Pemikiran Akidah Humanitarian Hassan Hanafi - Database DPPM UII
Pemikiran Akidah Humanitarian Hassan Hanafi - Database DPPM UII
Pemikiran Akidah Humanitarian Hassan Hanafi - Database DPPM UII
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
<strong>Pemikiran</strong> <strong>Akidah</strong> <strong>Humanitarian</strong> <strong>Hassan</strong> <strong>Hanafi</strong>... oleh: Asmuni M. Thaher<br />
129<br />
yang berkenaan dengan Tuhan (akidah) bersifat tetap, suci dan tidak dapat diubah-ubah,<br />
sementara ilmu teologi tidaklah demikan halnya. Teologi murni bersifat manusiawi, diciptakan<br />
oleh manusia dalam ruang dan waktu tertentu dengan kondisi yang tertentu pula (Khully, 1998:<br />
42).<br />
Tanpa menyadari keberadaan teologi dengan pemahaman di atas, sangat mungkin sekali<br />
kita terjebak dalam apa yang disebut oleh F. Bacon sebagai idols of theatre, yaitu kesalahankesalahan<br />
yang disebabkan karena kepercayaan yang berlebihan terhadap apa yang ditulis<br />
oleh para pendahulu (Mahmud, 1961: 61). Idols of theater ini disebabkan karena ketidakmampuan<br />
manusia dalam membedakan antara yang nisbi dan yang mutlak. Teologi adalah hasil pemikiran<br />
manusia. Oleh karena itu dia bersifat nisbi dan bisa berubah-ubah sesuai tuntutan kondisi.<br />
Dengan sikap seperti di atas, kita tidak akan menemukan hubungan antara teologi baru<br />
dan teologi klasik sebagai ketersambungan yang bersifat negatif, yang menjadikan klasik sebagai<br />
subyek dan baru sebagai obyek, atau yang menjadikan para pendahulu sebagai pewasiat dan<br />
kita sebagai pendengar saja. Tapi dalam waktu yang bersamaan hubungan tersebut juga bukan<br />
merupakan keterputusan yang menjadikan teologi baru tumbuh dari kekosongan. Dialektika<br />
antara ketersambungan dan keterputusan inilah yang menjadikan teologi masa depan sebagai<br />
kendaraan yang sempurna untuk mencapai kemjuan di masa yang akan datang (Khully , 1998:<br />
52).<br />
Lalu bagaimanakah bentuk teologi baru setelah dipersenjatai dengan perpecahan<br />
epistemologis ini Sebagaimana disebut di awal, tujuan yang ingin dicapai oleh perpecahan<br />
epistemologis klasik adalah pembuktian akidah. Pada masa awal lahirnya, Islam banyak sekali<br />
menghadapi serangan pemikiran, baik dari dalam maupun dari luar. Hal inilah yang<br />
melatarbelakangi lahirnya teologi klasik sebagai usaha untuk mempertahankan keyakinan agama.<br />
Kalau kita lihat kondisi kita sekarang, ancaman yang dihadapi oleh para pendahulu kita<br />
tersebut sudah hampir tidak ada, atau setidaknya sangat sedikit sekali. Kondisi yang ada pada<br />
kita sekarang adalah kebalikan dari kondisi yang ada pada para pendahulu kita. Oleh karena itu<br />
pada masa sekarang, kita tidak menjadikan pembuktian akidah sebagai tujuan, tapi justru kita<br />
berangkat dari akidah yang sudah mapan menuju pengejewantahan manusia muslim dalam<br />
peradaban masa kini dan masa yang akan datang. Jika dalam teologi klasik manusia dan alam<br />
dijadikan sebagai muqaddimah untuk membuktikan keberadaan Tuhan Yang Esa (buttom up),<br />
maka dalam teologi baru Allahlah yang kita jadikan sebagai titik tolak dalam usaha untuk<br />
mewujudkan eksistensi manusia dalam perjalanan sejarah (top down) (Khully, 2000: 109).<br />
Metode Penelitian<br />
Penelitian ini adalah penelitian budaya, yang melakukan telaah terhadap gagasan gagasan,<br />
ide-ide, konsep-konsep dari pemikiran seorang tokoh yang sifatnya kualitatif. Sumber data dalam<br />
penelitian ini dikategorikan dalam dua kelompok besar: Pertama, sumber data primer. Kedua,<br />
sumber data sekunder, yaitu berupa kajian-kajian atau tulisan-tulisan tentang <strong>Hassan</strong> <strong>Hanafi</strong><br />
dan keterangan-keterangan, laporan-laporan, atau buku dan artikel yang relevan dengan tema<br />
penelitian.<br />
Metode yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis, dengan<br />
menggunakan langkah-langkah sebagai berikut: Tahap Pertama, pengumpulan data, yaitu<br />
kegiatan untuk menemukan dan menghimpun sumber-sumber informasi yang relevan dengan<br />
penelitian. Tahap Kedua, interpretasi data, yaitu tahap penyusunan fakta dalam kerangka<br />
Fenomena: Vol. 1 No. 2 September 2003 ISSN : 1693-4296