27.12.2014 Views

Download PDF (4.5 MB) - DhammaCitta

Download PDF (4.5 MB) - DhammaCitta

Download PDF (4.5 MB) - DhammaCitta

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Belajar Praktik<br />

… tidak sekedar belajar dan<br />

berteori, Li telah memberikan<br />

suri tauladan bagi kita dengan<br />

praktik Dharma dalam bisnis dan<br />

keseharian …<br />

Dari<br />

Li Ka Shing<br />

untuk Kita<br />

Oleh: Tjahyono Wijaya<br />

Ia merupakan orang terkaya ranking 10<br />

dunia menurut versi Forbes 2006, ini sekaligus<br />

tetap mengukuhkannya sebagai pengusaha<br />

etnis Tionghoa terkaya tidak saja di Hong Kong,<br />

Taiwan atau Tiongkok, namun di seluruh dunia.<br />

Ia tidak hanya kaya harta duniawi, namun juga<br />

sarat dengan semangat Bodhisattva. Ia tidak hanya berteori<br />

di mulut, tetapi juga berpraktik nyata sesuai ajaran luhur<br />

Buddha. Apa saja yang telah diteladankan oleh Li Ka Shing<br />

(Mandarin: Li Jia Cheng) bagi kita semua<br />

24 Agustus 2006, saat mengumumkan performa<br />

semester pertama kerajaan bisnisnya, Li menyatakan bahwa<br />

ia telah menyumbangkan dana kepada yayasan sosial yang<br />

dibentuknya, Yayasan Li Ka Shing (Li Ka Shing Foundation),<br />

sebesar 8 milyar HKD (kurs tengah 1 dollar Hong Kong = 1.170<br />

rupiah). Dalam masa mendatang Li akan lebih banyak lagi<br />

menyuntikkan dana bagi yayasan yang disebutnya sebagai<br />

“Putra ke-3” ini. “Hingga suatu ketika nanti dana yayasan<br />

tidak akan kurang dari 1/3 kekayaan saya,” demikian kata<br />

Li. Coba bayangkan, berapa sepertiga dari total kekayaan<br />

Li yang sekarang tercatat sebesar 150 milyar HKD atau<br />

menurut versi Forbes sebesar 18,8 milyar USD Mampukah<br />

kita meneladani Li dengan menyisihkan 1/3 harta kita bagi<br />

program kemanusiaan Inilah pelajaran praktik pertama<br />

yang bisa kita petik dari Li: Dana Paramita (berdana),<br />

yang merupakan paramita (pelatihan kesempurnaan untuk<br />

mencapai Pantai Seberang Nirvana) paling awal dari enam<br />

paramita Bodhisattva.<br />

Selain itu, Li juga mengajarkan beberapa hal selama 60<br />

tahun perjalanan bisnisnya. Sebelumnya mari kita simak<br />

riwayat hidup Li yang bak sebuah legenda.<br />

LI KA SHING<br />

Photo: Istimewa<br />

Lahir 19 Juli 1928 dalam sebuah keluarga terpelajar di<br />

kota Chaozhou, Guangdong, Zhongguo (Tiongkok). Tahun<br />

1940, keluarga Li hijrah ke Hong Kong. 1943, ayah Li<br />

meninggal. Ini berarti pada usia 15 tahun Li Ka Shing harus<br />

berjuang menopang kehidupan keluarga mereka yang terdiri<br />

dari ibu dan 3 orang adik. Desakan ekonomi membuat Li<br />

terpaksa drop-out dari sekolah dan bekerja di perusahaan<br />

arloji milik pamannya, kemudian menjadi sales perusahaan<br />

boneka plastik. Sambil bekerja, Li tetap melanjutkan studi di<br />

malam hari. Belum mencapai usia 20 tahun, Li telah menjadi<br />

General Manager perusahaan boneka. 1950, Li mulai merintis<br />

usaha sendiri dengan mendirikan Perusahan Plastik Cheung<br />

Kong (Mandarin: Chang Jiang). 1957, berdirilah Cheung<br />

Kong Industrial Co Ltd. 1958, Li memasuki bisnis properti.<br />

1972, Cheung Kong go public. 1979, tercatat sebagai etnis<br />

Tionghoa pertama yang berhasil membeli perusahaan Inggris<br />

di Hongkong.<br />

Saat ini Li mengendalikan kerajaan bisnisnya melalui 4<br />

perusahaan go-public: Cheung Kong (Holdings) Limited,<br />

Hutchison Whampoa Limited, Cheung Kong Infrastructure<br />

Holdings Limited dan Hongkong Electric Holdings Limited. Dari<br />

Hong Kong sebagai basisnya, bisnis Li<br />

tersebar di lima benua dalam berbagai<br />

bidang antara lain properti, investasi,<br />

hotel, terminal pelayanan peti kemas<br />

(container terminal), retail, manufaktur,<br />

telekomunikasi, transportasi, minyak,<br />

pembangkit listrik dan sebagainya.<br />

