06.02.2015 Views

Bagian VII Perpajakan - Economics Development and Public Finance

Bagian VII Perpajakan - Economics Development and Public Finance

Bagian VII Perpajakan - Economics Development and Public Finance

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

BAGIAN <strong>VII</strong>: PERPAJAKAN<br />

DOSEN<br />

FERRY PRASETYIA, SE., MAppEc<br />

JURUSAN ILMU EKONOMI<br />

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS<br />

UNIVERSITAS BRAWIJAYA<br />

i


DAFTAR ISI<br />

DAFTAR ISI ........................................................................................................................ i<br />

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. iii<br />

BAB II ISI .......................................................................................................................... 1<br />

1. PAJAK ........................................................................................................................ 1<br />

1.1 Pengertian Pajak ................................................................................................ 1<br />

1.2 Prinsip-Prisip <strong>Perpajakan</strong>.................................................................................. 1<br />

1.3 Dampak Pajak .................................................................................................... 2<br />

2. PAJAK KOMODITAS ............................................................................................... 4<br />

2.1 Optimalisasi <strong>Perpajakan</strong> ................................................................................... 4<br />

2.2 Aturan-aturan <strong>Perpajakan</strong> ................................................................................. 6<br />

2.3 Efisiensi <strong>Perpajakan</strong> .......................................................................................... 7<br />

3. PAJAK SEKTOR PRODUKTIF di Negara BERKEMBANG ............................. 8<br />

3.1 Bea Ekspor .......................................................................................................... 8<br />

3.2 Pajak Pariwisata ................................................................................................. 9<br />

3.3 Pajak Bumi/Tanah ............................................................................................ 10<br />

3.4 <strong>Perpajakan</strong> Sektor Keuangan ........................................................................ 12<br />

4 . PAJAK PERUSAHAAN ........................................................................................ 13<br />

4.1 Pajak Input dan Output.................................................................................... 13<br />

4.2 Sistem Pajak Perusahaan .............................................................................. 14<br />

4.3 Alasan Perusahaan Dikenakan Pajak .......................................................... 15<br />

5. PENGGELAPAN PAJAK ....................................................................................... 16<br />

5.1 Tingkat Penggelapan ....................................................................................... 18<br />

5.2 Pemeriksaan dan Hukuman ........................................................................... 18<br />

5.3 Bukti Penggelapan ........................................................................................... 19<br />

i


6. PAJAK TIDAK LANGSUNG DI NEGARA BERKEMBANG ............................. 20<br />

6.1 Aspek Kuantitas dari Pajak tidak langsung di Negara Berkembang ........ 20<br />

6.2 Persoalan pajak tidak lansung ....................................................................... 21<br />

7. PAJAK INTERNASIONAL ..................................................................................... 21<br />

7.1 Pengenaan pajak insentif untuk investasi asing ......................................... 21<br />

7.2 Tempat Bebas Pajak ....................................................................................... 22<br />

8. ADMINISTRASI PERPAJAKAN ........................................................................... 22<br />

8.1 Ruang Lingkup Administrasi <strong>Perpajakan</strong> ..................................................... 22<br />

BAB III KESIMPULAN ................................................................................................... 24<br />

STUDI KASUS ................................................................................................................ 25<br />

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 27<br />

SOAL-SOAL .................................................................................................................... 28<br />

KATA KUNCI ................................................................................................................... 30<br />

ii


BAB I<br />

PENDAHULUAN<br />

Pembayaran pajak merupakan perwujudan dari kewajiban kenegaraan<br />

dan peran serta Wajib Pajak untuk secara langsung dan bersama-sama<br />

melaksanakan kewajiban perpajakan untuk pembiayaan negara dan<br />

pembangunan nasional. Sesuai falsafah undang-undang perpajakan, membayar<br />

pajak bukan hanya merupakan kewajiban, tetapi merupakan hak dari setiap<br />

warga Negara untuk ikut berpart isipasi dalam bentuk peran serta terhadap<br />

pembiayaan negara dan pembangunan nasional.<br />

Tanggung jawab atas kewajiban pembayaran pajak, sebagai pencerminan<br />

kewajiban kenegaran di bidang perpajakan berada pada anggota masyarakat<br />

sendiri untuk memenuhi kewajiban tersebut. Pemerintah dalam hal ini Direktorat<br />

Jenderal Pajak, sesuai dengan fungsinya berkewajiban melakukan pembinaan /<br />

penyuluhan, pelayanan, dan pengawasan. Dalam melaksanakan fungsinya<br />

tersebut, Direktorat Jenderal Pajak berusaha sebaik mungkin memberikan<br />

pelayanan kepada masyarakat sesuai visi dan misi Direktorat Jenderal Pajak.<br />

Sektor perpajakan adalah salah satu sumber penerimaan kas negara<br />

yang paling besar. Secara umum pajak adalah iuran kepada negara yang<br />

dipungut berdasarkan undang-undang perpajakan. Maka dari itu, membayar dan<br />

dan melaporkan penghasilan yang dikenai pajak adalah bentuk perwujudan<br />

nasionalisme masyarakat terhadap pembangunan. Pembayaran pajak<br />

merupakan perwujudan dari kewajiban kenegaraan dan peran serta Wajib Pajak<br />

untuk secara langsung dan bersama-sama melaksanakan kewajiban perpajakan<br />

untuk pembiayaan negara dan pembangunan nasional. Sesuai falsafah undangundang<br />

perpajakan, membayar pajak bukan hanya merupakan kewajiban, tetapi<br />

merupakan hak dari setiap warga Negara untuk ikut berpartisipasi dalam bentuk<br />

peran serta terhadap pembiayaan negara dan pembangunan nasional.<br />

Berikut ini akan diuraikan tentang pengertian pajak, prinsip-prinsip pajak,<br />

dampak pajak, pajak komoditas, pajak sektor produktif di negara berkembang,<br />

pajak perusahaan, penggelapan pajak, pajak tidak langsung dinegara<br />

berkembang, pajak internasional dan administrasi perpajakan.<br />

iii


BAB II<br />

ISI<br />

1. PAJAK<br />

1.1 Pengertian Pajak<br />

Pajak adalah sumber utama pendapatan pemerintah. perpajakan perlu<br />

bagi pemerintah untuk meningkatkan pendapatan tetapi di mana prinsip<br />

manfaat tidak dapat langsung diterapkan, pajak memiliki efek yang berbeda<br />

dari harga pasar yang membiayai barang sektor swasta dan pelayanan.<br />

Pajak adalah iuran wajib kepada negara berdasarkan undang-undang<br />

untuk membiayai belanja negara, dan sebagai alat untuk mengatur<br />

kesejahteraan serta perekonomian. Pajak dipungut berdasarkan normanorma<br />

hukum. Dalam ekonomi pajak dapat diartikan sebagai beralihnya<br />

sumber daya dari sektor swasta kepada sektor publik. Pemahaman ini<br />

memberikan gambaran bahwa adanya pajak menyebabkan dua situasi<br />

menjadi berubah. Pertama, berkurangnya kemampuan individu dalam<br />

menguasai sumber daya untuk kepentingan penguasaan barang dan jasa.<br />

Kedua, bertambahnya kemampuan keuangan negara dalam penyediaan<br />

barang dan jasa publik yang merupakan kebutuhan masyarakat.<br />

1.2 Prinsip-Prisip <strong>Perpajakan</strong><br />

Prinsip keadilan menyatakan bahwa pajak harus adil. Kemampuan untuk<br />

kriteria membayar dapat dibagi ke dalam dua prinsip lebih lanjut, adil secara<br />

