06.02.2015 Views

Download - Ditjen Cipta Karya

Download - Ditjen Cipta Karya

Download - Ditjen Cipta Karya

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

LIPUTAN KHUSUS<br />

Membuka Jendela Negara dari Nunukan 9<br />

INFO BARU 2<br />

Rekonstruksi Pasca Gempa di Kawasan Pusaka 16<br />

WORLD EXPO SHANGHAI 2010<br />

Indonesia Mengangkat<br />

Tema BioDiverCity<br />

Edisi 05/Tahun VIII/2010<br />

Mensukseskan Program 3R<br />

Melalui Kampanye<br />

Best Practices


daftar isi<br />

MEI 2010<br />

Berita Utama<br />

http://ciptakarya.pu.go.id<br />

4 Mensukseskan Program<br />

3R Melalui Kampanye Best<br />

Practices<br />

Pelindung<br />

Budi Yuwono P<br />

Penanggung Jawab<br />

Danny Sutjiono<br />

Dewan Redaksi<br />

Antonius Budiono, Tamin M. Zakaria<br />

Amin, Susmono, Guratno Hartono,<br />

Joessair Lubis,<br />

Budi Hidayat<br />

Pemimpin Redaksi<br />

Dwityo A. Soeranto, Sudarwanto<br />

Penyunting dan Penyelaras Naskah<br />

T.M. Hasan, Bukhori<br />

Bagian Produksi<br />

Djoko Karsono, Emah Sadjimah,<br />

Radja Mulana MP. Sibuea,<br />

Djati Waluyo Widodo, Aulia UI Fikri,<br />

Indah Raftiarty<br />

Bagian Administrasi & Distribusi<br />

Sri Murni Edi K, Ilham Muhargiady,<br />

Doddy Krispatmadi, A. Sihombing,<br />

Ahmad Gunawan, Didik Saukat Fuadi,<br />

Harni Widayanti, Deva Kurniawan,<br />

Mitha Aprini, Nurfhatiah<br />

Kontributor<br />

Panani Kesai, Rina Agustin Indriani,<br />

Nieke Nindyaputri, Hadi Sucahyono,<br />

Amiruddin, Handy B. Legowo,<br />

Endang Setyaningrum, Syamsul Hadi,<br />

Didiet. A. Akhdiat, Muhammad Abid,<br />

Siti Bellafolijani, Djoko Mursito,<br />

Ade Syaeful Rahman,<br />

Th. Srimulyatini Respati,Alex A.Chalik,<br />

Bambang Purwanto,<br />

Edward Abdurahman, Alfin B. Setiawan,<br />

Deddy Sumantri,<br />

M. Yasin Kurdi, Lini Tambajong<br />

Alamat Redaksi<br />

Jl. Patimura No. 20, Kebayoran Baru<br />

12110 Telp/Fax. 021-72796578<br />

Email<br />

publikasi_djck@yahoo.com<br />

7 Mengubah Mindset<br />

Masyarakat Soal Sam pah<br />

8 Siti Hazanah<br />

Bu Lurah Peduli Sampah<br />

Liputan Khusus<br />

9 Membuka Jendela Negara<br />

dari Nunukan<br />

Info Baru<br />

13 Anggota IATPI Siap<br />

Kontribusi Keahlian Bidang<br />

AMPL<br />

16 Rekonstruksi Pasca Gempa<br />

di Kawasan Pusaka<br />

20 WORLD EXPO SHANGHAI<br />

2010 Indonesia Mengangkat<br />

Tema BioDiverCity<br />

Inovasi<br />

24 Pendataan Bangunan<br />

Gedung<br />

27 Paperless Office Menuju<br />

Kantor Minim Kertas<br />

4<br />

9<br />

Redaksi menerima artikel, berita,<br />

karikatur yang terkait bidang cipta<br />

karya dan disertai gambar/foto<br />

serta identitas penulis. Naskah<br />

ditulis maksimal 5 halaman A4,<br />

Arial 12. Naskah yang dimuat akan<br />

mendapat insentif.<br />

Resensi<br />

29 Menuju Permukiman yang<br />

Layak Huni, Bebas Air<br />

Limbah, Bersih dari sampah<br />

Dan Bebas Genangan<br />

24


Foto Cover : Program 3R selain<br />

perlu infrastruktur<br />

juga kesadaran<br />

masyarakat untuk<br />

memilah sampah<br />

sejak dari rumah dan<br />

lingkungannya.<br />

.....Suara Anda<br />

Sertifikat Laik Fungsi (SLF)<br />

editorial<br />

Kampanyekan Program 3R<br />

Tiap hari produksi sampah sudah tak terhitung. Kota-kota besar dan metropolitan seolah sudah kehabisan<br />

akal dengan ratusan ton sampah per harinya. Jangan sesekali mengandalkan Tempat Pembuangan Akhir<br />

Sampah untuk urusan ini. Karena sampah ibarat air, menangkalnya harus dari hulu. Karena itu penting untuk<br />

mendukung program pengurangan, penggunaan, dan pengolahan sampah atau yang lebih populer dikenal<br />

reduce, reuse, dan recycle (3R), karena program ini berandil besar dalam mengurangi timbunan sampah.<br />

Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah agar program ini dapat berhasil. Penambahan anggaran,<br />

kebijakan baru, konsep baru sampai dengan kampanye 3R merupakan beberapa kebijakan yang telah<br />

dilaksanakan. Yang terakhir, nampaknya merupakan langkah yang efisien dalam mengoptimalkan program<br />

3R. Program 3R merupakan pemberdayaan yang membutuhkan partisipasi aktif dari masyarakat setempat,<br />

dimana Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) merupakan ujung tombak dalam keberhasilan program 3R.<br />

Dari tahun 2007 sampai dengan 2009, program 3R telah menyasar 201 lokasi di Indonesia. Dimana setiap satu<br />

lokasi memerlukan anggaran sekitar Rp 300 juta. Dana tersebut untuk pembangunan Tempat Pembuangan<br />

Sampah Terpadu (TPST) serta sarana dan prasarana persampahan seperti alat pemilah sampah.<br />

Kita bisa mencontoh masyarakat Desa Sukunan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Desa ini merupakan<br />

desa wisata yang berhasil memberdayakan masyarakatnya dalam mengelola sampah. Desa dengan<br />

penduduk 890 jiwa tersebut menjadi inspirasi desa-desa lain dalam pengelolaan sampah secara wilayah.<br />

Dari pengelolaan sampah secara swadaya, desa tersebut dapat menghasilkan uang hampir Rp 4 juta / bulan.<br />

Sebagian dari penjualan kompos dan sebagian lagi dari kerajinan sampah plastik. Yang terbaru, desa tersebut<br />

juga telah memiliki Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL) komunal bantuan dari Pemerintah Jepang.<br />

Selain berita utama tersebut, Buletin <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> Edisi Mei 2010 ini menyajikan informasi hasil penelitian<br />

mahasiswa program Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor yang menyorot disain kebijakan pembangunan<br />

permukiman di wilayah perbatasan, yaitu Kabupaten Nunukan Kalimantan Timur. Dari studi ini diketahui<br />

kabupaten ini memiliki potensi pertambangan, perkebunan, kehutanan, industri, dll yang mampu dijadikan<br />

modal utama pembangunan. Kondisi permukiman perbatasan Negara di Kabupaten Nunukan cenderung<br />

tidak tertata, terpencar, nomaden, kumuh, dan tidak berkelanjutan. Karena itu diperlukan kebijakan dan<br />

strategi yang pas untuk wilayah itu.<br />

Di Info Baru, kami juga melaporkan keikutsertaan Indonesia dalam ajang World Expo 2010 di Shanghai,<br />

China. Expo yang dibuka selama 6 bulan dimulai sejak 1 Mei 2010 dan akan berakhir 31 Oktober 2010 ini<br />

resmi dibuka oleh Presiden RRC, Hu Jintao dengan mengambil tema ”Better City, Better Life” (Kota yang Lebih<br />

Baik, Kehidupan yang Lebih Baik). Indonesia mengangkat tema BioDiverCity. Tema itu diambil dari rangkaian<br />

kata Bio (kehidupan) – Diverse (keanekaragaman) dan City (kota) yang menghadirkan keanekaragaman<br />

budaya Indonesia dengan menampilkan keharmonisan antar manusia dan lingkungannya.<br />

Selamat membaca dan berkarya!<br />

Mohon dapat diinformasikan daerah mana ya yang sudah melaksanakan<br />

SLF bangunan Gedung dan daerah mana yang sudah mensyaratkan<br />

Surat Ijin Bekerja Perencana (SIBP) untuk permohonan IMB <br />

Slamet Effendi<br />

Menanggapi pertanyaan saudara Slamet Effendi, berikut adalah jawa ban nya :<br />

1. Istilah SLF(Sertifikat Laik Fungsi) Bangunan Gedung baru muncul<br />

setelah terbitnya Undang-undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang<br />

Bangunan Gedung dan pedoman teknis terkait SLF telah diatur dalam<br />

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 25/PRT/M/2007 tentang<br />

Pedoman Sertifikat Laik Fungsi. Maksud dari pemberlakuaan SLF<br />

adalah untuk menyatakan kelaikan fungsi suatu bangunan gedung<br />

baik secara administratif maupun teknis, sebelum bangunan gedung<br />

tersebut dimanfaatkan.<br />

Daerah yang sudah memberlakukan sertifikasi kelaikan fungsi<br />

bangunan gedung adalah DKI Jakarta, dengan menggunakan istilah<br />

Ijin Penggunaan Bangunan (IPB) yang sudah diberlakukan sebelum<br />

tahun 2002.<br />

Perbedaan antara IPB dengan SLF adalah: IPB bersifat perijinan<br />

dengan pungutan biaya, sedangkan SLF merupakan sertifikat tanpa<br />

pungutan biaya.<br />

2. Daerah yang sudah mensyaratkan Surat Ijin Bekerja Perencana 1`(SIBP)<br />

untuk permohonan IMB, diantaranya adalah DKI Jakarta, Kota<br />

Surabaya, Kota Batam dan Kota Padang. Syarat untuk mendapatkan<br />

SIBP, terlebih dahulu harus mempunyai sertifikat keahlian pada<br />

bidangnya. Informasi lebih rinci dapat diakses pada website Ikatan<br />

Arsitek Indonesia di www.iai.or.id<br />

Demikian kami sampaikan, terima kasih.<br />

Redaksi menerima saran maupun tanggapan terkait bidang <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> ke email publikasi_djck@yahoo.com atau saran dan pengaduan di www.pu.go.id<br />

Buletin <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> - 05/Tahun VIII/2010 3


Berita Utama<br />

Tempat sampah 3R yang berada di tiap sudut Desa Sukunan<br />

Mensukseskan Program 3R<br />

Melalui Kampanye<br />

Best Practices<br />

Salah satu kegiatan pokok pada program<br />

bidang persampahan di Direktorat Jenderal<br />

<strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> adalah kegiatan 3R (reduce, reuse,<br />

recycle). Program tersebut telah dilaksanakan<br />

sejak tahun 2007 lalu. Diakui bahwa kegiatan<br />

tersebut pada awalnya masih terbatas pada<br />

pemilahan sampah serta pengurangan sampah<br />

melalui kegiatan pengomposan. Disamping<br />

itu, kegiatan tersebut juga masih menghadapi<br />

beberapa kendala seperti sarana dan<br />

prasarana persampahan dan masih dilakukan<br />

secara sporadis.<br />

Mengingat kegiatan tersebut banyak<br />

man faatnya di masa datang, dimana tidak<br />

hanya mengurangi timbunan sampah tapi<br />

juga untuk mengurangi efek rumah kaca<br />

melalui pengurangan gas methane (CH4)<br />

maka <strong>Ditjen</strong> <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> memandang ke giatan<br />

3R sebagai salah satu program prioritasnya.<br />

Pe nam bahan anggaran,<br />

kebijakan baru, kon sep baru<br />

sampai dengan kampanye<br />

3R me ru pakan beberapa<br />

kebijakan yang telah<br />

dilaksanakan.<br />

Dari tahun 2007 sampai dengan 2009,<br />

program 3R telah menyasar 201 lokasi di<br />

Indonesia. Dimana setiap satu lokasi memerlukan<br />

anggaran sekitar Rp 300 juta. Dana<br />

tersebut untuk pembangunan Tempat Pembuangan<br />

Sampah Terpadu (TPST) serta sarana<br />

dan prasarana persampahan seperti alat pemilah<br />

sampah. Meskipun demikian, masih<br />

ter dapat 66 lokasi yang belum berfungsi dan<br />

berjalan dengan optimal. Ada beberapa hal<br />

yang menyebabkan kurang berfungsi dan<br />

berjalannya program 3R. Beberapa dianta ranya<br />

adalah, kurangnya respon masya rakat,<br />

keterbatasan dana operasional serta kurang<br />

nya dukungan pemerintah kabupaten<br />

maupun kota.<br />

Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah<br />

agar program ini dapat berhasil. Penam<br />

bahan anggaran, kebijakan baru, konsep<br />

baru sampai dengan kampanye 3R<br />

4 Buletin <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> - 05/Tahun VIII/2010


BERITAUTAMA<br />

Foto Atas : Para KSM sedang mendapat penjelasan mengenai TPST di Sukunan<br />

Foto Bawah : Para pembicara kampanye penyegaran program 3R<br />

me ru pakan be berapa ke bijakan yang telah<br />

di laksanakan. Yang terakhir, nampaknya meru<br />

pakan langkah yang efisien dalam meng -<br />

op timalkan program 3R.<br />

Seperti kita ketahui, dari beberapa pengalaman<br />

yang pernah ada di Indonesia, strategi<br />

sosialisasi melalui kampanye dan edukasi<br />

yang digunakan secara komprehensif akan<br />

mempercepat proses perubahan perilaku<br />

sa ni tasi yang lebih baik dan mendorong keefektifan<br />

sarana dan prasarana yang sudah<br />

ada. Program 3R merupakan pemberdayaan<br />

yang membutuhkan partisipasi aktif dari<br />

ma syarakat setempat, dimana Kelompok<br />

Swa daya Ma syarakat (KSM) merupakan ujung<br />

tombak dalam keberhasilan program 3R.<br />

Dalam rangka mendorong peningkatan<br />

pemanfaatan sarana dan prasarana 3R tersebut,<br />

maka <strong>Ditjen</strong> <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> melalui Direk<br />

torat Pengembangan Lingkungan dan<br />

Per mukiman akan dilaksanakan kegiatan P e -<br />

nye garan Kam panye untuk Pejabat dan Kelom<br />

pok Swadaya Masyarakat (KSM) di Yogyakarta<br />

awal Mei 2010 lalu). Penyegaran ini akan<br />

difokuskan pada aspek-aspek kampanye dan<br />

edukasi yang diharapkan dapat mendorong<br />

perubahan perilaku masyarakat dalam bidang<br />

sanitasi pada umumnya dan 3R khususnya.<br />

Penyegaran Kampanye diikuti oleh para<br />

KSM yang belum berjalan dalam melaksanakan<br />

program 3R. Seperti kita ketahui, dari<br />

201 daerah sasaran program 3R terdapat 66<br />

daerah yang kurang berjalan.<br />

Menurut Direktur PLP <strong>Ditjen</strong> <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong><br />

Susmono, acara penyegaran ini meru pakan<br />

ajang untuk saling berdiskusi dan berbagi<br />

pengalaman para KSM program 3R. Untuk itu,<br />

ia berharap para KSM dapat menyam paikan<br />

hambatan-hambatannya dalam melaksa nakan<br />

program 3R.<br />

“Ini saatnya bagi para KSM untuk buka<br />

baju, kalau ada yang salah di birokrat atau<br />

pengurus katakan salahnya dimana. Selaku<br />

fasilitator masyarakat, para KSM prinsipnya<br />

harus terjun total jangan setengah-setengah,”<br />

katanya.<br />

Sementara itu, Kasubdit Pengelolaan dan<br />

Pengusahaan Dit. PPLP Endang Setya ningrum<br />

mengatakan, ada beberapa hal yang me nyebabkan<br />

kurang berfungsi dan berjalannya<br />

prog ram 3R. Beberapa diantara nya adalah,<br />

kurangnya respon masyarakat, keter batas an<br />

dana operasional serta kurang nya dukungan<br />

pemerintah kabupaten mau pun kota.<br />

“Program 3R untuk tahun ini masih akan<br />

ada 50 daerah sasaran lagi. Untuk propinsi<br />

yang gagal akan kita tarik bantuannya (disinsentif),<br />

sementara yang berjalan akan kita<br />

benahi. Salah satu untuk terus mem benahi<br />

adalah melalui kampanye 3R ini,” katanya.<br />

Banyak sekali keuntungan dari Program<br />

3R ini, tidak sekedar hanya nilai lingkungan<br />

tapi juga nilai ekonomi. Nilai lingkungan yaitu<br />

dapat meningkatan kualitas lingkungan,<br />

penghijauan & tanaman hias, meningkatan<br />

kua litas kesehatan masyarakat serta menekan<br />

perubahan iklim global.<br />

Sementara dari nilai ekonomi yaitu mengurangi<br />

biaya angkutan, menghemat lahan<br />

dan proses di TPA (> Rp.100.000/ton sampah),<br />

nilai produk kompos dan daur ulang (kertas,<br />

plastik, logam dll) serta dapat menjual karbon<br />

(CO2) seharga US$ 7-12/ton CO2.<br />

Acara kampanye ini penting bagi keluaran<br />

yang dihasilkan dalam program 3R. Dalam<br />

Buletin <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> - 05/Tahun VIII/2010 5


Kebijakan Program 3R <strong>Ditjen</strong> <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> Sampai 2014<br />

