16.11.2014 Views

POTENSI BAKTERI Micrococcus sp. L II 61 SEBAGAI AGEN ...

POTENSI BAKTERI Micrococcus sp. L II 61 SEBAGAI AGEN ...

POTENSI BAKTERI Micrococcus sp. L II 61 SEBAGAI AGEN ...

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

<strong>POTENSI</strong> <strong>BAKTERI</strong> <strong>Micrococcus</strong> <strong>sp</strong>. L <strong>II</strong> <strong>61</strong> <strong>SEBAGAI</strong> <strong>AGEN</strong> PELARUT LUMPUR<br />

MINYAK<br />

Ni’matuzahroh (*), Intan Ayu Pratiwi, Tini Surtiningsih, Fatimah, Sri Sumarsih (**)<br />

(*) Laboratorium Mikrobiologi, Departemen Biologi, FSAINTEK, Universitas Airlangga<br />

(**) Laboratorium Biokimia, Departemen Kimia, FSAINTEK, Universitas Airlangga<br />

Kampus C Unair , Jln. Mulyorejo, Surabaya - Indonesia,<br />

* ) E-mail: nimatuzahroh@yahoo.com<br />

ABSTRACT<br />

This research aimed to uncovering potential of <strong>Micrococcus</strong> <strong>sp</strong>. L <strong>II</strong> <strong>61</strong> bacteria that<br />

was isolated from Pegirian Surabaya as oil cleaner agent. This is an experimental research to<br />

detect the presence of biosurfactant and lipase enzyme in liquid culture of <strong>Micrococcus</strong> <strong>sp</strong>. L<br />

<strong>II</strong> <strong>61</strong> with aliphatic hydrocarbon (cooking oil) as a substrate growth. Biosurfactant production<br />

was evaluated by measuring the surface tension supernatant using tensiometer du Nouy and<br />

measuring emulsification activity value using diesel oil as hydrocarbon test. Lipase enzyme<br />

was detected by measuring lipolitic activity value of crude enzyme (culture supernatant) by<br />

using p-nitrofenil palmitic (p-npp) as a substrate test. Data were analysed descriptively. The<br />

results showed that <strong>Micrococcus</strong> <strong>sp</strong>. L <strong>II</strong> <strong>61</strong> produced biosurfacatant with surface tension<br />

decreasing of culture supernatant up to 30,27 ± 1,17 mN/m compared than aquadest and value<br />

of hydrocarbon emulsification activity (AE 1 hour) 20,24 ± 0,68%. Crude lipase enzyme of 16<br />

hours incubation <strong>Micrococcus</strong> <strong>sp</strong>. L <strong>II</strong> <strong>61</strong> culture having a lipolytic activity 33,53 ± 0,14<br />

U/mL at pH 7 and 37°C. <strong>Micrococcus</strong> <strong>sp</strong>. L <strong>II</strong> <strong>61</strong> is a highly potential to be developed as oil<br />

sludge cleaner agent.<br />

Keywords: <strong>Micrococcus</strong> <strong>sp</strong>. L <strong>II</strong> <strong>61</strong>, biosurfactant, lipase enzyme<br />

PENGANTAR<br />

Lumpur minyak merupakan endapan berupa lumpur atau pasta berwarna hitam yang<br />

tercampur dengan tanah, kerikil, air dan bahan lainnya. Akumulasi lumpur minyak dalam<br />

tangki-tangki minyak akan menyebabkan penurunan kemampuan penyimpanan minyak serta<br />

dapat mempercepat proses pengeroposan tangki sehingga perlu adanya upaya pembersihan<br />

atau pengangkatan lumpur minyak yang tidak terangkat oleh pompa konvensional (Banat and<br />

Rancich, 2009). Menumpuknya limbah lumpur minyak di tanah juga berdampak pada<br />

penurunan kualitas lingkungan khususnya kesuburan tanah di tempat pembuangan limbah,<br />

kualitas air tanah serta menganggu kesehatan lingkungan (Ni’matuzahroh dkk. 2009).<br />