horizontal dan vertikal. Prinsip adil secara horizontal mengartikan bahwa<br />

orang itu di posisi yang sama, atau menikmati level yang sama dari<br />

kesejahteraan, harus diperlakukan sama, dan mereka harus<br />

menyumbangkan jumlah yang sama dari pajak. Prinsip adil secara vertikal<br />

menyatakan bahwa orang-orang itu pada posisi berbeda harus diperlakukan<br />

dengan bervariasi. Prinsip ini sering menjadi diinterpretasikan seperti<br />

memerlukan perpajakan progresif.<br />

1


Prinsip perpajakan mengatakan bahwa kita tidak dapat memperbaiki<br />

perpajakan dalam pengertian bahwa hal itu tidak mungkin untuk<br />

melaksanakan alokasi tambahan dengan menggunakan mekanisme yang<br />

lebih rumit. <strong>Perpajakan</strong> mengalokasikan barang untuk individu dengan<br />

karakteristik yang berbeda dengan menetapkan anggaran untuk mencapai<br />

hasil yang diinginkan.<br />

Prinsip perpajakan menentukan alokasi apa yang dapat dicapai di bawah<br />

informasi dan kendala insentif: yaitu semua alokasi yang dapat<br />

diimplementasikan menggunakan sistem pajak yang cocok. Sejak prinsip ini<br />

mendasari pembenaran untuk memanfaatkan perpajakan, itu sangat penting<br />

untuk keadaan yang tepat. Untuk melakukan ini kita perlu beberapa definisi.<br />

1.3 Dampak Pajak<br />

Dampak dari pajak komoditas cukup mudah dipahami pembebanan<br />

dari pajak menaikkan harga barang itu sendiri . Di sisi konsumen<br />

pasar,Dampak st<strong>and</strong>ar analisis efek pendapatan dan substitusi memprediksi<br />

apa yang akan terjadi permintaan pajak. Untuk produsen, dampak pajak<br />

adalah kenaikan biaya. Yang lebih menarik adalah pilihan set terbaik dari<br />

pajak bagi pemerintah. Ada pengaturan yang menarik beberapa untuk<br />

pertanyaan ini. Versi yang paling sederhana dapat digambarkan sebagai<br />

berikut: Ada suatu tingkat pendapatan pemerintah untuk dibesarkan<br />

yang harus dibiayai sendiri oleh pajak atas komoditas. Bagaimana pajak<br />

diatur sehingga dapat meminimalkan biaya untuk masyarakat untuk<br />

menaikkan pendapatan yang diperlukan.<br />

2


Periode 2<br />

C<br />

E<br />

A<br />

R 2<br />

T 2<br />

R<br />

Q<br />

T<br />

c<br />

d<br />

Y 2<br />

V 2<br />

V<br />

Y<br />

o T 1 R 1<br />

V 1 F Y 1 D B<br />

Periode 1<br />

Dampak pajak terhadap tabungan<br />

Sumber : Guritno Mangkoesoebroto<br />

Titik Y 1 adalah tingkat pendapatan individu yang belum dikenakan pajak<br />

pada periode 1 , dan Y 2 adalah tingkat pendapatan individu yang belum<br />

dikenakan pajak pada periode 2. Sehingga seorang individu mempunyai<br />

pendapatan pada periode 1 dan periode 2 sebesar titik Y. Pada pendapatan<br />

sebesar Y 1 pada periode 1 seseorang akan mempunyai tabungan sebesar<br />

R 1 Y 1 dan pada pendapatan Y 2 pada periode 2 seseorang akan mempunyai<br />

tabungan sebesar R 2 Y 2 . Titik T adalah keseimbangan konsumen sesudah ada<br />

bunga dan titik Q adalah keseimbangan konsumen sebelum ada bunga.<br />

Dalam hal ini garis anggarannya adalah CD dan AB dan kurva indiverennya<br />

adalah c. pajak perseorangan yang dipungut pada periode 1 sama dengan<br />

periode 2 yaitu sebesar V 1 Y 1 =V 2 Y 2 yang harus dibayarkan. Sehingga<br />

pendapatan bersih pada periode 1 adalah pendapatan bruto (OY 1 ) dikurangi<br />

dengan pajak perseorangan (V 1 Y 1 ) dan pendapatan bersih pada periode 2<br />

adalah OY 2 -V 2 Y 2 . Dengan adanya pajak perseorangan, seseoranng<br />

3


mengubah jumlah tabungannya pada periode 1 dari R 1 Y 1 menjadi T 1 Y 1 . Dalam<br />

diagram diatas terlihat bahwa R 1 Y 1 =T 1 Y 1 yang berarti adanya pajak<br />

perseorangan menyebabkan seseorang tidak mengubah tabungannya pada<br />

periode 1 dengan situasi sebelum adanya pajak. Hal itu tidak selalu demikian<br />

karena mungkin saja R 1 Y 1 > T 1 Y 1 atau R 1 Y 1 < T 1 Y 1 . Dan pada periode 2<br />

seseorang akan mengubah jumlah tabungannya dari R 2 Y 2 menjadi T 2 Y 2 .<br />

2. PAJAK KOMODITAS<br />

2.1 Optimalisasi <strong>Perpajakan</strong><br />

Tujuan dari analisis adalah untuk menemukan kumpulan pajak yang<br />

memberikan tingkat kesejahteraan tertinggi sementara meningkatkan<br />

pendapatan diperlukan oleh pemerintah. Kumpulan pajak yang memberikan<br />

tingkat kesejahteraan tertinggi disebut optimal. Dalam menentukan pajak,<br />

konsumen harus dibiarkan bebas memilih rencana mengkonsumsi yang paling<br />

mereka sukai dengan harga yang dihasilkan dan perusahaan terus<br />

memaksimalkan keuntungan. Pajak-pajak juga harus mengarah pada harga<br />

yang menyamakan penawaran dengan permintaan. <strong>Bagian</strong> ini akan<br />