Konsepsi Penanganan Sampah 3R<br />

Perjalanan Sampah<br />

acara ini diharapkan terjadi pemahaman<br />

yang sama antara pusat dan daerah dalam<br />

pelaksanaan kampanye dan edukasi di tahun<br />

2010. Selain itu, keluaran yang diharapkan<br />

adalah adanya gagasan yang kreatif dan<br />

teknik penggunaan media yang optimal<br />

untuk mendukung penyelenggaraan 3R. Hal<br />

ini dilakukan dalam rangka untuk mengubah<br />

perubahan perilaku sanitasi khususnya penye<br />

lenggaraan 3R oleh masyarakat.<br />

Dalam rangka mendapatkan gagasan<br />

yang kreatif dan pengkayaan pengalaman<br />

itulah, dalam acara kampanye tersebut<br />

meng hadirkan beberapa kisah sukses program<br />

3R yaitu dari KSM Kota Samarinda dan<br />

Palembang. Selain itu, juga terdapat arahan<br />

tentang teknik pemberdayaan masyarakat<br />

dalam 3R oleh Kepala Pusdakota Surabaya<br />

Cahyo dan arahan dari Guru Besar UGM<br />

Djamaludin Ancok mengenai pengembangan<br />

perilaku positif. Dalam kesempatan ter sebut<br />

para peserta juga berkesempatan me ngunjungi<br />

Desa Wisata Sukunan Sleman Yogyakarta<br />

yang berhasil melakukan program 3R.<br />

Belajar Pengelolaan Sampah Desa Sukunan<br />

Para Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM)<br />

program 3R (reduce, reuse, recycle) mengadakan<br />

studi lapangan ke Desa Wisata Lingkungan<br />

Sukunan, Kabupaten Sleman Propinsi<br />

Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Kunjungan<br />

lapangan tersebut merupakan rangkaian<br />

aca ra pe nyegaran kampanye untuk KSM<br />

3R yang diselenggarakan oleh <strong>Ditjen</strong> <strong>Cipta</strong><br />

<strong>Karya</strong> melalui Direktorat PLP, di Yogyakarta.<br />

Kunjungan itu bertujuan agar para KSM dapat<br />

melihat langsung dan memperoleh ilmu dari<br />

keberhasilan Desa Sukunan dalam mengelola<br />

sampah dan melaksanakan program 3R.<br />

Seperti kita ketahui, Desa Sukunan merupakan<br />

desa wisata yang berhasil memberdayakan<br />

masyarakatnya dalam me ngelola<br />

sam pah. Desa dengan penduduk 890<br />

jiwa tersebut menjadi inspirasi desa-desa<br />

lain dalam pengelolaan sampah secara wila<br />

yah. Dari pengelolaan sampah secara swadaya,<br />

desa tersebut dapat menghasilkan<br />

uang hampir Rp 4 juta / bulan. Sebagian<br />

dari penjualan kompos dan sebagian lagi<br />

dari kerajinan sampah plastik. Yang terbaru,<br />

desa tersebut juga telah memiliki Instalasi<br />

Pe ngelolaan Air Limbah (IPAL) komunal bantuan<br />

dari Pemerintah Jepang.<br />

Menurut Iswanto, salah satu pencetus<br />

pengelolaan sampah 3R Desa Sukunan, untuk<br />

membuat masyarakat peduli pada sampah<br />

memang harus dilakukan secara ber tahap.<br />

Organisasi masyarakat harus jelas dan semua<br />

masyarakat harus ikut andil walau sekecil<br />

apapun.<br />

“Secara organisator pengelolaan sampah<br />

ada di bawah kendali Ketua RW. Tiap bulan<br />

ada laporan pendapatan dari pengurus. Di<br />

desa ini tidak 100% masyarakatnya mengelola<br />

sampah, untuk itu sosialisasi kepada<br />

ma syarakat harus terus dilakukan, tentu nya<br />

dengan metode atau strategi yang ber beda”,<br />

katanya seraya memandu para KSM mengelilingi<br />

Desa Sukunan.<br />

Para KSM dari berbagai daerah di Indonesia<br />

tampak antusias dalam mengunjungi Desa<br />

Sukunan. Ishak, Ketua KSM Daulasi asal<br />

Ternate Maluku Utara sangat takjub dengan<br />

pengelolaan sampah Desa Sukunan. “Saya<br />

jadi semangat melihat berbagai karya kerajinan<br />

desa ini. Saya akan coba terapkan di<br />

daerah saya kalau pulang nanti,” katanya. KSM<br />

Daulasi Ternate masuk dalam daerah sasaran<br />

3R tahun 2008. Namun KSM tersebut belum<br />

dapat berjalan karena kurangnya sosialisasi<br />

dalam operasional peralatan.<br />

Hal senada juga dikatakan oleh Paimin<br />

dari KSM Kalimantan Selatan. Ia sangat senang<br />

dapat mengunjungi Desa Wisata Sukunan ini.<br />

“Saya mendapat pengalaman banyak dari<br />

sini. Saya lihat partisipasi masyarakat disini<br />

sangat tinggi. Saya jadi ingin tahu bagaimana<br />

kiat atau strategi pemberdayaan masyarakat<br />

disini,” katanya.<br />

Setali tiga uang, Umbu Reku peserta asal<br />

Kabupaten Sumba NTT sangat tertarik dengan<br />

pemilhan sampah yang tidak menggunakan<br />

alat. “Saya sangat kagum dengan kesadaran<br />

masyarakat desa Sukunan soal sampah. Saya<br />

juga lihat, setiap rumah memiliki komposter<br />

sendiri-sendiri,” katanya.<br />

Sementara itu, Kasubdit Pengelolaan<br />

dan Pengusahaan, Dit. PPLP Endang Se t-<br />

ya ningrum me ng a takan, se te lah kunjung<br />

an ini nanti nya para KSM akan kami<br />

pandu dalam membuat ren cana kerja tindak<br />

lanjut. Rencana tindak lanjut tersebut berisi<br />

rencana serta langkah-langkah KSM dalam<br />

melaksanakan program 3R di daerahnya.<br />

“Se hing ga kun jungan ke Desa Sukunan ada<br />

hasilnya dan dapat di te rapkan di daerahnya<br />

masing-masing,” kata nya. (dvt)<br />

6 Buletin <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> - 05/Tahun VIII/2010


BERITAUTAMA<br />

Mengubah Mindset Masyarakat<br />

Soal Sam pah<br />

Sarasehan yang dipandu oleh Kasubdit<br />

Pengelolaan dan Pengusahaan, Dit. PPLP, Endang<br />

Setyaningrum di pendopo Desa Sukunan<br />

DDalam kegiatan kampanye ini para KSM<br />

juga mendapatkan arahan dari para pakar<br />

dan praktisi dalam mengubah pola pikir masya<br />

rakat mengenai sampah. Menurut Direktur<br />

Pusat Pemberdayaan Komunitas Perkota<br />

an Universitas Surabaya (PUSDAKOTA<br />

UBAYA) Cahyo Suranto, perubahan paradigma<br />

mengenai sampah sampai saat ini<br />

masih dipahami keliru oleh masyarakat.<br />

Sam pah di anggap se bagai sum ber masalah,<br />

tidak bermanfaat, limbah dan sampah<br />

harus dikelola dengan teknologi canggih.<br />

Pa ra digma tersebut harus mulai diubah, ba -<br />

gaimana sampah adalah sumber rupiah,<br />

dapat di man faatkan, sumber daya dan sampah<br />

dapat dikelola dengan teknologi se derhana.<br />

Untuk itu perlu adanya strategi dalam<br />

mengubah paradigma tersebut khususnya<br />

untuk mengaktivasi program 3R. Ia menyebutnya<br />

dengan nama “GERAKAN”. Gerakan<br />

me ru pakan kepanjangan dari, Gemakan<br />

spi rit pe duli ling kungan, Ela borasi po tensi<br />

komu nitas, Rumuskan visi bersama, Arahkan<br />

menuju agenda aksi, Kemukakan keuntungan<br />

dan manfaatnya, Ajaklah semua pihak terlibat,<br />

Nilai semua pencapaian kinerja.<br />

Ia juga memberikan tips bagi para fasilitator<br />

da lam mensosia li sasikan prog ram 3R di<br />

masyarakat. Salah satunya fasilitator haruslah<br />

aktif dan inspiratif. “Janganlah membuat un -<br />

dang an pertemuan warga dengan te ma<br />

per sampahan tapi ganti lah dengan pembangunan<br />

lingkungan atau yang lainnya.<br />

Dengan begitu masyarakat akan antu sias,”<br />

katanya.<br />

Disisi lain, Djamaludin Ancok Guru Besar<br />

Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada<br />

melihat dari sisi sumber daya manusia (SDM).<br />

Terdapat dua faktor penyebab perilaku manu<br />

sia yang pertama adalah, kondisi yang<br />

me lekat pada diri individu seperti tata nilai,<br />

moralitas. Kedua, kondisi lingkungan yaitu<br />

sistem hukum baik hukum formal maupun<br />

hukum masyarakat.<br />

Menurutnya, sekolah menjadi peran penting<br />

dalam membentuk faktor perilaku baik<br />

atau buruknya dalam Pengelolaan Sampah<br />

dan Air Limbah (PSAL). Pendidikan PSAL harus<br />

berfokus pada pengembangan tata-nilai dan<br />

moralitas pada individu. Namun, keberhasilan<br />

pendidikan PSAL akan sulit untuk menjadi<br />

kenyataan selama tidak ada kondisi yang<br />

memberikan reward dan punishment untuk<br />

menjaga terwujudnya hasil pendidikan.<br />

Hasil pendidikan baru muncul kalau faktor<br />

di luar diri individu/masyarakat yang berupa<br />

penegakan hukum dilaksanakan secara konsisten.<br />

Alasan kenapa demikian karena ada<br />

level kepatuhan pada hukum (norma) yang<br />

salah satunya adalah kepatuhan karena takut<br />

dihukum.<br />

Ada dua faktor keberhasilan pendidikan<br />

pengelolaan sampah dan air limbah. Pertama,<br />

bila pendidikan bisa menimbulkan kesadaran<br />

pada kepatuhan pada level inter nalisasi.<br />

Kedua, adanya proses internalisasi yang<br />

baru akan muncul bila ada pemahaman dari<br />

fungsi sebuah norma bahwa itu baik untuk<br />

diri sendiri bukan dikarenakan takut pada<br />

hukum (takut dihukum atas perbuatan mencemari<br />

lingkungan). (dvt)<br />

Buletin <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> - 05/Tahun VIII/2010 7


BERITAUTAMA<br />

Siti Hazanah<br />

Bu Lurah Peduli Sampah<br />

Murah senyum, humanis dan bersahabat,<br />

itulah sosok Siti Hazanah. Lurah Karam<br />

Asam Ulu Kecamatan Sungai Kujang, Kota<br />

Samarinda, Kalimantan Selatan ini merupakan<br />

sosok yang peduli masalah lingkungan, terutama<br />

sampah. Kepeduliannya soal sampah<br />

khu susnya sampah rumah tangga tidak<br />

diragukan lagi. Berkat keuletan dan<br />

ker ja kerasnya, Kelurahan Karam Asam Ulu<br />

mendapat banyak penghargaan bidang lingkungan,<br />

termasuk dari Presiden SBY.<br />

Pengelolaan sampah di Karam Asam Ulu<br />

dimulai tahun 2006. Siti Hazanah bercerita,<br />

berawal dari kunjungannya ke Kelurahan<br />

Jam bangan dan Kertajaya, Surabaya tahun<br />

2006, disini ia diberi contoh pengolahan<br />

sampah menggunakan keranjang takakura.<br />

Berawal dari situ, kemudian ia menerapkan<br />

dan mensosialisasikan pengolahan sampah<br />

rumah tangga di lingkungan RT nya.<br />

Tahun 2006, ia memulai dulu dari 2 RT,<br />

lalu bertambah secara bertahap sampai 7<br />

RT. “Saya coba dulu sosialisasikan di RT saya<br />

RT 19. Saya bagi dulu 50 keranjang takakura<br />

karena keterbatasan dana,” keluhnya.<br />

Memang tidak serta merta berhasil. Ada<br />

saja kendala-kendala teknis yang dihadapi,<br />

seperti kompos tidak jadi karena banyak<br />

belatung, salah dalam proses pemilahan dan<br />

Siti Hazanah (berkerudung) sedang memberikan<br />

pengarahan kepada warganya<br />

sebagainya. Namun dengan tekun dan sabar<br />

ia memonitoring kegiatan pengkomposan<br />

sampah warganya setiap dua hari hingga<br />

warga bisa mengolah kompos dengan sempurna.<br />

Usaha Siti Hazanah mensosialisasikan<br />

kom pos ke warganya mulai membuahkan<br />

hasil. Awal 2007, sampah yang diolah mulai<br />

menghasilkan kompos. Dengan jumlah warga<br />

sekitar 50 Kepala Keluarga, setiap KK berhasil<br />

menghasilkan 5 kg kompos tiap bulannya.<br />

Dimana setiap satu kilo dijual denga harga Rp<br />

5000. Hasil dari penjualan sebagian masuk ke<br />

kas warga.<br />

Lambat laun, pola pikir masyarakat Karam<br />

Asam Ulu mengenai sampah memang<br />

sudah berubah. Sampah sudah dianggap<br />

mem punyai nilai ekonomis. “Kita memiliki<br />

semboyan, bahwa sampah bukan musuh<br />

kami, tapi teman kami. Kami tidak takut<br />

sampah, karena mempunyai nilai ekonomis,”<br />

ujarnya.<br />

Selain sampah basah, warga Karam Asam<br />

Ulu juga mengolah sampah kering (plastik<br />

be kas, bungkus makanan) menjadi berbagai<br />

macam kerajinan seperti tas dan souvenir.<br />

Hasil kerajinan ini dijual antara 20 ribu sampai<br />

50 ribu rupiah. Event-event seperti pameran<br />

dan lomba baik tingkat kabupaten maupun<br />

provinsi menjadi ajang untuk menjual dan<br />

memamerkan hasil kerajinan tersebut.<br />

Tidak hanya itu, Siti Hazanah juga menyarankan<br />

warga untuk menanam kunyit di<br />

pekarangannya dengan pupuk kompos hasil<br />

pengolahan sampah. Dari hasil menanam<br />

kunyit tersebut, warga Asam Ulu telah menghasilkan<br />

jamu yang diberi nama kunyit mangga.<br />

“Ku nyit mangga ini memiliki khasiat dalam<br />

me nyembuhkan penyakit kista. Produk kunyit<br />

mangga ini juga sudah dijual sampai ke Jawa,”<br />

katanya dengan bangga.<br />

Kunyit mangga ini dijual seharga Rp<br />

10.000 tiap bungkusnya, tiap bungkus berisi<br />

4 set. Kunyit ini dipanen setiap 8 bulan sekali.<br />

Sampai saat ini, gerakan pengolahan sampah<br />

di Karam Desa Asam Ulu telah mem bawa<br />

dampak yang signifikan terhadap desa tersebut.<br />

Dari sisi kuantitas sampah, gerakan itu<br />

telah membawa dampak signi fikan ter hadap<br />

volume sampah di TPS. Dari yang dulunya 13<br />

TPS, sekarang tinggal 7 TPS saja.<br />

Dari sisi kesejahteraan warga, Siti mengklaim<br />

kesejahteraan warga semakin meningkat.<br />

Menurut data di kelurahannya, Tahun<br />

2009 jumlah penduduk miskin berkurang<br />

menjadi 370 warga dari 625 di tahun 2006.<br />

“Mungkin pengelolaan sampah ini menjadi<br />

salah satu faktor menurunnya kemiskinan.<br />

Tapi berkat adanya program pengelolaan<br />

sampah ini, masyarakat desa lebih bergairah,<br />

bersemangat dan makin banyak kegiatankegiatan<br />

warga lainnya,” katanya.<br />

Soal prestasi, berbagai penghargaan te lah<br />

didapat oleh Desa Karam Asam Ulu, beberapa<br />

diantaranya adalah Juara 1 Lomba Hijau Bersih<br />

Indah Tingkat Kelurahan Se Kota Samarinda,<br />

tahun 2008 dan 2009. Sementara untuk<br />

Siti Hazanah, ia pernah di undang ke Istana<br />

Negara dalam acara Peringatan Hari Ibu Ke<br />

79 Tahun 2007. Prestasi lainnya, ia mendapat<br />

penghargaan lurah berprestasi dalam rangka<br />

hari jadi Provinsi Kaltim selain itu ia juga<br />

menjadi terbaik 1 pengelola program terpadu<br />

peningkatan peran wanita menuju keluarga<br />

sehat dan sejahtera (P2WKSS) tingkat Provinsi<br />

Kaltim dan dari Kementerian Pemberdayaan<br />

Perempuan.<br />

Ketekunan Siti Hazanah dalam memberdayakan<br />

lingkungan dapat kita jadikan panutan.<br />

Disamping itu, Siti Hazanah seba gai<br />

wanita tang guh dan tekun memiliki nilai<br />

sen diri dalam hal eman sipasi wanita. Para<br />

Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) program<br />

3R diharapkan dapat terlecut moti vasinya<br />

dalam men sukseskan program 3R yang<br />

digalakkan oleh <strong>Ditjen</strong> <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong>. (dvt)<br />

