08.08.2013 Views

Majalah Santunan edisi Januari 2011 - Kementerian Agama Prov ...

Majalah Santunan edisi Januari 2011 - Kementerian Agama Prov ...

Majalah Santunan edisi Januari 2011 - Kementerian Agama Prov ...

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Pimpinan dan Seluruh Karyawan/Karyawati<br />

Kantor Wilayah <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi Aceh<br />

Mengucapkan<br />

Selamat Hari Amal Bhakti Ke 65 Tahun <strong>2011</strong><br />

”Kerja Keras,<br />

Mewujudkan <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> Yang Bersih dan Berwibawa”<br />

Semoga Allah swt. Menerima Perjuangan dan Pengabdian Para Perintis, Pendiri,<br />

dan Pembangun <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> Serta Menuntun Langkah Kita Semua<br />

dalam Melanjutkan Kiprah <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> di Masa Mendatang<br />

Dirgahayu <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong><br />

Kepala,<br />

Drs. H. A. Rahman TB, Lt<br />

Kerja Keras!<br />

Kerja Cerdas!<br />

Kerja IKhlas!<br />

<strong>Majalah</strong> <strong>Santunan</strong><br />

Mengucapkan<br />

Selamat Hari Amal Bhakti Ke 65<br />

Dirgahayu <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong><br />

Pemred<br />

Juniazi


Komisi VIII DPR RI<br />

Apresiasi Kinerja <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> Aceh<br />

Hal. 8<br />

Sambutan Menteri <strong>Agama</strong> RI<br />

Pada Peringatan Hari Amal Bhakti ke 65<br />

<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> RI, 3 <strong>Januari</strong> <strong>2011</strong><br />

Hal. 12<br />

H. Abrar Zym, S.Ag.:<br />

Sedikit Tahu tentang yang Banyak<br />

Hal. 49<br />

Korpri & DW:<br />

Merawat Adenium<br />

Hal. 53<br />

DAFTAR ISI<br />

Laporan Utama :<br />

Kilas Balik Kiprah<br />

Kemenag Aceh<br />

Tahun 2010<br />

Hal. 6<br />

Tafsir:<br />

Nikah Mut‘ah<br />

Hal. 33<br />

Dunia Islam:<br />

Masjid Terbesar Qatar<br />

Akan Segera Beroperasi<br />

Hal. 26<br />

Konsultasi BP4:<br />

Diam-diam Kawin Lagi<br />

Hal. 44<br />

<strong>Majalah</strong> <strong>Santunan</strong> Kantor <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi Aceh<br />

Pembina: Kepala Kantor Wilayah <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi Aceh<br />

Penanggungjawab: Kepala Bagian Tata Usaha Kanwil <strong>Kementerian</strong><br />

<strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi Aceh Dewan Pengarah: Drs. H. Taufiq Abdullah; Drs.<br />

H. Ibnu Sa’dan, M.Pd; H. Abrar Zym, S.Ag; Drs. H. Asy’ari Basyah;<br />

Drs. Saifuddin AR; H. Aska Yunan, S.Ag. Pemimpin Umum: Drs. H.<br />

Zuardi Zain Pemimpin Redaksi: Juniazi Wakil Pemimpin Redaksi:<br />

Muzakkir Sekretaris Redaksi : Khairuddin Aba Wakil Sekretaris<br />

Redaksi: Jabbar Sabil Redaktur: Mulyadi Nurdin; Ridwan Qari;<br />

Juhaimi; Taharuddin, Wiswadas; Azhar; Khairul Saleh; Abdullah AR;<br />

Muhammad Yakub Yahya; Suri Arniansyah; Alfirdaus Putra. Pemimpin<br />

Usaha: Imran Wakil Pemimpin Usaha: Zulfahmi Keuangan: Munawar;<br />

Elia Fajri Sirkulasi: Darwin; Jatu Rahmi Rahayu Iklan: Hartati; Yenni<br />

Yusnita Layout: Tim <strong>Santunan</strong> Alamat Redaksi: Jl. Tgk. Abu Lam U<br />

No. 9 Banda Aceh E-mail: redaksisantunan@gmail.com Hotline-<br />

SMS: 0852-7775-9339. Untuk distribusi, harap menghubungi No.<br />

HP. 085277529295 (Darwin). Iklan; HP. 08126935043 (Hartati).


Salam Redaksi<br />

Dirgahayu<br />

<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> Ke 65<br />

Tanggal 3 <strong>Januari</strong> <strong>2011</strong>, <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> genap<br />

berusia 65 tahun. Layaknya sebuah organisasi, usia 65<br />

tahun bukanlah usia muda bagi <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong>.<br />

Bila diibaratkan dengan usia manusia, umur 65 adalah usia<br />

tua dan lanjut. Ibarat padi, sudah menguning dan merunduk.<br />

Rentang waktu panjang ini, semestinya <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong><br />

telah memiliki kematangan, kewibawaan, mapan, berkharisma<br />

dilihat dari tugas fungsionalnya bagi kemantapan kualitas kehidupan<br />

umat beragama di negeri ini.<br />

Peringatan Hari Amal Bhakti <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong>, yang<br />

setiap tahun diperingati dengan upacara dan sejumlah kegiatan<br />

lainnya, tidak hanya dipahami sebagai kegiatan rutinitas<br />

semata. Selesai itu, selesai. Bukan begitu. Sebetulnya, peringatan<br />

dan upacara HAB<br />

yang dilaksanakan setiap<br />

tanggal 3 <strong>Januari</strong> itu, jajaran<br />

<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> diingatkan<br />

kembali untuk mengenang,<br />

memaknai dan<br />

mengaktulisasikan cita-cita<br />

dan nilai-nilai perjuangan<br />

yang diwariskan oleh para<br />

perintis, pendahulu dan pendiri<br />

<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong>.<br />

Untuk itulah, sangat<br />

bijak jika di hari ulang<br />

tahun ke 65 ini, seluruh<br />

jajaran <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong><br />

Aceh, bersama-sama melakukan<br />

instropeksi diri<br />

–bermuhasabah terhadap<br />

segenap sepak terjang yang<br />

selama ini telah dilakukan.<br />

Dengan instropeksi ini, diharapkan secara terbuka, jernih,<br />

objektif, kita akan memperoleh jawaban tentang sejumlah<br />

pertanyaan penting, tentang apa yang sesungguhnya telah<br />

kita lakukan selama ini? Sejauhmana prestasi yang kita capai?<br />

Bagaimana kinerja selama ini? Dan apa yang semestinya kita<br />

harus lakukan ke depan? Sejauhmana loyalitas dan integritas<br />

moral kita kepada lembaga dan pimpinan yang telah memberi<br />

kita ”makan dan penghidupan” ini? Deretan pertanyaan ini<br />

penting dikemukakan, tidak hanya pada level pimpinan,<br />

kepala kantor, kepala bidang, subbag, para kasi, kepala<br />

madrasah, kepala KUA, karyawan, tenaga pendidik dan<br />

kependidikan, penyuluh, penghulu, siswa, penjaga kantor,<br />

sekuriti kantor, begitu pun kepada setiap diri pribadi kita,<br />

yang mengaku diri aparatur <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi<br />

Aceh. Masihkah kita mencintai <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong>?<br />

Kita menyadari, permasalahan dan tantangan yang dihadapi<br />

<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> di tengah arus perubahan sosial<br />

4 <strong>Santunan</strong> JANUARI <strong>2011</strong><br />

yang terjadi dengan cepat dan kompleks, peta politik dan<br />

keamanaan yang begitu dinamis, iklim ekonomi dan arus<br />

global yang kian melejit, hukum dan HAM yang mendapat<br />

sorotan, hancurnya moralitas bangsa, dan sejumlah penyimpangan<br />

prilaku sosial lainnya, di samping munculnya konflik<br />

sosial di tengah masyarakat dan sebagainya. Kondisi ini,<br />

perlu diantisipasi dan disikapi secara cerdas dan visioner<br />

oleh setiap aparatur ”ikhlas beramal” ini.<br />

Sesuai dengan tugas dan fungsinya, sebagai penyelenggara<br />

sebagian tugas pemerintah di bidang keagamaan, ada<br />

sejumlah peran strategis <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> yang dapat<br />

dimainkan, seperti peningkatan pemahaman dan pengamalan<br />

agama, pembinaan kerukunan antar umat ber-agama, serta<br />

mengawal akhlak dan moral<br />

bangsa.<br />

Dilihat dari tugas dan<br />

fungsi, aparatur negara adalah<br />

abdi masyarakat, pelayan<br />

dan pengayom masyarakat.<br />

Aparatur <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong><br />

adalah bertugas melayani<br />

masyarakat, melayani umat<br />

dengan tetap berpegang<br />

teguh pada prinsip-prinsip<br />

agama, akhlak mulia, dan<br />

dengan menampilkan budaya<br />

profesional.<br />

Dalam mengemban tugas<br />

itu semua, dengan semangat<br />

korps yang kuat dan<br />

kompak, marilah kita bersama-sama<br />

kembali memperkuat<br />

i‘tikad, tekad bulat<br />

dan kerja keras kita semua menghadapi persoalan bangsa ini,<br />

daerah ini, provinsi Aceh untuk memberikan seluruh pikiran<br />

dan tenaga dengan memberikan pelayanan terbaik kepada<br />

masyarakat dan umat.<br />

Seluruh pribadi kita, wajib memperkuat kembali citra<br />

<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> dan kepercayaan masyarakat terhadap<br />

kinerja aparatur selama ini. Seluruh aparatur <strong>Kementerian</strong><br />

<strong>Agama</strong> harus berani mengatakan, <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> bukan<br />

sarang KKN. <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> penjaga moral bangsa.<br />

Seluruh aparatur <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> bekerja secara profesional<br />

dan berakhlak mulia. Ikhlas beramal motto kami.<br />

Tanpa TC pun kami tetap mengabdi kepada daerah ini, kepada<br />

anak negeri ini. Semoga Allah Swt. selalu membimbing dan<br />

meridhai seluruh amal bhakti kami kepada bangsa dan negeri<br />

ini. ”Selamat Hari Amal Bhakti ke 65, Dirgahayu <strong>Kementerian</strong><br />

<strong>Agama</strong>. I Love You”. Selamat Tahun Baru Hijriah 1432, dan<br />

Selamat Tahun Baru Miladiah <strong>2011</strong>. n Juniazi


Assalamualaikum Wr.Wb<br />

Dengan Hormat<br />

Saya Keumala Nasriah, salah<br />

seorang Karyawati Kantor<br />

<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> Kabupaten<br />

Aceh Utara, ingin menyampaikan<br />

usulan Kepada Bapak Ka.Kanwil<br />

agar pada saat Pembukaan Acara<br />

Porseni Tingkat <strong>Prov</strong>. Aceh yang<br />

ke 12, tepatnya pada tanggal<br />

10 <strong>Januari</strong> <strong>2011</strong>, di Meulaboh<br />

supaya di tampilkan Group<br />

Lasqi (Lembaga Pengembangan<br />

Qasidah se-Indonesia) dengan<br />

tujuan supaya masyarakat Aceh<br />

dapat mengenal kembali seni<br />

budaya yang sesungguhnya yang<br />

mencerminkan keislaman yang<br />

kini telah memudar dan hampir<br />

saja menghilang.<br />

Sedangkan kita semua tahu<br />

bahwa Lasqi tersebut sudah<br />

berjalan-jalan ke Turki, Thailand,<br />

Singapor, Malaysia, bahkan kahir<br />

bulan ini mau berangkat ke Nusa<br />

Tengara Barat (NTB). Sementara<br />

masyarakat Aceh sendiri tidak<br />

tahu apa yang namanya Lasqi<br />

tersebut.<br />

Redaksi hanya memuat surat, email, atau sms yang menyertakan identitas yang jelas, dan disampaikan dalam bahasa yang sopan. Demikian untuk dimaklumi.<br />

<strong>Santunan</strong> JANUARI <strong>2011</strong><br />

Demikian aspirasi yang<br />

ingin saya sampaikan, dan atas<br />

pengertian Bapak saya ucapkan<br />

terima kasih.<br />

Wassalam<br />

Keumala Nasriah, A. Ma<br />

BIRO DAERAH MAJALAH SANTUNAN:<br />

Kota Banda Aceh Yusri, Said Mahfud, Aceh Barat Narjun Ikhsan, Merahwan, Simeulu Drs. H. Yusman, Iskandar, Aceh Barat Daya Zubaili, Fajrina, Nagan<br />

Raya Muhammad Juned, Taufiq, Aceh Tengah M. Ramli, SH, Hasanah, Gayo Lues Radiah, S.Sos, Munirullah, S.Sos.I, Pidie Drs. Ilyas Muhammad, Syuib,<br />

S.Ag, Kota Lhokseumawe T. Helmi, S.Sos, Umar Dani, Aceh Besar Nasrullah, Amirullah, Kota Sabang H. Khairuddin, S.Ag, Eriadi, ST, Aceh Jaya Taisir,<br />

S.TH, Rahmat, Aceh Selatan Drs. Bukhari Harun, Zulhelmi, S.Pd.I, Aceh Tenggara Syaiful, S.HI, Razali, Aceh Timur Jakfar, S.Sos.I, Hermansyah, Aceh<br />

Tamiang Muhammad Sofyan, Jumini, Kota Langsa M. Dahlan Ary, Apmilina Sari, Aceh Utara Drs. Kasmidi, A. Hadi, Aceh Singkil Ghazali, S.Ag, Widiastuti,<br />

Bener Meriah Azhari Ramadhan, M.Ag, Irmayati, SE, Bireuen Ismuar, S.Ag, Mursyidah.<br />

5


LAPORAN UTAMA<br />

Dirangkum oleh Mulyadi Nurdin<br />

Kilas Balik <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong><br />

<strong>Prov</strong>insi Aceh Tahun 2010<br />

“Kegiatan Lancar, Anggaran Pembangunan Fisik Masih Kurang”<br />

Nilawati (30 tahun), seorang<br />

guru di Aceh Besar, tersenyum<br />

bahagia ketika keluar dari sebuah<br />

Bank di Lambaro. Dengan bangga<br />

ia memperlihatkan saldo tabungannya<br />

yang sudah bertambah.<br />

“Tunjangan sertifikasi sudah masuk<br />

ke rekening”, ujarnya sambil tersenyum.<br />

Nilawati, adalah salah satu dari<br />

ribuan guru di jajaran <strong>Kementerian</strong><br />

<strong>Agama</strong> Aceh yang mendapatkan tunjangan<br />

profesi guru. Program yang<br />

dicanangkan pemerintah sejak tahun<br />

2007 tersebut masih berlangsung<br />

hingga tahun 2010.<br />

Dalam tahun 2010 kegiatan di<br />

jajaran Kanwil <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong><br />

Aceh memang lebih dominan di bidang<br />

pendidikan, dengan alokasi dana<br />

56,28% dari total anggaran yang ada,<br />

kegiatan di bidang ini lebih ditekankan<br />

pada program manajemen pelayanan<br />

pendidikan, yang di dalamnya temasuk<br />

tunjangan profesi guru.<br />

Program lainnya adalah pendidikan<br />

anak usia dini dalam bentuk pembinaan<br />

Raudhatul Athfal dan pengadaan buku<br />

bacaan, dan buku cerita untuk anak.<br />

Sementara untuk pendidikan dasar dan<br />

menengah dilakukan pengembangan<br />

kurikulum, model pembelajaran, baha-<br />

6 <strong>Santunan</strong> JANUARI <strong>2011</strong><br />

sa asing, alat, sumber belajar, beasiswa<br />

untuk siswa miskin, dan juga<br />

pembangunan dan rehab gedung.<br />

Di samping itu juga dilakukan pembinaan<br />

kepala madrasah, monitoring<br />

dana BOS, serta pelaksanaan ujian<br />

nasional UAMBN PAI, dan bahasa Arab<br />

yang juga merupakan kegiatan rutin<br />

tahunan.<br />

Di bidang Urais kegiatan yang dilaksanakan<br />

berkisar tentang nikah,<br />

rujuk, pengembangan keluarga sakinah<br />

dan pemberdayaan Kantor Urusan<br />

<strong>Agama</strong>. Di samping itu juga ada bimbingan<br />

perlindungan konsumen di<br />

bidang produk halal, pemberdayaan


masyarakat dhuafa dalam bentuk bantuan<br />

sosial keagamaan.<br />

Di bidang penyelenggaraan haji,<br />

zakat dan wakaf, dilakukan kegiatan<br />

validasi data wakaf, dan zakat, operasional<br />

pemberangkatan serta pemulangan<br />

jamaah haji, disertai dengan<br />

perekrutan dan pelatihan petugas haji,<br />

dan sosialisasi ISO penyelenggaraan<br />

haji.<br />

Selanjutnya di bidang Pekapontren<br />

kegiatan yang dilaksanakan pada tahun<br />

2010 adalah pembinaan guru madrasah<br />

diniyah, TPA, Majelis taklim dan pondok<br />

pesantren. Kemudian program<br />

wajardikdas dan program kesetaraan<br />

paket A, B, dan C. Juga dilakukan pendataan<br />

EMIS serta pengembangan<br />

santri melalui pemberian beasiswa<br />

program S1 dan S2.<br />

Di bidang Penamas, dalam rangka<br />

melaksanakan informasi keagamaan<br />

dilakukan kegiatan penyediaan alat<br />

pengolah data, dan pencetakan buku<br />

direktori masjid bersejarah. Dilanjutkan<br />

dengan pembinaan agama Islam<br />

pada masyarakat melalui televisi. Dalam<br />

rangka pembinaan penyuluh dilakukan<br />

kegiatan koordinasi seksi Penamas,<br />

dan Pemilihan Penyuluh <strong>Agama</strong><br />

Islam Teladan.<br />

Dalam rangka mewujudkan pelayanan<br />

prima pada masyarakat, diadakan<br />

pembinaan dewan hakim MTQ,<br />

ta’mir masjid, imam masjid, khatib<br />

muda, pelatihan tajhiz mayat, serta<br />

pengadaan buku-buku dan rehabilitasi<br />

sarana ibadah.<br />

Secara umum, di tengah kegiatan<br />

rutin dan saratnya program yang diemban,<br />

kondisi sarana fisik di jajaran<br />

Kanwil Kemenag Aceh justru masih<br />

dirasa kurang. Hal ini karena anggaran<br />

yang tersedia untuk bidang ini masih<br />

<strong>Santunan</strong> JANUARI <strong>2011</strong><br />

Laporan Utama<br />

terbatas. Tentunya kondisi ini berdampak<br />

pada berlarutnya penyelesaian<br />

gedung Kanwil, dan dua kantor<br />

Kankemenag yang sedang dibangun,<br />

yaitu Kankemenag Aceh Utara, dan<br />

Kankemenag Aceh Timur.<br />

Di sisi lain, peningkatan kompetensi<br />

dan profesionalitas pegawai masih<br />

juga mengalami kendala. Karena Aceh<br />

belum memiliki Balai Diklat Keagamaan<br />

sendiri. Dengan jumlah pegawai yang<br />

mencapai 15.716 orang, agak kewalahan<br />

jika berbagai pelatihan pegawai<br />

masih harus dilakukan di Medan.<br />

Namun begitu, sebagai instansi<br />

negara yang mengelola anggaran APBN<br />

hingga 1,12 Triliyun Rupiah, Kanwil<br />

Kemenag Aceh terus melakukan peningkatan<br />

SDM pegawai di jajarannya,<br />

dalam rangka menyongsong reformasi<br />

birokrasi dan pemberian pelayanan<br />

prima kepada masyarakat. n<br />

Apel terakhir di tahun 2010, Senin, 27 Desember 2010 M/21 Muharam 1432 H. Pembina apel, Kabag Tata Usaha, Drs. H. Taufiq Abdullah, sedang<br />

“memompa” semangat baru untuk memasuki tahun baru miladiah dengan semangat hijrah.<br />

7


Laporan Utama<br />

Hal ini terungkap dalam kunjungan<br />

kerja Komisi VIII DPR RI<br />

di Aceh baru-baru ini. Sejumlah<br />

keberhasilan jajaran <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong><br />

Aceh, yang dicatat Komisi VIII DPR RI<br />

antara lain, keberhasilan <strong>Kementerian</strong><br />

<strong>Agama</strong> mensponsori lahirnya Peraturan<br />

Gubernur Aceh Nomor 47 tentang<br />

Pendidikan Dayah di Aceh. Keberhasilan<br />

Aceh melahirkan Badan Dayah sebagai<br />

lembaga yang khusus mengelola<br />

Dayah, dinilai sebagai langkah maju.<br />

“Walaupun Jawa Timur, provinsi yang<br />

paling banyak pesantren di Indnesia,<br />

namun belum ada Peraturan daerah<br />

maupun Pergub yang mengatur soal<br />

ponpes ini,” sebut Ahmad Zainuddin,<br />

Lc, yang menjadi Ketua Tim Kunker.<br />

Di bidang pendidikan, Komisi VIII juga<br />

menilai, hasil UN siswa madrasah dalam<br />

beberapa tahun terakhir, yang secara<br />

kumulatif berada di atas siswa sekolah<br />

umum mendapat apresiasi positif.<br />

Program peningkatan pendidikan<br />

agama dan pendidikan keagamaan, yang<br />

menyedot hampir separuh anggaran<br />

<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> Aceh, dinilai<br />

positif dalam upaya meningkatkan mutu<br />

pendidikan di madrasah. Keberhasilan<br />

program wajar dikdas sembilan tahun<br />

dan program peningkatan mutu pendidik<br />

dan tenaga kependidikan juga<br />

mendapat nilai bagus.<br />

Komisi VIII juga merespon positif,<br />

rencana Aceh untuk mengadakan kursus<br />

pra nikah bagi calon pengantin, hal ini<br />

dinilai sebagai langkah maju dalam<br />

rangka menurunkan angka perselisihan<br />

KOMISI VIII DPR RI<br />

Beri Apresiasi Kinerja<br />

<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> Aceh<br />

Komisi VIII DPR RI, secara khusus memberi apresiasi atas sejumlah<br />

hasil yang dicapai jajaran <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> Aceh selama ini.<br />

dan perceraian di daerah ini.<br />

Di bidang kerukunan umat beragama,<br />

Komisi VIII berapresiasi dengan perkembangan<br />

kerukunan antar umat<br />

beragama di Aceh yang terjalin dengan<br />

baik. “Walau daerah ini diberlakukan<br />

syariat Islam, namun belum pernah<br />

terjadi konflik beragama di Aceh, termasuk<br />

ekses dari pelaksanaan syariat<br />

Islam ini belum terlihat,” jelas tim ini.<br />

Keberhasilan penyelenggaraan ibadah<br />

haji Aceh, terungkap dalam sejumlah<br />

kesempatan pertemuan jajaran <strong>Kementerian</strong><br />

<strong>Agama</strong> Aceh dengan Komisi<br />

VIII DPR RI. Dalam pertemuan dengan<br />

Wakil Gubernur Aceh, sejumlah SKPA,<br />

Kakanwil serta lembaga daerah dengan<br />

Komisi VIII DPR RI, bertempat di<br />

Gedung Serba Guna Sekretariat Daerah<br />

Aceh, Senin (20/12), terungkap, walau<br />

Aceh saat ini jumlah daftar tunggu<br />

jamaah haji terbanyak secara nasional,<br />

namun Aceh dinilai berhasil dalam<br />

menyelenggarakan ibadah haji dengan<br />

memperoleh predikat sebagai embarkasi<br />

terbaik dua tahun berturut-turut. Malah,<br />

secara khusus menjelaskan rencana<br />

Pemerintah Aceh membangun asrama<br />

haji Aceh di Arab Saudi, mendapat<br />

tanggapa positif Komisi ini.<br />

Selain sejumlah apresiasi positif yang<br />

ditoreh jajaran <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong>,<br />

dalam pertemuan khusus dengan jajaran<br />

<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong>, tokoh masyarakat,<br />

