Republik Indonesia<br />

Drs. H. Suryadharma Ali, M.Si<br />

Hari Senin, 24 Oktober <strong>2011</strong> di Oproom Kantor <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> RI Jakarta<br />

Semoga dalam melaksanakan tugas selalu mendapat petunjuk dan hidayah Allah swt.<br />

Terima kasih kepada<br />

Drs. H. A. Rahman TB, Lt<br />

yang telah mendermabaktikan tenaga dan pikirannya<br />

sebagai Kepala Kanwil Kemenag <strong>Prov</strong>insi Aceh 2007-<strong>2011</strong><br />

Drs. H. Nasruddin Ibrahim, M.Ag H. Akhyar, M.Ag<br />

Ketua Umum Sekretaris Umum<br />

35


Opini<br />

Sertifikat Nikah; Harapan dan Kenyataan<br />

Tarik ulur sertifikat nikah menjadi<br />

perhatian penulis, mengingat<br />

pengguna kebijakan (user) itu<br />

adalah calon pengantin (catin). Dua<br />

sejoli itu yang akan melangsungkan<br />

pernikahan. Terus jadi cikal bakal rumah<br />

tangga sebagai kelompok terkecil<br />

dalam sebuah masyarakat. Baik dan<br />

buruknya sebuah tatanan masyarakat,<br />

dimulai dari baik jeleknya mereka.<br />

Dalam kaitan adanya usaha mengharuskan<br />

catin untuk memiliki sertifikat<br />

nikah di Aceh, seharusnya<br />

masyarakat tidak perlu takut. Bahkan<br />

sebaliknya, harus mendukung secara<br />

penuh karena dengan adanya sertifikat<br />

tersebut. Petugas di KUA menjadi yakin<br />

bahwa calon pengantin sudah memiliki<br />

ilmu dan pegangan dalam menjalankan<br />

bahtera rumah tangganya dan bersikap<br />

bijak ketika menghadapi problema keluarganya.<br />

Dengan demikian, mereka<br />

diharapkan tidak mudah emosional<br />

dalam menyelesaikan persoalan rumah<br />

tangga dengan mengedepankan kekerasan<br />

dan bahkan bercerai.<br />

Realitas<br />

Sehubungan dengan persoalan<br />

ini, penulis melihat adanya tiga gejala<br />

pergeseran kondisi masyarakat Aceh.<br />

Pertama, rasa takut tidak lulusnya<br />

calon pengantin dari kursus tersebut<br />

yang mengakibatkan tertundanya akad<br />

nikah sesuai dengan jadwal yang telah<br />

disepakati oleh kedua pihak calon<br />

mempelai, bahkan berdampak pada<br />

bergesernya acara prosesi pernikahan.<br />

Padahal pensyaratan lebih bertujuan<br />

agar calon pengantin dibekali<br />

ilmu dasar yang berhubungan dengan<br />

pernikahan. Jika ilmu tersebut tidak<br />

dimiliki bisa berakibat adanya tindakan<br />

yang dilakukan, tapi dilarang oleh<br />

agama dan negara, seperti larangan ber-<br />

Oleh Saifullah M. Yunus, Lc, MA<br />

hubungan suami istri ketika istri dalam<br />

keadaan haidh, larangan berhubungan<br />

jika suami atau istri mengucapkan<br />

zhihar sampai pelakunya membayar<br />

kafarat, dan banyak hukum lain yang<br />

wajib diketahui oleh calon pengantin.<br />

Jadi, jika tidak diketahui, bisa menjerumuskan<br />

keduanya kepada perbuatan<br />

dosa. Mempelajari ilmu yang<br />

berhubungan dengan nikah baik ilmu<br />

agama, ilmu kesehatan reproduksi dan<br />

UU serta peraturan negara yang berhubungan<br />

dengan pernikahan menjadi<br />

sangat penting. Perasaan takut tidak lulus,<br />

tidak wajar terjadi pada orang yang<br />

mengaku dirinya seorang muslim apalagi<br />

masyarakat Aceh yang identik dengan<br />

Islam. Betapa malunya masyarakat<br />

Aceh yang dikenal sebagai masyarakat<br />

yang kuat agamanya, tapi ternyata ilmu<br />

agama dasar saja tidak dikuasainya. Sedangkan<br />

materi bimibingan yang lain<br />

adalah peraturan perundang-undangan<br />

tentang perkawinan di antaranya peraturan<br />

perundangan di bidang perkawinan<br />

dan keluarga, manajemen keluarga,<br />

kesehatan reproduksi serta psikologi<br />

perkawinan dan keluarga (Perdirjen<br />

Bimas Islam No. DJ.II/491/2009 tentang<br />

Kursus Catin)<br />

Ilmu agama dasar yang diuji pada<br />

saat calon pengantin mengikuti bimbingan,<br />

secara garis besar mencakup<br />

tiga hal, yaitu aqidah meliputi sifatsifat<br />

wajib, mustahil dan jaiz bagi Allah<br />

dan bagi Rasul, Rukun Iman, dan Rukun<br />

Islam. Ibadah meliputi rukun dan<br />

syarat shalat, cara bersuci dari janabah<br />

(mandi junub), dan doa bersetubuh.<br />

Serta munakahat meliputi arti, tujuan<br />

dan hikmah pernikahan, hak suami<br />

dan kewajiban istri, hak istri dan kewajiban<br />

suami, arti dan akibat li’an,<br />

zhihar, ila’, rujuk, talak cerai, talak<br />

gugat dan akibat perceraian serta cara<br />

36 <strong>Santunan</strong> NOVEMBER <strong>2011</strong><br />

menyelesaikan konflik rumah tangga,<br />

nusyuz, ‘iddah, hukum menyusui, dan<br />

hadhanah (pengasuhan anak).<br />

Materi di atas sifatnya sangat mendasar<br />

dan efektif untuk mencegah<br />

keretakan rumah tangga. Banyak sekali<br />

calon pengantin yang tidak mengetahui<br />

batas waktu rujuk bagi talak raj’i,<br />

mereka tidak mengetahui rujuk hanya<br />

dibolehkan dari talak raj’i dan mereka<br />

tidak mengetahui perbedaan talak raj’i<br />

dengan talak ba’in. Banyak juga yang<br />

menakut-nakuti istri dengan ancaman<br />

cerai. Ada pula yang tidak mengetahui<br />

batas maksimal haidh dan macammacam<br />

darah serta cara menandai<br />

masa pergantian darah haidh ke masa<br />

suci, darah nifas dan batasannya, darah<br />

kotor (istihadhah) dan hukumnya.<br />

Kedua, rasa takut dijadikannya<br />

sertifikat nikah sebagai pra syarat<br />

adalah bukti rendahnya pengetahuan<br />

masyarakat Aceh terutama tentang<br />

dasar-dasar agama. Jadi, harapan menjadikan<br />

Aceh sebagai daerah sumber<br />

ilmu pengetahuan <strong>Agama</strong> dan daerah<br />

yang bersyariat Islam jauh panggang<br />

dari api. Krisis ilmu pengetahuan<br />

agama yang melanda masyarakat Aceh<br />

dewasa ini tidak saja dihadapi oleh<br />

remaja dan pemuda Aceh, tapi orang<br />

dewasa, bahkan para pejabat dan politisi<br />

pun mengalami hal yang sama.<br />

Buktinya, pada pilkada Aceh tahun dan<br />

tahun ini, ada calon kepala daerah yang<br />

tidak lulus tes (tidak mau dites) baca<br />

al-Qur’an sehingga gagal mencalonkan<br />

diri. Juga caleg (calon anggota legislatif).<br />

Rendahnya pemahaman agama<br />

tidak saja dialami oleh catin, bahkan<br />

orang tua calon mempelai wanita yang<br />

akan menjadi wali nikah pun banyak<br />

yang tidak memahami ilmu dasar<br />

agama. Hal ini sudah menyebar ke<br />

seluruh desa-desa yang ada di Aceh


saat ini dan menjadi penghalang besar<br />

bagi pembinaan masyarakat jika tidak<br />

adanya sebuah perangkat hukum yang<br />

sifatnya memaksa.<br />

Ketiga, rendahnya kesadaran masyarakat<br />

Aceh terutama di desa-desa<br />

untuk mempelajari agama bila tanpa<br />

pembebanan yang bersifat memaksa.<br />

Jangankan urusan agama, untuk mengurus<br />

KTP, KK (Kartu Keluarga), dan<br />

Akte Kelahiran saja, masih harus dipaksa.<br />

Saat ini, banyaknya orang tua<br />

yang sibuk mengurus Akte Kelahiran<br />

anaknya disebabkan adanya peraturan<br />

sekolah yang mengharuskan siswa<br />

baru melampirkan Akte Kelahiran.<br />

Drs. H. Ramlan<br />

Kepala Kankemenag Banda Aceh<br />

Drs. H. Hamdan<br />

Kepala Kankemenag Aceh Tengah<br />

Drs. H. Julaidi Kasem<br />

Kepala Kankemenag Nagan Raya<br />

Drs. H. Asy’ari<br />

Kepala Kankemenag Aceh Selatan<br />

Drs. H. Faisal Hasan<br />

Kepala Kankemenag Aceh Timur<br />

Drs. H. M. Daud Hasbi, M.Ag<br />

Kepala Kankemenag Kota Lhokseumawe<br />

Harapan<br />

Pertama, persyaratan sertifikat<br />

nikah mestinya menjadi salah satu<br />

metode untuk memperbaiki kualitas<br />

pengetahuan calon pengantin sehingga<br />

perlu didukung oleh semua lapisan<br />

masyarakat terutama para pengambil<br />

kebijakan. Kedua, persyaratan tersebut<br />

bukanlah momok yang menakutkan<br />

karena materi yang diuji sangat<br />

mendasar dan seharusnya tidak ada<br />

yang tidak lulus jika bimbingan diikuti<br />

dengan serius.<br />

Ketiga, dengan adanya persyaratan<br />

tersebut, akan menimbulkan sikap<br />

sungguh-sungguh bagi calon pengan-<br />

Kepala-Kepala Kantor <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong><br />

Kabupaten/Kota dalam <strong>Prov</strong>insi Aceh<br />

Mengucapkan Selamat dan Sukses atas Pelantikan<br />

<strong>Santunan</strong> NOVEMBER <strong>2011</strong><br />

Opini<br />

tin. Keempat, perlu adanya pembebanan<br />

yang bersifat mengikat dan memaksa<br />

agar persyaratan tersebut tidak<br />

diremehkan.<br />

Dan ke kelima; perlunya penyusunan<br />

buku yang memuat dan merangkum<br />

materi-materi dasar tersebut<br />

untuk diberikan kepada calon pengantin<br />

yang akan mengikuti bimbingan<br />

di KUA. Selamat menempuh hidup<br />

baru, moga Allah memberkati Anda<br />

berdua, barakallahu lakuma wabarik<br />

‘alaikuma.n<br />

Penulis adalah Staf KUA Kecamatan<br />

Lapang Kemenag Kabupaten Aceh<br />

Utara<br />

Drs. H. Ibnu Sa’dan, M.Pd<br />

Sebagai Kepala Kantor Wilayah <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi Aceh<br />

Oleh Menteri <strong>Agama</strong> Republik Indonesia<br />

Drs. H. Suryadharma Ali, M.Si<br />

Hari Senin, 24 Oktober <strong>2011</strong> di Oproom Kantor <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> RI Jakarta<br />

Semoga dalam melaksanakan tugas selalu mendapat petunjuk dan hidayah Allah swt.<br />

Terima kasih kepada<br />

Drs. H. A. Rahman TB, Lt<br />

yang telah mendermabaktikan tenaga dan pikirannya sebagai<br />

Kepala Kanwil Kemenag <strong>Prov</strong>insi Aceh 2007-<strong>2011</strong><br />