8 Buletin <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> - 05/Tahun VIII/2010


LIPUTANKHUSUS<br />

www.flickr.com<br />

Liputan Khusus<br />

Tugu Pusat Kabupaten Nunukan<br />

Mendisain Kebijakan Pengembangan<br />

Kawasan Permukiman Berkelanjutan di Wilayah Perbatasan Negara<br />

Membuka Jendela Negara<br />

dari Nunukan<br />

Budiyono*), Supiandi Sabiham**), Etty Riani***) dan Ruchyat Deni Dj****)<br />

KKabupaten Nunukan masih setia mengu<br />

sung motto Penekindidebaya yang artinya<br />

membangun daerah. Selain dengan<br />

kekayaan alamnya yang harus digali dan<br />

dikembangkan. Kabupaten pemekaran dari<br />

Kabupaten Bulungan, Kalimantan Timur ini<br />

akan selalu dikenang oleh para pahlawan<br />

devisa negara karena kasus kemanusiaan<br />

pada tahun 2003 ketika para pekerja gelap<br />

asal Indonesia dideportasi besar-besaran dari<br />

Malaysia dan menewaskan 85 orang karena<br />

kelaparan itu.<br />

Sebuah penelitian mahasiswa doktoral<br />

Institut Pertanian Bogor (IPB) selama enam<br />

bulan, dimulai November 2008, menunjuk<br />

kan ada potensi pertambangan untuk<br />

clus ter I (Kecamatan Krayan dan Krayan<br />

Selatan) yang memi liki nilai MPE terbesar<br />

(197.161.384), perkebunan untuk cluster<br />

II (sub-distrik dan distrik Lumbis Sebuku),<br />

dan perikanan di cluster III (sub-distrik dan<br />

Kabupaten Nunukan Sebatik). Tiga sektor<br />

penting ini diketahui melalui analisis dengan<br />

Metode Perbandingan Eksponensial (MPE)<br />

untuk menggali potensi sumberdaya alam<br />

Kabupaten Nunukan.<br />

Mereka menyimpulkan bahwa struk turisasi<br />

kondisi permasalahan per mukiman di<br />

wilayah perbatasan negara yang merupakan<br />

faktor-faktor penting dapat dijadikan dasar<br />

pertimbangan dalam penyusunan kebijakan<br />

dan strategi pengembangan kawasan permukiman<br />

ber kelanjutan sebagai acuan pembangunan<br />

bagi stakeholder terkait.<br />

Kebijakan dan strategi pengembangan<br />

permukiman berkelanjutan di wilayah perba<br />

tasan negara di Kabupaten Nunukan, menu<br />

rut para peneliti, perlu mem per hatikan<br />

pengembangan kawasan permu kim an ber-<br />

Buletin <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> - 05/Tahun VIII/2010 9


Kebijakan dan strategi pengembangan permukiman<br />

berkelanjutan di wilayah per ba tasan negara<br />

di Kabupaten Nunukan, perlu mem per hatikan<br />

pengembangan kawasan permu kim an ber basis<br />

potensi SDA sektor ung gulan kawa san yang diikuti<br />

dengan me nin g katkan pem berdayaan masya rakat.<br />

basis potensi SDA sektor ung gulan kawa san<br />

yang diikuti dengan me nin g katkan pemberdayaan<br />

masya rakat dalam kegiatan usahausaha<br />

yang berbasis potensi masyarakat dan<br />

kearifan lokal, me ningkatkan pengembangan<br />

pem biayaan dengan dana alokasi khusus<br />

yang ber sumber dari peme rintah pusat,<br />

peme rintah daerah serta mendorong iklim<br />

investasi untuk dapat menarik sumber dana<br />

pihak swasta, pengembangan kelembagaan<br />

melalui pe nguat an lembaga yang ada dan<br />

pem ben tukan lembaga-lembaga kerjasama<br />

untuk mengembangkan wilayah perbatasan.<br />

Metode Penelitian<br />

Metode Perbandingan Eksponensial menyusun<br />

alternatif-alternatif keputusan yang<br />

akan dipilih, menentukan kriteria atau perbandingan<br />

kriteria keputusan yang penting<br />

untuk dievaluasi, menentukan tingkat kepentingan<br />

dari setiap kriteria keputusan atau<br />

pertimbangan kriteria, melakukan penilaian<br />

terhadap semua alternatif pada setiap kriteria,<br />

menghitung skor atau nilai total setiap alternatif,<br />

dan menentukan urutan prioritas<br />

keputusan didasarkan pada skor atau nilai<br />

total masing-masing alternatif.<br />

Teknik pengambilan sampel dalam pene<br />

litian ini menggunakan metode expert<br />

survey dengan purposive sampling. Metode<br />

pe ng ambilan sampel teknik wawancara<br />

dengan meng gunakan kuesioner. Pemilihan<br />

responden ditentukan berdasarkan stratrified<br />

random sampling. Pengumpulan data dengan<br />

bantuan pakar bidang pengembangan kawasan<br />

permukiman di wilayah perbatasan<br />

negara.<br />

Penelitian ini bertujuan; pertama, mengiden<br />

tifikasi dan menganalisis kondisi permukiman<br />

yang ada (existing condition) di<br />

wilayah perbatasan Kabupaten Nunukan.<br />

Kedua, mengindentifikasi dan menganalisis<br />

potensi SDA yang terkait dan mendukung<br />

pengembangan permukiman berkelanjutan<br />

di wilayah perbatasan negara Kabupaten<br />

Nunukan. Ketiga, menganalisis dan merumuskan<br />

pengaruh dan kepentingan pelibatan<br />

stakeholders dalam penyusunan kebijakan<br />

dan strategi pengembangan permukiman<br />

berkelanjutan di wilayah perbatasan negara<br />

Kabupaten Nunukan. Keempat, membuat<br />

Disain Kebijakan dan Strategi pengembangan<br />

permukiman berkelanjutan di wilayah perbatasan<br />

negara Kabupaten Nunukan.<br />

Potensi Kabupaten Nunukan<br />

Pelaksanaan pembangunan permukiman<br />

di Kabupaten Nunukan di wilayah perbatasan,<br />

yang mengacu pada kebijakan meman<br />

faatkan tiga faktor kunci di atas, akan<br />

menetapkan pembangunan berbasis sumber<br />

daya poten sial untuk cluster yang ada<br />

di kabupaten perbatasan tersebut. Kon disi<br />

ini akan mendorong peningkatan kesejahteraan<br />

sosial kota-kota perbatasan dan<br />

menjadikannya sebagai jendela negara yang<br />

enak dilihat.<br />

Untuk mencapai integrasi dalam pengembangan<br />

wilayah perbatasan khususnya<br />

di sektor pemukiman, perlu untuk mempertimbangkan<br />

profil, karakteristik, dan<br />

pe nye lesaian pembangunan kebutuhan.<br />

Ini penting untuk mema hami tren pembangunan<br />

yang meliputi aspek harmoni<br />

antara kota pusat per tumbuhan dengan<br />

kawasan lindungnya, dan peningkatan pola<br />

interaksi ekonomi yang berbasis sumber<br />

daya alam daerah. Pemahaman ini diperlukan<br />

untuk mempersiapkan perangkat kebijakan<br />

pembangunan untuk kawasan permukiman<br />

berkelanjutan di tingkat kabupaten di wilayah<br />

perbatasan secara lebih detail dan lebih<br />

operasional dengan menggunakan pen dekat<br />

an klaster.<br />

MPE menganalisis sektor utama regional<br />

di setiap cluster. Hasil sementara ISM adalah<br />

faktor leverage. Analisis AHP mengamati faktor<br />

kunci memahami kebijakan pemerintah<br />

dan pendanaan pembangunan menjadi prioritas<br />

utama (Tingkat 2). Stakeholder (Ting kat<br />

3) me nunjukkan bahwa pemerintah pusat<br />

dan pemerintah daerah mempunyai peran<br />

utama dalam pengembangan kawasan permukiman.<br />

Tujuan (Tingkat 4) menunjuk kan<br />

bahwa pengembangan dan pengelolaan<br />

zona spa sial serta pening katan kesejahteraan<br />

men jadi prioritas utama. Sedangkan untuk<br />

target (Tingkat 5) prioritas utama adalah<br />

strategi pembangunan daerah dalam rangka<br />

mempercepat pembangunan pemukiman<br />

daerah perbatasan.<br />

Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah<br />

(RTRW) Kabupaten Nunukan (2005-2015)<br />

sektor-sektor unggulan yang potensial adalah<br />

perkebunan, pertambangan, pertanian, perikanan,<br />

kehutanan, pariwisata dan industri.<br />

Kriteria yang menjadi pertimbangan<br />

di setiap sektor tersebut dalam analisis<br />

MPE ada delapan, yaitu kesesuaian lahan,<br />

produktivitas, lokasi strategis, jumlah tenaga<br />

kerja, nilai produk, jangkauan pasar, akses<br />

transportasi, dan akses komunikasi. Penilaian<br />

bobot masing-masing kriteria pada setiap<br />

sektor dirumuskan dalam analisis formulasi<br />

MPE.<br />

Sektor Pendukung Pembangunan Kluster I<br />

Kecamatan yang termasuk dalam kluster I<br />

meliputi Kecamatan Krayan dan Kecamatan<br />

Krayan Selatan. Sektor pertambangan menjadi<br />

unggulan di kluster ini. Jumlah produksi<br />

minyak terus mengalami peningkatan dari<br />

tahun ke tahun. Produk batu bara pada<br />

kluster I juga merupakan produk unggulan.<br />

Berdasarkan data (BPS, 2007) menunjukkan<br />

jumlah produksi batu bara di Kabupaten<br />

Nunukan pada tahun 2007 sebesar<br />

1.846.937.129 ton. Jumlah produksi bahan<br />

tam bang terus mengalami peningkatan dari<br />

tahun ke tahun dimana tahun sebelumnya<br />

sebesar 1.165.287 ton.<br />

Selain itu, pada lokasi kluster I berdasarkan<br />

peta kesesuaian lahan merupakan pe gunungan<br />

dan perbukitan yang tidak teratur,<br />

serta mempunyai kelerengan lebih dari 40%.<br />

Berdasarkan peta kesesuaian lahan menun<br />

jukkan, di atas 90% kawasan Kluster I<br />

sangat sesuai untuk pertambangan. Karena<br />

itu sektor tambang yang menjadi unggulan<br />

pada kluster I dan didukung juga oleh daya<br />

dukung sumberdaya alam yang ada pada<br />

kawasan kluster I.<br />

Pada urutan kedua adalah sektor perkebunan<br />

hal ini didukung oleh kesesuaian<br />

lahan serta jenis tanah yang mendukung<br />

kegiatan perkebunan, sehingga dapat mencegah<br />

erosi pada wilayah-wilayah yang berlereng.<br />

Berdasarkan peta kesesuaian lahan<br />

untuk perkebunan (Lampiran 2) menunjukkan<br />

kluster I diatas 60% cocok untuk lahan<br />

perkebunan.<br />

Sektor Pendukung Pembangunan Kluster II<br />

Kecamatan yang termasuk kluster II meliputi<br />

Kecamatan Lumbis dan Kecamatan Sebuku.<br />

Setelah dihitung dengan teknik MPE dapat<br />

disimpulkan bahwa sektor yang paling me-<br />

10 Buletin <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> - 05/Tahun VIII/2010


LIPUTANKHUSUS<br />

nen tukan adalah sektor per kebunan dengan<br />

nilai 450.094.848 diikuti kemu dian oleh sektor<br />

pertanian, industri, per tambangan, kehutanan,<br />

perikanan, dan pari wisata. Klus ter<br />

II ber dasarkan peta land sistem ter masuk<br />

kelompok punggung gunung batuan metamorfik<br />

yang tidak teratur me nyebabkan<br />

klus ter II sangat cocok untuk perkebunan.<br />

Selain itu berdasarkan peta kesesuaian lahan<br />

untuk per kebunan hampir diatas 90%, kedua<br />

kecamatan tersebut sangat sesuai untuk tanaman<br />

perkebunan. Jenis tanaman perkebunan<br />

menjadi sektor unggulan pada Kluster II<br />

adalah kakao dan kelapa. Ber da sarkan data<br />

(BPS, 2007) menunjukkan pro duksi kakao<br />

di Kabupaten Nunukan pada tahun 2007<br />

produksi kakao sebanyak 18.903,10 ton.<br />

Produksi kelapa sebanyak 7.686,71ton. Produksi<br />

kakao dan kelapa terus mengalami<br />

peningkatan dari 2002 sampai tahun 2007.<br />

Sektor Pendukung Pembangunan Kluster III<br />

Kecamatan yang termasuk dalam kluster<br />

III meliputi Kecamatan Nunukan, Nunukan<br />

Selatan, Sebatik, dan Kecamatan Sebatik<br />

Timur. Penilaian terhadap alternatif kegiatan<br />

penunjang pusat-pusat pertumbuhan yang<br />

ada di Kabupaten Nunukan berdasarkan<br />

sektor unggulan dengan pembagian kluster.<br />

Hasil perhitungan dengan analisis MPE<br />

maka terlihat urutan atau prioritas metoda<br />

pe ngembangan kawasan perbatasan yang<br />

potensial dalam rangka meningkatkan pusatpusat<br />

pertumbuhan. Dapat disimpulkan<br />

bahwa sektor unggulan yang paling mendukung<br />

pusat pertumbuhan dalam pe ngembangan<br />

kawasan perbatasan adalah sektor<br />

perikanan dengan nilai 227.534.810. diikuti<br />

oleh sektor pertanian, perkebunan, industri,<br />

kehutanan, pariwisata, dan pertam bangan.<br />

Alternatif pertama yang harus lebih diperhatikan<br />

dalam pengembangan kawasan<br />

perbatasan pada kluster III yang meliputi<br />

Kecamatan Nunukan dan Kecamatan Sebatik<br />

adalah dengan peningkatan sektor perikanan<br />

dimana perikanan tangkap dan budidaya<br />

per ikanan laut merupakan kegiatan yang<br />

paling potensial dan telah mendukung pendapatan<br />

Kabupaten Nunukan selama ini.<br />

Pada Gambar menampilkan kondisi topografi<br />

pada kluster III yang didominasi oleh tingkat<br />

kelerengan 0-8% dan 15-25%. Dengan demikian<br />

budidaya perikanan darat di kluster<br />

III tidak disarankan, karena kondisi topografi<br />

Kabupaten Nunukan yang berlereng-lereng<br />

seperti yang ditunjukkan pada Lampiran 3,<br />

potensial menyebabkan longsor dan tidak<br />

memungkinkan untuk adanya budidaya perikanan<br />

darat.<br />

Struktur Permasalahan dan Indikator<br />

Keberhasilan<br />

Selain metode MPE, ada juga hasil analisis<br />

ISM yang merupakan kajian men dalam<br />

hasil wawancara dan kuesioner dari respon<br />

den pendapat pakar. Pakar yang terlibat<br />

dalam proses ini adalah pakar dari<br />

kalangan pemerintah pusat, pemerintah<br />

daerah, legislatif, perguruan tinggi, swasta<br />

dan masyarakat yang terpilih berdasarkan<br />

pengetahuan, pengalaman di bidang pengem<br />

bangan kawasan permukiman di wilayah<br />

perbatasan.<br />

Pada disain kebijakan pengembangan<br />

kawasan permukiman berkelanjutan di wilayah<br />

perbatasan negara, setiap tin dakan<br />

untuk meningkatkan peranan dari sektorsektor<br />

independen, akan mem peroleh ke -<br />

ber hasilan prog ram menuju pengem bang<br />

an ka wasan permukiman berkelanjutan,<br />

se dang kan lemahnya perhatian terhadap<br />

sek tor-sektor tersebut akan menyebabkan<br />

ketidakberhasilan program pengembangan<br />

kawasan. Sektor independen tersebut antara<br />

lain ku rangnya kesadaran masyarakat<br />

akan identitas nasional, rendahnya kesejahteraan<br />

masyarakat, terbatasnya alokasi<br />

da na khusus untuk pengembangan dan<br />

pe ngelolaan kawasan permukiman perbatasan,<br />

kesen jangan pembangunan eko -<br />

nomi dan kemis kinan di wilayah per ba tasan,<br />

terbatasnya fasum dan fasos, ter batasnya dana<br />

untuk pengembangan dan pengelolaan infra<br />

struktur dan permukiman, aktivitas sosial<br />

ekonomi masyarakat lebih ke wilayah negara<br />

tetangga, kondisi sosial dan ekonomi lebih baik<br />

di negara tetangga, minimnya infrastruktur<br />

kawasan dan permukiman, terbatasnya pelayan<br />

an public, penegakan hukum dan per<br />

aturan masih lemah, pemanfaatan dan<br />

pe ngelolaan dana pembangunan belum op -<br />

ti mal.<br />

Tolok ukur prioritas yang mempengaruhi<br />

program pengembangan kawasan permukiman<br />

berkelanjutan di wilayah perbatasan<br />

negara yaitu peningkatan kesejah teraan<br />

ma sya rakat dan pendapatan daerah, penganggaran<br />

dana untuk pembangunan kawasan<br />

permukiman perbatasan, penataan dan<br />

pembukaan isolasi serta ketertinggalan<br />

wi la yah perbatasan, pembangunan infrastruktur,<br />

prasarana dan sarana, pendekatan<br />

pengelolaan kawasan perbatasan pada aspek<br />

keamanan, sosial ekonomi, budaya<br />

dan lingkungan serta kesejahteraan secara<br />

seimbang, dan peningkatan kerjasama pembangunan<br />

antar negara, antar peme rintahan,<br />

dan antar stake holders di wilayah perbatasan.<br />

Tolok ukur tersebut juga meru pakan perubah<br />

independent. Setiap tindakan untuk meningkatkan<br />

peranan dari sektor-sektor tersebut<br />

akan mendorong keberhasilan program<br />

menuju sistem pengembangan kawasan<br />

per mukiman berkelanjutan di wilayah perbatasan<br />

negara, sedangkan lemahnya perhatian<br />

terhadap sektor-sektor tersebut akan<br />

menyebabkan kegagalan program pengembangan<br />

kawasan.<br />

Kebijakan dan Strategi<br />

Ada dua skenario dalam menyimpulkan kebijakan<br />

dan strategi dalam penelitian ini. Skenario<br />

pertama dibangun atas dasar kon disi<br />

saat ini, yaitu kurangnya kesadaran masyarakat<br />

akan identitas nasional, rendahnya kesejahteraan<br />

masyarakat, kesenjangan pem ba ngunan<br />

ekonomi dan kemiskinan di wila yah<br />

per batasan, terbatasnya fasum dan fasos,<br />

ter batasnya infrastruktur kawasan dan permukiman,<br />

kondisi sosial dan ekonomi lebih<br />

baik di negara tetangga. Sebaliknya, skenario<br />

kedua dibangun atas kesadaran masyarakat<br />

terhadap identitas nasionalnya.<br />

Pengembangan Kawasan<br />

Untuk mendukung kebijakan pengembangan<br />

kawasan permukiman, maka direkomendasikan<br />

upaya yang dapat dilakukan dengan<br />

mendorong percepatan pertumbuhan kawasan<br />

berbasis potensi SDA unggulan daerah<br />

seperti hal-hal sebagai berikut: (1) pembuatan<br />

kluster-kluster berbasis sektor unggulan<br />

da e rah berikut akses-akses menuju dan<br />

keluar wilayah kluster (2) kemudahan akses<br />

informasi dan pasar, pembuatan informasi<br />

terpadu, promosi berkala untuk hasil-hasil<br />

sektor unggulan daerah (3) peningkatan<br />

pemberdayaan masyarakat dalam kegiatan<br />

usaha-usaha yang berbasis potensi masyarakat<br />

dan kearifan lokal (4) penguatan kerjasama<br />

antara lembaga terkait pengusaha/<br />

investor, masyarakat, dan peningkatan keteram<br />

pilan masyarakat (5) pembuatan peta<br />

penggunaan lahan yang disepakati oleh<br />

semua stakeholder (6) pembangunan terpadu<br />

infrastruktur dengan kawasan permukiman<br />

(7) pembangunan pusat-pusat pertumbuhan<br />

dan pasar (8) pembangunan terminal-terminal<br />

ber basis sektor unggulan daerah sebagai<br />

showroom yang dapat diakses secara<br />

mudah (9) pembangunan permukiman dan<br />

Buletin <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> - 05/Tahun VIII/2010 11


