Panduan tentang Perubahan Iklim dan Masyarakat Adat - LifeMosaic
Panduan tentang Perubahan Iklim dan Masyarakat Adat - LifeMosaic
Panduan tentang Perubahan Iklim dan Masyarakat Adat - LifeMosaic
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
• Mitigasi perubahan iklim bukan hanya persoalan pengurangan emisi gas rumah kaca<br />
tetapi juga masalah keadilan, keadilan sosial, hak asasi manusia <strong>dan</strong> keberlanjutan.<br />
Bagaimana dunia akan berbagi beban dalam menurunkan emisi gas rumah kaca?<br />
Siapa yang harus mendapatkan kompensasi <strong>dan</strong> mengapa? Bagaimana dampak<br />
upaya-upaya seperti itu pada hak atas air, pangan, tempat tinggal <strong>dan</strong> kesehatan?<br />
• <strong>Masyarakat</strong> <strong>Adat</strong> bukanlah Pihak dalam Konvensi tetapi mereka telah banyak<br />
berkontribusi <strong>dan</strong> akan terus berkontribusi terhadap mitigasi emisi gas rumah kaca.<br />
Hal ini dilakukan melalui jalan hidup mereka yang rendah karbon atau bahkan tak<br />
menghasilkan karbon seperti yang tampak dari praktik mata pencaharian tradisional<br />
mereka yang berkesinambungan <strong>dan</strong> tingkat konsumsi yang rendah. Perjuangan<br />
mereka untuk mencegah ekstraksi minyak, gas <strong>dan</strong> mineral dari wilayah mereka <strong>dan</strong><br />
juga pertarungan mereka melawan deforestasi telah membuat karbon tetap berada<br />
di dalam tanah <strong>dan</strong> di pepohonan. Sayangnya, kontribusi ini tak dianggap <strong>dan</strong><br />
mereka tak diberi kompensasi dalam pasar emisi. Jadi prinsip keadilan <strong>dan</strong><br />
keberlanjutan tak terlalu dihormati dalam konteks ini.<br />
• Tak a<strong>dan</strong>ya mekanisme untuk mengakui, memperhitungkan <strong>dan</strong> mengintegrasikan<br />
kontribusi masyarakat adat terhadap mitigasi merupakan hal yang menyedihkan.<br />
Tapi yang paling parah adalah a<strong>dan</strong>ya beberapa langkah mitigasi yang justru<br />
mengarah kepada pelanggaran hak-hak asasi masyarakat adat yang mendasar.<br />
Beberapa dampak dari perdagangan emisi yang diatur <strong>dan</strong> bersifat sukarela <strong>dan</strong><br />
proyek-proyek CDM adalah sebagai berikut:<br />
1 Pelanggaran hak-hak masyarakat adat atas tanah, wilayah <strong>dan</strong> sumber daya<br />
mereka, kriminalisasi mata pencaharian tradisional, penyebaran solusi mitigasi<br />
yang palsu, <strong>dan</strong> kenaikan harga pangan menyebabkan terjadinya lebih banyak<br />
rawan pangan.<br />
• Implementasi sebagian kegiatan yang tergolong dalam CDM <strong>dan</strong> Perdagangan<br />
Emisi telah merongrong hak-hak masyarakat adat atas tanah, wilayah <strong>dan</strong> sumber<br />
daya mereka <strong>dan</strong> juga merupakan ancaman potensial terhadap hak-hak tersebut.<br />
Bahkan sebelum CDM dibentuk, proyek penyerapan karbon atau offset<br />
(kompensasi) karbon dilakukan oleh pasar secara sukarela yang telah mengarah<br />
kepada kriminalisasi mata pencaharian tradisional masyarakat adat (Lihat Boks 1),<br />
penggusuran dari wilayah tradisional mereka (Lihat Boks 2), atau pembebasan tanah<br />
mereka demi kepentingan negara atau sektor swasta.<br />
• Maraknya pembangunan proyek bendungan bertenaga air dalam skala besar di<br />
banyak negara berkembang adalah faktor lain yang menyebabkan tergusurnya<br />
masyarakat adat dari wilayah tradisional mereka. Negara belum mendapatkan<br />
persetujuan mereka atas dasar informasi awal tanpa paksaan (FPIC) ketika proyekproyek<br />
semacam itu didirikan di komunitas mereka.<br />
• Pencarian bahan bakar nabati sebagai sumber energi alternatif telah menyebabkan<br />
tanah masyarakat adat dibebaskan atau diincar sebagai daerah produksi untuk<br />
bahan bakar nabati (minyak sawit, jagung, tebu, kacang kedelai, jarak, dll).<br />
Penyerobotan tanah besar-besaran se<strong>dan</strong>g terjadi atau akan terjadi karena<br />
perluasan area lahan untuk menanam bahan bakar nabati. Berbagai laporan juga<br />
telah menunjukkan bahwa produksi bahan bakar nabati, seperti etanol dari jagung,<br />
27