Drs. Salahuddin<br />

Kepala Kankemenag Aceh Besar<br />

Drs. Salman Arifin, M.Ag<br />

Kepala Kankemenag Kota Sabang<br />

Drs. Hj. Mirati<br />

Kepala Kankemenag Simeulue<br />

Drs. Hasan Basri<br />

Plt. Kepala Kankemenag Gayo Lues<br />

H. Zulkifli Idris<br />

Kepala Kankemenag Aceh Utara<br />

Drs. H. M. Yunus Ibrahim, M.Pd<br />

Kepala Kankemenag Kota Langsa<br />

Drs. M. Djakfar M. Nur<br />

Kepala Kankemenag Pidie<br />

Drs. H. Amiruddin Husein. MA<br />

Kepala Kankemenag Aceh Jaya<br />

H. Syarbaini, SH<br />

Kepala Kankemenag Aceh Barat Daya<br />

Drs. Jauharuddin<br />

Kepala Kankemenag Aceh Tenggara<br />

Drs. Amrun Saleh<br />

Kepala Kankemenag Bener Meriah<br />

Rislizar Nas, S.Ag<br />

Kasubbag TU Kankemenag Kota Subulussalam<br />

Drs. H. Zulhelmi A. Rahman, M.Ag<br />

Kepala Kankemenag Bireuen<br />

Drs. H. M. Arif Idris, MA<br />

Kepala Kankemenag Aceh Barat<br />

Drs. H. Herman<br />

Kepala Kankemenag Aceh Singkil<br />

H. T. Helmi, Sm. Hk., S.Ag.<br />

Kepala Kankemenag Aceh Tamiang<br />

Drs. Ilyas Muhammad<br />

Plt. Kepala Kankemenag Pidie Jaya<br />

37


Opini<br />

Mau Fasilitas Lebih, Haji Plus Aja<br />

ini anggota Dewan,<br />

masa fasilitasnya begini,<br />

“Saya<br />

kami mau pindah ke maktab<br />

lain yang lebih bagus,” suara di ujung<br />

telepon itu mengagetkan salah seorang<br />

pegawai <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong>. Dari<br />

Makkah, suara itu berasal, dengan nada<br />

membentak-bentak pula, dilakukan<br />

oleh seorang jamaah haji yang mengaku<br />

sebagai pejabat.<br />

Di lain waktu petugas dikagetkan<br />

oleh berita di media massa yang<br />

memberitakan ada jamaah haji yang<br />

diterlantarkan di Embarkasi Sultan<br />

Iskandar Muda Banda Aceh, sumber<br />

berita berasal dari seorang jamaah<br />

yang merupakan pengusaha terkenal<br />

di Banda Aceh. Terlepas benar tidaknya<br />

laporan “gelap” tersebut, namun cukup<br />

mengganggu konsentrasi petugas yang<br />

sedang bekerja.<br />

Komplain jamaah haji tiap tahun<br />

jadi makanan petugas dan <strong>Kementerian</strong><br />

agama secara keseluruhan, kalau ditelusuri<br />

lebih jauh, umumnya komplain<br />

berlebihan yang bahkan ada yang mengarah<br />

kepada demonstrasi tersebut,<br />

diprovokasi oleh jamaah yang berlatar<br />

belakang; Pejabat, Pengusaha, dan Jamaah<br />

yang sudah haji berkali-kali.<br />

Pejabat karena tabiatnya yang<br />

ingin dilayani, hingga ke tanah suci<br />

pun masih membawa jabatannya yang<br />

sementara itu. Pengusaha alias orang<br />

kaya yang dengan duitnya merasa<br />

mampu membeli berbagai fasilitas,<br />

selalu mau dilayani sesuai kehendak<br />

hatinya. Sedangkan jamaah yang sudah<br />

haji berkali-kali dapat membandingkan<br />

pelayanan yang diterimanya dari tahun<br />

ke tahun. Kalau ada yang kurang,<br />

segera melayangkan protes. “Tahun ini<br />

kok pelayanannya tidak sebagus tahun<br />

kemarin?” begitulah kira-kira nadanya,<br />

walau tidak persis.<br />

Salah Kaprah<br />

Ada yang aneh bin ajaib dengan<br />

mereka yang suka dilayani tersebut,<br />

Oleh Mulyadi Nurdin, Lc<br />

sudah tau haji itu perjuangan,<br />

pengorbanan, masih saja mau berlagak<br />

macam orang berwisata dengan<br />

fasilitas serba wah. Katakanlah mau<br />

bayar berapa pun asal dilayani sepuas<br />

hati, Pemerintah sebenarnya sudah<br />

menyediakan fasilitas untuk itu melalui<br />

“haji Plus”, haji dengan standar hotel<br />

bintang lima. Haji Plus yang dikelola<br />

oleh biro perjalanan swasta tersebut<br />

memang bebas menggunakan fasilitas<br />

yang diinginkan seperti hotel dan jadwal<br />

yang bisa diatur suka-suka orang yang<br />

punya duit, tentu saja dengan biaya<br />

yang lebih tinggi.<br />

Biar lebih mudah dipahami, kita<br />

contohkan saja “Haji reguler” itu<br />

sebagai kereta api kelas ekonomi,<br />

yang penumpangnya berdesakan, atau<br />

semacam bus Damri atau Robur yang tiap<br />

hari bolak-balik ke kampus Darussalam,<br />

sedangkan “haji plus” itu umpama bus<br />

AC Non-Stop seat 2-1 yang memberikan<br />

pelayanan prima kepada penumpangnya,<br />

kalau pelayanannya kurang memuaskan<br />

boleh telpon kantor, dan sopir pun akan<br />

dipecat. Tapi kalau naik Robur, jangan<br />

coba-coba telpon kantor ketika anda<br />

tidak mendapatkan tempat duduk.<br />

Tamsilan di atas belum dipahami<br />

secara utuh oleh orang yang hobbynya<br />

protes ketika orang lain sedang khusyuk<br />

ibadah, masa ngakunya pejabat tapi<br />

naik haji masih menggunakan fasilitas<br />

rakyat jelata, atau tidak malu mengaku<br />

pengusaha sedangkan naik haji masih<br />

menggunakan fasilitas orang miskin?.<br />

Seharusnya orang yang mengakungaku<br />

dirinya pejabat harus malu<br />

38 <strong>Santunan</strong> NOVEMBER <strong>2011</strong><br />

menggunakan kuota rakyat banyak,<br />

karena pelayanan disana hanya standar<br />

ekonomi, seharusnya mereka segera<br />

pesan nomor porsi haji orang kaya (haji<br />

plus) supaya bisa berangkat bareng artis<br />

ibukota dengan fasilitas hotel Hilton<br />

bintang lima disertai oleh guide yang<br />

mahir dan fasih berbahasa Arab.<br />

Bagi rakyat jelata, naik haji adalah<br />

ibadah, tidak ada waktu untuk protes<br />

sana protes sini. Bagi mereka hadir di<br />

tanah suci merupakan kemuliaan yang<br />

tidak mau dikotori oleh pikiran-pikiran<br />

picik dan selalu mencari kesalahan<br />

orang lain.<br />

Dalam manasik pun sering<br />

disampaikan supaya di tanah suci<br />

tidak boleh bertengkar, berkata tidak<br />

senonoh, apalagi bermusuhan. Rakyat<br />

kecil seringkali taat pada pesan tersebut.<br />

Lain halnya bagi sebagian elit yang<br />

bisanya hanya menggunakan fasilitas<br />

rakyat karena pelit mengeluarkan duit<br />

lebih.<br />

Selama haji memang dibenarkan<br />

untuk wisata, di sela-sela ibadah<br />

diperkenakan mengunjungi tempattempat<br />

bersejarah, plus belanja aneka<br />

oleh-oleh dan souvenir dari tanah<br />

suci, walaupun dalam hadiah dari Arab<br />

tersebut kadang-kadang tertulis “made<br />

in Indonesia”.<br />

Namun perlu diingat, gaya wisata<br />

orang miskin dengan orang kaya<br />

tidaklah sama, bagi orang kaya pasti<br />

menginginkan lebih, sedangkan orang<br />

miskin cenderung lebih qana’ah. Selama<br />

masih mencampurkan diri dengan orang<br />

miskin, fasilitas yang didapatkan sampai<br />

kiamat pun tidak akan memuaskan.<br />

Kalau memang anda banyak duit,<br />

ingin haji tiap tahun, dan ingin fasilitas<br />

memuaskan, jangan salahkan si Ana dan<br />

si Anu, jangan pelit, daftarkan aja diri<br />

anda dan keluarga ke haji plus. Mahal?<br />

Tentu saja, kan Anda banyak duit? n<br />

Penulis adalah Penyuluh <strong>Agama</strong><br />

Islam Fungsional Kemenag Kab.<br />

Aceh Besar.


Ketika harus membuat tulisan ini,<br />

lama saya berdiskusi, berdialog<br />

dengan sekian banyak masalah<br />

yang bermunculan. Di tengah orang<br />

sibuk berseteru soal boleh tidaknya<br />

calon perseorangan dalam Pilkada di<br />

Aceh, atau di tengah carut marutnya<br />

kondisi sosial perpolitikan, justru kali<br />

ini saya tidak ingin terjebak dalam<br />

situasi politik itu. Biarlah masalah itu<br />

urusan para elite untuk bertarung siapa<br />

yang bakal menguasai Aceh lima tahun<br />

ke depan.<br />

Setelah hampir satu jam saya<br />

berdiskusi, berdiolog dengan batin dalam<br />

larut malam terhadap sekian banyak<br />

masalah yang makin bermunculan,<br />

akhirnya saya ingat pada sebuah tradisi<br />

yang hilang, yang belum lama ini<br />

dicanangkan kembali oleh <strong>Kementerian</strong><br />

<strong>Agama</strong> Suryadhama Ali di Banda Aceh.<br />

Yaitu mengihidupkan kembali tradisi<br />

mengaji selepas megrib, lewat Gerakan<br />

Masyarakat Megrib Mengaji (GM3) di<br />

<strong>Prov</strong>insi Aceh.<br />

Tradisi itu memang telah terbukti<br />

menjadi kunci dari segala pembentukan<br />

watak anak manusia dalam menguasai<br />

dasar ilmu agama yang tidak boleh<br />

dinafikan. Dulu, sebelum kemajuan<br />

sepesat ini, anak-anak begitu lugu<br />

dan jujur. Mereka jujur terhadap<br />

dirinya, lingkungannya, dan orang lain.<br />

Kejujuran itu terbentuk dari dasar paling<br />

sederhana, sesuai peralatan hidup yang<br />

belum canggih ketika itu.<br />

Tiap kita melewati lorong-lorong<br />

desa sehabis megrib dulu, yang<br />

terdengar adalah suara “anakum” saling<br />

bertautan dari rumah ke rumah. Anakanak<br />

begitu yakin mengaji di rumah<br />

Tgk. Luwi (seorang Tgk. Gampong) yang<br />

mengajar ngaji anak-anak tanpa pamrih.<br />

Seusai ngaji, mereka diajarkan berbagai<br />

hafalan doa dan praktek akidah sebagai<br />

Tradisi Anakum<br />

Tinggal Kenangan<br />

Oleh Nab Bahany As<br />

dasar pembentukan pribadi, sekaligus<br />

bekal jadi pegangan hidup mereka<br />

ketika dewasa kelak.<br />

Sejak kecil, anak-anak dulu sudah<br />

ditanamkan berbagai pemahaman<br />

agama. Malam hari mereka ngaji di<br />

rumah-rumah teungku gampong.<br />

Siangnya sekolah di Madrasah dengan<br />

mata pelajaran yang sangat relevan dari<br />

apa yang didapatkan di tempat pengajian<br />

di rumah-rumah teungku gampongnya<br />

masing-masing.<br />

Dulu, begitu anak-anak masuk<br />

Madrasah, yang pertama sekali diajarkan<br />

adalah: “Innama Buistu Liutambima<br />

Makarimal Akhlak” (Hanyasanya, aku<br />

ini diutuskan untuk menyempurnakan<br />

budi pekerti dan akhlak manusia yang<br />

mulia). Hadis ini begitu terhafal di<br />

kalangan anak-anak dulu. Hampir<br />

tak ada anak-anak yang sekolah di<br />

Madrasah dulu yang tidak mengetahui<br />

maksud Hadis ini. Itu tercermin dari<br />

pergaulan keseharian mereka, bahwa<br />

Hadis tersebut telah menjadi dasar<br />

pembentukan budi pekerti mereka<br />

dalam hidup sehari-hari.<br />

Kini segalanya telah burubah. Desa<br />

yang dulu riyuh dengan “nyanyian<br />

anakum” sehabis megrib di gamponggampong<br />

telah berganti sinetron “Cinta<br />

Fitri”. Anak-anak yang dulu hafal segala<br />

rukun ibadah, kini berganti hafalan<br />

nyanyian “keong racun”. Rumah Tgk.<br />

Luwi yang dulunya semarak dengan<br />

“aleh ba ta sa” dan hafalan “soal, jika kita<br />

ditanyai orang, berapa perkara rukun<br />

Salat itu” sebagai salah satu dari isi kitab<br />

masa-ilal musftadi (sebuah kitab dasar)<br />

yang mengajarkan anak-anak untuk<br />

memahami segala rukun ibadah yang<br />

wajib diketahui untuk dilaksanakan<br />

oleh setiap anak muslim. Suasana itu<br />

kini hanya tinggal kenangan. Karena<br />

anak-anak kini lebih suka berkumpul<br />

<strong>Santunan</strong> NOVEMBER <strong>2011</strong><br />

Kolom Budaya<br />

di depan TV menunggu tayangan siaran<br />

idolanya masing-masing.<br />

Bila anak-anak dulu lebih hafal nama<br />

malaikat 10 dengan tugasnya masingmasing<br />

yang dinazamkan dalam bentuk<br />

syair-syair Aceh, dan nama Nabi 25<br />

yang wajib diketahui oleh anak-anak<br />

sejak usia dini, sekarang anak-anak<br />

lebih ingat dengan nama-nama artis<br />

ibukota. Anak-naka yang dulu demikian<br />

lancar menghafal sifat 20 sebagai sifat<br />

Tuhan yang wajib diketahui oleh setiap<br />

anak muslim, kini mereka lebih pintar<br />

menghafal jadwal susunan acara TV<br />

yang selalu menjadi pantauannya.<br />

Betapa telah sunyi suara “anakum”<br />

di rumah kita di gampong-gampong<br />

yang dulunya pernah marak di bawah<br />

sinar panyet ceulot dengan tradisi<br />

pengajian anak-anak yang begitu tulus<br />

bejajar ilmu agama. Sekarang, setelah<br />

sinar listrik menerangi lorong-lorong<br />

desa, pancaran ilmu agama pun menjadi<br />

redup terkalahkan oleh silaunya lampu<br />

merkury yang menerangi jurong-jurong<br />

gampong sebagai program listrik masuk<br />

desa.<br />

Dulu, ketika usia saya masih tujuh<br />

tahun pada tahun 1971, pada saat<br />

hampir semua tatanan hidup masih<br />

serba tradisional, kehidupan desa begitu<br />

indah dengan warna-warni religius.<br />

Begitu azan magrib berkumandang,<br />

anak laki-laki telah siap dengan peci dan<br />

kain sarung menuju ruman teungku<br />

masing-masing atau ke Menasah<br />

untuk belajar ngaji. Begitu pula anak<br />

39


Kolom Budaya<br />

perempuan, menjelang magrib mereka<br />

telah siap dengan selendang panjang<br />

dan pinggangan sarung menuju rumah<br />

teungku ngajinya masing-masing.<br />

Biasanya, bagi anak perempun sehabis<br />

ngaji langsung nginap di rumah<br />

teungku. Mereka pulang esok pagi<br />

setelah Salat subuh untuk membantu<br />

rutinits keluarga sebelum berangkat<br />

sekolah.<br />

Batapa kita merindukan tradisi<br />

belajar ngaji seperti itu dapat tumbuh<br />

kembali di gampong-gampong di Aceh.<br />

Anak-anak yang belajar ngaji di rumahrumah<br />

teungku di gampong dulu,<br />

mereka biasanya diajarkan milai dari<br />

Quran ubeut (jusamma) sampai bisa<br />

membaca Quran rayek (Quran 30 jus),<br />

kemudian dilanjutkan dengan belajar<br />

kitab fihq dasar masa-ilal musftadi<br />

sebagai awal dari pemahaman hukum<br />

agama yang harus diketahui oleh setiap<br />

anak Islam.<br />

Dari situlah sebenarnya dasar<br />

pembentukan pribadi setiap anak<br />

muslim yang akan menentukan sikap<br />

dan tingkah laku, serta budi pekerti<br />

yang akan akan menjadi cerminan<br />

moral ketika ia dewasa kelak. Adakah<br />

pemahaman dasar keagamaan ini masih<br />

tertanam dalam diri anak-anak kita<br />

sekarang? Kita boleh saja merindukan<br />

tradisi belajar ngaji anak-anak untuk<br />

kembali seperti dulu di Aceh. Dan<br />

<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> juga boleh saja<br />

mengharapkan Gerakan Masyarakat<br />

Magrib Mengaji di Aceh menjadi pailot<br />

projek bagi semua <strong>Prov</strong>insi lainnya di<br />

Indonesia.<br />

Tapi yang harus disadari,<br />

mengembalikan masyarakat dalam<br />

tradisi pola hidup 40 tahun yang<br />

lalu bukan pekerjaan gampang. Tak<br />

usah jauh, untuk mengembalikan<br />

tradisi peran Geuchik dan fungsi<br />

Mukim saja di Aceh saat ini demikian<br />

susah, setelah tradisi itu dirusak oleh<br />

Undang-Undang No. 5 Tahun 1979<br />

tentang penyeragaman Pemerintahan<br />

Desa semasa Orde Baru. Sampai hari<br />

ini kita masih belum berhasil untuk<br />

mengembalikan fungsi Geuchik dan<br />

peran Imum Mukim seperti sediakala<br />

di Aceh. Meskipun Qanun tentang<br />

pengakatan dan pemberhentian<br />

Geuchik dan Mukim telah disahkan,<br />

namun Qanun tersebut masih sangat<br />

lemah dalam mengembalikan tradisi<br />

kepemimpinan Geuchik dan Mukim di<br />

Aceh.<br />

Pak Suryadharma Ali boleh<br />

mengharapkan Aceh bisa menjadi<br />

pailaot projek Gerakan Masyarakat<br />

Mengrib Mengaji untuk daerah lain<br />

di Indonesia. Tapi tidak dengan sertamerta<br />

pencanangan GM3 ini, besok<br />

lusa dapat langsung diterapkan di Aceh.<br />

Sebab, yang harus disadari, dalam<br />

perjalanan waktu selama 40 sebelumnya<br />

hingga hari ini, tatanan pola hidup<br />

masyarakat di Aceh sudah demikian<br />

jauh berubah. Di tahun 1970-an tradisi<br />

megrib mengaji adalah keharusan bagi<br />

anak-anak sebagaimana yang telah kita<br />

gambarkan di atas.<br />

Namun dalam pola hidup hari ini,<br />

<strong>Majalah</strong> <strong>Santunan</strong><br />

Kantor Wilayah <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi Aceh<br />