LIPUTANKHUSUS<br />

kemudahan kepemilikan perumahannya (10)<br />

pem bangunan fasos dan fasum yang sesuai<br />

dengan kebutuhan masyarakat secara bertahap<br />

(11) Pemeliharaan fasos dan fasum oleh<br />

pemda dengan melibatkan masyarakat agar<br />

kondisinya dapat terpelihara dengan baik.<br />

Sedangkan skenario kedua merekomendasikan<br />

hal-hal berikut: (1) pembuatan informasi<br />

terpadu untuk promosi berkala hasilhasil<br />

sektor unggulan daerah, (2) penguatan<br />

kerjasama antara pemda, pengusaha/in ves -<br />

tor, masyarakat dan lembaga-lembaga pendidikan<br />

dalam peningkatan keterampilan<br />

masyarakat (3) pembangunan terminal-terminal<br />

berbasis sektor unggulan daerah sebagai<br />

showroom yang dapat diakses secara<br />

mudah (4) pembangunan infrastruktur kawasan<br />

dan permukiman (5) pemeliharaan<br />

fasum dan fasos oleh pemda dengan melibatkan<br />

masyarakat agar fasos dan fasum<br />

dapat terpelihara dengan baik.<br />

Pengembangan Pembiayaan<br />

Skenario ini dibangun berdasarkan keadaan<br />

dari faktor kunci dengan kondisi yaitu; kurang<br />

nya alokasi dana khusus untuk pe ngembangan<br />

dan pengelolaan kawasan per mukiman<br />

per batasan; ter batasnya dana untuk<br />

pengembangan dan pengelolaan in fra struktur<br />

kawasan dan permukiman; pe man faatan<br />

dan pengelolaan dana pem bangu nan belum<br />

optimal.<br />

Untuk mendukung kebijakan pengembangan<br />

pembiayaan direkomen dasikan se perti<br />

hal-hal berikut: (1) kemudahan pem biayaan<br />

usaha oleh lembaga-lembaga ke uang an (2)<br />

me nerapkan subsidi silang pada kegiatan<br />

usaha bersama masyarakat (3) kemudahan<br />

kepemilikan rumah beker jasama dengan<br />

lem baga keuangan dengan biaya terjangkau<br />

(4) pembuatan ke bi jak an penganggaran<br />

da na khu sus untuk pembangunan wilayah<br />

perbatasan jangka pendek, jangka menengah<br />

dan jangka panjang yang dievaluasi penggunaannya<br />

setiap tahun.<br />

Sedangkan dalam skenario kedua direko<br />

men dasikan seperti hal-hal berikut: (1)<br />

kemudahan pembiayaan usaha oleh lembaga-lembaga<br />

keuangan (2) evaluasi peng<br />

ang garan dana alokasi khusus untuk<br />

pem bangunan permukiman di wilayah perbatasan<br />

baik untuk jangka pendek, jangka<br />

menengah, dan jangka panjang.<br />

Pengembangan Kelembagaan<br />

Skenario ini dibangun berdasarkan keadaan<br />

dari faktor kunci dengan kondisi yaitu; terbatasnya<br />

pelayanan publik (16); penegakan<br />

hukum dan peraturan masih lemah (20); dan<br />

rendahnya aktivitas sosial ekonomi masyarakat<br />

(5).<br />

Untuk mendukung kebijakan pengembang<br />

an kelembagaan direkomen dasikan<br />

se per ti hal-hal be r ikut: (1) pe nguatan dan<br />

pembentukan lembaga, serta kelompokke<br />

lompok usaha bersama (2) pengawasan<br />

dan penegakan hukum (3) Pelatihan dan<br />

penyuluhan sumber daya masyarakat oleh<br />

pemda bekerjasama dengan lembaga-lembaga<br />

pendidikan untuk kebutuhan tenaga<br />

kerja (4) pembuatan plasma-plasma kegiatan<br />

usaha dibina oleh pemda, dan pengusaha/<br />

investor (5) kemudahan birokrasi pembuatan<br />

sertifikasi legalitas lahan.<br />

Sementara skenario kedua direkomendasikan<br />

seperti hal-hal berikut: (1) pengawasan<br />

dan penegakan hukum (2) pelatihan dan<br />

penyuluhan sumber daya masyarakat oleh<br />

pemda bekerjasama dengan lembaga-lembaga<br />

diklat untuk kebutuhan tenaga kerja.<br />

Beberapa saran ingin peneliti uraikan<br />

dalam rangka mempertahankan keberlanjut<br />

an pengembangan kawasan permu -<br />

kim an di wilayah perbatasan negara an tara<br />

lain: pertama, pengembangan dan penataan<br />

kawasan permukiman perlu dibuat<br />

pe do man yang mencakup kriteria lokasi<br />

dan rencana program sektoral sebagai alat<br />

pembinaan penataan dan pengembangan<br />

kepada pemerintah daerah dan pelaku<br />

pembangunan lainnya.<br />

Kedua, perlu menyiapkan kajian-kajian<br />

awal dan pra studi kelayakan sebagai acuan<br />

investasi dalam pembangun permukiman,<br />

infrastruktur, prasarana dan sarana lingkungan<br />

yang sifatnya jangka menengah dan<br />

pan jang untuk mendorong percepatan<br />

pem bangunan di wilayah perbatasan Kabupaten<br />

Nunukan sebagai Kawasan Stra te gis<br />

Nasional (KSN). Ketiga, melakukan pembinaan<br />

teknis penyelenggaraan pem ba ngunan<br />

permukiman perbatasan, seperti sosialisasi<br />

dan penyuluhan berbasis informasi program<br />

strategis pada momen hari-hari besar nasional.<br />

*) Mahasiswa Pascasarjana Program Studi Pe ngelolaan<br />

Sumberdaya Alam dan Lingkungan IPB.<br />

**) Staf Pengajar Program studi PSL, Guru Besar<br />

IPB, Ketua Komisi Pembimbing.<br />

***) Staf Pengajar Program Studi PSL, Guru Besar<br />

IPB, Anggota Komisi Pembimbing.<br />

****) Staf Pengajar Program studi PSL, Dosen IPB,<br />

Anggota Komisi Pembimbing.<br />

12 Buletin <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> - 05/Tahun VIII/2010


INFOBARU 1<br />

Info Baru 1<br />

Pengurus IATPI berfoto bersama Ketua Umum IATPI terpilih, Budi Yuwono (duduk ke-7 dari kiri)<br />

Anggota IATPI<br />

Siap Kontribusi Keahlian<br />

Bidang AMPL<br />

Kepengurusan Ikatan Ahli Teknik Penyehatan<br />

dan Teknik Lingkungan Indonesia<br />

(IATPI) periode 2010 – 2014 telah dikukuhkan.<br />

Kepengurusan baru IATPI terdiri Budi Yuwono<br />

sebagai Ketua Umum, Nugroho Tri Utomo<br />

sebagai Ketua I, Dollaris Riauaty sebagai<br />

Ketua II dan Rudy Yuwono sebagai Sekretaris<br />

Jenderal. Selain pembenahan organisasi, IATPI<br />

kepengurusan ini akan lebih banyak me ngerahkan<br />

anggotanya untuk turut meng kontribusikan<br />

keahliannya pada isu-isu air minum<br />

dan penyehatan lingkungan (AMPL).<br />

IATPI merupakan asosiasi profesi yang<br />

bergerak dalam bidang teknik penyehatan<br />

lingkungan seperti penyediaan air minum,<br />

pengelolaan limbah padat, pengelolaan limbah<br />

cair, pengendalian pencemaran udara,<br />

pengendalian limbah bahan berbahaya dan<br />

beracun, pemulihan kerusakan lingkungan,<br />

manajemen lingkungan industri, drainase dan<br />

kajian lingkungan. Wadah ini menampung<br />

individu-individu yang kesehariannya berge<br />

rak di bidang teknik penyehatan dan lingkungan<br />

seperti tersebut di atas.<br />

IATPI didirikan di Bandung pada 10 Oktober<br />

1977 oleh sekelompok alumni per tama<br />

Jurusan Teknik Penyehatan Institut Teknologi<br />

Bandung. Termasuk sebagai pe lo por IATPI<br />

adalah Prof. Dr. Ir. Soepangat Soemarto, MSc,<br />

Dr. Ir. Benny Chatib, MSc, Ir. Hidayat Notosugondo,<br />

dan Ir. Darmawan Saleh. IATPI saat<br />

ini beranggotakan lebih dari 1.000 alumni<br />

jurusan teknik penyehatan/teknik lingkungan<br />

dan ahli-ahli yang bekerja di bidang tersebut.<br />

Pembenahan organisasi merupakan salah<br />

satu prioritas yang akan dilakukan ke pengurusan<br />

IATPI periode ini. Termasuk diantaranya<br />

pembenahan organisasi cabang dan<br />

perluasan anggota. IATPI juga saat ini tidak<br />

lagi membatasi keanggotaanya hanya bagi<br />

mereka yang berijasah S-1 jurusan Teknik<br />

Penyehatan atau Teknik Lingkungan. Asal<br />

terbukti berkecimpung dalam bidang yang<br />

tergolong penyehatan lingkungan, dia bisa<br />

diterima sebagai anggota IATPI, apapun<br />

jurusan dan sekolah tingginya. Hingga saat<br />

ini sebanyak 1.114 ahli teknik lingkungan dan<br />

penyehatan menjasi anggota IATPI. Mereka<br />

tersebar di tujuh cabang antara lain Cabang<br />

Bandung, Cabang Jawa Barat, Cabang Jawa<br />

Tengah, Cabang Jawa Timur, Cabang Yogyakarta,<br />

Cabang Padang, dan Cabang Jakarta<br />

Selatan.<br />

IATPI juga memiliki forum kemitraan<br />

yang dibentuk untuk mengkoordinasi pengem<br />

bangan dan implementasi kegiatan<br />

ke mit raan antara IATPI dengan organisasi<br />

lain, termasuk kegiatan komersial. Melalui<br />

ker jasama tersebut telah dihasilkan produk<br />

seperti Tangki Biofilter IATPI, Tangki Biofilter<br />

Individual, dan lainnya.<br />

Tantangan dalam penyehatan lingkungan<br />

di Indonesia, menurut Ketua Umum<br />

Ika tan Ahli Teknik Penyehatan dan Teknik<br />

Ling kungan Indonesia (IATPI), Budi Yuwono<br />

cukup berat. Hal ini bisa dilihat dari degradasi<br />

lingkungan yang terjadi, masih kurangnya<br />

prasarana dasar dibidang sanitasi dan terjadinya<br />

perubahan iklim.<br />

“Saat ini masih ada 70 juta jiwa penduduk<br />

Indonesia yang buang air besar sembarangan.<br />

Juga masih ada pemerintah kabupaten/kota<br />

yang tidak satu rupiah pun menganggarkan<br />

untuk program sanitasi. Oleh karenanya,<br />

dengan 1.600 orang anggota yang tersebar<br />

di berbagai wilayah dan bidang, kita akan<br />

tingkatkan kontribusi IATPI dalam berbagai<br />

kebijakan di berbagai tingkatan” kata Budi<br />

Yuwono pada malam pengukuhan pengurus<br />

baru IATPI, akhir April lalu di Jakarta.<br />

Budi Yuwono yang juga menjabat Dirjen<br />

<strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> Kementerian Pekerjaan Umum<br />

terpilih secara aklamasi dalam Kongres IATPI<br />

VII 13 Maret 2010. Ia menggantikan Catur<br />

Sapto Hadi, yang juga sebagai anggota<br />

Komisi III DPR RI, yang telah menjabat<br />

Ketua IATPI pada kepengurusan 2004 –<br />

2009. Ia mengatakan, pemerintah bersama<br />

stakeholder lainnya berusaha untuk mencapai<br />

target tidak ada lagi masyarakat Indonesia<br />

yang BAB sembarangan pada tahun 2014.<br />

Budi Yuwono menyebut tiga isu yang<br />

menjadi tantangan anggota IATPI. Pertama,<br />

Buletin <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> - 05/Tahun VIII/2010 13