Upaya penanggulangan lumpur minyak yang dianggap efektif selama ini adalah<br />

dengan menggunakan surfaktan. Namun, pemakaian surfaktan kimia dapat menyebabkan<br />

masalah bagi lingkungan karena sifatnya yang resisten, sulit dipecah secara biologis, dan<br />

sangat toksik saat terakumulasi dalam suatu ekosistem alam (Fiechter, 1992). Sehingga,


penggunaan mikroba dalam aplikasi bioteknologi untuk menggantikan surfaktan kimia<br />

namun memiliki fungsi yang sama mulai dimanfaatkan. Keberadaan mikroba ini dikaitkan<br />

dengan keberadaan enzim lipase yang dapat menghidrolisis minyak yang tidak larut dalam air<br />

menjadi produk yang larut dalam air serta keberadaan biosurfaktan yang dapat menurunkan<br />

tegangan permukaan dan tegangan interfasial pada ruang antara air dan minyak serta material<br />

non polar dengan cara berakumulasi pada interfasial dari cairan yang tidak dapat saling larut.<br />

Berdasarkan penelitian ek<strong>sp</strong>lorasi bakteri proteolitik dan lipolitik dari limbah rumah<br />

potong hewan oleh Fatimah dan Nurhariyati (2011) dihasilkan bakteri-bakteri penghasil<br />

enzim protease dan lipase. Salah satu isolat yang didapatkan adalah <strong>Micrococcus</strong> <strong>sp</strong>. L <strong>II</strong> <strong>61</strong>.<br />

Isolat <strong>Micrococcus</strong> <strong>sp</strong>. L <strong>II</strong> <strong>61</strong> memiliki indeks lipolitik tertinggi sehingga potensial<br />

dilakukan uji potensinya dalam melarutkan lumpur minyak.<br />

Berdasarkan latar belakang di atas, perlu dilakukan pengukuran tentang aktivitas<br />

lipolitik crude enzyme lipase dan keberadaan biosurfaktan dalam supernatan kultur<br />

<strong>Micrococcus</strong> <strong>sp</strong>. L <strong>II</strong> <strong>61</strong> dan potensinya dalam melarutkan lumpur minyak secara laboratoris,<br />

yaitu dengan menggunakan metode filtrasi untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap<br />

kelarutan lumpur minyak. Hasil persentase kelarutan lumpur minyak oleh crude enzyme<br />

lipase <strong>Micrococcus</strong> <strong>sp</strong>. L <strong>II</strong> <strong>61</strong> tersebut dapat dijadikan acuan sebagai upaya pembersihan dan<br />

pengangkatan lumpur minyak dari dasar tangki-tangki penyimpanan minyak yang berbasis<br />

ramah lingkungan.<br />

BAHAN DAN CARA KERJA<br />

Bahan penelitian yang digunakan meliputi isolat <strong>Micrococcus</strong> <strong>sp</strong>. L <strong>II</strong> <strong>61</strong>, lumpur<br />

minyak, Bushnell-Haas mineral salts medium, p-NPP, Na 2 CO 3, Nutrient Broth (NB), minyak<br />

goreng, solar, dan akuades.<br />

Pertumbuhan <strong>Micrococcus</strong> <strong>sp</strong>. L <strong>II</strong> <strong>61</strong><br />

Botol kultur ukuran 100 mL diisi dengan 50 mL Bushnell-Haas mineral salts medium<br />

dan diinokulasikan 5% (v/v) kultur <strong>Micrococcus</strong> <strong>sp</strong>. L <strong>II</strong> <strong>61</strong>. Aktivitas enzim ditentukan<br />

menggunakan metode <strong>sp</strong>ektrofotometrik dengan substrat p-nitrofenil palmitat (p-NPP)<br />

selama 48 jam dengan rentang waktu pengamatan 4 jam. Eppendorf diisi 700 µL larutan p-<br />

NPP 0,503 mM dalam buffer fosfat pH 7 ditambahkan 300 µL supernatan. Kemudian<br />

diinkubasi dalam waterbath pada suhu 37ºC selama 30 menit. Eppendorf diangkat dari<br />

waterbath lalu ditambahkan 100 µL larutan Na 2 CO 3 0,2 M, p-nitrofenol yang terbentuk<br />

ditandai dengan warna kuning, kemudian diukur dengan <strong>sp</strong>ektrofotometer UV-Vis pada λ 410


nm. OD yang diperoleh selanjutnya akan digunakan untuk menetapkan nilai aktivitas enzim<br />

lipase. Pada penentuan aktivitas enzim lipase ini dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali.<br />

Nilai aktivitas tertinggi dijadikan acuan proses produksi crude enzyme lipase.<br />

Botol kultur ukuran 100 mL diisi dengan 50 mL media Nutrient Broth ditambah 2%<br />

