05.11.2014 Views

Edisi 29 Tahun 2011 - KPPU

Edisi 29 Tahun 2011 - KPPU

Edisi 29 Tahun 2011 - KPPU

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

TOKOH<br />

masuk di pasar berasal dari berbagai<br />

negara. Tentunya hal ini akan membuat<br />

kebutuhan masyarakat terpenuhi.<br />

Apakah sistem ini akan berkembang<br />

stabil?<br />

Secara teori, itu yang diharapkan.<br />

Artinya semua negara memiliki<br />

kemampuan produksi dan<br />

membutuhkan produk lain guna<br />

memenuhi kebutuhan masing-masing<br />

negara. Namun faktanya tidak. Krisis<br />

di Amerika dan Eropa saat ini telah<br />

mengubah kebijakan di mana akhirnya<br />

mereka mengambil langkah safe guard<br />

dan proteksi terhadap produknya<br />

agar tidak tergusur oleh produk luar.<br />

Artinya mekanisme pasar di Amerika<br />

berhenti saat krisis terjadi. Demikian<br />

Eropa, dimana langkah penyelesaian<br />

krisis tidak bisa lagi ditangani secara<br />

bersama-sama. Krisis yang melanda<br />

Amerika dan Eropa sangat berpeluang<br />

terjadinya upaya sejumlah negara<br />

menutup diri. Di sinilah berbagai<br />

perubahan bisa terjadi.<br />

Jadi intinya bahwa dunia sudah<br />

berubah pada tatanan itu?<br />

Iya. Fenomena ini bisa jadi<br />

mengkhawatirkan. Ketika mekanisme<br />

pasar berlaku secara global, kita<br />

justru dihidangkan dengan fenonema<br />

proteksi. Dalam situasi seperti ini,<br />

kita mengharapkan agar masingmasing<br />

negara tidak menutup pasar<br />

masing-masing. Sebab merujuk pada<br />

sejarah masa lalu, kerjasama ekonomi<br />

menjadi cara untuk meredam Perang<br />

Dunia. Jika tidak, konflik antar negara<br />

akan muncul dan perang dalam<br />

upaya mempertahankan kepentingan<br />

masing-masing akan terjadi.<br />

Jadi ada semacam paradoks,<br />

terbukanya pasar justru akan<br />

menutup pasar itu sendiri?<br />

Benar, meski hal itu muncul<br />

akibat kepanikan. Dalam konteks ini<br />

Indonesia sudah harus berpikir untuk<br />

tidak mengekspor kalau memang<br />

ada kemampuan untuk mengubah<br />

perjanjian dengan kontrak kerjasama<br />

dengan asing, seperti minyak. Kita<br />

kan tahu negeri kita mengekspor<br />

600.000 barel, pada saat yang sama<br />

kebutuhan kita 1juta barel per hari.<br />

Jadi syarat yang mutlak adalah<br />

untuk pertumbuhan ekonomi?<br />

Memang. Disini ada kepentingan<br />

bersamaan antara demokrasi dan<br />

mekanisme pasar. Persoalannya<br />

bagaimana kita menterjemahkan<br />

Pasal 33 itu nantinya. Disitu ada<br />

kalimat yang masih kita perdebatkan<br />

apakah negara “menguasai”<br />

atau “memiliki”. Di dalam UU<br />

itu disebutkan “dikuasai negara”.<br />

Pengertian yang sekarang kita pakai<br />

adalah dimiliki. Sedangkan peraturan<br />

yang sekarang itu kan boleh tidak<br />

dimiliki, tetapi harus melalui UU,<br />

ini di bagian D. Sekarang jadi bahan<br />

kita untuk kita jadikan perenungan<br />

ke depan pada saat kita melepaskan<br />

air bawah tanah itu sebagai kekayaan<br />

alam yang dibutuhkan rakyat banyak<br />

diserahkan kepada pasar.<br />

Pada posisi itu <strong>KPPU</strong> posisinya ada<br />

dimana?<br />

Posisi <strong>KPPU</strong> adalah sebagai<br />

instrumen. Kalau <strong>KPPU</strong> berdiri sendiri,<br />

itu tidak bisa berjalan. Makanya<br />

beberapa negara ketua <strong>KPPU</strong>nya<br />

ikut rapat kabinet. Jadi dia sudah<br />

tahu arah pembangunan negaranya,<br />

atau bisa memberikan gambaran<br />

kalau <strong>KPPU</strong>nya tidak berfungsi. Nah<br />

ini yang kita lihat sekarang karena<br />

<strong>KPPU</strong> adalah gambaran setengah hati<br />

membuka pasar.<br />

Jadi, idealnya <strong>KPPU</strong> itu juga bagian<br />

dari negara?<br />

Betul. <strong>KPPU</strong> harus menjadi bagian<br />

dari sistem perencanaan negara. Kita<br />

harus tahu persis desainnya. Misalnya<br />

saat negara memperlakukan dua<br />

harga yaitu disubsidi dan yang tidak<br />

disubsidi, sementara hukum persaingan<br />

melarangnya. Apa dampaknya?<br />

Makanya jika memang pemerintah<br />

membuat kebijakan yang bertujuan<br />

meningkatkan kesejahteraan rakyat,<br />

maka idealnya ia harus dikecualikan.<br />

Disini <strong>KPPU</strong> tidak lagi mempersoalkan<br />

karena <strong>KPPU</strong> bagian dari negara.<br />

Lalu apakah UU No. 5 dan <strong>KPPU</strong><br />

ini sudah sesuai dengan iklim politik<br />

demokrasi di Indonesia?<br />

Ya itu tadi dalam UU No. 5/1999<br />

bisa diartikan secara diametral.<br />

Politiknya sosialis, pasalnya<br />

pakai mekanisme pasar. Namun<br />

jika dikombinasikan seperti ini<br />

posisinya; sosialisnya kita pakai<br />

untuk menggantung orang-orang<br />

yang merusak pasar. Keberanian<br />

yang harus dipakai <strong>KPPU</strong> adalah<br />

menyadarkan sistem yang ada<br />

26 <strong>Edisi</strong> <strong>29</strong> <strong>2011</strong>

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!