tokoh agama, pimpinan dayah dan<br />

pimpinan madrasah, Selasa (21/12), di<br />

Asrama Haji, juga terungkap sejumlah<br />

saran, usulan dan masukan kepada<br />

8 <strong>Santunan</strong> JANUARI <strong>2011</strong><br />

Komisi VIII ini.<br />

Dalam pertemuan yang dipandu<br />

Kakanwil <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> Aceh,<br />

Drs. H. A.Rahman TB, Lt, di antara saran<br />

dan masukan yang muncul antara lain,<br />

tentang jumlah waiting list jemaah haji<br />

Aceh yang saat ini sudah mencapai angka<br />

35 ribu orang, hendaknya dapat dicarikan<br />

solusi. Dalam kesempatan itu, Kakanwil<br />

menilai sistem kouta proporsional menurut<br />

jumlah daftar tunggu per provinsi,<br />

dinilai sebagai solusi yang adil untuk<br />

mengurangi jumlah daftar tunggu jamaah<br />

haji Aceh saat ini.<br />

Ketua Madrasah Development Centre<br />

(MDC), Dr. H. Jailani AR, meminta<br />

pemerintah memberikan perhatian khusus<br />

pada peningkatan kualitas tenaga<br />

pendidik dan kependidikan di daerah<br />

ini. Untuk itu, ia meminta kepada Pemerintah<br />

Pusat melalui Komisi VIII DPR<br />

RI, untuk segera merealisasikan pendirian<br />

Balai Diklat Keagamaan di Aceh.<br />

“Tanpa adanya Balai Diklat dan anggaran<br />

yang memadai, sulit sekali meningkatkat<br />

kualitas tenaga pendidikan di Aceh,”<br />

ujarnya yang diamini Kakanwil.<br />

Pertemuan itu juga merespon<br />

soal zakat yang dapat mengurangi<br />

pajak, walau aturan tentang zakat<br />

ini sudah ada di UUPA, namun<br />

terbentur penarapannya karena dinilai<br />

bertentangan dengan UU Pajak.<br />

Ketua tim kunjungan kerja Komisi<br />

VIII DPR RI, Ahmad Zainuddin, Lc dari<br />

Fraksi PKS, kunjungan Kerja Komisi VIII<br />

DPR RI dimaksudkan untuk menjalankan<br />

komunikasi intensif antara DPR RI,


khususnya Komisi VIII DPR RI dengan<br />

daerah, baik Pemerintah Daerah, maupun<br />

lembaga kemasyarakatan berkaitan<br />

dengan pelaksanaan pembangunan di<br />

bidang agama, sosial, pemberdayaan<br />

perempuan, perlindungan anak dan penyelenggaraan<br />

penanggulangan bencana.<br />

Di samping itu, kunjungan kerja ini<br />

juga dalam rangka menggali dan menyerap<br />

aspirasi daerah dari unsur pemerintah<br />

daerah maupun masyarakat.<br />

Ahmad Zainuddin, Lc, menilai, pertemuan<br />

dengan jajaran <strong>Kementerian</strong><br />

<strong>Agama</strong> Aceh, sangat produktif dalam<br />

rangka mengumpulkan dan mendapatkan<br />

masukan berupa data dan kondisi<br />

faktual tentang pelaksanaan program<br />

pembangunan di daerah ini, khususnya<br />

bidang agama. Ia juga mengatakan,<br />

pihaknya akan meneruskan aspirasi<br />

masyarakat ini kepada pihak eksekutif<br />

di Jakarta sesuai dengan tupoksinya<br />

masing-masing.<br />

Rombongan Komisi VIII DPR RI seluruhnya<br />

berjumlah 14 orang, yang<br />

terdiri dari; Ahmad Zainuddin, Lc<br />

(Ketua TIM/F.PKS), H. Imran Muchtar<br />

(FPD), Drs. H. As’ad Syam, MM (FPD),<br />

H. Sayed Fuad Zakaria, SE (FPG), R.<br />

Adang Ruchiatna Puradirejda (FPDIP),<br />

Ina Ammania (FPDIP), H. Iskan Qolba<br />

Lubis, MA (FPKS), Drs. H. Abdul Rozaq<br />

Rais, MM (FPAN), Hj. Dewi Qoryati,<br />

M.Si (FPAN), Drs. H. Hasrul Azwar,<br />

MM (FPPP), dan didampingi dua<br />

orang staf Sekretariat DPR RI, Yanto<br />

Supriyanto, SH, Didik Sri Haryanto,<br />

dan satu orang tenaga ahli Margareth<br />

Aliyatul Maimunah, M.Si.<br />

Kunjungi Ponpes dan Madrasah<br />

Khusus dengan jajaran <strong>Kementerian</strong><br />

<strong>Agama</strong>, rombongan Komisi VIII DPR<br />

RI, juga berkesempatan berkunjung<br />

ke Komplek Madrasah Jambo Tape,<br />

(MAN I, MTSN I, dan MIN I) Banda<br />

Aceh, Dayah Darul Ulum, dan Dayah<br />

Inshafuddin Banda Aceh.<br />

Dalam kesempatan kunjungan ini,<br />

Komisi VIII juga menyerahkan bantuan<br />

<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> Pusat Rp.640 juta,<br />

masing-masing kepada MTsS Baitul<br />

Aidah, Kecamatan Simpang Mamplam,<br />

Bireuen Rp 140 juta, MTsS Darul<br />

Mukhlisin, Kecamatan Bebesen, Aceh<br />

Tengah Rp 140 juta, MAS Labuhan Haji<br />

Timur, Aceh Selatan Rp 180 juta, dan<br />

MAS Meurah Mulia, Aceh Utara Rp<br />

180 juta, yang diterima langsung kepala<br />

madrasah bersangkutan. n (juniazi)<br />

<strong>Santunan</strong> JANUARI <strong>2011</strong><br />

Laporan Utama<br />

Sukses Pelaksanaan<br />

Ibadah Haji<br />

Pelaksanaan ibadah haji berjalan lancar, namun waiting list yang<br />

terlalu panjang jadi persoalan.<br />

Berdasarkan data Bidang Penyelenggaraan<br />

Haji, Zakat dan<br />

Wakaf Kanwil Kemenag Aceh,<br />

jumlah jemaah haji pada tahun 2008<br />

sebanyak 4.232 orang, tahun 2009<br />

sebanyak 3.602 dan pada tahun 2010<br />

sebanyak 4.133 orang. Kecenderungan<br />

masyarakat untuk me-laksanakan ibadah<br />

haji sangat tinggi, hingga tanggal 16<br />

Desember 2010 jumlah jemaah yang<br />

telah mendaftar (waiting list) sebanyak<br />

34.552 orang (diperkirakan masa<br />

tunggu hingga 9 tahun).<br />

Berbagai persoalan masih dihadapi<br />

jemaah haji, baik di tanah air maupun<br />

tanah suci. Jarak yang ditempuh jemaah<br />

untuk membuat paspor sangat jauh<br />

karena jumlah Kantor Imigrasi yang ada<br />

di Aceh baru ada di lima lokasi yaitu<br />

Sabang, Banda Aceh, Lhokseumawe,<br />

Langsa dan Meulaboh.<br />

Kesehatan Jamaah sangat mempengaruhi<br />

kelancaran ibadah, untuk itu<br />

faktor kesehatan hendaknya lebih diperhatikan<br />

Jamaah yang udzur hendaknya didampingi<br />

oleh mahram yang memiliki<br />

hubungan darah dekat karena di Tanah<br />

Suci banyak yang ditelantarkan setelah<br />

diamanahkan kepada orang lain yang<br />

tidak ada hubungan dekat.<br />

Biaya yang akan dikenakan kepada<br />

Jamaah di luar BPIH (Biaya Penyelenggaraan<br />

Ibadah Haji) di daerah diantaranya:<br />

Biaya pengadaan pakaian seragam<br />

nasional, dan biaya perjalanan lokal<br />

(dari Kabupaten/Kota ke Embarkasi<br />

Banda Aceh). Sebahagian jamaah mendapat<br />

bantuan dari Pemerintah Daerah<br />

setempat.<br />

Peran Kantor Urusan <strong>Agama</strong> (KUA)<br />

dalam pelaksanaan Ibadah haji yaitu<br />

melakukan manasik haji sebanyak 11<br />

kali pertemuan mengacu pada buku<br />

manasik yang dikeluarkan <strong>Kementerian</strong><br />

<strong>Agama</strong> Pusat. Biaya yang disediakan sebesar<br />

Rp 20.000.- untuk setiap orang<br />

dalam sekali pertemuan.<br />

Kegiatan Sosialisai Undang-undang<br />

Haji yang telah dilakukan antara lain:<br />

Memberikan informasi melalui media<br />

cetak, dan mengadakan sosialisasi, penyuluhan<br />

dan orientasi tentang peraturan<br />

perhajian kepada praktisi haji,<br />

yaitu Kepala KUA dan Kasi yang menangani<br />

haji. n(mulyadi nurdin)<br />

9


Laporan Utama<br />

Kehadiran UU No. 38/1999 tentang<br />

Pengelolaan Zakat yang<br />

berlaku secara nasional, tidak<br />

begitu bergema di Aceh. Hal ini<br />

disebabkan adanya UU No. 44/1999<br />

tentang Keistimewaan Aceh, yang<br />

menetapkan PERDA No. 5/2000 tentang<br />

Pelaksanaan Syariat Islam.<br />

Salah satu dari 13 unsur pelaksanaan<br />

Syariat Islam di Aceh adalah<br />

pembentukan Badan Baitul Mal sebagai<br />

pengelola zakat dan harta agama<br />

lainnya. Berdasarkan PERDA <strong>Prov</strong>insi<br />

DI Aceh No. 5/2000 dibentuklah<br />

BADAN BAITUL MAL melalui Keputusan<br />

Gubernur No. 18/2003 tentang<br />

Pembentukan Organisasi dan Tata<br />

Kerja Badan Baitul Mal <strong>Prov</strong>insi NAD<br />

yang mulai beroperasi bulan <strong>Januari</strong><br />

2004.<br />

Kegiatan Badan Baitul Mal tersebut<br />

didukung oleh Qanun No. 7/2004 tentang<br />

Pengelolaan Zakat. Pembentukan<br />

Badan Baitul Mal ini erat kaitannya<br />

dengan kelahiran UU No. 18/2003<br />

tentang OTSUS <strong>Prov</strong>. NAD, di mana<br />

zakat telah ditetapkan sebagai salah<br />

satu sumber PAD <strong>Prov</strong>insi dan PAD<br />

Kabupaten/Kota. Ketentuan tersebut<br />

tidak dapat diimplementasikan dengan<br />

baik karena peraturan pelaksanaannya<br />

belum dikeluarkan.<br />

Setelah Aceh dilanda Tsunami akhir<br />

tahun 2004 dan ditandatanganinya<br />

MoU Helsinki tentang Perdamaian<br />

antara Pemerintah RI dan GAM tanggal<br />

15 Agustus 2005, lahirlah UU<br />

No. 11/2006 tentang Pemerintahan<br />

Aceh (UUPA) yang menggantikan UU<br />

No. 18/2003. Kehadiran UUPA lebih<br />

memperjelas keberadaan zakat di Aceh<br />

yang dituangkan dalam 3 pasal:<br />

-<br />

-<br />

Pemberdayaan Umat Melalui Zakat<br />

Pengelolaan zakat di Aceh juga dilakukan oleh Pemerintah<br />

Daerah, UU Otonomi Khusus jadi landasan.<br />

Pasal 180 ayat (1) huruf d disebut-<br />

kan: “Zakat sebagai salah satu sumber<br />

Pendapatan Asli Daerah (PAD) Aceh<br />

dan PAD Kabupaten/Kota”.<br />

Pasal 191: “Zakat, harta wakaf dan<br />

harta agama dikelola oleh Baitul<br />

Mal Aceh dan Baitul Mal Kab./Kota<br />

yang diatur dengan Qanun”.<br />

Pasal 192: “Zakat yang dibayar men-<br />

10 <strong>Santunan</strong> JANUARI <strong>2011</strong><br />

-<br />

jadi faktor pengurang terhadap jumlah<br />

pajak penghasilan terutang dari<br />

wajib pajak”.<br />

Di samping amanah dari 3 pasal<br />

UU No. 11/2006 tersebut di atas yang<br />

mengatur tentang kewenangan Baitul<br />

Mal, juga adanya PERPU No. 2/2007<br />

yang selanjutnya menjadi UU No. 48/<br />

2007 tentang Penyelesaian Masalah Hukum<br />

Pasca Tsunami di Aceh dan Nias.<br />

PERPU tersebut memperluas kewenangan<br />

Baitul Mal menjadi wali<br />

pengawas serta ditunjuk menjadi<br />

pengelola dari tanah, harta, serta<br />

rekening nasabah Bank yang tidak<br />

ada lagi/tidak diketahui pemilik/ahli<br />

warisnya. Semua ketentuan tersebut<br />

di atas dituangkan dalam Qanun Aceh<br />

No. 10/2007 tentang Baitul Mal, yang<br />

diundangkan dalam Lembaran Daerah<br />

NAD No. 10 tanggal 18 <strong>Januari</strong> 2008.<br />

Dengan demikian kehadiran “Baitul<br />

Mal” sebagai pengganti “Badan Baitul<br />

Mal” adalah bulan <strong>Januari</strong> 2008.<br />

Pengumpulan dan strategi<br />

distribusi zakat<br />

Salah satu indikator kemampuan<br />

Baitul Mal adalah pada bagaimana<br />

melakukan fund-raising (pengumpulan<br />

dana) baik yang berasal dari sumber<br />

zakat, infak, shadaqah dan lain-lain.<br />

Pengumpulan zakat sendiri didominasi<br />

oleh zakat penghasilan dari PNS<br />

yang berada dalam lingkup Pemerintah<br />

Daerah yang bersangkutan. Sebetulnya<br />

dengan ditetapkan zakat sebagai salah<br />

satu sumber penerimaan Pendapatan<br />

Asli Daerah (PAD) yang harus disetor<br />

ke Kas Umum Daerah dan selanjutnya<br />

dikeluarkan melalui Bendaharawan Baitul<br />

Mal untuk disalurkan kepada asnaf<br />

yang membutuhkannya, pengumpulan<br />

zakat penghasilan dari PNS dapat dilakukan<br />

melalui pemotongan pada daftar<br />

gaji atau daftar pembayaran honorarium<br />

dengan syarat sudah mencapai nisab<br />

(dalam tahun 2009 nishab zakat penghasilan<br />

ditetapkan Rp 2.200.000,-/bulan).<br />

Pemotongan tersebut dilakukan<br />

sama seperti pemotongan Pajak Penghasilan<br />

(PPh) pada daftar gaji dan daftar<br />

pembayaran honorarium.<br />

Mengingat masih ada sebagian<br />

ulama Dayah/Pesantren yang berpendapat<br />

tidak ada zakat gaji, karena tidak<br />

dijalankan pada masa Rasulullah saw.,<br />

maka pemotongan tersebut tidak dapat<br />

dilakukan secara serta merta.<br />

Hal ini terjadi di Kabupaten tertentu<br />

seperti Pidie yang tidak memberlakukan<br />

pemotongan zakat gaji,<br />

tetapi boleh diambil infak dari gaji, di<br />

mana jumlahnya bukan 2½%, tetapi<br />

berdasarkan keikhlasan, biasanya 1%<br />

atau lebih sedikit. Karenanya Pidie<br />

sangat sedikit penerimaan zakat gaji,<br />

walaupun dari seluruh Baitul Mal<br />

Kabupaten/Kota yang ada di Aceh<br />

Baitul Mal Pidie mempunyai jumlah<br />

aset terbanyak, yaitu dalam bentuk<br />

tanah dan bangunan pertokoan yang<br />

diperoleh pada masa kejayaan BAZIS<br />

tahun 1990-an yang dulu telah membeli<br />

tanah-tanah terpencil, sekarang sudah<br />

terletak di pusat kota.<br />

Selain pengumpulan zakat penghasilan<br />

dari PNS sesuai dengan kewenangan<br />

masing-masing Baitul Mal yang<br />

sudah dirintis sejak masa BAZIS,<br />

mulai tahun 2006 juga digalakkan pengumpulan<br />

infak dari rekanan PEMDA<br />

masing-masing sebesar ½ % dari jumlah<br />

pekerjaan diatas nilai Rp 20.000.000,-.<br />

Pengumpulan tersebut dilakukan<br />

berdasarkan Instruksi Gubernur No.<br />

13/INSTR/2005 tentang Pemotongan<br />

Infak dari Perusahaan yang Mendapat<br />

Pekerjaan dari Pemerintah Daerah. In-


struksi Gubernur ini diperkuat dengan<br />

Peraturan Gubernur No. 60 tahun 2008<br />

tentang Mekanisme Pengelolaan Zakat.<br />

Alhamdulillah, pengumpulan infak ini<br />

secara bertahap telah menunjukkan<br />

bobotnya yang semakin jelas (bahkan<br />

lebih besar dari zakat).<br />

Bahkan penerimaan infak untuk<br />

Baitul Mal Aceh sudah dimulai tahun<br />

2005, yaitu sebesar Rp 1.033.011.278,-.<br />

Pemungutannya langsung dilakukan<br />

oleh Kas Umum Daerah yaitu pada<br />

saat pencairan dana oleh rekanan<br />

yang mendapat pekerjaan dari PEMDA<br />

langsung dipotong infak ½% di atas<br />

pekerjaan bernilai Rp 20.000.000,-.<br />

Sedangkan penerimaan infak untuk<br />

Baitul Mal Kabupaten/Kota sulit<br />

dipisahkan dengan penerimaan zakat,<br />

karena untuk memperbesar fundraising<br />

mereka menambah saja pada<br />

penerimaan zakat, dengan harapan<br />

mereka mendapat penghargaan dari<br />

<strong>Prov</strong>insi karena mampu mengumpulkan<br />

angka tertinggi.<br />

Dengan semakin meningkatnya pembinaan<br />

dan pengembangan administrasi<br />

Baitul Mal Kabupaten/Kota, serta adanya<br />

pemekaran Kabupaten Pidie Jaya<br />

dan Kota Subulussalam, diharapkan<br />

perkembangan Baitul Mal Kabupaten/<br />

Kota semakin lebih baik, dan berkat<br />

adanya dukungan Pemerintah <strong>Prov</strong>insi<br />

serta Pemerintahan Kabupaten/Kota,<br />

diharapkan tahun 2010 akan menjadi<br />

“Tahun Kebangkitan Baitul Mal” seluruh<br />

Aceh. Insya Allah.<br />

Pemerintah Aceh dalam mengoptimalkan<br />

potensi BAZ melakukan optimalisasi<br />

pelaksanaan regulasi yang<br />

berkaitan dengan BAZ, yaitu Qanun<br />

No. 10 Tahun 2007 tentang Baitul<br />

Mal. Di samping itu, setiap tahunnya<br />

Pemerintah Aceh mengalokasikan dana<br />

dari APBA untuk operasional Baitul Mal,<br />

sehingga dana zakat yang dikumpulkan<br />

dapat dipergunakan untuk pelaksanaan<br />

program-program pengentasan kemiskinan,<br />

seperti penyaluran zakat produktif<br />

seperti modal usaha, becak mesin, dsb.<br />

Walau demikian zakat juga disalurkan<br />

dalam bentuk konsumtif, berupa<br />

bantuan bulanan untuk fakir<br />

uzur, orang yang mengalami musibah<br />

bencana alam, dan sebagainya (SK Tim<br />

Pembina Baitul Mal Aceh Nomor: 02/<br />

KPTS/2010 tentang Penetapan Rencana<br />

Alokasi Penyaluran Zakat Tahun 2010).<br />

n(mulyadi nurdin)<br />

<strong>Santunan</strong> JANUARI <strong>2011</strong><br />

Laporan Utama<br />

Tabel Program, Kegiatan, dan Anggaran<br />

Kanwil Kemenag Aceh 2010<br />

No KEGIATAN ANGGARAN<br />

1<br />

2<br />

3<br />

4<br />

5<br />

Program Peningkatan Sarana dan Prasarana<br />

Aparatur Negara<br />

Pogram Penerapan Pemerintah yang Baik<br />

pembayaran gaji, tunjangan pegawai, biaya<br />

operasional perkantoran, pengelolaan<br />

kegiatan kepegawaian termasuk rekruitment/<br />

pengangkatan CPNS<br />

Program Peningkatan Pelayanan kehidupan<br />

beragama;<br />

- kegiatan prioritas adalah rehab balai<br />

23 unit<br />

- Operasional Pelayanan NR 231 KUA<br />

- PNBP<br />

2.000.000.000<br />

Sesuai dengan<br />

dokumen pada<br />

satker<br />

2.070.000.000<br />

2.772.000.000<br />

1.149.744.000<br />

Program Peningkatan Pemahaman,<br />

Penghayatan, Pengamalan, dan<br />

Pengembangan Nilai-nilai Keagamaan;<br />

- Subsidi Tunjangan Penyuluh <strong>Agama</strong><br />

Non PNS untuk 8.332 orang 9.998.400.000<br />

Program Peningkatan Kerukunan Umat<br />

Beragama;<br />

- bantuan operasional Forum KUB<br />

untuk tingkat kanwil<br />

- pembinaan KUB<br />

- tingkat Kankemenag Kab/Kota 7 lokasi<br />

30.000.000<br />

150.000.000<br />

250.000.000<br />

6 Program Pendidikan Anak Usia Dini 1.470.000.000<br />

7<br />

Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar<br />

Sembilan Tahun<br />

213.244.562.000<br />

8 Program Pendidikan Menengah 55.666.251.000<br />

9 Program Pendidikan Non Formal 1.530.000.000<br />

10<br />

Program Peningkatan Mutu Pendidik dan<br />

Tenaga Kependidikan<br />

48.308.800.000<br />

11 Program Manajemen Pelayanan Pendidikan 672.268.614.000<br />

12<br />

13<br />

Program Peningkatan Pendidikan <strong>Agama</strong>, dan<br />

Pendidikan Keagamaan<br />

Penguatan Kelembagaan Pengarustamaan<br />

Gender, dan Anak<br />

Sumber: Subbag Caninfoka Kanwil Kemenag Aceh<br />

17.200.000.000<br />

50.000.000<br />

11


SAMBUTAN MENTERI AGAMA RI<br />

PADA PERINGATAN HARI AMAL BHAKTI KE 65<br />

KEMENTERIAN AGAMA RI, TANGGAL 3 JANUARI <strong>2011</strong><br />

12 <strong>Santunan</strong> JANUARI <strong>2011</strong><br />

Bismillahirrahmanirrahim,<br />

Assalamu’alaikum wr. wb,<br />

Salam sejahtera bagi kita semua,<br />

Para Pejabat dan seluruh Karyawan <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong>,<br />

Hadirin Peserta Upacara yang saya hormati,


Pada kesempatan yang berbahagia<br />

ini, terlebih dahulu<br />

marilah sama-sama kita memanjatkan<br />

puji dan syukur ke<br />

hadirat Allah swt., Tuhan Yang Maha<br />

Kuasa, karena atas limpahan nikmat<br />

dan karunia-Nya pada hari ini kita<br />

merayakan Hari Amal Bakti ke-65<br />

<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong>.<br />

Hari bersejarah ini mengingatkan<br />

kita semua, keluarga besar <strong>Kementerian</strong><br />

<strong>Agama</strong> di seluruh Indonesia,<br />

terhadap tonggak bersejarah berdirinya<br />

<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> Republik<br />

Indonesia pada tanggal 3 <strong>Januari</strong><br />

1946, dengan Menteri <strong>Agama</strong> pertama<br />

almarhum Haji Mohammad Rasjidi.<br />

Dalam kesempatan ini, marilah<br />

kita merenungkan kembali tujuan<br />

pembentukan serta misi yang diemban<br />

oleh <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong><br />

yang berdiri sebagai pelaksanaan<br />

amanat Undang-Undang Dasar 1945.<br />

<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> adalah instansi<br />

pemerintah yang menjalankan tugas<br />

pokok untuk memberikan pembinaan,<br />

pelayanan dan perlindungan kehidupan<br />

beragama kepada seluruh<br />

umat beragama di tanah air kita.<br />

Melalui perjuangan yang gigih dan<br />

tanpa pamrih para pendahulu kita,<br />

sejarah <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> menyatu<br />

dengan sejarah NKRI. Bahkan dalam<br />

masa revolusi fisik dan diplomasi<br />

mempertahankan kemerdekaan,<br />

Kantor Pusat <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong><br />

turut hijrah ke Daerah Istimewa<br />

Yogyakarta. Pergantian pemerintahan<br />

dan perubahan politik yang terjadi<br />

sepanjang sejarah Indonesia telah<br />

mengukuhkan misi dan tugas pokok<br />

<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> yang tidak bisa<br />

tergantikan oleh instansi lain.<br />

Saudara-saudara keluarga besar <strong>Kementerian</strong><br />

<strong>Agama</strong> yang berbahagia.<br />

Dalam kehidupan berbangsa<br />

dan bernegara <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong><br />

memainkan peran strategis dalam<br />

empat hal, yaitu dalam peningkatan<br />

pemahaman dan pengamalan agama,<br />

pembinaan kerukunan antar umat<br />

beragama, peningkatan pendidikan<br />

agama dan pendidikan keagamaan,<br />

serta mengawal akhlak dan moral<br />

bangsa.<br />

Dalam masa 65 tahun perjalanan<br />

sejarah <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong><br />

hingga kini, beberapa kali telah<br />

dilakukan penyempurnaan susunan<br />

organisasi, ruang lingkup tugas dan<br />

fungsi <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong>, seiring<br />

dengan dinamika yang terjadi dalam<br />

kehidupan umat dan bangsa.<br />

Persoalan utama yang dihadapi<br />

bangsa kita dewasa ini, adalah masalah<br />

kebodohan, pengangguran,<br />

kemiskinan, dan krisis akhlak yang<br />

belakangan ini memprihatinkan kita<br />

semua.<br />

Melalui program pendidikan agama<br />

dan keagamaan, <strong>Kementerian</strong><br />

<strong>Agama</strong> turut mencerdaskan kehidupan<br />

bangsa. Pemberdayaan lembaga<br />

pendidikan agama dan peningkatan<br />

kualitas pendidikan keagamaan telah<br />

mengalami banyak kemajuan seiring<br />

dengan tuntutan perkembangan<br />

zaman.<br />

Selanjutnya dalam upaya menanggulangi<br />

masalah kemiskinan, <strong>Kementerian</strong><br />

<strong>Agama</strong> sejauh ini telah<br />

turut berperan dan memberikan<br />

kontribusi melalui pemberdayaan<br />

lembaga-lembaga sosial keagamaan,<br />

seperti pemberdayaan rumah ibadah<br />

sebagai pusat kegiatan sosial<br />

kemasyarakatan.<br />

<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> bersama<br />

instansi terkait juga mengembangkan<br />

kebijakan di bidang pengelolaan<br />

zakat, infak, sedekah, wakaf serta<br />

dana sosial keagamaan lainnya<br />

untuk meningkatkan kesejahteraan<br />

masyarakat dan menanggulangi masalah<br />

kemiskinan. Peranan pranata<br />

keagamaan dalam pembangunan dan<br />

peningkatan kesejahteraan masyarakat<br />

perlu terus kita gerakkan di<br />

masa mendatang.<br />

Saudara-saudara keluarga besar<br />

<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> yang saya<br />

banggakan.<br />

<strong>Santunan</strong> JANUARI <strong>2011</strong><br />

Laporan Utama<br />

Di samping peran dan kontribusi<br />

sebagaimana disebutkan di atas, saya<br />

ingin mengingatkan kembali bahwa<br />

<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> ke depan perlu<br />

lebih mempertajam substansi dan<br />

efektivitas tugas pokok yang telah<br />

dilaksanakan selama ini.<br />

Kita bersyukur bahwa penyelenggaraan<br />

ibadah haji sebagai bagian dari<br />

tugas pelayanan kehidupan beragama<br />

dari tahun ke tahun mengalami<br />

peningkatan, baik dari sisi sistem,<br />

manajemen, akuntabilitas maupun<br />

pelayanan kepada jemaah haji. Untuk<br />

itu, saya berharap berbagai kemajuan<br />

dalam penyelenggaraan ibadah haji<br />

yang telah dicapai terus dipelihara<br />

dan tingkatkan di masa mendatang.<br />

Menyangkut kerukunan atau toleransi<br />

dalam kehidupan beragama,<br />

kita menyadari bahwa kerukunan<br />

merupakan kondisi yang penting<br />

diwujudkan dalam kehidupan berbangsa<br />

dan bernegara. Tidak boleh<br />

dilupakan bahwa prinsip dasar<br />

kerukunan dan toleransi beragama<br />

sebenarnya telah tertuang dalam<br />

Undang-Undang Dasar negara kita<br />

yang menjamin kemerdekaan setiap<br />

penduduk untuk memeluk agama<br />

dan beribadah menurut agama yang<br />

diyakininya.<br />

Saudara-saudara keluarga besar<br />

<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> yang saya<br />

hormati.<br />

Sebagai keluarga besar <strong>Kementerian</strong><br />

<strong>Agama</strong> mungkin tidak pada<br />

tempatnya jika kita sendiri yang<br />

menilai kontribusi yang telah kita<br />

berikan kepada masyarakat. Namun,<br />

dengan penilaian yang obyektif, dari<br />

perjalanan selama 65 tahun ini, tidak<br />

dapat dipungkiri bahwa kementerian<br />

<strong>Agama</strong> telah memberikan kontribusi<br />

yang nyata bagi pembangunan bangsa<br />

dan negara ini.<br />

Peran <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> ke<br />

depan semakin penting dan strategis,<br />

karena sesuai dengan rekomendasi<br />

National Summit 2009 bahwa isu<br />

utama pembangunan agama setidaknya<br />

mencakup tiga hal, yaitu:<br />

Pertama, peningkatan wawasan<br />

keagamaan yang dinamis.<br />

Kedua, penguatan peran agama<br />

dalam pembentukan karakter dan<br />

peradaban bangsa.<br />

Ketiga, peningkatan kerukunan<br />

umat beragama dalam membangun<br />

13


Laporan Utama<br />

kerukunan nasional.<br />

Terkait dengan peningkatan wawasan<br />

keagamaan yang dinamis, hasil<br />

yang diharapkan adalah optimalisasi<br />

fungsi agama sebagai landasan etik<br />

atau moral bagi pembangunan,<br />

perlunya peningkatan pemahaman<br />

dan perilaku keagamaan yang seimbang,<br />

moderat dan inklusif, perlunya<br />

mewujudkan keshalihan sosial sejalan<br />

dengan keshalihan ritual, perlunya<br />

peningkatan motivasi dan partisipasi<br />

umat beragama dalam pembangunan<br />

nasional, dan perlunya peningkatan<br />

ketahanan umat beragama terhadap<br />

ekses negatif ideologi-ideologi dan<br />

gerakan transnasional.<br />

Tentang penguatan peran agama<br />

dalam pembentukan karakter dan<br />

peradaban bangsa, hasil yang diharapkan<br />

adalah peningkatan kualitas<br />

pribadi umat beragama, peningkatan<br />

harkat dan martabat umat beragama<br />

dalam membangun jati diri bangsa,<br />

peningkatan peran umat beragama<br />

dalam membangun harmoni antar<br />

peradaban, penguatan peran lembaga<br />

sosial keagamaan, dan peningkatan<br />

peran agama dalam pembangunan<br />

nasional.<br />

Sedangkan mengenai peningkatan<br />

kerukunan umat beragama dalam<br />

membangun kerukunan nasional,<br />

output yang diharapkan adalah<br />

peningkatan dialog dan kerjasama<br />

antar umat beragama, penguatan<br />

peraturan perundang-undangan terkait<br />

kehidupan keagamaan, peningkatan<br />

peran Indonesia dalam dialog<br />

lintas agama di dunia Internasional.<br />

Dalam hubungan ini, saya meminta<br />

agar hal-hal tersebut mendapat perhatian<br />

dalam pembinaan kerukunan<br />

kehidupan beragama ke depan.<br />

Saudara-saudara keluarga besar <strong>Kementerian</strong><br />

<strong>Agama</strong> yang terhormat.<br />

Seiring dengan perkembangan<br />

masyarakat dalam era keterbukaan<br />

informasi sekarang ini, aparatur<br />

pemerintah di semua tingkatan<br />

dituntut untuk melakukan sesuatu<br />

dengan benar dan melakukan sesuatu<br />

yang benar. Untuk melakukan<br />

sesuatu dengan benar, seorang pimpinan<br />

dan staf harus mempunyai<br />

kompetensi. Meski kompetensi itu<br />

tidak harus sampai harus ke soal-soal<br />

detil, namun, seorang pejabat wajib<br />

menguasai logika besar dari target<br />

yang hendak dicapai. Sedangkan melakukan<br />

sesuatu yang benar adalah<br />

kemampuan untuk menentukan<br />

mana yang benar dan salah, itu terkait<br />

dengan integritas.<br />

Dalam pada itu, kita menyadari<br />

dalam usia ke 65, tugas-tugas <strong>Kementerian</strong><br />

<strong>Agama</strong> tidak semakin ringan,<br />

tetapi semakin berat, yang membutuhkan<br />

semangat pengabdian, pengorbanan,<br />

kerja keras serta keikhlasan<br />

dalam melayani masyarakat.<br />

Saudara-saudara yang saya hormati.<br />

Sesuai dengan tema peringatan<br />

Hari Amal Bakti ke-65 pada tahun<br />

ini, yaitu “Kerja Keras Mewujudkan<br />

<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> yang Bersih dan<br />

Berwibawa”, saya meminta kepada<br />

seluruh jajaran aparatur <strong>Kementerian</strong><br />

<strong>Agama</strong> baik di pusat maupun di daerah,<br />

untuk bekerja keras dan bersamasama<br />

memperkuat kesadaran kolektif<br />

untuk mengedepankan nilai-nilai kejujuran<br />

dan etika kerja yang sehat<br />

dan benar serta menjauhi segala<br />

macam praktik korupsi, kolusi dan<br />

nepotisme.<br />

Sebelum mengakhiri sambutan ini,<br />

14 <strong>Santunan</strong> JANUARI <strong>2011</strong><br />

saya mengajak kita sekalian, marilah<br />

benar-benar kita tegakkan integritas<br />

aparatur <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> yang<br />

bersih, jujur, & profesional dan<br />

berwibawa. Kewibawaan akan hadir<br />

jika kita semua bekerja dengan bersih,<br />

jujur, dan profesional di atas landasan<br />

nilai-nilai keikhlasan. Di samping<br />

itu, mari kita mengedepankan sifat<br />

melayani dan memberi teladan.<br />

Seluruh Peserta Upacara dan hadirin<br />

yang saya hormati.<br />

Demikian sambutan saya dalam<br />

rangka memperingati Hari Amal Bakti<br />

ke 65 <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong>. Semoga<br />

Allah swt. menerima perjuangan dan<br />

pengabdian para perintis, pendiri dan<br />

pembangun <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> serta<br />

menuntun langkah kita semua dalam<br />

melanjutkan kiprah <strong>Kementerian</strong><br />

<strong>Agama</strong> di masa mendatang.<br />

Sekian dan terima kasih.<br />

Wallahul muwaffiq ilaa aqwami<br />

thariq,<br />

Wassalamu’alaikum wr. wb.<br />

Jakarta, 3 <strong>Januari</strong> <strong>2011</strong><br />

Menteri <strong>Agama</strong> RI,<br />

Suryadharma


Sesuai data pada Kasubbag Perencanaan,<br />

dan Informasi Keagamaan<br />

Kanwil Kemenag Aceh, daya tampung<br />

pada Lembaga Pendidikan agama/<br />

Madrasah Ibtidaiyah, Tsanawiyah, dan<br />

Aliyah -baik Negeri maupun Swastabelum<br />

mampu menerima seluruh peserta<br />

yang mendaftar walaupun mereka<br />

dapat memenuhi semua persyaratan<br />

yang telah ditetapkan, karena daya<br />

tampung pada Madrasah yang terbatas,<br />

ini terlihat dari minat masyarakat yang<br />

semakin tinggi untuk menyekolahkan<br />

anak di madrasah dari tahun ke tahun.<br />

Jumlah, kondisi dan daya tampung<br />

Jumlah Lembaga Pendidikan <strong>Agama</strong><br />

yang ada dalam binaan Kantor Wilayah<br />

Kementeriaan <strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>. Aceh menurut<br />

jenjang adalah sbb:<br />

No Lembaga Negeri Swasta Jumlah Ket.<br />

1 RA - 250 250<br />

2 MI 433 124 557<br />

3 MTs 109 223 332<br />

4 MA 68 129 197<br />

Pemerataan<br />

Pendidikan Keagamaan<br />

Di tengah gencarnya usaha peningkatan kualitas pendidikan,<br />

berbagai kekurangan masih tetap ada.<br />

Total 610 726 1.336<br />

Walau demikian Lembaga Pendidikan<br />

<strong>Agama</strong> saat ini 70% hampir mencapai<br />

standar pelayanan minimal dan 30%<br />

lainnya masih jauh dibawah 8 (delapan)<br />

Standar Nasional sebagaimana harapan<br />

dari PP No. 19 Tahun 2005 .<br />

Hal ini dapat dibuktikan dengan hasil<br />

Akreditasi Madrasah oleh BAN-S/M,<br />

hanya 29 madrasah yang memperoleh<br />

kategori A, atau 3,15%, 431 Madrasah<br />

yang memperoleh katagori B, atau<br />

46,85%, 431 Madrasah memperoleh<br />

kategori C atau 46,85%, dan 29 Madrasah<br />

yang tidak terakreditasi atau<br />

sekitar 3,20% dari 920 Madrasah yang<br />

telah mengajukan usul Akreditasi .<br />

Muatan lokal Pemerintah Aceh<br />

Pemerintah <strong>Prov</strong>insi Aceh ingin me-<br />

nerapkan beberapa materi Muatan Lokal<br />

di seluruh sekolah dan madrasah, yang<br />

merupakan kegiatan kurikuler untuk<br />

mengembangkan kompetensi sesuai<br />

dengan ciri khas dan potensi daerah,<br />

termasuk keunggulan daerah, yang<br />

materinya tidak dapat dikelompokkan<br />

ke dalam mata pelajaran yang ada.<br />

Dilihat dari jenis muatan lokal yang<br />

telah berkembang pada madrasah di<br />

Aceh, dapat diidentifikasikan sebagai<br />

berikut:<br />

1. Pelajaran Bahasa Arab pada jenjang<br />

MI dan MTs.<br />

2. Bahasa Inggris pada jenjang MI.<br />

3. Ketrampilan / Pengembangan Diri<br />

pada jenjang MTs.<br />

4. Pendidikan Moral/Etika/Karakter<br />

pada jenjang MTs.<br />

5. Tulis baca huruf al-Quran pada<br />

jenjang MI, MTs dan MA.<br />

6. Kaligrafi pada jenjang MI, MTs dan<br />

MA.<br />

7. Seni Tilawah al-Quran pada jenjang<br />

MI, MTs dan MA<br />

Selain muatan lokal dalam bentuk<br />

mata pelajaran, Pemerintah Daerah<br />

melalui Dinas Pendidikan atau Majlis<br />

Pendidikan Daerah juga merencanakan<br />

pelaksanaan pembelajaran Mata Pelajaran<br />

bernuansa islami dalam bentuk<br />

internalisasi nilai-nilai keislaman pada<br />

berbagai mata pelajaran. Bentuk rencana<br />

ini telah dilakukan pelatihan/workshop<br />

pada tahun 2009 bagi sebagian guru<br />

untuk memperoleh kompetensi dalam<br />

perencanaan pembelajaran.<br />

Implementasi PP 55/2007.<br />

Dalam rangka implementasi PP<br />

55/2007 tentang pendidikan <strong>Agama</strong><br />

dan Pendidikan Keagamaan di <strong>Prov</strong>insi<br />

Aceh, beberapa kegiatan dilakukan seperti,<br />

sosialisasi peraturan tersebut ke<br />

seluruh Lembaga Pendidikan Keagama-<br />

<strong>Santunan</strong> JANUARI <strong>2011</strong><br />

Laporan Utama<br />

an Islam kab/kota di <strong>Prov</strong>. Aceh , serta<br />

melakukan pemetaan/pengelolaan pada<br />

lembaga pendidikan Keagamaan Islam.<br />

Di bidang kurikulum dan manajemen<br />

tata kelola.<br />

Tingkat kelulusan<br />

Kelulusan siswa baik Sekolah Negeri<br />

maupun Swasta di bawah Kanwil <strong>Kementerian</strong><br />

<strong>Agama</strong> memperlihatkan<br />

grafik yang memuaskan walau masih<br />

perlu penyempurnaan disana-sini.<br />

Tahun 2007/2008, untuk tingkat<br />

MI dengan jumlah peserta 15.549,<br />

siswa yang lulus 99,77%. Untuk tingkat<br />

MTs dengan jumlah peserta 17.529<br />

siswa, yang lulus 85,95%, sedangkan<br />

untuk tingkat MA program IPA dengan<br />

peserta 6.380 siswa, yang lulus 81,32%,<br />

program IPS dengan peserta 4.999<br />

siswa, yang lulus 69,01%, sedangkan<br />

program Bahasa dengan peserta 273<br />

siswa, lulus 73,99%.<br />

Pada tahun 2008/2009, untuk<br />

tingkat MI dengan jumlah peserta<br />

15.857 siswa yang lulus 99,70%, MTs<br />

dengan jumlah peserta 19.575 siswa,<br />

lulus 96,36% , MA program IPA dengan<br />

peserta 6.686 siswa, yang lulus 93,24%,<br />

MA program IPS dengan peserta 5.002<br />

siswa, yang lulus 81,45% program<br />

Bahasa dengan peserta 299 siswa,lulus<br />

75,92%, program Keagamaan dengan<br />

peserta 38 siswa, lulus 100%.<br />

Pada Tahun 2009/2010 Untuk<br />

tingkat MI dengan jumlah peserta<br />

15.272 siswa yang lulus 99,79%,<br />

tingkat MTs dengan jumlah peserta<br />

18.545 siswa, yang lulus 85,72%, MA<br />

program IPA dengan peserta 6.978<br />

siswa, yang lulus 97,58%, MA program<br />

IPS dengan peserta 4.862 siswa, yang<br />

lulus 96,26%, program Bahasa dengan<br />

peserta 211 siswa, yang lulus 97,63%,<br />

program Keagamaan dengan peserta<br />

100 siswa, lulus 100%. n (mulyadi<br />

nurdin)<br />

15


Laporan Utama<br />

Secara kuantitatif, kondisi umat<br />

beragama di <strong>Prov</strong>insi Aceh, sampai<br />

dengan tahun 2010, terdiri dari<br />

Islam 99% (4.436.360 jiwa); Protestan<br />

0,5818% (26.103 jiwa); Katholik<br />

0,3981% (17.859 jiwa); Hindu 0,0106%<br />

(474 jiwa); Budha 0,1284% (5.760<br />

jiwa). Sementara untuk umat Konghucu<br />

0,0003% (14 jiwa).<br />

Jumlah rumah ibadah; masjid<br />

3.745, gereja 150, pura 1, vihara 1<br />

dan klenteng 1.<br />

Rohaniawan agama Hindu 4 orang,<br />

agama Budha 11 orang, agama Kristen<br />

1.629 orang terdiri dari pendeta 100<br />

orang, guru injil 172 orang, penginjil<br />

101 orang, majelis 832 orang dan guru<br />

sekolah minggu 424 orang.<br />

Penyuluh <strong>Agama</strong> Islam Non PNS<br />

8311 orang, PNS 200 orang, Penyuluh<br />

<strong>Agama</strong> Kristen Non PNS 10 orang,<br />

Penyuluh <strong>Agama</strong> Katolik Non PNS 4<br />

orang, Penyuluh <strong>Agama</strong> Hindu Non<br />

PNS 1 orang, dan Penyuluh <strong>Agama</strong><br />

Budha Non PNS 2 orang.<br />

Pola Pembinaan dan pengembangan<br />

peribadatan masing-masing agama di provinsi<br />

Aceh dilakukan dengan tiga pola:<br />

Pembinaan Intern Umat Beragama<br />

-<br />

-<br />

-<br />

Melanjutkan Keharmonisan Umat Beragama<br />

Hubungan antar umat beragama di Aceh berlangsung rukun<br />

Meningkatkan penguatan pemaha-<br />

man masing-masing penganut agama<br />

melalui lembaga pendidikan agama<br />

formal/non formal di <strong>Kementerian</strong><br />

<strong>Agama</strong> dan media massa.<br />

Melakukan penyuluhan kepada<br />

masing-masing penganut agama<br />

tentang pentingnya kehidupan<br />

kerukunan umat beragama. melalui<br />

tenaga penyuluh agama di <strong>Kementerian</strong><br />

<strong>Agama</strong>.<br />

Mensosialisasikan ketentuan per-<br />

aturan perundangan yang terkait<br />

dengan peribadatan dan pendirian<br />

rumah ibadah yang diantaranya Peraturan<br />

Bersama Menteri (PBM) No<br />

9 dan No 8 Tahun 2006 dan Peraturan<br />

Gubernur Aceh No 25 Tahun<br />

2007 Tentang Pedoman Pendirian<br />

Rumah Beribadah melalui Pembimas<br />

di <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong>.<br />

Pembinaan Antar Umat Beragama<br />

- Peningkatan harmoni intern dan<br />

antar umat beragama.<br />

- Penguatan dialog dan kerjasama<br />

antar umat beragama dalam rangka<br />

memperkokoh persatuan dan kesatuan<br />

bangsa.<br />

- Melakukan dialog dengan Tokoh<br />

Pemuka <strong>Agama</strong> dan masyarakat.<br />

- Menampung dan menyalurkan aspirasi<br />

ormas keagamaan dan masyarakat.<br />

Pembinaan Antara Umat Beragama<br />

dengan Pemerintah<br />

- Penguatan pengaturan perundang-undangan<br />

terkait kehidupan keagamaan,<br />

seperti turut andil dalam penyusunan<br />

qanun Aceh bidang agama.<br />

- Memfasilitasi pertemuan dan kerjasama<br />

antara umat beragama dengan dinasdinas<br />

terkait di Pemerintah Aceh, diantaranya<br />

Dinas Syari’at Islam Aceh,<br />

Majelis Permusyawaratan Ulama Aceh<br />

dan Kesbangpol Linmas Aceh.<br />

- Terbentuknya Forum Kerukunan Umat<br />

Beragama di seluruh Kabupaten/Kota<br />

yang merupakan salah satu wadah<br />

komunikasi antar Pemeluk <strong>Agama</strong><br />

Faktor pendukung Pembinaan.<br />

1. Tingginya tingkat toleransi antar<br />

umat beragama<br />

2. Tingginya rasa kekeluargaan, adat<br />

istiadat, budaya aceh yang menjunjung<br />

musyawarah.<br />

3. Masyarakat yang agamais memberi<br />

peluang besar dikembangkannya<br />

kehidupan agama yang dinamis bagi<br />

pembangunan nasional.<br />

4. Falsafah pancasila yang menegaskan<br />

bahwa NKRI bukanlah Negara sekuler,<br />

meskipun juga bukan Negara teokrasi<br />

tetapi Negara berketuhanan yang<br />

Maha Esa sehingga memberi peluang<br />

dan kondusif bagi pengembangan<br />

kehidupan keagamaan.<br />

5. Undang undang dasar 1945 dengan<br />

segala UU turunannya telah memberikan<br />

jaminan bagi kebebasan beragama<br />

dan kebebasan beribadat sesuai<br />

dengan agama dan kepercayaan<br />

yang dipeluk.<br />

Faktor penghambat Pembinaan.<br />

Tantangan yang relatif permanen:<br />

penyebaran umat beragama kepada<br />

1. Minimnya alokasi dana.<br />

2. Kurangnya jumlah tenaga Penyuluh.<br />

16 <strong>Santunan</strong> JANUARI <strong>2011</strong><br />

3. Kurangnya lembaga Pendidikan <strong>Agama</strong><br />

Formal dan non formal<br />

Potensi Kerukunan Umat<br />

Beragama<br />

Sepanjang sejarah, Aceh belum<br />

pernah terjadi konflik besar antar<br />

umat beragama maupun intern umat<br />

beragama. Hal ini dikarenakan tingginya<br />

kesadaran toleransi kehidupan umat<br />

beragama di <strong>Prov</strong>insi Aceh. Jika pun<br />

ada terjadi konflik sosial antar umat<br />

beragama, terlebih dahulu diselesaikan<br />

pada forum masing- masing agama.<br />

Dan selanjutnya akan dibawa ke Forum<br />

Kerukunan Umat Beragama.<br />

Forum-forum yang membangun<br />

kerukunan antar umat beragama<br />

1. Forum Kerukunan Umat Beragama<br />

(FKUB) <strong>Prov</strong>insi dan Kab./Kota.<br />

2. Majelis Ta’lim.<br />

3. Organisasi Keagamaan dan Masyarakat.<br />

Sasaran, target dan capaian tentang<br />

kerukunan umat beragama<br />

Sasaran: Terwujudnya masyarakat<br />

Aceh yang taat beragama, maju,<br />

sejahtera, dan cerdas serta saling<br />

menghormati antar sesama pemeluk<br />

agama dalam kehidupan bermasyarakat,<br />

berbangsa dan bernegara dalam wadah<br />

Negara Kesatuan Republik Indonesia.<br />

Target: Meningkatkan kualitas bimbingan,<br />

pemahaman, pengamalan, dan<br />

pelayanan kehidupan beragama.<br />

- Meningkatkan penghayatan moral<br />

dan etika keagamaan.<br />

- Meningkatkan kualitas pendidikan<br />

umat beragama.<br />

- Memberdayakan umat beragama<br />

dan lembaga keagamaan.<br />

- Memperkokoh kerukunan umat<br />

beragama.<br />

- Mengembangkan keselarasan pemahaman<br />

keagamaan dengan wa-wasan<br />

kebangsaan Indonesia.<br />

Alokasi anggaran yang disiapkan<br />

dalam upaya peningkatan kerukunan<br />

umat beragama: APBN melalui<br />

DIPA <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi<br />

dengan pagu pada tahun 2008<br />

Rp. 585.000.000, tahun 2009 Rp.<br />

655.000.000 dan tahun 2010 Rp.<br />

355.000.000. n(mulyadi nurdin)