(v/v) minyak disterilkan dengan autoclave kemudian diinokulasikan 5% (v/v) kultur<br />

<strong>Micrococcus</strong> <strong>sp</strong>. L <strong>II</strong> <strong>61</strong> dengan nilai absorbansi 0,5 pada λ 650 nm ke dalam masing-masing<br />

botol. Kultur bakteri kemudian diinkubasi dalam shaker dengan kecepatan 120 rpm dengan<br />

titik optimal waktu inkubasi. Kemudian supernatan disentrifugasi pada kecepatan 9.000 rpm<br />

dalam suhu 4°C selama 15 menit. Supernatan digunakan untuk uji aktivitas enzim dan<br />

keberadaan biosurfaktan.<br />

Uji aktivitas enzim dan biosurfaktan<br />

Supernatan hasil sentrifugasi tersebut digunakan sebagai crude enzyme (ekstrak kasar<br />

enzim). Crude enzyme lipase tersebut diuji aktivitas lipolitik secara kuantitatif (pengukuran<br />

aktivitas enzim (U/mL) menggunakan substrat p-NPP) dengan titik optimal waktu inkubasi.<br />

Supernatan hasil sentrifugasi tersebut digunakan sebagai crude (ekstrak kasar)<br />

biosurfaktan. Biosurfaktan tersebut diuji dengan pengukuran nilai tegangan permukaan<br />

(mN/m) serta aktivitas emulsifikasi (%) pada solar setelah 1 dan 24 jam (Pruthi and<br />

Cameotra, 1997).<br />

Pembuatan larutan surfaktan sintetis Tween-20 konsentrasi sama dengan CMC<br />

Surfaktan Tween-20 ditimbang sebanyak 0,11 g/L dan dilarutkan dalam buffer fosfat<br />

pH 7. Larutan dikarakterisasi dengan mengukur nilai tegangan permukaan (mN/m) dan<br />

aktivitas emulsifikasinya (%) pada minyak uji solar. Larutan surfaktan sintetis ini merupakan<br />

kontrol yang digunakan sebagai surfaktan tandingan dari biosurfaktan <strong>Micrococcus</strong> <strong>sp</strong>. L <strong>II</strong><br />

<strong>61</strong> dalam uji kelarutan lumpur minyak.<br />

Uji kelarutan lumpur minyak<br />

Penelitian ini termasuk ke dalam penelitian ek<strong>sp</strong>erimental yang terdiri dari 1 kontrol<br />

dan 5 perlakuan dengan rincian sebagai berikut :<br />

Kontrol (T), yaitu 0,20 mL lumpur minyak + 7,80 mL surfaktan sintetis Tween-20 pada<br />

konsentrasi sama dengan CMC.<br />

Perlakuan 1 (A), yaitu 0,20 mL lumpur minyak + 7,80 mL akuades.


Perlakuan 2 (Ea), yaitu 0,20 mL lumpur minyak + 1 mL supernatan <strong>Micrococcus</strong> <strong>sp</strong>. L <strong>II</strong><br />

<strong>61</strong> + 6,80 mL akuades.<br />

Perlakuan 3 (Eb), yaitu 0,20 mL lumpur minyak + 2 mL supernatan <strong>Micrococcus</strong> <strong>sp</strong>. L <strong>II</strong><br />

<strong>61</strong> + 5,80 mL akuades.<br />

Perlakuan 4 (Ec), yaitu 0,20 mL lumpur minyak + 3 mL supernatan <strong>Micrococcus</strong> <strong>sp</strong>. L <strong>II</strong><br />

<strong>61</strong> + 4,80 mL akuades.<br />

Perlakuan 5 (E8), yaitu 0,20 mL lumpur minyak + 7,8 mL supernatan <strong>Micrococcus</strong> <strong>sp</strong>. L<br />

<strong>II</strong> <strong>61</strong>.<br />

Seluruh kelompok kontrol dan perlakuan yang masing-masing terdiri atas 3 ulangan<br />

divortex pada suhu ruang (27-30 o C) selama 15 menit. Lumpur minyak yang terlarut (dalam<br />

fase cair), disentrifugasi pada kecepatan 9.000 rpm selama 15 menit pada suhu 4°C.<br />