Mengucapkan Selamat dan Sukses atas Pelantikan<br />

Drs. H. Ibnu Sa’dan, M.Pd<br />

Sebagai Kepala Kantor Wilayah <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi Aceh<br />

Oleh Menteri <strong>Agama</strong> Republik Indonesia<br />

Drs. H. Suryadharma Ali, M.Si<br />

Senin, 24 Oktober <strong>2011</strong> di Oproom Kantor <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> RI<br />

Jakarta<br />

Semoga selalu mendapat petunjuk dan hidayah Allah SWT<br />

Terima kasih kepada<br />

Drs. H. A. Rahman TB, Lt<br />

yang telah mendermabaktikan tenaga dan pikirannya sebagai Kepala<br />

Kanwil Kemenag <strong>Prov</strong>insi Aceh 2007-<strong>2011</strong><br />

Juniazi, S.Ag<br />

Pemimpin Redaksi<br />

40 <strong>Santunan</strong> NOVEMBER <strong>2011</strong><br />

dengan Swalayan dan café-café yang<br />

terus bermunculan hingga ke desa-desa,<br />

telah membuat anak-anak dan remaja<br />

kita kini lebih suka menghabiskan waktu<br />

megrib di tempat-tempat itu, daripada<br />

mereka menghabiskan waktunya di<br />

rumah-rumah teungku di gampong<br />

untuk belajar ngaji. Dalam pola hidup<br />

seperti itu bagaimana kita harus<br />

mengembalikan tradisi megrib mengaji<br />

di Aceh. Dan kita tak bisa bayangkan,<br />

bila saat ini pola hidup anak-anak kita<br />

sudah demikian merisaukan, bagaimana<br />

untuk 10 atau 20 tahun ke depan.<br />

Generasi seusia saya seusia saya saat<br />

ini mungkin termasuk generasi terakhir<br />

yang masih beruntung, karena masa<br />

kanak-kanaknya dulu masih sempat saya<br />

habiskan dalam tradisi “anakum” yang<br />

masih berlaku di tahun-tahun 1970-an.<br />

Sehingga sedikit banyak—mengskipun<br />

tidak pernah nyantri (meudagang) di<br />

dayah—dasar-dasar agama yang pernah<br />

diajarkan Tgk. Luwi dan Tgk. Sami’un<br />

dulu telah menjadi bekal pegangan<br />

dalam mengendalikan kemajuan hidup<br />

sekarang ini.<br />

Sekiranya masa kecil saya dibesarkan<br />

di era akhir 1980-an, mungkin saya<br />

tak akan pernah tahu berapa jumlah<br />

rukun iman, dan tak pernah akan<br />

bisa menghafal sifat Tuhan yang wajib<br />

diketahui, serta mingkin saya tak akan<br />

pernah bisa hafal siapa nama-nama<br />

Nabi 25 dan nama-mana Malaikat 10<br />

yang mesti diketahui sebagai seorang<br />

anak muslim. Sebab, bagi anak-anak<br />

yang lahir dalam era 1980-an, tradisi<br />

pendidikan keagamaan di Aceh telah<br />

mengalami perubahan yang sangat<br />

mendasar.<br />

Sekolah-sekolah agama (Madrasah)<br />

yang sebelumnya mengajarkan 70<br />

persen materi pelajaran agama,<br />

memasuki tahun 1980-an kurikulum<br />

Madrasah dirubah menjadi 70 persen<br />

pelajaran umum dan 30 pelajaran<br />

agama. Sehingga, mata pelajaran<br />

agama di sekolah Madrasah, seperti<br />

tafsir-hadis, aqidah-akhlak, imsyak dan<br />

imlak, tauhid dan nahu’ saraf, dengan<br />

sendirinya dihilangkan sebagai mata<br />

perajaran agama di sekolah-sekolah<br />

Madrasah. Mungkin disitulah awal<br />

dari akibat terjadinya kemerosotan<br />

pendidikan agama bagi anak didik kita<br />

dewasa ini. n<br />

Penulis, budayawan, tinggal di<br />

Banda Aceh.


Mikroskop merupakan alat bantu utama dalam melakukan<br />

pengamatan dan penelitian dalam bidang biologi, karena<br />

dapat digunakan untuk mempelajari struktur benda-benda<br />

yang kecil. Tanpa bantuan mikroskop, maka untuk mengamati bagianbagian<br />

sel dan jaringan dengan jelas dan rinci tidak dapat dilakukan.<br />

Mikroskop dapat membuat objek pengamatan yang kecil terlihat besar.<br />

Untuk mengantisipasi kondisi keterbatasan mikroskop yang tersedia<br />

di sekolah, pada bulan Juli <strong>2011</strong>, saya memperkenalkan mikroskop<br />

sederhana dari botol plastik kepada siswa MAN Model Banda Aceh.<br />

Untuk mengetahui keberhasilan pembuatan dan penggunaan<br />

mikroskop sebagai alat pembelajaran pada pengamatan sel bawang<br />

merah, saya melakukan penelitian pada siswa kelas X6 tahun pelajaran<br />

<strong>2011</strong>/2012.<br />

Hasil penelitian menunjukkan 86,1% siswa berhasil membuat<br />

mikroskop sederhana dengan terampil dan rapi. Siswa berhasil<br />

menggunakannya dengan terampil dan hasil pengamatannya jelas.<br />

Berikut teknik pembuatan mikroskop sederhana dari botol plastik<br />

Langkah 1:<br />

• Pilih botol plastik minuman dengan motif aluran melingkar<br />

• Gunting botol pada bagian pinggir aluran yang cembung dan sisakan<br />

tiga aluran.<br />

Langkah 2:<br />

• Tandai garis belahan simetris pada kedua sisi botol plastik<br />

Langkah 3:<br />

• Gunting pada bagian antara kedua garis.<br />

• Gunting pada bagian pinggir aluran cembung sampai batas antara<br />

garis sisi lainnya.<br />

• Sisakan satu bagian alur cembung yang di tengah.<br />

Langkah 4:<br />

• Potong bagian alur tiga tepat pada garis belahan simetris yang telah<br />

ditandai.<br />

Langkah 5:<br />

• Lipat bagian alur satu ke bagian alur tiga sampai ke bagian bawahnya<br />

dan lipat lagi.<br />

• Potong bagian ujung alur satu sepanjang 2 cm untuk lensa<br />

Sains<br />

Mikroskop dari Botol<br />

Oleh Dra. Elli Arianti, M.Pd<br />

<strong>Santunan</strong> NOVEMBER <strong>2011</strong><br />

penutup.<br />

• Bentuk lensa okuler pada alur satu bagian yang cembung dengan<br />

panjang 2 cm dan berjarak 1,5 cm dari batas lipatan antara alur<br />

tiga.<br />

• Bentuk bulatan kecil dan tidak dihitamkan sebagai lensa okuler,<br />

sedangkan yang lainnya dihitamkan dengan spidol permanen warna<br />

hitam secara merata.<br />

Langkah 6:<br />

• Mikroskop sederhana dari botol palstik minuman telah selesai dan<br />

siap untuk digunakan.<br />

Cara Menggunakan Mikroskop Sederhana dari Botol Plastik<br />

Minuman pada<br />

Pembelajaran Pengamatan Sel Bawang Merah<br />

Langkah 1:<br />

• Balikkan bagian alur tiga pada posisi cekung dan teteskan air pada<br />

bagian alur tengah.<br />

• Letakkan prefarat yang akan diamati (kulit ari bawang merah yang<br />

sangat tipis), kemudian tutup dengan potongan plastik yang telah<br />

dipotong untuk lensa penutup.<br />

• Prefarat harus tepat di bawah lensa okuler.<br />

Langkah 2:<br />

• Balikkan alur tiga pada posisi cembung.<br />

• Lipat alur satu ke atas alur tiga.<br />

• Tetesi air dengan menggunakan lidi atau congkel gigi di atas bulatan<br />

yang tidak diwarnai fungsi sebagai lensa okuler.<br />

• Arahkan ke tempat cahaya dan amati prefarat melalui bulatan lensa<br />

okuler.<br />

• Sambil diamati gerakkan alur satu perlahan-lahan untuk<br />

mendapatkan hasil pengamatan (seperti fungsi skrup kasar pada<br />

mikroskop sebenarnya).<br />

• Untuk melihat bayangan benda lebih luas, gerakkan alur satu ke<br />

samping kiri atau kanan. n<br />

Penulis adalah Guru Biologi MAN Model Banda Aceh, Pemenang<br />

I Lomba Karya Ilmiah Guru ( LKIG) Bidang Ilmu Pengetahuan<br />

Alam dan Teknologi yang diselenggarakan oleh LIPI th. <strong>2011</strong><br />

41


Konsultasi BP4<br />

Diasuh oleh Drs. H. Abdul Gani Isa, SH., M.Ag. (Ketua BP4 <strong>Prov</strong>insi Aceh)<br />

