Bagian 4 â Australia kini - Australian Citizenship
Bagian 4 â Australia kini - Australian Citizenship
Bagian 4 â Australia kini - Australian Citizenship
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
‘Squatter’ dan petani<br />
Sejak masa awal koloni, orang-orang yang dikenal<br />
sebagai ‘squatter’ (peternak domba dan sapi yang<br />
menduduki tanah tanpa izin) telah menduduki lahan<br />
yang sangat luas untuk usaha peternakan. Walaupun<br />
mereka biasanya tidak harus membayar untuk<br />
lahan tersebut, para squatter menganggap telah<br />
memilikinya. Setelah perburuan emas pertama telah<br />
usai, terjadilah pergumulan untuk mengambil kembali<br />
lahan dari para squatter.<br />
Dalam tahun 1860-an, Pemerintah menginginkan<br />
untuk menjual tanah-tanah yang diduduki para<br />
‘squatter’ kepada para pekerja dan keluarga mereka<br />
untuk usaha pertanian. Para squatter berusaha<br />
mempertahankan lahan seluas mungkin untuk mereka<br />
sendiri dengan mengklaim banyak hak atas tanah,<br />
terutama yang terletak di tempat yang terbaik.<br />
Dari tahun 1860-an, orang-orang dari Iran, Mesir dan<br />
Turki datang untuk menjalankan kafilah unta melewati<br />
pedalaman (outback) <strong>Australia</strong>. Bersama dengan<br />
pengusaha unta India, mereka secara umum disebut<br />
orang ‘Afghan’ karena pakaian mereka mirip satu<br />
dengan yang lain dan kebanyakan berkepercayaan<br />
Islam. Para pengusaha unta ini dianggap ‘perintis<br />
tanah pedalaman’. Sekitar 4000 orang India dan<br />
6000 penduduk Pribumi Pulau Pasifik juga bekerja di<br />
bidang industri gula dan pisang di Queensland.<br />
Sejak tahun 1880-an, para pekerja dari Lebanon<br />
berdatangan ke <strong>Australia</strong>. Banyak orang Lebanon ini<br />
terlibat dalam industri kain dan pakaian. Keluarga<br />
Lebanon lambat laun memiliki hampir semua bisnis<br />
bahan kain di daerah pedesaan <strong>Australia</strong>, suatu tradisi<br />
yang berlanjut sampai <strong>kini</strong>.<br />
Pengusaha pertanian baru menghadapi lingkungan<br />
yang sulit, yang terletak jauh dari pasar sampai saat rel<br />
kereta api dibangun. Kesempatan untuk mendapatkan<br />
upah yang tinggi di kota selalu membuat kehidupan<br />
di lahan dan bekerja dengan imbalan kecil tidaklah<br />
menarik.<br />
Walaupun demikian pengusaha pertanian berhasil baik<br />
di South <strong>Australia</strong>, dan tradisi <strong>Australia</strong> menemukan<br />
mesin-mesin guna mempermudah usaha pertanian<br />
mulai di sana. ‘Stump-jump plough’ (bajak lompat<br />
tonggak) tahun 1870-an, misalnya, mempermudah<br />
menyiapkan lahan yang keras untuk penanaman<br />
bahan makanan.<br />
Migrasi dalam tahun 1800-an<br />
Dalam awal tahun 1800-an, para pemukim Inggris,<br />
Skotlandia, Wales dan Irlandia merupakan kelompokkelompok<br />
utama dalam koloni-koloni. Pusaka mereka<br />
merupakan dasar bangsa yang baru. Pelengah waktu,<br />
kegiatan budaya dan praktek agama di <strong>Australia</strong><br />
sama dengan yang di Inggris Raya. Namun ada<br />
juga kelompok-kelompok kecil dari Eropa dan Asia.<br />
Kedatangan orang Eropa dalam tahun 1800-an<br />
meliputi orang-orang Italia, Yunani, Polandia, Malta<br />
dan Rusia serta pemukim Perancis yang bekerja di<br />
industri air anggur. Mereka kebanyakan pemuda yang<br />
mencari pekerjaan dan peruntungan, atau pelaut yang<br />
telah membelot dari kapal mereka.<br />
Pendatang Cina mulai berdatangan ke <strong>Australia</strong><br />
setelah tahun 1842. Jumlah mereka semakin<br />
bertambah setelah penemuan emas dan di ladangladang<br />
emas terjadi ketegangan rasial. Hal ini<br />
terkadang membawa kericuhan melawan orang-orang<br />
Cina, seperti yang terjadi di Bendigo pada tahun<br />
1854. Ketegangan rasial mengakibatkan pembatasan<br />
imigrasi pertama di Victoria pada tahun 1855 dan New<br />
South Wales pada tahun 1861.<br />
Setelah perburuan emas tahun 1850-an, kebanyakan<br />
orang Cina pulang ke negara mereka. Di antara<br />
mereka yang tinggal adalah pengusaha kebun pasar<br />
Cina yang memasok buah-buahan dan sayur-mayur<br />
segar yang sangat dibutuhkan di daerah di mana<br />
airnya sulit didapatkan.<br />
Pengusaha unta ‘Afghan’ di ‘outback’ <strong>Australia</strong><br />
Tanah suaka Aborigin<br />
Setelah pertempuran masa lalu antara orang-orang<br />
Aborigin dan pemukim untuk memperebutkan<br />
tanah sudah berlalu, rakyat Aborigin hidup di<br />
pinggiran masyarakat. Ada juga yang bekerja di pusat<br />
peternakan dan sapi di pedalaman terpencil demi upah<br />
yang amat rendah. Pemerintah koloni mendirikan<br />
tanah suaka tempat tinggal rakyat Aborigin, akan<br />
tetapi tempat tersebut tidak memperbolehkan orang<br />
Aborigin untuk mengikuti adat kehidupan mereka.<br />
Mereka tidak dapat berburu dan mengumpulkan<br />
bahan makanan seperti yang mereka inginkan.<br />
Pada akhir tahun 1800-an, pemerintah kolonial<br />
mencabut hak-hak rakyat Aborigin. Mereka<br />
memerintahkan orang Aborigin di mana mereka harus<br />
tinggal. Mereka memerintahkan dengan siapa mereka<br />
dapat kawin dan mereka mengambil banyak anak<br />
Aborigin dari orangtua mereka. Anak-anak ini dikirim<br />
ke keluarga ‘kulit putih’ atau rumah piatu pemerintah.<br />
Praktek-praktek tersebut sudah tidak dilakukan lagi,<br />
tetapi tetap menyebabkan duka yang dalam untuk<br />
rakyat Aborigin dan bagi banyak orang <strong>Australia</strong>.<br />
60<br />
Kewarganegaraan <strong>Australia</strong>: Ikatan Umum Kita