Laporan Zarkasyi<br />

Alhamdulillah, beberapa program<br />

yang menjadi tupoksi pada<br />

bidang Pendidikan Keagamaan<br />

dan Pondok Pesantren telah dapat<br />

dilaksanakan tepat waktu, termasuk<br />

penyaluran bantuan untuk Pondok<br />

Pesantren, baik dana pengembangan<br />

dan juga insentif kepada Guru. Meski<br />

harus diakui bahwa dalam pelaksanaan<br />

kegiatan dan program tersebut<br />

mengalami banyak kendala, baik dari<br />

segi sarana (machine), sumber daya<br />

manusia (man), dan juga cara kerja<br />

(method). Pada tahun 2010, Bidang<br />

pekapontren telah melaksanakan kegiatan<br />

yang berskala nasional dalam<br />

even POSPENAS (Pekan Olahraga,<br />

dan Seni Santri Nasional), dengan<br />

memberangkatkan 34 orang santri<br />

perwakilan dari beberapa Pondok Pesantren<br />

di Aceh, meski dalam even<br />

tersebut tim santri Aceh hanya meraih<br />

perunggu dalam cabang Pidato bahasa<br />

Indonesia.<br />

Penyaluran bantuan BOS untuk<br />

Pesantren salafiyah tingkat Ula dan<br />

Wustha, bantuan untuk pengembangan<br />

life skill, pengembangan perpustakaan,<br />

bantuan operasional Paket A, B, dan<br />

C pada Pondok Pesantren dan pengembangan<br />

Pos kesehatan Pesantren<br />

merupakan beberapa kegiatan prioritas<br />

yang dilaksanakan dalam tahun 2010.<br />

Semua itu, diharapkan agar pesantren<br />

dapat terangkat, sehingga eksistensinya<br />

terangkat sebagai institusi yang menjadi<br />

agent of development. Tidak hanya<br />

itu, pada untuk meningkatkan<br />

kualitas pendidikan Madrasah Diniyah,<br />

diadakan pula workshop pembinaan<br />

kepala dan kelompok kerja (Pokja)<br />

Ruang Pekapontren<br />

Beujroh<br />

Di tengah kesibukan berbagai tugas, bertepatan pula dengan persiapan mengikuti<br />

Rapat Koordinasi Nasional Bantuan Operasional Sekolah (BOS), di Bandung, redaksi<br />

menyampaikan daftar wawancara untuk dijawab Kabid Pekapontren. Jawaban itu<br />

juga didiskusikan dengan Kepala Seksi Bidang Pendidikan Keagamaan, dan Pondok<br />

Pesantren. Pengasuh Rubrik Pekapontren menyimpulkanya dalam tulisan ini.<br />

Madrasah Diniyah. Demi meningkatkan<br />

kualitas penyelenggara program Paket<br />

A, B, dan C pada Pondok Pesantren,<br />

dilaksanakan pula bimbingan untuk<br />

para tutor program ini.<br />

Jika dibandingkan jumlah pesantren<br />

di Aceh sebanyak 1376, tentu<br />

masih banyak pesantren yang belum<br />

tersentuh program pembinaan pada<br />

tahun 2010. Ini tentu disebabkan<br />

terbatasnya jumlah angggaran yang<br />

tersedia, disamping berbagai kendala<br />

lain, termasuk sumber daya manusia.<br />

Pastinya, semua ingin dilakukan, namun<br />

keterbatas yang menyebabkan<br />

keinginan terbatasi.<br />

Untuk tahun <strong>2011</strong>, program yang<br />

berskala nasional yang akan dihadapi<br />

oleh Bidang Pendidikan Keagamaan<br />

<strong>Santunan</strong> JANUARI <strong>2011</strong><br />

dan Pondok Pesantren adalah Musabaqah<br />

Qiraat Kutub (MQK) yang<br />

akan diselenggarakan di Nusa Tenggara<br />

Barat, perlu mendapat perhatian<br />

serius. Sebab even ini merupakan<br />

even Nasional, apalagi Aceh belum<br />

pernah memberikan prestasi gemilang<br />

pada even ini. Pembinaan tenaga<br />

pendidik, dan tenaga kependidikan<br />

pada lembaga pendidikan keagamaan<br />

dan Pondok juga merupakan hal<br />

penting yang perlu dilaksanakan untuk<br />

meningkatkan kualitas. Membina<br />

kerjasama yang harmonis dan berkesinambungan<br />

dengan beberapa instansi<br />

terkait menjadi target utama<br />

dalam menyukseskan program di tahun<br />

<strong>2011</strong>. Diharapkan juga dalam tahun<br />

<strong>2011</strong> dapat diselesaika penulisan profil<br />

pesantren di Aceh.<br />

Untuk menyukseskan program ini<br />

semua, kekompakan seluruh keluarga<br />

besar bidang Pekapontren tentu mutlak<br />

diperlukan, Namun, dalam pandangan<br />

Kabid Pekapontren, selama<br />

tiga bulan beliau memimpin, bidang<br />

teman-teman di Pekapontren telah<br />

menunjukkan kekompakannya. Dalam<br />

rangka menyikapi reformasi birokrasi,<br />

meningkatkan pola pikir, dan budaya<br />

kerja merupakan suatu keniscayaan,<br />

berat hendaknya sama dipikul, ringan<br />

sama dijinjing, semoga falsafah ini<br />

akan ikut memberikan warna dalam<br />

membangun team building, dan team<br />

work yang mapan. “Beujroeh”, itulah<br />

yang diharapkan pada tahun <strong>2011</strong>,<br />

pelayanan Bidang Pekapontren lebih<br />

meningkat, dan berkualitas dengan<br />

kinerja yang memuaskan. Take action,<br />

miracle happen! n<br />

17


Laporan Alfirdaus Putra<br />

Hari Jumat pagi <strong>Santunan</strong> mewawancarai<br />

Drs. H. Ibnu Sa’dan,<br />

M.Pd, yang sekarang menjabat<br />

sebagai Kepala Bidang Urusan <strong>Agama</strong><br />

Islam di jajaran Kanwil Kemenag Aceh,<br />

setelah mengabdi di daerah kelahirannya,<br />

sebagai Ka. Kankemenag Aceh<br />

Timur periode 2006-2009. <strong>Santunan</strong><br />

berbincang dengan pria kelahiran Idi<br />

Cut, 12 Juli 1969 ini, mengenai kilas<br />

balik sepak terjang Urais di tahun 2010,<br />

serta program strategis Urais di tahun<br />

<strong>2011</strong>, berikut petikan yang dirangkum<br />

oleh Alfirdaus Putra;<br />

Menurut “Abati”, (demikian beliau<br />

sering disapa) kekompakan dan kebersamaan<br />

adalah syarat utama dalam peningkatan<br />

mutu kinerja yang maksimal.<br />

Maka untuk mencairkan urat-urat<br />

saraf yang beku akibat pekerjaan,<br />

Abati mengadakan arisan di bidang<br />

Urais. Kegiatan berupa silaturrahmi ke<br />

rumah-rumah, maupun rihlah sembari<br />

rekreasi di tepi pantai. “Agar kita lebih<br />

saling mengenal!,” begitu tutur beliau.<br />

“Apabila silaturrahmi dan kebersamaan<br />

telah terjalin maka semangat kerjapun<br />

semakin meningkat, sehingga semua<br />

orientasi tugas yang telah dibagi<br />

sesuai dengan tupoksi masing-masing<br />

Insya Allah akan sangat mudah untuk<br />

diselesaikan” lanjut beliau.<br />

Hal ini menurut beliau dapat dilihat<br />

dari hasil kinerja Bidang Urusan <strong>Agama</strong><br />

Islam 1 tahun berjalan ini, “berkat kebersamaan<br />

dan kekompakan, Bidang<br />

Urais telah berhasil melaksanakan rakor<br />

dan evaluasi kinerja Bidang Urais<br />

serta KUA Kecamatan di Negeri Antara,<br />

Aceh Tengah pertengahan November<br />

yang lalu. Ini merupakan rakor pertama<br />

yang diadakan di luar ibukota provinsi.”<br />

jelas Abati. Rakor ini mendapat sambutan<br />

luar biasa dari para peserta,<br />

terutama Kepala KUA, karena dalam<br />

acara ini mereka bebas menyampaikan<br />

keluhan serta harapan. Insya Allah,<br />

<strong>2011</strong> nanti Rakor seperti ini akan<br />

kita adakan di Aceh Selatan, sehingga<br />

selain rakor, para peserta dapat rihlah<br />

menghilangkan kepenatan” ujar Abati.<br />

Ruang Urais<br />

Drs. H. Ibnu Sa’dan, M.Pd, Kabid Urais Kanwil Kemenag Aceh:<br />

Tahun <strong>2011</strong>, Tidak Ada Calon Pengantin<br />

yang Tidak Mengikuti Pendidikan Pra Nikah<br />

Selain itu, selama tahun 2010, Bidang<br />

Urusan <strong>Agama</strong> Islam telah mampu melaksanakan<br />

sosialisasi dan penilaian<br />

dupak angka kredit dalam sistem dan<br />

tata cara yang baru, monitoring KUA<br />

Kecamatan pun lancar.<br />

”Pengambilan buku nikah di Kanwil,<br />

harus melampirkan laporan monitoring<br />

KUA, itulah kebijakan yang kami ambil<br />

agar Kasi Urais selalu mengetahui keadaan<br />

KUA-nya.” jelas beliau. “Tahun 2010<br />

juga merupakan tahun dengan jumlah<br />

qurban tertinggi, dan keberhasilan ini<br />

adalah keberhasilan kita bersama sebagi<br />

wujud dari sebuah kebersamaan dan<br />

kerja sama semua teman-teman saya di<br />

Bidang Urais” lanjut Abati yang pernah<br />

juga menjabat sebagai Ka. Kankemenag<br />

Kota Langsa periode 2004-2006.<br />

Selain itu, masih banyak keinginan<br />

beliau yang belum tercapai dalam memaksimalkan<br />

pelayanan terdepan dan<br />

terbaik bagi masyarakat. Menurut<br />

beliau, masih sangat banyak KUA Kecamatan<br />

yang belum mempunyai kantor<br />

dengan standar menengah. Bahkan<br />

banyak kantor KUA yang sudah mulai<br />

rusak, komputerpun sebagai sarana yang<br />

sangat urgen bagi perkantoran, belum<br />

dimiliki secara merata oleh seluruh KUA<br />

Kecamatan. Apalagi kalau berbicara<br />

me-ngenai alat transportasi untuk<br />

KUA yang berada di daerah pedalaman<br />

masih jauh dari khayalan. Akan tetapi<br />

pria yang juga pernah merasakah pahit<br />

getir menjadi pegawai KUA pada KUA<br />

Kecamatan Lawee Sigala-gala saat masamasa<br />

awal mengabdi di <strong>Kementerian</strong><br />

<strong>Agama</strong> ini, sangat yakin kekurangan<br />

ini tidak akan melemahkan semangat<br />

kerja Bidang Urais beserta jajaran KUA<br />

Kecamatan dalam memberi pelayanan<br />

kepada masyarakat sebagai khadimul<br />

ummah. “Insya Allah dengan anggaran<br />

yang sedikit ini pun kami akan selalu<br />

berusaha memberi pelayanan terbaik,<br />

konon lagi kalau ditambah sedikit.”<br />

ujar beliau sembari tertawa kecil.<br />

Menyongsong <strong>2011</strong>, beliau berharap<br />

agar kekompakan dan kebersamaan<br />

yang sudah terjalin hendaknya terus<br />

18 <strong>Santunan</strong> JANUARI <strong>2011</strong><br />

dirapatkan, tidak hanya di Bidang Urais<br />

beserta KUA Kecamatannya akan tetapi<br />

di seluruh jajaran <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> di<br />

<strong>Prov</strong>insi Aceh. Khusus di Bidang Urais,<br />

beliau telah mencatat beberapa program<br />

strategis di tahun <strong>2011</strong>, di antaranya<br />

adalah pendidikan pranikah yang telah<br />

dimulai akhir 2010 ini terus digalakkan,<br />

“tahun <strong>2011</strong>. Tidak ada calon pengantin<br />

yang tidak melalui pendidikan pranikah”<br />

tegas beliau, selain dari pada itu Abati<br />

yang sekarang merupakan Pengurus<br />

Wilayah Nahdatul Ulama <strong>Prov</strong>insi Aceh<br />

ini menyebutkan bahwa di tahun <strong>2011</strong><br />

nantinya kerjasama lintas sektoral antar<br />

lembaga hendaknya lebih harmonis lagi<br />

dan akan diprogramkan pelaksanaan<br />

rapat koordinasi lintas sektoral berbagai<br />

lembaga pemerintahan yang terkait<br />

dengan tupoksi keuraisan.<br />

Quick wins Urais juga akan menjadi<br />

andalan di tahun <strong>2011</strong> dalam rangka<br />

reformasi birokrasi, di antaranya adalah<br />

dalam pencatatan nikah dengan pemberian<br />

buku nikah langsung setelah akad<br />

nikah, pemberian sertifikat pendidikan<br />

pra nikah bagi calon pengantin.<br />

PROGRAM STRATEGIS BIDANG<br />

URAIS TAHUN <strong>2011</strong><br />

1. Percepatan struktur KUA baru.<br />

2. Mengusahakan Komputer untuk<br />

setiap KUA.<br />

3. Pelayan URAIS melalui website<br />

<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong>.<br />

4. Pendidikan pra nikah bagi calon<br />

pengantin.<br />

5. Intensifitas kunjungan sosial.<br />

6. Peningkatan sosialisasi ibadah qurban.<br />

7. Kerjasama lintas sektoral yang lebih<br />

harmonis.<br />

8. Rapat koordinasi lintas sektoral<br />

memecahkan masalah<br />

9. Seminar dan pelatihan sesuai<br />

tupoksi Urais n


Laporan Azhar<br />

Setelah lepas sambut internal pada<br />

12/10/2010 lalu, Bidang penamas<br />

terus melaju dalam pengabdiannya<br />

kepada masyarakat.<br />

Dalam acara lepas sambut di Krueng<br />

Cut, Kabid Penamas yang baru, Drs.<br />

H. Aska Yunan, menegaskan bahwa<br />

kem-balinya beliau ke Penamas adalah<br />

pulang ke rumah. Jadi tidak ada yang<br />

akan membuat beliau merasa menjadi<br />

tamu di Bidang Penamas. Dengan<br />

demikian, beliau tidak perlu waktu<br />

untuk penyesuaian diri, segala program<br />

Penamas dapat terus berlanjut meski<br />

kabidnya terkesan baru.<br />

Ungkapan di atas kiranya tidak<br />

berlebihan, buktinya Bidang Penamas<br />

dapat sukses menyelesaikan seluruh<br />

Ruang Penamas<br />

<strong>2011</strong>, Penamas Terus Buru<br />

Data Masjid Bersejarah<br />

program yang telah dicanangkan.<br />

Semua program pelatihan, pembinaan,<br />

pengadaan buku, dan lainya, telah<br />

sukses dikerjakan sebelum masuk bulan<br />

Desember lalu. Bahkan program baru<br />

untuk tahun <strong>2011</strong> juga telah dibuatkan<br />

ancang-ancangnya.<br />

Keberhasilan penuntasan program<br />

2010 memang patut disyukuri. Wujud<br />

dari rasa syukur ini diekspresikan dalam<br />

“kenduri kecil” di ruang rapat bidang<br />

Penamas. “Kenduri kecil” internal ini<br />

dilaksanakan sebagai soft launching<br />

buku Masjid Bersejarah di Nanggroe<br />

Aceh jilid dua, sekaligus tutup kegiatan<br />

di akhir tahun 2010, Jumat, 17 Desember<br />

2010.<br />

Bedah buku yang digelar secara<br />

internal ini memancing diskusi hangat<br />

dari peserta. Drs. Helmi Zakir menyatakan,<br />

bahwa kalangan sejarawan<br />

sangat mengapresiasi kehadiran buku<br />

ini. Bahkan di minggu terakhir bulan<br />

November, Bidang Penamas kedatangan<br />

tamu, seorang peneliti sejarah dari<br />

Malaysia yang secara khusus mengajukan<br />

permohonan untuk memperoleh<br />

buku Masjid Bersejarah di Nanggroe<br />

<strong>Santunan</strong> JANUARI <strong>2011</strong><br />

Aceh. “Dari luar negeri saja sudah ada<br />

yang berminat, kalau yang di Aceh<br />

jangan tanya lagi”, pungkas Helmi<br />

Zakir.<br />

Kabid Penamas, Drs. H. Aska Yunan,<br />

sepakat bahwa antusiasme peminat<br />

sejarah terhadap buku ini merupakan<br />

bukti bahwa pendataan masjid bersejarah<br />

memang belum dilakukan secara<br />

serius di Aceh. Ini artinya kita telah<br />

melakukan langkah maju, manfaatnya<br />

dapat dinikmati oleh banyak kalangan,<br />

terutama peminat sejarah. Untuk itu<br />

program penulisan buku direktori<br />

masjid bersejarah perlu dilakukan secara<br />

berkesinambungan, sampai dirasa telah<br />

cukup mengkaver semua masjid bersejarah<br />

yang ada di Aceh.<br />

Kabid Penamas sangat berharap,<br />

agar segenap personil Penamas, baik<br />

di Kanwil maupun di Kankemenag,<br />

hendaklah memberikan perhatian.<br />

Sebab ini merupakan khasanah budaya,<br />

dan situs sejarah yang menuntut<br />

kepedulian kita semua. “Kalau tidak,<br />

bukti-bukti sejarah ini akan segera<br />

lenyap, sehingga yang tertinggal hanya<br />

lah penyesalan dalam diri kita,” n<br />

19


Laporan Juniazi<br />

20<br />

Ruang KUB<br />

Dari Semiloka Intensifikasi dan Diversifikasi Sosialisasi PBM Nomor 9 dan 8 Tahun 2010<br />

<strong>Santunan</strong> – Jakarta. Walaupun sudah<br />

lima tahun lahir, Sosialisasi Peraturan<br />

Bersama Menteri <strong>Agama</strong> dan<br />

Menteri Dalam Negeri Nomor 9 dan 8<br />

Tahun 2006, Tentang Pedoman Tugas<br />

Kepala Daerah Dalam Pemeliharaan<br />

Kerukunan Umat Beragama, dan<br />

Pendirian Rumah Ibadat, dinilai belum<br />

berdaya guna dan berhasil guna.<br />

Selama ini, dari berbagai permasalahan<br />

yang muncul di lapangan,<br />

diketahui masih banyak pihak berkepentingan<br />

yang belum mengetahui<br />

dan memamhami secara utuh PBM ini,<br />

sehingga masih muncul permasalahan<br />

dalam penanganan kasus-kasus sekitar<br />

pendirian rumah ibadat dan masalah<br />

kerukunan secara umum.<br />

Dalam setiap evaluasi PBM yang<br />

dilakukan, termasuk terakhir, Maret<br />

2010 lalu, diketahui sosialisasi PBM<br />

masih perlu digalakkan. Selain itu,<br />

parameter keberhasilna sosiaslisasi di<br />

lapangan belum terjabarkan secara operasional,<br />

sehingga masih sulit menentukan<br />

tingkat keberhasilan sosialiasasi<br />

PBM di daerah. Begitupun, perhatian<br />

pemerintah daerah terhadap pelaksanaan<br />

PBM ditengarai masih rendah. Juga<br />

respon dari kelompok majelis agama<br />

belum seragam, sehingga terkadang<br />

menimbulkan suasana yang kurang<br />

harmonis dalam pola interaksi umat<br />

beragama.<br />

Demikian sejumlah catatan penting,<br />

yang terekam dari Semiloka Intensifikasi<br />

dan Diversifikasi Sosialisasi<br />

PBM Nomor 9 dan 8 Tahun 2006, yang<br />

diadakan baru-baru ini di Cikarang,<br />

Bekasi. Kegiatan ini diprakarsai Puslitbang<br />

Kehidupan Keagamaan Badan Litbang<br />

dan Diklat <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong>,<br />

diikuti 125 orang peserta dari seluruh<br />

Indonesia, terdiri dari, Kepala Badan<br />

Litbang dan Diklat, Dirjen kesbangpol,<br />

tim perumus PBM, perwakilan FKUB<br />

Diversifikasi Metode<br />

Jadi Kata Kunci<br />

<strong>Prov</strong>insi Se Indonesia, Kasubbag Hukmas<br />

dan KUB pada Kanwil Kemenag Se<br />

Indonesia, perwakilan majelis agama<br />

tingkat pusat, sekditjen pada Bimas-bimas,<br />

PKUB, balai Litbang <strong>Agama</strong>, LSM<br />

bidang kerukunan, pemerhati kerukunan<br />

dan peneliti Puslitbang Kehidupan<br />

Keagamaan dan Diklat Keagamaan.<br />

<strong>Prov</strong>insi Aceh dihadiri Ketua FKUB<br />

<strong>Prov</strong>insi Aceh, Dr. H. Syamsul Rizal,<br />

M.Ag, dan Kasubbag Hukmas dan KUB<br />

Kanwil <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> Aceh, Juniazi,<br />

S.Ag.<br />

Menurut catatan Balitbang dan<br />

Diklat <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong>, sepanjang<br />

Maret 2006 hingga Desember 2007<br />

saja, sosialisasi PBM telah dilakukan<br />

oleh <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> di 64 titik,<br />

baik pada tingkat nasional, provinsi,<br />

maupun lokal. Belum lagi sosialisasi<br />

oleh <strong>Kementerian</strong> Dalam Negeri, pemerintah<br />

daerah, dan instansi lainnya.<br />

”Permasalahannya adalah kemerataan<br />

dan ketercapaian sosialisasi hingga ke<br />

pihak-pihak berkepentingan. Masih banyak<br />

pihak yang sebetulnya sangat perlu<br />

memahami PBM ini, namun belum<br />

mendapatkannya secara memadai, misalnya;<br />

pengurus baru FKUB, aparatur<br />

pemerintah sampai ke bawah (Camat,<br />

Kepala Desa), pemuka agama di berbagai<br />

pelosok,” ulas panitia pelaksana.<br />

Evaluasi dari tahun ke tahun yang<br />

dilakukan Puslitbang Kehidupan Keagamaan,<br />

tampak bahwa sosialisasi PBM<br />

masih jadi rekomendasi dan sekaligus<br />

urgen. Penelitian tahun 2007, menunjukkan<br />

bahwa sosialisasi PBM telah,<br />

”berpengaruh secara sangat nyata”<br />

terhadap kerukunan umat beragama,<br />

dengan pengaruh (variabel) sebesar<br />

17,4 persen. Perentase ini cukup besar<br />

bila diperhitungkan dari banyaknya<br />

ragam faktor keagamaan maupun non<br />

keagamaan.<br />

Sejumlah narasumber dihadirkan<br />

<strong>Santunan</strong> JANUARI <strong>2011</strong><br />

dalam semiloka ini, diantaranya; Prof.<br />

Dr. H. Abdul Djamil, MA (Kepala Badan<br />

Litbang dan Diklat <strong>Kementerian</strong><br />

<strong>Agama</strong>), Drs. A. Tanribali Lamo, SH<br />

(Dirjen Kesbangpol, <strong>Kementerian</strong><br />

Dalam Negeri), Prof. Dr. H. M. Atho<br />

Mudzhar dan Dr. Ir. Sudarsono, MA,<br />

SH, Prof. H. Abd. Rahman Mas’ud,<br />

Ph.D, Prof. Dr. H. M. Ridwan Lubis<br />

(pakar kerukunan).<br />

Semiloka yang berlangsung empat<br />

hari, 9 sampai dengan 12 Desember,<br />

berhasil menyusun ”Buku Panduan<br />

Penyelenggaraan Sosialisasi PBM<br />

dan Model-model Metode Sosialisasi<br />

PBM” juga berhasil menyempurnakan<br />

”Buku Tanya Jawab PBM yang Disempurnakan”.<br />

PBM Bukan milik Balitbang dan Diklat<br />

Menteri <strong>Agama</strong> RI, Suryadharma<br />

Ali, saat membuka Seminar dan Lokakarya<br />

ini menegaskan, bahwa PBM<br />

yang disusun oleh pemuka agama<br />

majelis-majelis agama dan merupakan<br />

satu-satunya peraturan yang dihasilkan<br />

dari konsensus para pemukan agama,<br />

bukan milik Badan Litbang dan Diklat<br />

<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> semata, tetapi<br />

menjadi milik seluruh unit teknis di<br />

lingkungan <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong>.<br />

Oleh karena itu, lanjut Menteri,<br />

merumuskan strategi terbaik sosialiasi<br />

PBM menjadi tugas bersama pula.<br />

Selain itu, PBM juga merupakan milik<br />

bersama seluruh umat beragama. Sebab,<br />

PBM merupakan kesepakatan yang<br />

didasarkan pada keluruhan budi para<br />

pemuka agama majelis-majelis agama<br />

untuk menekan ego mereka demi kepentingan<br />

bangsa yang lebih luas. ”Sosialisasi<br />

PBM harus dapat menjangkau<br />

seluruh lapisan masyarakat sehingga<br />

menjadikannya sebagai konsensus bersama<br />

umat beragama,” ujar Menteri.<br />

n (juniazi)


Ruang Hazawa<br />

CATATAN PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI<br />

EMBARKASI BANDA ACEH TAHUN 1431 H/2010 M<br />

Penyelenggaraan Ibadah Haji merupakan<br />

tugas nasional mengingat<br />

jumlah jamaah haji Indonesia<br />

yang sangat besar, melibatkan berbagai<br />

instansi dengan berbagai aspek, antara<br />

lain bimbingan, transportasi, kesehatan,<br />

akomodasi dan keamanan.<br />

Penyelenggaraan Ibadah Haji tahun<br />

1431 H/2010M di Embarkasi Banda<br />

Aceh telah selesai dilaksanakan walaupun<br />

masih terdapat beberapa aspek<br />

yang perlu ditingkatkan guna penyempurnaan<br />

di masa mendatang.<br />

Persiapan pelaksanaan ibadah haji<br />

tahun ini telah dimulai pada bulan<br />

April 2010 dengan mengumpulkan<br />

dan mengirimkan lembar bukti stor<br />

awal jamaah haji yang akan berangkat<br />

ke <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> Jakarta guna<br />

scaning photo, pendataan mahram<br />

(Mei 2010), rekrutmen petugas haji<br />

(Juni 2010), pelatihan petugas haji (Juli<br />

2010), pelunasan BPIH (Agustus 2010),<br />

proses paspor dan Dapih (Agustus s.d<br />

Nopember) serta pembentukan kloter<br />

(September 2010).<br />

Masa Operasional Penyelenggaraan<br />

Ibadah Haji diawali dengan pelantikan<br />

Panitia Penyelenggara Ibadah Haji<br />

(PPIH) Embarkasi Banda Aceh yang<br />

diikuti dengan pelantikan Pembantu<br />

Panitia Penyelenggara Ibadah Haji dan dilanjutkan<br />

dengan rapat koordinasi yang<br />

dihadiri oleh seluruh pihak terkait.<br />

Jamaah Kloter 1 BTJ memasuki<br />

Asrama Haji Embarkasi Banda Aceh<br />

pada tanggal 10 November 2010<br />

dan diberangkatkan pada tanggal 11<br />

November 2010. Jumlah Jamaah Haji<br />

yang berangkat tahun ini sebanyak<br />

4.133 orang (sudah termasuk 65 orang<br />

petugas) yang tergabung dalam 13 kelompok<br />

terbang (kloter). Keseluruhan<br />

kloter tersebut diberangkatkan melalui<br />

Bandara Sultan Iskandar Muda secara<br />

bergiliran setiap harinya mulai tanggal<br />

11 s.d. 23 November 2010.<br />

Adapun fase pemulangan dimulai<br />

<strong>Santunan</strong> JANUARI <strong>2011</strong><br />

pada tanggal 21 November s.d 03 Desember<br />

2010 dengan jumlah jamaah<br />

dan petugas sebanyak 4.123 (termasuk<br />

dua orang jamaah mutasi masuk dari<br />

Embarkasi Ujung Pandang (UPG).<br />

Jumlah jamaah haji wafat di tanah<br />

suci tahun ini berjumlah 12 orang.<br />

Guna meningkatkan kinerja pada masa<br />

yang akan datang maka pada tanggal<br />

28 Desember 2010 dilakukan Rapat<br />

Evaluasi Penyelenggaraan Ibadah Haji<br />

Embarkasi Tahun 1431 H / 2010 M, di<br />

Banda Aceh.<br />

Profil Jamaah haji <strong>Prov</strong>insi Aceh<br />

tahun 1431 H mayoritas berjenis<br />

kelamin wanita sebanyak 2.469 orang<br />

(59,73%), dari segi umur mayoritas<br />

berusia antara 51 s.d 60 Tahun sebanyak<br />

1.292 orang (31,29%), pendidikan<br />

mayoritas Sekolah Dasar sebanyak<br />

1.270 orang (30,72%), dan<br />

pekerjaan yang dominan adalah Ibu<br />

rumah tangga sebanyak 1.401 orang<br />

(33,89%). n(zainal)<br />

21


Peristiwa<br />

Razali Azis, Mantan Ka. Kanwil<br />

<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> Aceh Meninggal Dunia<br />

<strong>Santunan</strong> – Banda Aceh.<br />

Drs. H. Razali Aziz, mantan<br />

Kepala Kantor Wilayah <strong>Kementerian</strong><br />

<strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi Aceh, tahun<br />

1990-1997, Rabu, (22/12), sekitar<br />

pukul 04.30 WIB, meninggal<br />

dunia di rumahnya, Jalan Kenari<br />

Barat Nomor 22, Peurada Utama,<br />

Banda Aceh.<br />

Almarhum Drs. H. Razali Aziz,<br />

dilahirkan di Cot Trieng, Kecamatan<br />

Teunom, Meulaboh 17<br />

Agustus 1928. Sekarang wilayah<br />

Teunom, masuk dalam wilayah<br />

Kabupaten Aceh Jaya.<br />

Almarhum, pernah menjadi<br />

guru di PGA, hampir 25 menjadi<br />

Kepala Kantor Departemen<br />

<strong>Agama</strong> Aceh Barat, sebelum menjadi<br />

Kepala Kantor Wilayah Departemen<br />

<strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi Daerah<br />

Istimewa Aceh.<br />

Turut hadir melayat, sejumlah<br />

teman dekat almarhum semasa aktif<br />

berdinas. Sejumlah karyawan dan karyawati<br />

Kanwil <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> Aceh,<br />

Arisan Dharma Wanita Persatuan<br />

Kanwil Kemenag Aceh Bulan Desember<br />

Belajar Buat Peuneuwoe Linto baro<br />

<strong>Santunan</strong> – Banda Aceh.<br />

Dharma wanita Persatuan Kanwil<br />

<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> kembali mengadakan<br />

arisan bulanan, bulan<br />

Desember 2010 ‘dimotori’ Sub<br />

Bagian Caninfoka. Kegiatan arisan<br />

yang sudah jadi rutinitas bulanan<br />

ibu-ibu Dharma Wanita, kali ini<br />

dipimpin Hj. Yasmaidar, nyonya<br />

dari H. Saifuddin, SE, Kasubbag<br />

Caninfoka yang dilaksanakan pada<br />

hari Rabu 15 Desember 2010,<br />

dimulai pukul 09.30 WIB.<br />

Kegiatan arisan ini diisi<br />

dengan belajar membuat tempat<br />

warga masyarakat Peurada dan pihak keluarga<br />

yang datang dari kampung.<br />

Selama hidupnya, beliau dikenal baik<br />

bawaan pengantin (peuneuwoe linto<br />

baro), dengan menggunakan bahan-<br />

22 <strong>Santunan</strong> JANUARI <strong>2011</strong><br />

dan akrab dengan semua orang.<br />

Beberapa waktu terakhir, beliau<br />

menderita sakit sebelum akhirnya<br />

meninggal dunia. Almarhum meninggalkan<br />

9 orang anak, dan sejumlah<br />

cucu. Beliau dimakamkan<br />

hari itu juga di perkuburan umum<br />

Desa Peurada, Kecamatan Syiah<br />

Kuala, Banda Aceh.<br />

Kepala Kantor Wilayah <strong>Kementerian</strong><br />

<strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi Aceh,<br />

Drs. H. A. Rahman TB, Lt, didampingi<br />

Kepala Bagian Tata Usaha,<br />

Drs. H. Taufik Abdullah, secara<br />

khusus menyampaikan duka cita<br />

yang mendalam atas berpulangnya<br />

kerahmatullah, orang tua, senior,<br />

mantan pimpinan dan teman<br />

kerja di kantor, semoga almarhum<br />

diampuni dosa dan kesalahannnya<br />

dan ditempatkan di tempat yang<br />

terbaik di sisi Allah swt. Kepada<br />

anak, cucu dan keluarga yang ditinggalkan,<br />

Kakanwil berharap untuk<br />

sabar dan tawakkal atas musibah<br />

dan cobaan ini. naba<br />

bahan yang sederhana, mudah<br />

didapat dan ekonomis. Dalam<br />

sambutannya Ibu Hj. Yasmaidar<br />

yang juga Sekretaris DWP Kanwil<br />

<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi Aceh<br />

menghimbau kepada seluruh anggota<br />

Dharma Wanita Persatuan<br />

agar aktif dalam kegiatan bulanan<br />

tersebut, karena maju mundurnya<br />

suatu organisasi sangat tergantung<br />

pada partisipasi anggotanya. Acara<br />

selesai tepat pukul 11.30 WIB,<br />

ditutup dengan doa yang dipimpin<br />

oleh Ibu Rahayu Minanda. n Elia<br />

Fajri.