Filtrasi fase cair dari masing-masing perlakuan<br />

Sebanyak 1 mL sampel fase cair dari hasil sentrifugasi dituang ke dalam aluminium<br />

foil dengan kertas saring di dalamnya kemudian dioven pada suhu 51—55°C selama enam<br />

jam. Kelarutan diukur dari lumpur minyak yang terpisah dan terperangkap dikertas saring<br />

tersebut. Kertas saring yang telah kering kembali ditimbang dan dicatat beratnya sebagai Wt.<br />

Semua prosedur yang dilakukan dilakukan secara bebas lemak. Setiap perlakuan yang<br />

dilakukan dalam uji kelarutan lumpur minyak, selalu disertai dengan blanko. Blanko<br />

merupakan berat larutan supernatan tanpa penambahan lumpur minyak. Berat blanko dari<br />

masing-masing perlakuan dicatat sebagai Wb.<br />

Penghitungan nilai persentase kelarutan lumpur minyak<br />

Nilai persentase kelarutan lumpur minyak pada masing- masing perlakuan dapat<br />

dihitung dengan menggunakan rumus berikut:<br />

Dimana:<br />

Wot = berat lumpur minyak terlarut (g)<br />

Wb = berat blanko perlakuan (g)<br />

Wop= berat lumpur minyak perlakuan (g)


Sedangkan berat lumpur minyak terlarut dihitung menggunakan rumus berikut:<br />

Dimana:<br />

Wot=berat lumpur minyak terlarut (g/volume total)<br />

Wt = berat kertas saring + lumpur minyak terlarut (g/mL)<br />

Wo = berat kertas saring (g)<br />

HASIL<br />

berikut:<br />

Aktivitas enzim tersaji dalam gambar 1. dan hasil persentase kelarutan pada gambar 2<br />

Gambar 1. Grafik aktivitas enzim lipase <strong>Micrococcus</strong> <strong>sp</strong>. L <strong>II</strong> <strong>61</strong><br />

Gambar 2. Grafik persentase kelarutan lumpur minyak<br />

PEMBAHASAN<br />

Aktivitas lipolitik crude enzyme lipase <strong>Micrococcus</strong> <strong>sp</strong>. L <strong>II</strong> <strong>61</strong><br />

Aktivitas lipolitik crude enzyme lipase yang diukur secara kuantitatif dengan<br />

menggunakan p-nitrofenil palmitat (p-NPP) sebagai substrat uji. Crude enzyme lipase


<strong>Micrococcus</strong> <strong>sp</strong>. L <strong>II</strong> <strong>61</strong> memiliki nilai aktivitas lipolitik sebesar 33,53 ± 0,14 U/mL pada pH<br />

7, suhu 37°C dengan waktu inkubasi 16 jam.<br />

Hasil pengukuran tegangan permukaan dan aktivitas emulsifikasi dari biosurfaktan<br />

<strong>Micrococcus</strong> <strong>sp</strong>. L <strong>II</strong> <strong>61</strong><br />

Nilai aktivitas emulsifikasi supernatan <strong>Micrococcus</strong> <strong>sp</strong>. L <strong>II</strong> <strong>61</strong> pada minyak uji solar<br />

setelah 1 jam dan 24 jam masing-masing adalah 20,24 ± 0,68% dan 17,31 % ± 1,19%.<br />

Sedangkan nilai tegangan permukaan dari supernatan <strong>Micrococcus</strong> <strong>sp</strong>. L <strong>II</strong> <strong>61</strong> adalah 41,73 ±<br />

1,17 mN/m dan terjadi penurunan tegangan permukaan dalam supernatan kultur <strong>Micrococcus</strong><br />

<strong>sp</strong>. L <strong>II</strong> <strong>61</strong> terhadap media produksi NB dan akuades sebesar 21,47 ± 1,02 dan 30,27 ± 1,17<br />

mN/m. Penurunan nilai tegangan permukaan (>10 dyne/cm) menunjukkan bahwa bakteri<br />

tersebut berpotensi menghasilkan biosurfaktan (Francy et al., 1991).<br />

Karakteristik larutan surfaktan sintetis Tween-20 pada konsentrasi sama dengan CMC<br />

