You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
Cermin<br />
Chef Ryantana Andalis Purba<br />
“Saya Mencari Inner Peace....”<br />
MENJADI “ORANG” TERNYATA TIDAK SEBATAS<br />
MEMASUKKAN DIRI DALAM “HALL OF FAME”<br />
YANG SARAT AKAN KETENARAN. MENJADI<br />
“ORANG” DAPAT DIARTIKAN MENJADI ORANG<br />
YANG BERGUNA BAGI ORANG LAIN. MUNGKIN,<br />
ORANG LAIN ITU TIDAK AKAN MEMBALAS KITA<br />
DENGAN KETENARAN, TETAPI ORANG YANG<br />
MERASAKAN MANFAAT KEHADIRAN KITA<br />
SETIDAKNYA AKAN MENGUPAYAKAN DIRI<br />
SENDIRI AGAR BERGUNA SEPERTI KITA. HAL<br />
ITU YANG MEMBERI KITA KEPUASAN BATIN<br />
YANG TIDAK BISA DITAKAR DENGAN<br />
KETENARAN DAN MATERI.<br />
Ryantana (kedua dari kiri) bersama murid-murid SPI<br />
Tidak hanya ahli geoteknologi, chef (ahli masak) bertaraf internasional<br />
pun terbukti terpanggil rasa kemanusiaannya untuk memberikan ilmu<br />
yang mereka miliki untuk perkembangan Sekolah Selamat Pagi Indonesia.<br />
Yakinlah, Anda pasti akan terheran-heran saat melihat pengalaman<br />
mereka yang begitu hebat akhirnya berhilir pada suatu pengabdian<br />
kemanusiaan yang jauh dari motivasi mencari rejeki berlimpah, ketenaran,<br />
ataupun kekuasaan.<br />
Satu nama yang perlu kita angkat topi adalah Ryantana Andalis Purba.<br />
Ahli masak ini sudah malang melintang sebagai chef di hotel-hotel<br />
berbintang. Bahkan, pada tahun 1998-1999, bapak satu putri ini pernah<br />
menjadi chef di StarCruise Ship, kapal pesiar mewah yang sangat tersohor<br />
itu. Pengalaman sebagai ahli masak tentu tidak bisa dihargai sembarangan.<br />
Rupiah per rupiah, Dollar demi dollar, telah mengalir deras ke kantongnya.<br />
Namun, itu semua belum “memuaskan” dirinya. Saat mengenal Sekolah<br />
SPI pada awal 2011, dia pun jatuh hati dan menetapkan langkah untuk<br />
mengabdi di sana.<br />
Be A Valuable Person<br />
“Saya sudah malang melintang bekerja sebagai chef dari hotel ke hotel<br />
dan yang saya temukan di sana hanyalah sebatas keinginan untuk mencari<br />
uang. Awalnya, saya memang menikmati kemudahan fasilitas yang<br />
berbanding lurus dengan banyaknya uang yang kita punya, tetapi ada<br />
suatu kerinduan dalam hati kecil saya untuk bisa menjadi orang yang<br />
berguna bagi orang lain. Saya ingin menjadi valuable person....”<br />
Tersentuh pada Usaha Anak-anak<br />
“Saat saya diajak Pak Julianto untuk melihat anak-anak di SPI, saya<br />
melihat bagaimana anak-anak berusaha mencukupi kebutuhan mereka<br />
di sana. Di sana, mereka itu bekerja untuk hidup, tidak sebatas enakenak<br />
menerima bantuan. Usaha mereka itu menggugah hati saya untuk<br />
mengabdikan ilmu yang saya miliki, sekedar untuk memampukan mereka.<br />
Sangat senang rasanya ketika beberapa waktu yang lalu, tamu kami yang<br />
merupakan pemilik restoran besar di Jakarta memuji masakan anak didik<br />
saya.”<br />
Dianggap Gila<br />
“Setelah bergabung dengan tim Selamat Pagi Indonesia pada Februari<br />
2011, banyak rekan-rekan yang mencibir saya atas keputusan saya.<br />
Bahkan, ada yang mengatakan jika saya sudah gendeng (gila-red.) Saya<br />
tahu kalau mereka seperti itu bukan karena benci, tetapi lebih ke sikap<br />
menyayangkan. Mereka tahu berapa pendapatan yang telah saya peroleh<br />
selama saya bekerja di hotel berbintang. Tetapi, saya tetap jalan terus<br />
karena saya yakin dengan keputusan saya ini. Untunglah, istri saya<br />
mendukung saya.”<br />
Pendapatan = Manajemen pengeluaran<br />
“Bicara pendapatan memang tidak pernah akan usai karena sifat manusia<br />
yang tidak pernah puas. Bagi saya, pendapatan kita disebut cukup jika<br />
kita bisa mengatur pengeluaran kita. Saat saya bekerja di hotel, pendapatan<br />
saya bisa dikatakan besar. Tetapi, pengeluaran gaya hidup saya juga<br />
besar... Di sini, saya juga belajar menghargai apa yang sudah saya peroleh<br />
sehingga saya akan bijak dalam pengeluaran.”<br />
Inner Peace<br />
“Secara materi, apa yang saya peroleh di sini memang tidak sebesar saat<br />
saya menjadi chef di hotel. Tetapi, seperti yang telah saya singgung tadi,<br />
ada suatu kedamaian yang saya rasakan di tempat ini. Saya merasa<br />
dibutuhkan oleh anak-anak. Saya memang masih baru di sini, tetapi saya<br />
sudah sangat merasa sebagai bagian dari keluarga SPI. Entah bagaimana<br />
mengatakannya, saya merasakan ada inner peace di sini.”<br />
Menolak Tawaran Gaji Tiga Kali Lipat<br />
“Di sini saya membawahi divisi Kitchen, Food & Beverage Product, dan<br />
Training. Saya merasakan antusiasme anak-anak dalam menimba ilmu<br />
dan mengembangkan Kampoeng Kidz. Antusiasme itu juga sama saya<br />
rasakan sehingga saya bertekad untuk mengabdikan diri saya di sini<br />
secara total walau kadang muncul godaan dalam bentuk tawaran<br />
menggiurkan. Baru-baru ini, saya mendapatkan tawaran untuk<br />
menjadizchef kepala di sebuah hotel berbintang yang menawarkan saya<br />
gaji fantastis, 3x gaji saya dahulu. Tetapi, saya tetap berpegang pada<br />
keyakinan saya di Batu, Malang ini.”<br />
Harmony September 2011<br />
11