mempertimbangkan masalah untuk kasus konsumen tunggal. Pembatasan ini<br />

menjamin bahwa pertimbangan efisiensi muncul. Masalah yang lebih<br />

kompleks yang melibatkan ekuitas, serta efisiensi.<br />

Revenue <strong>and</strong> production possibilities<br />

Sumber:Ebook Hindriks<br />

4


Garis horizontal menunjukkan penggunaan tenaga kerja yang digunakan<br />

sebagai masukan, sedangkan sumbu vertikal menunjukkan output yang dijual<br />

oleh perusahaan kepada konsumen. Daerah Y adalah kumpulan pendapatan<br />

perusahaan yang dalam hal ini juga merupakan kumpulan pendapatan untuk<br />

perekonomian.daerah Y berpindah karena potongan pajak ( R ). Normalisasi<br />

pada tingkat upah 1 mengakibat harga output untuk perusahaan mengarah ke<br />

keuntungan nol yang ditunjukkan oleh p. ini adalah tingkat keuntungan tetap<br />

dan menjadi harga keseimbangan bagi perusahaan.<br />

Consumer choice<br />

Sumber : Ebook Hindriks<br />

Gambar di atas menunjukkan batas anggaran dan pilihan konsumen.<br />

Batas anggaran untuk konsumen dibangun dengan menetapkan harga<br />

konsumen untuk output ke q dengan tingkat upah 1. Pajak atas konsumsi<br />

barang ditunjukkan dengan perbedaan di antara q dan p. Harus diperhatikan<br />

bahwa tenaga kerja tidak terkena pajak. Sifat penting dari batas anggaran<br />

adalah miring ke atas dan harus melewati titik asal. Pilihan konsumen diwakili<br />

oleh kurva indiferen. Penawaran tenaga kerja menyebabkan kurangnya utilitas<br />

konsumen sehingga peningkatan penawaran tenaga kerja harus diimbangi<br />

dengan konsumsi yang lebih dari output untuk menjaga utilitas agar konstan.<br />

Kurva indiferensi miring ke bawah. Memberikan preferensi, pilihan yang<br />

optimal ditemukan pada persinggungan batas anggaran dan kurva indiferen<br />

tertinggi yang dapat dicapai. Penafsiran yang memberikan ke kurva<br />

5


penawaran adalah itu titik pada kurva adalah satu-satunya yang konsisten<br />

dengan maksimalisasi utilitas oleh konsumen pada tidak adanya potongan<br />

pajak.<br />

Gambar-gambar diatas dapat ditumpangkan untuk menyatakan produksi<br />

dan keputusan konsumsi secara bersamaan.<br />

Optimal Commodity Taxation<br />

Sumber :Ebook Hindriks<br />

Tingkat utilitas maksimal dicapai pada kurva penawaran pada titik di<br />

mana ia memotong perbatasan produksi, optimalisasi dilambangkan dengan<br />

huruf e dan konsumen adalah pada kurva indiveren I 0 . t * = q - p, adalah<br />

tingkat pajak yang optimal. Artinya pajak yang menjamin konsumen memilih<br />

titik e. Tarif pajak ini juga harus memastikan bahwa pemerintah meningkatkan<br />

pendapatan yang diperlukan sehingga t * x * = R, di mana x * adalah tingkat<br />

konsumsi pada titik e. Dan R adalah potongan pajak. I 1 adalah kurva indiveren<br />

tertinggi dapat dicapai konsumen untuk memberikan kumpulan produksi dan<br />

utilitas dimaksimalkan pada * e. Hal ini akan dipilih oleh konsumen jika mereka<br />

menghadapi batas anggaran yang bertepatan dengan perbatasan produksi.<br />

2.2 Aturan-aturan <strong>Perpajakan</strong><br />

Peraturan perpajakan dapat dihitung dengan fungsi utilitas dan<br />

parameter produksi maka tarif pajak yang sebenarnya dapat dihitung.<br />

6


Penggunaan kedua aturan tersebut adalah untuk mendapatkan beberapa<br />

kesimpulan umum tentang faktor-faktor penentu tarif pajak. dilakukan dengan<br />

menganalisis dan memahami masing-masing komponen. Mengingat kembali<br />

bahwa istilah substitusi perubahan permintaan dengan utilitas tetap konstan.<br />

Ramsey mengatakan bahwa sistem perpajakan yang optimal harus<br />

sedemikian rupa sehingga permintaan kompensasi untuk masing-masing<br />

pihak berkurang dalam proporsi yang relatif sama terhadap posisi sebelum<br />

pajak. Ini adalah interpretasi st<strong>and</strong>ar dari aturan Ramsey.<br />

Meskipun tarif pajak yang sebenarnya hanya implisit dalam aturan<br />

Ramsey, beberapa komentar masih dapat dibuat. Menggunakan pendekatan<br />

interpretasi, aturan menunjukkan bahwa sebagai pengurangan proporsional<br />

dalam permintaan kompensasi harus sama untuk semua barang, barangbarang<br />

yang tidak responsif terhadap permintaan perubahan harga harus<br />

menanggung pajak yang lebih tinggi. Meskipun luas, pernyataan ini hanya<br />

bisa sepenuhnya dibenarkan ketika semua efek harga silang dicatat. Satu<br />

kasus sederhana yang mengatasi kesulitan ini adalah bahwa di mana tidak<br />

ada efek harga silang antara barang yang dikenakan pajak.<br />

2.3 Efisiensi <strong>Perpajakan</strong><br />

Aturan pajak tersebut hanya dianggap kasus kompetitif. Ketika ada<br />

masalah pasar persingan tidak sempurna harus diperhitungkan. Fakta<br />

dasarnya adalah bahwa ketidak sempurna perusahaan kompetitif<br />

menghasilkan kurang dari tingkat output efisien. Hal ini memberikan alasan<br />

dasar untuk mensubsidi output mereka relatif terhadap perusahaan yang<br />

kompetitif.<br />

Analisis pengenaan pajak dengan persaingan tidak sempurna adalah<br />

pertanyaan menarik karena keseimbangan tanpa intervensi tidak akan<br />

tercapai Pareto efisien. Pajak-pajak komoditas dapat digunakan untuk<br />

mengimbangi inefisiensi ini dan meningkatkan tingkat kesejahteraan. Untuk<br />

mengambil pengamatan ini, diasumsikan bahwa pajak komoditas<br />

meningkatkan tidak ada pendapatan bersih sehingga efeknya dirasakan<br />

sepenuhnya melalui perubahan mereka menyebabkan harga relatif.<br />

7


Tingkat pergeseran pajak penting dalam penentuan tarif relatif perpajakan.<br />

Meskipun ekonomi disederhanakan oleh abstrak jauh dari efek keuntungan, itu<br />

menunjukkan bahwa dengan kompetisi perpajakan komoditas yang tidak<br />

sempurna dapat termotivasi dengan alasan efisiensi.<br />

3. PAJAK SEKTOR PRODUKTIF di Negara BERKEMBANG<br />

3.1 Bea Ekspor<br />

Tanzi (1991) telah menguraikan sejumlah argumen tradisional untuk<br />

menjelaskan mengapa negara-negara memberlakukan pajak ekspor. Pajak<br />

ekspor dapat dikenakan untuk menekan harga internal produk. Ini setara<br />

dengan subsidi implisit untuk konsumsi produk di rumah. Ia mengutip kasus<br />

beras di Thail<strong>and</strong> dan daging di Argentina. Dalam hal ini, pajak ekspor dapat<br />

