07.07.2014 Views

Bagian 4 – Australia kini - Australian Citizenship

Bagian 4 – Australia kini - Australian Citizenship

Bagian 4 – Australia kini - Australian Citizenship

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Perlakuan terhadap kaum Pribumi<br />

Dalam tahun 1940-an dan 1950-an kebijakan<br />

Pemerintah <strong>Australia</strong> terhadap rakyat Aborigin<br />

berganti menjadi kebijakan asimilasi. Hal ini berarti<br />

kaum Pribumi disuruh hidup sebagaimana bangsa<br />

non-pribumi hidup. Ini tidak berhasil karena rakyat<br />

Aborigin tidak ingin kehilangan budaya adat mereka.<br />

Dalam tahun 1960-an kebijakan ini berubah menjadi<br />

kebijakan integrasi. Kebanyakan pria di <strong>Australia</strong><br />

memperoleh hak memberikan suara dalam tahun<br />

1850-an, namun hak-hak memberikan suara di<br />

Commonwealth tidak disampaikan kepada semua<br />

kaum Pribumi <strong>Australia</strong> sampai tahun 1962. Dengan<br />

kebijakan integrasi, rakyat Aborigin diberi kebebasan<br />

warga negara tapi mereka masih diharapkan untuk<br />

menyesuaikan pada kebudayaan non-Primbumi<br />

<strong>Australia</strong>.<br />

Perubahan lebih lanjut terjadi pada tahun 1967,<br />

ketika lebih dari 90 persen warga <strong>Australia</strong> memberi<br />

suara ‘YA’ untuk membolehkan orang-orang Aborigin<br />

diperhitungkan dalam sensus. Referendum tersebut<br />

merupakan tonggak sejarah. Hal ini memperlihatkan<br />

bahwa sebagian besar rakyat <strong>Australia</strong> menginginkan<br />

kaum Pribumi diperhitungkan dan diberi hak-hak yang<br />

sama seperti orang lainnya.<br />

Terbukanya sikap <strong>Australia</strong>, dan protes keras rakyat<br />

Aborigin pada saat itu, telah menuntun jalan bagi<br />

kebijakan rakyat Aborigin untuk menentukan<br />

nasib sendiri pada tahun 1970-an. Pemerintah<br />

<strong>Australia</strong> akhirnya mengakui dan menyetujui bahwa<br />

Pribumi <strong>Australia</strong> harus mempunyai suara dalam<br />

pengembangan politik, ekonomi, sosial dan budaya<br />

mereka sendiri.<br />

Migrasi – Perubahan lambat laun<br />

Dalam tahun 1950-an dan 1960-an, komunitas Asia,<br />

gereja-gereja dan kelompok-kelompok sosial semua<br />

memprotes kebijakan ‘<strong>Australia</strong> Putih’ (White <strong>Australia</strong>).<br />

Pada tahun 1958, Pemerintah <strong>Australia</strong> menghapus<br />

tes dikte dan pada tahun 1966 <strong>Australia</strong> membuka<br />

pintu bagi orang non-Eropa tertentu dan untuk<br />

migrasi orang Asia yang memiliki keterampilan.<br />

Lambat laun warga <strong>Australia</strong>n di mana-mana<br />

mengakui nilai mengikutsertakan semua bangsa dalam<br />

program migrasi. Kebijakan ‘<strong>Australia</strong> Putih’ berakhir<br />

pada tahun 1973, dan negara ini menuju ke arah<br />

multikulturalisme.<br />

Pada tahun 1973, Pemerintah <strong>Australia</strong> menghapus<br />

semua persyaratan imigrasi yang berhubungan dangan<br />

ras. Pada tahun 1975, setelah perang Vietnam,<br />

<strong>Australia</strong> menerima jumlah para pengungsi dan migran<br />

Asia yang memecahkan rekor.<br />

Sebagian besar orang-orang ini berasal dari Vietnam<br />

namun migran Cina dan India juga mulai berdatangan<br />

dalam jumlah besar.<br />

Sejak tahun 1975, <strong>Australia</strong> telah menerima pengungsi<br />

dari banyak negara yang terpecah karena perang,<br />

termasuk Bosnia and Herzegovina, dan dari negaranegara<br />

Timur Tengah dan Afrika. Kini migran kami<br />

datang dari segala penjuru dunia.<br />

<strong>Australia</strong> menjadi bangsa segala benua; salah satu<br />

keberhasilan hebat di dunia modern. Sejak tahun<br />

1945, 6,5 juta orang telah datang ke <strong>Australia</strong>. Lebih<br />

dari seperempat rakyat <strong>Australia</strong> dilahirkan di luar<br />

negeri.<br />

Migran dapat memilih untuk datang ke <strong>Australia</strong> dan<br />

bersama-sama menghargai nilai-nilai umum kami.<br />

Mereka telah menambah sulaman yang kaya tentang<br />

kehidupan <strong>Australia</strong>.<br />

Pengikutsertaan<br />

<strong>Australia</strong> <strong>kini</strong> masyarakat multikultural di mana hak<br />

setiap individu untuk mempraktekkan keyakinan<br />

mereka dan mengikuti adat budaya mereka dalam<br />

kerangka kerja undang-undang, dihormati dan<br />

dilindungi.<br />

<strong>Australia</strong> <strong>kini</strong> memiliki kebijakan pengikutsertaan yang<br />

aktif, di mana setiap orang dari setiap ras merasa<br />

sebagai bagian dari masyarakat kami. Kebijakan ini<br />

berlaku dalam semua aspek kebudayaan <strong>Australia</strong>.<br />

Kebijkan ini merupakan bagian dari kurikulum<br />

pendidikan sejak masa kecil sampai universitas dan<br />

dipraktekkan di tempat kerja kami dan dalam industri<br />

layanan.<br />

Hak setiap individu untuk diperlakukan setara dan<br />

tanpa diskriminasi dipertahankan oleh <strong>Australia</strong>n<br />

Human Rights Commission (Komisi Hak Azasi Manusia<br />

<strong>Australia</strong>) dan di instansi anti-diskriminasi pemerintah<br />

di setiap negara bagian dan teritori. Diskriminasi sosial<br />

dikutuk oleh umum dan merupakan tindak kejahatan<br />

di bawah undang-undang.<br />

<strong>Australia</strong> menjadi masyarakat multikultural yang<br />

memeluk nilai-nilai perdamaian dan penerimaan.<br />

<strong>Australia</strong> merupakan negara di mana para pendatang,<br />

kaum Pribumi dan orang-orang lain yang lahir di<br />

<strong>Australia</strong> dapat merasa bebas untuk meraih tujuan<br />

mereka dalam kedamaian. <strong>Australia</strong> juga tempat di<br />

mana konflik dan kebencian masa lampau dapat jauh<br />

ditinggalkan.<br />

<strong>Bagian</strong> 5 – Cerita <strong>Australia</strong> kami 69

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!