<strong>Santunan</strong> JANUARI <strong>2011</strong><br />

Peristiwa<br />

Sejumlah Madrasah di Abdya<br />

Laksanakan Qurban Idul Adha 1431 H<br />

<strong>Santunan</strong> - Blangpidie. Gema<br />

takbir berkumandang di sejumlah<br />

madrasah di Lingkungan <strong>Kementerian</strong><br />

<strong>Agama</strong> Kabupaten Aceh Barat Daya,<br />

saat para siswa dan seluruh dewan<br />

guru menyaksikan penyembelihan hewan<br />

qurban di halaman madrasahnya<br />

masing-masing. Tepat pukul 09.00 WIB<br />

beberapa ekor hewan qurban, lembu,<br />

kerbau da kambing disembelih untuk<br />

dibagikan kepada sejumlah anak yatim<br />

piatu dan keluarga kurang mampu.<br />

Biro <strong>Santunan</strong> Abdya sempat merekam<br />

pelaksanaan penyembelihan<br />

hewan qurban berlangsung di sejumlah<br />

madrasah, di antaranya MAS<br />

Kuala Batee, MAS Manggeng, MAN<br />

Blangpidie, MTsN Kuala Batee, MTsN<br />

Blangpidie, dan MTsN Susoh yang<br />

disaksikan langsung oleh seluruh<br />

dewan guru beserta anak didik dari<br />

kalangan anak-anak yatim piatu dan<br />

kurang mampu. “Tahun ini kami<br />

menyembelih 2 ekor hewan qurban,<br />

yaitu 1 ekor lembu yang berasal<br />

dari infaq seluruh siswa dan 1 ekor<br />

kerbau dari beberapa orang guru yang<br />

berkurban,” ujar Sabri, Kepala MTsN<br />

Blangpidie.<br />

Di hari yang sama pelaksanaan<br />

qurban juga berlangsung di MAS Kuala<br />

Batee. Walau hanya menyembelih 2<br />

ekor kambing, pelaksanaan tersebut<br />

berlangsung khidmat dan dibagikan<br />

kepada seluruh anak didik dalam<br />

upaya membagi kebahagian dan rasa<br />

solidaritas sesama di kalangan anak<br />

didik dan guru, sebut Bapak Nazir,<br />

selaku Kepala MAS Kuala Batee.<br />

“Tahun ini banyak dari kalangan<br />

guru-guru yang melaksanakan qurban<br />

di madrasahnya masing-masing, jadi<br />

masing-masing madrasah menyembelih<br />

2 ekor hewan qurban yakni kerbau dan<br />

lembu,” ungkap Darmi, Kepala MAN<br />

Blangpidie.<br />

Kepala Kantor <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong><br />

Kabupaten Abdya, H. Syarbaini, SH,<br />

menyambut positif kegiatan yang di-<br />

Ikatan Guru Raudhatul Athfal<br />

(IGRA) Aceh Terbentuk<br />

<strong>Santunan</strong> – Banda Aceh. Musyawarah<br />

Wilayah (Muswil) Ikatan Guru<br />

Raudhatul Athfal (IGRA), yang dilaksanakan<br />

di Banda Aceh (14/12), berhasil<br />

membentuk pengurus baru IGRA<br />

<strong>Prov</strong>insi Aceh, periode <strong>2011</strong> – 2015.<br />

Sejumlah pengurus terpilih, yang<br />

diketuai Murhamah, S.Ag dan Sekretaris<br />

Dra. Juairiah, bertandang ke<br />

Redaksi <strong>Santunan</strong>, (15/12) menjelaskan<br />

Muswil IGRA ini dilaksanakan untuk<br />

mengisi kevakuman kepengurusan<br />

dan menyelamatkan organisasi IGRA<br />

<strong>Prov</strong>insi Aceh.<br />

Muswil yang dihadiri 54 orang peserta<br />

dari 15 Kabupaten dan Kota se<br />

Aceh, dibuka Kepala Kantor Wilayah<br />

<strong>Kementerian</strong> Drs. H. A. Rahman TB,<br />

Lt, di Asrama Haji, Banda Aceh. Menurut<br />

Murhamah, selain membentuk<br />

kepengurusan baru, MUSWIL juga<br />

berhasil merumuskan program jangka<br />

pendek dan jangka panjang, antara<br />

lain mengaktifkan kembali pengurus<br />

IGRA pada seluruh kabupaten/kota dalam<br />

<strong>Prov</strong>insi Aceh. Mensosialisasikan<br />

organisasi ini kepada masyarakat dan<br />

stakeholder terkait lainnya. Meningkatkan<br />

kompetensi Kepala dan Guru<br />

Raudhatul Athfal dengan mengadakan<br />

pelatihan, seminar dan workshop di<br />

seluruh Aceh.<br />

”Alhamdulillah, Muswil kali ini<br />

berjalan dengan baik dan sukses sesuai<br />

dengan harapan. Insyaallah, da-<br />

lakukan siswa-siswa madrasah di daerahnya.<br />

“Ini bentuk pembelajaran kepada<br />

peserta didik, tentang bagaimana<br />

berbagi kepada sesama, terutama kepada<br />

mereka yang membutuhkan. Insyaallah,<br />

untuk tahun-tahun mendatang kegiatan<br />

qurban di madrasah akan lebih banyak<br />

dan semarak lagi, ujarnya. n<br />

Biro Abdya<br />

lam waktu dekat kita akan mengirim<br />

susunan pengurus lengkap ke Pengurus<br />

Pusat IGRA di Jakarta, untuk di SKkan.<br />

Kepada seluruh pengurus terpilih<br />

dan anggota IGRA seluruh Aceh untuk<br />

aktif dan berkiprah sebaik mungkin<br />

untuk pengembangan RA ke arah<br />

yang lebih maju dan berkualitas,” ujar<br />

Murhamah, yang juga Kepala RA Al-<br />

Marhamah, Kota Langsa.<br />

Susunan Pengurus Wilayah IGRA<br />

periode <strong>2011</strong>-2015, Ketua Murhamah,<br />

S.Ag, Ketua 1 Nurasiah, S.Ag, Ketua II,<br />

Rita Zahara, Sekretaris Dra. Juairiah,<br />

Sekrteris I, Muhammad Ali Marzuki,<br />

S.Pd.I, Sekretaris II, Yusnar, S.Ag, Bendahara,<br />

Hamidah, S.Pd, Wakil Bendahara,<br />

Sa’diah Basyah, S.Ag. Kepengurusan<br />

juga dilengkapi bidang-bidang,<br />

Bidang Pendidikan diketuai, Sri Afriani,<br />

A.Ma, Bidang Litbang, Suryana, A.Md,<br />

Bidang Organisasi, Cut Rahmawati,<br />

S.Pd. I, dan Ketua Bidang Usaha dan<br />

Sosial, Hj. Nurlaila, S.Ag.n juniazi<br />

23


Peristiwa<br />

DW Kemenag Aceh Timur<br />

Juara Turnamen Bulu Tangkis<br />

HUT DW Se-Aceh Timur<br />

<strong>Santunan</strong>-Peureulak. Tim Dharma<br />

Wanita Kantor <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong><br />

Kab. Aceh Timur keluar sebagai juara<br />

Turnamen Bulu Tangkis dalam rangka<br />

HUT Dharma Wanita Se-Kabupaten<br />

Aceh Timur.<br />

Pertandingan final yang digelar di<br />

Lapangan Kantor <strong>Kementerian</strong> Kab.<br />

<strong>Santunan</strong> – Banda Aceh. Setelah<br />

sekian lama ditunggu, akhirnya Menteri<br />

<strong>Agama</strong> RI melalui Peraturan Menteri<br />

<strong>Agama</strong> RI Nomor 13 Tahun 2010,<br />

tanggal 5 Oktober 2010, membentuk<br />

Kantor <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> Kabupaten<br />

Pidie Jaya dan Kantor <strong>Kementerian</strong><br />

<strong>Agama</strong> Kota Subulussalam.<br />

Informasi ini diperoleh <strong>Santunan</strong><br />

dari copy-an surat pengantar Kepala<br />

Biro Organisasi dan Tatalaksana <strong>Kementerian</strong><br />

<strong>Agama</strong> RI, kepada Kakanwil<br />

<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi Aceh,<br />

tertanggal 8 Oktober 2010, yang barubaru<br />

ini diterima.<br />

Persetujuan pembentukan dua <strong>Kementerian</strong><br />

<strong>Agama</strong> baru di Aceh ini oleh<br />

Menteri <strong>Agama</strong> RI, setelah sebelumnya<br />

mendapat persetujuan Menteri Pen-<br />

Aceh Timur, 27 s.d 28 November<br />

2010, berlangsung ketat dan melelahkan<br />

melawan Tim DW Sekdakab Aceh<br />

Timur. Tim Kemenag unggul dengan<br />

rubber set: 21-18, 18-21 dan 21-18.<br />

Pasangan tim Kemenag, Ny. Nonarita,<br />

S. Ag dan Ny. Darmawati, S. Sos.I,<br />

bermain begitu apik dan memukau seluruh<br />

penonton yang hadir menyaksikan<br />

laga final tersebut.<br />

Turnamen bulu tangkis ini adalah<br />

rangkaian kegiatan yang dilaksanakan<br />

dalam rangka HUT DW Kabupaten<br />

Aceh Timur dan diikuti oleh seluruh<br />

Dharma Wanita se-Kabupaten Aceh<br />

Timur baik Dinas-Dinas dan Kantor-<br />

Kantor dalam lingkungan Pemerintah<br />

Kabupaten Aceh Timur plus Kantor<br />

<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> Kab. Aceh Timur.<br />

nBiro Aceh Timur<br />

Menag RI Sahkan Struktur<br />

<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> Pidie Jaya<br />

dan Kota Subulussalam<br />

dayagunaan Aparatur Negara melalui<br />

surat Nomor: B/2655/M.PAN/8/2009,<br />

tanggal 25 Agustus 2009.<br />

Dalam Permenag tersebut dijelaskan,<br />

Kantor <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> Kabupaten<br />

Pidie Jaya dan Kota Subulussalam<br />

adalah instansi vertikal <strong>Kementerian</strong><br />

<strong>Agama</strong> yang berada di bawah dan<br />

bertanggung jawab langsung kepada<br />

Kepala Kantor Wilayah <strong>Kementerian</strong><br />

<strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi Aceh.<br />

Susunan organisasi Kantor <strong>Kementerian</strong><br />

<strong>Agama</strong> Pidie Jaya dan Kota Subulussalam<br />

terdiri dari, Subbagian Tata<br />

Usaha, Seksi Pendidikan Islam, Seksi<br />

Urusan dan Penerangan <strong>Agama</strong> Islam,<br />

Seksi Penyelenggaraan Haji dan Umrah,<br />

dan Kelompok jabatan fungsional.<br />

Nah... njuniazi<br />

24 <strong>Santunan</strong> JANUARI <strong>2011</strong><br />

Syamtalira Aron<br />

Juara Umum<br />

MTQ 30 Aceh Utara<br />

<strong>Santunan</strong>-Lhoksukon. Kecamatan<br />

Syamtalira Aron, Aceh Utara, tampil<br />

sebagai juara Umum MTQ tingkat Kabupaten<br />

Aceh Utara, setelah kafilah<br />

itu memperoleh nilai 40 karena lima<br />

peser-tanya meraih juara satu, empat<br />

orang juara dua dan tiga orang juara<br />

tiga.<br />

Sementara Kecamatan Muara Batu<br />

berada di peringkat kedua dengan<br />

meraih poin 35, hasil dari lima peserta<br />

meraih juara satu, dua orang juara dua<br />

dan empat orang juara tiga. Adapun<br />

tuan rumah Kecamatan Baktiya<br />

Barat memperoleh nilai 31, hasildari<br />

empat peserta mendapat juara satu,<br />

tiga orang juara dua dan dua orang<br />

juara tiga. Sementara Kuta Makmur<br />

mengumpulkan poin 23 setelah tiga<br />

pesertanya mendapat juara satu, dua<br />

peserta juara dua dan dua peserta<br />

juara tiga.<br />

Dalam laporannya, Ketua Panitia<br />

MTQ ke-30, Drs. Isa Anshari, MM<br />

menyampaikan bahwa cabang-cabang<br />

yang diperlombakan ada 9 Cabang yaitu<br />

1. cabang Tilawah Kanak-kanak Putra<br />

Putri, Remaja putra putri, Dewasa putra<br />

putri. 2. Cabang Tartil putra putri. 3<br />

tahfiz 1 Juz, 5 Juz, 20 Juz, 30 Juz putra<br />

putri. 4. Tafsir B. Indonesia, B. Inggris,<br />

B. Arab putra putri. 5. Qira’ah Sab’ah<br />

putra putri. 6. Tilawah cacat netra putra<br />

putrid. 7. Fahmil Qur’an puta putri.<br />

8. Syarhil Qur’an. 9 Khattil Qur’an<br />

golongan Naskah, Mushaf, Dekor putra<br />

putri, ujarnya.<br />

Kamis malam, 2 Desember 2010<br />

MTQ ditutup secara resmi oleh Ketua<br />

DPRK Aceh Utara, Jamaluddin Jalil.<br />

Dalam sambutannya, ia mengatakan<br />

walau MTQ telah berakhir bukan<br />

berarti wajib membaca Al-Qur’an<br />

juga telah ditutup. Karena itu, ia<br />

meminta seluruh masyarakat agar<br />

tetap membaca, memahami dan mengamalkan<br />

nilai-nilai al-qur’an dalam<br />

kehidupan sehari-hari. “Para peserta<br />

MTQ merupakan orang-orang pilihan<br />

yang perlu memberikan contoh bagi<br />

masyarakat lain dalam mengamalkan<br />

Alquran sebagai pedoman hidup umat<br />

Islam,” ujarnya. nBiro Aceh Utara


<strong>Santunan</strong> JANUARI <strong>2011</strong><br />

Peristiwa<br />

Seminar Internasional Kependidikan di Simeulu<br />

<strong>Santunan</strong>-Sinabang. Lembaga Pengembangan<br />

Pendidikan Aceh (LPPA)<br />

melaksanakan seminar internasional<br />

kependidikan di Simeulue, (12/12).<br />

Seminar ini diikuti oleh 900 orang<br />

peserta yang terdiri dari guru, kepala<br />

sekolah, siswa, mahasiswa, dan peserta<br />

dari kalangan umum lainnya. Kegiatan<br />

ini dibuka oleh Asisten II Gubernur<br />

Aceh, Ir. H. T Said Mustafa, mewakili<br />

Wakil Gubenur Aceh, Muhammad<br />

Nazar yang berhalangan hadir.<br />

Bupati Simuelue Drs Darmili, dalam<br />

sambutannya pada saat acara pembukaan<br />

seminar, mengatakan seminar yang berskala<br />

internasional ini merupakan kegiatan<br />

yang sangat berani mengambil<br />

tempat di Simeulue. Tetapi menurut<br />

Bupati, pemilihan Simeulue menjadi<br />

tempat penyelenggaraan Seminar Internasional<br />

tentang Pendidikan adalah<br />

merupakan suatu pilihan yang tepat<br />

dan tidak salah lagi sebab guru-guru<br />

sangat antusias mengikuti kegiatan yang<br />

berkaitan dengan pendididkan. Lebihlebih<br />

ini kegiatan berskala internasional.<br />

Selanjutnya Bupati mengatakan melalui<br />

seminar ini diharapkan guru-guru memperoleh<br />

wawasan dan informasi baru<br />

untuk peningkatan profesionalisme guru<br />

kini dan dimasa yang akan datang.<br />

Hadir selaku narasumber dalam<br />

seminar ini antara lain, Dr. Turmudi,<br />

M.Ed, MSc, Dosen Pasca Sarjana UPI<br />

Bandung dengan materi Penataan<br />

dan Pengembangan Pendidikan<br />

yang Bermutu Sebagai Solusi Untuk<br />

Mewujudkan Konsep Ideal dalam<br />

Pilar Pendidikan yang Dinamis. Prof.<br />

Omar bin Abdull Kareem, Ph.D dari<br />

UPSI Malaysia dengan materi Sistem<br />

Pendidikan berbasis Islam. Dan Wagub<br />

Aceh, yang diwakili oleh Ir. H. T Said<br />

Mustafa dengan materi Peningkatan<br />

Mutu Pendidikan dan Sumber Daya di<br />

Aceh melalui Profesionalisme Guru.<br />

Ketua Panitia Seminar Internasional,<br />

Ahlul Fikri, S.Pd.I, M.Pd, berharap<br />

hasil seminar ini dapat ditindaklanjuti<br />

lebih lanjut oleh para pemangku<br />

amanah pendidikan di <strong>Prov</strong>insi Aceh<br />

guna peningkatan kualitas pendidikan<br />

di Aceh di masa yang akan datang. n<br />

Biro Simeulu<br />

Nurul Hidayat, Siswa MTsN Sawang<br />

Juara III IPTEK Nasional<br />

<strong>Santunan</strong> - Tapak Tuan. Nurul<br />

Hidayat Siswa Kelas II MTsN Sawang,<br />

keluar sebagai Juara Ketiga IPTEK Tertulis<br />

Nasional yang diselenggarakan<br />

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia<br />

(LIPI), dan PETA Indonesia Foundation.<br />

Nurul Hidayat meraih juara ketiga<br />

setelah menyisihkan 14.335 orang<br />

siswa MTs/SMP di seluruh Indonesia<br />

yang mengikuti ajang bergengsi<br />

tersebut.<br />

Kepala MTsN Sawang, Muhibuddin,<br />

S.Ag, kepada <strong>Santunan</strong> mengatakan,<br />

lomba IPTEK tertulis ini berlangsung<br />

sejak 25 <strong>Januari</strong>-25 Maret 2010,<br />

melalui saluran TV Education yang<br />

menayangkan soal-soal setiap harinya<br />

untuk kemudian dijawab oleh peserta<br />

via telepon.<br />

“Ini prestasi yang sangat membanggakan,”<br />

kata Muhibuddin S.Ag,<br />

melalui release yang disampaikannya<br />

kepada <strong>Majalah</strong> <strong>Santunan</strong>. Pihak<br />

sekolah telah menyerahkan hadiah yang<br />

diberikan panita kepada Nurul Hidayat<br />

berupa sertifikat dan uang tunai.<br />

Panitia lomba juga memberikan<br />

penghargaan tingkat nasional kepada<br />

Kepala Madrasah dan Guru MTsN<br />

Sawang Aceh Selatan yaitu, Hardi,<br />

S.Ag, Yusnizar, S.Pd., Arisman, S.Ag.,<br />

dan Jasmani Ali, S.Ag. sebagai “Pelopor<br />

Pengembangan dan Kemajuan IPTEK”.<br />

Mereka dianggap telah mampu membimbing<br />

dan membina 230 Siswa<br />

MTsN Sawang Aceh Selatan untuk<br />

mengikuti kegiatan lomba tersebut<br />

sehingga mampu keluar sebagai Juara<br />

Nasional. naba<br />

25


Peristiwa<br />

Piala Bergilir untuk Majelis Taklim Terbaik<br />

<strong>Santunan</strong>-Peureulak.<br />

Memperingati Tahun Baru<br />

Hijriah 1424, di Kecamatan Indra<br />

Makmu disemarakkan dengan<br />

Kegiatan pemilihan Majelis<br />

Taklim terbaik, dan Festival<br />

Nasyid Rebana se-Kecamatan<br />

Indra Makmu. Kegiatan tersebut<br />

memperebutkan piala bergilir<br />

Kepala Kantor <strong>Kementerian</strong><br />

<strong>Agama</strong> Kab. Aceh Timur. Kegiatan<br />

penyerahan piala bergilir tersebut<br />

bersamaan dengan Peringatan<br />

Tahun Baru Hijriah 1 Muharram<br />

1424 H, (7/12), yang dipusatkan<br />

di Balai Kecamatan setempat.<br />

Pada kesempatan tersebut, Kakankemenag<br />

Kab. Aceh Timur, Drs. H.<br />

Faisal Hasan, mengemukakan bahwa<br />

kegiatan dimaksud sangat berguna<br />

untuk menggalakkan kegiatan pengajian<br />

majelis taklim yang dapat menambah<br />

wawasan keagamaan masyarakat.<br />

Ia juga menjelaskan, Majelis Taklim<br />

<strong>Santunan</strong> – Sigli. Guru dan<br />

murid murid MIN Tanjung Bungong,<br />

Kecamatan Sakti, Kabupaten Pidie<br />

melaksanakan Ibadah Qurban di Madrasah<br />

mereka, pada hari kedua hari raya<br />

Idul Adha, (18/11). Dua ekor sapi, yang<br />

diperoleh dari sumbangan siswa dan<br />

dewan guru secara simbolis disembelih<br />

langsung oleh Kepala MIN Tanjung<br />

Bungong, Abdurrahman,S.Ag.<br />

Daging qurban selanjutnya dibagikan<br />

kepada siswa dari keluarga fakir<br />

miskin dan yatim piatu. “Bahkan<br />

untuk tahun mendatang telah diprogramkan,<br />

setiap tujuh orang guru<br />

dapat berqurban satu ekor Lembu dan<br />

hal ini telah diputuskan dalam rapat<br />

bersama dengan dewan guru,” kata<br />

Abdurrahman,S.Ag, kepada <strong>Santunan</strong><br />

Biro Pidie.<br />

Abdurrahman, mengutip sebuah<br />

hadits Nabi, “Sesungguhnya yang<br />

pertama kali kita muliakan pada hari<br />

ini adalah Shalat, kemudian kita pulang<br />

lalu menyembelih hewan Qurban, ba-<br />

sebagai sebuah institusi pendidikan<br />

non formal bidang keagamaan memiliki<br />

arti penting bagi pengamalan nilainilai<br />

Islam di masyarakat. Hal ini di<br />

karenakan keberadaan majelis taklim<br />

menjadi ujung tombak yang berhadapan<br />

langsung pada masyarakat. Melihat<br />

peran yang begitu besar dari Majelis<br />

26 <strong>Santunan</strong> JANUARI <strong>2011</strong><br />

Taklim ini, maka pemerintah<br />

menjadikan Majelis Taklim<br />

sebagai sub sistem pendidikan<br />

nasional sebagaimana tertuang<br />

dalam Undang-Undang Republik<br />

Indonesia Nomor 20 Tahun<br />

2003 tentang sistem Pendidikan<br />

Nasional.<br />

Kakankemenag mengharapkan,<br />

potensi yang besar dari Majelis<br />

Ta’lim ini hendaknya didukung<br />

dengan manajemen yang baik,<br />

SDM yang profesional (ahli dalam<br />

bidangnya) dan kurikulum yang<br />

sistematik dan berkesinambungan.<br />

”Karena secara realitas banyak<br />

sekali ditemukan majelis taklim yang<br />

dikelola apa adanya, SDM yang lemah<br />

serta pola pengajaran dan pembelajaran<br />

yang tidak sistemetik yaitu terjadinya<br />

ketidakteraturn dan tumpang tindih<br />

antara ustadz/ustadzah yang satu dengan<br />

lainnya,” ujar Faisal.<br />

nBiro Aceh Timur<br />

MIN Tanjung Bungong Pidie Sembelih Qurban<br />

rang siapa berbuat demikian maka dia<br />

telah sesuai dengan sunnah kami, dan<br />

barang siapa yang telah menyembelih<br />

sebelumnya maka itu hanyalah<br />

daging yang dia persembahkan untuk<br />

keluarganya, tidak termasuk ibadah<br />

nusuk sedikitpun.” (H.R.Bukhari dan<br />

Muslim). nBiro Pidie


<strong>Santunan</strong> JANUARI <strong>2011</strong><br />

Dunia Islam<br />

Israel Makin Rasis,<br />

Beredar Imbauan Gadis Yahudi Jauhi Warga Arab<br />

<strong>Santunan</strong> - Tel Aviv. Paguyuban<br />

Istri-istri Rabi Israel menyebarkan<br />

imbauan bagi gadis-gadis Yahudi.<br />

Mereka meminta para gadis Yahudi<br />

tidak berkencan dengan orang Arab<br />

atau bekerja dengan warga Arab.<br />

Imbauan itu mereka sampaikan<br />

dalam bentuk surat yang ditandatangani<br />

27 istri para rabi. Berikut petikan<br />

suratnya: ‘Ada banyak pekerja Arab<br />

yang diam-diam mengubah namanya<br />

menjadi nama Yahudi, seperti Yussef<br />

jadi Yossi, Samir jadi Sami, Abed<br />

jadi Ami. Para pemuda Arab ini ingin<br />

mendekati kalian, wahai para gadis<br />

Yahudi. Mereka pandai mengambil<br />

hati kalian, wahai gadis Yahudi. Tapi<br />

berhati-hatilah. Ketika kalian sudah ada<br />

dalam rengkuhan mereka, segalanya<br />

akan berubah.”<br />

“Hidup kalian, wahai para gadis<br />

Yahudi, tak akan lagi sama. Pemudapemuda<br />

Arab itu akan mengutuk kalian,<br />

memukul, dan mempermalukan<br />

kalian.” demikian surat tersebut. Salah<br />

satu istri rabi yang menandatangani<br />

surat ini adalah putri Rabi Ovadia<br />

Yosef. Yosef dikenal sebagai pemimpin<br />

spiritual Partai Shas. Partai ini beraliran<br />

ultra ortodoks, yang masuk di dalam<br />

pemerintahan koalisi Perdana Menteri<br />

Benjamin Netanyahu.<br />

Surat itu disebarkanluaskan oleh<br />

LSM Lehava (Api), LSM yang beraliran<br />

kanan dan rasisme milik Rabi Meir<br />

Kahane. Kahane adalah mantan anggota<br />

parlemen Israel dari Partai Kach yang<br />

memang terkenal rasis.<br />

Surat yang sudah beredar luas<br />

di Israel ini mendapat kecaman dari<br />

sesama rabi. Gilad Kariv, pemimpin<br />

Grup Reformasi Judaisme Israel,<br />

mengutuk penyebaran surat yang<br />

berbau rasisme ini. “Masyarakat Israel<br />

sekarang jatuh ke dalam lubang rasisme<br />

dan ketakutan rasis,” katanya.<br />

Imbauan bernada rasis ini justru<br />

makin marak beberapa pekan terakhir.<br />

Yahudi garis keras Israel terus<br />

mengumandangkan kebencian terha-<br />

Masjid Terbesar di Qatar akan Segera Beroperasi<br />

<strong>Santunan</strong>-Doha. Masjid terbesar<br />

di Qatar akan dibuka awal<br />

tahun depan di daerah Khuwair,<br />

Doha. Tinggal menunggu tahap<br />

penyelesaian, masjid yang nantinya<br />

dikelola negara ini mampu<br />

menampung 10 ribu jamaah pada<br />

satu kesempatan. Nantinya, masjid<br />

ini akan menggantikan Masjid Spiral<br />

yang sebelumnya merupakan<br />

masjid terbesar di negeri itu.<br />

Masjid ini memiliki luas bangunan<br />

total sekitar 19.550 meter<br />

persegi dengan tiga tingkat.<br />

Bangunan masjid ini berdiri di atas<br />

tanah seluas 175 ribu meter persegi.<br />

Masjid ini menggabungkan unsur tradisional<br />

arsitektur Islam.<br />

Fitur mencolok dari keindahan ini<br />

adalah kubah bundar lebih dari dua<br />

lusin dan kubah yang lebih kecil membentuk<br />

bagian atas struktur. Masjid ini<br />

juga akan dilengkapi area parkir yang<br />

luas tersebar lebih dari 14.877 meter<br />

dap bangsa Arab.<br />

Awal Desember, misalnya, ada petisi<br />

dari para rabi ke pemerintah kota yang<br />

mendesak agar Yahudi tidak menjual<br />

rumahnya atau menyewakannya ke<br />

orang non Yahudi.<br />

Imbauan ini sempat dikritik<br />

oleh Netanyahu. Namun rupanya<br />

imbauan itu mendapat tempat di<br />

hati warga. Survei yang dilakukan<br />

pekan ini menyatakan 44 warga Israel<br />

mendukung petisi para rabi itu,<br />

sementara sisa 48 lainnya menolak.<br />

Masih soal rasisme, beberapa pekan<br />

lalu juga terjadi seruan serupa bagi warga<br />

Yahudi di Tel Aviv. “Perempuan Yahudi,<br />

jauhilah orang-orang Arab, terutama lelakinya,”<br />

demikian seruan tersebut.<br />

Selasa lalu, puluhan murid dan orang<br />

tua murid berunjuk rasa di Jaffa. Jaffa<br />

adalah permukiman campuran Arab-<br />

Yahudi di Tel Aviv. Mereka berunjuk<br />

rasa setelah salah satu sekolah melarang<br />

muridnya berbicara dalam bahasa Arab<br />

di kelas. n(mulyadi/republika)<br />

persegi.<br />

Ruang bawah tanah, seluas<br />

3.853 meter persegi, akan dimanfaatkan<br />

untuk tempat wudhu dan<br />

kamar mandi.<br />

Lantai dasar, seluas 12.117<br />

meter persegi, memiliki ruang doa<br />

utama untuk pria, tempat wudhu<br />

perempuan, dan area wudhu dan<br />

kamar mandi yang ditujukan untuk<br />

jamaah dengan kebutuhan<br />

khusus.<br />

Lantai mezzanin akan dimanfaatkan<br />

untuk perpustakaan<br />

dan ruang untuk menghafal Alquran.<br />

Menurut Qatar Tribune, masjid ini<br />

akan menjadi “rumah” baru yang indah<br />

bagi Muslim negara itu. n(Republika<br />

Online)<br />

27


Dunia Islam<br />

Muslim – Yahudi<br />

Bersatu Protes<br />

Kebijakan Hewan<br />

<strong>Santunan</strong>-Eropa. Kaum Muslim dan<br />

Yahudi memprotes undang-undang Uni<br />

Eropa yang akan mengharuskan penyembelihan<br />

hewan tanpa dibuat pingsan<br />

terlebih dahulu untuk membawa<br />

label “berasal dari hewan yang tidak dipingsankan<br />

dulu sebelum disembelih.”<br />

Anggota Parlemen Eropa meloloskan<br />

Amandemen 205 dengan mayoritas<br />

besar, yang kemudian diveto oleh<br />

Dewan Menteri Uni Eropa.<br />

Undang-undang itu berarti bahwa<br />

semua daging kosher dan halal akan<br />

diwajibkan untuk memiliki label ini.<br />

Persentase besar akademisi Muslim<br />

tidak keberatan dengan pemingsanan<br />

hewan sebelumnya dan penyembelihan<br />

hewan setelah dipingsankan tidak<br />

akan terpengaruh oleh undang-undang<br />

baru ini.<br />

Perwakilan dari kelompok Muslim<br />

dan Yahudi mengklaim bahwa undangundang<br />

baru Uni Eropa itu diskriminatif,<br />

sementara aktivis Compassion<br />

in World Farming yang mendukung<br />

amandemen itu mengatakan bahwa<br />

bukan ritual agamanya yang mereka<br />

tentang tapi penderitaan tak perlu dari<br />

hewan-hewan itu.<br />

Banyak yang dipertaruhkan untuk<br />

industri daging halal dan kosher. Saat<br />

ini, dipercaya bahwa jutaan hewan,<br />

terutama ayam, disembelih menurut<br />

standar kosher dan halal tanpa diberi<br />

label agar pelanggan non-Muslim memberikan<br />

pasar yang besar dan menguntungkan<br />

bagi produsen. Hal itu mungkin<br />

berkurang jika diberi label sesuai<br />

dengan peraturan yang baru.<br />

Abdalhamid Evans, direktur World<br />

Halal Forum Europe Project, bersikukuh<br />

bahwa amandemen itu tidak<br />

mendiskriminasi praktik relijius yang<br />

mengharuskan hewan untuk disembelih<br />

tanpa dipingsankan terlebih dahu-<br />

lu. Dia menambahkan tidak ada bukti<br />

ilmiah bahwa pemingsanan adalah lebih<br />

manusiawi dan bahwa jika harus<br />

ada pengungkapan, maka juga harus<br />

ada pengungkapan metode pemingsanan.<br />

n (suaramedia)<br />

Uni Eropa <strong>Santunan</strong>- Jerusalem. Salah satu<br />

Dalai Lama<br />

Sebut Banyak<br />

Pihak yang Ingin<br />

“Membajak” Islam<br />

<strong>Santunan</strong>- Dharamsala. Dalai<br />

Lama kembali mengeluarkan pernyataan<br />

yang membela Islam. Ia<br />

mengatakan bahwa Islam adalah salah<br />

satu agama yang paling penting dari<br />

dunia dan harus dilindungi.<br />

Dia mengatakan bahwa Islam tidak<br />

boleh digeneralisasi sebagai “sesuatu<br />

yang menakutkan” hanya karena<br />

segelintir penjahat. Ia menyebut<br />

orang-orang seperti itulah yang ingin<br />

“membajak” Islam untuk tujuan tak<br />

terpuji.<br />

Ia juga meminta orang untuk tidak<br />

antipati pada kata jihad. Menurutnya,<br />

jihad dalam pengertian yang sebenarnya<br />

adalah menaklukkan yang jahat dalam<br />

diri seseorang. “Hidup ini tidak mudah<br />

dan tidak ada jaminan, orang muda<br />

harus memiliki visi untuk membawa<br />

masa depannya secara konstruktif,<br />

“katanya.<br />

Pemimpin spiritual Tibet yang<br />

menerima gelar honoris causa dari<br />

Jamia Millia Islamia menyatakan dirinya<br />

berkomitmen untuk kerukunan<br />

agama. “Sejak tanggal 11 September<br />

saya telah membela Islam. Untuk<br />

beberapa orang yang sesat kita tidak<br />

boleh menyalahkan agamanya. Islam<br />

adalah salah satu agama penting di<br />

planet ini, dan harapan bagi jutaan<br />

orang,” katanya.n<br />

28 <strong>Santunan</strong> JANUARI <strong>2011</strong><br />

Pimpinan Rabi<br />

Internasional Panik:<br />

Islam Mulai<br />

Menguasai Eropa<br />

tokoh dari komunitas Yahudi internasional,<br />

Rabi David Rosen, telah memperingatkan<br />

bahwa Eropa dalam risiko<br />

besar: “dikuasai” oleh Islam. Satusatunya<br />

cara untuk melepaskannya,<br />

kata dia, “Eropa harus menenemukan<br />

kembali akar Kristen.”<br />

Berbicara kepada wartawan pada<br />

pertemuan di Yerusalem, Rabi Rosen,<br />

direktur urusan antar-agama di organisasi<br />

Yahudi Amerika yang berbasis<br />

di Washington, American Jewish<br />

Congress, ia mengatakan bahwa sebagian<br />

besar masyarakat sekuler dan<br />

liberal Eropa Barat berada di bawah<br />

ancaman oleh cepatnya pertumbuhan<br />

masyarakat Islam yang tidak ingin<br />

mengintegrasikan dengan tetangga<br />

mereka.<br />

“Saya menentang dinding pembatas.<br />

Kemanusiaan adalah komponen saya<br />

yang paling penting. Tapi masyarakat<br />

Barat sangat jelas tidak memiliki identitas<br />

yang kuat. Saya ingin orang-orang<br />

Kristen di Eropa untuk menjadi lebih<br />

Kristen... mereka yang tidak memiliki<br />

identitas yang kuat mudah dikuasai<br />

oleh orang-orang yang melakukannya,”<br />

kata rabbi.<br />

“Saya rasa ada kesempatan cukup<br />

baik bahwa cucu Anda, jika mereka<br />

bukan Muslim, harus kembali memiliki<br />

iman Katholik yang kuat,” katanya<br />

kepada seorang reporter Italia. “Saya<br />

tidak berpikir identitas semacam ini<br />

cukup kuat untuk menantang.”<br />

Pandangan Rabi Rosen didukung<br />

oleh sejumlah komentator Yahudi,<br />

yang melihat pertumbuhan demografi<br />

Muslim di Eropasejalan dengan pertumbuhan<br />

demografi Arab di Israel.<br />

“Anda memiliki masalah yang Anda<br />

tidak melihat. Anda cinta dengan ide<br />

multibudaya, tapi Anda tidak memahami<br />

Arab. Dalam era liberalisme, bagaimana<br />

Anda melindungi diri Anda<br />

dari kontrak (dengan Islam)?” kata Moti<br />

Cristal, negosiator Israel dan konsultan<br />

penyelesaian konflik sektor swasta di<br />

Nest Consulting. n (alsofwah)