mendistribusikan pendapatan kepada konsumen berpenghasilan rendah.<br />

Pajak ekspor juga dapat digunakan untuk menstimulasi produksi lokal,<br />

atau ekspor banyak produk yang diproses menggunakan bahan baku dalam<br />

negeri sebagai masukan. Pendekatan ini mendorong manufaktur lokal. Pajak<br />

ekspor juga dapat digunakan untuk mempromosikan pangan yang lebih baik<br />

terutama ketika beberapa kwalitas yang dihasilkan. Hal ini dicapai dengan<br />

mengenakan pajak lebih rendah pada tingkat lebih tinggi dari nilai berkualitas<br />

tinggi.<br />

Alasan lain untuk pajak ekspor termasuk keuntungan tak terduga<br />

mensterilkan sebagai akibat dari harga tinggi. Mengekstrak kelebihannya dari<br />

sektor pertanian untuk digunakan dalam bentuk modal juga merupakan alasan<br />

untuk pajak ekspor. Di beberapa negara, pajak ekspor dianggap sebagai uang<br />

muka untuk pajak penghasilan, atau sebagai pengganti pajak tanah. Argumen<br />

di atas memiliki beberapa pembenaran pada tahun 1970 untuk negara-negara<br />

pada tahap awal pembangunan.<br />

Goode(1984) menunjukkan bahwa bea ekspor merupakan proporsi<br />

substansil dari pendapatan di beberapa negara berkembangdi 1970s. bea<br />

ekspor sebagai persentase pendapatan untuk 31 negara berkembang<br />

bergerak dari rata-rata 5 persen untuk Filipina ke 28 persen ke Ghana.<br />

Ada dua alasan utama untuk penurunan pajak ekspor pada 1990-an.<br />

Pertama, banyak negara-negara telah berusaha untuk diversifikasi ekonomi<br />

8


mereka jauh dari ekspor pokok dan mengejar program penyesuaian struktural<br />

untuk mencapai tujuan ini. Kedua, negara-negara berkembang sekarang<br />

menempatkan kepercayaan yang lebih pada pajak internal seperti PPN.<br />

Sebagai hasil dari tren ini, argumen diajukan untuk pajak ekspor oleh Tanzi<br />

(1991) dan lain-lain memiliki kepentingan kurang dalam hitungan pengambilan<br />

keputusan oleh sebagian besar pemerintah. Penekanan pada penghasilan<br />

devisa dalam mencapai keseimbangan pembayaran melebihi argumen untuk<br />

pajak ekspor di negara berkembang.<br />

3.2 Pajak Pariwisata<br />

Pariwisata perpajakan tidak diberi banyak perhatian dalam literatur<br />

keuangan negara. Saya tidak mengetahui adanya studi yang diterbitkan<br />

secara kuantitatif memeriksa kejadian dan efisiensi pajak pariwisata. Sebuah<br />

artikel oleh Bird (1992) adalah analisis jelas tentang alasan untuk perpajakan<br />

pariwisata, serta manfaat relatif dari berbagai jenis pajak pariwisata. Sebuah<br />

studi oleh Karibia Organisasi Pariwisata (1996) juga menyediakan survei dari<br />

pajak pariwisata di Karibia.<br />

Salah satu alasan sulitnya menganalisis kejadian pajak pariwisata adalah<br />

hasil dari karakter yang beragam dari industri pariwisata. Pajak atas sektor<br />

hotel mudah untuk mengidentifikasi untuk tujuan statistik, tetapi pajak lainnya<br />

atas layanan wisata tambahan tidak dapat dipisahkan dari pendapatan pajak<br />

yang diperoleh dari konsumen lain dalam perekonomian.<br />

Kedua, industri pariwisata di sebagian besar negara berkembang manfaat<br />

dari berbagai insentif pajak, membuat kejadian setelah dikurangi pajak pada<br />

wisatawan dan bisnis sulit untuk ditentukan. Kebanyakan insentif berupa<br />

keringanan bea masuk dan pajak keuntungan. Ini meliputi pembebasan<br />

hingga 15 tahun di Jamaika dan St Lucia.<br />

Hal ini juga sulit untuk menentukan biaya efisiensi dari pajak pariwisata,<br />

yaitu dampak pajak atas alokasi sumber daya. Telah disarankan bahwa<br />

insentif pajak untuk mendorong investasi pariwisata tidak efisien. Sebuah<br />

penelitian yang disponsori oleh Organisasi Negara-negara Amerika dan<br />

Karibia Organisasi Pariwisata (1990) menemukan bahwa tidak ada hubungan<br />

yang terlihat antara tingkat insentif dan peningkatan investasi Hotel diukur<br />

dengan kapasitas ruangan yang tersedia. Insentif lebih berguna dalam<br />

9


menarik investor lokal. Investor internasional lebih sedikit terpengaruh oleh<br />

insentif fiskal saja. Karibia Pariwisata penelitian Organisasi (1996), sementara<br />

mengakui argumen di atas, masih direkomendasikan bahwa insentif harus<br />

berorientasi ke arah menurunkan biaya input seperti bea masuk lebih rendah<br />

pada makanan dan minuman, pajak properti yang lebih rendah, dan kredit<br />

pajak untuk pelatihan.<br />

Saya tidak mendukung p<strong>and</strong>angan Bird (1992) bahwa subsidi investasi<br />

swasta di bidang pariwisata adalah kontraproduktif. Kita juga harus memeriksa<br />

uang, kerja dan output manfaat asing dari investasi tersebut. Pariwisata tentu<br />

memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi. Beberapa tingkat<br />

subsidi diperlukan untuk mempertahankan daya saing harga internasional.<br />

Namun, sifat insentif harus berubah untuk mengurangi penekanan pada<br />

konstruksi baru dan refurbishing penghargaan, pelatihan, pemasaran, dan<br />

penciptaan lapangan kerja. Mclntyre, Arthur dan Charles (1993) telah<br />

mengusulkan bahwa 90 persen dari keuntungan harus dibebaskan lebih dari<br />

100 persen. Ini mungkin salah satu cara menurunkan sedikit tingkat subsidi,<br />

bukan sepenuhnya menghilangkan subsidi.<br />

Pajak pada pariwisata terdiri dari pajak penjualan umum seperti PPN, bea<br />

masuk, perusahaan, dan pajak properti.<br />

3.3 Pajak Bumi/Tanah<br />

Pajak pertanian diperlukan untuk mempercepat pembentukan modal di<br />

sektor kapitalis. Argumen ini jelas diterapkan pada perekonomian di tahaptahap<br />

awal pengembangan. Sebagai pertumbuhan ekonomi, sumber-sumber<br />

keuangan menjadi lebih penting. Ini meliputi pinjaman luar negeri, perpajakan<br />

sektor lainnya serta pinjaman dalam negeri. Di beberapa negara<br />

berkembang, pertanian tidak lagi menjadi sektor terbesar dan karena itu tidak<br />