Dari kisah perjalanan hidup dan<br />

bisnis Li, bisa kita lihat bahwa Li adalah<br />

seorang yang pantang menyerah.<br />

Dengan kata lain, Li mengajarkan<br />

kita akan pentingya: Virya Paramita<br />

(semangat).<br />

Shawn (Mu, Lifeng) dalam artikel<br />

“A Succesful Leader – Li Ka-shing<br />

Chairman of Hutchinson Whampoa,<br />

Ltd” menuliskan bahwa ada beberapa<br />

hal yang bisa dipelajari dari Li, yakni:<br />

inovasi, tidak pernah berhenti belajar<br />

dan tidak egois.<br />

Li adalah seorang yang berorientasi<br />

ke depan, selalu berinovasi dalam<br />

menghadapi tantangan perubahan<br />

zaman. Terasa sekali bahwa Li sedang<br />

mengingatkan kita akan kebenaran<br />

hukum Anicca (segala yang berkondisi<br />

selalu berubah).<br />

Li tidak pernah berhenti belajar, satu<br />

hal yang telah dilakukannya sejak usia<br />

dini. Sebuah tauladan yang indah. Hal<br />

ini mengingatkan kita akan salah satu<br />

dari Empat Ikrar Agung Bodhisattva:<br />

“Berikrar mempelajari pintu Dharma<br />

yang tak terhingga”. Li senantiasa<br />

mempelajari hal baru demi keberhasilan<br />

bisnisnya dan pengembangan program<br />

kemanusiaan yang juga meliputi<br />

upaya pengembangan Buddha<br />

Dharma. Ah, betapa indahnya, Li telah<br />

mempraktikkan ikrar pertama dari Ikrar<br />

Agung Bodhisattva: “Berikrar menolong<br />

makhluk hidup yang tak terbatas”.<br />

Sedang tentang ketidak-egoisan Li<br />

telah disebutkan di depan tentang Dana<br />

Paramita yang telah digulirkan melalui<br />

yayasan sosialnya. Li mengatakan<br />

bahwa hidupnya akan lebih berarti<br />

bila dapat menanam benih yang<br />

memberikan buah kebahagiaan bagi<br />

karyawannya dan masyarakat.<br />

Dalam artikel yang sama, Shawn<br />

juga menuliskan bahwa meski<br />

terkena imbas krisis moneter Asia<br />

1997, kerajaan bisnis Li terhindar dari<br />

kerusakan yang parah. Li mengatakan<br />

ini karena mereka (Li Ka Shing Group)<br />

selalu mempersiapkan diri menghadapi<br />

hal yang terburuk. Jelasnya,<br />

bisnis Li menggurita bukan karena<br />

mengandalkan hutang, melainkan<br />

berdasarkan kemampuan yang<br />

solid. Li bisa tidur dengan nyenyak<br />

karena tidak mengandalkan bantuan<br />

hutang dari luar, ini pulalah salah<br />

satu kunci keberhasilannya sehingga<br />

terhindar dari hempasan krismon.<br />

Li telah memanifestasikan ucapan<br />

Buddha dalam kehidupan bisnisnya:<br />

pembebasan bergantung pada diri<br />

sendiri. Seperti yang tercantum dalam<br />

Digha Nikaya - Mahaparinibbana<br />

Sutta: “Jadilah pulau bagi dirimu<br />

sendiri; berlindunglah pada dirimu<br />

sendiri. Jadikan Dhamma pulau<br />

bagimu; berlindunglah pada Dhamma.<br />

Jangan berlindung pada orang lain.”<br />

Demikianlah Li telah membuktikan<br />

kebenaran ajaran mulia dalam<br />

kehidupan duniawi.<br />

Selain beberapa hal di atas,<br />

sebenarnya masih banyak yang bisa<br />

kita pelajari dari Li. Tetapi ada satu<br />

yang terpenting, yang juga merupakan<br />

kunci keberhasilan bisnis Li, baik dari<br />

saat mulai bergulir ataupun setelah<br />

menggurita saat ini. Hanya satu kata<br />

kunci: kejujuran. “Saya pasti menolak<br />

perbuatan yang menghalalkan<br />

segala macam cara demi mencapai<br />

keberhasilan. Cara semacam itu, meski<br />

mungkin saja berhasil, tetapi pasti tidak<br />

untuk jangka panjang.” Keberhasilan<br />

lahiriah dan batiniah Li ternyata<br />

tidak terlepas dari Sacca Paramita<br />

(Kejujuran).<br />

Li Ka Shing tidak sekedar belajar<br />

dan berteori, Li telah memberikan<br />

suri tauladan bagi kita dengan praktik<br />

Dharma dalam bisnis dan keseharian,<br />

Li telah menerapkan Humanistik<br />

Buddhisme bagi kita semua.***<br />

40 41

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!