Assalamu’alaikum wr. wb.<br />

Pengasuh yang terhormat.<br />

Saya menikah enam tahun lalu di<br />

sebuah tempat di Aceh. Tidak seperti<br />

pasangan lain yang menikah secara<br />

terbuka dan disaksikan orang banyak,<br />

pernikahan kami agaknya sangat rahasia.<br />

Bahkan sengaja dirahasiakan,<br />

de-ngan alasan agar orang lain tidak<br />

tahu, sekali pun dihadapan orang tua<br />

dan saksi. Sebab saya istri keduanya,<br />

istri pertamanya sudah diceraikan.<br />

Namun sekarang terbukti bahwa suami<br />

saya masih terikat nikah dengan istri<br />

pertamanya. Meski demikian saya tidak<br />

mempersoalkan, yang saya butuhkan<br />

sekarang adalah buku nikah, sebagai<br />

bukti bahwa saya adalah istrinya, apalagi<br />

sampai saat Ini kami sudah dikaruniai<br />

oleh Allah, dua putra putri.<br />

Pertanyaan saya, pertama, bagaimana<br />

hubungan saya selanjutnya dengan<br />

suami, karena sampai saat ini saya tidak<br />

memiliki buku nikah. Kedua, bagaimana<br />

dengan nafkah anak, termasuk biaya<br />

pendidikan. Jawaban bapak pengasuh<br />

sangat saya harapkan, setidaknya memberikan<br />

petunjuk kepada saya agar<br />

suami saya tetap bertanggungjawab<br />

memberikan kewajiban berupa nafkah<br />

dan biaya lainnya, karena akhir-akhir<br />

ini sudah jarang pulang, bahkan nafkah<br />

pun hampir terlupakan<br />

Wassalam<br />

Hamba Allah<br />

di Lhokseumawe<br />

Wa’alaikumussalam wr. wb.<br />

Anda di samping termasuk salah<br />

seorang yang beruntung, dan juga bernasib<br />

kurang baik. Dikatakan beruntung<br />

karena Anda sudah punya suami dan<br />

anak. Dikatakan bernasib kurang baik<br />

karena anda termasuk salah seorang<br />

korban karena tidak memiliki legalitas<br />

berupa Kutipan Buku Akta Nikah.<br />

Pengasuh juga masih bersyukur bahwa<br />

pernikahan anda dengan suami anda<br />

enam tahun lalu di hadapan orang<br />

tua Anda dan juga dihadiri saksi. Bila<br />

pernikahan yang Anda lakukan benar<br />

Nikah, Kenapa Rahasia?<br />

seperti yang Anda utarakan, Anda<br />

masih masuk dalam kelompok diridhai<br />

Allah. Jika tidak, Anda dan suami Anda<br />

termasuk orang-orang yang dimurkai<br />

Allah. Artinya bila dalam akad nikah<br />

dulu tidak ada wali, tidak ada saksi, Anda<br />

dikatakan telah melakukan mesum alias<br />

berzina, dan anak pun akan disebut<br />

anak zina, na’uzublllah min dzalik.<br />

Mengapa pernikahan Anda dirahasiakan?<br />

Sudah diketahui secara umum<br />

bahwa pernikahan dirahasiakan biasanya<br />

karena pertama, pernikahan itu<br />

tanpa ada wali, maka disembunyikan,<br />

agar tidak ada hambatan dalam pelaksanaannya.<br />

Harus pula diakui pernikahan<br />

tanpa wali tidak sah, sesuai sabda<br />

Rasulullah Saw, “la nikaha lIIa bi<br />

waliyyin,” Tidak sah suatu pernikahan<br />

tanpa wali, (HR.Bukhari MusIIm, lebih<br />

lanjut periksa Asy-Syawkani, Naylul<br />

Awthar, juz VI: 230, hadits ke 2.648).<br />

Dalam hadits dari ‘Aisyah ra disebutkan,<br />

“Wanita mana saja yang menikah tanpa<br />

seizin walinya, maka nikahnya batal,<br />

nikahnya batal, nikahnya batal,” (HR.<br />

Bukhari Muslim. Asyawkani, Naylul<br />

Awthar, juz VI: 230).<br />

Kedua, pernikahan yang sah secara<br />

agama/syariat namun tidak di hadapan<br />

PPN (Pegawai Pencatat Nikah) dan tidak<br />

dicatat. Tidak dicatat karena beberapa<br />

sebab antara lain karena, takut diketahui<br />

orang atau disebabkan yang bersangkutan<br />

istri kedua dari suaminya<br />

PNS atau wanita itu sendiri sebagai<br />

istri sebagai PNS, sehingga orang tak<br />

tahu bahwa ia sudah melanggar aturan<br />

Negara. Menurut UU No. 1 Tahun 1974<br />

tentang Perkawinan menyebutkan,<br />

bahwa perkawinan dianggap sah bila<br />

perkawinannya dicatat.<br />

Selain alasan tadi, bisa juga karena<br />

faktor lainnya, untuk menjaga hal-hal<br />

yang seharusnya tidak terjadi, seperti<br />

karena berbeda status sosialnya, yang<br />

diperkirakan mendapat celaan dari<br />

warga masyarakat bila pernikahannya<br />

diketahui orang banyak. Namun bila<br />

kita jujur dan mengikuti Rasul saw.,<br />

seyogianya pernikahan itu harus di-<br />

42 <strong>Santunan</strong> NOVEMBER <strong>2011</strong><br />

umumkan sehingga khalayak ramai<br />

tahu, dan Insya Allah terhindar dari<br />

fitnah. Rasulullah saw. bersabda yang<br />

artinya,” Adakan walimah walau seekor<br />

kambing,” (HR.Bukhari dan MusIIm).<br />

Pernikahan yang tak Dicatat<br />

Pernikahan tidak dicatat dan tidak<br />

memiliki Kutipan Akta Nikah akan<br />

sangat merugikan istri dan anak-anaknya.<br />

Bila terjadi konflik dalam keluarga,<br />

maka istri mengalami kesulitan baik<br />

menyampaikannya ke KUA Kecamatan,<br />

atau juga melanjutkan kasusnya ke<br />

Mahkamah Syar’iyah. Hal ini seperti<br />

Anda sudah alami, apalagi Anda sudah<br />

mengetahui bahwa suami Anda<br />

memiliki istri saat menikah dengan<br />

Anda. Karena itu wajar bila selama ini<br />

suami anda jarang pulang bahkan tidak<br />

pulang sama sekali, persoalannya adalah<br />

ke mana Anda harus mengadu terutama<br />

menyangkut nafkah atau hal-hal lain<br />

berkaitan dengan masalah keluarga.<br />

Juga seorang istri akan kesulitan<br />

mendapatkan warisan bila suaminya<br />

meninggal dunia, disebabkan tidak bisa<br />

memperlihatkan surat nikah.<br />

Demikian pula imbasnya kepada<br />

anak, terutama biaya pendidikan dan<br />

nafkah lainnya, karena tidak ada bukti<br />

bahwa anak itu orang tuanya si fulan<br />

misalnya. Seorang suami bisa saja<br />

mengelak/menghindar dari kewajibannya<br />

nafkah dan tanggung jawab lainnya.<br />

Inilah kesulitan, salah satunya ketidak<br />

pastian hukum, seperti sudah pengasuh<br />

jelaskan sebelumnya, bila pernikahan<br />

seseorang tidak dicatat sesuai ketentuan<br />

perundang-undangan yang berlaku.<br />

Akhirnya pengasuh menyampaikan<br />

kepada Anda, agar senantiasa mendekatkan<br />

diri kepada Allah swt., dengan<br />

melaksanakan semua perintah, dan<br />

meninggalkan seluruh larangan-Nya,<br />

diiringi dengan doa, agar suami Anda<br />

selalu diberi petunjuk oleh Allah serta<br />

memiliki tanggung jawab kepada anda<br />

sebagai istrinya, demikian pula tanggungjawabnya<br />

terhadap anak-anaknya.<br />

Wassalamu’alaikum. n


Konsultasi Hukum Islam<br />

Diasuh oleh Drs. H. Ridwan Qari, M.Ag.<br />

Assalamu’alaikum ww.<br />

Bapak pengasuh yang terhormat.<br />

Di sekolah atau tempat tertentu, saya<br />

lihat ada masyarakat yang melaksanakan<br />

qurban secara kolektif. Uang dikumpul<br />

sedemikian rupa menurut kesanggupan<br />

dan keikhlasan, hingga mencapai harga<br />

seekor kambing, sapi dan sejenisnya.<br />

Apakah hal seperti ini dapat disebut<br />

sebagai qurban? Demikian dan atas<br />

jawaban Bapak saya ucapkan terima<br />

kasih.<br />

Erni,<br />

di Banda Aceh<br />

Jawaban:<br />

Wa’alaikumussalam wr. wb.<br />

Qurban sudah ada ketentuan mengenai<br />

jumlah orang yang berqurban<br />

untuk setiap seekor kambing/kibas,<br />

lembu, dan unta. Untuk seekor kambing,<br />

misalnya, hanya untuk qurban<br />

satu orang atau untuk satu keluarga<br />

meskipun jumlahnya banyak. Hadis<br />

taqririyyah Nabi saw.:<br />

“Pada masa Rasulullah saw. ada seseorang<br />

(suami) menyembelih seekor<br />

kambing sebagai qurban bagi dirinya dan<br />

keluarganya.”<br />

Jadi kalaupun ada qurban kolektif<br />

masyarakat atau madrasah, maka yang<br />

paling mungkin direkomendasikan<br />

untuk yang namanya qurban adalah<br />

kolektif untuk satu keluarga. Tidak<br />

untuk selebihnya.<br />

Untuk kepentingan pendidikan masyarakat<br />

sejak dini, terhadap anak sekolah<br />

misalnya, agar memiliki kepedulian<br />

terhadap lingkungannya, terutama sekali<br />

untuk warga miskin, sangat perlu dilatih<br />

Qurban Kolektif, dan buat Almarhum<br />

pembangunan jiwa sosial peserta didik<br />

tetapi bukan dengan sebutan qurban<br />

dalam arti ritual ibadah yang sudah tertentu.<br />

Dapat saja mengambil tema-tema<br />

semacam “gerakan peduli para fuqara”<br />

misalnya yang juga merupakan ibadah<br />

yang sangat-sangat penting dan relevan<br />

dengan momen ibadah qurban dengan<br />

harapan bahwa pada saat mereka dewasa<br />

nanti dan sudah memiliki penghasilan<br />

akan tumbuh dan berkembang sifat-sifat<br />

kedermawanan dan peduli lingkungan<br />

dalam kontek ritual ibadah seperti qurban,<br />

dan ibadah lainnya. Sebenarnya,<br />

memang, sifat kikir lah yang harus<br />

dibasmi dari kalangan umat Islam dengan<br />

menumbuhkan sifat peduli sebagai<br />

tanda syukur bahwa semua rezki itu<br />

datangnya dari Allah swt.<br />

Masih terkait dengan jumlah pengurban,<br />

ada riwayat lain dari Rasulullah saw.<br />

yang menerangkan bahwa, untuk seekor<br />

sapi memungkinkan untuk tujuh orang<br />

dan untuk seekor unta dimungkinkan<br />

untuk sepuluh orang. Dimungkinkan<br />

artinya adalah mungkin juga untuk satu<br />

orang dan ahli baitnya sesuai dengan<br />

kemampuan orang yang berqurban.<br />

Dari Ibnu Abbas ra, beliau bersabda:<br />

“Dahulu kami pernah bersafar bersama<br />

Rasulullah saw., lalu tiba lah hari raya<br />

<strong>Santunan</strong> NOVEMBER <strong>2011</strong><br />

Idul Adha, maka kami pun berserikat<br />

10 orang untuk qurban seekor unta.<br />

Sedangkan untuk seekor sapi, kami berserikat<br />

sebanyak tujuh orang.”<br />

Asy-Syaukani mengatakan, “Dari berbagai<br />

perselisihan ulama, yang benar<br />

qurban kambing boleh diniatkan untuk<br />

satu keluarga walau pun dalam keluarga<br />

tersebut ada 100 jiwa atau lebih,” konon<br />

lagi kalau untuk seekor sapi dan unta.<br />

Sekali lagi, bahwa bersyarikat (kolektif)<br />

dalam hal qurban dalam makna<br />

yang sebenarnya sangat terikat dengan<br />

batasan-batasan yang telah ada dari<br />

baginda Rasulullah saw. Namun dalam<br />

maknanya yang lebih luas, yaitu berupa<br />

kepedulian terhadap orang susah, tetap<br />

dapat dilakukan dan juga merupakan<br />

ibadah dalam bentuknya yang lain. Dan<br />

hal ini sangat penting bagi kemungkinan<br />

menumbuhkan semangat ber-qurban<br />

dalam arti yang sebenarnya pada saat<br />

telah memiliki kemampuan secara material<br />

dan immaterial untuk kepentingan<br />

taqarrub kepada Allah swt. melalui ibadah<br />

qurban. Semoga! Wallahu A’lam.n<br />

Assalamu’alaikum ww.<br />

Bapak pengasuh yang terhormat.<br />

Di tengah masyarakat terdapat pelaksanaan<br />

qurban untuk orang yang sudah<br />

meninggal dunia. Sebenarnya bagaimana<br />

hukumnya hal yang sedemikian dan<br />

dan sebenarnya semangat apa yang diharapkan<br />

dari kegiatan berqurban ini.<br />

Terima kasih atas jawaban Bapak.<br />

Akmal,<br />

di Bener Meriah<br />

Jawaban:<br />

Wa’alaikumussalam wr. wb.<br />

Untuk menjawab pertanyaan ini terlebih<br />

dahulu disampaikan makna hadits<br />

berikut:<br />

Aku menyaksikan bersama Nabi saw. salat<br />

43


KHI<br />

Idul Adha di mushalla (tanah lapang).<br />

Ketika selesai khutbah, beliau turun dari<br />

mimbar. Lalu dibawakan seekor kambing<br />

dan Rasulullah menyembelihnya dengan<br />

tangannya langsung dan berkata, “Bismillah<br />

wa Allahu Akbar, hadza ‘anny<br />

wa amman lam yudhahi min ummaty”<br />

(Bismillahi Allahu Akbar, ini dariku dan<br />

dari umatku yang belum menyembelih).<br />

“Sesungguhnya Rasulullah saw. meminta<br />

seekor domba bertanduk, lalu dibawakan<br />

untuk disembelih sebagai qurban. Lalu<br />

beliau berkata kepadanya (‘Aisyah), “Wahai,<br />

‘Aisyah, bawakan pisau,” kemudian<br />

beliau berkata: “Tajamkanlah (asahlah)<br />

dengan batu.” Lalu ia melakukannya.<br />

Kemudian Nabi saw. mengabil pisau<br />

tersebut dan lalu menidurkannya dan<br />

menyembelihnya dengan mengatakan:<br />

“Bismillah, wahai Allah! Terimalah dari<br />

Muhammad dan keluarga Muhammad<br />

dan dari umat Muhammad,” kemudian<br />

menyembelihnya”<br />

Hadis di atas dapat disebutkan<br />

meliputi yang masih hidup atau telah<br />

meninggal (almarhum) dari umatnya<br />

karena tidak ada rincian, apakah orang<br />

yang “tidak menyembelih qurban atau<br />

umat Muhammad” itu yang sudah<br />

meninggal dunia atau yang masih hidup.<br />

Dapat saja mencakup kedua-duanya.<br />

Namun karena tidak ada tradisi secara<br />

gamblang bahwa Nabi dan para sahabat<br />

pernah menyembelih qurban untuk<br />

orang yang sudah meninggal, maka<br />

yang paling mudah dipahami bahwa<br />

menyembelih qurban itu hanya untuk<br />

kepentingan orang yang hidup secara<br />

terencana untuk membangun hubungan<br />

sosial kepada lingkungan dengan penuh<br />

keajegan. Orang yang sudah meninggal<br />

tidak terbebani lagi untuk membangun<br />

keajegan hubungan sosial yang sama<br />

kepada orang yang hidup kecuali dari<br />

sumber “sunnah-hasanah” (lembaga atau<br />

pranata potensial) yang telah dibangunnya<br />

terdahulu pada masa hayat.<br />

Nabi saw. tidak pernah mengkhu-suskan<br />

menyembelih untuk seorang yang<br />

telah meninggal. Beliau tidak menyembelih<br />

kurban untuk Hamzah, pamannya,<br />

padahal Hamzah merupakan kerabatnya<br />

44 <strong>Santunan</strong> NOVEMBER <strong>2011</strong><br />

yang paling dekat dan dicintainya. Nabi<br />

tidak pula menyembelih kurban untuk<br />

anak-anaknya yang meninggal dimasa<br />

hidup beliau, yaitu tiga wanita yang telah<br />

bersuami dan tiga putra yang masih<br />

kecil. Nabi saw juga tidak menyembelih<br />

kurban untuk istrinya, Khadijah, padahal<br />

ia merupakan istri tercintanya. Demikian<br />

juga, tidak ada berita jika para sahabat<br />

menyembelih qurban bagi salah seorang<br />

yang telah meninggal dari keluarga yang<br />

dicintainya.<br />

Ulama memang ada yang membolehkannya.<br />

Hanbaliyah (yang mengikuti<br />

madzhab Imam Ahmad) menegaskan<br />

bahwa pahalanya sampai ke mayit dan<br />

bermanfaat baginya dengan menganalogikannya<br />

kepada sedekah. Ibnu<br />

Taimiyyah berkata, “Diperbolehkan menyembelih<br />

qurban bagi orang yang sudah<br />

meninggal sebagaimana diperolehkannya<br />

haji dan sedekah untuk orang yang<br />

sudah meninggal. Menyembelihnya dilakukan<br />

di rumah, dan tidak disembelih<br />

qurban dan yang lainnya di kuburan.”<br />

Wallahu A’lam. n<br />

Pengurus Daerah Ikatan Dai Indonesia (IKADI)<br />

Kota Banda Aceh<br />

Mengucapkan Selamat dan Sukses atas Pelantikan<br />

Drs. H. Ibnu Sa’dan, M.Pd<br />

Sebagai Kepala Kantor Wilayah <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi Aceh<br />

Oleh Menteri <strong>Agama</strong> Republik Indonesia<br />

Drs. H. Suryadharma Ali, M.Si<br />

Hari Senin, 24 Oktober <strong>2011</strong> di Oproom Kantor <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> RI Jakarta<br />

Semoga dalam melaksanakan tugas selalu mendapat petunjuk dan hidayah Allah swt.<br />

dan terima kasih kepada<br />

Drs. H. A. Rahman TB, Lt<br />

yang telah mendermabaktikan tenaga dan pikirannya<br />

sebagai Kepala Kanwil Kemenag <strong>Prov</strong>insi Aceh 2007-<strong>2011</strong><br />