dapat menyediakan sumber besar pajak untuk pembangunan ekonomi. Jika<br />

pemerintah ingin memaksimalkan devisa dari sektor pertanian, pajak yang<br />

berat dari lahan pertanian menjadi jelas kontraproduktif dan tidak boleh<br />

digunakan untuk mencapai tujuan pembangunan. Selanjutnya, tanah pajak<br />

nilai menghasilkan penghasilan yang sedikit dan mahal untuk<br />

dikelola(Strasma et al. 1990).<br />

10


Terkadang dipercaya bahwa pajak pada tanah pertanian akan<br />

mempengaruhi petani untuk meningkatkan produktifitas tanah mereka atau<br />

menjual tanah yang tidak produktif ke petani kecil.<br />

Bird (1974) telah mengidentifikasi empat cara untuk mengaji pajak pada<br />

tanah pertanian:<br />

a) Di rem pajak berl<strong>and</strong>askan pada area tanah.<br />

b) Pajak berl<strong>and</strong>askan pada pendapatan bersih atau kotor dari tanah.<br />

c) Pajak berl<strong>and</strong>askan pada nilai sewa.<br />

d) Menaikkan pungutan pada perbaikan di nilai tanah.<br />

Pajak pada area tanah biasanya mudah untuk diatur, dan tingkat<br />

keseragaman pungutan menurut wilayah pertanian atau setiap pembayaran<br />

pajak kepemilikan tanah, tanpa peduli ke kapasitas tanah untuk<br />

menghasilkan pendapatan (Bird 1974). Meskipun keuntungan administrasi<br />

dari pajak ini , ini adalah salah satu cara terbatas untuk menaikkan<br />

pendapatan pemerintah pusat (Skinner 1991).<br />

Banyak cara yang digunakan untuk mengaji pajak tanah pertanian adalah<br />

perpajakan dari nilai sewa.nilai sewa berl<strong>and</strong>askan p<strong>and</strong>angan bahwa sewa<br />

itu untuk sebidang tanah yang ditentukan oleh kelebihan hasil pada marginal<br />

atau tanah yang berkualitas rendah. Nilai sewa dapat diekspresikan sebagai<br />

satu pembayaran untuk penggunaan tanah atau sebagai nilai modal dari<br />

tanah. Pajak tanah biasanya ditentukan pada nilai modal dari tanah yang nilai<br />

nasional ditentukan oleh juru taksir (Bird 1974). Dalam beberapa<br />

kesempatan, pajak tanah ditentukan pada nilai lokasi yang setara ke nilai<br />

modal peningkatan kurang. Pada beberapa negara, nilai lokasi dari tanah<br />

pertanian dikenakan pajak pada tafir istimewa dib<strong>and</strong>ingkan dengan pajak<br />

kekayaan umum pada ditingkatkan nilai kapital.<br />

Teori ekonomi memberitahukan kita bahwa jika tanah pertanian<br />

diperbaiki di persediaan pada pasar kompetitif yang sempurna, pajak akan<br />

dilahirkan oleh tuan tanah.<br />

11


3.4 <strong>Perpajakan</strong> Sektor Keuangan<br />

<strong>Perpajakan</strong> sektor keuangan biasanya tidak dibahas dalam buku teks<br />

keuangan publik. Pajak dari sektor keuangan terdiri dari pajak eksplisit dan<br />

implisit. Pajak eksplisit termasuk pajak perusahaan, pajak atas pinjaman,<br />

pendapatan bunga, dan pajak atas aktiva. Di banyak negara, sektor<br />

keuangan dibebaskan dari PPN atas jasa keuangan. Ini berarti bahwa<br />

meskipun sektor keuangan tidak dapat mengisi PPN atas jasa keuangan,<br />

sektor ini masih harus membayar PPN atas pembelian (lihat Stotsky (1995)<br />

untuk pembahasan pajak eksplisit pada lembaga keuangan). Di Barbados,<br />

misalnya, pajak eksplisit mencakup pemotongan pajak 12,5 persen atas<br />

bunga deposito dan pajak atas aktiva bank umum. Di sektor keuangan, sulit<br />

untuk menentukan kejadian dan efisiensi dari berbagai pajak pada pengguna<br />

jasa keuangan.<br />

Pajak implisit adalah fitur yang menonjol dari kebijakan pemerintah<br />

terhadap bank-bank komersial. Mereka terdiri dari persyaratan giro, plafon<br />

suku bunga, dan target pinjaman di bawah harga pasar. Mereka dianggap<br />

sebagai instrumen represi keuangan, yang ada ketika pemerintah pajak dan<br />

lain-kondisi pembatasan transaksi keuangan mengurangi pertumbuhan relatif<br />

sektor keuangan untuk sektor non-keuangan. Plafon suku bunga dan<br />

persyaratan giro membatasi aliran sumber daya untuk sektor swasta dan<br />

mengalihkan dana ke sektor publik (Fry 1988). Meskipun instrumen tingkat<br />

efektif pajak tersebut sulit untuk ditentukan, pajak ini merupakan sumber<br />

penting pendapatan pemerintah.<br />

Chamley (1991) telah berusaha untuk mengukur efisiensi biaya pajak<br />

implisit. Dia mengidentifikasi berbagai jenis efisiensi dalam pengenaan pajak<br />

aset keuangan di negara berkembang. Yang pertama adalah penurunan<br />

tingkat aset keuangan dalam sistem perbankan dan pengalihan aset ke pasar<br />

keuangan asing dan sektor informal. Kedua, pajak ini mengubah alokasi aset<br />

yang tersedia dan memperkuat ketidaksempurnaan yang ada di pasar kredit.<br />

Ketiga, pajak implisit mengurangi tingkat tabungan dan alokasi antarwaktu<br />

sumber daya.<br />

Chamley mencoba untuk mengukur biaya efisiensi dari pajak implisit<br />

menggunakan analisis ekuilibrium parsial. Dia menemukan bahwa biaya<br />

efisiensi lebih tinggi bila laju inflasi tinggi. Keterbatasan analisis Chamley<br />