Takut Kejahatan Diungkap,<br />

Israel Ancam Boikot PBB<br />

<strong>Santunan</strong> - New York. Hampir<br />

setiap bangsa di dunia ini setuju bahwa<br />

secara umum, rasisme merupakan hal<br />

yang buruk. Tapi, yang menghalangi<br />

seluruh dunia menyatukan kekuatan<br />

untuk menghadapi masalah itu adalah<br />

ketidaksepahaman terkait definisi rasisme,<br />

khususnya jika berbicara mengenai<br />

Israel. Agaknya, hal itu masih tidak akan<br />

berubah.<br />

Pekan lalu, Israel mengatakan<br />

mungkin akan memboikot sebuah<br />

konferensi PBB melawan rasisme pada<br />

bulan September mendatang setelah<br />

Majelis Umum PBB memutuskan<br />

menyelenggakakan konferensi tersebut<br />

sebagai kelanjutan konferensi rasisme<br />

pertama PBB yang digelar 10 tahun<br />

sebelumnya di Durban, Afrika Selatan.<br />

Pertemuan di Durban tersebut<br />

berubah menjadi perseteruan diplomatik<br />

saat negara-negara Afrika dan<br />

Muslim memimpin mayoritas negara<br />

anggota PBB mendukung deklarasi resmi<br />

yang menyebut Israel rasis terkait<br />

perlakuannya terhadap Palestina. Deklarasi<br />

tersebut ditentang oleh Amerika<br />

Serikat, banyak negara Eropa, serta<br />

Israel sendiri.<br />

Setelah berbulan-bulan berusaha<br />

mengubah agenda kelanjutan pertama<br />

konferensi Durban tahun lalu di Jenewa,<br />

Amerika Serikat dan negara-negara lain<br />

memutuskan untuk melewatkannya.<br />

Setelah Presiden Iran Mahmoud<br />

Ahmadinejad berpidato dan menyebut<br />

Israel sebagai rezim represif yang keji,<br />

banyak negara Eropa yang melakukan<br />

aksi walk out.<br />

Bagi Israel, pengambilan suara Majelis<br />

Umum sebelum Natal lalu untuk<br />

menjadikan konferensi tahun depan<br />

sebagai “Durban III” mengindikasikan<br />

bahwa diplomasi yang ada tidak akan<br />

lebih mulus atau produktif kali ini.<br />

“Berdasarkan keadaan saat ini, selama<br />

pertemuan tersebut dinyatakan sebagai<br />

bagian dari proses Durban, Israel tidak<br />

akan berpartisipasi dalam pertemuan<br />

yang dijadwalkan digelar di markas PBB<br />

di New York pada September <strong>2011</strong>,”<br />

kata Karean Peretz, juru bicara wanita<br />

misi Israel untuk PBB.<br />

“Konferensi Durban pada 2001,<br />

yang mengandung pesan ‘anti-Semit’<br />

serta memperlihatkan ‘kebencian’ terhadap<br />

Israel dan dunia Yahudi, telah<br />

menggoreskan luka pada diri kami yang<br />

tidak akan sembuh dengan cepat,”<br />

tambahnya.<br />

“Israel menjadi bagian dari upaya<br />

internasional untuk memerangi rasisme.<br />

Orang-orang Yahudi sendiri menjadi<br />

‘korban rasisme’ di sepanjang sejarah,”<br />

katanya.<br />

Kanada sudah menegaskan akan<br />

memboikot konferensi tersebut, dan<br />

tampaknya Amerika Serikat juga setali<br />

tiga uang.<br />

AS melakukan pengambilan suara<br />

menentang Durban III, dan Duta<br />

Besar Susan Rice mengatakan bahwa<br />

pemerintahan Obama tidak ingin<br />

melihat “pertunjukan tidak toleran<br />

dan anti-Semitisme” yang diperingati<br />

Durban I.<br />

Senator Kirsten Gillibrand dari<br />

New York memimpin sembilan senator<br />

Demokrat dan tujuh senator Republikan<br />

menyerukan agar pemerintah AS segera<br />

mengumumkan bahwa pihaknya tidak<br />

akan berpartisipasi.<br />

Dalam sebuah surat untuk Rice, para<br />

senator tersebtu menambahkan bahwa<br />

mereka khususnya merasa marah karena<br />

sebuah “forum demonstrasi anti-Semit<br />

dan anti-Amerika” akan dijadwalkan<br />

di New York hanya beberapa hari<br />

setelah peringatan peristiwa 9/11 yang<br />

kesepuluh.<br />

“Kita semua menyaksikan betapa<br />

suara-suara ekstrem bernada anti-Semit<br />

dan anti-Amerika menguasai Durban I<br />

dan Durban II,” kata Gillibrand.<br />

“Hal yang serupa pastinya akan<br />

terjadi dalam (konferensi) Durban III,”<br />

tambah Gillibrand. n<br />

(www.suaramedia.com)<br />

<strong>Santunan</strong> JANUARI <strong>2011</strong><br />

Dunia Islam<br />

Konsultan Terorisme Sarankan<br />

Habisi Muslim<br />

dan Anak Mereka<br />

<strong>Santunan</strong> - Las Vegas. Seorang<br />

konsultan kontraterorisme mengatakan<br />

dalam sebuah pertemuan dengan pejabat<br />

penegak hukum bahwa cara untuk<br />

memerangi “militan” Muslim adalah<br />

dengan “membunuh mereka, termasuk<br />

anak-anak mereka.”<br />

Walid Shoebat, “mantan teroris PLO”<br />

seperti yang digambarkannya sendiri,<br />

yang sekarang berbicara untuk AS dan<br />

Israel, dilaporkan membuat komentar itu<br />

dalam sebuah pidato di konferensi Asosiasi<br />

Petugas Kontraterorisme Internasional<br />

di Las Vegas bulan Oktober lalu.<br />

Komentar tersebut menyoroti kekhawatiran<br />

yang berkembang di antara advokat<br />

hak asasi manusia bahwa penegak<br />

hukum AS beralih ke ekstrimis untuk<br />

pelatihan dalam perang melawan terorisme.<br />

komentar itu juga menyoroti<br />

kecemasan kalangan pejabat senior kontraterorisme<br />

bahwa standar untuk pelatihan<br />

kontraterorisme tidak layak dan kemungkinan<br />

melukai keamanan nasional.<br />

Komentar Shoebat itu diterima hangat<br />

setidaknya oleh beberapa orang yang<br />

hadir dalam konferensi.<br />

Seorang peserta wanita konferensi<br />

mengutarakan pendapatnya tentang<br />

komentar Shoebat, “Bunuh mereka, termasuk<br />

anak-anaknya, kau dengar dia.”<br />

Pidato Shoebat di Las Vegas menakutkan.<br />

Penulis relijius Richard Bartholemew<br />

menggambarkan Shoebat sebagai<br />

seorang ahli semu terorisme, ekstrimisme<br />

Islam, dan nubuat Alkitab, dan dia<br />

mengajarkan bahwa Obama diam-diam<br />

adalah Muslim dan bahwa Alkitab telah<br />

menubuatkan Muslim sebagai anti-Kristus.<br />

Dalam sebuah investigasi mendalam<br />

terhadap aparat intelijen AS awal bulan<br />

ini, Washington Post melaporkan bahwa<br />

“dalam hasrat mereka untuk mengetahui<br />

lebih banyak tentang terorisme,<br />

banyak departemen kepolisian yang menyewa<br />

pelatih mereka sendiri. Beberapa<br />

menggambarkan dirinya sebagai ahli<br />

yang sudut pandang ekstrimisnya dianggap<br />

tidak akurat dan berbahaya bagi FBI<br />

dan yang lainnya di dalam komunitas intelijen.”<br />

n (suaramedia.com)<br />

29


Logo <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong><br />

Banyak yang tak Sesuai KMA<br />

Penggunaan lambang <strong>Kementerian</strong><br />

<strong>Agama</strong> pada berbagai instansi<br />

selama ini sudah tidak sesuai<br />

dengan ketentuan yang ada, yaitu<br />

Keputusan Menteri <strong>Agama</strong> Nomor 58<br />

Tahun 1979 dan telah disempurnakan<br />

dalam Keputusan Menteri <strong>Agama</strong><br />

RI Nomor 43 Tahun 1982 tentang<br />

Lambang Departemen <strong>Agama</strong>.<br />

Namun seperti yang kita lihat<br />

sekarang ini, penggunaan Lambang<br />

<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> berbeda-beda<br />

dan terlihat terjadi kesalahan yang<br />

bervariasi, terlihat jelas pada kapas<br />

dan padi yang kurang bahkan lebih<br />

jumlahnya, begitu juga dengan kitab<br />

baris-barisnya tidak sama jumlahnya.<br />

Disisi lain keseragaman sangat<br />

dibutuhkan dalam memunculkan<br />

kesatuan dan kekompakan, dalam hal<br />

ini perlu ditelaah kembali penggunaan<br />

lambang tersebut, karena mengingat<br />

setiap lambang selalu mengandung<br />

arti dan makna yang berbeda, namun<br />

bila kekurangan salah satu saja dari<br />

lambang yang telah ditentukan, maka<br />

maknanya pun ikut berubah.<br />

Untuk kita sama-sama mengingat<br />

kembali isi Lambang Departemen<br />

<strong>Agama</strong> Republik Indonesia di antaranya<br />

bintang besudut lima melambangkan<br />

sila Ketuhanan Yang Maha Esa, 17<br />

kuntum bunga kapas, 8 baris dalam<br />

kitab suci dan 45 butir padi bermakna<br />

Proklamasi Kemerdekaan Republik<br />

Indonesia, perisai berbentuk segi<br />

lima sama sisi dimaksudkan bahwa<br />

kerukunan hidup antar kerukunan<br />

umat beragama. Lebih lengkap<br />

memahami bentuk beserta makna<br />

Lambang tersebut dapat dilihat dalam<br />

butiran Keputusan Menteri <strong>Agama</strong><br />

Republik Indonesia. n Yusran/Lan<br />

Yusran Yahya<br />

TU MAN Darussalam<br />

Beralamat di Gampong Niruek Taman,<br />

Kecamatan Darussalam<br />

Atas: contoh logo yang salah<br />

Bawah: contoh logo yang benar<br />

30 <strong>Santunan</strong> JANUARI <strong>2011</strong>


Sains<br />

Konsep Akuntansi Modern<br />

Dalam Lintasan Peradaban Islam<br />

Dalam rangka menyambut tahun baru 1 Muharram<br />

1432 H dan 1 <strong>Januari</strong> <strong>2011</strong>, topik kajian sains<br />

yang akan dibahas dalam <strong>edisi</strong> ini adalah<br />

konsep akuntansi syariah dan kontribusinya terhadap<br />

pengembangan konsep akuntansi modern.<br />

Ketika mendengar kata ”akuntansi” mungkin yang kita<br />

bayangkan adalah transaksi, jurnal, laporan keuangan,<br />

Luca Pacioli, Bisnis, Skandal Korupsi dan Kolusi, Amerika<br />

dan Eropa.<br />

Kita sangat jarang membayangkan akuntansi sebagai<br />

bagian dari konsep peradaban Islam. Kita sangat sedikit<br />

pengetahuan tentang peranan peradaban Islam dalam<br />

pengembangan konsep akuntansi modern.<br />

Hegemoni negara-negara Barat<br />

(Eropa dan Amerika) di negaranegara<br />

muslim telah mengubah<br />

paradigma masyarakat muslim dan<br />

dunia bahwa akuntansi berasal dari<br />

Barat dan ilmunya orang Yahudi dan<br />

Cina.<br />

Paradigma seperti itu sangatlah<br />

keliru karena landasan pengembangan<br />

konsep akuntansi modern<br />

adalah konsep akuntansi Islam yang<br />

berasal dari Alquran. Akuntansi<br />

sudah dikenal 836 Tahun sebelum<br />

Luca Pacioli (1494) mempublikasikan<br />

konsep akuntansi akun berpasangan<br />

(double entry accounting) di Genoa,<br />

Italia, yang kemudian Luca Pacioli<br />

dikenal sebagai bapak akuntansi<br />

modern.<br />

Dalil-dalil dalam Alquran yang<br />

menjelaskan pentingnya akuntansi<br />

dalam kehidupan masyarakat Islam,<br />

di antaranya (Q.S. Al-Kahfi :19),<br />

(Q.S Al-Baqarah: 282-283), (Q.S Adz-<br />

Dzariat : 19). Pembukuan dalam akuntansi pertama sekali<br />

diperkenalkan ketika masa Khalifah Abu Bakar Siddiq, ra<br />

dengan membentuk lembaga diwan (departemen) untuk<br />

menyelenggarakan zakat umat. Pada masa khalifah Umar<br />

bin Khattab, ra lembaga ini sudah mengklasifikasikan<br />

buku-buku, layout aliran dokumen, mendesain (formulir),<br />

dan memelihara dokumen pendukung.<br />

Setelah masa-masa buram akuntansi Islam, khalifah<br />

Al-Walid bin Abdul Malik (706-847 M) memperkenalkan<br />

buku-buku dan register-register akuntansi lebih aku-rat.<br />

Akuntansi mencapai masa kejayaannya setelah Al-Dawlat<br />

al-‘Abbasiyah (Undang-Undang Abbasiyah). Periode 750<br />

M sampai dengan 847 M. Akuntansi sudah diperluas<br />

penggunaannya, pencatatan tidak hanya menyangkut<br />

Oleh : Muhammad Putra Aprullah, SE<br />

<strong>Santunan</strong> JANUARI <strong>2011</strong><br />

pada sistem zakat tetapi lebih jauh lagi yaitu segala<br />

sesuatu yang menyangkut seluruh penyelenggaraan<br />

negara.<br />

Pada tahun 750 Masehi, Diwan Al-Kharaj (Departemen<br />

Pajak Bumi) dan Diwan Al-Jund (Departemen Personel<br />

Tentara) dibentuk oleh khalifah Khaled Bin Barmark,<br />

orang yang mengembangkan dan mempertahankan<br />

pencatatan akuntansi negara. Buku utama yang digunakan<br />

oleh negara islam dinamakan Jaridah (Arab) yang<br />

dimaksudkan adalah surat kabar (newspaper) atau jurnal<br />

(journal).<br />

Kata jaridah inilah, menurut Brown dan Johnstone<br />

(Zaid, 1977), diterjemahkan oleh Luca Pacioli dalam<br />

dalam bahasa Venice (Italia) dengan<br />

zornal, yang sekarang familiar dengan<br />

kata jurnal (journal).<br />

Jaridah adalah buku yang berfungsi<br />

sebagai buku jurnal khusus<br />

(special journal) yang desainnya<br />

telah memuat layout yang sama<br />

dengan sub buku piutang (subsidiary<br />

account receivable) seperti yang<br />

ada pada akuntansi konvensional,<br />

Jaridah ini dibagi menjadi 3 (tiga)<br />

tipe, yaitu:<br />

a. Jaridat al-nafakat (jurnal Pengeluaran<br />

Kas). Buku ini dipergunakan<br />

oleh Dewan Pengeluaran Khalifah.<br />

b. Jaridat al-’amal (jurnal dana).<br />

Buku ini digunakan oleh Dewan<br />

Dana untuk mencatat penerimaan<br />

dan pengeluaran zakat. Buku ini<br />

digunakan sesuai dengan klasifikasi<br />

tipe zakat dan diaplikasikan sesuai<br />

dengan Alquran.<br />

c. Jaridah al-musadareen (jurnal<br />

dana sitaan). Buku ini dipergunakan<br />

oleh Dewan Penyitaan untuk mencatat dana yang<br />

digunakan oleh individu yang tidak sesuai dengan<br />

syariah.<br />

2. Al-awraj (account receivable subsidiary ledger).<br />

Buku ini digunakan untuk mencatat tipe-tipe khusus<br />

zakat dari tanah, gandum, dan binatang ternak. Hukum<br />

yang mengatur penentuan pembayaran zakat tersebut<br />

dikenal Kanoon Alkharaj. Buku alkharaj telah dibuat dua<br />

kolom, satu kolom untuk kewajiban membayar pajak<br />

dan kolom yang lain untuk pembayarannya. Pada buku<br />

ini sudah diperkenalkan semacam “debit” dan “kredit”,<br />

tetapi istilah debit dan kredit tidak digunakan.<br />

3. Daftar al-yawmiyah (Buku harian). Buku ini sama<br />

dengan jurnal umum (general journal) yang digunakan<br />

31


dalam akuntansi konvensional. Buku ini digunakan oleh<br />

dewan untuk mencatat segala transaksi yang terkait<br />

dengan pihak ketiga. Penyiapan buku ini adalah tanggung<br />

jawab akuntan tetapi harus disetujui oleh pengawas atau<br />

kepala dewan, menteri atau deputi menteri sebelum<br />

digunakan. Persetujuan ini merupakan kontrol dan<br />

pertanggungjawaban.<br />

4. Daftar al-tawjihat (buku petunjuk). Buku ini sama<br />

dengan buku besar (ledger) dalam sistem akuntansi<br />

konvensional, digunakan untuk mencatat anggaran<br />

klasifikasi biaya, yaitu: mukarrariyah (anggaran operasional)<br />

dan itlakiyah (anggaran lain-lain).<br />

5. Daftar al-tahwilat (buku transfer). Buku ini digunakan<br />

untuk mentranfer dana antara wilayah (provinsi)<br />

ke pusat pemerintahan.<br />

Pada masa khalifah Al-Makmun (813 M- 833 M)<br />

Penguasaan bidang ilmu pengetahuan begitu pesat.<br />

Ia mendirikan pusat penerjemahan setelah daerahdaerah<br />

taklukan Yunani (Mesir, Syiria, dan Irak) dikuasai<br />

oleh orang Arab. Menurut<br />

penelitian yang dibuat oleh<br />

Hamid, dkk.) (Sawarjuwono,<br />

1977) merujuk<br />

pada buku karangan Al-<br />

Khawarizmi, sebagai kelanjutan<br />

yang dilakukan<br />

oleh pemerintahan sebelumnya,<br />

ada 26 daftar<br />

untuk mencatat berbagai<br />

aktivitas keuangan dan<br />

militer, 9 di antara buku<br />

tersebut adalah:<br />

1. Kanun al-Kharaj<br />

(Daftar survey tanah)<br />

Daftar ini merupakan<br />

database yang memuat data tentang tanah dan tanaman<br />

yang dikenakan pajak yang disusun berdasarkan survey.<br />

Daftar ini mirip sekali dengan buku The Domesday Book<br />

of Midieval, Inggris yang diciptakan dua abad Kemudian<br />

2. Al-Awaraj (Daftar Tagihan Pajak)<br />

3. Al-Ruznamaz (Daftar Buku Harian)<br />

4. Al-Khatma (Daftar Akun Bulanan)<br />

5. Al-Khatma al-Famia (Daftar Akun Tahunan)<br />

6. Al-Tarij (Sub Buku Besar)<br />

7. Al-Arida (Laporan Komparatif)<br />

8. Al-Bara (Daftar Penerimaan)<br />

9. Al-Muwafaka wa al-Fama (Laporan komprehensif<br />

yang disetujui)<br />

Karena sedemikian majunya mekanisme akuntansi<br />

yang diterapkan oleh kantor administrasi pajak pada<br />

pemerintahan Islam pada abad 10 telah menunjukkan<br />

penyebaran akuntansi di Eropa. Menurut Hamid, dkk.<br />

(1995) ada tiga hal yang mendukung terjadinya penyebaran<br />

akuntansi di Eropa. Pertama, sistem akuntansi yang<br />

dikembangkan demikian sempurna telah diterapkan pada<br />

kantor administrasi pajak pemerintahan islam. Kedua,<br />

sistem akuntansi tersebut telah menyiarkan adanya<br />

sistem internal kontrol yang pada gilirannya keadaan ini<br />

mengaitkan antara manajemen dan akuntansi. Hal ini<br />

Sains<br />

32 <strong>Santunan</strong> JANUARI <strong>2011</strong><br />

tercermin pada Al-Khatma dan Al- Muwafaka wal-Famaa<br />

kedua buku tersebut mempunyai sistem yang ekstensif<br />

untuk mengontrol buku besar dan buku pembantu,<br />

serta untuk mengontrol apakah fungsi pencatatan dan<br />

pemegang aset telah berjalan sebagaimana mestinya.<br />

Ketiga, Sistem akuntansi pemerintahan Islam tersebut<br />

menyiratkan prinsip-prinsip double entry accounting<br />

system.<br />

Selain pengembangan pencatatan dalam akuntansi,<br />

dalam peradaban Islam juga berkembang konsep<br />

“Auditing”. Konsep Auditing memiliki peranan yang<br />

sangat penting. Aktivitas diharapkan untuk menjamin<br />

proses akuntansi tidak terjadi kesalahan (misleading),<br />

Ketidakteraturan (unregulating), dan kecurangan<br />

(bribery). Dengan demikian, informasi yang diberikan<br />

dari proses akuntansi tersebut lebih dapat dipercaya<br />

(reliable). Tiang yang digunakan dalam prinsip auditing<br />

pemerintahan Islam adalah pengendalian diri (self-<br />

control principles).<br />

Kebutuhan dan tanggung<br />

jawab pemeriksa<br />

adalah tidak melindungi<br />

kelalaian, kesalahan pertimbangan,<br />

kesalahan penulisan,<br />

dan umumnya<br />

orang dapat melihat kesalahan<br />

orang lain tetapi<br />

tidak dapat melihat kesalahan<br />

dirinya sendiri.<br />

Pemeriksa (reviewer) sangat<br />

dibutuhkan Dewan<br />

(departemen). Syarat-syarat<br />

yang harus dipenuhi<br />

sebagai pemeriksa adalah<br />

kemampuan dengan<br />

standar yang tinggi di bidang bahasa, kemampuan<br />

menghafal Alquran (Hafidh), cerdas (intelligent), bijaksana<br />

(wise), amanah (trushworthy), tidak berprasangka buruk<br />

(not prejudiced), dan tidak bermusuhan (inimical)<br />

Dalam akuntansi konvensional adanya prosedur<br />

pengecekan otomatis (recheck), antara satu bagian<br />

dengan bagian lainnya (biasanya antara bagian<br />

operasional, akuntansi, dan penyimpanan) melalui<br />

dokumen. Dalam akuntansi Islam, pengawasan internal<br />

ini telah lama dipraktekkan. Hal ini terbukti dari<br />

buku al-khatma (daftar buku bulanan) dan buku Al-<br />

Muwafaka wa al-Fama (Laporan komprehensif yang<br />

disetujui). Kedua buku ini mempunyai eksentifitas untuk<br />

mengontrol buku besar dan buku pembantu serta untuk<br />

mengontol apakah fungsi pencatatan dan pemegang<br />

harta telah berjalan sesuai dengan peraturan yang<br />

telah ditetapkan. Kajian ini kiranya dapat memberikan<br />

kepercayaan diri bagi kita umat Islam untuk terus<br />

mengembangkan konsep pengelolaan keuangan yang<br />

sesuai dengan syariat islam, sehingga dapat memberikan<br />

kemaslahatan dan kesejahteraan dunia dan akhirat bagi<br />

seluruh umat. n<br />

Penulis adalah Staf Bidang Mapenda Kanwil Kemenag<br />

<strong>Prov</strong>insi Aceh.


Allah berfirman:<br />

Dan (diharamkan juga kamu<br />

mengawi-ni) wanita yang bersuami,<br />

kecuali budak-budak yang kamu<br />

miliki (Allah telah menetapkan<br />

hukum itu) sebagai ketetapan-Nya<br />

atas kamu. Dan dihalalkan bagi<br />

kamu selain yang demikian (yaitu)<br />

mencari isteri-isteri dengan hartamu<br />

untuk dikawini bukan untuk berzina.<br />

Maka isteri-isteri yang telah kamu<br />

ni’mati (campuri) di antara mereka,<br />

berikanlah kepada mereka maharnya<br />

(dengan sempurna), sebagai suatu<br />

kewajiban; dan tiadalah mengapa<br />

bagi kamu terhadap sesuatu yang<br />

kamu telah saling merelakannya<br />

sesudah menentukan mahar<br />

itu). Sesungguhnya Allah Maha<br />

Mengetahui lagi Maha Bijaksana.<br />

(Q.S. al-Nisa’ [4]: 24).<br />

Menurut Ibn Khuwayzi, ayat<br />

ini tidak bisa pahami sebagai<br />

dalil pembolehan nikah mut‘ah.<br />

Selain karena Rasulullah saw. telah<br />

melarang dan mengharamkan nikah<br />

mut‘ah, juga karena firman Allah<br />

dalam ayat berikutnya;<br />

“... maka nikahilah mereka dengan<br />

seizin keluarganya...” Oleh karena itu,<br />

hanya nikah yang berdasarkan izinlah<br />

yang dipandang sebagai nikah syar‘î,<br />

yaitu nikah yang dilakukan dengan<br />

kehadiran wali dan dua orang saksi.<br />

Sebagian ulama mendefinisikan<br />

nikah mut‘ah dengan hanya menjadikan<br />

tempo sebagai kriteria.<br />

Tafsir<br />

Nikah Mut‘ah<br />

(Penafsiran Ayat 24 Surat al-Nisa’)<br />

Oleh Jabbar Sabil, MA<br />

Sikap Khalifah ‘Umar<br />

ibn al-Khattab yang<br />

tegas memerangi mut‘ah,<br />

bukanlah didasari oleh<br />

faktor politik,<br />

Misalnya seseorang menikahkan<br />

putrinya dalam tempo sebulan atau<br />

setahun. Ibn Qudâmah (w. 620 H)<br />

menyatakan bahwa nikah seperti ini<br />

tidak sah (bâthil) baik mut‘ah yang<br />

jangka waktunya diketahui secara<br />

jelas (ma‘lûm) atau tidak diketahui<br />

(majhûl), (al-Mugnî, jld. IX, hlm. 388).<br />

Ibn Hajar mendefinisikan mut‘ah<br />

sebagai berikut: (Fath al-Bârî, jld. IX,<br />

hlm. 95).<br />

Mut‘ah adalah mengawinkan seorang<br />

wanita dalam jangka waktu<br />

tertentu, apabila waktunya habis,<br />

maka terjadilah perceraian.<br />

Al-Qurtubî mengutip riwayat<br />

Abû ‘Umar yang menyatakan bahwa<br />

para ulama salaf dan khalaf sepakat<br />

mendefinisikan nikah mut‘ah sebagai<br />

nikah yang bertempo, tidak mewarisi,<br />

dan perceraian terjadi dengan jatuhnya<br />

tempo tanpa talak. Dikemukakan pula<br />

jawaban Ibn Mas‘ûd, bahwa dalam<br />

praktek nikah mut‘ah tidak berlaku<br />

pewarisan, (al-Jâmi‘ li Ahkâm al-<br />

Qur’ân, jld. V, hlm. 114).<br />

Jika gambaran di atas sepakat<br />

dipegang sebagai definisi nikah<br />

mut‘ah, maka nikah yang di luar<br />

dua jenis ini adalah zina (tanpa<br />

wali/saksi). Bahkan ada ulama yang<br />

tegas menyatakan mut‘ah sebagai<br />

zina karena dilakukan tanpa wali/<br />

saksi. Pendapat bahwa nikah mut‘ah<br />

dilakukan tanpa wali dan saksi tidak<br />

lah ganjil dalam khazanah Islam.<br />

Al-Qurtubî mengutip pemahaman<br />

<strong>Santunan</strong> JANUARI <strong>2011</strong><br />

ini dari apa yang diungkapkan an-<br />

Nuhas; bahwa nikah mut‘ah adalah<br />

nikah yang tidak berakibat ‘iddah,<br />

tidak mewarisi, tidak berlaku talak,<br />

dan dilakukan tanpa saksi, baginya<br />

praktek seperti ini adalah zina.<br />

Dari fenomena ini dapat disimpulkan,<br />

bahwa di masa hidup Rasul,<br />

nikah mut‘ah dipraktekkan tanpa<br />

izin wali (hanya kesepakatan berdua<br />

saja), namun ciri yang umum dari<br />

berbagai praktek yang dilakukan,<br />

adalah berakhirnya nikah saat jatuh<br />

tempo yang disepakati.<br />

Meski sebagian kalangan muslim<br />

membolehkan nikah mut‘ah, namun<br />

Imam al-Syâfi‘î berpendirian akan<br />

kuatnya keharaman nikah mut‘ah<br />

berdasar dalil ayat dan qiyâs. Ayat<br />

kelima dan keenam surat al-Mu’minun<br />

menurutnya adalah dalil haramnya<br />

hubungan intim selain dengan nikah<br />

dan milk al-yamîn.<br />

Dan orang yang menjaga kemaluannya.<br />

Kecuali terhadap isteri-isteri<br />

mereka atau budak yang mereka<br />

miliki, maka sesungguhnya mereka<br />

dalam hal ini tiada tercela. (Q.S. al-<br />

Mu’minun [23]: 5-6).<br />

Pendirian Imam al-Syâfi‘î ini<br />

sejalan dengan penafsiran ‘Â’isyah,<br />

bahwa nikah mut‘ah telah mansûkh<br />

oleh Alquran, (Al-Qurtubî, jld. V, hlm.<br />

112). Alquran hanya menghalalkan<br />

hubungan intim melalui nikah, dan<br />

tidak ada peluang untuk mut‘ah. Al-<br />

Syāfi‘ī mengangkat ayat berikut:<br />

Hai orang-orang yang beriman,<br />

apabila kamu menikahi perempuan-<br />

33


Tafsir<br />

perempuan yang beriman, kemudian<br />

kamu ceraikan mereka sebelum kamu<br />

mencampurinya maka sekali-kali tidak<br />

wajib atas mereka ‘iddah bagimu yang<br />

kamu minta menyempurnakannya.<br />

Maka berilah mereka mut‘ah dan<br />

lepaskanlah mereka itu dengan cara<br />

yang sebaik-baiknya. (Q.S. al-Ahzab<br />

[33]: 49)<br />

Dari ayat ini dipahami bahwa Allah<br />

menghalalkan hubungan intim lewat<br />

nikah dan mengharamkannya kembali<br />

melalui talak. Terkait dengan talak<br />

Allah berfirman:<br />

Talak (yang dapat dirujuki) dua kali,<br />

setelah itu boleh rujuk lagi dengan<br />

cara yang ma’ruf atau menceraikan<br />

dengan cara yang baik. Tidak halal<br />

bagi kamu mengambil kembali dari<br />

sesuatu yang telah kamu berikan<br />

kepada mereka, kecuali kalau<br />

keduanya khawatir tidak akan<br />

dapat menjalankan hukum-hukum<br />

Allah. Jika kamu khawatir bahwa<br />

keduanya (suami isteri) tidak dapat<br />

menjalankan hukum-hukum Allah,<br />

maka tidak ada dosa atas keduanya<br />

tentang bayaran yang diberikan oleh<br />

isteri untuk menebus dirinya. Itulah<br />

hukum-hukum Allah, maka janganlah<br />

kamu melanggarnya. Barangsiapa<br />

yang melanggar hukum-hukum Allah<br />

mereka itulah orang-orang yang<br />

zalim. (Q.S. al-Baqarah [2]: 229)<br />

Dan jika kamu ingin mengganti<br />

isterimu dengan isteri yang lain,<br />

sedang kamu telah memberikan<br />

kepada seseorang di antara mereka<br />

harta yang banyak, maka janganlah<br />

kamu mengambil kembali dari<br />

padanya barang sedikitpun. Apakah<br />

kamu akan mengambilnya kembali<br />

dengan jalan tuduhan yang dusta<br />

dan dengan menanggung dosa yang<br />

nyata? (Q.S. al-Nisa’ [4]: 20)<br />

Terkait dengan permasalahan<br />

(harta) yang diangkat dalam ayat di<br />

atas, menurut Imam al-Syâfi‘î, bagi<br />

perempuan diangkat satu pihak<br />

(pembela) yang memegang peranan<br />

bagi sahnya akad nikah, yaitu wali.<br />

Dengan demikian, ayat ini menjadi<br />

bukti bahwa nikah mut‘ah menjadi<br />

batal, sebab nikah mut‘ah teputus<br />

dengan sendirinya saat waktu yang<br />

disepakati berakhir, bukan berakhir<br />

dengan talak. Padahal nikah yang<br />

benar itu berakhir dengan talak,<br />

bukan berakhir dengan sendirinya<br />

oleh sebab pertempoan. Oleh karena<br />

itu, memberlakukan nikah mut‘ah<br />

berarti membatalkan keberlakuan<br />

talak, membatalkan al-imsâk (tidak<br />

mengambil harta yang diberikan<br />

kepada isteri), dan juga membatalkan<br />

ketentuan saling mewarisi antara<br />

suami dengan isteri. Demikian pula<br />

memberlakukan nikah mut‘ah juga<br />

berarti membatalkan ketentuan Allah<br />

yang lain seperti al-zihâr, al-îlâ’ dan<br />

al-li‘ân, khususnya jika masa mut‘ah<br />

berakhir sebelum jatuh talak, (Al-<br />

Syâfi‘î, Ikhtilâf al-Hadîts, hlm. 157).<br />

Penafsiran ayat dengan Hadis<br />

Jumhur ulama menolak jika ayat di<br />

atas ditafsirkan sebagai pembolehan<br />

nikah mut‘ah. Sebab banyak sekali<br />

hadis yang menyatakan pengharaman<br />

nikah mut‘ah yang sebelumnya<br />

memang pernah dibolehkan. Menurut<br />

Ibn Rusyd, sekurangnya ada enam<br />

tempat di mana nikah mut‘ah pernah<br />

dinyatakan haram (baca; Ibn Rusyd,<br />

Bidâyat al-Mujtahid wa Nihâyat<br />

al-Muqtasid, jld. II, hlm. 44). Jika<br />

kejadian pengharaman itu dirunut<br />

berdasar waktu, maka urutannya<br />

adalah sebagai berikut:<br />

1. Perang Khaibar, berdasar hadis<br />

Ali ibn Abi Thalib dalam Sahîh al-<br />

Bukhârî, terjadi pada paruh kedua<br />

bulan Muharram tahun tujuh<br />

hijrah, (Baca; Ibn Hisyâm, Sîrah al-<br />

Nabî, jld. III, hlm. 378).<br />

2. ‘Umrat al-Qadâ’, berdasarkan<br />

hadis mursal dari al-Hasan yang<br />

dipandang lemah oleh Ibn Hajar,<br />

terjadi pada bulan Zulqa’dah tahun<br />

34 <strong>Santunan</strong> JANUARI <strong>2011</strong><br />

ke tujuh hijrah, (Baca; Ibn Hisyâm,<br />

Sîrah al-Nabî, jld. IV, hlm. 3).<br />

3. Fath al-Makkah berdasar hadis<br />

Rabî‘ ibn Sabrah dalam Sahîh<br />

Muslim, terjadi pada bulan<br />

Ramadhan tahun ke delapan<br />

hijrah, (Baca; Ibn Hisyâm, Sîrah al-<br />

Nabî, jld. III, hlm. 3).<br />

4. Gazwat Awtâs (di Thâ’if) berdasar<br />

hadis Iyâs ibn Salamah dalam<br />

Sahîh Muslim, terjadi pada bulan<br />

Syawal tahun ke delapan hijrah,<br />

(Baca: Ibn Hajar, Fath al-Bârî, jld.<br />

IX, hlm. 98).<br />

5. Perang Tabuk (perbatasan Syam),<br />

berdasarkan hadis Abu Hurairah<br />

diriwayatkan oleh Ibn Hibbân,<br />

terjadi bulan Rajab tahun ke<br />

sembilan hijrah, (Baca; Ibn<br />

Hisyâm, Sîrah al-Nabî, jld. IV, hlm.<br />

169). (Hadis ini diriwayatkan oleh<br />

Ibn Hibbān dan dinyatakan dā‘if).<br />

6. Haji wada’ berdasar hadis Rabî‘<br />

ibn Sabrah yang diriwayatkan<br />

oleh Abu Dawud, Ibn Majah, dan<br />

Muslim. Rasulullah berangkat<br />

pada lima malam terakhir bulan<br />

Zulqa’dah pada tahun ke sembilan<br />

hijrah, (Baca; Ibn Hisyâm, Sîrah al-<br />

Nabî, jld. IV, hlm. 272).<br />

Merujuk kepada hadis yang<br />

diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari<br />

dalam kitab Sahih-nya, pada Bab<br />

Naha Rasulullah saw. ‘an Nikah al-<br />

Mut‘ah, pengharaman pertama<br />

terjadi di Khaibar, (baca; Ibn Hajar,<br />

Fath al-Bârî, jld. IX, hlm. 94);<br />

‘Ali ra. berkata kepada Ibn ‘Abbas,<br />

bahwa Nabi Saw. telah melarang<br />

nikah mut‘ah, dan melarang makan<br />

daging keledai pada saat perang<br />

Khaibar.<br />

Namun hadis ‘Alī ini bertentangan<br />

dengan hadis Ibn Mas‘ûd (baca; al-<br />

Syâfi‘î, Ikhtilâf al-Hadîts, hlm. 155);<br />

Qays menyatakan bahwa ia<br />

mendengar Abdullah ibn Mas‘ûd<br />

berkata: “Kami berperang bersama<br />

Rasulullah saw. tanpa disertai oleh<br />

isteri kami, lalu kami bertanya:<br />

‘Tidakkah boleh kami ber-mut‘ah?’,<br />

maka Rasulullah melarang kami bermut‘ah.<br />

Kemudian beliau memberi<br />

keringanan (rukhsah) bagi kami<br />

untuk menikahi seorang perempuan<br />

sampai waktu tertentu. Kemudian Ibn<br />

Mas‘ûd membacakan ayat: Wahai<br />

orang yang beriman, janganlah kamu


mengharamkan sesuatu yang baik<br />

yang dihalalkan Allah kepadamu, dan<br />

janganlah kamu melampaui batas,<br />

sesungguhnya Allah tidak suka kepada<br />

orang yang melampaui batas.<br />

Sayangnya Ibn Mas‘ûd tidak<br />

menjelaskan; apakah rukhsah mut‘ah<br />

ini terjadi sebelum atau setelah<br />

perang Khaibar sehingga tidak bisa<br />

diselesaikan dengan metode nâsikh<br />

mansûkh. Dalam konteks ini kepastian<br />

waktu pelarangan dan pembolehan<br />

menjadi faktor yang menentukan,<br />

dan satu-satunya hadis yang paling<br />

belakangan adalah hadis Rabî‘ ibn<br />

Sabrah yang menyatakan bahwa<br />

terakhir kali nikah mut‘ah diharamkan<br />

pada hari haji wada‘. Teks hadis<br />

ini dapat ditemukan dalam kitab al-<br />

I‘tibâr fî al-Nâsikh wa al-Mansûkh<br />

min al-Âtsâr karya al-Hamdânî (w.<br />

584 H).<br />

Terlihat di sini bahwa pengharaman<br />

pada masa haji wada’ adalah yang<br />

terakhir sehingga membatasi keumuman<br />

hadis Ibn Mas‘ûd. Tapi<br />

sayang hadis ini tidak bisa dijadikan<br />

hujah karena matannya syaz. Maka<br />

satu-satunya hujah adalah hadis<br />

berikut (Al-Nawawî, Syarh Sahîh<br />

Muslim, jld. IX, hlm. 184):<br />

Dari Rabî‘ ibn Sabrah, dari ayahnya<br />

yang mengatakan bahwa Rasulullah<br />

saw. melarang nikah mut‘ah dan<br />

berkata: “Tidakkah kamu tahu bahwa<br />

nikah mut‘ah itu haram sejak hari ini<br />

sampai hari kiamat, dan barangsiapa<br />

yang telah memberi sesuatu kepada<br />

mereka (pasangan mut‘ah-nya)<br />

hendaklah jangan mengambilnya<br />

kembali”.<br />

Hadis ini juga diriwayatkan oleh<br />

Ibn Hibbân dalam turuq yang sama.<br />

Selain itu, hadis ini juga didukung<br />

oleh riwayat lain yang juga disahihkan<br />

oleh Muslim, (Al-Nawawî, Syarh Sahîh<br />

Muslim, jld. IX, hlm. 182):<br />

<strong>Santunan</strong> JANUARI <strong>2011</strong><br />

Tafsir<br />

Dari Rabī‘ ibn Sabrah, dari ayahnya yang berkata; “Saat kami bersama Rasulullah<br />

saw., beliau berkata: “Wahai manusia, sesungguhnya aku mengizinkan kepada kalian<br />

ber-mut‘ah, dan sesungguhnya Allah telah mengharamkan mut‘ah sampai hari<br />

kiamat, maka barang siapa yang masih memiliki ikatan, hendaklah ia melepaskannya<br />

dan jangan mengambil apa yang telah diberikannya kepada pasangan mut‘ah-nya.<br />