Mulyadi Nurdin, Lc.<br />

Ketua


Life Style<br />

Makanan Terbaik buat Otak<br />

Otak merupakan salah satu dari organ tubuh yang<br />

sangat vital bagi manusia dalam proses menjalani<br />

segala aktivitas kehidupan. Oleh karena itu dibutuhkan<br />

perhatian dari si pemiliknya untuk membantu<br />

melancarkan kerja otak. Berikut ada tujuh makanan terbaik<br />

yang dapat dikonsumsi untuk kebutuhan otak:<br />

Sayuran hijau<br />

Kubis, bayam dan kangkung adalah sayuran hijau yang<br />

sangat baik bagi pertumbuhan otak anak dan orang dewasa.<br />

Sayuran ini mengandung vitamin B6, B12 dan asam folat.<br />

Fungsinya untuk mampu meningkatkan daya ingat dan<br />

memproses informasi yang telah dipelajari sebelumnya.<br />

Vitamin ini dibutuhkan otak untuk mencegah penyakit<br />

lupa dan alzhelmer. Sayuran ini mudah ditemui disekitar<br />

kita. sayuran hijau juga kaya zat besi yang penting bagi<br />

tubuh.<br />

Ikan<br />

Memakan ikan sangat<br />

baik bagi otak karena mengandung<br />

banyak omega 3.<br />

Mengonsumsi ikan secara<br />

teratur ternyata dapat mengurangi<br />

resiko terkena penyakit<br />

alzhelmer. Konsumsi omega 3<br />

juga membuat suplai oksigen<br />

melimpah ke otak. Otak<br />

dapat menerima informasi<br />

baru, sekaligus memproses<br />

ingatan lama. Beberapa jenis<br />

ikan laut dengan kandungan<br />

omega 3 yang banyak dijual<br />

di pasaran Indonesia adalah<br />

ikan Tuna, Tongkol, Tenggiri,<br />

Layang, Ikan Gembung dan Ikan Lemuru, Ikan Salmon dan<br />

Ikan haring juga sangat baik, namun ikan-ikan tersebut<br />

sangat jarang dijual di Indonesia.<br />

Coklat<br />

Coklat merupakan makanan yang banyak digemari oleh<br />

semua kalangan usia. Ternyata Coklat baik dikonsumsi untuk<br />

minuman dan makanan, tidak hanya lezat tetapi juga<br />

mengandung banyak nutrisi bagi otak. Antioksidan utama<br />

dalam Coklat adalah flafonols. Zat ini berperan penting untuk<br />

meningkatkan aliran darah ke otak. Para ilmuwan telah<br />

membuktikan bahwa kandungan anti oksidan dalam coklat<br />

jauh lebih kuat dibanding yang lainnya.<br />

Telur<br />

Bertambah usia membuat otak manusia cenderung<br />

mengecil. Hal ini disebut juga brain atrophy (kerusakan sel-<br />

<strong>Santunan</strong> NOVEMBER <strong>2011</strong><br />

sel otak). Konsumsi telur secara teratur dapat mengurangi<br />

proses alami ini karena telur mengandung vitamin B12 dan<br />

Lesitin. Vitamin B12 membantu melawan efek pengecilan<br />

otak yang sering dialami para penderita Alzheimer.<br />

Kuning telur yang mengandung kolesterol ternyata<br />

berguna memiliki kolin yang berperan membangun sel<br />

otak dan meningkatkan kemampuan mengingat. Telur<br />

tidak baik dikonsumsi berlebihan, cukup mengonsumsi<br />

telur satu butir sehari.<br />

Kacang-kacangan dan biji-bijian<br />

Kacang kacangan dan biji bijian seperti kacang tanah,<br />

kacang mete, kacang kenari, dan biji bunga matahari, kaya<br />

akan omega3 dan 6, asamfolat, vitamin E dan Vitamin<br />

B6, yang membantu otak berfikir lebih cepat dan jernih.<br />

Omega3 dan 6 juga bisa menjadi anti depresan alami agar<br />

kita mampu berfikir lebih<br />

positif.<br />

Beberapa jenis kacang<br />

dan biji-bijian juga banyak<br />

mengandung Vitamin B1,<br />

dan magnesium yang bagus<br />

untuk daya ingat dan fungsi<br />

kognitif otak.<br />

Teh (khususnya teh hijau)<br />

Teh hijau atau teh hitam<br />

yang sangat baik untuk<br />

otak karena mengandung<br />

Catechin, yaitu oksidan yang<br />

berfungsi sebagai penangkal<br />

radikal bebas yang dapat<br />

merusak sel tubuh, kelelahan<br />

dan otak malas berfikir<br />

mungkin terjadi karena<br />

kita kekurangan asupan Catechin untuk otak. Catechin<br />

membuat otak tetap tajam, segar dan berfungsi maksimal.<br />

Zat ini juga mampu membuat tubuh dan fikiran terasa<br />

rileks dan mengurangi kelelahan mental. Khasiat teh hijau<br />

lebih baik dibandingkan teh hitam. Tetapi keduanya tetap<br />

sama baik bila dikonsumsi.<br />

Buah Beri<br />

Buah beri mengandung banyak oksidan yang membantu<br />

menjaga kesehatan otak. Keluarga buah beri seperti<br />

blueberi sangat baik untuk meningkatkan kemampuan<br />

motorik dan belajar. Kandungan oksidan yang ada pada<br />

buah beri membantu meningkatkan kemampuan ingatan.<br />

Mengonsumsi buah beri secara rutin tiap hari dapat<br />

mengatasi atau mengurangi efek penurunan fungsi otak.<br />

Demikian, Semoga bermanfaat bagi kita semua. nSuri,<br />

dari berbagai sumber<br />

45


Pengurus Besar Persatuan Dayah Inshafuddin<br />

<strong>Prov</strong>insi Aceh<br />

Mengucapkan Selamat dan Sukses atas Pelantikan<br />

Drs. H. Ibnu Sa’dan, M.Pd<br />

Sebagai Kepala Kantor Wilayah <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi Aceh<br />

Oleh Menteri <strong>Agama</strong> Republik Indonesia<br />

Drs. H. Suryadharma Ali, M.Si<br />

Hari Senin, 24 Oktober <strong>2011</strong> di Oproom Kantor <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> RI Jakarta<br />

Semoga dalam melaksanakan tugas selalu mendapat petunjuk dan hidayah Allah swt.<br />

Terima kasih kepada<br />

Drs. H. A. Rahman TB, Lt<br />

yang telah mendermabaktikan tenaga dan pikirannya<br />

sebagai Kepala Kanwil Kemenag <strong>Prov</strong>insi Aceh 2007-<strong>2011</strong><br />

Drs. H. M. Daud Hasbi, M. Ag. Dr. Tgk. H. Syamsul Rijal, M. Ag<br />

Ketua Umum Sekretaris Umum<br />

Pengurus Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB)<br />

<strong>Prov</strong>insi Aceh<br />

Mengucapkan Selamat dan Sukses atas Pelantikan<br />

Drs. H. Ibnu Sa’dan, M.Pd<br />

Sebagai Kepala Kantor Wilayah <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi Aceh<br />

Oleh Menteri <strong>Agama</strong> Republik Indonesia<br />

Drs. H. Suryadharma Ali, M.Si<br />

Hari Senin, 24 Oktober <strong>2011</strong> di Oproom Kantor <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> RI Jakarta<br />

Semoga dalam melaksanakan tugas selalu mendapat petunjuk dan hidayah Allah swt.<br />

Terima kasih kepada<br />

Drs. H. A. Rahman TB, Lt<br />

yang telah mendermabaktikan tenaga dan pikirannya<br />

sebagai Kepala Kanwil Kemenag <strong>Prov</strong>insi Aceh 2007-<strong>2011</strong><br />

DR. H. Syamsul Rijal, M.Ag<br />

Ketua


<strong>Santunan</strong> NOVEMBER <strong>2011</strong><br />

Bahasa Arab<br />

Diasuh oleh Muzakkir, S.Ag<br />

47


Bahasa Inggris<br />

The city of Mecca in Saudi Arabia has always been<br />

the spiritual center of the Islamic faith: the world’s<br />

1.3 billion Muslims genuflect in its direction during<br />

prayers. But in the final months of the year, Islam’s holiest<br />

city becomes even more vital, as an estimated 2.5 million<br />

pilgrims make their once-in-a-lifetime journey to the site.<br />

This pilgrimage, known as the Hajj, is one of the Five<br />

Pillars of Islam (the others are the profession of Allah as<br />

the only God and Mohammed as his prophet; fasting during<br />

Ramadan; charitable giving and ritual prayer) by which every<br />

practicing Muslim must abide. This year, the Hajj from Aceh<br />

starts on October 1, <strong>2011</strong>; through Sultan Iskandar Muda<br />

International Airport. it takes place annually between the<br />

8th and 12th days of Dhu-al-Hijjah, the final month of the<br />

lunar Islamic calendar, a time when God’s spirit is believed<br />

to be closest to earth.<br />

The Hajj ritual was considered ancient even in the time<br />

of Muhammad in the 7th century and it was part of ancient<br />

pre-Muslim paganism. Pilgrims would join processions of<br />

tens of thousands of people, who would simultaneously<br />

converge on Mecca for the week of the Hajj, and perform<br />

a series of rituals, centered around the Kaaba. Each person<br />

would walk counter-clockwise seven times about the Kaaba,<br />

kiss the Black Stone, run back and forth from the Zamzam<br />

Well near the Kabah back and forth between the hills of Al-<br />

Hajj<br />

Written by Mulyadi Idris, S.Ag, M.Hum<br />

48 <strong>Santunan</strong> NOVEMBER <strong>2011</strong><br />

Safa and Al-Marwah, then go to the plains of Mount Arafat to<br />

stand in vigil, then proceed to Muzdalifah to gather pebbles,<br />

which they would throw at a rock in Mina to perform the<br />

ritual of the Stoning of the Devil. The pilgrims would then<br />

shave their heads, perform an animal sacrifice, and celebrate<br />

the three day global festival of Eid ul-Adha.<br />

The Hajj is an obligation that must be undertaken by<br />

every able-bodied Muslim who can afford to do so, at least<br />

once in their lifetime. It demonstrates the solidarity of the<br />

Muslim people, and their submission to God. We pray to<br />

Allah that all of us can go to Mecca to do pilgrim as soon as<br />

possible, Amen Ya Rabbal ‘alamin.<br />

Glossary:<br />

- genuflect (v) : bertekuk lutut (memuja)<br />

- estimated (v) : diperkirakan<br />

- pilgrims (n) : haji<br />

- holiest (adj) : yang paling suci<br />

- abide (v) : dipakai<br />

- ancient (adj): kuno<br />

- converge (v) : berkumpul<br />

- vigil (n) : berjaga-jaga<br />

- gather (v) : berkumpul<br />

- shave (v) : bercukur<br />

- sacrifice (n) : korban


Drs. Salahuddin, Kepala Kantor <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> Kabupaten Aceh Besar<br />

