28.10.2014 Views

20120423_MajalahDetik_21

20120423_MajalahDetik_21

20120423_MajalahDetik_21

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

nasional<br />

“Kita dulu memang berbeda pandangan, tapi saya<br />

tidak dendam,” ujarnya.<br />

Harmoko sedang memfoto<br />

Sudomo.<br />

arsip negara<br />

l l l<br />

Sudomo mengembuskan napas terakhirnya pada<br />

Rabu 18 April 2012 di Rumah Sakit Pondok Indah.<br />

Loyalis penguasa Orde Baru, Soeharto, itu menderita<br />

penyempitan di bagian pembuluh otak. Ia dimakamkan<br />

secara kenegaraan di TMP Kalibata. Wakil Presiden<br />

Boediono bertindak sebagai inspektur upacara.<br />

Sebelum ditunjuk sebagai Pangkopkamtib 1978-<br />

1983, Sudomo menduduki jabatan Kepala Staf TNI<br />

AL. Pria kelahiran Malang, Jawa Timur, 1926 itu, kemudian<br />

menjadi anggota<br />

Majelis Permusyawaratan<br />

Rakyat (MPR), Menteri<br />

Tenaga Kerja (1983-1988),<br />

Menkopolkam (1988-<br />

1993), dan Ketua Dewan<br />

Pertimbangan Agung<br />

(1993-1998).<br />

Sepanjang kariernya,<br />

kehidupan Sudomo banyak<br />

diwarnai kontroversi.<br />

Sejarawan Lembaga<br />

Ilmu Pengetahuan Indonesia<br />

(LIPI) Asvi Warman Adam menyebut begitu<br />

sulit untuk mendefinisikan warna kehidupan Sudomo.<br />

Sudomo seperti memiliki dua sisi, yaitu antagonis dan<br />

protagonis.<br />

“Akan selalu ada orang yang berterima kasih pada<br />

Sudomo. Tapi dari sisi korban pelanggaran HAM, Orde<br />

Baru, menyengsarakan mereka,” kata Asvi.<br />

Menurutnya, ada catatan sejarah yang diukir oleh<br />

Sudomo, yakni saat berupaya membebaskan Papua<br />

dari Belanda. Sudomo yang masih berpangkat kolonel<br />

AL, memimpin tiga kapal torpedo ke Papua pada 1962.<br />

Majalah detik 23 - 29 APRIL 2012

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!