Tegangan permukaan dari larutan surfaktan sintetis Tween-20 pada konsentrasi sama<br />

dengan CMC adalah 56,76 ± 0,28 mN/m dengan nilai penurunan tegangan permukaan<br />

terhadap akuades sebesar 15,24 ± 0,28 mN/m dan terhadap pelarut (buffer fosfat pH 7)<br />

sebesar 14,18 ± 0,28 mN/m. Dan nilai aktivitas emulsifikasi dari surfaktan sintetis Tween-20<br />

pada konsentrasi sama dengan CMC setelah 1 jam dan 24 jam pada minyak uji solar masingmasing<br />

adalah 35,5 ± 1,03% serta 32,25 ± 2,19%.<br />

Hasil uji kelarutan lumpur minyak pada masing-masing perlakuan<br />

Hasil uji statistik menggunakan one-Way ANOVA (α 0,05) menunjukkan bahwa ada<br />

pengaruh variasi perlakuan supernatan <strong>Micrococcus</strong> <strong>sp</strong>. L <strong>II</strong> <strong>61</strong> terhadap kelarutan lumpur<br />

minyak (%). Dan setelah dilakukan uji lanjutan menggunakan uji Duncan, dapat diketahui<br />

bahwa terdapat pasangan kelompok perlakuan supernatan <strong>Micrococcus</strong> <strong>sp</strong>. L <strong>II</strong> <strong>61</strong> memiliki<br />

kelarutan lumpur minyak (%) berbeda signifikan.<br />

Kontrol perlakuan (T) yang menggunakan surfaktan sintetis Tween-20 pada<br />

konsentrasi sama dengan CMC memiliki persentase kelarutan lumpur minyak sebesar 32,19<br />

± 1,46%. Hasil kelarutan lumpur minyak oleh Tween-20 tersebut tidak berbeda signifikan<br />

dengan 25% (v/v) supernatan <strong>Micrococcus</strong> <strong>sp</strong>. L <strong>II</strong> <strong>61</strong>. Hal ini mengindikasikan bahwa<br />

supernatan <strong>Micrococcus</strong> <strong>sp</strong>. L <strong>II</strong> <strong>61</strong> berpotensi untuk menggantikan penggunaan surfaktan<br />

sintetis.


Tabel 1. Rata-rata persentase kelarutan lumpur minyak dengan penambahan supernatan<br />

<strong>Micrococcus</strong> <strong>sp</strong>. L <strong>II</strong> <strong>61</strong><br />

Kelarutan Oil sludge<br />

Kode<br />

(%) dengan notasi<br />

Perlakuan<br />

(α 0,05)<br />

A 0,47 ± 0,01 a<br />

Ea 0,47 ± 1,30 b<br />

Eb 31,94 ± 1,48 c<br />

T 32,19 ± 1,46 c<br />

Ec 37,58 ± 0,65 d<br />

E8 86, 38 ± 2,39 e<br />

Keterangan : Nilai rata–rata persentase kelarutan oil sludge yang diikuti oleh notasi huruf berbeda<br />

menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan (α 0,05). Notasi huruf berdasarkan hasil uji Duncan.<br />

Pada kelompok perlakuan E8 dengan penambahan 90% (v/v) biosurfaktan dan crude<br />

enzyme lipase <strong>Micrococcus</strong> <strong>sp</strong>. L <strong>II</strong> <strong>61</strong> memiliki hasil persentase kelarutan lumpur minyak<br />

yang paling tinggi, yaitu 86,38 ± 2,39%. Berlawanan dengan hasil dari kedua perlakuan di<br />

atas, perlakuan A (akuades) tidak mampu melarutkan lumpur minyak dan perlakuan Ea yang<br />

hanya ditambahkan dengan 12,5% (v/v) crude enzyme lipase <strong>Micrococcus</strong> <strong>sp</strong>. L <strong>II</strong> <strong>61</strong><br />

memiliki hasil persentase kelarutan lumpur minyak lebih tinggi di atas akuades, yaitu 27,28 ±<br />

1,30%.<br />

Peningkatan hasil kelarutan lumpur minyak oleh crude enzyme lipase <strong>Micrococcus</strong> <strong>sp</strong>.<br />