Umur dan Mudah Rezeki<br />

<strong>Santunan</strong> NOVEMBER <strong>2011</strong><br />

49


Tokoh<br />

Apa yang membedakan kepemimpinan<br />

seseorang, misalnya<br />

Kepala Kantor <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong>,<br />

di Kabupaten Aceh Besar, dengan<br />

wilayah lain di Aceh?<br />

Aceh Besar, satu-satunya kabupaten<br />

di <strong>Prov</strong>insi Aceh yang belum dimekarkan.<br />

Kepada kita, memang dikabarkan,<br />

masih ada beberapa pihak yang<br />

mungkin sedang ‘berjuang’ untuk<br />

proses pemekaran. Untuk <strong>Kementerian</strong><br />

<strong>Agama</strong> (Kemenag), Aceh Besar juga<br />

tergolong tingkat dua yang memiliki<br />

satuan kerja (satker) terbanyak. Ini<br />

membutuhkan energi besar juga untuk<br />

mengelola, mengatur atau memenejnya.<br />

Sehingga membutuhkan kepiawaian<br />

manajerial tersendiri, seiring dengan<br />

luas wilayah, seiring dengan satker yang<br />

banyak itu, agar bisa berjalan sesuai<br />

dengan ketentuan yang kita impikan<br />

dan harapkan. (Jumlah CPN dan CPNS<br />

pada <strong>2011</strong> saja sampai 1.422 orang).<br />

Jadi, pola kepemimpinan Anda?<br />

Saya boleh disebut orang baru di<br />

Kankemenag Kabupaten Aceh Besar.<br />

Walaupun saya putra asli Aceh Besar<br />

(Sibreh), tapi lumayan lama juga<br />

merantau ke Kabupaten Aceh Utara<br />

dan Kota Lhokseumawe. Dibandingkan<br />

dengan Lhokseumawe, yang saya<br />

pernah dipercayakan menjadi Kepala<br />

Kandepag, Aceh Besar itu lebih beragam<br />

permasalahannya. Untuk menjalankan<br />

program, pengalaman yang baik dari<br />

tempat sebelumnya, kita bawa ke Aceh<br />

Besar.<br />

Langkah pertama saya di Aceh<br />

Besar, bekerja sama dengan semua<br />

pihak di wilayah itu, baik bersama<br />

keluarga besar di lingkungan Kemenag,<br />

maupun dengan pihak terkait lainnya.<br />

Untuk menciptakan keharmonisan,<br />

kita bangun kebersamaan. Memang<br />

untuk sinergitas, mesti bekerjasama<br />

dengan komponen terkait, baik internal<br />

maupun eksternal. Dalam kekompakan,<br />

kita bisa saling memberikan masukan<br />

dan jalan keluar atas persoalan bersama<br />

di sana.<br />

Kedua, kita rancang dan lanjutkan<br />

program yang berhubungan manajemen<br />

perkantoran, keuangan dan sebagainya.<br />

Ini bukan berarti manajemen yang dulu<br />

belum baik. Sebelumnya sudah baik,<br />

dan kini terus kita kembangkan. Di mana<br />

ada kekurangan, kita coba atur dengan<br />

teman-teman, untuk perbaikan.<br />

Ketiga, karena Aceh Besar memiliki<br />

satket yang banyak, saya lakukan pembinaan,<br />

sosialisasi, silaturrahmi dengan<br />

satker-satker itu. Saya juga melakukan<br />

pertemuan dengan Kantor Urusan<br />

<strong>Agama</strong> (KUA) yang bukan (belum) satker,<br />

juga dengan madrasah, baik negeri<br />

maupun swasta. Kita sampaikan persoalan<br />

bersama, bagaimana meningkatkan<br />

mutu pelayanan masyarakat, anak didik,<br />

dan pengembangan madrasah. Kita juga<br />

bekerjasama dengan stakeholder yang<br />

berhubungan dengan itu.<br />

Hasil sementara dari kebersama-<br />

50 <strong>Santunan</strong> NOVEMBER <strong>2011</strong><br />

an dan kemitraan selama ini?<br />

Sebenarnya saya stok lama, tapi pendatang<br />

baru di Kantor Kemenag Aceh<br />

Besar. Sebagai orang baru, saya minta<br />

pada kawan-kawan yang di bawah, kita<br />

selesaikan masalah sesuai dengan kesepakatan<br />

bersama. Setelah sesama kita<br />

yang di dalam itu sudah duluan kompak,<br />

dalam bingkai persaudaraan, kebersamaan,<br />

dan silaturrahmi, baru kita<br />

jalin relasi dengan elemen yang di luar.<br />

Baik di jajaran KUA, penyuluh, guru,<br />

maupun unsur lainnya, kita terus jalin<br />

silaturrahmi yang tulus. Sebab silaturrahmi<br />

itu membawa rezeki, dan panjang<br />

umur. Ini yang pertama, silaturrahmi<br />

wajib kita bina, dan terjaga.<br />

Yang kedua, dengan pihak terkait<br />

lainnya, di luar jajaran Kemenag, terutama<br />

Pemerintah Kabupaten (Pemkab)<br />

Aceh Besar, kita bekoordinasi terus,<br />

dan bermitra bersama. Pemkab dan jajarannya,<br />

itu mitra kerja kita, sebab kita<br />

bekerja dan mengabdi di wilayah Pemda<br />

(Pemkab) Aceh Besar. Alhamdulillah,<br />

Kemenag Aceh Besar mendapat satu<br />

unit mobil dinas baru, yang sebelumnya<br />

belum pernah ada. (Mobil yang dipakai<br />

Kepala Kandepag lama, yang pernah<br />

kena tsunami itu, mungkin pemberian<br />

pihak Kanwil Depag). Alhamdulillah,<br />

kerjasama dan harmonisasi dengan<br />

pemda, jalinan baik dengan teman-teman,<br />

koordinasi dengan DPRK, Sekda,<br />

para asisten, para kepala dinas dan badan<br />

tetap mesra. Membangun Aceh Besar<br />

itu tidak bisa sendirian, jadi hubungan<br />

erat dan baik dengan eksekutif<br />

dan legislatif itu harus lebih maksimal.<br />

Problematika yang menonjol?<br />

Luas wilayah, bahkan sangat luas<br />

untuk standar sebuah kabupaten.<br />

Jadi masalah pun relatif lebih banyak.<br />

Terutama persoalan pada efektifitas dan<br />

efesiensinya evaluasi dan monitoring.<br />

Sampai kini, belum semua satker bisa<br />

saya jangkau; hingga sekarang, belum<br />

semua KUA sempat saya kunjungi dan<br />

masuk. Target kami, semua satker harus<br />

saya kunjungi. (Kabupaten Aceh Besar<br />

meliputi kepulauan dan pegunungan,<br />

dan di pulau dan lembah itu banyak<br />

satker serta KUA).<br />

Jadi, sementara ini sisi mana yang<br />

lebih difokuskan pembinaan?<br />

Karena luas dan banyak satker,<br />

kepada teman kita di bawah, kita fokus<br />

sekali pada peningkatan manajemen,<br />

juga yang menyangkut sumber daya


manusia (SDM) di Aceh Besar. Di<br />

samping pembinaan dan pendampingan<br />

bagi kepegawaian dan guru, juga<br />

madrasah dengan administrasinya. Tentu<br />

juga kita perhatikan pendidikan agama<br />

di pesantren, dan pendidikan ‘sekolah’<br />

di dayah. (Jumlah dayah yang ikut paket<br />

Wajardikdas -- wajib belajar pendidikan<br />

dasar-- sementara ini ada tiga pondok/<br />

dayah, dengan santri kelas wustha 189,<br />

bersama guru 18 orang). Pelatihan<br />

dan pembinan bagi guru misalnya,<br />

pelan-pelan terus kita tingkatkan. Tiap<br />

tahun kita kirim ke Balai Pendidikan<br />

dan Latihan (Diklat) misalnya, juga ke<br />

Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan<br />

(LPMP) Medan. Sehingga akan memperoleh<br />

kompetensi, berdasarkan bidang<br />

studi mereka.<br />

Lantas, yang ‘unik’ di lingkungan<br />

Kemenag Aceh Besar?<br />

Sebagaimana di bawah Pemkab<br />

Aceh Besar ada forum geuchik se Aceh<br />

Besar, keunggulan pada Kemenag juga<br />

ada Forum Kepala KUA Kecamatan.<br />

(Ketua forum gecuhik itu, kini juga<br />

masih dipimpin oleh Khairul Huda<br />

SHI, Geuchik Gampong Blang Krueng<br />

Kecamatan Darussalam, yang juga salah<br />

seorang Penghulu pada KUA Kecamatan<br />

Darussalam, yang sebelumnya sebagai<br />

Penghulu di Lembah Seulawah). Silaturrahmi<br />

para Kepala KUA kuat, dan<br />

rutinitas pertemuan mereka terus berjalan<br />

pada tiap awal bulan. Sepertinya<br />

di Aceh, forum kepala KUA dengan<br />

rapat rutin, awal bulan, yang digilir di<br />

setiap KUA, bermula dari Aceh Besar,<br />

baru kita dengar ada di kabupaten lain.<br />

Rasa sosial dan kekompakan, terutama<br />

jajaran KUA sangat terasa. Dalam<br />

rapat bulanan, mereka saling tukar<br />

informasi dan solusi. Sama dengan di<br />

wilayah lain, yang ada forum untuk para<br />

penghulu di bawah Pokjaluh, forum untuk<br />

penyuluh di bawah Pokjaluh, atau<br />

forum para kepala madrasah di bawah<br />

K3M, ini akan membantu peningkatan<br />

SDM. Lewat forum itu misalnya, teman<br />

yang di bawah sangat responsif terhadap<br />

penyelesaian masalah di Aceh Besar.<br />

Bagaimana dengan koperasi,<br />

yang kabarnya tergolong ‘sehat’?<br />

Yang termasuk keunggulan kita<br />

juga, Koperasi al-Ishlah itu. Koperasi itu<br />

milik karyawan di lingkungan Kemenag<br />

Aceh Besar. (Ada juga pegawai dari<br />

luar Kemenag Aceh Besar, atau sudah<br />

dimutasi dari Kemenag Aceh Besar ke<br />

wilayah lain, masih sebagai anggota).<br />

Hingga <strong>2011</strong> sudah ada hampir 1.000<br />

anggota koperasi kita, yang beralamat<br />

di Jalan Pocut Baren Banda Aceh itu.<br />

Saat Rapat Anggota Tahunan (RAT) lalu,<br />

kita ajak, mari kita bina dan jaga dengan<br />

baik. Sebab ini aset Aceh Besar. Pada<br />

pengurus kita rangkul dan sampaikan,<br />

mari kita hidupkan koperasi, bukan<br />

mencari hidup pada koperasi.<br />

Kami sampaikan, jika bisa simpanan<br />

wajib dan pokok kita tingkatkan, sebab<br />

koperasi dari dan untuk kita. Jadi anggota<br />

tak menyalahkan pengurus; pengurus<br />

tidak menyalahkan anggota, yang bisa<br />

membuat kita bisa bubar. Lewat RAT<br />

kemarin, ada cita-cita pendahulu yang<br />

sudah terwujud, yakni jika selama ini<br />

kita hanya ada unit simpan pinjam,<br />

tapi pada <strong>2011</strong> mulai kita kembangkan<br />

warung serba ada (waserda). Sudah kita<br />

buka waserda dua pintu, dua lantai, di<br />

kawasan Lambaro. Itu pembelian dua<br />

unit toko baru, pada 2010. Akhir tahun<br />

ini kita beli tiga bakal unit toko, yang<br />

ada di sampingnya itu.<br />

Jika bisa kita kelola, maka akan ada<br />

lima unit usaha di Aceh Besar. Kita ajak<br />

teman-teman, mari kita terus majukan<br />

badan usaha bersama ini, sehingga jadi<br />

pilot projek. Ini akan terlaksana jika<br />

<strong>Santunan</strong> NOVEMBER <strong>2011</strong><br />

Tokoh<br />

pengurus dan anggota saling percaya,<br />

sebagaimana kebersamaan saat ini. Setiap<br />

anggota bahkan bisa meminjamkan<br />

uang hingga puluhan juta, kapan perlu<br />

ada uang, insya Allah. Jadi, aset seperti<br />

Al-Ishlah, yang bisa kita tinggalkan buat<br />

anak cucu, kita wariskan.<br />

Pesan Anda untuk rekan-rekan<br />

di lingkungan Kemenag?<br />

Saat tukar menukar informasi, juga<br />

melalui media ini, saya sampaikan<br />

kembali, bahwa seperti sebagian besar<br />

saudara-saudari, saya juga orang Aceh<br />

Besar, dan biasa kita tidak lama-lama<br />

pada sebuah jabatan. Pengalaman kita,<br />

biasa dua atau tiga tahun akan berakhir<br />

atau dimutasi. Walaupun tidak lama<br />

menjabat dan mengabdi, mari kita<br />

bekerja dengan baik untuk Aceh Besar,<br />

dan Aceh. Jabatan kita sementara,<br />

maka kepada Kepala KUA, kepada para<br />

kepala madrasah, Kepala MI, MTs, MA,<br />

serta para kasi, kita ingatkan, jabatan<br />

kita tidak terus menerus, mari kita<br />

hasilkan apa yang bisa kita hasilkan<br />

semaksimal mungkin untuk Aceh<br />

Besar. Saya mengajak, mari saling kerja<br />

sama, sama-sama kerja, tak saling salah<br />

menyalahkan. Dengan amal dan doa,<br />

Insya Allah, Aceh Besar kian besar.n<br />

muhammad yakub yahya<br />

Biodata<br />

Nama : Drs. Salahudddin<br />

Tempat dan Tanggal Lahir : Aceh Besar, 27 September 1962<br />

Alamat : Sibreh Kec. Suka Makmur Kab. Aceh Besar<br />

Istri : Dra. Aziah Hanim<br />

Anak :<br />

Rikza<br />

1. Zahid Ashi<br />

2. Zahrah Fida<br />

3. Hafidh Asyi<br />

Pendidika :<br />

1. MIN Jeureula (tamat 1974)<br />

2. MTsN Jeureula (tamat 1977)<br />

3. MAN Banda Aceh (tamat 1981)<br />

4. Jurusan TPA Fakultas Tarbiyah IAIN Ar-Raniry (1981-1987)<br />

5. Program Pascasarjana FKIP Unsyiah (tamat September <strong>2011</strong>)<br />

Pekerjaan :<br />

1. Guru IPA pada MTsN Kota Lhokseumawe (1992-2000)<br />

2. Kepala MTsN Lhoksukon Kab. Aceh Utara (2001-2003)<br />

3. Kasi Pendidikan Keagamaan dan Pondok Pesantren (Pekapontren) Kantor<br />

Depag Kab. Aceh Utara (2003)<br />

4. Kasi Madrasah dan Pendidikan <strong>Agama</strong> pada Sekolah Umum (Mapenda)<br />

Kantor Depag Kota Lhokseumawe (2004-2008)<br />

5. Kepala Kantor Depag Kota Lhokseumawe (2008-2010)<br />

6. Kepala Kantor <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> Kab. Aceh Besar (16 April 2010 -<br />

sekarang)<br />

51


Pertanyaan TTS Edisi <strong>November</strong> <strong>2011</strong><br />

Mendatar<br />

4. Tidak sakit<br />

6. keadaan terhenti (tidak bergerak, tidak aktif, tidak jalan<br />

9. renungan<br />

12. saudara senenek; anak dr dua bersaudara;<br />

14. bersifat membujuk secara halus (supaya menjadi yakin)<br />

15. ilmu ttg zat dan energi (spt panas, cahaya, dan bunyi<br />

17. Toleransi (Arabic)<br />

18. penyatuan segala sesuatu ke suatu tempat (daerah dsb)<br />

yg dianggap sbg pusat<br />

19. perpindahan dari satu jabatan ke jabatan yang lain<br />

Menurun<br />

1. Air khas di musim haji<br />

2. ......Bin Jabal :salah seorang sahhabat Nabi<br />

3. Kepemimpinan(English)<br />

5. bagian terkecil senyawa yg terbentuk dr kumpulan atom<br />

yg terikat secara kimia<br />

7. kemampuan yg mempunyai kemungkinan untuk<br />

dikembangkan<br />

8. ego<br />

10. Salah seorang putra nabi Muhammad SAW<br />

11. Salah satu bulan haji<br />

13. kemampuan, daya<br />

16. Nenek nabi Muhammad dari nasab Ayahnya<br />

TTS<br />

TTS 018 <strong>Santunan</strong> Edisi <strong>November</strong> <strong>2011</strong><br />

52 <strong>Santunan</strong> NOVEMBER <strong>2011</strong><br />

Jawaban TTS 016 <strong>Santunan</strong> Edisi Juli <strong>2011</strong>


<strong>Santunan</strong> NOVEMBER <strong>2011</strong><br />

Komputer<br />

Pemanfaatan Email Resmi dan E-Dokumen<br />

di Lingkungan Kemenag<br />

Sejak tahun 2010 yang lalu, <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> melalui<br />

Kesekreatan Jendral-nya telah melakukan beberapa<br />

gebrakan dalam rangka meningkatkan performance<br />

kelembagaan dan sumberdaya manusianya. Salah satu<br />

gebrakan tersebut adalah dengan membentuk Pusat<br />

Informasi dan Kehumasan (PINMAS) <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong><br />

yang menjadi leading sector bagi pembenahan kulitas SDM<br />

dan pemanfaatan teknologi di<br />

bidang informasi.<br />

Beberapa perubahan yang telah<br />

dilakukan adalah pemanfaatan<br />

jaringan internet sebagai<br />

media promosi, sosialisasi, dan<br />

pertukaran informasi kepada<br />

masyarakat luas dan lingkungan<br />

Internal <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong><br />

sendiri.<br />

Sejak akhir 2010, Kanwil<br />

<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi Aceh<br />

juga sudah mulai mengadopsi<br />

pemamfaatan website dengan<br />

domain www.aceh.kemenag.<br />

go.id. Melalui website ini,<br />

pengambil kebijakan di lingkungan<br />

Kanwil Kemenag Aceh dapat<br />

mensosialisasikan program<br />

kerjanya secara cepat dan dengan target yang lebih luas,<br />

serta biaya yang lebih murah. Misalnya saja pengumuman<br />

pelelangan atau juga surat-surat edaran penting yang perlu<br />

diketahui oleh seluruh satker (satuan kerja) dan masyarakat<br />

luas seperti pengumuman hari raya, jadwal haji dan lainlain.<br />

Mulai pertengahan tahun <strong>2011</strong>, <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong><br />