PERAWI MASA HIDUP PENILAIAN ATAS PERAWI<br />

Sabrah w. 72 H Sahabat yg meriwayat dari Nabi<br />

Rabī‘ ibn Sabrah w. 102 H Tsiqah<br />

‘Abd al-‘Azīz ibn ‘Umar w. 187 H Hasan<br />

Abū Numayr w. 199 H Tsiqah.<br />

Muhammad ibn ‘Abdillāh ibn Numayr w. 244 H Tsiqah.<br />

Muslim 206-261 H Ulama yang membukukan hadis<br />

Dalam hadis ini dinyatakan<br />

bahwa pelarangan nikah mut‘ah<br />

berlaku sampai hari kiamat, maka<br />

dapat dipastikan bahwa penyataan<br />

Ibn Mas‘ûd yang menerangkan<br />

nikah mut‘ah pernah diharamkan<br />

dan dibolehkan lagi, tentunya<br />

terjadi sebelum hadis ini. Jika bukan<br />

demikian, tentunya ungkapan<br />

“sampai hari kiamat” menjadi tidak<br />

benar, padahal secara sanad, hadis ini<br />

sahih menurut standar Muslim.<br />

Menurut al-Albânî, hadis ini diriwayatkan<br />

oleh perawi-perawi yang<br />

terpercaya (tsiqah). Di antara perawinya<br />

hanya satu yang dipertanyakan,<br />

yaitu Ma‘qil, yakni Ibn ‘Ubaydillah al-<br />

Jazîrî. Menurut al-Zahabî, ia tergolong<br />

sebagai perawi yang benar (shadûq),<br />

namun ia dilemahkan oleh Ibn Ma‘în.<br />

Sementara itu menurut al-Hâfiz dalam<br />

kitabnya al-Taqrîb, Ma‘qil adalah<br />

perawi yang benar namun sering<br />

disalahkan (shadûq yukhti’). Meskipun<br />

demikian, menurut al-Albânî, hadis<br />

yang diriwayatkan olehnya berada<br />

pada martabat hasan li zâtih, atau<br />

sekurang-kurangnya hasan li gayrih,<br />

(Al-Albânî, Silsilah al-Ahâdîts al-<br />

Sahîhah, jld. I, bag. II, hlm. 729).<br />

Terkait dengan hadis Ma‘qil di<br />

atas, hadis itu menjadi kuat karena ia<br />

tidak sendiri, tapi didukung oleh hadis<br />

yang juga di-takhrîj oleh Muslim dari<br />

turuq yang berbeda. Hadis ini juga<br />

diriwayatkan oleh al-Dârimî (2/140),<br />

Ibn Mâjah (1962), Ibn Hibbân (4135),<br />

dan al-Tahâwî. Dengan demikian, keberadaan<br />

hadis Ma‘qil menjadi kuat<br />

sehingga dapat dijadikan hujah.<br />

Dengan sahihnya hadis yang secara<br />

tegas menggunakan kata “nikah mut‘ah<br />

diharamkan sampai hari kiamat”,<br />

maka pembolehan yang tidak jelas<br />

waktunya dalam hadis Ibn Mas‘ûd<br />

menjadi terbatas. Pembolehan nikah<br />

mut‘ah dalam hadis Ibn Mas‘ûd dapat<br />

dipastikan hanya sah berlaku sebelum<br />

fath Makkah, dan tidak lagi setelah itu.<br />

Sampai di sini dapat ditarik<br />

kesimpulan, bahwa nikah mut‘ah pernah<br />

dibolehkan oleh Rasulullah dalam<br />

kondisi mudharat (mudarat perjalanan<br />

perang), yaitu dalam safar (perjalanan<br />

panjang) pasukan perang yang<br />

memakan waktu lama. Hal ini terbukti<br />

dari tidak ditemukannya satu riwayat<br />

pun yang membolehkan nikah mut‘ah<br />

dalam kondisi bermukim. Jadi tidak<br />

pernah ada pembolehan nikah mut‘ah<br />

selain karena mudarat. Pembolehan<br />

itu pun hanya pernah terjadi selama<br />

dua kali di masa hidup Rasulullah, lalu<br />

diharamkan untuk selamanya pada saat<br />

pembebasan Makkah.<br />

Dari bahasan ini pula dapat<br />

disimpulkan, bahwa sikap ‘Umar ibn al-<br />

Khattab memerangi mut‘ah, bukanlah<br />

didasari faktor politik, tapi murni<br />

untuk memelihara kebenaran yang<br />

bersumber dari Rasulullah. Sahabat<br />

lain tidak membantah kebijakan ‘Umar<br />

bukan karena takut atas otoritas politik<br />

Umar. Sebab banyak kasus di mana<br />

sahabat menentang pendapat Umar,<br />

jadi diamnya mereka adalah sikap<br />

setuju dan bukti kebenaran ‘Umar. n<br />

Penulis adalah kandidat doktor Program<br />

Pascasarjana IAIN Ar-Raniry.<br />

35


Opini<br />

Guru merupakan profesi yang<br />

sangat menentukan maju mundurnya<br />

suatu bangsa. Bagaimana<br />

daya saing bangsa Indonesia, tidak<br />

terlepas dari bagaimana kualitas guru.<br />

Siapapun yang memimpin dan mengelola<br />

bangsa dan negara ini, tentu saja pernah<br />

berstatus murid, yang belajar kepada<br />

guru.<br />

Dengan berkomunikasi secara lisan,<br />

guru menyampaikan dan menjelaskan<br />

materi pelajaran di dalam kelas.<br />

Namun, dalam praktiknya, bukan hanya<br />

materi pelajaran saja yang disampaikan<br />

guru. Saat proses belajar mengajar<br />

berlangsung, menasihati, memberi<br />

semangat bahkan bercerita tentang<br />

suatu pengalamanpun dapat dilakukan<br />

sang guru supaya belajar tidak terkesan<br />

monoton dan membosankan.<br />

Ada yang mengatakan bahwa guru<br />

adalah orang yang kaya ilmu. Hanya<br />

saja, betapa pun kayanya seorang guru<br />

dengan ilmunya, apabila disampaikan<br />

secara lisan saja sudah barang tentu<br />

Guru..., Ayo Menulis<br />

Oleh: Asmi Larasati, S.Pt<br />

memiliki keterbatasan. Keterbatasan<br />

waktu, keterbatasan tenaga, juga keterbatasan<br />

objek penerima ilmu itu<br />

sendiri. Oleh karena itu, komunikasi<br />

secara tertulis menjadi sangat penting<br />

untuk memudahkan seseorang<br />

membagi ilmu dan aneka informasi<br />

yang dimiliki agar khalayak yang mengetahuinya<br />

pun bisa lebih banyak.<br />

Sebagaimana diketahui, pada materi<br />

pelajaran Bahasa Indonesia, terdapat<br />

jenis-jenis karangan yaitu narasi, deskripsi,<br />

argumentasi, dan persuasi.<br />

Jenis-jenis karangan tersebut dapat<br />

ditemukan pada hampir semua media<br />

cetak. Apalagi di era pasca reformasi<br />

yang telah kita nikmati saat ini, media<br />

cetak dengan berbagai jenisnya terbit<br />

dan mudah diperoleh serta membuka<br />

peluang pembacanya untuk menjadi<br />

kontributor, tidak terkecuali para<br />

guru. Ditambah lagi, era globalisasi<br />

juga telah menjadikan keberadaan internet<br />

sebagai bagian dari kehidupan<br />

manusia. Dengan menulis, para guru<br />

36 <strong>Santunan</strong> JANUARI <strong>2011</strong><br />

bisa membagi ilmu dan informasi yang<br />

dimiliki kepada masyarakat sehingga<br />

masyarakat lebih memahami seluk<br />

beluk dunia pendidikan.<br />

Gampang-Gampang Susah<br />

Sayangnya, bagi sebagian guru<br />

(tidak terkecuali guru bahasa),<br />

membuat tulisan bukan pekerjaan<br />

yang gampang dan mudah. Padahal<br />

kemampuan menulis guru tidak hanya<br />

penting untuk meningkatkan kapasitas<br />

profesional mereka, tapi juga bisa<br />

mempengaruhi masyarakat.<br />

Salah satu faktor yang umumnya<br />

menjadi alasan adalah beban tugas<br />

sebagai pengajar yang menyita cukup<br />

banyak waktu. Kesulitan akses terhadap<br />

media informasi yang masih terbatas<br />

juga menjadi persoalan, terutama<br />

bagi guru-guru yang tinggal di daerah<br />

terpencil. Menulis sebenarnya tidak<br />

hanya terbatas pada tulisan ilmiah yang<br />

terkait dengan proses pendidikan saja.<br />

Pengalaman saat guru berinteraksi


dengan guru yang lain, siswa maupun<br />

anggota masyarakat, itu juga bisa<br />

ditulis. Menulis tema yang sederhana,<br />

tidak membutuhkan waktu khusus dan<br />

terlalu lama. Tema sederhana dapat<br />

dilakukan di sela-sela beristirahat dengan<br />

sumber informasi yang terbatas<br />

sekalipun. Dengan demikian, kesulitan<br />

terhadap akses informasi yang<br />

terbatas tidak menjadi penghambat<br />

bagi guru untuk tetap menulis. Hal ini<br />

dikarenakan, kemudahan mengakses<br />

informasi tidak serta merta menjamin<br />

seorang guru menjadi lebih mudah dan<br />

terbiasa menulis.<br />

Sekarang ini tidak sedikit guru yang<br />

sudah mampu membeli laptop sekaligus<br />

modem guna mengakses internet.<br />

Diharapkan, seorang guru dapat meningkatkan<br />

kualitas dirinya melalui<br />

ilmu pengetahuan yang diperolehnya<br />

lewat situs-situs internet. Namun demikian,<br />

menurut saya, masih kurang<br />

optimal jika fasilitas tersebut sekadar<br />

untuk mendapatkan informasi. Itu<br />

berarti guru hanya berperan sebagai<br />

pengguna pasif (membaca informasi)<br />

bukan berpartisipasi sebagai pengguna<br />

aktif (menyumbangkan pemikiran<br />

dan atau ilmu pengetahuannya<br />

dengan menulis rubrik secara on<br />

line). Sejak memboomingnya<br />

facebook, fasilitas internet yang ada<br />

berubah menjadi ajang ngerumpi<br />

on line untuk saling membanggabanggakan<br />

komunitasnya. Sebuah<br />

iklan di televisi justru mengajak<br />

pengguna internet untuk secara<br />

cepat mengetahui lebih jauh selukbeluk<br />

kegiatan selebritis. Suatu ajakan<br />

yang jelas-jelas tidak memberi dampak<br />

posistif apa pun kecuali mendidik kita<br />

untuk “gatal” mencampuri urusan<br />

orang lain.<br />

Pada akhirnya, ada atau tidak ada<br />

fasilitas untuk mengakses informasi,<br />

para pendidik yang mestinya terbiasa<br />

bergulat di dunia penciptaan karya ini<br />

sering terkendala bila dihadapkan pada<br />

dunia tulis-menulis. Jangankan menulis<br />

sesuatu yang bersifat ilmiah, menulis<br />

hal bersifat bebas dan kreatif pun guru<br />

tetap saja merasa kesulitan. Kondisi<br />

ini tentunya sangat memprihatinkan<br />

di tengah-tengah upaya dan keinginan<br />

besar pemerintah untuk meningkatkan<br />

mutu pendidikan agar memiliki daya<br />

saing tinggi dengan menjadikan karya<br />

tulis sebagai syarat kenaikan golongan<br />

(bagi guru PNS).<br />

Tampaknya, perlu segera dicari<br />

sebuah strategi yang sangat jitu untuk<br />

menyelesaikan persoalan ini. Harus<br />

dibangun kesadaran bahwa pendidik<br />

adalah orang yang selain bertugas<br />

menyampaikan ilmu pengetahuan<br />

kepada anak didik untuk menyiapkan<br />

masa depan mereka, juga orang yang<br />

seharusnya mencintai ilmu pengetahuan<br />

dan mengembangkannya. Di<br />

sini diperlukan pemahaman bahwa<br />

ilmu pengetahuan akan berkembang<br />

jika dibarengi dengan tradisi menulis.<br />

Dengan kata lain, ilmu pengetahuan<br />

tumbuh jika ada tradisi menulis di<br />

kalangan masyarakat, bukan tradisi<br />

lisan.<br />

Sayangnya, di masyarakat kita, termasuk<br />

masyarakat akademik sekali-<br />

pun, tradisi lisan masih jauh lebih<br />

dominan ketimbang tradisi tulis.<br />

Orang bisa betah ngobrol ke sana<br />

ke mari selama berjam-jam, tetapi<br />

segera pusing jika berada di depan<br />

komputer untuk menulis. Belajar dari<br />

bangsa di negara-negara maju, kita<br />

bisa menyaksikan bahwa umumnya<br />

tradisi tulis yang diikuti dengan<br />

tradisi membaca mereka jauh lebih<br />

dominan ketimbang tradisi lisan. Wajar<br />

jika di masyarakat semacam itu ilmu<br />

pengetahuan berkembang demikian<br />

cepat.<br />

Memang menulis tidak gampang.<br />

Itu sebabnya, dari empat keterampilan<br />

berbahasa (listening, speaking,<br />

reading, dan writing), ketrampilan<br />

menulis berada pada urutan terakhir<br />

karena dianggap paling sulit. Menulis<br />

<strong>Santunan</strong> JANUARI <strong>2011</strong><br />

Opini<br />

melibatkan banyak faktor: apa<br />

yang ditulis, untuk siapa tulisan itu<br />

dimaksudkan, dan bagaimana menulisnya.<br />

Namun demikian, kendati<br />

merupakan keetrampilan paling sulit,<br />

tidak berarti ketrampilan menulis<br />

tidak bisa dipelajari dan dikuasai. Tulis<br />

saja apa yang kita mau. Kebiasaan<br />

menulis buku harian bisa merupakan<br />

permulaan bagi seseorang untuk menyukai<br />

dan menekuni tulis menulis.<br />

Berawal dari menulis sesuatu yang<br />

paling sederhana, kebiasaan ini bisa<br />

menjadi modal sehingga tulisan yang<br />

kita hasilkan lebih berbobot.<br />

Guru tidak perlu ragu dalam menulis<br />

dan mengirimkan ke media untuk<br />

dimuat. Agar kemampuan menulis<br />

cepat tercapai, guru segera menulis dan<br />

selalu mengevaluasi hasil tulisannya.<br />

Jangan mudah putus asa jika artikel<br />

yang ditulis baru sekali ditolak oleh<br />

media. Pengalaman seorang kawan,<br />

baru sekali mengirim tulisan ke<br />

media, begitu ditolak sudah enggan<br />

lagi untuk menulis. Tidak seharusnya<br />

ini terjadi. Bahkan menurut saya,<br />

demi menghargai hasil karya sendiri,<br />

tidak ada salahnya jika tulisan-tulisan<br />

yang belum layak dimuat di media<br />

massa kita bukukan sendiri.<br />

Keuntungan Menulis bagi Guru<br />

Banyak keuntungan yang dapat<br />

dipetik jika guru mau menulis, antara<br />

lain: 1) Dapat memberikan motivasi<br />

dan kebanggaan. 2) Mendorong semangat<br />

untuk gemar membaca dan<br />

mendapatkan informasi. 3) Tulisan<br />

yang dimuat, membuat penulisnya<br />

dikenal banyak orang. Apabila ada<br />

yang mengajak berkenalan, ini adalah<br />

kesempatan untuk menambah kawan<br />

dan mengambil manfaat darinya,<br />

juga dapat menambah income. 4)<br />

Menambah angka kredit (bagi guru<br />

PNS).<br />

Tidak ada kata terlambat bagi<br />

para guru untuk mengembangkan<br />

kreativitas menulis. Banyak jalan agar<br />

para guru bisa menulis. Para guru<br />

memiliki potensi yang besar dalam<br />

menulis. Guru memiliki sejuta masalah<br />

yang membutuhkan langkah analisis<br />

dan solusif?. Jadi tunggu apa lagi, ayo<br />

menulis..! (dari berbagai sumber). n<br />

Penulis adalah Guru Madrasah<br />

Ulumul Qur’an, Yayasan Bustanul<br />

Ulum, Langsa.<br />

37


Opini<br />

Sertifikasi, Sebuah Catatan<br />

Bagi saya, sertifikasi adalah ‘anak<br />

kandung’ Sistem Pendidikan yang<br />

lahir melalui Undang-Undang<br />

(UU) RI Nomor 20 Tahun 2003,<br />

tentang Sistem Pendidikan Nasional<br />

(Sisdiknas). Eksistensi dan prospeknya<br />

didukung oleh UU RI Nomor 14<br />

Tahun 2005, tentang Guru dan Dosen<br />

dan Peraturan Menteri Pendidikan<br />

Nasional (Permendiknas) Nomor 18<br />

Tahun 2007, tentang Sertifikasi Bagi<br />

Guru Dalam Jabatan.<br />

Idealnya, tujuan utama sertifikasi<br />

adalah meningkatkan profesionalisme<br />

guru. Untuk tujuan itu pemerintah<br />

melalui Pergururuan Tinggi (PT)<br />

yang ditunjuk, mengadakan penilaian<br />

bagi guru melalui portofolio sebagai<br />

instrumen yang meliputi 10 aspek,<br />

sebagaimana ditetapkan dalam Permendiknas<br />

nomor 18 tahun 2007,<br />

pasal 2 ayat (3).<br />

Dalam implementasinya, sertifikasi<br />

ternyata menyimpan banyak persoalan<br />

dan bertolak belakang dengan konsep<br />

idealnya. Untuk membuktikannya<br />

sangat mudah, mari kita amati di<br />

sekolah/madrasah masing-masing, dari<br />

aspek kemampuan dan skill mengajar,<br />

apakah ada bedanya guru sertifikasi<br />

dengan guru yang belum disertifikasi.<br />

Jika merujuk konsep, seharusnya<br />

guru sertifikasi lebih mapan dan<br />

matang dalam proses pembelajaran,<br />

karena mereka sudah dinobatkan<br />

menjadi guru profesional yang<br />

ditandai dengan sertifikat pendidik.<br />

Ternyata tidak begitu, pengakuan dari<br />

kalangan guru sendiri atau beberapa<br />

pengamat pendidikan, bahwa tidak ada<br />

perbedaan antara keduanya, kalaupun<br />

ada, hal tersebut bukan karena faktor<br />

dan pengaruh sertifikasi.<br />

Persoalan sertifikasi, setidaknya<br />

dapat dipetakan dalam dua sisi,<br />

yaitu guru dan pemerintah sebagai<br />

penyelenggara. Dari sisi guru, kita<br />

temukan beberapa persoalan, yaitu;<br />

pertama, banyaknya manipulasi dan<br />

rekayasa data yang dilakukan guru<br />

ketika mencari sertifikat dan makalah<br />

Oleh Johansyah, MA<br />

untuk memenuhi standar nilai yang<br />

telah ditetapkan dalam portofolio.<br />

Kedua, guru terlalu berorientasi kepada<br />

tunjangan dan materi serta melupakan<br />

profesionalisme dan peningkatan mutu<br />

pembelajaran sebagai substansinya.<br />

Pemerintah sendiri sebagai penyelenggara<br />

sertifikasi, memiliki beberapa<br />

kelemahan, Pertama, proses<br />

penjaringan terlalu mudah. Akibatnya,<br />

semua guru dapat lolos, entahkah itu<br />

guru malas, tidak kreatif, guru yang<br />

kerjanya dikte melulu, atau guru model<br />

apapun, yang penting pintar menyusun<br />

portofolio. Kedua, sertifikasi terlalu<br />

transparan dalam mengiklankan imingiming<br />

tunjangan, sehingga menggangu<br />

kondisi idealisme guru. Ketiga, tuntutan<br />

bagi guru sertifikasi terlalu<br />

berlebihan, alokasi waktu 24 jam<br />

perminggu bukanlah jam yang efektif<br />

bagi guru profesional.<br />

Melihat beberapa problema di atas,<br />

sertifikasi yang idealnya meningkatkan<br />

mutu dan profesionalisme guru, kelihatannya<br />

bergeser orientasi menjadi<br />

pembodohan guru, karena lemahnya<br />

proses penilaian dan bergesernya<br />

orientasi. Kalau tidak hati-hati, sertifikasi<br />

berpotensi dapat membunuh<br />

38 <strong>Santunan</strong> JANUARI <strong>2011</strong><br />

karakter guru sebagai pendidik,<br />

karena orientasi dan motivasi mereka<br />

bukan profesionalisme akan tetapi<br />

tunjangan.<br />

Untuk itu, sejatinya proses penilaian<br />

yang telah diformat pemerintah<br />

dalam menjaring guru sertifikasi<br />

perlu direkonstruksi. Sebagai bahan<br />

pertimbangan, saya menyarankan;<br />

pertama, sebaiknya penilaian mengutamakan<br />

kondisi riil di lapangan dari<br />

pada penilaian portofolio. Kedua, penilaian<br />

mungkin lebih berkualitas apabila<br />

dilakukan secara rahasia (hidden<br />

evaluation). Upaya ini ditempuh untuk<br />

menghindari manipulasi data sekaligus<br />

membuktikan keabsahan data.<br />

Ketiga, bagi guru yang sudah<br />

di-nyatakan lulus sertifikasi, tidak<br />

perlu dibebani dengan jam wajib<br />

mengajar 24 jam, biarkan saja mereka<br />

memenuhi jam wajib 18 jam seperti<br />

biasa. Sebab yang dituntut dari<br />

guru adalah meningkatkan kualitas<br />

pembelajaran, bukan kuantitasnya.<br />

Lebih baik mereka dilatih untuk<br />

menulis karya ilmiah melalui pelatihan<br />

yang kontinyu oleh Dinas Pendidikan<br />

(Di maupun Kantor <strong>Kementerian</strong><br />

<strong>Agama</strong> kabupaten/kota.<br />

Kita berharap, bagi para guru yang<br />

sudah sertifikasi, agar mereka tidak<br />

sekadar berpikir tunjangan, akan tetapi<br />

bagaimana meningkatkan kemampuan<br />

dengan cara memanfaatkan sebahagian<br />

tunjangan untuk membeli buku-buku<br />

agar wawasan bertambah, bukan malah<br />

menyicil perabotan rumah tangga.<br />

Sertifikasi, tentunya merupakan<br />

niat baik dan tujuan mulia pemerintah<br />

sebagai bentuk kepedulian terhadap<br />

nasib guru negeri ini. Namun<br />

demikian, niat baik tersebut boleh<br />

jadi tidak terwujud mana kala tidak<br />

dibarengi dengan metode dan teknik<br />

pelaksanaan yang tepat. n<br />

Penulis adalah Mahasiswa S3<br />

Pendidikan Islam, PPs IAIN Ar-<br />

Raniry Banda Aceh dan Ketua<br />

Jurusan Tarbiyah STAI Gajah Putih<br />

Takengon.


Haji, Ukhuwwah, dan Kesabaran<br />

Musim haji 1431 H/2010 M<br />

baru saja usai. Lebih dari 200<br />

ribu jamaah haji Indonesia,<br />

kini telah kembali ke Tanah Air dan<br />

beraktivitas seperti biasa. Khusus<br />

Aceh, tahun 1431 H mendapat jatah<br />

pemberangkatan 4.087 jamaah haji.<br />

Sedangkan daftar tunggu (waiting<br />

list) lebih banyak lagi jumlahnya.<br />

Lebih dari 34 ribu lebih jamaah calon<br />

haji. Itu artinya, butuh waktu 8-10<br />

tahun ke depan untuk bisa berangkat<br />

menunaikan rukun Islam kelima.<br />

“Bersyukurlah para jamaah yang telah<br />

diberi rezeki dan kesempatan oleh<br />

Allah, yang pada tahun 1431 H ini<br />

telah dapat berangkat ke Tanah Suci.<br />

Semoga menjadi haji mabrur,” ungkap<br />

Oleh Hilmi Hasballah<br />

Drs. H. A. Rahman TB, Lt, Kakanwil<br />

<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> Aceh, saat<br />

pelepasan JCH Kloter 8 BTJ di Asrama<br />

Haji Banda Aceh, 17 Oktober 2010.<br />

Penegasan senada juga diungkapkan<br />

Wakil Gubernur Aceh, H.<br />

Muhammad Nazar, ketika berkunjung<br />

ke pemondokan jamaah haji Aceh<br />

di Makkah, pertengahan November<br />

2010 lalu. Ditegaskannya bahwa haji<br />

adalah panggilan mulia dari Allah<br />

swt. Selama berada di Tanah Suci,<br />

hendaknya jamaah dapat selalu fokus<br />

dan memperbanyak doa di tempattempat<br />

mustajabah, seperti Padang<br />

Arafah, Jabal Rahmah, dan beberapa<br />

tempat di sekitar lokasi Ka’bah.<br />

Ibadah haji merupakan salah satu<br />

<strong>Santunan</strong> JANUARI <strong>2011</strong><br />

Opini<br />

tuntunan Allah swt. dan Rasul-Nya.<br />

Haji, wajib ditunaikan bagi setiap<br />

muslim yang mampu, baik dari segi<br />

biaya, kesehatan, dan keselamatan<br />

dalam perjalanan. Menurut penjelasan<br />

para ulama, predikat haji mabrur hanya<br />

akan diraih seseorang bila sifat dan<br />

amal perbuatannya senantiasa dalam<br />

bingkai ajaran Islam kaffah. Tidak saja<br />

ketika berada di Tanah Suci (Mekah<br />

dan Madinah), tetapi yang juga lebih<br />

penting adalah saat kembali ke Tanah<br />

Air. Oleh sebab itu, semua jamaah<br />

berharap agar meraih dan menyandang<br />

titel “haji mabrur”. Haji yang diterima<br />

dan bakal mendapat balasan Surga<br />

Allah swt. Insya Allah.<br />

Sangat rugi, bila ada orang Islam<br />

39


Opini<br />

yang hanya berharap tambahan titel<br />

haji di awal sebutan atau penulisan<br />

namanya. Tipe manusia seperti ini<br />

bisa diprediksi tidak akan bertahan<br />

lama apapun bekal, wawasan, dan<br />

pengalaman spiritual yang diperoleh<br />

selama menjalani ibadah haji di Tanah<br />

Suci. Habis musim haji, pudar pula<br />

kesungguhan dan totalitas penyerahan<br />

dirinya ke hadapan Sang Khaliq.<br />

Na’uzubillahi, berlindung kita kepada<br />

Allah swt. agar tidak berperilaku<br />

demikian.<br />

Sejak mulai menjalani manasik,<br />

calon jamaah sering diingatkan supaya<br />

membekali diri dengan ilmu dan<br />

pengetahuan, sehingga lebih mudah<br />

ketika berada di Makkah ataupun<br />

Madinah. Sifat sabar juga sangat<br />

penting diterapkan. Sebab, di saat<br />

puncak haji, dimana hadir lebih dari<br />

4,3 juta muslim dari seluruh dunia,<br />

dengan bermacam watak dan tabiat,<br />

tentu ada saja perilaku mereka yang<br />

mengharuskan kita bersikap lebih<br />

sabar dan menahan diri untuk tidak<br />

berbuat onar dan dendam. Katakanlah<br />

semisalnya perilaku sebagian muslim<br />

non-Indonesia yang dengan seenaknya<br />

melangkahi bahu atau kepala ketika<br />

kita duduk rapi dalam shaf menjelang<br />

shalat fardhu, baik di Masjid Nabawi<br />

di Madinah ataupun Masjidil Haram<br />

di Mekkah. Atau sikap kasar segelintir<br />

jamaah yang sangat bernafsu serta<br />

memaksakan diri ingin menerobos<br />

antrean, baik tatkala hendak naik bus<br />

gratis yang disediakan pemerintah<br />

Arab Saudi atau waktu antre di tempat<br />

wudhuk maupun toilet. Di sinilah,<br />

sikap kesabaran harus begitu tampak<br />

dalam diri jamaah haji.<br />

Meski terkadang hati kita merasa<br />

dongkol mencermati tingkah polah<br />

yang rada-rada kasar dan tak sopan dari<br />

jamaah lainnya, namun dengan itikad<br />

baik, hendaklah sebagai jamaah haji<br />

yang sejak awal telah mendapati bekal<br />

selama manasik maupun petuah dari<br />

ulama-ulama di Indonesia, kita tidak<br />

boleh membalas ketidaksopanan/sikap<br />

kasar dengan sikap serupa. Sebaliknya,<br />

harus ba-nyak bersabar dan berdoa<br />

semoga orang yang telah mengkasari<br />

kita itu segera diberi hidayah oleh<br />

Allah swt.<br />

Melalui ibadah haji juga semakin<br />

menunjukkan betapa kuatnya ukhuwah<br />

islamiyah antarseluruh umat Islam di<br />

dunia. Sungguh, haji menggambarkan<br />

suasana persatuan dan persaudaraan<br />

yang kokoh. Di Tanah Suci, kita dapat<br />

menyaksikan sekaligus berinteraksi<br />

dengan ummat Islam yang datang dari<br />

berbagai dunia. Walaupun mengusung<br />

perbedaan bahasa, sifat, dan warna<br />

kulit, tetapi karena keimanan dan<br />

keyakinan yang sama, selama sekitar<br />

40 hari berada di Madinah dan Mekah,<br />

perbedaan yang ada seakan berubah<br />

menjadi ikatan ukhuwwah yang begitu<br />

indah dan mengagumkan. Sama-sama<br />

membawa tujuan yang seragam yaitu<br />

ingin menggapai haji mabrur dan<br />

mendapat keridhaan Allah swt.<br />

Tidak jarang terlihat, antara jamaah<br />

haji sedunia ikut tolong-menolong,<br />

berbagi ilmu, bahkan bertukar alamat/<br />

nomor HP/email masing-masing. Pada<br />

suatu hari, di depan Masjidil Haram,<br />

saya menyaksikan langsung kerumunan<br />

massa yang sedang menangani seorang<br />

jamaah haji Afrika yang sedang pingsan.<br />

Seorang di antara kerumunan tersebut,<br />

kebetulan warga negara Turki, terlihat<br />

sedang mengobati si penderita dengan<br />

menggosokkan sejenis balsem. Sekitar<br />

10 menit berikutnya, Alhamdulillah,<br />

jamaah yang pingsan tadi sudah mulai<br />

siuman. Ia pun segera mengucapkan<br />

terima kasih atas bantuan yang<br />

diberikan tersebut.<br />

Di lain waktu, saat seorang jamaah<br />

40 <strong>Santunan</strong> JANUARI <strong>2011</strong><br />

haji Pakistan terlihat seperti sedang<br />

susah karena diduga kesasar dan tak tahu<br />

jalan pulang ke penginapan, sejumlah<br />

jamaah haji mendampinginya untuk<br />

kemudian diserahkan kepada petugas<br />

yang selama 24 jam stand by di lokasi<br />

Masjidil Haram. “Syukran, syukran,<br />

syukran ya akhi. Alhamdulillah”,<br />

ujar jamaah asal Pakistan tersebut<br />

berulangkali. Demikian pula, bila<br />

kondisi shaf sudah sangat padat ketika<br />

azan berkumandang, tiba-tiba saja kita<br />

diberikan tempat yang lumayan untuk<br />

mendirikan shalat. Sewaktu berada<br />

dalam bus, kerapkali orang berusia<br />

renta diberi kesempatan untuk duduk,<br />

sementara yang muda lebih memilih<br />

berdiri sambil berdesak-desakan.<br />

Begitulah. Ukhuwwah Islamiyah dan<br />

ikatan emosional antar umat Islam<br />

membuat suasana berhaji semakin<br />

indah dan menyenangkan.<br />

Haji adalah keikhlasan, kesabaran,<br />

ketaatan, rendah hati, dan sikap<br />

patuh serta mensyukuri rahmat Allah<br />

swt. Melalui haji, tentu saja semua<br />

jamaah akan berharap dapat meraih<br />

haji mabrur, haji yang diterima dan<br />

senantiasa diberkati oleh Ilahi. Amin<br />

Ya Rabbal ‘Alamin. n<br />

Penulis adalah mantan Pengururs<br />

Remaja Masjid Raya Baiturrahman<br />

Banda Aceh, kini bertugas di<br />

Setdakab Aceh Barat Daya


4 Karakteristik Masyarakat<br />

Bersih dan Bermartabat<br />

Naskah Khutbah Jum’at Dalam Rangka HAB <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> ke 65 Tahun <strong>2011</strong> <strong>Prov</strong>insi Aceh<br />