degradasi lingkungan yang ditandai dengan<br />

perubahan iklim yang dahsyat yang terus<br />

menerus. Kedua, terbukanya perdagangan<br />

jasa yang melibatkan para arsitek di bidang<br />

penyehatan lingkungan. Dan ketiga, profesi<br />

di bidang teknik lingkungan dan penyehatan<br />

harus terus didorong untuk berkiprah lebih<br />

banyak untuk kemajuan bangsa ini.<br />

Pada kepengurusan kali ini IATPI menunjuk<br />

5 Dewan Pakar berisikan Budiman<br />

Arif, Rach mat Rani, Catur Sapto Hadi, Parwoto,<br />

dan Sri Bebasari.<br />

Total sertifikat yang sudah diterbitkan IATPI<br />

berjumlah 600 lembar.<br />

Sertifikasi Keahlian<br />

Sebagai asosiasi profesi, IATPI terus meningkatkan<br />

kompetensi anggotanya melalui<br />

program pendidikan dan pelatihan dan<br />

sertifikasi. Ketua I IATPI Nugroho Tri Utomo<br />

menambahkan, dalam menjalankan program<br />

sertifikasi, sejak tahun ini IATPI diminta Kementerian<br />

Lingkungan Hidup untuk menge<br />

luarkan sertifikasi Keahlian bidang Konstruksi<br />

Lingkungan. Pada awalnya sektor<br />

tra disio nal IATPI mengeluarkan sertifikat<br />

ke ahlian bidang penyehatan lingkungan.<br />

Prog ram ini sekaligus memenuhi kewajiban<br />

ketenaga-ahlian jasa konstruksi sebagaimana<br />

diamanatkan oleh Pasal 9 Undang-Undang<br />

Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Kons-<br />

truksi. IATPI telah diakui oleh Lembaga Pengem<br />

bangan Jasa Konstruksi (LPJK) untuk<br />

menerbitkan sertifikat keahlian bidang ini.<br />

Total sertifikat yang sudah diterbitkan IATPI<br />

berjumlah 600 lembar untuk tingkat Pratama,<br />

Madya, dan Utama. Sementara program sertifikasi<br />

Manajer Pengendalian Pencemaran<br />

Air berjumlah 354 lembar.<br />

“Kita tidak akan asal mengeluarkan sertifikasi,<br />

karena unit Diklat dan unit ser tifikasi<br />

akan kita sinergikan,” jelasnya. Sampai saat<br />

ini IATPI telah mengeluarkan 600 lembar<br />

sertifikat keahlian konstruksi lingkungan,”<br />

ujarnya. (bcr)<br />

Tangki Biofilter IATPI<br />

www.jovan1234.webs.com<br />

Salah satu produk IATPI yang sudah diluncurkan ke publik<br />

adalah tangki biofilter. Tangki Biofilter yang adalah unit Instalasi<br />

Pengolahan Air Limbah Rumah Tangga yang memanfaatkan bakteri<br />

pengurai anaerobic secara uplow filter yang ditanam pada media filter<br />

biologis. Proses penguraian zat pencemar, secara biologis dijamin<br />

menghasilkan efluen air limbah yang aman bagi perairan dengan<br />

efektifitas pengurangan zat pencemar hingga hampir 90%. Reaktor<br />

AFB didesain oleh para ahli dari Ikatan Ahli Teknik Penyehatan dan<br />

Lingkungan Indonesia (IATPI) yang merupakan ahli-ahli terkemuka<br />

dari alumni universitas terkemuka di Indonesia.<br />

Hasil pengujian laboratorium terhadap efluen yang dihasilkan<br />

telah memenuhi persyaratan standar baku mutu Menteri Lingkungan<br />

Hidup Nomor 112 Tahun 2003. Ketentuannya adalah tidak melebihi<br />

beberapa parameter seperti biochemical oxygen demand (BOD) 100<br />

mg per liter, total suspended solids (TSS) 100 mg per liter, pH antara 6 –<br />

9, dan kandungan minyak 10 mg per liter.<br />

Reaktor Anaerob Fluidized Bed Biofilter (AFB) ini dapat dimanfaatkan<br />

untuk keperluan kawasan permukiman dalam skala komunal dari 10<br />

– 500 rumah. Produk ini juga telah melalui uji laboratorium biologi<br />

serta kelayakan teknis konstruksi oleh para ahli Teknik Sipil dan Teknik<br />

Lingkungan dari IATPI. Garansi atas produk dan purna jual selama<br />

masa garansi oleh Forka IATPI.<br />

Beberapa keunggulan produk ini antara lain; pertama, tidak<br />

memerlukan lahan yang luas; kedua, terbuat dari bahan yang kuat dan<br />

tahan lama; ketiga, mudah dan tidak memerlukan waktu yang lama<br />

dalam pemasangan; keempat, langsung dapat dioperasikan dengan<br />

syarat; kelima, tersedia tenaga ahli untuk commissioning dan pelatihan;<br />

keenam, tersedianya bakteri starter untuk seeding (pembiakan) dan<br />

aklimatisasi optimal yang menjamin tumbuhnya bakteri secara<br />

maksimal, menjamin terjadinya proses penguraian secara anaerobic di<br />

tangki reaktor.; dan ketujuh, untuk kapasitas di atas 100 rumah berupa<br />

sistem knockdown.<br />

Tersedia berbagai ukuran skala rumah tangga hingga komunal,<br />

mudah dipasang, praktis dan kuat karena terbuat dari bahan fiberglass<br />

dengan sistem knockdown.<br />

Tangki Biofilter Individual<br />

Tangki ini digunakan untuk kebutuhan pengeolahan air limbah<br />

domestik tiap rumah tangga. Teknologi tepat guna ini merupakan<br />

solusi praktis untuk permukiman padat di wilayah pesisir pantai,<br />

daerah kumuh padat perkotaan dan daerah dengan permukaan air<br />

tanah yang tinggi. Produk ini terbuat dari bahan fiberglass yang kedap<br />

air dan tentu saja tahan lama.<br />

Menurut dalah satu pengurus IATPI, tangki biofilter individual ini<br />

telah dibeli USAID dalam program Environmental Services Program<br />

(ESP) sebanyak 200 unit untuk permukiman nelayan di Kota Medan.<br />

(bcr/berbagai sumber)<br />

14 Buletin <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> - 05/Tahun VIII/2010


Shahnaz Haque;<br />

INFOBARU 1<br />

‘Gabung IATPI,<br />

Serasa Balik ke Rumah’<br />

Bentuk pengabdian pada bidang keil muannya ditunjukkan oleh Shahnaz Haque dengan<br />

menyanggupi tawaran Budi Yuwo no untuk menjadi pengurus Ika tan Ahli Tek nik Penyehatan dan<br />

Teknik Lingkungan Indo nesia (IATPI).<br />

AAlumni Teknik Penyehatan dan Lingkungan<br />

Universitas In donesia tahun 1990 ini<br />

awalnya diajak oleh mantan pem bimbing<br />

skripsinya, Setyo Sarwanto Mursidi. “Kapan<br />

kembali lagi untuk menyumbangkan keilmuannya<br />

setelah me lang lang buana me ngerjakan<br />

banyak hal” kata Setyo kepada Shahnaz.<br />

Akhirnya tanpa ragu ia menyanggupi tawaran<br />

untuk menjadi Humas dari Ketua IATPI Budi<br />

Yuwono yang juga sebagai Direktur Jenderal<br />

<strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> Kementerian Pekerjaan Umum.<br />

IATPI bukanlah pengalaman pertama<br />

Shahnaz mengaplikasikan ilmunya di bidang<br />

teknik penyehatan dan lingkungan. Ia pernah<br />

membantu Menteri Lingkungan Hidup, Sarwono<br />

Kusumaatmaja, yang juga sebagai<br />

Men teri Kelautan dan Perikanan di era Presiden<br />

Abdurrahman wahid.<br />

“Saya sejak dulu memang suka lingkungan,<br />

kuliah juga mengambil jurusan lingkungan.<br />

Kalau profesi yang dikenal masyarakat luas<br />

(sebagai artis, red) untuk mencari uang. Tapi<br />

kalau untuk menyeimbangkan otak agar tidak<br />

tumpul-tumpul amat saya bergabung di<br />

IATPI,” tukas salah satu trio Haque bangga.<br />

Saat ditanya apa saja tantangan yang bakal<br />

dihadapi IATPI, Shahnaz mengingatkan untuk<br />

menjaga kualitas air bersih dan meningkatkan<br />

kualitas lingkungan permukiman, terutama<br />

bidang sanitasi, baik persampahan maupun<br />

air limbah. “Semakin lama air bersih sangat<br />

sulit didapatkan. Sebenarnya IATPI sudah melakukan<br />

banyak hal, namun belum banyak<br />

dipublikasikan,” ucap isteri Gilang Ramadhan<br />

ini.<br />

Sumber daya alam, termasuk air, yang luar<br />

biasa dimiliki Indonesia menurut Shahnaz<br />

Haque membutuhkan edu kasi kepada masya<br />

ra kat sebagai ope rator dan pengguna.<br />

“Ke lemahan ma sya rakat Indonesia selama ini<br />

kan kalau di bangunkan sesu atu tidak bisa ma-<br />

in tenance (merawatnya).<br />

Bikin WC bisa, tapi<br />

lama-lama kalau cari<br />

WC tidak pakai mata,<br />

tapi hidung,” ujarnya<br />

ketawa.<br />

Ia bangga bisa<br />

kem bali lagi ke ru mahnya.<br />

Rumah yang ia<br />

maksud ada lah wa dah<br />

tempat ilmu yang ia<br />

geluti se jak kuliah, yakni<br />

IATPI. Suaminya pun<br />

men du kung sepenuhnya<br />

pili han Shahnaz. Dan pa da<br />

bagian akhir ia menegaskan<br />

pen ting nya edukasi disertakan<br />

dalam prog ram IATPI ke<br />

depan. (bcr)<br />

“Semakin lama<br />

air bersih<br />

sangat sulit<br />

didapatkan.<br />

Sebenarnya<br />

IATPI sudah melakukan<br />

banyak<br />

hal, namun<br />

belum banyak<br />

dipublikasikan,”<br />

Shahnaz Haque.<br />

Buletin <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> - 05/Tahun VIII/2010 15


Info Baru 2<br />

Pendekatan Partisipatif<br />

Dalam Rekonstruksi<br />

Pasca Gempa<br />

di Kawasan Pusaka<br />

Ir. Adjar Prajudi *), Aswin G. Sukahar **),<br />

HR. Pudjo Koeswhoro Juliarso ***), Eki Arsita Rizki ****)<br />

Karakteristik Kawasan Kotagede dimulai<br />

jembatan Sungai Gajahwong, koridor Jalan<br />

Tegalgendu-Mondorakan dengan deretan<br />

Omah Kalang, hingga signage komponen<br />

(ikon tugu dijembatan), deretan toko perak &<br />

souvenir shop dan beberapa Omah Joglo<br />

16 Buletin <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> - 05/Tahun VIII/2010


INFOBARU 2<br />

Kejadian bencana gempa bumi di Daerah<br />

Istimewa Yogyakarta tahun 2006 telah<br />

meng gugah kesadaran masyarakat untuk<br />

me ngubah tingkah laku, di samping menjadi<br />

lebih adaptif terhadap ancaman bencana<br />

alam juga telah menumbuhkan kesadaran<br />

baru tentang arti penting peran serta masyarakat<br />

dalam memulihkan kembali kon disi<br />

lingkungan permukiman pasca gem pa.<br />

Dari pengalaman pendampingan bersa-<br />

Kma masyarakat melalui komunitas pelestari<br />

Foto Kiri & Kanan : Proses pendampingan dan penguatan komunitas dalam proses perencanaan serta pelatihan keterampilan pertukangan kayu untuk peles tari<br />

an Omah Joglo Bimbingan Teknis bersama BP3 DIY<br />

pusaka budaya (heritage-culture) dapat dipe<br />

lajari pula bahwa kerusakan fisik dan<br />

lingkungan permukiman pada kawasan<br />

ber sejarah yang terdapat obyek pusaka buda<br />

ya, terkait pula persoalan kerentanan<br />

sosial, ekonomi seperti menurunnya tingkat<br />

pendapatan usaha pengrajin batik, pengrajin<br />

perak dan usaha makanan jajanan-khas yang<br />

menjadi andalan kepariwisataan.<br />

Jelaslah bahwa penanganan rekonstruksi<br />

pasca gempa pada kawasan pusaka budaya<br />

sangat berkaitan langsung pada upaya pemulihan<br />

perekonomian lokal yang dilaku kan<br />

oleh masyarakat sendiri. Menurut hierarkinya<br />

sebagai efek setelah terjadinya bencana<br />

gempa bumi perlu didorong peran serta<br />

masyarakat untuk penguatan perekonomian<br />

lokal.<br />

Kajian risiko dan analisis kerentanan<br />

masyarakat diharapkan dapat menghasilkan<br />

pengetahuan tentang pembangunan yang<br />

sensitif terhadap mitigasi bencana alam,<br />

se ka ligus dapat ditemu kenali pendekatan<br />

partisipatif masyarakat dalam pemulihan<br />

ling kungan per mukiman yang adaptif dan<br />

ber kelanjutan.<br />

Pendekatan Partisipatif<br />

Paradigma “partisipatoris” dikembangkan<br />

dalam pem bangunan di Indonesia sekitar<br />

tahun 1990-an. Munculnya paradigma par tisi -<br />

patoris meng indikasikan adanya dua perspektif.<br />

(1) peli batan masya rakat setempat<br />

dalam pemilihan, perencanaan dan pelaksana<br />

an program atau proyek yang akan<br />

me war nai hidup masyarakat, sehingga<br />

dengan demi kian dapat dijamin bahwa persepsi<br />

setempat, pola sikap dan pola pikir<br />

serta nilai-nilai dan pengetahuan lokal ikut<br />

dipertimbangkan secara penuh; (2) membuat<br />

umpan balik sebagai bagian yang tidak<br />

terlepaskan dari kegiatan pembangunan.<br />

Penggunaan konsep partisipasi mencangkup<br />

dua alternatif, antara lain:<br />

Alternatif pertama berkisar pada partisipasi<br />

sebagai tujuan pada diri sendiri atau<br />

sebagai “alat untuk mengembangkan diri”.<br />

Sebagai sebuah tujuan, partisipasi menghasilkan<br />

pemberdayaan (empowering), yakni<br />

setiap individu-pribadi berhak menyata kan<br />

penda pat dalam pengambilan keputusan<br />

yang menyangkut kehidupannya. Partisipasi<br />

adalah “alat” dalam memajukan ideologi atau<br />

tujuan-tujuan pembangunan yang normatif<br />

seperti keadilan sosial, persamaan dan demok<br />

rasi.<br />

Alternatif kedua, partisipasi yang bersifat<br />

transformasional dan instrumental dalam<br />

suatu proyek pembangunan tertentu. Melalui<br />

partisipasi yang bersifat transformasional ditafsirkan<br />

sebagai alat untuk mencapai efi -<br />

siensi dalam manajemen proyek yang digunakan<br />

sebagai alat untuk melaksanakan<br />

kebijakan-kebijakan. Dengan demikian partisi<br />

pasi tidak mung kin di le paskan dari “kepen<br />

tingan ber sama” baik antara pemerintah<br />

dengan masyarakat maupun antara sesama<br />

warga masyarakat.<br />

Model pembangunan ini dilaksanakan<br />

melalui proses dari bawah (bottom up<br />

pro cess). Sementara itu pembangunan<br />

bot tom up mengan dung keuntungan-keun<br />

tungan, sebagai berikut: (1) Data di kumpulkan,<br />

dikaji dan dicoba secara lang sung<br />

oleh komunitas atau masyarakat, (2) Pe mecahan<br />

masalah langsung dapat dicobakan<br />

selama berlangsung proses sendiri, (3) Terjadi<br />

peningkatan penghargaan atas masalah<br />

yang dihadapi para pemangku kepentingan<br />

(stakeholder), sesuai dengan konteks kebudayaan<br />

serta perubahan kondisi lokal se tempat,<br />

(4) Kelemahan dan kekuatan lang sung<br />

di pahami oleh ko mu nitas atau ke lompok<br />

ma syarakat yang terlibat dalam proses pengam<br />

bilan keputusan, (5) Semakin meningkat<br />

proses motivasi masyarakat untuk berpartisipasi<br />

dalam mengambil keputusan,<br />

di karenakan masyarakat semakin memahami<br />

masalah yang dihadapi.<br />

Pemberdayaan sebagai praktek partisipasi<br />

secara lebih rinci merujuk kepada prinsip<br />

dasar Participatory Rural Apraisal (PRA), yaitu<br />

memahami komunitas secara partisipatif.<br />

Prin sip dari PRA memiliki dua sisi yang tidak<br />

dapat dipisahkan, sisi pertama adalah<br />

sekumpulan jiwa, etika, dan prinsip yang<br />

men dahulukan kepentingan masyarakat. Sisi<br />

kedua adalah sekumpulan alat atau teknik<br />

pemberdayaan masyarakat (penjajagan kebu<br />

tuhan, perencanaan, pelaksanaan, pe mantauan<br />

dan eveluasi) yang sederhana dan ber-<br />

Buletin <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> - 05/Tahun VIII/2010 17