12


adalah bahwa sejumlah besar variabel dipengaruhi oleh represi keuangan<br />

akan memerlukan analisis keseimbangan umum.<br />

Para pendukung liberalisasi keuangan berpendapat bahwa perlu untuk<br />

mengurangi tingkat pajak implisit, atau menghapusnya untuk meningkatkan<br />

efisiensi sistem keuangan. Ada literatur tentang liberalisasi keuangan (lihat,<br />

misalnya, Williams 1996). Namun, Stiglitz (1994) berpendapat bahwa<br />

kegagalan pasar membutuhkan intervensi pemerintah dalam pasar<br />

keuangan, dan pemerintah di negara berkembang harus melangkah hati-hati<br />

dalam upaya mereka untuk mengatur liberalisasi sistem perbankan.<br />

4 . PAJAK PERUSAHAAN<br />

Perusahaan diperlakukan sebagai entitas yang terpisah untuk tujuan<br />

pajak di semua negara berkembang. perusahaan telah dikenakan pajak<br />

banyak instrumen dengan berbagai motivasi yang berbeda. Transfer antara<br />

perusahaan dan pemegang saham, dalam perilaku korporasi juga<br />

dipengaruhi oleh struktur sistem pajak perorangan (pribadi), terutama melalui<br />

perlakuan pajak yang menguntungkan dari capital gain.<br />

4.1 Pajak Input dan Output<br />

Bentuk yang paling umum dari pajak masukan yang telah dipungut atas<br />

penggunaan tenaga kerja. Di AS, pajak Jaminan Sosial memberikan contoh<br />

yang terkenal. Pembayaran Asuransi Nasional memainkan peran yang sama<br />

di Inggris. Kedua pajak Jaminan Sosial dan Asuransi Nasional menaikkan<br />

biaya tenaga kerja untuk tenaga kerja relatif terhadap harga modal dan input<br />

lainnya. Contoh lain dari pajak atas tenaga kerja adalah Pajak<br />

Ketenagakerjaan Selektif yang dipungut di Inggris antara 1966 dan 1973.<br />

Tingkat Pajak Ketenagakerjaan Selektif adalah sektor-spesifik: ia dikenakan<br />

pajak tenaga kerja di industri jasa dan disubsidi dalam manufaktur. Untuk<br />

diskusi lebih lanjut efek dari pajak ini melihat Reddaway (1970).<br />

Faktor subsidi juga telah digunakan untuk meningkatkan<br />

tambahan investasi. Subsidi tersebut memiliki efek menurunkan biaya unit<br />

tambahan modal relatif terhadap tenaga kerja. Subsidi ini sering diberikan<br />

dalam bentuk potongan depresiasi tetapi subsidi tunai untuk beberapa bentuk<br />

13


investasi di wilayah geografis tertentu telah tersedia berdasarkan Undang-<br />

Undang Industri 1972 di Inggris. Pajak keuntungan perusahaan telah sering<br />

ditafsirkan sebagai pajak atas modal di sektor korporasi.<br />

Melihat ketentuan keuangan sebagai input untuk perusahaan, telah terjadi<br />

pula perbedaaan perlakuan pembayaran kepada penyedia layanan<br />

keuangan. Pembayaran bunga kepada pemegang obligasi dapat mengurangi<br />

pajak untuk perusahaan tersebut, berbeda dengan dividen yang dikenakan<br />

pajak. Ketentuan keuangan oleh pemegang saham dapat menyebabkan<br />

keuntungan modal yang dikenakan pajak berdasarkan sistem pajak<br />

perorangan pada tingkat yang berbeda untuk bunga yang diterima dari<br />

kepemilikan obligasi atau dari dividen.<br />

Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang dipungut oleh Uni Eropa pada<br />

dasarnya adalah pajak pada output dari perusahaan. Pajak ini didasarkan<br />

pada nilai tambah dalam produksi. Alternatif pajak pada output meliputi<br />

produksi dan pajak penjualan. Berbeda dengan PPN, ini didasarkan pada<br />

output bruto perusahaan daripada Output bersih.<br />

4.2 Sistem Pajak Perusahaan<br />

Sistem pajak yang sekarang digambarkan umumnya disebut sistem klasik<br />

dan sedang digunakan di AS dan banyak negara lain. Hal ini harus<br />

dibedakan untuk sistem imputasi digunakan di Inggris dan sistem dua tingkat.<br />

Motivasi di balik sistem klasik adalah bahwa pajak perusahaan<br />

merupakan pajak atas manfaat yang mengikuti dari pendirian. Dengan<br />

demikian, kewajiban pajak korporasi diperlakukan sebagai sepenuhnya<br />

berbeda dari pemegang saham perusahaan. Akibatnya, keuntungan yang<br />

dikenakan pajak pada tingkat yang ditetapkan untuk pajak perusahaan,<br />

dividen yang dikenakan pajak pada tingkat pajak pendapatan perseorangan<br />

berlaku untuk pemegang saham yang menerima mereka, seperti bunga yang<br />

diterima oleh pemegang obligasi perusahaan, dan tingkat yang terpisah<br />

berlaku untuk keuntungan modal yang dipungut atas realisasi keuntungankeuntungan.<br />

Bunga dibayar oleh perusahaan adalah pengurangan pajak.<br />

Banyak konsekuensi dari sistem pajak berkaitan dengan keuangan<br />

perusahaan mengikuti dari distorsi yang diperkenalkan oleh perlakuan pajak<br />

14


yang berbeda dari dividen dan pembayaran bunga. Di bawah ini, tingkat<br />

pajak korporasi akan dinotasikan τ c, dividen tersebut dikenakan pajak pada<br />

tingkat pribadi τ p dan keuntungan modal pada tingkat τ g. Untuk<br />

mencerminkan realitas dari kode pajak, diasumsikan bahwa τ g


seberapa jauh argumen ini dapat didorong karena hal itu bergantung<br />

setidaknya pada pajak yang dikenakan atas kebenaran keuntungan ekonomi.<br />

Pada akhirnya, pengaruh pajak tergantung pada bagaimana hal itu<br />

mempengaruhi individu dalam ekonomi, atau sebaliknya, dari pajak<br />

perusahaan tergantung pada kejadian terakhir dari pajak.<br />

Banyak argumen yang disebutkan di atas hanya perhatian langsung dari<br />

pembenaran utama untuk memperkenalkan segala bentuk pajak adalah<br />

untuk mencapai tujuan tertentu. Seperti yang selalu terjadi di Teori Kedua<br />

Terbaik meskipun instrumen kebijakan mungkin tidak memiliki peran dalam<br />

Pertama-Terbaik, penggunaannya masih dapat dibenarkan dalam keadaan<br />

lain.<br />

5. PENGGELAPAN PAJAK<br />

Memberikan diskon untuk pembayaran secara tunai adalah hal yang<br />

biasa. Ini hampir terjadi di setiap toko.Hal ini sering terjadi, ketika pembelian<br />

besar dibuat di toko. Sedangkan biaya pemeriksaan keuangan dan komisi<br />

yang dikenakan oleh kartu kredit perusahaan dapat menjelaskan beberapa<br />

diskon ini, penjelasan yang biasa adalah bahwa pembayaran tunai membuat<br />

penyembunyian transaksi jauh lebih mudah. Penghasilan yang dapat<br />

disembunyikan tidak perlu dinyatakan otoritas pajak. Motivasi yang sama<br />

dapat di gunakan untuk klaim biaya.Dengan mengubah pendapatan menjadi<br />

biaya yang dibebaskan dari pajak atau dikurangkan dari pajak, tagihan pajak<br />

dapat dikurangi. Jadi dapat disimpulkan bahwa penggelapan pajak<br />

merupakan tindakan menyembunyikan pendapatan agar terhindar dari<br />

pengenakan pajak yang seharusnya di bebankan kepada wajib pajak.<br />

Penggelapan pajak adalah tindakan ilegal, sehingga menyebabkan banyak<br />

dampak akibat tindakan itu.<br />

16


Sumber : Ebook Hindriks<br />

Titik Y adalah tingkat pendapatan seseorang yang belum diketahui<br />

oleh pemungut pajak. Pendapatan yang dilaporkan oleh wajib pajak, X,<br />

adalah pajak dengan tarif t yang konstan. Jumlah pendapatan yang tidak<br />

dilaporkan adalah Y - X ≥ 0 dan pajak yang belum dibayar adalah [1 – t ]Y.<br />

Ketika wajib pajak menghindari tertangkap, semua pendapatan dikenakan<br />

pajak dan denda (F) atas pajak yang telah dihindari. Ini memberikan tingkat<br />

pendapatan Y c = [1 - t](1+Ft)]Y. Jika pendapatan dikecilkan, kemungkinan<br />

tertangkap adalah p. Asumsikan bahwa wajib pajak berasal utilitas U (Y) dari<br />