“Muhammad adalah utusan Allah,<br />

dan orang-orang yang bersama<br />

dengan dia bersikap keras terhadap<br />

orang-orang kafir, berkasih sayang<br />

sesama mereka. Kamu melihat<br />

mereka rukuk dan sujud mencari<br />

karunia Allah dan keridhaan-Nya.<br />

Pada wajah mereka tampak tandatanda<br />

bekas sujud. Demikianlah sifatsifat<br />

mereka (yang diungkapkan)<br />

dalam Taurat dan sifat-sifat mereka<br />

(yang diungkapkan) dalam Injil, yaitu<br />

seperti benih yang mengeluarkan<br />

tunasnya, kemudian tunas itu<br />

semakin kuat, lalu menjadi besar<br />

dan tegak lurus di atas batangnya;<br />

tanaman itu menyenangkan hati<br />

penanam-penanamnya karena Allah<br />

hendak menjengkelkan hati orangorang<br />

kafir (dengan kekuatan orangorang<br />

mukmin). Allah menjanjikan<br />

kepada orang-orang yang beriman<br />

dan mengerjakan kebajikan di antara<br />

mereka ampunan dan pahala yang<br />

besar (al-Fath: 29).<br />

MAJELIS JUMAT YANG DIRAHMATI<br />

ALLAH<br />

Umat Islam memiliki karakteristik<br />

atau sifat-sifat khusus dibandingkan<br />

dengan umat lain. Karakteristik ini<br />

harus dimiliki oleh umat Islam agar<br />

benar-benar nampak dan mudah<br />

dikenal oleh sekalian alam. Tanpa<br />

karakteristik ini, umat Islam relatif<br />

sama dengan umat lain. Tidak<br />

terhormat; tidak berwibawa; tidak<br />

disegani; tidak diperhitungkan. Untuk<br />

dapat dibanggakan, diperhitungkan<br />

dan disegani, umat Muslim harus<br />

menampilkan karakteristik sebagai-<br />

<strong>Santunan</strong> JANUARI <strong>2011</strong><br />

mana yang dilakoni oleh Nabi<br />

Muhammad saw. dan sahabatsahabatnya.<br />

Karakteristik dimaksud<br />

akan kita bicarakan pada kesempatan<br />

khutbah singkat dalam rangka Hari<br />

Amal Bakti <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> ke<br />

65 yang diperingati pada hari Senin 3<br />

<strong>Januari</strong> <strong>2011</strong>.<br />

Karakteristik pertama:<br />

Serius Memberantas Kemungkaran.<br />

Umat Muhammad saw adalah<br />

umat yang tidak menghendaki terjadi<br />

kemungkaran di tengah-tengah masyarakat,<br />

apalagi untuk merencanakan,<br />

mensponsori, mendukung atau<br />

memulai berbuat kemungkaran. Umat<br />

Islam telah ditabalkan sebagai umat<br />

panutan untuk digugu dan ditiru oleh<br />

orang lain (al-Baqarah: 143).<br />

Dan demikian (pula) Kami telah<br />

menjadikan kamu (umat Islam),<br />

umat yang adil dan pilihan agar<br />

41


kamu menjadi saksi atas (perbuatan)<br />

manusia dan agar Rasul<br />

(Muhammad) menjadi saksi atas<br />

(perbuatan) kamu...<br />

Antisipasi agar menjadi panutan ,<br />

semua elemen umat Islam memiliki<br />

kewajiban untuk membasmi kemungkaran.<br />

Mulai dari pemimpin sampai<br />

rakyat.<br />

”Barang siapa di antara kamu melihat<br />

kemungkaran maka hendaklah ia<br />

merubah dengan tangannya. Jika<br />

tidak mampu maka dengan lidahnya.<br />

Jika tidak mampu maka dengan<br />

hatinya. Merubah dengan hati itu<br />

adalah selemah-lemah iman” (al-<br />

Hadis).<br />

MAJELIS YANG DIRAHMATI ALLAH<br />

Merubah ”dengan tangan” adalah<br />

merubah secara struktural atau<br />

tepatnya oleh pejabat struktural.<br />

Kewenangan yang dimiliki oleh pejabat<br />

struktural sangat dan paling<br />

menentukan untuk mengalihkan<br />

al-munkarat (apapun yang jelek<br />

menurut syariat, peraturan dan akal<br />

sehat) kepada al-ma’rufat (apapun<br />

yang baik menurut syariat, peraturan<br />

dan akal sehat). Akan terbasmi kemungkaran<br />

(praktik korupsi, kolusi,<br />

nepotisme, judi, prostitusi, khamar,<br />

pembalakan hutan, kemiskinan, dll.)<br />

apabila mulai dari Presiden sampai<br />

Kepala Kampung, mulai dari Pimpinan<br />

Pusat Partai Politik sampai Pimpinan<br />

Ranting, mulai dari Panglima TNI<br />

sampai Komandan Koramil, mulai<br />

dari Kapolri sampai Kapolsek, mulai<br />

dari Menteri sampai Kepala UPTD<br />

(Unit Pelaksana Teknis Daerah)<br />

dan sejenisnya menggunakan ”tangannya”<br />

untuk mengawal alma’rufat.<br />

Merubah ”dengan lidah” adalah<br />

merubah secara fungsional atau<br />

tepatnya oleh pejabat/pemimpin<br />

fungsional. Membasmi kemungkaran<br />

dengan cara ini sudah lazim dan<br />

sebetulnya juga menentukan. Para<br />

guru, dosen dengan mengajarnya,<br />

para da’i dengan ceramahnya,<br />

para teungku dengan ta’limnya,<br />

para Ulama dengan fatwanya, para<br />

sesepuh adat dengan nasehatnya,<br />

para orang tua dengan bimbingannya<br />

dan lain-lain yang telah menyejarah<br />

dalam kehidupan umat manusia<br />

sampai sekarang ini harus terusmenerus<br />

memfungsikan perannya<br />

dalam mengawal al-ma’rufat. Elemenelemen<br />

ini tidak boleh berhenti<br />

untuk memfungsikan lidahnya guna<br />

membasmi al-munkarat (Ali Imran:<br />

104 dan al-Nahl: 125).<br />

Dan hendaklah ada di antara kamu<br />

segolongan umat yang menyeru kepada<br />

kebajikan, menyuruh kepada<br />

yang makruf dan mencegah dari yang<br />

munkar; merekalah orang-orang<br />

yang beruntung.<br />

Serulah (manusia) kepada jalan<br />

Tuhanmu dengan hikmah dan<br />

pelajaran yang baik dan bantahlah<br />

mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya<br />

Tuhanmu Dialah yang<br />

lebih mengetahui tentang siapa yang<br />

tersesat dari jalan-Nya dan Dialah<br />

yang lebih mengetahui orang-orang<br />

yang mendapat petunjuk.<br />

Merubah ”dengan hati” adalah<br />

merubah oleh pribadi masing-<br />

42 <strong>Santunan</strong> JANUARI <strong>2011</strong><br />

masing masyarakat, dengan cara<br />

membenci setiap al-munkarat dan<br />

tidak melibatkan diri di dalamnya.<br />

Membasmi kemungkaran oleh kelompok<br />

ini diakui Nabi sebagai<br />

kemungkinan terkecil untuk melahirkan<br />

perubahan karena sangat tergantung<br />

kepada pertahanan diri<br />

setiap individu umat. Diharapkan<br />

membenci al-munkarat tetapi justru<br />

menjadi terpikat kepada al-munkarat<br />

itu dapat saja terjadi. Jangankan yang<br />

awam, yang terpelajarpun banyak<br />

yang tidak dapat menjaga diri, apalagi<br />

di zaman teknologi informasi seperti<br />

dewasa ini.<br />

Karena itu, tumpuan harapan<br />

untuk membasmi kemungkaran adalah<br />

kepada mereka yang tergolong<br />

pejabat struktural dan pejabat<br />

fungsional.<br />

Karakteristik kedua:<br />

Memberdayakan Umat (masyarakat)<br />

Kata ”ruhama’” dalam ayat di<br />

atas merupakan derivasi dari kata<br />

”rahmah” yang bermakna keadaan<br />

jiwa yang melihat sesuatu yang<br />

tidak berdaya dan berupaya untuk<br />

memberdayakannya. Rahmah itu,<br />

dengan demikian, intinya adalah<br />

pemberdayaan. Artinya ada kondisi<br />

yang tidak baik yang harus diperbaiki<br />

dan perbaikan ini dilakukan oleh<br />

umat Islam. Bukan sebaliknya bahwa<br />

umat Islam adalah perusak; yang<br />

membuat kebobrokan, kemerosotan,<br />

kebodohan dan lain sebagainya.<br />

Bukankah Muhammad saw. itu diutus<br />

untuk memberdayakan alam? (al-<br />

Anbiya’:107 )<br />

Dan tiadalah Kami mengutus kamu,<br />

melainkan untuk (menjadi) rahmat<br />

bagi semesta alam.<br />

Masyarakat Jahiliyyah yang<br />

paganis diluruskan tauhidnya. Yang<br />

selalu berperang antar suku, yang<br />

berkonflik antar agama didamaikan.<br />

Yang membunuh anak perempuan<br />

dihentikan. Yang memonopoli harta<br />

warisan dibagikan dan masih banyak<br />

lagi teladan lainnya.<br />

Apabila kita mengaku sebagai<br />

umat Muhammad saw. tentu kita<br />

harus berbuat seperti itu. Ada korupsi,<br />

kolusi, dan nepotisme misalnya,


kita hentikan. Ada kemiskinan, kita<br />

entaskan. Ada rumah bantuan ganda,<br />

kita bagikan. Ada yang nakal, kita beri<br />

hukuman. Ada yang berprestasi, kita<br />

promosikan. Ada yang tidak memiliki<br />

life skill, kita diklatkan, dan masih<br />

banyak misal lainnya.<br />

Karakteristik ketiga:<br />

Melakukan Diversifikasi Usaha<br />

Kalau kita melihat Muhammad<br />

saw., sungguh luar biasa teladan yang<br />

digambarkan kepada kita oleh pribadi<br />

yang mulia itu. Dalam lapangan usaha,<br />

Muhammad saw. adalah pengembala/<br />

peternak, pedagang, petani, presiden,<br />

dan mungkin masih banyak lagi profesi<br />

lain yang ditekuninya dan tidak kita<br />

ketahui. Karena itu, sebagai orang<br />

yang mengaku umat Muhammad saw.<br />

harus giat berusaha dan tentu tidak<br />

termasuk ke dalam kategori ini giat<br />

menjajakan proposal dan memintaminta.<br />

MAJELIS YANG DIRAHMATI ALLAH<br />

Usaha atau kerja saat ini sudah<br />

cukup luas, tidak terbatas seperti<br />

zaman dahulu. Keahlian atau profesi<br />

yang mungkin ditekuni sangat banyak.<br />

Komoditas yang dapat dijual-belikan<br />

juga sangat banyak. Dunia atau daerah<br />

yang dapat dirambah untuk lapangan<br />

usaha tidak terbatas. Tidak ada alasan<br />

sebenarnya untuk menyatakan tidak<br />

ada pekerjaan, tidak ada lapangan<br />

usaha karena luasnya jenis usaha atau<br />

pekerjaan. Allah swt menyatakan:<br />

”Sesunggunggunya usaha/pekerjaanmu<br />

berbagai-bagai” (al-Lail: 4 )<br />

Dan umat Islam diperintahkan<br />

untuk bergegas mengerjakannya di<br />

sela-sela beribadah (al-Jum’ah: 9-10).<br />

Hai orang-orang yang beriman,<br />

apabila diseru untuk menunaikan<br />

sembahyang pada hari Jumat,<br />

maka bersegeralah kamu kepada<br />

mengingat Allah dan tinggalkanlah<br />

jual beli. Yang demikian itu lebih<br />

baik bagimu jika kamu mengetahui.<br />

Apabila telah ditunaikan sembahyang,<br />

maka bertebaranlah kamu di muka<br />

bumi; dan carilah karunia Allah dan<br />

ingatlah Allah banyak-banyak supaya<br />

kamu beruntung.<br />

Ummat diharuskan cermat, hemat<br />

menggunakan waktu (al-Syarh: 7).<br />

Maka apabila kamu telah selesai (dari<br />

sesuatu urusan), kerjakanlah dengan<br />

sungguh-sungguh (urusan) yang lain.<br />

Karena itu, sekali lagi, umat Islam<br />

harus melakukan diversifikasi usaha.<br />

Tidak dipadai pada satu pekerjaan<br />

saja karena kemungkinan untuk itu<br />

sangat terbuka. Umat Muhammad<br />

harus menjaga martabatnya untuk<br />

tidak menjadi pengemis. Walaupun<br />

tidak dengan maksud menghinakan,<br />

Muhammad saw. pernah berkata:<br />

”Tangan di atas lebih baik dari<br />

tangan di bawah...”. Nenek moyang<br />

kita di Aceh pernah juga bertutur:<br />

”Kayem ta jak geubi situek, jareung<br />

ta duek geubi tika” (sering minta<br />

sedekah tidak bermartabat). Dengan<br />

demikian, karakteristik umat Islam<br />

dalam hal ini, dengan bahasa lain,<br />

adalah mandiri, suka memberi dan<br />

tidak mengharapkan ”syafaat” karena<br />

telah memiliki usaha atau pekerjaan<br />

yang memberi kecukupan.<br />

Karakteristik keempat:<br />

Taat Menjalankan Syari’at<br />

Sebagai umat Islam kita harus<br />

rukuk dan sujud. Ini tidak bermakna<br />

shalat semata, tetapi mempunyai<br />

arti lebih luas lagi dari itu yaitu taat<br />

<strong>Santunan</strong> JANUARI <strong>2011</strong><br />

menjalankan syariat. Tentu kita tahu<br />

bahwa syariat Islam bukan shalat<br />

semata. Namun kita setuju kalau<br />

orang-orang yang telah dengan benar<br />

mendirikan shalat sebagai orangorang<br />

yang taat bersyari’at karena<br />

shalat telah membentengi dirinya<br />

dari perbuatan keji dan munkar.<br />

Sebagai orang yang mengaku umat<br />

Muhammad saw., kapanpun dan<br />

di manapun, harus menunjukkan<br />

identitasnya sebagai orang yang<br />

bersyariat. Baik di rumah, di kantor, di<br />

hotel, di pasar, di lapangan, di dalam<br />

daerah, di luar daerah, di dalam<br />

negeri, di luar negeri, di warung kopi<br />

dan di mana saja. Dia tidak menutupi<br />

identitas Islamnya dengan melanggar<br />

syariat.<br />

MAJLIS YANG DIRAHMATI ALLAH<br />

Akumulasi dari karakteristik<br />

tersebut adalah Muslim yang bermartabat<br />

(bersih dan berwibawa)<br />

dalam pandangan dirinya dan di<br />

mata dunia. Selama ini kita tidak<br />

bermartabat disebabkan karena belum<br />

taat bersyariat, miskin, kurang<br />

peduli pada sesama dan tidak tegas<br />

membasmi kemungkaran. Kita harus<br />

wujudkan kembali 4 karakteristik<br />

umat Muhammad saw sebagai<br />

prasyarat untuk mencapai martabat.<br />

Bekas sujud di wajah tidaklah begitu<br />

bermakna jika tidak dapat mewujudkan<br />

kebanggaan, diperhitungkan,<br />

disegani dan dihormati oleh umat<br />

lain dan mulia dalam pandangan<br />

Allah. Jika manusia mengakui kita<br />

mulia tentu harus ada dalilnya. Tapi,<br />

jika Allah nanti menyatakan kita<br />

mulia tentu tak perlu lagi sebuah<br />

fatwa. Karenanya, diakhir khutbah ini<br />

khatib ajak kembali kita semua untuk<br />

menjadi orang-orang yang ikhlas,<br />

yaitu orang-orang yang melakukan<br />

amal kebajikan untuk tuhannya<br />

(lillahi ta’ala); bukan untuk dirinya.<br />

Kata Imam Ayatullah Khoumeni:<br />

”Orang ikhlas adalah orang yang<br />

keluar dari rumahnya”. Semoga!<br />

Demikian khutbah ini, baik dari<br />

Allah dan salah dari kami, semoga<br />

bermanfaat.<br />

43


Konsultasi BP4<br />

Diasuh oleh Drs. H. Abdul Gani Isa, SH., M.Ag. (Ketua BP4 <strong>Prov</strong>insi Aceh)<br />

Assalamualaikum Wr. Wb.<br />

Bapak Pengasuh yang terhormat,<br />

kami dari sekelompok ibu-ibu ingin<br />

menanyakan: Mengapa ada di antara<br />

laki-laki/suami yang memiliki isteri,<br />

dan anak, tetapi juga masih menambah<br />

lagi isterinya. Memang kami tahu,<br />

bahwa perkawinan kedua, ketiga, dan<br />

keempat tidak dilarang oleh syariat,<br />

dengan syarat ia mampu berlaku adil.<br />

Tetapi yang menjadi pertanyaan kami;<br />

mengapa secara sembunyi-sembunyi?<br />

Karena bila nanti ia punya anak, tentu<br />

antara anak pada isteri pertama tidak<br />

akan mengenal dengan anak isteri<br />

kedua, atau juga suatu saat nantinya<br />

akan menimbulkan konflik di antara<br />

isteri pertama dengan isteri kedua,<br />

baik menyangkut harta bersama, mau<br />

pun hal-hal lainnya. Mohon jawaban<br />

ustadz! Wassalam.<br />

Kelompok Ibu-ibu pengajian<br />

di Banda Aceh<br />

Jawaban Pengasuh<br />

Masalah yang ditanyakan ibu-ibu di<br />

atas, seingat pengasuh sudah pernah<br />

dimuat di rubrik konsultasi sebelumnya<br />

dengan judul” Aku tak mau dimadu”,<br />

namun menurut pengasuh masalah<br />

ini penting diangkat kembali. Karena<br />

fokusnya pun lebih dititikberatkan pada<br />

dampak negatif dari pada positifnya.<br />

Seperti sudah pernah pengasuh utarakan,<br />

bahwa yang melakukan perkawinan<br />

poligami hanya diberikan kepada laki-laki<br />

(QS, al-Nisa’: 3), dan bagi perempuan<br />

peluang seperti itu tidak diberikan,<br />

bahkan haram hukumnya. Kalaupun<br />

ada di antara perempuan melakukannya<br />

(poliandri), maka perkawinan semacam<br />

itu, tidak sah dan batal demi hukum.<br />

Kepada kita dianjurkan untuk merenungkan<br />

serta mengambil hikmah mengapa<br />

Allah swt., memberi peluang tersebut<br />

kepada laki-laki?<br />

Pengasuh sama sekali dan tidak<br />

bermaksud membela laki-laki, demikian<br />

pula bukan memberi penilaian negatif<br />

kepada kaum perempuan. Pengasuh<br />

selalu berupaya pada garis netral. Untuk<br />

itu beberapa hal berikut ini dirasa perlu<br />

untuk mengklarifikasi kembali, dengan<br />

“Diam-diam Kawin Lagi”<br />

harapan setidaknya mau dimengerti oleh<br />

laki-laki/suami, sekaligus bisa dipahami<br />

bagi umumnya kaum hawa/isteri.<br />

Pertama, Amar dalam ayat 3 al-<br />

Nisa’, dipahami bukan menunjukkan<br />

kepada wajib dan tidak pula petunjuk<br />

larangan. Tetapi ayat itu menurut<br />

Mustafa al-Maraghi (1974, 4: 181-<br />

182) memberi indikasi antara lain;<br />

(1) dibolehkan berpoligami, bila isteri<br />

mandul, sedang ia mendambakan keturunan;<br />

(2) isterinya dalam keadaan<br />

sakit atau usia lanjut, sedangkan lakilaki<br />

masih menghendaki keturunan<br />

dan masih mampu untuk membiayai<br />

anak-anaknya baik nafkah hidup, pendidikan<br />

dan lainnya; (3) bisa juga suami<br />

memiliki daya seksual tinggi (hiper<br />

sex). Dalam hal ini, suami dihadapkan<br />

kepada dua alternatif; a. kawin lagi<br />

(dibenarkan agama), atau b. berbuat<br />

mesum/khalwat, Berefek negatif, baik<br />

terhadap agama, harta, keturunan dan<br />

lain sebagainya. Dalam kondisi seperti<br />

itu, jalan yang terbaik dan maslahah<br />

adalah kawin lagi (poligami).<br />

Kedua: Harus pula dipahami bahwa<br />

kata “adil”(fain lam ta‘dilu fawahidah),<br />

maka jika kamu tidak bisa berlaku adil,<br />

maka cukup satu saja. “Adil” di sini<br />

menunjukkan tidak mudah dilakukan,<br />

seperti diisyaratkan Alquran: walan<br />

tastati‘u an ta‘dilu bainan nisa’i walau<br />

harastum (QS, al-Nisa’: 129). (Dan<br />

kamu tidak akan dapat berlaku adil di<br />

antara perempuan-perempuan/isteriisterimu<br />

walaupun kamu sangat ingin<br />

berbuat demikian).<br />

Ketiga: Perkawinan tidak mengenal<br />

istilah diam-diam atau secara rahasia.<br />

Sebuah pernikahan dianjurkan dilakukan<br />

secara terang-terangan, disaksikan<br />

oleh banyak orang. Rasulullah saw.<br />

menegaskan; A’linun nikah (umumkan<br />

pernikahanmu), agar masyarakat<br />

mengetahui bahwa yang bersangkutan<br />

telah menikah, dan terhindar dari<br />

fitnah. Sedangkan dalam hal talak dianjurkan<br />

untuk merahasiakan, karena<br />

itu termasuk kategori “musibah”.<br />

Sehubungan hal itu, bila perkawinan<br />

poligami dilakukan seseorang secara<br />

rahasia, seperti ditanyakan, maka per-<br />

44 <strong>Santunan</strong> JANUARI <strong>2011</strong><br />

kawinan tersebut bisa menimbulkan<br />

banyak mudarat daripada maslahat.<br />

Di antara mudaratnya; (a) bila dari<br />

perkawinannya Allah mengaruniai kepadanya<br />

anak, mungkin antara anak<br />

pada isteri pertama tidak saling kenal<br />

dengan anak isteri keduanya. Bahkan<br />

tidak menutup kemungkinan akan<br />

terjadi perkawinan antara keduanya,<br />

karena tidak pernah diberitahukan<br />

bahwa mereka bersaudara. Untuk<br />

menghindari yang tidak diingini,<br />

maka sebaiknya suami secara terus<br />

terang menyampaikan, dengan jalan<br />

musyawarah. Itu pula sebabnya pemerintah<br />

mengaturnya di dalam peraturan<br />

negara seperti diatur dalam UU<br />

No. 1/1974 tentang Perkawinan dan<br />

KHI, sesuai Inpres No. 1/1991, dengan<br />

tujuan menertibkan perkawinan poligami,<br />

baik disyaratkan harus ada izin dari<br />

isteri pertama maupun syarat “mampu”<br />

berlaku adil, yang dinyatakan di depan<br />

sidang Mahkamah Pengadilan <strong>Agama</strong>;<br />

(b) bisa juga berdampak tidak baik<br />

menimbulkan konflik antara isteri<br />

pertama dengan isteri kedua berkaitan<br />

harta bersama, bila suatu saat antara<br />

keduanya berpisah, bahkan semakin<br />

diperburuk suasana karena sang suami<br />

menyembunyikan pernikahannya (c)<br />

bila suami meninggal dunia, masingmasing<br />

pihak meminta hak/harta<br />

pusaka, baik isteri, maupun anak-anak<br />

dari kedua isterinya. Bahkan tidak<br />

jarang terjadi di antara mereka saling<br />

mengklaim itu adalah haknya, apalagi<br />

suaminya termasuk orang berada/<br />

kaya. Seharusnya semakin diikat oleh<br />

tali persaudaraan, malah yang terjadi<br />

adalah kebencian dan permusuhan.<br />

Untuk itu, baik suami maupun isteri<br />

lebih banyak menggunakan akal sehat,<br />

dan perenungan mendalam sebelum<br />

hasrat dan keinginannya dilaksanakan.<br />

Sebaiknya berterus terang untuk menikah,<br />

kenapa harus diam-diam dan merahasiakan.<br />

Karena dari sikap seperti itu,<br />

banyak menuai fitnah bahkan konflik<br />

yang tidak mudah didamaikan, bak kata<br />

pribahasa: Pikir dahulu pendapatan<br />

sesal kemudian tidak berguna. n<br />

Wassalam.


Konsultasi Hukum Islam<br />

Diasuh oleh Drs. H. Ridwan Qari, M.Ag.<br />

Assalamu’alaikum wr wb.<br />

Bapak pengasuh KHI yang terhormat.<br />

Bagaimana dengan khitan nonmuslim<br />

yang akan masuk Islam; perlukah<br />

dikhitan? Kalau perlu, apakah sebelum<br />

syahadat atau sesudah syahadat? Demikian,<br />

dan terima kasih atas jawaban<br />

bapak.<br />

Wassalam,<br />

Agam<br />

Simeulue.<br />

Jawaban:<br />

Wa’alaikumussalam. Menurut saya,<br />

hukum khitan ini sudah jelas adanya,<br />

apalagi dalam budaya masyarakat Aceh.<br />

Saya kira tidak ada masyarakat<br />

Aceh, terutama sekali kaum lakilakinya,<br />

yang tidak dikhitan dan<br />

bahkan itu dilakukan pada saat<br />

belum ada tanda-tanda kedewasaan<br />

(baligh) secara fisik. Namun karena<br />

ini menyangkut saudara kita yang<br />

muallaf, mungkin baik juga untuk<br />

dijelaskan kembali.<br />

Menurut Ibnu Hajar al-<br />

‘Asqalani, ada dua pendapat<br />

tentang hukum khitan. Pendapat<br />

pertama menyatakan bahwa khitan<br />

itu wajib, baik untuk laki-laki<br />

maupun perempuan. Pendapat ini<br />

dipelopori oleh Imam Syafi’i dan<br />

sebagian besar ulama mazhabnya.<br />

Pen-dapat kedua menyatakan khitan itu<br />

tidak wajib. Pendapat ini dinyatakan oleh<br />

mayoritas ulama dan sebagian ulama<br />

mazahab Syafi’i. Ibnu Hajar melanjutkan<br />

bahwa untuk khitan perempuan, da-lam<br />

mazhab Syafi’i sekalipun, pada praktiknya<br />

ada perbedaan pendapat. Ada<br />

yang mengatakan bahwa khitan wajib<br />

untuk seluruh perempuan, namun ada<br />

juga yang mengatakan bahwa ia wajib<br />

hanya bagi perempuan yang (maaf),<br />

ujung kelentitnya cukup menonjol,<br />

seperti para perempuan daerah Timur.<br />

Bahkan sebagian ulama mazhab Syafi’i<br />

MUALLAF dan KHITAN<br />

juga ada yang mengatakan bahwa<br />

khitan perempuan tidak wajib, (Fath al-<br />

Bari, jilid 11, Dar al-Fikr, Bairut, 1414<br />

H, hlm. 531).<br />

Ulama kontemporer, Mahmud<br />

Syaltut menyatakan bahwa khitan, baik<br />

untuk laki-laki dan perempuan, tidak<br />

terkait secara langsung dengan teks-teks<br />

agama karena tidak ada satu hadis sahih<br />

pun yang berbicara mengenai khitan,<br />

dan bahwa alasan yang dikemukakan<br />

oleh para ulama yang sepakat dengan<br />

wajibnya khitan sangat lemah. Fiqh<br />

hanya mengakomodasi lewat kaidah<br />

bahwa melukai tubuh makhluk hidup<br />

(seperti khitan) diperbolehkan apabila<br />

dengan itu ada kemaslahatan yang<br />

diperoleh darinya, (al-Fatawa, Dar al-<br />

Qalam, hlm. 302).<br />

Perlu juga ditampilkan lagi, saya<br />

kira, diskripsi perbedaan pendapat<br />

ulama mazhab tentang hukum<br />

khitan berikut: ”Khitan bagi laki-laki,<br />

mengikut mazhab Hanafi dan Maliki,<br />

adalak sunnah mu’akkadah (sunnah<br />

yang dekat kepada wajib), dan bagi<br />

perempuan ialah suatu kemuliaan<br />

(yang kalau dilaksanakan) disunnahkan<br />

untuk tidak berlebihan sehingga bibir<br />

vaginanya tidak terpotong agar ia tetap<br />

mudah merasakan kenikmatan jima’<br />

<strong>Santunan</strong> JANUARI <strong>2011</strong><br />

(hubungan intim).<br />

Menurut imam al-Syafi’i, khitan<br />

adalah wajib bagi laki-laki dan perempuan.<br />

Imam Ahmad mengatakan<br />

bahwa khitan wajib bagi laki-laki dan<br />

suatu kemuliaan bagi perempuan yang<br />

biasanya dilakukan di daerah-daerah<br />

yang panas”, (Wahbah al-Zuhaili, al-Fiqh<br />

al-Islami wa Adillatuh, jilid III, Dar al-<br />

Fikr, Damaskus, hlm. 642).<br />

Gambaran di atas, mengenai hukum<br />

khitan baik bagi laki-laki maupun perempuan,<br />

menjelaskan bahwa ulama<br />

mazhab dari awal berbeda pendapat.<br />

Perbedaan ini mengisyaratkan bagi kemungkinan<br />

adanya upaya mengakomodir<br />

tradisi dan budaya<br />

masyarakat yang berpengaruh<br />

kepada kebijakan pengambilan<br />

hukum (ijtihad) para ula-ma dalam<br />

menerima dan memahami teksteks<br />

agama, terutama sekali hadishadis<br />

Nabi saw. Khitan tidak dapat<br />

dika-takan sebagai dimulai oleh<br />

agama Islam. Tradisi khitan sudah<br />

mengakar dalam masyarakat sejak<br />

lama. Karena itu pula pandanganpandangan<br />

ilmu pengeta-huan<br />

di luar teks-teks keagamaan, seperti<br />

ilmu kesehatan/kedokteran<br />

dan lain-lain, penting untuk<br />

dipertimbang-kan.<br />

Oleh karena itu, dalam konteks<br />

Aceh yang Islami, seorang muallaf,<br />

terutama laki-laki, wajib untuk dikhitan.<br />

Khitan untuk laki-laki Aceh<br />

adalah bagian identitas muslim sama<br />

seperti melaksanakan ibadah yang<br />

tergolong fardhu atau meninggalkan<br />

kegiatan yang targolong haram. Orang<br />

yang meninggalkan fardhu atau<br />

yang mengerjakan haram tentu akan<br />

’dicurigai’ identitas keislamamnya.<br />

Konon kabarnya keraguan orang Aceh<br />

terhadap keislaman dan keulamaan<br />

Snouck Hurgronje, di antaranya, karena<br />

dia tidak berkhitan. Wallahua’lam. n<br />

45


Bahasa Arab<br />

Diasuh oleh Muzakkir, S.Ag<br />

Berupaya =<br />

Utama =<br />

Rendah/hina =<br />

Kita batasi =<br />

Partisipan =<br />

Lapangan =<br />

46 <strong>Santunan</strong> JANUARI <strong>2011</strong><br />

Goal =<br />

Olahragawan =<br />

Mewujudkan =<br />

Tujuan =<br />

Gawang =<br />

Kesebelasan =


Bahasa Inggris<br />

By Erfiati Adam, MA, English Teacher at MAN Model Banda Aceh<br />

English Teaching Methodology<br />

(Part Two)<br />

Community Language Learning (Charles Curran; in<br />

the early seventies)<br />

Community Language Learning that is also called as<br />

“Counseling-Learning” was a teaching methodology that<br />

mainly focused on affective factors as a vital aspect in the<br />

learning process.<br />

This method emphasizes the<br />

members interactive in interpersonal<br />

relationship in which the teachers and<br />

students enroll together to facilitate<br />

learning process. As illustrated by Charles<br />

Rogers, learners were to be considered<br />

as a ‘group’ instead of a ‘class’ and to be<br />

recognized as ‘clients’ who needed to<br />

be handled by a ‘counselor’ in the form<br />

of teacher. Moreover, the teacher was<br />

to be recognized as energetic assisting<br />

mediator, instead of a ‘threat’.<br />

Theoretically, the community<br />

language learning encourages teachers<br />

to understand their students as ‘whole’<br />

persons, where their feelings, intellect,<br />

interpersonal and wish for learning are<br />

focused and balanced. Characteristically,<br />

students sit in a circle, with the teacher<br />

outside the ring. They use their first<br />

language to develop an interpersonal<br />

relationship based on their trust with<br />

the rest of the students’ fellow.<br />

When a student wants to say something, they first say it<br />

in their native language, which the teacher then translates<br />

back to them using the target language. The student<br />

then attempts to repeat the English used by the teacher,<br />

and then a student can respond using the same process.<br />

This technique is used over a considerable period of time,<br />

until students are able to apply words in the new language<br />

without translation.<br />

Total Physical Response (James Asher; in the<br />

1960s)<br />

The method adopted some basic principles of language<br />

acquisition in youthful learners involving a considerable<br />

amount of listening and comprehension in combination<br />

with various physical responses (smiling, reaching, grabbing,<br />

looking, etc)- in a good way prior to the using of the language<br />

orally. Additionally, this method focused on the ideas that<br />

learning should be as fun and stress – free as possible, and<br />

<strong>Santunan</strong> JANUARI <strong>2011</strong><br />

that it should be dynamic through the use of supplementary<br />

physical activity.<br />

According to Asher (1977), carrying out the Total Physical<br />

Response would have something to do with right-brained<br />

learning (the parts of the brain that deals with motor activity),<br />

would be very helpful in empowering<br />

the language processing element<br />

covered by the left brain. The Total<br />

Physical Response is widely recognized<br />

as an extremely useful language<br />

learning method at beginning level,<br />

and nearly a prevailing requirement in<br />

the instruction of young learners.<br />

Moreover, It is also regarded as<br />

natural and simple method which<br />

is easily accessed by teachers and<br />

learning environment.<br />

Communicative Language<br />

Teaching (By Mid of-Eighties)<br />

Communicative Language Teaching<br />

is an approach to the teaching of the<br />

second and foreign language that<br />

emphasizes in interaction as both<br />

the means and the ultimate goal of<br />

learning a language. It is also referred<br />

to as “communicative approach to<br />

the teaching of foreign languages”<br />

or simply the “communicative<br />

approach”. The communicative approach puts an emphasize<br />

in developing the communicative proficiency and how to use<br />

the language beyond the grammatical discourse elements by<br />

investigating the nature of science, cultural, and pragmatic<br />

features of language.<br />

The CLT deals with educational instruments such as<br />

students’ feedback and interaction as a means of classroom<br />

discourse in attempting to get the learners develop their<br />

linguistics ability. Moreover, it mostly concerns with how<br />

to facilitate lifelong language learning among students<br />

instead of the immediate classroom task. In this context,<br />

the students are to be encouraged to keep practicing their<br />

language (English) to maintain their daily conversations.<br />

Several examples of classroom activities that are perhaps<br />

useful for teachers in applying this method are; Role Play,<br />

Interviews, Information Gap, Games, Language Exchange,<br />

Surveys, Pair Work.<br />

Have a Pleasant Reading n<br />

47


Life Style<br />

Semangat Tahun Baru, Upaya Menggapai Sukses dan Kebahagiaan<br />

Tahun 1430 H/ 2010 M telah kita tinggalkan dengan aneka<br />

peristiwa yang kita alami, kebahagiaan dan kedukaaan,<br />

kegagalan dan kesuksesan, dosa dan penyesalan. Seiring<br />

dengan berakhirnya tahun sudahkah kita menakar, menilai dan<br />

mengintrospeksi diri untuk menemukan kelemahan-kelemahan<br />

yang bisa kita perbaiki di kemudian hari, menutupi lubanglubang<br />

kegagalan dan berupaya menatap dan meraih masa<br />

depan yang lebih baik lagi...<br />

PENTINGNYA HARI INI<br />

Kita hidup pada masa sekarang. Gunakan masa lalu sebagai<br />

pelajaran dalam bertindak pada masa depan, jadikan masa<br />

depan sebagai dasar perencanaan tindakan kita agar kita tidak<br />

bertindak ceroboh. Alquran sendiri telah mengingatkan kita<br />

untuk menyadari pentingnya masa sekarang sebagai pijakan<br />

dan persiapan bagi hari esok dengan firman-Nya dalam surat al-<br />

Hasyr ayat 18: “Wahai orang yang beriman, bertakwalah kamu<br />

kepada Allah, dan hendaknya setiap jiwa mesti melihat hal apa<br />

yang sudah diperbuatnya untuk hari esok“.<br />

BERUBAH UNTUK MASA DEPAN<br />

Tak perlu menunggu waktu untuk berubah, karena tak mesti<br />

dimulai dengan mengerjakan hal yang besar-besar. Mulailah<br />

perubahan itu dari sekarang dengan hal yang sederhana yang<br />

bisa menjadikan hari ini lebih baik dari kemarin. Bukankah<br />

Allah telah berfirman dalam surat al-Ra’d: 11 “Allah tidak akan<br />

mengubah keadaan suatu kaum hingga mereka sendiri mau<br />

mengusahakan perubahan itu.” Kemauan untuk berubah<br />

adalah pertanda kesuksesan, keberuntungan dan kebahagiaan<br />

seseorang. Otpimisme, kesadaran membaca masa lalu, masa<br />

sekarang dan masa depan serta terus berproses dan berencana<br />

juga akan membuat kita tidak kehilangan eksistensi dalam<br />

menyongsong masa depan yang lebih baik lagi.<br />

TAK CUMA KATA-KATA<br />

Sukses yang kita inginkan di masa depan tentu tak mudah<br />

terwujud dengan kata-kata belaka. Ada beberapa hal yang harus<br />

kita punyai untuk usaha menggapai masa depan yang lebih baik<br />

lagi di antaranya:<br />

Niat<br />

Kita harus punya keinginaan yang kuat untuk mencapai<br />

dan menggapai cita-cita. Jika tidak punya keinginan yang kuat<br />

akan membuat kita kurang bersemangat, dan energi pun tidak<br />

optimal.<br />

Ingatlah bahwa keinginan harus disertai dengan perasaan<br />

perasaan yang positif seperti keikhlasan, keyakinan, dan<br />

optimis, bukan bukan perasaan negatif seperti keinginan yang<br />

menggebu-gebu dan bernafsu, keraguan dan pesimis.<br />

Perhatian<br />

Perhatian anda harus terfokus pada hal yang anda inginkan,<br />

contoh jika anda ingin sembuh dari suatu penyakit fokuskan<br />

pada kesehatan bukan pada penyakit yang diderita, jika anda<br />

ingin kaya fokuskan pada kekayaan dan mencari harta bukan<br />

pada kekurangan yang anda alami atau anda miliki.<br />

Tindakan<br />

Jangan hanya berfikir dan berkeinginan saja. Kita ingin<br />

menjadi apa, memiliki apa. Lakukan dengan usaha dan tindakan<br />

yang mengarah kepada tujuan kita.<br />

Kita pun tak hanya harus memiliki tiga hal di atas untuk<br />

berusaha berubah lebih baik, bahagia dan sukses di masa depan,<br />

48 <strong>Santunan</strong> JANUARI <strong>2011</strong><br />

tapi juga harus menghindari beberapa kata-kata di bawah ini:<br />

Jangan<br />

Kata-kata jangan justru akan membuat kita malas untuk<br />

mencoba berbuat sesuatu, padahal belum tentu hasilnya jelek<br />

tapi bisa jadi hasilnya akan lebih baik lagi.<br />

Harus<br />

Kata-kata ini bisa membuat kita ngotot, bernafsu, dan<br />

buru-buru seperti dikejar target. Ini bisa membuat kita setres<br />

dan penuh beban. Walhasil yang diharapkan kesuksesan bisa<br />

muncul kegagalan. Hindari kata ini agar kita bisa menjalani<br />

hidup dengan lebih enjoy dan bahagia.<br />

Berat<br />

Hidup tak selamanya bahagia dan sesuai dengan harapan.<br />

Saat kita dilanda masalah biasanya kita akan mengeluh.<br />

“Mengapa hidup ini terasa sangat berat bagiku”. Jika kalimat itu<br />

yang kita rasakan terus dalam hati, maka kemungkinan besar<br />

bakal begitulah hidup kita nantinya. Karena akan terus terbawa<br />

dan larut dalam suasana berat.<br />

Lemah<br />

“Kita hanyalah makhluk yang lemah” begitu biasanya berucap<br />

untuk mengakui adanya kekurangan yang kita miliki. Tapi<br />

kalau kata-kata itu terus didengungkan dalam otak dan hati kita,<br />

itulah yang akan terjadi pada perilaku dan kondisi kita.<br />

Di samping itu hindari juga kata-kata mungkin, tak pernah,<br />

tak tahu, bodoh, takut, dan susah. Karena kata-kata ini akan<br />

mengurangi semangat dan kekuatan hati kita untuk menjadi<br />

lebih baik lagi. Lantas apa yang harus kita lakukan? Cobalah<br />

merubahnya dengan kata-kata;<br />

Bisa<br />

Kata bisa mempunyai semangat yang kuat untuk mencapai<br />

apa yang kita inginkan. Tanamkan dengan kuat kata-kata ini,<br />

karena akan dapat menumbuhkan keyakinan dalam hati kita<br />

untuk mencapai hasrat dan tujuan.<br />

Bahagia<br />

Bahagia adalah kunci kesuksesan, bukan sebaliknya sukses<br />

yang membuat anda bahagia. Orang sukses belum tentu bahagia.<br />

Tanamkan kata-kata ini dalam hati kita agar kita selalu merasa<br />

berbahagia dalam setiap situasi. Karena semangat kebahagiaan<br />

itu akan mengundang sukses dalam hidup kita. Insya Allah.<br />

Cinta<br />

Rasa cinta memiliki semangat dan kekuatan yang luar biasa<br />

dan sangat tinggi. Ungkapkan rasa cinta kita terhadap diri sendiri,<br />

keluarga, teman, pekerjaan, alam semesta dan terutama hidup<br />

kita. Insya Allah hidup kita akan dilingkupi dengan kesuksesan<br />

dalam segala bidang.<br />

Di samping itu kita bisa mempedomani kata-kata senang,<br />

syukur, baik, terima kasih, yakin, dan pintar, karena kata-kata<br />

ini mempunyai semangat dan optimis yang mendukung untuk<br />

upaya kita menggapai kesuksesan dan kebahagiaan.<br />

Akhirnya jangan pernah menyamakan kesuksesan dan<br />

kebahagian dengan berlimpahnya harta. Karena kebahagiaan<br />

dan kesuksesan yang hakiki adalah keberhasilan kita menggapai<br />

kebahagiaan dan kesejahteraan di dunia yang fana dan sebentar<br />

ini untuk bekal persiapan dalam menggapai sejahtera dan keselamatan<br />

dalam kehidupan di akhirat yang kekal di dalamnya.<br />

Semoga kita akan meraih sukses dan kebahagiaan di masa yang<br />

akan datang. Amin. nSuri


K<br />

etika hal ini dikonfirmasikan<br />

kepadanya, dengan gaya khas,<br />

H. Abrar Zym menjawab, “Tak<br />

ada yang perlu diributkan. Sebagai abdi<br />

negara, abdi masyarakat, saya<br />

harus siap mengemban<br />

amanah yang diberikan<br />

pimpinan. Semua itu,<br />

tergantung keikhlasan<br />

kita dalam menjalaninya,”<br />

tegas Abrar dengan<br />

nada serius.<br />

Abrar Zym lahir 42<br />

tahun silam, tepatnya<br />

pada tanggal 26 April<br />

1968, di Peulumat, demikian<br />

nama kampung<br />

halamannya. Masih muda<br />

dan energik. Orang<br />

tua dan silsilahnya<br />

m e r u p a k a n<br />

<strong>Santunan</strong> JANUARI <strong>2011</strong><br />

Tokoh<br />

H. Abrar Zym, S.Ag<br />

Sedikit Tahu Tentang yang Banyak<br />

Saat H. Abrar Zym, S.Ag dilantik menjadi Kepala Bidang Pendidikan Keagamaan<br />