Kejadian bencana gempa bumi di Daerah Istimewa<br />

Yogyakarta tahun 2006 telah menggugah kesadaran<br />

masyarakat untuk mengubah tingkah laku, di samping<br />

menjadi lebih adaptif terhadap ancaman bencana alam<br />

juga telah menumbuhkan kesadaran baru tentang arti<br />

penting peran serta masyarakat dalam memulihkan<br />

kembali kondisi lingkungan permukiman pasca gempa.<br />

daya guna praktis untuk berbagai tingkatan<br />

kemampuan masyarakat.<br />

Sebagai sebuah pendekatan partisipatif<br />

masyarakat, PRA mempunyai beberapa pen -<br />

dekatan-pendekatan untuk memajukan par -<br />

tisi pasi mas yarakat. Arah pendekatan partisipasi<br />

yang perlu dituju ialah partisipasi atas<br />

permintaan setempat. Teknik-teknik PRA di -<br />

seleng garakan sesuai dengan permintaan<br />

warga komunitas. Keinginan terfokus untuk<br />

menjawab kebutuhan yang dinyatakan masyarakat<br />

setempat, bukan kebutuhan yang<br />

dirancang dan disuarakan oleh fasilitator<br />

sebagai orang luar. Metode yang dipakai<br />

adalah memotivasi warga komunitas.<br />

Kawasan Pusaka-Budaya (Cultural-Heritage<br />

District)<br />

Pusaka Budaya (Cultural Heritage) meliputi<br />

pusaka alam, pusaka budaya dan pusaka<br />

saujana. Pusaka alam adalah bentukan alam<br />

yang istimewa. Pusaka budaya adalah hasil<br />

cipta, rasa, karsa dan karya. Perkembangan<br />

pemahaman pusaka yang awalnya bertumpu<br />

pada artefak tunggal, dalam dua dekade<br />

terakhir ini pusaka dapat berarti pula suatu<br />

“saujana budaya“ yang luas bahkan bisa<br />

lintas batas wilayah. Sebuah perkembangan<br />

yang menuntut gerakan masyarakat untuk<br />

melangkah progresif. Menjadikan isu pusaka<br />

(heritage) tidak bisa dipisahkan dari berbagai<br />

persoalan pengelolaan kota maupun wila-<br />

18 Buletin <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> - 05/Tahun VIII/2010


INFOBARU 2<br />

Foto Kiri & : Proses perencanaan berbasis<br />

Kanan komunitas oleh Timi Inti Perencanan<br />

(TIP), OPKP (organisasi Pelestari<br />

Kawasan Kotagede tiap Desa/<br />

kelu rah an, dan paparan Dokumen<br />

RPP/CSP memperoleh tanggapan<br />

ICOMOS dan The Wolrd Bank USA<br />

dalam rumah-rumah tradisional mengalami<br />

kerusakan dan sebagian roboh. Artefak bersejarah<br />

Pos Malang (dibangun saat Pakoe<br />

Boewono X) posisi melintang di tengah Gang<br />

Soka, Desa Jagalan mengalami kerusakan<br />

struktur.<br />

Saat ini telah direhabilitasi melalui Proyek<br />

Re kompak JRF, termasuk Monumen Ngejaman<br />

PB X. Proses perencanaan dan pelaksanaan<br />

re habilitasi dan rekonstruksi dilakukan oleh<br />

komunitas dengan pendampingan DMC DI<br />

Yogyakarta serta memperoleh dukungan<br />

bimbingan teknis dari Balai Pelestarian Pening<br />

galan Purbakala (BP3) DIY dan Tim NMC.<br />

Sepenuhnya melalui ”peran partisipasi dan<br />

pemberdayaan komunitas”, antara Tim Inti Perencana,<br />

Panitia Pembangunan berkolaborasi<br />

dengan OPKP.<br />

yah (urban and regional management). Termasuk<br />

bangunan, struktur, artefak penting/bersejarah,<br />

kawasan kota tua dan<br />

per mukiman tradisional dan situs pra-sejarah<br />

Kawasan Pusaka Kotagede secara entitas<br />

dan catatan historis merupakan “kutha”<br />

yang dibangun pada era jaman Mataram<br />

Islam, sebelum dua kerajaan Kasultanan<br />

Nga yogyakarta Hadiningrat dan Kasunanan<br />

Surakarta Hadiningrat didirikan, (pemisahan<br />

kekuasan dua wilayah ini akibat perjanjian<br />

Giyanti yang memisahkan wilayah Mataram<br />

Islam, dari Kotagede ke dua wilayah pamengku<br />

Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dan<br />

Kasunanan Surakarta Hadiningrat tersebut).<br />

Hingga saat ini artefak yang masih menjadi<br />

andalan wisatawan asing maupun wisatawan<br />

nusantara adalah situs bekas kedathon,<br />

watu gilang dan watu cantheng termasuk<br />

kompleks makam raja Panembahan Senopati,<br />

sendhang selirang, ringin sepuh dan<br />

pohon menthaok. Salah satu kehidupan<br />

yang masih berlangsung Pasar Gede (Pasar<br />

Legi) Pasar tradisional dipandang sebagai<br />

media ruang interaksi sosial, ekonomi dan<br />

secara kultural dimanfaatkan masyarakat,<br />

dan pedagang terjadi adanya transaksibarter<br />

barang dan uang. Ikatan emosional<br />

segala lapisan masyarakat membaur dalam<br />

suasana kekerabatan saudagar. Masjid<br />

Ageng Kota gede masih terawat serta<br />

terjaga kelestariannya. Terdapat area-area<br />

situs bersejarah, seperti: jagang dan beteng<br />

baluwarti, cepuri. Se dangkan alun-alun<br />

sudah digunakan tempat bermukim oleh<br />

penduduk. Seting bentang alam lansekap<br />

Kotagede masih terjaga, seperti: Sungai Gajah<br />

Wong dan kompleks makam Panembahan<br />

Senopati dan sendang dengan ringin sepuh<br />

di Alas mentaok masih lestari.<br />

Karakter lingkungan permukiman yang<br />

padat dengan pagar tembok tinggi pada<br />

gang-lorong sempit, saat gempa bumi tahun<br />

2006 tembok pagar keliling dan bagian<br />

Keberlanjutan Program (sustainability)<br />

Sasaran program heritage berikut melakukan<br />

rehabilitasi struktur rumah tradisional pada<br />

rumah-rumah privat dan rumah Joglo<br />

untuk keperluan publik, atau kegiatan<br />

sosial-kemas ya rakatan, misal: pelatihan penguat<br />

an kapasitas Organisasi Pelestarian<br />

Ka wasan Pusaka Kotagede, termasuk upaya<br />

meningkatkan kegiatan untuk mendorong<br />

pelestarian pusaka budaya intangible, seperti:<br />

latihan seni dan budaya, serta mendorong<br />

kehidupan masyarakat lokal untuk meningkatkan<br />

kegiatan ekonomi lokal.<br />

Lingkungan rumah yang digunakan<br />

untuk kegiatan pengrajin biasanya berada<br />

ditengah lingkungan perumahan. Kendala<br />

akses menuju rumah-rumah pengrajin melewati<br />

lorong, gang yang berada dibagian<br />

dalam lingkungan perumahan yang padat.<br />

Ini memerlukan perencanaan jalur-pusaka<br />

(heritage-trail) dalam kesatuan dengan setingkarakter<br />

rumah pusaka dalam kesatuan<br />

Cluster. Untuk mempertegasnya melalui penata<br />

an elemen street-furniture, rambu-rambu<br />

penanda untuk skala desa ataupun skala<br />

jejalur kesatuan Kawasan Pusaka Kotagede.<br />

*) Kepala PMU REKOMPAK-JRF<br />

**) Kepala Satker Rehabilitasi dan Rekonstruksi<br />

Rumah Pasca Gempa Bumi DIY dan<br />

Jawa Tengah<br />

***) Heritage Conservation Expert DMC DIY<br />

****) Assisten Pelaksanaan Satker RR<br />

Buletin <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> - 05/Tahun VIII/2010 19


Info Baru 3<br />

WORLD EXPO SHANGHAI 2010<br />

Indonesia<br />

Mengangkat Tema<br />

BioDiverCity<br />

I<br />

Indonesia berpartisipasi dalam ajang<br />

World Expo 2010 di Shanghai, China. Expo<br />

yang dibuka selama 6 bulan dimulai sejak 1<br />

Mei 2010 dan akan berakhir 31 Oktober 2010<br />

ini resmi dibuka oleh Presiden RRC, Hu Jintao<br />

dengan mengambil tema ”Better City, Better<br />

Life” (Kota yang Lebih Baik, Kehidupan yang<br />

Lebih Baik).<br />

Dalam acara pembukaan Paviliun Indonesia,<br />

Menko Perekonomian, Hatta Rajasa<br />

di dam pingi Menko Perdagangan, Mari Eka<br />

Pangestu, mengatakan paviliun Indonesia<br />

me nampillkan Trade Tourism Invesment (TTI)<br />

yang dimiliki Indonesia yang menjadi kebang<br />

gaan Bangsa Indonesia.<br />

Selain itu, Hatta juga mengatakan,<br />

dengan ha dir nya pavi liun Indonesia ini memper<br />

lihatkan bahwa Indonesia sedang bergerak<br />

maju sebagai bagian dari dunia untuk<br />

membangun peradaban dunia. Selain itu,<br />

tujuan paviliun Indonesia dalam World Expo<br />

20 Buletin <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> - 05/Tahun VIII/2010


INFOBARU 3<br />

ini, sebagai ajang promosi kepada dunia luar<br />

yang memperlihatkan kekhasan yang ada di<br />

Indonesia.<br />

Sebelum pembukaan, dalam jumpa<br />

pers dengan wartawan, Mari Eka Pangestu<br />

mengatakan Paviliun Indonesia seluas 4000<br />

m 2 dengan bangunan 2400 m 2 , mempunyai<br />

tema BioDiverCity. Tema itu diambil dari<br />

rangkaian kata Bio (kehidupan) – Diverse<br />

(keanekaragaman) dan City (kota) yang<br />

meng hadirkan keanekaragaman budaya Indo<br />

nesia dengan menampilkan kehar mo nis an<br />

antar manusia dan lingkungan nya. “Pavil iun<br />

Indonesia meru pakan program pen cit raan<br />

(national branding) Indonesia se bagai satu<br />

negara,” kata Mari. Karenanya dia ber harap<br />

keikut sertaan Indo nesia dalam Expo Dunia<br />

di Shanghai ini promosi sebagai negara yang<br />

perkem bangan nya sering tidak di ke tahui<br />

oleh dunia.<br />

Mari menambahkan, paviliun Indonesia<br />

menampilkan kehidupan lautan dan hutan<br />

Indonesia, peralatan budaya Indonesia, hasil<br />

bumi, tampilan kain, alat musik, makanan,<br />

termasuk juga menampilkan warisan budaya<br />

Borobudur serta hubungan dengan China<br />

yang sudah terjalin lama yakni sejak masuknya<br />

Cheng Ho ke Indonesia 600 tahun yang lalu.<br />

Dalam pameran itu Indonesia memamerkan<br />

potensi sumber daya alam Indonesia,<br />

industri kreatif dan kebudaya an, investasi,<br />

per dagang an dan pariwisata. Sejumlah instansi<br />

yang akan berpartisipasi antara lain<br />

Kementerian Pekerjaan Umum, Kemendag,<br />

Kemenkeu, Kemendagri, Kemenlu, Kementerian<br />

ESDM, Kemenhut, Kemen terian Tena<br />

ga Kerja dan Transmigrasi, Kemen kominfo,<br />

Kemen kop dan UKM, Kementerian<br />

BUMN, serta BKPM. Kementerian PU sendiri<br />

menampilkan video yang ditampilkan di<br />

theater dalam paviliun Indonesia berisi investasi<br />

dan pro mosi infrastruktur PU di<br />

Indonesia.<br />

Dalam hal ini <strong>Ditjen</strong> <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> menampilkan<br />

lima video interaksi multi media<br />

atau video singkat yang berisi meka nisme<br />

pembangunan bersih atau Clean Development<br />

Mechanism (CDM) salah satunya<br />

ada lah Program CDM di Tempat Pemrosesan<br />

Akhir (TPA) Sumur Batu di Bekasi, instalasi<br />

pengolahan air limbah di Denpasar, Bali<br />

(Denpasar Sewerage Development Project),<br />

pembangunan Rumah Susun Sederhana<br />

Sewa (Rusunawa) dengan teknologi precast<br />

(pra tegang), rehabilitasi dan rekonstruksi<br />

gempa bumi Yogyakarta dan Program Penye<br />

diaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis<br />

Masyarakat atau dikenal PAMSIMAS.<br />

Indonesia menangkap arti penting World<br />

Expo Shanghai ini, dengan menarik sebanyak<br />

mungkin orang untuk mendatangi paviliun<br />

Indonesia, melalui pertunjukan kesenian dan<br />

kebudayaan, semakin banyak orang yang<br />

me ngetahui potensi dan sekaligus kemampuan<br />

yang dimiliki oleh Indonesia.<br />

Selain menjadi pusat kesenian dan kebudayaan,<br />

paviliun Indonesia juga harus<br />

di kembangkan menjadi pusat informasi tentang<br />

potensi dan kemampuan yang di miliki<br />

Indonesia dalam bidang ekonomi atau tentang<br />

tawaran apa yang diajukan Indonesia<br />

sebagai negara tujuan investasi. Dalam kaitan<br />

itulah, Menko Bidang Perekonomian,<br />

Hatta Rajasa dan Menteri Perdagangan, Mari<br />

Eka Pangestu hadir dalam acara pembukaan<br />

World Expo Shanghai 2010.<br />

Paviliun Indonesia<br />

Hari pertama World Expo Shanghai China<br />

2010 sekitar dua ratus ribu pengunjung meluber<br />

ke seluruh areal Expo 2010. Paviliun<br />

Indonesia membuktikan diri sebagai salah<br />

satu primadona di antara 50-an paviliun negara<br />

lainnya dengan berhasil disambangi<br />

17.000 pengunjung.<br />

Hal ini disampaikan Violet Shen, Humas<br />

Paviliun Indonesia, kepada Analisa di lokasi<br />

pameran. “Paviliun Indonesia baru dibuka<br />

mulai pukul 12 siang setelah acara pembukaan<br />

oleh Menko Perekonomian dan Menteri<br />

Perdagangan. Akan dibuka lagi mulai<br />

pukul 9 pagi hingga 9 malam “ katanya.<br />

Indonesia yang juga pernah berpartisipasi<br />

Foto Kiri : Paviliun Indonesia di Shanghai Expo 2010 yang berarsitekturkan bambu<br />

Foto Kanan : Salah satu sudut World Expo 2010 Shanghai, China<br />

Buletin <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> - 05/Tahun VIII/2010 21