Y.setelah membuat pernyataan pendapatan X, tingkat pendapatan Y c terjadi<br />

dengan probabilitas p dan tingkat pendapatan Y nc dengan probabilitas 1 - p.<br />

Dalam menghadapi ketidakpastian seperti itu, wajib pajak harus memilih<br />

pernyataan pendapatan untuk memaksimalkan utilitas yang diharapkan.<br />

Rincian penjualan dapat diidentifikasi dengan mempertimbangkan dua nilai<br />

ekstrim X. Ketika pernyataan maksimal dibuat X = Y, penghasilan wajib<br />

pajak akan [1 - t] Y di kedua negara dunia. Atau, ketika pernyataan minimal<br />

X = 0 dibuat, pendapatan akan [1 - t (1 + F)] Y jika tertangkap dan Y jika<br />

tidak. Pilihan lain yang ada untuk kebohongan konsumen pada gabungan<br />

garis X = 0 dan X = Y ; ini adalah kumpulan kesempatan yang<br />

17


memperlihatkan alokasi terjangkau dari pendapatan di antara dua negara.<br />

Dari fungsi utilitas dapat diperoleh kumpulantitik kurva pengabaian pada<br />

kurva pengabaian yang menjadi tingkat pendapatan di dua negara yang<br />

memberikan tingkat yang sama dari utilitas. Pilih untuk menempatkan titik<br />

dengan pernyataaan X, Ini adalah titik interior dengan 0 < X< Y - beberapa<br />

pajak dihindarkan tetapi beberapa pendapatan diumumkan.<br />

5.1 Tingkat Penggelapan<br />

Penggelapan pajak adalah ilegal,jadi pelaku penggelapan pajak mencoba<br />

menyembunyikan setiap alasan apa yang mereka lakukan.Cara yang mudah<br />

untuk mengukur tingkat penggelapan pajak adalah menggunakan perbedaan<br />

pendapatan dan pengeluaran ukuran pendapatan nasional.Analisis st<strong>and</strong>ar<br />

aliran pendapatan menganjurkan dua hal yang harus sama:apa yang<br />

dikeluarkan dari pendapatan.Bagaimanapun dengan hal itu adanya<br />

penggelapan pajak dapat dikenali.Secara tidak langsung tingkat penggelapan<br />

pajak tidak bisa diukur secara langsung tetapi harus diambil kesimpulan dari<br />

variabel ekonomi yang dapat di observasi.Metode pertama untuk mengukur<br />

tingkat penggelapan pajak dengan menggunakan survei bukti<br />

penggelapan.Hal ini dapat digunakan salah satu masukan prosedur<br />

penghitungan secara langsung atau tidak langsung .Metode umum kedua<br />

yang digunakan adalah mengambil kesimpulan tingkat penggelapan pajak<br />

atau menyembunyikan hal yang umum dari ekonomi,dari observasi variabel<br />

ekonomi yang lain.<br />

5.2 Pemeriksaan dan Hukuman<br />

Analisis keputusan penggelapan pajak diasumsikan ketika<br />

kemungkinan deteksi dan tingkat denda yang dikenakan ketika tertangkap<br />

menghindari pajak. Ini adalah asumsi dari perspektif pembayar pajak<br />

individu. Dari perspektif pemerintah walaupun ini adalah variabel yang dapat<br />

dipilih.Kemungkinan deteksi dapat diajukan oleh pekerja dengan pembayar<br />

pajak tambahan dan dapat juga diatur atau ditetapkan oleh pengadilan.<br />

Tujuan dari bagian ini adalah untuk menganalisis isu yang terlibat dalam<br />

pengambilan keputusan. Langkah selanjutnya adalah mempertimbangkan<br />

18


agaimana mereka mempengaruhi tingkat pendapatan yang diajukan oleh<br />

pemerintah. Pendapatan dalam konteks ini didefinisikan sebagai pajak yang<br />

dibayar plus uang yang diterima dari denda.Tahapan-tahapan diatas<br />

merupakan bagian dari pemeriksaan penggelapan pajak.Untuk hukuman<br />

yang diberikan setelah terbukti melakukan penggelapan pajak adalah jika<br />

hukuman yang berat mungkin diber ikan berarti tingkat penggelapan pajak<br />

amat besar.Hukuman tergantung dengan besarnya tingkat penggelapan<br />

pajak yang dilakukan.Jadi semakin besar tingkat penggelapan pajak maka<br />

semakin besar pula hukuman yang dijatuhkan begitu sebaliknya.<br />

5.3 Bukti Penggelapan<br />

Model penggelapan pajak memperkirakan efek perubahan pada tingkat<br />

penghindaran pajak. Selain itu, efek tergantung pada spesifikasi dari sistem<br />