dan Pondok Pesantren pada Kantor Wilayah <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi Aceh, ada<br />

anggapan bahwa ia bukan orang yang tepat untuk mengelola Pekapontren. Namun<br />

seiring perjalanan waktu, nyatalah anggapan ini tidak terbukti...<br />

ulama, dan keluarga yang dihormati<br />

di Labuhan Haji. Tidak ada yang tidak<br />

mengenalnya di Aceh Selatan. Saat<br />

ini, selain menjadi pejabat di Kanwil<br />

Kemenag, Beliau juga menjadi<br />

khatib tetap di Masjid Raya<br />

Baiturrahman Banda Aceh.<br />

Saban waktu diundang<br />

ceramah ke mana-mana.<br />

Beliau juga aktif di sejumlah<br />

organisasi di tingkat<br />

<strong>Prov</strong>insi. “Dakwah sudah<br />

menjadi bagian<br />

dari hidup saya,” ujarnya.<br />

Menurutnya, dayah<br />

adalah khazanah ilmu<br />

pengetahuan<br />

y a n g<br />

harus dilestarikan dan dikembangkan.<br />

“Banyak hal yang menarik di dayah,<br />

kesederhanaannya, etika dan sopan<br />

santun yang jadi prioritas keseharian di<br />

dayah, sistem belajarnya yang spesifik,<br />

semua itu menggambarkan keagungan<br />

dan kebesaran tradisi menuntut ilmu<br />

di Aceh. Dayah telah melahirkan<br />

ulama dan tokoh-tokoh besar negeri<br />

ini, seperti Gus Dur, Suryadharma<br />

Ali, HAMKA, Daud Beureu-eh, Tgk.<br />

Muslim Ibrahim, Safwan Idris, dan<br />

tokoh ulama lainnya. Saya berharap,<br />

ke depan dayah di Aceh terus mampu<br />

melahirkan tokoh-tokoh berkaliber<br />

nasional, bahkan internasional,” ujarnya<br />

optimis.<br />

Saya bangga, pada tes CPNS <strong>Kementerian</strong><br />

<strong>Agama</strong> tahun 2010 lalu,<br />

sejumlah alumni dayah MUDI Mesjid<br />

Raya, Samalanga berhasil diterima<br />

menjadi CPNS. “Ini sebuah kebanggaan<br />

bagi komunitas dayah di Aceh. Ini<br />

awal kebangkitan dayah di Aceh.<br />

Alumni dayah bisa bersaing<br />

dengan alumni perguruan<br />

tinggi, dan IAIN, lalu<br />

mereka juga bisa menjadi<br />

PNS,” imbuhnya.<br />

Mengenai bakat<br />

oratornya, ternyata<br />

sejak kelas tiga<br />

49


Tokoh<br />

aliyah, umur 17 tahun, Abrar Zym,<br />

sudah naik mimbar, jadi khatib dan<br />

berceramah ke mana-mana. Dan sampai<br />

saat ini, Pak Abrar, dikenal sebagai da’i<br />

yang energik, ceramahnya menarik,<br />

dengan humor-homor khas Nasruddin<br />

Hoja, filosofis dan menggelitik pendengar.<br />

“Tidak ada ceramahnya yang<br />

tidak menarik, kecuali sedang sakit<br />

gigi,” ujar pendengar ceramahnya<br />

suatu ketika.<br />

Menurutnya, ada perbedaan antara<br />

da’i dan profesor, “Kalau da’i, sedikit<br />

tahu tentang yang banyak, sedangkan<br />

profesor banyak tau tentang yang<br />

sedikit,” keceknya, dengan senyum<br />

khas, layaknya sedang ceramah di<br />

mimbar. Lima orang putra-putri ustad<br />

Abrar meneruskan tradisi pendidikan<br />

agama keluarga. Dua di antaranya<br />

belajar di dayah, sisanya di madrasah.<br />

“Saya mendukung sekali ide dan<br />

pandangan Pak Menteri <strong>Agama</strong>, supaya<br />

dayah setara dan sejajar dengan<br />

lembaga pendidikan umum lainnya di<br />

negeri ini. Termasuk soal anggarannya,<br />

kurikulumnya, pengakuannya. Apalagi<br />

Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional<br />

telah mengamanatkan, tidak ada<br />

perbedaan antara pendidikan umum<br />

dengan pendidikan agama, termasuk<br />

dayah atau pesantren. Dikotomi pendidikan<br />

agama dan umum harus dihilangkan,”<br />

ujar suami Siti Rainiza ini.<br />

Menurutnya, tidak ada yang sulit<br />

dalam mengelola pendidikan, termasuk<br />

pendidikan di dayah. Karena<br />

Islam punya prinsip yang ditanamkan<br />

Rasulullah, menuntut ilmu dari ayunan<br />

sampai liang lahat.<br />

Menuntut ilmu kewajiban<br />

laki-laki dan<br />

perempuan. Apalagi<br />

untuk Aceh, sekarang<br />

sudah ada Peraturan<br />

Gubernur Nomor<br />

47 tahun 2010<br />

tentang Pendidikan<br />

Dayah di Aceh, ini<br />

bukti pengakuan pemerintah<br />

Aceh kepada<br />

dayah.<br />

“Saya dengar,<br />

Jawa Timur yang<br />

banyak pondok pesantrennya<br />

saja, belum<br />

ada Pergub atau<br />

peraturan daerah<br />

yang mengatur tentang<br />

pesantren ini. Juga ke depan akan<br />

hadir Ma’had Ali, ‘dayah manyang’ di<br />

sejumlah daerah di Aceh. Kita akan<br />

perjuangkan supaya akreditasi dan<br />

izinnya segera turun dari <strong>Kementerian</strong><br />

<strong>Agama</strong> pusat. Ini artinya, Aceh lebih<br />

50 <strong>Santunan</strong> JANUARI <strong>2011</strong><br />

maju selangkah dari provinsi lain”,<br />

ujar Ustaz Abrar, yang dipercaya<br />

sebagai Ketua Penyelenggara Porseni<br />

XII <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> Aceh, di<br />

Meulaboh tahun ini.<br />

Sejumlah program dan kegiatan<br />

penting Bidang Pekapontren untuk<br />

<strong>2011</strong> terus dimatangkan, seperti penyaluran<br />

bantuan untuk guru TPA/<br />

TPQ, madrasah diniyah, magang<br />

santri, beasiswa santri, pramuka santri,<br />

Pospenas dan Qiraatul qutub. “Doakan<br />

saja, Bidang Pekapontren bersama<br />

Badan Pendidikan dan Pembinaan<br />

Dayah Aceh, akan terus membantu<br />

dayah di Aceh,” ujar alumni Fakultas<br />

Syariah IAIN Ar-Raniry ini.<br />

Disinggung tentang Porseni XII,<br />

di Meulaboh, sebagai harapan Bapak<br />

Kakanwil, seluruh jajaran <strong>Kementerian</strong><br />

<strong>Agama</strong> Aceh, wajib mensukseskan<br />

Porseni kali ini. “Insyaallah, berjalan baik<br />

dan sukses dengan tetap menjunjung<br />

tinggi sportifitas, ukhwuwah dan silaturrahim,”<br />

imbuhnya. Selamat, Pak.<br />

Sukses dan berkah selalu!n JUNIAZI<br />

Biodata Ringkas<br />

1. Nama Lengkap : H. Abrar Zym, S. AG.<br />

2. N I P : 19680426 199603 100 1<br />

3. Pangkat/Golongan : Pembina (IV/a)<br />

4. Tempat/Tanggal Lahir : Peulumat, 26 April 1968<br />

5. Status Perkawinan : Kawin<br />

6. Alamat : Jl. Sisingamangaraja No. 150 Kampung Mulia<br />

Kec. Kuta Alam, Kota Banda Aceh<br />

7. Pendidikan : 1. MIN Peulumat Kecamatan Labuhan Haji, Kab. Aceh Selatan,<br />

Ijazah Tahun 1980.<br />

2. SMP Negeri Peulumat Kec. Labuhan Haji, Kab. Aceh Selatan,<br />

Ijazah Tahun 1983.<br />

3. MAN 1 Banda Aceh, Ijazah Tahun 1986<br />

4. S1 Fakultas Syari‘ah IAIN Ar-Raniry Banda Aceh, Ijazah Tahun<br />

1995.<br />

8. Riwayat Pekerjaan : 1. CPNS Tahun 1996<br />

2. Bendahara PUMC KUA Kec. Meukek, 1997-2000.<br />

3. Wakil PPN KUA Kec. Meukek, 1997-2000.<br />

4. Kepala KUA Kec. Samadua Aceh Selatan, 2000-2001.<br />

5. Ka. Peny. Urusan Haji Depag Aceh Selatan, 2001-2003.<br />

6. Kasi Peny. Haji dan Umrah Depag Aceh Selatan, 2003-2005.<br />

7. Kasi Penyuluhan Haji dan Umrah Kanwil Depag Aceh, 2005-2008.<br />

8. Kabid Penamas Kanwil Depag Aceh, 2008-2010.<br />

9. Kabid Pekapontren Kanwil Kemenag Aceh. 2010-sekarang.<br />

9. Pendidikan dan Pelatihan : 1. DIKLAT CPPN, 1996<br />

2. DIKLAT PRAJABNAS, 1997.<br />

3. DIKLAT PIM TINGKAT-IV ANGKATAN II, 2004.<br />

4. DIKLAT FASILITATOR PETUGAS HAJI, 2005.<br />

5. DIKLAT FASILITATOR PAI TINGKAT MAHIR, 2009.<br />

6. DIKLAT SERTIFIKASI BARANG & JASA ANGK.XVIII, 2010.<br />

7. DIKLAT PIM III ANGKATAN XXX, 2010.<br />

10. Pengalaman Lainnya : 1. Orientasi Instruktur Pembimbing Calon Haji, 2005<br />

2. Sosialisasi Pendataan Berbasis IT, 2005.<br />

3. Pelatihan Petugas PPIH Arab Saudi, 2007.<br />

4. Orientasi Pelatihan Petugas Kloter & PPIH Arab Saudi, 2008.<br />

5. Pembinaan Prog. Publikasi Dakwah & HBI, 2008.<br />

6. Pentaloka Managemen Bagi Pejabat Eselon.III, 2009.<br />

7. Workshop Restrukturisasi Program, 2009.<br />

8. Silaturrahim Umat Islam Se-Sumatera, 2010


Inna Lillahi wa Inna Ilaihi Raji’un<br />

Keluarga Besar Kantor Wilayah <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi Aceh<br />

Menyampaikan<br />

Duka Cita Yang Mendalam<br />

Atas Berpulangnya Ke Rahmatullah<br />

Bapak Drs. H. Razali Aziz (82)<br />

Mantan Kakanwil Departemen <strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi Aceh Tahun 1990 – 1997<br />

Pada Hari Rabu, Tanggal 22 Desember 2010, Pukul 04.30 WIB,<br />

Di Jalan Kenari Barat Nomor 22, Peurada Utama, Banda Aceh.<br />

<strong>Santunan</strong> JANUARI <strong>2011</strong><br />

Tokoh<br />

Semoga Almarhum Diampuni Dosa dan Kesalahannnya dan Ditempatkan di Tempat yang Terbaik di Sisi Allah swt.<br />

Kepada Isteri, Anak, dan Cucu serta Keluarga yang Ditinggalkan Semoga Sabar dan Tawakal atas Musibah dan Cobaan ini<br />

Kepala<br />

Drs. H. A. Rahman TB, Lt<br />

Kepala Kantor Wilayah <strong>Kementerian</strong> Agam <strong>Prov</strong>insi Aceh<br />

dan segenap jajarannya<br />

Turut Berduka Cita atas Wafatnya<br />

Hj. Ainsyah Binti Ahmad (87 Tahun)<br />

Ibunda Drs. H. Sulaiman Abda (Wakil Ketua DPRA)<br />

Pada Hari Kamis, 30 Desember 2010,<br />

di Gampong Leung Teuga, Kecamatan Geulumpang Baroh, Kabupaten Pidie.<br />

Kepala<br />

Drs. H. A. Rahman TB, Lt<br />

Managemen <strong>Majalah</strong> <strong>Santunan</strong><br />

Turut berduka cita atas wafatnya<br />

Zulhelmi, S.Pd.I<br />

Staf Seksi Penamas & Bendahara <strong>Majalah</strong> <strong>Santunan</strong><br />

Kantor <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> Aceh Selatan<br />

Di RSUZA Banda Aceh, pada tanggal 18 Desember 2010<br />

Pemimpin Umum<br />

Zuardi Zain<br />

51


Pertanyaan TTS Edisi <strong>Januari</strong> 2010<br />

Mendatar<br />

3. tanda jasa ,tanda penghargaan karena sebuah<br />

prestasi<br />

4. Pengikut Nabi Isa<br />

6. sang juara (English)<br />

9. keinginan supaya menjadi kenyataan<br />

11. sembuh dari sakit<br />

13. Bulan terakhir tahun miladiyyah<br />

14. Cita-cita (Arabic)<br />

15. 3 ......1946 : Hari lahir kemenag<br />

17. Tahun miladiyyah<br />

18. terbebas dari bahaya, malapetaka, bencana<br />

19. sebelum namanya piala world cup<br />

Menurun<br />

1. Kota kelahiran Menteri <strong>Agama</strong> sekarang (Surya<br />

Darma Ali)<br />

2. .....Ali : Salah seorang menteri <strong>Agama</strong> RI<br />

5. karya yg diciptakan dng keahlian yg luar biasa, spt<br />

tari, lukisan, ukiran dll<br />

7. gerak badan untuk menguatkan dan menyehatkan<br />

tubuh<br />

8. ....Hayat: Sekjen Kemenag RI sekarang<br />

10. pekan olah raga dan seni<br />

TTS<br />

TTS 010 2010 <strong>Santunan</strong> Edisi <strong>Januari</strong> <strong>2011</strong><br />

52 <strong>Santunan</strong> JANUARI <strong>2011</strong><br />

12. nafsu (kemauan, gairah) untuk bekerja, berjuang,<br />

dsb.<br />

16. bersih hati, tulus hati dalam memberi pertolongan<br />

dll.<br />

Jawaban TTS Edisi 008 Agustus 2010


Adenium atau Kamboja Jepang<br />

berasal dari Asia Barat, dan<br />

Afrika berasal dari daerah gurun<br />

pasir yang kering. Tanaman ini lebih<br />

menyukai kondisi media yang kering<br />

dibanding terlalu basah. Disebut<br />

sebagai adenium karena salah satu<br />

tempat asal adenium adalah daerah<br />

Aden (Ibukota Yaman).<br />

Akar Adenium yang membesar<br />

seperti umbi adalah tempat menyimpan<br />

air sebagai cadangan di saat<br />

kekeringan. Akar yang membesar ini<br />

bila dimunculkan di atas tanah akan<br />

membentuk kesan unik seperti bonsai.<br />

Tunas-tunas samping dapat tumbuh<br />

dari mata tunas pada batang atau bekas<br />

daun yang gugur. Mata tunas samping<br />

tersebut akan berfungsi apabila pucuk<br />

atas tanaman dipotong. Hal inilah<br />

yang harus kita lakukan pada saat<br />

memprunning atau memangkas, untuk<br />

mendapatkan daun baru dan agar<br />

Korpri & DW<br />

Merawat Adenium<br />

Oleh Elia Fajri<br />

bunga yang akan muncul<br />

nantinya lebih serempak.<br />

Perawatan Adenium<br />

sebenarnya sangat mudah<br />

dan tidak harus<br />

mengeluarkan biaya yang<br />

besar, ya... pasti kita harus<br />

sedikit menyisihkan<br />

waktu agar tanaman kita<br />

dapat tumbuh dengan<br />

bagus dan menghasilkan<br />

bunga yang serentak,<br />

senangnya hati kita bila<br />

bunganya keluar secara<br />

serentak...<br />

Agar tanaman kita<br />

tumbuh subur dan menarik<br />

bila kita pandang,<br />

ada beberapa trik dan tips<br />

yang harus kita perhatikan:<br />

• Media Tanam<br />

Adenium membutukan<br />

media yang cukup<br />

mengandung udara dan<br />

mampu menahan kelembaban<br />

agar pertumbuhannya maksimal.<br />

Campuran media yang sering digunakan<br />

adalah cocopeat (serbuk sabut kelapa,<br />

pupuk kandang, pupuk kompos,<br />

kerikil dan sekam bakar semuanya dicampur<br />

dengan perbandingan menjadi<br />

media yang disesuaikan).<br />

• Pot/wadah<br />

Gunakan pot gerabah atau keramik<br />

yang berdinding tebal sehingga tidak<br />

mudah pecah saat bonggol membesar.<br />

Besar pot hendaknya disesuaikan<br />

dengan masa pertumbuhan dari<br />

adenium yang ditanam. Saat akar/<br />

bonggol tidak muat disuatu pot, maka<br />

harus dipindahkan ke pot yang lebih<br />

besar. Saat yang tepat untuk mengganti<br />

pot adalah ketika adenium sedang<br />

dalam masa tumbuh aktif. Harus hatihati<br />

dengan kemungkinanan bonggol<br />

terlukai. Bonggol yang terluka dapat<br />

mengakibatkan busuk saat dilakukan<br />

<strong>Santunan</strong> JANUARI <strong>2011</strong><br />

penyiraman, jika bonggol terluka<br />

jangan sirami selama seminggu agar<br />

lukanya sembuh terlebih dahulu.<br />

• Penyiraman<br />

Cara melakukan penyiraman adalah<br />

dengan menyemprot ataupun mengucurkan<br />

langsung kemedia. Jika dipilih<br />

cara semprot, maka harus hati-hati karena<br />

air seringkali tidak cukup membasahi<br />

media. Lakukan penyiraman sampai<br />

ada air yang mengalir keluar dari<br />

dasar pot.<br />

• Lingkungan<br />

Adenium menyukai suhu panas-<br />

sedang 30-35 C, sinar matahari penuh<br />

akan disukai paling tidak 4-5 jam<br />

cahaya matahari langsung terutama<br />

saat kelembaban tinggi .<br />

• Pemupukan<br />

Kuncinya adalah sedikit dan sering,<br />

jika adenium mendapat kondisi yang<br />

ideal maka dapat tumbuh dengan<br />

sangat cepat, namun jika terlalu banyak<br />

pupuk maka adenium akan mati. Bagi<br />

penggemar yang tidak suka repot<br />

cukup tambahkan pupuk kandang. n<br />

53


Komputer<br />

Diasuh Oleh Khairuddin Aba<br />

http://aceh.kemenag.go.id<br />

Hadir sebagai Jendela Kanwil <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi Aceh<br />

Alhamdulillah, mulai akhir Nopember 2010, Kantor<br />

Wilayah <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi Aceh hadir<br />

di dunia maya dengan alamat http://aceh.kemenag.<br />

go.id. Menurut Kepala Kantor Wilayah <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong><br />

<strong>Prov</strong>insi Aceh, Drs. H. A. Rahman TB, Lt. Kehadiran website<br />

ini merupakan perwujudan semangat transparansi dan<br />

keterbukaan informasi publik yang menjadi salah satu ciri<br />

dari e-Government.<br />

Undang-undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan<br />

Informasi Publik menjadi salah satu<br />

pemicu kelahiran website <strong>Kementerian</strong><br />

<strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi Aceh, yang diawali dari<br />

situs http://depag.go.id yang bertransformasi<br />

menjadi http://kemenag.go.id.<br />

Ka. Kanwil mengharapkan kehadiran<br />

website ini dapat menjadi media alternatif<br />

penyampaian informasi kepada masyarakat<br />

luas di era komunikasi dan teknologi ini.<br />

Melalui website, masyarakat dapat dengan<br />

mudah menemukan informasi tentang<br />

pelayanan yang tersedia di lingkungan<br />

<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> Aceh.<br />

Disisi lain, kehadiran website ini juga<br />

dapat digunakan sebagai sarana transaksi<br />

data dan informasi antar Satuan Kerja<br />

<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi Aceh<br />

yang mencapai 600 lebih. “Nantinya<br />

informasi penting seperti pengumuman,<br />

surat edaran, atau undangan kilat dapat<br />

disampaikan melalui website yang dapat<br />

dibaca secara realtime oleh seluruh<br />

jajaran <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> di seluruh<br />

<strong>Prov</strong>insi Aceh.” Ujar A. Rahman TB,<br />

Kepala Kanwil Kemenag Aceh.<br />

Meski baru seumur jagung, dengan mendapat dukungan<br />

teknis dari PINMAS <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> Pusat, website<br />

aceh.kemenag.go.id akan berupaya menjadi penyalur informasi<br />

tercepat dan terdepan di lingkungan <strong>Kementerian</strong><br />

<strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi Aceh, dimulai dengan pelaksanaan HAB ke<br />

65 Tahun <strong>2011</strong> dan Penyelenggaraan PORSENI XII di Kota<br />

Meulaboh, Aceh Barat, pada 10-15 <strong>Januari</strong> <strong>2011</strong>.<br />

Kasubbag Hukmas dan KUB Kanwil <strong>Kementerian</strong><br />

<strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi Aceh, Juniazi, S.Ag, didampingi Kasubbag<br />

Perencanaan dan Informasi Keagamaan, Saifuddin, SE,<br />

menjelaskan bahwa keberadaan website ini tidak terlepas<br />

dari upaya <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> Aceh untuk meningkatkan<br />

54 <strong>Santunan</strong> JANUARI <strong>2011</strong><br />

pelayanan kepada masyarakat, baik secara internal maupun<br />

eksternal. “Kita berharap, dimasa mendatang, masyarakat dan<br />

pihak-pihak yang berkepentingan lainnya dapat mengakses<br />

informasi <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi Aceh secara online,<br />

seperti informasi haji, mekanisme pendaftaran pernikahan,<br />

laporan keuangan tahunan dan informasi-informasi lainnya<br />

yang mejadi hak publik.” Papar Juniazi.<br />

Secara terpisah, Kepala Bagian Tata Usaha Kanwil Kemenag<br />

Aceh, Drs. H. Taufiq Abdullah, menerangkan bahwa Seleksi<br />

Penerimaan CPNS <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> Tahun 2010 secara<br />

online merupakan salah satu bentuk pelayanan dalam rangka<br />

pelaksanaan e-Government. “Sistem online ternyata lebih cepat,<br />

efisien, dan lebih murah dibandingkan sistem manual yang<br />

menghabiskan banyak waktu dan tenaga, belum lagi bila ada<br />

data atau berkas peserta yang hilang.” Kata Taufiq Abdullah.<br />

“Saya berharap, keberadaan website ini benar-benar<br />

mendukung kinerja <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi Aceh,<br />

bukan sekedar atribut pelengkap atau gengsi-gengsian.<br />

Apalagi pengelolaan website di setiap provinsi nantinya akan<br />

dinilai dan dievalusi secara reguler oleh <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong><br />

Pusat melalui PINMAS.” Nasehat Bapak Kabag Tata Usaha.<br />

Sekali lagi, selamat atas kehadiran website http://aceh.<br />

kemenag.go.id. naba


<strong>Santunan</strong> JANUARI <strong>2011</strong><br />

Sastra<br />

Kisah Bunglon dan Kelelawar<br />

Oleh Syihabuddin Yahya As-Suhrawardi<br />

Suatu ketika, pernah timbul<br />

pertentangan antara beberapa<br />

ekor kelelawar dengan seekor<br />

bunglon di sebuah padang pasir.<br />

Perselisihan di antara mereka sudah<br />

sedemikian sengitnya, sehingga kebencian<br />

yang timbulpun sudah melampaui<br />

batas.<br />

Para kelelawar sudah bersepakat,<br />

apa bila hari telah menjelang malam,<br />

dan matahari telah turun di hadapan<br />

bintang-bintang menuju peraduannya,<br />

mereka akan bersama-sama menyerang<br />

si bunglon dan menjadikannya tawanan<br />

mereka, lalu menghukumnya sesuka<br />

hati guna melampiaskan kebencian<br />

mereka.<br />

Ketika saat yang dinantikan tiba,<br />

mereka menyerang si bunglon dengan<br />

tiba-tiba, dan semuanya bersama-sama<br />

menyeret bunglon yang malang dan tak<br />

berdaya itu ke dalam sarang mereka.<br />

Para kelelawar beristirahat, setelah<br />

memenjarakan bunglon di dalam gua<br />

mereka.<br />

Ketika subuh menjelang, para<br />

kelelawar terbangun dan mulai berdiskusi<br />

bagaimana sebaiknya memperlakukan<br />

si bunglon itu. Mereka<br />

semua setuju bahwa si bunglon itu<br />

harus dibunuh, tetapi mereka masih<br />

merencanakan bagaimana cara terbaik<br />

untuk melaksanakan pembunuhan itu,<br />

yang tentunya bisa memuaskan nafsu<br />

dan kebencian mereka.<br />

Akhirnya, mereka memutuskan<br />

bahwa siksaan yang paling menyakitkan<br />

adalah dengan menjemur si<br />

bunglon di bawah matahari pagi yang<br />

terik. Tentu saja, bagi para kelelawar,<br />

tidak ada hukuman yang lebih berat<br />

dan menyakitkan dari pada dijemur di<br />

bawah terik matahari sampai mati.<br />

Dengan pikiran seperti itu, para<br />

kelelawar kembali menyiksa bunglon,<br />

dan mengancamnya akan dilempar<br />

ke luar gua saat matahari mulai naik,<br />

supaya dia mati kepanasan karenanya.<br />

Sang Bunglon yang menyadari hal<br />

itu, sudah pasti tidak mengharapkan<br />

hukuman yang lebih baik lagi, dia<br />

mengambil sikap pasrah yang unik,<br />

sikap sabar menunggu kebebasannya.<br />

Bagi Bunglon, hukuman yang<br />

diputuskan para kelelawar baginya,<br />

sungguh sesuai dengan harapan dan<br />

cita-citanya. Husayn Manshur pernah<br />

bersyair:<br />

Bunuhlah aku, kawan-kawanku,<br />

sebab dengan terbunuhnya diriku, aku<br />

akan hidup.<br />

Hidupku ada dalam kematianku,<br />

dan kematianku ada dalam hidupku.<br />

(kutipan puisi Al-Hallaj, salah seorang<br />

sufi dari Bagdad)<br />

Maka ketika matahari terbit, para<br />

kelelawar membawa bunglon keluar<br />

dari rumah mereka, gua yang gelap<br />

dan menyedihkan, agar dia tersiksa<br />

oleh cahaya matahari, siksaan yang<br />

sesungguhnya merupakan jalan keselamatan<br />

bagi bunglon yang tidak lagi<br />

malang ini.<br />

“Janganlah kamu mengira orangorang<br />

yang gugur dalam peperangan<br />

di jalan Allah itu mati. Tidak! Bahkan<br />

mereka hidup. Mereka mendapat rizki<br />

dan Tuhannya”. (QS 3:169).<br />

Kalau saja para kelelawar itu tahu<br />

betapa murah hati tindakan mereka<br />

terhadap bunglon itu, dan betapa<br />

mereka telah berbuat keliru dengan<br />

menghukumnya, karena mereka justru<br />

memberinya kesenangan, mereka pasti<br />

akan mati sedih. Bu-Sulayman Darani<br />

(juga salah seorang sufi) berkata, “Jika<br />

orang-orang yang lalai itu tahu betapa<br />

mereka telah mengabaikan kesenangan<br />

orang-orang yang sadar, mereka pasti<br />

akan mati karena kecewa.” (dikutip<br />

dalam bahasa Persia ‘Aththar, Tadzkirah,<br />

hal. 282).<br />

Penulis Kisah ini adalah Syihabuddin<br />

Yahya ibn Habasyi ibn Amirak dari<br />

Suhrawardi (dekat Zanjan di Iran<br />

barat-laut), dalam tradisi filosofis dan<br />

mistik (tasawuf) di dunia Islam timur,<br />

dikenal sebagai Syaikh Al-Isyraq (‘Guru<br />

Pencerah’) menyusul aliran Isyraqiyyah<br />

dalam teosofi dan filsafat di mana dia<br />

dianggap sebagai pendirinya.<br />

Beliau dipenjara di Aleppo atas<br />

perintah putra Shaladin, Al-Malik Azh-<br />

Zhahir, dan dihukum mati pada tahun<br />

1191 dalam usia 38 tahun, dan karena<br />

inilah dia dikenal sebagai Suhrawardi<br />

Maqtul (yang dihukum mati), untuk<br />

membedakannya dari beberapa Suhrawardi<br />

terkenal lainnya. (sumber:<br />

media.isnet.org), disesuaikan kembali<br />

bahasanya oleh: khairuddin<br />

55


Sastra<br />

Guru<br />

Guru ...<br />

Kasihmu semurni air<br />

Seindah permata<br />

Dan seberharga bagai udara<br />

Dalam hidupku<br />

Engkaulah muara kasih<br />

Dan sayang ...<br />

Apapun pasti kau lakukan<br />

Demi hidup kami<br />

Agar lebih baik di masa depan<br />

Oh ... Guru ...<br />

Maafkan kami<br />

Jika terkadang<br />

Membuat relung hatimu terluka<br />

Dalam perjuanganmu<br />

Yang tanpa tanda jasa<br />

Hingga mungkin membuatmu<br />

Merintihkan air mata<br />

Yang terlalu berharga untuk siswa<br />

Guru<br />

Kukan slalu menyayangimu<br />

Meski ku bukan murid terbaik untuk mu<br />

Wahai guru....<br />

Karya: Siti Muflihah<br />

Murid MTs Negeri Jagong,<br />

Kabupaten Aceh Tengah Kelas IX<br />

56 <strong>Santunan</strong> JANUARI <strong>2011</strong><br />

PELITA BANGSA<br />

Tak, Tak, Tak<br />

Bergontai berjalan<br />

Di lorong-lorong serambi<br />

Eheem<br />

Lirih suaramu<br />

Memancarkan makna kehidupan<br />

Lunglai tubuhmu<br />

Termakan senja kehidupan<br />

Tegar jiwamu<br />

Kaulah penunjuk jalan<br />

Jalan kebenaran<br />

Jalan keagungan<br />

Jalan menuju keselamatan<br />

Kau ... limpahkan ilmu<br />

Pada umat manusia<br />

Tak kau lihat kaya maupun durja<br />

Berharap setitik embun di pagi hari<br />

Mencerdaskan bangsa<br />

Putra-putri ibu pertiwi<br />

Karya: Darmawansyah, S.Pd.I<br />

Guru MTs Negeri Jagong,<br />

Kabupaten Aceh Tengah


MASJID TUA KABAYAKAN<br />

Di zaman modern ini, masjid tua Kabayakan juga masih berperan<br />

dalam penguatan akidah anak bangsa.<br />

Masjid Tua Kabayakan, dilihat dari belakang.<br />

Konstruksi bangunannya masih tetap kokoh meski telah cukup<br />

renta dimakan usia.<br />

Rubrik ini diangkat berdasarkan buku Masjid Bersejarah di Nanggroe Aceh, diterbitkan oleh Bidang<br />

Penamas Kantor Wilayah <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> Aceh, 2009.<br />

<strong>Santunan</strong> JANUARI <strong>2011</strong><br />

Ensiklopedi<br />

Masjid ini didirikan pada tahun 1895<br />

di Kampung Kabayakan, Kabupaten<br />

Aceh Tengah. Pada saat Belanda<br />

menyerang Kampung Kabayakan<br />

pada 22 Mei 1905, masjid ini hampir<br />

rampung dibangun. Pembangunan<br />

masjid ini dilakukan secara bergotongroyong<br />

oleh masyarakat Kampung Lot<br />

Kala, Gunung Bukit, dan Kampung<br />

Jongok Meluem (Sagi Onom dan Sagi<br />

Lime) yang kepanitiaannya diketuai<br />

oleh Teungku Khatib. Arsitektur<br />

masjid ini dirancang oleh seorang<br />

arsitek berdarah Cina bernama Burik.<br />

Tampak depan.<br />

Masjid tua ini meyimpan ribuan kisah kegigihan masyarakat dataran<br />

tinggi Gayo dalam mempertahankan imannya dari gempuran<br />

missionaris Belanda<br />

57


Galeri<br />

Serahterima cinderamata antara Kakanwil Kemenag Aceh dengan Wakil Ketua<br />

Komisi VIII DPR RI, di aula Arafah, Asrama Haji Banda Aceh, 21 Desember 2010.<br />

Kunjungan Tim Komisi VIII DPR RI ke Dayah Insafuddin, Lampriet Banda Aceh,<br />

21 Desember 2010.<br />

Sayed Fuad Zakaria, salah seorang Anggota Komisi VIII DPR RI,<br />

saat mengunjungi MIN 1 Kota Banda Aceh.<br />

58 <strong>Santunan</strong> JANUARI <strong>2011</strong><br />

Para penerima bantuan MTs Swasta berfoto bersama Ka.Kanwil,<br />

dan Wakil Komisi VIII DPR RI, 21 Desember 2010.<br />

Kunjungan Tim Komisi VIII DPR RI bersama Kakanwil Kemenag Aceh ke Dayah Terpadu<br />

Darul Ulum, 21 Desember 2010.<br />

Para Siswa MTsN 1 Banda Aceh saat menanti kunjungan Komisi VIII DPR RI,<br />

ke madrasah mereka.


H. Banjari Suhardi, SE<br />

General Manajer<br />

MANAJEMEN GARUDA INDONESIA CABANG BANDA ACEH<br />

Mengucapkan Selamat Hari Amal Bhakti ke 65 Tahun <strong>2011</strong><br />

”Dengan Tekad dan Kerja Keras Jajaran <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong>,<br />

Kualitas Kehidupan Beragama Serta Pendidikan <strong>Agama</strong> dan Keagamaan Semakin Meningkat”

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!