Foto Kiri : Menko Perekonomian Hatta Rajasa<br />

(kiri) didampingi Menteri<br />

Perdagangan Mari Eka Pangestu<br />

(ke-2 dari kiri) saat mengunjungi<br />

Paviliun Indonesia<br />

Foto Kanan : Sudut kota shanghai, dalam satu<br />

dasawarsa terakhir kota shanghai<br />

berkembang pesat. Shanghai<br />

merupakan salah satu kota besar<br />

yang berhasil dalam penataan kota<br />

dan permukiman<br />

di World Expo 2005, Aichi, Jepang, kali ini<br />

menonjolkan sejumlah keunggulan. Beberapa<br />

di antaranya adalah menggunakan<br />

hampir 60 persen bambu sebagai material<br />

terbesar bangunan, konsep paviliun yang<br />

serba terbuka (tidak menyediakan pintu<br />

masuk), dan mengedepankan benda-benda<br />

budaya dan alam khas Nusantara.<br />

“Expo 2010 akan mengangkat Indonesia<br />

ke kancah dunia Internasional. Banyak yang<br />

tidak diketahui masyarakat dunia mengenai<br />

Indonesia. Expo 2010, kita bisa mem beritahukan<br />

seluruh kekayaan Indonesia,” ungkap<br />

Mari Eka Pangestu.<br />

Paviliun Indonesia yang dibangun di atas<br />

tanah seluas 4.000 meter persegi dengan<br />

ketinggian 20 meter dibangun dengan biaya<br />

Rp100 miliar yang berasal dari anggaran<br />

Pemerintah Indonesia dan sponsor dari kalangan<br />

swasta, (sejumlah perusahaan besar<br />

di Indonesia). Selain itu, biaya operasional<br />

selama 6 bulan penyelenggaraan Expo 2010<br />

juga bakal memakan biaya sebesar Rp100<br />

miliar.<br />

“Dengan paviliun ini, akan terbangun<br />

national branding Indonesia yang lebih baik<br />

di mata internasional. Di sini, ditunjukkan<br />

kelebihan bangsa Indonesia, yaitu warisan<br />

budaya yang menjadi dasar kreativitas bangsa.<br />

Dengan demikian, kita bisa mem bangun<br />

Indonesia yang berdaya saing tinggi. Kita<br />

menargetkan 3 juta pengunjung hingga<br />

akhir Expo 2010,” kata Mari Pangestu yang<br />

didampingi Dea Sudarman, Staf Khusus Menteri<br />

Perdagangan.<br />

Paviliun Indonesia berada zona B Expo<br />

2010 dan berbaris mengular hingga 20<br />

meter. Setiap pengunjung paling tidak mesti<br />

mengantri selama 15 menit untuk masuk.<br />

Wa lau cuaca cukup terik, pengunjung tetap<br />

antusias. Di depan paviliun, pengunjung<br />

dapat menikmati cuplikan foto-foto tentang<br />

budaya Indonesia di layar vertikal LED raksasa<br />

dengan ketinggian setidaknya 15 meter.<br />

Paviliun Indonesia mengambil tema Indonesia<br />

is Biodiverse City. Tema ini mene kankan<br />

pada keanekaragaman budaya, se ni dan alam<br />

ke bang gaan Indonesia. Maka, begitu masuk,<br />

para pengunjung pun lang sung disambut<br />

oleh seni tradisional, seperti Tari Kecak khas<br />

Bali dan pertunjukan gamelan. Bagi yang<br />

tertarik, bisa duduk di bangku amphiteather<br />

yang telah tersedia.<br />

Selanjutnya, pengunjung bisa menuju<br />

bagian lainnya melalui ramp (jalan menanjak)<br />

dan bisa melihat puluhan topeng khas<br />

tiap-tiap daerah di Indonesia yang sengaja<br />

ditempel di dinding hingga membentuk<br />

mo sa ik tersendiri. Pada dinding di samping<br />

ramp, juga terpampang peta Indonesia dan<br />

negara lainnya. “Sengaja dibuat peta negara<br />

lain juga biar pengunjung tahu di mana lokasi<br />

Indonesia berada. Jangan hanya tahu Bali,”<br />

kata Budi Lim, desainer sekaligus konseptor<br />

Paviliun Indonesia. Uniknya lagi, terdapat air<br />

terjun yang mengaliri peta dinding tersebut<br />

hingga terasa suasana asri khas Indonesia.<br />

Pengunjung kemudian dapat memasuki<br />

terowongan yang didekorasi sedemikian rupa<br />

hingga dapat disaksikan potret raksasa hutan<br />

lebat dan keindahan bahari negeri ini. Secara<br />

khusus, terdapat juga monitor tempat para<br />

pengunjung bisa memberikan vote (dengan<br />

cara memberikan tanda tangan) sebagai dukungan<br />

untuk Komodo agar bisa ma suk sebagai<br />

World Heritage Site yang kelestariannya<br />

dilindungi oleh dunia. Dan, ternyata banyak<br />

pengunjung yang mem berikan dukungan<br />

tersebut.<br />

Di bagian berikutnya, tersaji aneka barang<br />

kerajinan tradisional, peninggalan sejarah,<br />

alat musik, mulai dari keranjang rotan, keris,<br />

hingga suling dan tambur. Secara spesial,<br />

ditata pula seperangkat gamelan lengkap<br />

yang mengkilap. Sementara pengunjung berkeliling,<br />

mereka juga merasakan semilir angin<br />

yang teduh dari antara daun jendela-jendela<br />

bambu yang bisa dibuka-tutup hingga juga<br />

bisa berfungsi sebagai dinding.<br />

Paviliun ini juga menghadirkan sesosok<br />

patung Laksamana Cheng Ho yang memberi-<br />

22 Buletin <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> - 05/Tahun VIII/2010


INFOBARU 3<br />

kan banyak andil dalam sejarah Indonesia.<br />

Tak lupa, warisan nenek moyang Indonesia<br />

juga disajikan secara kreatif, yaitu replika<br />

relief Candi Borobudur yang terbuat dari<br />

batu. Sedikit menggelitik, dijejer pula aneka<br />

jenis becak dari berbagai daerah di Indonesia,<br />

mulai dari becak Medan (di urutan pertama),<br />

becak Jakarta, hingga becak Yogyakarta.<br />

Menjelang akhir perjalanan menyusuri<br />

keanekaragaman hayati, pengunjung bisa<br />

membeli sejumlah barang khas Indonesia<br />

di Alun-alun Indonesia, seperti kain dan<br />

baju Batik, mie instan olahan perusahaan<br />

Indonesia, dan minuman teh dalam botol.<br />

Selain itu, terdapat pula merchandise kampanye<br />

Paviliun Indonesia berbentuk kaos,<br />

payung, atau pun termos.<br />

Tema Paviliun Indonesia mene kankan pada<br />

keanekaragaman budaya, se ni dan alam ke bang gaan<br />

Indonesia.<br />

Sejarah World Expo<br />

World Expo, pertama kali diadakan pada<br />

tahun 1851, merupakan ajang berkumpulnya<br />

masyarakat dunia untuk berbagi pengalaman<br />

dan keberhasilan di bidang ekonomi, sosial,<br />

budaya dan teknologi. Expo yang diadakan<br />

setiap lima tahun sekali itu bertujuan mem -<br />

promosikan ide dan perkembangan ekonomi,<br />

budaya dan ilmu pengetahuan, teknologi<br />

dan sekaligus mempererat hu bung an<br />

International antar bangsa. Pame ran ini melibatkan<br />

partipasi negara-negara di seluruh<br />

dunia.<br />

Luas area expo seluruhnya 5,28 km 2 ,<br />

ter letak di tengah kota dan di tepi sungai<br />

Huang Pu, di antara jembatan Nan Pu dan<br />

jembatan Lu Pu. Kurang lebih 200 negara dan<br />

47 organisasi International akan mengikuti<br />

World Expo ini. Tema expo kali ini adalah<br />

Better City, Better Life yang mempunyai arti<br />

kota membuat kehidupan yang semakin<br />

mem baik. Tema pavilion dalam World Expo<br />

ini terbagi 5 (lima) yakni Urban Footprints,<br />

Urban Planet, Urban Dwellers, Urban Beings,<br />

and Urban Dreams.<br />

World Expo Shanghai 2010 yang berlangsung<br />

selama enam bulan itu diharap kan<br />

akan dikunjungi oleh 70 juta pengunjung,<br />

termasuk 5 juta pengunjung dari luar negeri.<br />

Perkiraan pengunjung se banyak 70 juta orang<br />

itu didasarkan pada perhitungan bahwa<br />

setiap hari sebanyak 400.000- 600.000 orang<br />

akan datang ke World Expo Shanghai 2010.<br />

Tiket masuk akan dijual dengan dua versi<br />

harga, yakni 160 yuan (Rp 212.800) pada hari<br />

biasa dan 200 yuan (Rp 266.000) pada akhir<br />

pekan atau pada saat pengunjung sangat<br />

padat. Sampai awal Maret, lebih dari 22 juta<br />

tiket masuk telah terjual.<br />

Dalam kaitan itulah, pada World Expo<br />

Shanghai 2010, sedikitnya 70.000 tenaga<br />

suka rela akan membantu di dalam arena<br />

Expo dan 100.000 tenaga sukarela lainnya<br />

akan bekerja di lebih dari 1.000 pusat layanan<br />

di berbagai bagian kota Shanghai. Total biaya<br />

yang dikeluarkan untuk penyelenggaraan<br />

World Expo Shanghai 2010 itu 28,6 miliar yuan<br />

(Rp 38 triliun) yang ditanggung Pemerintah<br />

China dan pihak sponsor.<br />

(berbagai sumber)<br />

Buletin <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> - 05/Tahun VIII/2010 23


Inovasi 1<br />

Rim of Fire<br />

Seperti susunan tulang pada manusia yang<br />

me lindungi organ tubuh vital di dalamnya,<br />

bangunan gedung tidak terpisahkan dari kehi<br />

dupan manusia untuk melindungi aktivitasnya.<br />

Seringkali, pertumbuhan bangunan<br />

ge dung juga diidentikkan sebagai indikator<br />

ke majuan dalam ekonomi suatu wilayah, kota,<br />

bahkan suatu negara. Namun di balik itu<br />

ke gagalan bangunan gedung dapat sebagai<br />

indikasi lemahnya ekonomi, law enforcement,<br />

peraturan, dan juga budaya disiplin dimasyarakat<br />

maupun pemerintahnya.<br />

Keandalan bangunan gedung ini dapat<br />

dicapai salah satunya dengan kesadaran masya<br />

rakat dalam penyelenggaraan bangunan<br />

yang baik. Aspek penyelenggaraan bangunan<br />

gedung ini harus memenuhi secara<br />

adminitratif dan teknis yang dibuktikan<br />

dengan di ke luar kan nya Izin Men dirikan Bangu<br />

nan (IMB) dan Sertifikat Laik Fungsi (SLF)<br />

suatu bangunan gedung.<br />

Sesuai yang diamanatkan UU No.28/2002<br />

tentang Bangunan Gedung dan PP No.36/2005<br />

tentang Pelaksanaan UU No.28/2002 Tentang<br />

Bangunan Gedung, semestinya pada tahun<br />

24 Buletin <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> - 05/Tahun VIII/2010


INOVASI 1<br />

www.wikipedia.org<br />

Pendataan<br />

Bangunan<br />

Gedung<br />

Budi Prastowo*)<br />

2003 UU ini telah efektif berlaku, dan di tahun<br />

2010 ini mulai di berlakukan SLF di kota-kota<br />

Metro/Besar. Indonesia berada di dalam garis<br />

Rim of Fire atau daerah gunung api aktif yang<br />

dapat dibuktikan melalui sejarah geologi<br />

mau pun bencana alam gempa dan letusan<br />

gunung berapi. Kenyataan ini seharusnya<br />

dapat menya darkan masyarakat Indonesia<br />

untuk mewujudkan keandalan bangunan<br />

gedung yang dihuninya.<br />

Filosofi IMB dan SLF sebagai alat pe ngen<br />

dali dalam penyelenggaraan bangun an<br />

gedung juga sekaligus sebagai instrumen<br />

bagi pemerintah daerah dalam penataan<br />

kota. Namun ini seringkali masih jauh api<br />

dengan panggangnya. Sejauh ini masih ditemukannya<br />

paradigma lama IMB lebih sebagai<br />

alat penarik bagi pemasukan APBD karena<br />

Perda Bangunan Gedung-nya berisi masalah<br />

restribusi di bandingkan dengan keandalan<br />

bangunan gedungnya.<br />

Dalam proses IMB dan SLF, tidak kalah<br />

penting yaitu proses Pendataan Bangunan<br />

Gedung, dimana proses ini dilakukan sejak<br />

bangunan mulai diajukan hingga bangunan<br />

dihapuskan atau didemolisi baik oleh<br />

sendiri atau akibat alam. Perlunya pen da taan<br />

bangunan gedung ini tentunya di lan dasi dengan UU No.28/2002 tentang Ba ngun an Gedung<br />

seperti pada pasal 7, “…setiap bangunan gedung harus memenuhi persyaratan administratif<br />

dan persyaratan teknis sesuai dengan fungsi bangunan gedung” dan Pasal 8 ayat (3) “.. bahwa<br />

Pemerintah Daerah Wajib mendata Bangunan Gedung untuk keperluan tertib pembangunan<br />

dan pemanfaatan”.<br />

Dari pasal-pasal tersebut di atas mengisyaratkan bahwa pendataan ini sangat penting<br />

bagi masyarakat maupun pemerintah daerah untuk memberikan kepastian hukum dengan<br />

tercatatnya riwayat suatu bangunan gedung baik kepemilikan, umur, kekuatan, maupun fungsi<br />

bangunan itu sendiri. Dengan kejelasan riwayat bangunan gedung ini tentunya juga akan<br />

memberikan manfaat bagi pihak ketiga misalnya asuransi ataupun bank, sehingga banguan<br />

gedung akan menjadi suatu asset yang sangat baik bagi pemiliknya.<br />

Pendataan bangunan gedung selain manfaatnya ada di masyarakat, juga di pemerintah<br />

daerah. Manfaat bagi pemerintah daerah antara lain dalam upaya pengendalian pertumbuhan<br />

kota, ataupun kejelasan pemerintah dalam memberikan pelayanan masyarakat khususnya<br />

masalah keselamatan jika terjadi bencana alam maupun kebakaran. Dengan pendataan bangunan<br />

gedung ini secara tidak langsung dapat mendorong kesadaran masyarakat terhadap<br />

perlunya keandalan rumah, kantor, pasar, dsb.<br />

Untuk mewujudkan apa yang diamanatkan oleh UU No.28/2002 tentang Bangunan Gedung,<br />

Direktorat Jenderal <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> melalui Direktorat Penataan Bangunan dan Lingkungan telah<br />

menyusun Rapermen Pendataan Bangunan Gedung dan Software pendukungnya.<br />

Dalam Rapermen ini diatur tata cara dan data-data yang diperlukan sebagai bagian dalam<br />

pendataan bangunan gedung. Dalam pendataan ini di kenal dengan adanya Pendataan dan<br />

Pendaftaran. Pendataan dilakukan oleh pemerintah daerah yang secara aktif mendata kembali<br />

data-data yang telah ada (existing) sebagai bagian dalam tertib administrasi dan pengendalian<br />

dalam penyelenggaraan bangunan gedung. Sedangkan yang dimaksud dengan Pendaftaran<br />

Bangunan Gedung ini adalah pemerintah pada posisi pasif dan masyarakatnya yang aktif<br />

mendaftarkan yang dalam hal ini masyarakat mengajukan IMB, SLF, atau pembongkaran.<br />

Data-data yang di perlukan ini harus sesuai dengan tuntutan keandalan bangunan gedung<br />

seperti yang tercantum didalam isi UU No.28/2002 dan PP No.36/2005, yaitu:<br />

Data Umum<br />

• Nomor daftar bangunan (bukti kepemilikan);<br />

• Fungsi bangunan gedung (hunian/<br />

keagamaan/sosial budaya/usaha/<br />

khusus);<br />

• Jenis Bangunan (rincian fungsi<br />

BG);<br />

• Nama bangunan gedung (kantor/<br />

sekolah/rumah sakit/rumah tinggal/<br />

masjid/hotel/reaktor nuklirdll);<br />

• Lokasi/Alamat (Jalan/ Nomor/ RT/<br />

RW/ Kelurahan/ Kecamatan/ Kode<br />

Pos);<br />

• Penggunaan bangunan;<br />

• Status Bangunan Gedung (dilestarikan/riwayat<br />

bangunan/peru bahan<br />

fungsi);<br />

• Harga bangunan;<br />

• Pemilik, pengguna/pengelola;<br />

Data Tanah<br />

• Pemilik, pengguna/pengelola;<br />

• Nomor kepemilikan Tanah;<br />

• Hak / bukti kepemilikan/ perjanjian<br />

penggunaan tanah;<br />

• Luas Tanah;<br />

• Tahun Perolehan Tanah;<br />

• Riwayat penggunaan tanah/perun<br />

tuk an;<br />

• Lokasi (termasuk peta);<br />

Data Teknis<br />

• Tata Bangunan dan Lingkungan;<br />

• Data Bangunan (Arsitektur/struktur/<br />

utilitas);<br />

• Konstruksi (permanensi);<br />

• Jumlah Lantai;<br />

• Luas Bangunan;<br />

• Tahun didirikan/diperoleh/dibeli;<br />

• Nomor dan tanggal IMB;<br />

• Nomor sertifikat laik fungsi dan<br />

jatuh tempo;<br />

• Struktur;<br />

• Arsitektur;<br />

• Utilitas;<br />

• Sarana dan Prasarana Bangunan<br />

Gedung;<br />

Buletin <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> - 05/Tahun VIII/2010 25


INOVASI 1<br />

www.anjinge-jobsaiful.files.wordpress.com<br />

Gedung Pencakar Langit di Jakarta. Aspek penyelenggaraan ba ngunan gedung ini harus memenuhi secara adminitratif dan teknis yang dibuktikan dengan<br />

dikeluarkannya Izin Mendirikan Bangunan (IMB) dan Sertifikat Laik Fungsi (SLF) suatu bangunan gedung.<br />

Data administrasi dan teknis yang diperlukan<br />

merupakan data standar yang<br />

harus dicatat atau dimasukan dalam sistem<br />

data base bangunan gedung. Rapermen<br />

Pendataan Bangunan Gedung ini selain mengatur<br />

masalah teknis juga administratif<br />

da lam hal ini ke lem bagaan yang akan mengelola<br />

proses penyelenggaraan bangunan<br />

gedung. Pendataan ini berlaku untuk<br />

ba ngunan gedung baru maupun existing/<br />

bangunan gedung lama, baik berdasarkan<br />

klasifikasi maupun fungsinya.<br />

Proses pendataan bangunan gedung<br />

dapat men jadi alat monitoring atau pengawasan<br />

selama penyelenggaran bangunan<br />

ge dung berlangsung. Sehingga setiap perkem<br />

bangan baru dalam penyelenggaraan<br />

ba ngunan ge dung akan selalu terlihat dalam<br />

hasil pen dataan bangunan gedung. Data<br />

yang diperoleh dari proses ini dijadikan sebagai<br />

informasi lanjutan atau acuan untuk<br />

pengambilan keputusan baik secara khusus<br />

kepada bangunan gedung terkait ataupun<br />

secara umum terhadap bangunan gedung<br />

sekitarnya.<br />

Hal tersebut diatas mempunyai arti pe-<br />

Sejauh ini masih sering ditemukan paradigma lama<br />

dimana IMB lebih difungsikan sebagai alat penarik bagi<br />

pemasukan APBD karena Perda Bangunan Gedung-nya<br />

lebih menonjolkan masalah restribusi di bandingkan<br />

dengan keandalan bangunan gedungnya.<br />

rubahan fungsi dari bangunan gedung yang<br />

akan menuntut persyaratan sesuai dengan<br />

fungsinya. Hal itu juga berakibat terjadinya<br />

Re-IMB, dan bangunan tersebut harus mengurus<br />

kembali SLF-nya dan akan terekam terus<br />

hingga bangunan di demolisi atau di hapus.<br />

Untuk menindaklanjuti pendataan bangunan<br />

gedung di daerah, hendaknya segera<br />

diwujudkan Perda tentang Bangunan<br />

Gedung sebagai payung hukum di kabupaten/kota<br />

sebagai landasan dalam tertib<br />

pe nyelenggaraan bangunan gedung. Perda<br />

ter sebut mencakup aspek administratif dan<br />

teknis serta memuat karakter kedaerahan<br />

yang unik satu dengan yang lainnya. Karena<br />

basis dari pendataan ini juga tidak me ngurangi<br />

keunikan dari lokasi yang tersirat antara<br />

lain dalam RTBL, KDB, KLB, serta ke tentuan<br />

pemakaian bahan bangunannya.<br />

Selanjutnya pemerintah daerah untuk<br />

dapat melakukan hal-hal berikut ini; pertama,<br />

menyiapkan kelembagaan bangunan gedung<br />

yang menangani kegiatan pendataan di ka bupaten/kota;<br />

kedua, menyusun atau me nyem -<br />

purnakan Program Komputer untuk Sis tem<br />

Informasi BG, beserta SDM nya; ketiga, melakukan<br />

pendataan BG di wilayah nya dalam<br />

meme nuhi ke ten tuan UUBG; dan ke empat,<br />

melakukan sosialisasi dan pem ber dayaan<br />

pen data an BG kepada masya rakat luas.<br />

*) Staf Subdit Bangunan Gedung, Dit. Penataan<br />

Bangunan dan Lingkungan <strong>Ditjen</strong> <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong><br />

26 Buletin <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> - 05/Tahun VIII/2010


INOVASI 2<br />

Inovasi 2<br />

www.flickr.com<br />

Konsep paperless adalah mengurangi pe makaian kertas bukan meniadakan pema kaian kertas.<br />

Paperless Office<br />

Menuju Kantor<br />

Minim Kertas<br />

Wayan Lindu Suwara *)<br />

MMemasuki abad 21, administrasi publik<br />

mengalami perubahan. Administrasi publik<br />

bukan sekadar instrumen birokrasi negara,<br />

namun fungsinya lebih dari itu dan harus<br />

dipandang sebagai instrumen kolektif. Se lain<br />

itu administrasi publik juga sebagai sa rana<br />

publik untuk menyelenggarakan tata ke lola<br />

kepentingan bersama dalam jaring an kolektif<br />

untuk mencapai tujuan-tujuan publik yang<br />

telah disepakati. Konsep ini berkembang<br />

dengan apa yang dikenal se bagai Good<br />

Governance yang salah satu prinsipnya adalah<br />

efisiensi dan efektifitas dalam pelaksanaannya.<br />

Paperless Office yang merupakan salah satu<br />

bagian dalam pe lak sanaan e-Government<br />

sesungguhnya sangat relevan bila dikatakan<br />

dapat menunjang pelaksanaan Good Governance<br />

ini.<br />

Paperless merupakan suatu sistem yang<br />

diciptakan untuk mengelola sistem administrasi.<br />

Ide Paperless Office mulai mencuat<br />

pada akhir tahun 90-an. Filosofinya adalah<br />

menggunakan sesedikit mungkin kertas dan<br />

digitalisasi dokumen. Manfaatnya adalah<br />

me ningkat kan produktivitas, hemat biaya,<br />

efisien tempat dan mengurangi dampak ling -<br />

kungan. Dengan Paperless Office manusia<br />

men dapatkan alternatif lain dalam mengolah<br />

dan membaca berbagai dokumen. Ini juga<br />

merupakan cita-cita untuk membiasakan diri<br />

mengolah dan membaca dokumen dalam<br />

bentuk digital, dengan kata lain mengurangi<br />

pemakaian kertas sebagai bahan pokok penulisan<br />

dokumen seperti saat ini.<br />

Konsep paperless adalah mengurangi<br />

pe makaian kertas bukan meniadakan pemakaian<br />

kertas. Jadi diharapkan Paperless Office<br />

tidak diterjemahkan sebagai “Bebas Kertas”.<br />

Karena, hampir tidak mungkin bagi sebuah<br />

kantor untuk tidak menggunakan kertas<br />

dalam menjalankan tugas administrasi perkan<br />

torannya. Konsep ini merupakan hasil<br />

pe mikiran yang muncul selain sebagai<br />

aki bat berkembangnya teknologi informasi<br />

dan komputer juga merupakan sebuah solu si<br />

untuk mengurangi penggunaan filling cabinet<br />

sebagai tempat penyimpanan arsip dan<br />

merupakan pekerjaan yang memakan waktu<br />

terlalu lama.<br />

Kemajuan teknologi dan tuntutan masyarakat<br />

terhadap pemerintah dalam penyelenggaraan<br />

pelayanan publik yang bermutu,<br />

penggunaan Paperless Office tentu sangat<br />

dibutuhkan. Namun disadari pula ada banyak<br />

Buletin <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> - 05/Tahun VIII/2010 27