Pusat juga mulai menggalakkan pemanfaatn jaringan<br />

email bagi seluruh satuan kerja sebagai sarana komunikasi<br />

dan pertukaran informasi. Awalnya, email resmi pada ini<br />

diperkenalkan pada para pejabat dan staf di lingkungan<br />

Oleh Khairuddin<br />

Kesekretariatan <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> Pusat dan Kantor<br />

Wilayah di setiap provinsi.<br />

Untuk satker-satker lainnya seperti Kantor <strong>Kementerian</strong><br />

<strong>Agama</strong> Kabupaten / Kota dan juga madrasah-madrasah<br />

negeri yang ada, sudah dibuatkan akun emailnya masingmasing.<br />

Untuk Satker dalam <strong>Prov</strong>insi Aceh bisa dilihat<br />

segmen Informasi Penting di Website Resmi Kantor<br />

Wilayah <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong><br />

<strong>Prov</strong>insi Aceh. Informasi lebih<br />

lanjut bisa menghubungi email :<br />

kanwilaceh@kemenag.go.id.<br />

Pada oktober <strong>2011</strong> yang<br />

lalu, Bidang Data pada PINMAS<br />

<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> Pusat juga<br />

mensosialisasikan pemanfaatan<br />

fasilitas E-Dokomen yang bisa<br />

diakses di http://e-dokumen.<br />

kemenag.go.id. Fasilitas<br />

e-dokumen ini dimaksudkan<br />

sebagai database data elektronik<br />

yang bisa diakses secara online.<br />

Diharapkan, melalui fasilitas<br />

ini bisa mengatasi persoalan<br />

penyimpanan data konvensiuonal<br />

yang rentan rusak, hilang atau<br />

sulit untuk ditemukan kembali.<br />

Ada tiga klasifikasi data dalam fasilitas e-dokumen ini,<br />

data umum yang bisa dibaca dan didownload oleh seluruh<br />

pengguna internet, data khusus yang hanya bisa diakses oleh<br />

user yang teregistrasi pada system (hanya PNS Kemenag)<br />

dan data pribadi yang hanya bisa diakses oleh pemilik data<br />

sendiri.<br />

Untuk bisa menikmati fasilitas ini, anda perlu melakukan<br />

registrasi dengan menggunakan NIP baru sebanyak 18 digit.<br />

Selamat mencoba, dan sukseskan program pemberdayaan<br />

SDM dan pemamfaatan fasilitas teknologi informasi di<br />

lingkungan <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi Aceh.n<br />

53


Bahasa di Aceh <strong>November</strong> <strong>2011</strong><br />

NO<br />

BAHASA<br />

INDONESIA<br />

BAHASA<br />

ACEH<br />

BAHASA<br />

GAYO<br />

BAHASA<br />

ANEUK<br />

JAMEE<br />

BAHASA<br />

ALAS<br />

Ensiklopedi<br />

Bahasa di Aceh<br />

BAHASA<br />

SIGULAI<br />

LAMAMEK<br />

SIMEULUE<br />

1 Dorong Tulak Tulak Tulak Dokhong Sorong<br />

BAHASA<br />

DEVAYAN<br />

SIMEULUE<br />

Tulak/<br />

duhon<br />

54 <strong>Santunan</strong> NOVEMBER <strong>2011</strong><br />

BAHASA<br />

SINGKIL<br />

BAHASA<br />

PAK-PAK<br />

BOANG<br />

SINGKIL<br />

BAHASA<br />

TAMIANG<br />

HULU<br />

BAHASA<br />

KLUET<br />

Tulag Tulak Tulak Tulak Tulak<br />

2 Seret Bahue Sare Helo Sakhan Elak Ullul Takhik Sakhan Taghek Tegu<br />

3 Geser Iseuk Esot Geser Gesekh Surut Asak/fotan Okhos Gesekh Kisogh Kisor Kisar<br />

4 Jepit Ceupet Sepit Kapik Kacip Ingkip Kepek Kapik Kapit Kapik Kacip Kapik<br />

5 Buka Buka Uke Bukak Buke Bukak Bu’ai Wuka Buka Buko Buko Wue<br />

6 Tutup Toep<br />

Tutup/<br />

kiyup<br />

Saok Tutup Lengkep<br />

Longkop/<br />

laofan<br />

BAHASA<br />

HALOBAN<br />

Jajar/<br />

helak<br />

Sahap Tutup Tutup Tutup Len<br />

7 Lubang Ruhung Luwang Lubang Kubang Kubang Kubang Mlecak Khawang Kubang Lohop Lengkep<br />

8 Jera/Kapok Jra Jere Jaro<br />

Ngampun/<br />

nokhbst<br />

9 Robek ‘Priek Rebek Cabiak Muak Abitak<br />

Ukhaikla Jaro Jekha Bekhoh Jegho Jero Jaro<br />

Masikha/<br />

masaek<br />

Mekhiwak Khibaq Kuyak Muak Matikha<br />

10 Retak Crah Cerah Ratak Khetak Beratak Maratak Khetak Khetaq Ghetak Cerah Rtak<br />

11 Congkel Cungke<br />

12 Angkat<br />

Beu-et/<br />

Grak<br />

Contek/<br />

congkel<br />

Cungkie Cungkil Tukhek<br />

Tatang Angkek Angkat Ambong<br />

Songet/<br />

tuhek<br />

Bengkek/<br />

sabong<br />

Cukil Cukil Cungkel Cuke Sungket<br />

Kekekuen Kekeken Angkek Tatang Hangkek<br />

13 Sesak Seusak Sesak Sasak Sesak Sasak Sasak Sesak Sesak Nungap Picik Sasak<br />

14 Batuk Batok Atuk Batuak Batuk Metohok Tohok Watuk Batuq Batuk Batuk Tohok<br />

15 Pedih Peudeh Bise Padiah<br />

Meco-okh/<br />

mesu-i<br />

Ofekhi Ma’ke Ncor Ncokh Pdeh Ncor Ake<br />

16 Luka Luka Luke Luko Luke Baelen Baelen Ugah Ugah Luko Ugah Maelen<br />

17 Darah Darah Rayoh Darah Dakhoh Do Dalah Rakhoh Dakhoh Daghah Daroh Rala<br />

18 Pingsan Pansan<br />

Pitemen/<br />

pensan<br />

Pansan Pangsan<br />

Tayak<br />

nuhu<br />

Pancan Pingsan Pangsan Pongsan Pingsan Pangsan<br />

19 Sekarat Nadak Tenggersah Sekarat Nganggu-i Sekarat Bekarat Skakhat Lako Mate Skaghek Pedalanan Maluha<br />

20 Jengkel Palak Geli (ate) Jengkel Munyang Jajok<br />

Palak/<br />

Jajok<br />

Kapil ate Menggelate Palak Jengket Galigman<br />

Database ensiklopedia Bahasa di Aceh ini dibuat berdasarkan kontribusi dari para pembaca <strong>Majalah</strong><br />

<strong>Santunan</strong> di berbagai wilayah di <strong>Prov</strong>insi Aceh. Penulisan kata-kata sesuai dengan sumbangan kontributor.<br />

Untuk partisipasi kirimkan sms ke 085277759339 dengan menyertakan padanan kata dalam bahasa daerah<br />

yang anda kuasai.<br />

Kontributor Edisi Juli: Bahasa Gayo-Erqi Albandary, Bahasa Aneuk Jamee-Andri Rahman, Bahasa Alas-<br />

Hasanuddin, Bahasa Sigulai Lamamek-Aji Asmanuddin, Bahasa Devayan-Mirati Adim, Bahasa Singkil-<br />

Hendra Sudirman, Bahasa Pak-pak Boang-Sulaeman Ar, Bahasa Tamiang hulu-Lukmanul Hakin, bahasa<br />

Kluet-H.Bahrum Basyah, bahasa Haloban-ikhsan<br />

Padanan kata untuk <strong>edisi</strong> berikutnya: telat, cepat, awal, tunggu, dalam, luar, sebentar, Lambat, tengah<br />

(tempat), Waktu, kemarin, sore, besok, tadi, kemarin lusa, lewat, belum, nanti (waktu), besok lusa, tinggal.