L <strong>II</strong> <strong>61</strong> dapat disebabkan karena supernatan <strong>Micrococcus</strong> <strong>sp</strong>. L <strong>II</strong> <strong>61</strong> mampu menghasilkan<br />

biosurfaktan dan crude enzyme lipase sekaligus yang berfungsi mengkatalis hidrolisis ikatan<br />

ester dalam substrat lipid yang tidak larut air sehingga mampu menjadikan partikel lebih kecil<br />

sehingga meningkatkan kelarutan lumpur minyak sehingga mampu dibawa dan<br />

dipertahankan oleh biosurfaktan pada fase larut air. <strong>Micrococcus</strong> <strong>sp</strong>. L <strong>II</strong> <strong>61</strong> potensial<br />

digunakan sebagai agen pelarut minyak karena kemampuannya dalam menghasilkan<br />

biosurfaktan dan enzim lipase.<br />

Proses hidrolisis hidrokarbon terjadi pada ikatan ester trigliserida yang diputus oleh<br />

enzim lipase sehingga menjadi asam lemak dan gliserol. Enzim lipase <strong>sp</strong>esifik memutus<br />

ikatan triacylglycerol acylhydrolase pada nomor 3.1.1.3. Pada kondisi tertentu, lipase mampu<br />

mengkatalisis proses hidrolase dari ikatan ester inter fase antara fase substrat tidak larut dan<br />

fase air (Ghosh et al., 1996).<br />

<strong>Micrococcus</strong> <strong>sp</strong>. lain mampu memproduksi fosfolipid dan asam lemak netral. selain<br />

itu, supernatan <strong>Micrococcus</strong> <strong>sp</strong>. terbukti memiliki crude enzyme (ekstrak kasar enzim) lipase<br />

dengan pusat serin-imidazol aktif dan oleh karena itu, mirip dengan enzim esterolytic pada<br />

studi (Lawrence et al., 1967), mekanisme penggunaan sisi aktif serin.


Menurut Leahy and Colwell (1990) bakteri yang memiliki kemampuan adaptasi<br />

<strong>Micrococcus</strong> <strong>sp</strong>. terhadap hidrokarbon minyak bumi menunjukkan laju biodegradasi yang<br />

lebih tinggi sehingga potensial digunakan sebagai kandidat bakteri pendegradasi hidrokarbon.<br />

<strong>Micrococcus</strong> luteus telah ditemukan memiliki pertumbuhan biomassa yang tinggi dan<br />

pengurangan substrat antara kelompok bakteri yang diisolasi dari limbah minyak bumi yang<br />

terkontaminasi (Hamza et. al., 2009). <strong>Micrococcus</strong> varians dapat menjadi sumber potensial<br />

untuk proses remediasi situs minyak yang terkontaminasi (Khan and Sigh, 2011).<br />

<strong>Micrococcus</strong> memiliki kemampuan untuk memanfaatkan berbagai substrat yang tidak<br />

biasa seperti piridin, herbisida, biphenyls diklorinasi dan minyak. <strong>Micrococcus</strong> memiliki<br />

kemampuan dalam detoksifikasi atau biodegradasi dari banyak polutan hidrokarbon lain di<br />

lingkungan. Hal ini dibuktikan oleh tingkat efisiensi biodegradasi yang tertinggi dalam empat<br />

minggu pertama oleh <strong>Micrococcus</strong> <strong>sp</strong>. dianalisis menggunakan karakteristik supernatan cair<br />

dan aktivitas emulsifikasi melaporkan peran <strong>Micrococcus</strong> varians dalam proses bioremediasi<br />

hidrokarbon (Khan and Sigh, 2011).<br />

<strong>Micrococcus</strong> luteus dan Pseudomonas putida telah ditemukan dapat memulai tahap<br />

awal proses degradasi LAS (Eniola and Olayemi, 2007). Kemampuan untuk mentolerir<br />

konsentrasi LAS yang tinggi membuat bakteri <strong>Micrococcus</strong> luteus dan Pseudomonas putida<br />

penting dalam penghapusan LAS. Kemampuan <strong>Micrococcus</strong> luteus dan Pseudomonas putida<br />

untuk menahan konsentrasi surfaktan yang tinggi disebabkan oleh reorientasi bakteri tersebut<br />

dalam beradaptasi terhadap paparan surfaktan dalam limbah.<br />

<strong>Micrococcus</strong> <strong>sp</strong>. L <strong>II</strong> <strong>61</strong> potensial digunakan sebagai agen biodegradasi dan<br />

bioremidiasi karena fungsinya yang mampu menghasilkan enzim lipase dan biosurfaktan<br />

sekaligus. Kajian <strong>sp</strong>esifikasi biodegradasi dan bioremidiasi hidrokarbon oleh <strong>Micrococcus</strong> <strong>sp</strong>.<br />