INOVASI 2<br />

Cara sederhana yang dapat digunakan untuk mengurangi penggunaan kertas di kantor antara lain melalui<br />

Informasi di Intranet.<br />

kendala yang mungkin dihadapi antara<br />

lain: kendala Sumber Daya Manusia (SDM)<br />

karena proses digitalisasi membutuhkan<br />

skill, penggunaan kertas sebagai media tulis<br />

lebih praktis dan dalam jumlah kecil hemat<br />

biaya, selain itu tingkat kepercayaan publik<br />

kepada dokumen kertas lebih besar. Bagi<br />

pemerintah pusat dan daerah yang SDM-nya<br />

mampu untuk mengoperasikan teknologi<br />

mungkin dapat menggunakan Paperless<br />

Office. Karena itu masih dibutuhkan berbagai<br />

infrastruktur pendukung dan pengembangan<br />

SDM dalam penggunaan teknologi. Disamping<br />

itu pelaksanaan Paperless Office di<br />

ins tansi pemerintah dan mungkin secara<br />

umum, adalah faktor “Kemauan”. Untuk<br />

me numbuhkan kemauan ini kuncinya sebe<br />

narnya adalah pada level pengambil keputusan<br />

instansi yang diperlukan sebagai<br />

so sok untuk “pull the trigger”, menarik pemicu<br />

untuk berkata : “ya, kita harus melaksanakan<br />

paperless office”. Sayangnya, kemauan adalah<br />

langkah pertama yang terberat, apabila itu<br />

sudah dilakukan maka “cara” bisa diciptakan,<br />

untuk selanjutnya mencapai tujuan yang<br />

diinginkan.<br />

Pada dasarnya Paperless Office memiliki<br />

banyak manfaat diantaranya: mengurangi<br />

dam pak lingkungan dari penggunaan kertas<br />

yang berlebihan, bisa hemat biaya, hemat<br />

wak tu, efisiensi tempat dan meningkatkan<br />

produktivitas. Ditambah lagi dengan format<br />

digital, penyebaran informasi menjadi lebih<br />

mudah dan cepat.<br />

Terdapat beberapa keuntungan dalam<br />

penerapan Paperless Office di perkantoran ini<br />

antara lain :<br />

1. Data dan Informasi dapat tersampaikan<br />

dengan lebih cepat.<br />

2. Mendukung terjadinya keputusan yang<br />

lebih baik.<br />

3. Efisiensi biaya karena mengurangi jumlah<br />

www.flickr.com<br />

pemakaian kertas dan juga pengadaan filling<br />

cabinet ataupun tempat penyimpanan<br />

doku men lainnya.<br />

4. Efisiensi waktu dan tenaga dalam distribusi<br />

maupun pencarian dokumen yang<br />

di per lukan.<br />

5. Berkurangnya tumpukan kertas yang<br />

dapat meng ganggu kerapian ruangan<br />

se buah kantor dan mengganggu kenyamanan<br />

bekerja.<br />

6. Menjamin keamanan dokumen, karena<br />

sebuah dokumen hanya dapat diakses<br />

oleh orang-orang tertentu saja sesuai opsi<br />

yang ditentukan oleh distributor data.<br />

7. Mendorong kreativitas bahkan mungkin<br />

meningkatkan gairah bekerja pegawai<br />

dengan membuat kegiatan Paperless Office<br />

menjadi semenarik jaringan pertemanan<br />

“facebook” atau “twitter”.<br />

Dalam mengaplikasikan “Paperless Office<br />

System” ini perlu memperhatikan hal-hal seba<br />

gai berikut:<br />

1. Aspek Sumber Daya Manusia (SDM) sebagai<br />

pengguna, tahap awal yang per lu<br />

dirintis yakni pada level paling atas, diikuti<br />

level lebih bawah dan seterusnya.<br />

Jika dalam organisasi pada level atas<br />

ma sih sulit, perlu diujicoba pada bagian<br />

tertentu yang sudah familiar dengan Tekno<br />

Iogi informasi.<br />

2. Aspek Dokumen, tahap ini dimulai pada<br />

pengelompokan jenis dokumen yang tidak<br />

sering didistribusikan, dan dibuat sistem<br />

dobel yakni offline dan online, misal<br />

tentang Surat Keputusan, Dokumen Hasil<br />

rapat, Dokumen petunjuk pelaksanaan,<br />

Dokumen Job Diskripsi, dll.<br />

3. Sistem Online akan secara penuh diberlakukan<br />

setelah dipastikan setiap individu<br />

pada level tertentu sudah dapat membuka<br />

dan membaca dokumen online.<br />

4. Aspek Sistem Aplikasi, dokumen online<br />

disimpan dalam aplikasi yang terproteksi<br />

dan berjenjang hak aksesnya. Tentang aplikasi<br />

menitik beratkan pada keamanan<br />

data dan kemudahan pemakaian.<br />

5. Aspek Sosialisasi, pegawai/individu yang<br />

memiliki hak akses tertentu dilatih untuk<br />

mengakses sistem agar dapat melakukan<br />

berbagai aktifitas sesuai fasilitas dalam<br />

sis tem. Perubahan kebiasaan perilaku<br />

per lu diwujudkan untuk disesuaikan dengan<br />

Paperless Office System, dengan<br />

me m perkenalkan dan mensosialisasikan<br />

sistem yang akan dipakai.<br />

6. Aspek Prasarana dan Sarana, ketersediaan<br />

sarana yang diperlukan untuk mewujudkan<br />

Paperless Office System perlu<br />

di se diakan secukupnya, antara lain, Kebijak<br />

an, Hardware, Software, Infrastruk tur<br />

Jaringan, SDM pendukung, dana, dan<br />

Forum komunikasi.<br />

7. Aspek Komunikasi. Hal ini memerlukan<br />

seorang visioner untuk dapat menjelaskan<br />

kenapa Paperless Office System diberlakukan.<br />

Pembicaraan diawal sebelum<br />

Pa perless Office System diluncurkan perlu<br />

adanya forum untuk penyampaian dan<br />

mewujudkan persamaan persepsi dan<br />

tujuan.<br />

Hingga saat ini kantor masih tetap berjuang<br />

untuk mengurangi konsumsi ker tas<br />

yang dipakai. Tujuannya jelas, untuk efi -<br />

siensi biaya, waktu, ruang, tenaga dan produktivitas.<br />

Menuju kantor dengan infor masi<br />

yang digitalisasi dan minim kertas, Pa per less<br />

Office. Cara sederhana yang dapat digunakan<br />

untuk mengurangi penggunaan kertas di<br />

kantor adalah melalui antara lain Informasi<br />

di Intranet. Pengumuman informasi kegiatan<br />

internal organisasi, bisa ditampung dalam<br />

web Intranet atau organisasi. Intranet tersebut<br />

bisa berupa situs web biasa.<br />

Sebuah kantor akan memiliki prestise<br />

tersendiri jika berhasil dalam menerapkan<br />

Paperless Office. Perubahan merupakan sesuatu<br />

yang sulit diterapkan setelah terbiasa<br />

dengan budaya kerja sehari-hari. Gerakan ini<br />

harus melibatkan semua pegawai di kantor<br />

dan diperlukan waktu yang tidak sebentar.<br />

Oleh karena itu jadikanlah ini sebagai sebuah<br />

budaya kerja sehat dan Paperless Office akan<br />

menjadi kenyataan. Semoga…<br />

*) Asisten Monev Satker Pembinaan Pembangunan<br />

Infrastruktur Perdesaan Direktorat Bina Program<br />

<strong>Ditjen</strong> <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong><br />

28 Buletin <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> - 05/Tahun VIII/2010


RESENSI<br />

Resensi<br />

Jumlah Halaman : 74 Halaman<br />

Memperhatikan kondisi saat ini serta tantangan yang dihadapi di<br />

masa depan, disadari bahwa pengembangan penyehatan lingkungan<br />

permukiman yang meliputi pengelolaan air limbah, pengelolaan<br />

persampahan dan penanganan drainase tidak dapat dilakukan hanya<br />

oleh satu institusi.<br />

Diperlukan suatu kerjasama multi pihak yang bersifat sinergis<br />

dari segenap stakeholder baik yang ada di pusat maupun di daerah<br />

meliputi pemerintah, perguruan tinggi/akademisi, lembaga profesi,<br />

LSM, masyarakat dan swasta.<br />

Buku ini merupakan rangkuman dari isu permasalahan, tantangan,<br />

kebijakan dan strategi, visi dan misi, kebijakan program, sasaran dan<br />

kegiatan pembangunan Bidang PLP. Gambaran hasil-hasil pembangunan<br />

meliputi deskripsi program/kegiatan, output serta outcome<br />

mencakup masing-masing program/kegiatan tiap tahun sejak 2005-<br />

2009.<br />

Buku setebal 74 halaman ini berisi empat bab. Bab I berisi isu<br />

strategis, permasalahan dan tantangan pengembangan sistem pengelolaan<br />

air limbah permukiman, persampahan dan drainase perkotaan.<br />

Isu tersebut antara lain; akses masyarakat terhadap pelayanan<br />

pengelola air limbah permukiman, rendahnya kesadaran masyarakat,<br />

peraturan perundang-undangan yang belum memadai, lemahnya<br />

kelembagaan dan lemahnya pendanaan. Disisi teknis, makin besarnya<br />

timbunan sampah serta keterbatasan lahan TPA.<br />

Di Bab II berisi, kebijakan dan strategi pengembangan sistem<br />

pengelolaan air limbah permukiman, persampahan dan drainase<br />

perkotaan. Kebijakan tersebut antara lain peningkatan akses prasarana<br />

dan sarana air limbah baik sistem on site maupun off site di perkotaan<br />

Menuju Permukiman yang<br />

Layak Huni, Bebas Air<br />

Limbah, Bersih dari sampah<br />

Dan Bebas<br />

Genangan<br />

dan perdesaan untuk perbaikan kesehatan masyarakat. Disamping<br />

itu perlu adanya penguatan kelembagaan dan peningkatan kapasitas<br />

personil pengelolaan air limbah permukiman.<br />

Bab III berisi program dan kegiatan bidang PLP tahun 2005-<br />

2009. Tahun 2005, di bidang air limbah seperti pembangunan IPAL<br />

dan rehab/optimalisasi IPLT sebanyak 12 unit dilakukan di 9 provinsi<br />

dengan 8.950 jiwa terlayani. Tahun 2006, pembangunan Denpasar<br />

Sewerage Development Project (DSDP) di Provinsi Bali yang melayani<br />

164.438 jiwa.<br />

Untuk tahun 2007, pembangunan Sanitasi Berbasis Masyarakat<br />

(SANIMAS) dilakukan di 27 propinsi dengan 92.500 jiwa terlayani.<br />

Tahun 2008 seperti, pembangunan sewerage /IPAL terpusat sebanyak<br />

27 paket dilakukan di 7 provinsi dengan 142.057 jiwa terlayani.<br />

Buku ini ditutup dengan rangkuman hasil dan beberapa permasalahan<br />

yang dihadapi dalam pelaksanaan pembangunan pada<br />

tahun 2005-2009 serta hal-hal yang memerlukan perhatian untuk<br />

peningkatan kinerja di waktu mendatang. (dvt)<br />

Buletin <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> - 05/Tahun VIII/2010 29


Seputar Kita<br />

Melalui Rencana Strategis (Renstra) Kementerian<br />

Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong><br />

akan melakukan pendampingan pada 207 kota/<br />

kabupaten selama kurun waktu lima tahun kedepan<br />

(2010-2014) dalam penyusunan Strategi<br />

Pe ngembangan Permukiman dan Infrastruktur<br />

Per kotaan (SPPIP). Di tahun 2010 ini , <strong>Ditjen</strong> <strong>Cipta</strong><br />

<strong>Karya</strong> akan melakukan pendampingan terhadap<br />

www.flickr.com<br />

SEPUTARKITA<br />

<strong>Ditjen</strong> <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> Targetkan<br />

207 Daerah Miliki SPPIP<br />

49 daerah dalam penyusunan SPPIP dan 29 daerah dalam menyusun<br />

Rencana Pengembangan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP).<br />

SPPIP merupakan strategi yang sifatnya sektoral, dimana SPPIP<br />

merupakan turunan dari rencana tata ruang wilayah (RTRW) kota/<br />

kabupaten. Strategi tersebut memuat visi, misi dan arah pembangunan<br />

permukiman suatu kota. Dimana nantinya program-program prioritas<br />

dalam SPPIP ini akan dituangkan dalam Rencana Program Investasi<br />

Jangka Menengah (RPIJM) <strong>Ditjen</strong> <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> untuk mendapatkan<br />

pendanaan atau investasi.<br />

“SPPIP ini terletak diantara Rencana Tata Ruang dan RPIJM. Berdasarkan<br />

pengalaman, seringkali RPIJM kita tidak diawali dengan<br />

strategi perencanaan yang baik sehingga pembangunan yang<br />

dilaksanakan tidak jelas. Oleh karena Untuk SPPIP ini akan berfungsi<br />

untuk menjembatani hal tersebut,” kata Dirjen <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> Budi<br />

Yuwono saat memberikan arahan dalam acara “Kolokium SPPIP dan<br />

RPKPP Tahun Anggaran 2010” di Jakarta, Senin (17/5).<br />

2010, Tahun Percepatan<br />

Perda Bangunan Gedung<br />

Direktorat Jenderal <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> sudah memfasilitasi 266 kabupaten/<br />

kota dalam menyusun Peraturan Daerah (Perda) Bangunan Gedung.<br />

Sejak diterbitkannya Undang-undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang<br />

Bangunan Gedung hingga sekarang baru ada 36 kabupaten/kota dan<br />

4 propinsi yang telah menurunkannya menjadi Perda. Sisanya masih<br />

bersifat pengaturan mengenai aspek administratif seperti perizinan<br />

(Izin Mendirikan Bangunan), kurang mengatur masalah teknis.<br />

Demikian disampaikan dalam sambutan Direktur Jenderal <strong>Cipta</strong><br />

<strong>Karya</strong> yang disampaikan oleh Staf Ahli Menteri PU (SAMPU) Bidang<br />

Keterpaduan Pembangunan, Ismanto pada pembukaan “Diseminasi<br />

Peraturan Perundang-Undangan Bangunan Gedung dan Lingkungan<br />

Wilayah I” di Palembang, Sumatera Selatan, Selasa (27/4). Diseminasi<br />

menghadirkan wakil pemerintah propinsi se - Jawa dan Sumatera,<br />

perawakilan DPRD masing-masing propinsi, dan unsur Kementerian<br />

Dalam Negeri agar tahun 2010 ini menjadi tahun percepatan terbitnya<br />

Perda Bangunan Gedung di seluruh kabupaten/kota di Indonesia.<br />

Pemerintah Luncurkan<br />

UWSSP untuk Tiga Kota<br />

Kementerian Pekerjaan Umum melucurkan program Urban Water<br />

Supply and Sanitation Project (UWSSP) yang dibiayai dari pinjaman<br />

Bank Dunia senilai Rp. 221 miliar, APBN Rp. 19,4 miliar, dan APBD Rp.<br />

71,5 miliar, di Jakarta, kamis (6/5). Program ini akan dilaksanakan di<br />

Kota Bogor, Kabupaten Kapuas, dan Kabupaten Muara Enim dan<br />

akan mengalirkan air minum ke 62 ribu Sambungan Rumah (SR) atau<br />

setara dengan 310 ribu jiwa di tiga kota tersebut. Pemerintah melalui<br />

Direktorat Jenderal <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> juga akan memberikan support untuk<br />

Kabupaten Kapuas berupa sistem air baku Palingkau sekitar Rp. 100<br />

miliar.<br />

Direktur Jenderal <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> Kementerian Pekerjaan Umum, Budi<br />

Yuwono, menegaskan bahwa peluncuran UWSSP diharapkan menandai<br />

dimulainya kinerja PDAM yang lebih profesional. Selama tiga tahun<br />

terakhir menurutnya <strong>Ditjen</strong> <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> baru kali ini meluncurkan lagi<br />

program pinjaman Bank Dunia, hal itu karena pengalaman pinjaman<br />

sebelumnya yang membebani Pemda.<br />

“Pinjaman tidak perlu dihindari. Pengembangan Sistem Penyediaan<br />

Air Minum (SPAM) sudah menjadi tugas pemerintah daerah sesuai<br />

Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan<br />

SPAM. Pemerintah pusat hanya melakukan pengaturan, pembinaan<br />

dan pengawasan. Meskipun nilai pinjamannya kecil, namun saya<br />

harapkan menjadi pendorong pengembangan SPAM bagi Pemerintah<br />

Daerah yang kemampuan pendanaannya terbatas,” ujar Budi Yuwono.<br />

30 Buletin <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> - 05/Tahun VIII/2010


Iuran diperlukan untuk menjamin<br />

kesinambungan pelayanan dan pengembangan<br />

sarana Air Minum dan Sanitasi


Segenap Pimpinan dan Staf Direktorat Jenderal <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong><br />

Mengucapkan<br />

Selamat<br />

Hari Raya Waisak<br />

Tahun 2554

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!