Rintihan Nek Ti<br />

By Aris Munandar<br />

Semilir angin enggan hampiri pagi.<br />

Kicau burung pun alpa tunaikan<br />

makna diri. Berhenti bernyanyi<br />

untuk menyambut mentari. Kabut<br />

berpaling selimuti pembuka hari.<br />

Terlihat kumparan asap mengangkasa,<br />

menanda api yang menyala. Seorang<br />

nenek tua membakar serakan<br />

dedaunan di halaman rumahnya.<br />

Tubuh kurusnya terbungkus baju tebal<br />

dengan kain sarung kuno sebagai<br />

bawahannya. Rumahnya kian lapuk<br />

dilahap masa. Pepohonan memenuhi<br />

sisi rumah: langsat, manggis, durian,<br />

dan rambutan, tumbuh tak terawat<br />

di depan dan belakang rumahnya.<br />

Bagai sebuah jaring ekosistem, komplit<br />

dengan hewan kecil berjingkrak ria di<br />

sekitarnya.<br />

Nek Ti beranjak meninggalkan<br />

sapu di pangkal pohon langsat. Hanya<br />

sebagian kecil saja yang sanggup<br />

dibersihkan dari luasnya hamparan<br />

halaman rumah itu. Kakinya tertatih<br />

melangkah menuju sebuah bangku<br />

panjang yang diletakkan di teras<br />

rumah. Matanya menyebar, mencoba<br />

nikmati pemandangan di ‘taman’.<br />

Terlalu sedikit yang mampu ditangkap<br />

oleh matanya, karena sebagian<br />

kenikmatan penglihatan telah Allah<br />

ambil kembali. Dua tungkai lengan<br />

yang hanya terbalut kulit mencoba<br />

menopang kepalanya. Mata rabunnya<br />

menerawang ke masa silam. Perjalanan<br />

panjang telah menyuguhkan asam<br />

garam kehidupan untuk direngkuhnya.<br />

Sudah 68 tahun wara-wiri bersama<br />

kerasnya hidup, memberikan kekuatan<br />

dalam menikmati kepedihan.<br />

Sayup dari jauh terdengar orang<br />

berbincang tentang nama-nama calon<br />

pimpinan wilayah. Terasa ada beberapa<br />

nama yang tak asing di kupingnya.<br />

Tokoh yang dulu begitu diagungkan<br />

sebagai pejuang dalam komplotannya.<br />

“Mungkinkah dia calon pemimpin<br />

negeri ini?” pikiran itu sempat<br />

hinggap di kepalanya. Namun dia<br />

tidak mungkin untuk mengorek lebih<br />

jauh, karena keberadaannya selama<br />

ini bagaikan terasing di kampungnya<br />

sendiri.<br />

“Mak, sarapan dulu. Bu lam kanot,<br />

kuah dalam belanga,” suara lugas<br />

Mainar membuyarkan lamunannya.<br />

Putri semata wayangnya berlalu<br />

dengan memikul tumpukan baju dalam<br />

ember menuju kali tempat biasanya dia<br />

menyuci.<br />

Nek Ti bangkit dari bangku menuju<br />

dapur. Tangannya meraba-meraba<br />

pada rak piring, sebuah piring plastik<br />

yang telah usang berhasil diraihnya.<br />

Perlahan menuju tempat nasi dan<br />

menyodoknya dengan pelan.<br />

Dulu tangan itu begitu kuat untuk<br />

seorang wanita. Dengan ringan tangan<br />

itu mengangkat senjata dan bahkan<br />

mampu membunuh beberapa tentara.<br />

Hal itu terjadi ketika dia bersama<br />

kelompoknya dalam sebuah gerakan<br />

yang bersiteru dengan negaranya. Ia<br />

menggenggam senjata dengan gagah<br />

berani. Berjejer di barisan paling depan<br />

pasukan inong belee. Semangatnya<br />

menggebu menggantikan suaminya<br />

yang telah meninggal dalam konflik<br />

yang sama. Keperkasaan terlihat nyata,<br />

semangat Cut Nyak Dhien menyala<br />

<strong>Santunan</strong> NOVEMBER <strong>2011</strong><br />

Sastra<br />

dalam dirinya. Pantang menyerah,<br />

untuk memperjuangkan hak-hak<br />

bangsanya.<br />

Masa 16 tahun lebih telah berlalu,<br />

semua telah menjadi kenangan yang<br />

menoreh prasasti di kalbu. Semangat<br />

menggebu pun kini telah menjadi<br />

abu, kini Nek Ti hanyalah nenek tua<br />

yang tak berdaya diterkam masa.<br />

Air matanya menitik. Ingatannya tak<br />

sanggup lagi membaca semua memori<br />

yang terekam. Penggalan hidup itu<br />

penuh dalam cabaran. Perjalan waktu<br />

telah menjemput suami dan dua<br />

jagoannya. Januar, putra sulungnya<br />

meninggal tak wajar. Pagi ia dijemput<br />

orang tak dikenal dan malamnya<br />

dikembalikan dalam keadaan tak<br />

bernyawa. Putra kedua Nek Ti<br />

bernama M. Nur. Ketika gejolak<br />

melanda negeri ini dia melarikan diri<br />

ke negeri jiran. Di sana dia bekerja<br />

sebagai buruh kasar. Tragis menimpa<br />

hidupnya. Terjatuh dari bangunan<br />

tempat dia bekerja sehingga jasadnya<br />

dibawa pulang tanpa nyawa.<br />

Takdir Allah hanya menyisakan<br />

seorang putri ‘tuk menemaninya.<br />

Hanya menemaninya dalam diam,<br />

tampa ada tawa dan canda dari raut<br />

yang nampak lebih tua dari usianya.<br />

Meski usianya tidak muda lagi,<br />

Mainar tak pernah memberi Nek Ti<br />

kesempatan tuk memomong cucu.<br />

Setelah kesuciannya direnggut oleh<br />

orang-orang bertopeng, Mainan<br />

memutuskan untuk tetap hidup<br />

sendiri. Hatinya tertutup oleh rasa<br />

dendam untuk yang bernama laki-laki.<br />

Luka itu telah menimbulkan benci<br />

yang begitu dalam yang kini hanya<br />

dipendam jauh di lubuk hatinya. Ia tak<br />

pernah mau menikah.<br />

Terasa berat beban yang dipikul<br />

Nek Ti, andai saja bisa, ingin rasanya<br />

memutar balik fakta. Kalaupun harus<br />

ada yang meninggal mungkin dia akan<br />

memilih nyawanya pengganti anak-<br />

55


Sastra<br />

anaknya.<br />

Air mata Nek Ti terus mengalir.<br />

Ia masih saja memegang piring<br />

plastik. Makanan itu seolah racun<br />

baginya. Tidak terasa lagi nikmatnya.<br />

Satu persatu kajadian memutar di<br />

otaknya, perjuangan panjang untuk<br />

mempersembahkan yang terbaik dalam<br />

perjuangannya terasa tak bermakna.<br />

Tanpa pernah mengerti apa yang telah<br />

terjadi, kini Nek Ti hanya wanita tua<br />

yang terasing dari kehidupan lainnya.<br />

Tidak ada lagi yang menamakan diri<br />

pejuang untuk melirik dan menghargai<br />

perjuangannya. Bukannya tanda jasa,<br />

malah pandangan sinis dan sindiran<br />

yang sering dirasa dari tetanggatetangganya.<br />

Begitu menyayat, walau<br />

diketahui banyak pejuang yang sama<br />

dengannya kini menempati posisi yang<br />

cukup bagus di negeri ini. Tapi tidak<br />

dengan dirinya.<br />

Oh Muridku<br />

Kubangga menjadi seorang guru...<br />

Hari-hariku ditemani buku-buku,siswasiswa<br />

yang lucu<br />

Pribadimu yang sulit dirayu ‘tuk maju....<br />

Membuatku geram,pilu menggerutu tiap<br />

waktu<br />

Ku diacuh bahkan dianggap lugu<br />

menghadapi tingkah yang banyak lagu<br />

tak menentu<br />

Cuek…<br />

Ribut...<br />

Riuh...<br />

Lelet...<br />

Gak serius itu sikapmu...<br />

Wahai siswa-siswaku...<br />

Ku adalah gurumu jadikan aku ratu di<br />

kelas mu...<br />

Biarku betah melayanimu dengan sedikit<br />

ilmu yang kumiliki...<br />

Karya: Hidayati<br />

Guru Bahasa Indonesia<br />

MTsS Pandrah<br />

Isak Nek Ti semakin pilu,<br />

tangannya bergetar hebat. “Salahkan<br />

dengan perjuangannya selama ini?<br />

Begitu banyak memakan korban baik<br />

harta maupun nyawa para tetangga<br />

di desanya, juga termasuk suami dan<br />

putra putri tersayangnya. Sia-siakah<br />

semua itu? Bukankah perjuangan<br />

itu suci, untuk mengembalikan<br />

daerah tercinta ini menjadi daerah<br />

yang makmur dan sejahtera.” Nek Ti<br />

hanya coba berpikir dengan pikiran<br />

dangkalnya, tak pernah mengerti<br />

tentang semua yang ada di baliknya.<br />

Desakan itu semakin memenuhi<br />

otak Nek Ti. Beban itu tarasa mengalir<br />

ke seluruh tubuh rentahnya. Begitu<br />

berat, hingga kedua kakinya tak<br />

mampu lagi menopang. Getaran<br />

jiwanya begitu kentara terlihat pada<br />

tangannya. Segenap tenaga dikerahkan<br />

untuk menahan semua beban, namun<br />

Kemelut Zaman<br />

Penyakit moral mendera jiwa di planet ini<br />

Kendali diri tergilas di tengah perjalanan<br />

Lambaian tangan-tangan angkara<br />

mengibas<br />

Menampar kepolosan anak manusia<br />

Langkah-langkah kerdil tertatih<br />

Menapaki zaman yang penuh kebiadaban<br />

Kegelapan melanda nurani<br />

Kilauan dosa membakar siapa saja<br />

Bumi telah dikotori polusi etika<br />

Gersang, panas, dan mengganas<br />

Mencakar jiwa-jiwa putih<br />

Mencabik tangan-tangan penolong<br />

Generasi kehilangan arah dan kemudi<br />

Tangan-tangan hitam merampas budi<br />

Mulut-mulut penuh dengan kemunafikan<br />

Mata-mata dendam bersinar menakutkan<br />

Mengerikan….<br />

Memalukan….<br />

Memilukan.....<br />

Karya: Rachmah S.Pd.I<br />

Guru Min Tanoh Anoe<br />

Kec. Jangka Kab.Bireuen<br />

56 <strong>Santunan</strong> NOVEMBER <strong>2011</strong><br />

sia-sia. Akhirnya tubuh renta itupun<br />

roboh bersama dengan piring yang<br />

dipegangnya.<br />

“Ya Allah…” Hanya itu yang<br />

sanggup keluar dari mulut Nek<br />

Ti. Sisa-sisa tenaga yang dia miliki<br />

coba dikerahkan untuk meraba-raba<br />

tongkatnya. Namun semua terasa<br />

hampa. Mata rabunnya semakin<br />

buram. Semua berubah menjadi<br />

gelap. Tiada lagi cahaya yang masuk<br />

ke retinanya. Kini ia terbaring lemah<br />

ditempatnya terjatuh. Hanya suara<br />

pekik tertahan yang mampu keluar<br />

dari mulutnya. Hanya berharap<br />

Mainar putrinya segera pulang untuk<br />

memapahnya. Ya, hanya Allah dan<br />

Mainarlah yang menjadi harapan dan<br />

kekuatan baginya. n<br />

Penulis Kelas XI IPA 1 dan Anggota<br />

Bengkel Tulis MAS Jeumala Amal<br />

Lueng Putu, Kab. Pidie Jaya.<br />

Petunjuk Itu, Al-Huda<br />

Mencari titik tempuh dalam kebimbangan<br />

Derapan kaki terus melaju ke depan<br />

Kuacak semua yang menghadang<br />

Tak terkecuali setiap helaian<br />

Tapi apa?<br />

Tidak ada yang mampu kuselipkan dalam<br />

pikiran<br />

Titik temu masih dalam kehampaan<br />

Entah menyelinap ke mana<br />

Lirikan mataku melesat ke sudut yang<br />

belum kutelusuri<br />

Kini, perlahan kugerakkan tubuh ke titik<br />

fokus<br />

Memikul beban yang tertanam di<br />

benakku<br />

Menuju sudut itu, tempat al-huda<br />

tersimpan<br />

Kusandarkan jiwa berlahan ke dinding<br />

suci<br />

Kucoba selami makna dalam suhuf-suhuf<br />

itu<br />

Kulihat kata per kata, lalu kumulai<br />

melanjutkannya<br />

Akhirnya kusadari<br />

Dialah yang menjadi titik temu<br />

Dari semua pencarianku<br />

* Al-Huda = Petunjuk (nama lain<br />

Alqur’an)<br />

Karya: Masrurah<br />

Kelas XII IPA 3 MAS Jeumala Amal<br />

Lueng Putu Pidie Jaya, dan Anggota<br />

Bengkel Tulis Jeumala


MASJID BAITUL A’LA LIL MUJAHIDIN, PIDIE<br />

Sejarah Ringkas<br />

Masjid Baitul A’la Lil Mujahidin<br />

Masjid Baitul A’la Lil Mujahidin atau<br />

lebih dikenal dengan sebutan Masjid<br />

Abu Beureu’eh terletak di Kecamatan<br />

Mutiara, Kabupaten Pidie. Didirikan<br />

pada tahun 1950 atas prakarsa Teungku<br />

H. Muhammad Daud Beureueh (Abu<br />

Beureueh). Masjid berukuran 1.350<br />

m2 ini dibangun di atas tanah seluas<br />

10.200 m2. Pembangunan masjid ini<br />

pernah tertunda karena terjadinya<br />

perang di Aceh, dan kemudian mulai<br />

dibangun kembali pada tahun 1963.<br />

Abu Beuereu’eh seorang ulama<br />

pemimpin umat yang disegani, dan<br />

dihormati semua kalangan. Beliau<br />

membangun masjid ini dengan bantuan<br />

masyarakat. Tahap pembangunan<br />

pondasi, penimbunan, pengadaan<br />

kerikil, batu, air, dan lain lain<br />

dikerjakan oleh masyarakat Kecamatan<br />

Mutiara tanpa pamrih. Untuk biaya<br />

membeli material, dikumpulkan ‘beras<br />

segenggam’ dari masyarakat, baik yang<br />

tinggal di Aceh, maupun yang tinggal<br />

di luar Aceh.<br />

Ketokohan Abu Beureu’eh<br />

mengundang simpati banyak orang<br />

terhadap masjid ini. Oleh karena itu<br />

tidak heran jika mereka yang melintas,<br />

baik dari arah timur maupun barat,<br />

berupaya menjadwalkan Salat Jumat di<br />

masjid Abu Beureueh ini, khususnya<br />

semasa Abu Beureu’eh masih hidup.<br />

Teungku H. Muhammad Daud<br />

Beureueh lahir di Gampong Beureu’eh,<br />

Kecamatan Mutiara, Kabupaten Pidie,<br />

pada tanggal 15 September 1899.<br />

Ayahnya bernama Teungku Ahmad,<br />

Keusyik Gampong Beureueh, dan<br />

ibunya bernama Aminah. Kakek<br />

beliau masih keturunan Raja Pattani<br />

Darussalam (Thailand Selatan),<br />

bernama Haji Muhammad Adami.<br />

Abu Beureu’eh menimba ilmu<br />

di dayah tradisional di kampungnya.<br />

Selain itu, beliau juga sempat sekolah<br />

di Governement Inlandsche School,<br />

Seulimum. Bakat yang paling menonjol<br />

pada diri beliau adalah bakat orasi<br />

sehingga terkenal sebagai pendakwah<br />

ulung. Setiap kali beliau berceramah<br />

di mana pun daerah Aceh, kehadiran<br />

beliau selalu disambut meriah oleh<br />

Rubrik ini diangkat berdasarkan buku Masjid Bersejarah di Nanggroe Aceh, jilid II, diterbitkan oleh Bidang Penamas Kantor Wilayah <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> Aceh, 2010.<br />

<strong>Santunan</strong> NOVEMBER <strong>2011</strong><br />

Ensiklopedi<br />

masyarakat.<br />

Pemikiran Abu Beureu’eh sangat<br />

moderat, itulah kenapa kemudian beliau<br />

berjuang melakukan pembaharuan<br />

pendidikan di Aceh. Beliau mengelola<br />

madrasah dengan sistem pendidikan<br />

modern, dan berperan dalam pendirian<br />

organisasi kependidikan seperti<br />

Jam‘iyah Diniyah, Jami‘yah Hasbiyah,<br />

Jam‘iyah Madaniyah, Jam‘iyah<br />

Najdiyah, Jam‘iyah Khairiyah, dan<br />

sebagainya. Organisasi ini kemudian<br />

berafiliasi menjadi PUSA (Persatuan<br />

Ulama Seluruh Aceh). Dalam kongres<br />

pertama di Matang Glumpang Dua<br />

pada tahun 1939, Abu Beureu’eh<br />

terpilih sebagai ketua umum PUSA.<br />

PUSA berpusat di Sigli dengan<br />

Teungku Muhammad Daud Beureu’eh<br />

sebagai pimpinan, dan sekretarisnya<br />

Teungku Muhammad Amin. Pemuda<br />

PUSA berpusat di kota Idi, ketua<br />

umumnya Teungku Amir Husin al-<br />

Mujahid, dan sekretaris Teungku<br />

Abubakar Adamy. Adapun Kasysyafatul<br />

Islam dipimpin Abdulgani Usman (Ayah<br />

Gani) sebagai Ketua Kuartir Besar, dan<br />

bermarkas di Bireun.<br />

Tahun 1953, Teungku Muhammad<br />

Daud Beureu’eh memproklamirkan<br />

negara Islam di Aceh. Namun<br />

gerakan ini berakhir dengan ikrar<br />

Lamteh, dan Abu Beureu’eh pun<br />

kembali kepangkuan Negara Republik<br />

Indonesia.<br />

Teungku Muhammad Daud<br />

Beure’eh berpulang ke rahmatullah<br />

pada Bulan Juni 1987. Beliau<br />

dimakamkan di kampung halamannya<br />

secara sederhana, sesuai permintaan<br />

beliau sendiri. Makam beliau berada<br />

di belakang Masjid Baitul A‘la Lil<br />

Mujahidin, Kecamatan Mutiara,<br />

Kabupaten Pidie.<br />

57


Galeri<br />

Kakanwil Kemenag Aceh menyerahkan Izin Pemakaian Kendaraan Dinas Roda 4 Baru<br />

kepada Kabid Penamas, H. Aska Yunan, S.Ag, 11 <strong>November</strong> <strong>2011</strong><br />

Penyerahan Cinderamata oleh Kakanwil Kemenag <strong>Prov</strong>. Aceh, Drs. H. Ibnu Sa’dan, M. Pd<br />

kepada Kakanwil Kemenag <strong>Prov</strong>. Kaltim Drs. H. M. Kusasi 31 Oktober <strong>2011</strong><br />

Wagub Muhamamd Nazar dan Kanwil Kemenag Aceh mewawancarai salah seorang Jamaah<br />

Risti Kloter 14 BTJ di Asrama Haji Banda Aceh, 15 Oktober <strong>2011</strong><br />

58 <strong>Santunan</strong> NOVEMBER <strong>2011</strong><br />

Bupati Abdya, H. Akmal Ibrahim mengunjungi Kantor Kemenag Abdya yang baru,<br />

19 September <strong>2011</strong><br />

Panitia Qurban Kanwil Kemenag Aceh sedang mencincang daging qurban yang hendak<br />

dibagikan kepada mustahiq, 7 <strong>November</strong> <strong>2011</strong><br />

Tim Inspektorat Jendral Kemenag sedang memberikan penjelasan terhadap hasil<br />

pemeriksaan di lingkungan Kanwil Kemenag Aceh, didampingi oleh Kabid Mapenda<br />

selaku Plt. Kakanwil, dan Kabid Hazawa, 25 Oktober <strong>2011</strong>


Mohon Diri dan Terima Kasih<br />

Assalamu’alaikum Wr. Wb.<br />

Saya Drs. H. A. Rahman TB, Lt. secara pribadi dan keluarga menyampaikan permohonan maaf, dan ungkapan terima<br />

kasih kepada Bapak / Ibu / Saudara/ Saudari Keluarga Besar Jajaran Kantor Wilayah <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi Aceh, Mitra<br />

Kerja, dan Relasi atas kerjasama dan hubungan baik selama saya bertugas sebagai Kepala Kantor Wilayah <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong><br />

<strong>Prov</strong>insi Aceh, dari Tahun 2007 sampai dengan Tahun <strong>2011</strong>.<br />

Semoga jalinan kerja dan hubungan silaturrahim yang baik ini menjadi amal ibadah kita di sisi Allah swt., Tuhan Yang Maha<br />

Kuasa, Amin ya Rabbal ‘Alamin.<br />

Wassalam<br />

Drs. H. A. Rahman TB, Lt.,<br />

dan Keluarga

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!