L <strong>II</strong> <strong>61</strong> yang akan dilakukan selanjutnya.<br />

Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian di atas disimpulkan bahwa variasi<br />

perlakuan penambahan supernatan <strong>Micrococcus</strong> <strong>sp</strong>. L <strong>II</strong> <strong>61</strong> berpengaruh signifikan terhadap<br />

peningkatan persentase kelarutan lumpur minyak. Perlakuan 90% (v/v) supernatan<br />

<strong>Micrococcus</strong> <strong>sp</strong>. L <strong>II</strong> <strong>61</strong> memberikan nilai persentase kelarutan lumpur minyak tertinggi,<br />

yaitu 86,38 ± 2,39%.<br />

Perlakuan penambahan supernatan <strong>Micrococcus</strong> <strong>sp</strong>. L <strong>II</strong> <strong>61</strong> terbukti paling potensial<br />

dalam melarutkan lumpur minyak sehingga dapat disarankan untuk digunakan dalam<br />

melarutkan lumpur minyak. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang optimalisasi<br />

produksi enzim lipase <strong>Micrococcus</strong> <strong>sp</strong>. L <strong>II</strong> <strong>61</strong> dalam melarutkan lumpur minyak.


KEPUSTAKAAN<br />

Banat, I. M. and Rancich, I. 2009. No Man Entry Tank Cleaning and VOC Control Using<br />

Biotechnological Interventions. Environmental Technologies for Refineries<br />

programme. University of Ulster. Europe.<br />

Eniola, K. I. T. and Olayemi, A. B. 2007. Linear Alkylbenzene Sulfonate Tolerance in<br />

Bacteria Isolated from Sediment of Tropical Water Bodies Polluted with<br />

Detergents. Environmental and Public Health Research (EPHR) Laboratory,<br />

Department of Microbiology, University of Ilorin, P.M.B. 1515, Ilorin, Kwara State,<br />

Nigeria, 1-8.<br />

Fatimah, dan Nurhariyati, T. 2011. Ek<strong>sp</strong>lorasi Bakteri Proteolitik dan Lipolitik dari<br />

Limbah Rumah Potong Hewan. Laporan Penelitian Hibah Riset Universitas<br />

Airlangga. Universitas Airlangga.<br />

Fiechter, A. 1992. Biosurfactants: Moving Towards Industrial Application. Trends in<br />

Biotechnology. 10: 208–217.<br />

Francy, D. S., Thomas, J. M., Raymond, R. I., dan Word, C. H. 1991. Emulsification of<br />

Hydrocarbon by Subsurface Bacteria. J. Ind. Microbiol. Vol. 8. pp. 237-<br />

246.Ghosh, P. K., Saxena, R. K., Gupta R., Yadav, R. P., and Davidson S. 1996.<br />

Microbial Lipases: Production and Applications. Science Progress 79 (2), 119-157.<br />

Hamza, U. D., Mohammed, I. A., Ibrahim, S. 2009. Kinetics of Biological Reduction of<br />

Chemical Oxygen Demand from Petroleum Refinery Wastewater. Department of<br />

Chemical Engineering, Ahmadu Bello University, Zaria, Nigeria. Hal. 1-7.<br />

Khan J. A., and Sigh S. 2011. Evaluation of Oil Degradation Potential of <strong>Micrococcus</strong><br />

varians. International Journal of Applied Biology and Pharmaceutical Technology,<br />

Vol 2, 1-6.<br />

Lawrence, R. C., Fryer T. F. and Reiter B. 1967. The Production and Characterization of<br />

Lipases from a <strong>Micrococcus</strong> and a Pseudomonad. University of reading; the<br />

national institute for research in dairying, Shinjield, reading, Berkshire.<br />

Leahy, J. G. and Colwell, R. R. 1990. Microbial Degradation of Hydrocarbons in The<br />

Enviroment. Microbiology and Moleculer Biology Reviews Rev. 1990, 54(3):305.<br />

Ni’matuzahroh, Supriyanto, A., Affandi, M. dan Fatimah. 2009. Bioremediasi Tanah<br />

Tercemar Minyak menggunakan Konsorsium Mikroba. Laporan Hibah<br />

Penelitian Strategis Nasional Tahun Anggaran 2009. Universitas Airlangga.<br />

Surabaya.<br />

Pruthi, V. and S. S. Cameotra, 1997. Rapid Identification of Biosurfactant Producing<br />

Bacterial Strain Using a Cell Surface Hidrophobicity Techniques. Biotechnol<br />

Technique. 11: 671-674.

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!