pajak dan pada asumsi-asumsi tentang sikap terhadap risiko. Ketidakpastian<br />

ini untuk menyelidiki lebih lanjut bukti untuk melihat bagaimana ini<br />

diselesaikan didalam lapangan. Analisa bukti penggelapan pajak juga<br />

memungkinkan penyelidikan kemungkinan parameter lainnya, seperti<br />

sebagai sumber pendapatan, dan hipotesis lain pada penggelapan pajak,<br />

misalnya pentingnya norma-norma sosial.Ada dua pendekatan yang diambil<br />

dalam mempelajari penggelapan pajak. Yang pertama mengumpulkan survei<br />

atau data wawancara dan menggunakan analisis ekonometrik untuk<br />

menyediakan penentuan kuantitatif dari hubungan. Yang kedua telah<br />

menggunakan percobaan untuk memberikan kesempatan merancang<br />

lingkungan untukmengizinkan penyelidikan hipotesis tertentu. Hasil dari<br />

kedua pendekatan tersebut dapat di ikuti. Sebagai contoh ketika level<br />

pendapatan seseorang contras dengan pajak yang di bayarkan maka dapat<br />

dikatakan orang tersebut melakukan penggelapan pajak. Hasil dari kedua<br />

pendekatan tersebut dapat dijadikan bukti penggelapan pajak.Analisis<br />

ekonometrik dan metode survei dapat digunakan untuk menginvestigasi<br />

pentingnya sikap dan sosial normal dalam keputusan penggelapan pajak.<br />

19


6. PAJAK TIDAK LANGSUNG DI NEGARA BERKEMBANG<br />

6.1 Aspek Kuantitas dari Pajak tidak langsung di Negara Berkembang<br />

a. Pajak atas barang dan jasa lebih penting daripada pendapatan<br />

pajak di negara berkembang. Bird (1987) menemukan bahwa pajak tidak<br />

langsung menyediakan lebih dari setengah pendapatan pemerintah pusat<br />

di 56 dari 96 negara berkembang non-minyak.<br />

b. Ada kecenderungan meningkat menjadi pajak penjualan umum dalam<br />

negara berkembang. Pajak penjualan adalah 2,5 persen dari PDB dan<br />

13,8 persen penerimaan pajak, sedikit lebih tinggi dari pajak penghasilan<br />

individu pada 2,08 persen dari PDB dan 10,57 persen dari penerimaan<br />

pajak, masing-masing (Burgess dan Stern 1993).<br />

c. PPN adalah tambahan baru yang paling penting untuk pajak penjualan di<br />

negara-negara ini.<br />

d. Bea masuk adalah sumber yang paling penting dari pendapatan dalam<br />

negara-negara berkembang. Namun, tingkat bea masuk muncul<br />

secara negatif berhubungan dengan pendapatan per kapita, positif<br />

berhubungan dengan tingkat keterbukaan, dan negatif terkait dengan<br />

negara meningkatkan pendapatan dari pajak dalam negeri atas barang<br />

dan jasa (Burgess dan Stern 1993: 780).<br />

e. Total pajak perdagangan adalah 5,1 persen dari PDB dan 29.37 persen<br />

dari pajak pendapatan di negara berkembang. Mereka adalah sama<br />

pentingnya terhadap jumlah pajak penghasilan yang merupakan 5,21<br />

persen dari PDB dan 30,37 persen dari penerimaan pajak (Burgess dan<br />

Stern 1993). Tinggi pendapatan negara berkembang memiliki proporsi<br />

yang lebih rendah dari pajak perdagangan dari negara-negara<br />

berkembang yang berpenghasilan rendah.<br />

f. Bea Ekspor telah menurun dalam pentingnya kontribusi 0,62<br />

persen terhadap PDB dan 4,12 persen untuk penerimaan pajak (Burgess<br />

dan Stern 1993).<br />

g. Cukai sama pentingnya dengan pajak penjualan umum dalam negara<br />

berkembang, memberikan kontribusi 2,1 persen dari PDB dan 12,6<br />

20


persen pajak pendapatan (Burgess dan Stern 1993). Pentingnya<br />

peningkatan dari cukai dikaitkan dengan penurunan pendapatan bea<br />

cukai. Cukai juga lebih sederhana untuk mengelola dan memiliki daya<br />

apung pendapatan yang lebih besar.<br />

h. Ada hubungan antara pendapatan per kapita naik, pendapatan pelanggan<br />

turun, dan semakin pentingnya pajak penghasilan di beberapa negara.<br />

6.2 Persoalan pajak tidak lansung<br />

Dan ada tiga jenis utama dari pajak tak langsung:<br />

· Bea cukai : pungutan pajak yang ditetapkan oleh pemerintah atas<br />

barang/komoditas yang berkaitan dengan ekspor dan impor atau yang<br />

dianggap perlu dikenakan pajak.<br />

· Pajak penjualan : pajak tidak langsung yang dikenakan oleh pengusaha<br />

atas penyerahan barang oleh pabrik atau atas barang-barang impor<br />

· pajak perdagangan internasional dan terdiri atas : bea masuk dan pajak /<br />

punggutan ekspor.<br />

Pajak tak langsung cenderung menyebabkan inflasi terutama jika bea<br />

cukai adalah awal dari proses distribusi. Mungkin biaya cukai cenderung<br />

seperti piramida bisnis yang menambahkan keuntungan kenaikan harga pada<br />

berbagai langkah penghasilan dan distribusi.<br />

7. PAJAK INTERNASIONAL<br />

7.1 Pengenaan pajak insentif untuk investasi asing<br />

Strategi keuangan oleh pemerintah di negara berkembang adalah<br />

penggunaan dari pajak insentif untuk membantu pemasukan dengan<br />

investasi asing. Mengkhususkan pajak insentif meliputi bebas pajak<br />

pendapatan, pajak investasi secara kredit, mempercepat penyusutan<br />

pinjaman , dan pembebasan dari biaya impor.<br />

21


Pajak insentif di negara perkembangan adalah sebagai berikut:<br />

‣ Mengenakan program pajak insentif sangat menolong pemerintah untuk<br />

menyerahkan ke investor asing, dan mampu untuk memulihkan pengaruh<br />

signifikan ongkos investasi mereka sebelum menyerahkan kepada bea<br />

cukai.<br />

‣ Pajak insentif merupakan penolong untuk mengurangi ongkos investasi,<br />

faktor lain seperti availabilitas dari kekayaan alam, infrastruktur, upah<br />

rendah , dan kemantapan politis adalah penting di dalam menarik investor<br />

asing.<br />

‣ Kehilangan pendapatan berpengaruh nyata untuk pemerintah, dan<br />

mungkin menciptakan distorsi pada ekonomi pada taraf intensitas tinggi<br />

ibukota dan taraf rendah dari nilai tambah lokal.<br />

7.2 Tempat Bebas Pajak<br />

Tempat bebas pajak adalah satu tempat dimana yang seseorang<br />

mendapat pendapatan atau asset sendiri tanpa membayar pajak yang tinggi.<br />

Pengenakan pajak biasanya pada bentuk pembebasan dari pendapatan,<br />

tanah. Dan secara umum, karakteristik utama dari tempat bebas pajak adalah<br />

tarif pajak efektif pada pendapatan asing sangat rendah. Yang<br />

Mengkhususkan tempat bebas pajak adalah Bahamas, Bermuda, Cayman<br />

Isl<strong>and</strong>s, Hong Kong, Panama, <strong>and</strong> Singapura.<br />

Bea cukai melindungi negara berkembang dimana tempat bebas<br />

pajak itu akan mempercepat angka mereka dari pertumbuhan ekonomi.<br />

Tempat bebas pajak dipergunakan oleh investor asing untuk mendirikan<br />

badan hukum, perusahaan pribadi, cabang perusahaan. Di tempat bebas<br />

pajak pendapatan dikenakan pajak dengan tarif rendah.<br />

8. ADMINISTRASI PERPAJAKAN<br />

8.1 Ruang Lingkup Administrasi <strong>Perpajakan</strong><br />

Ahli ekonomi telah menyadari bahwa reformasi pajak tidak dapat<br />

bekerja secara efektif kecuali jika negara tersebut meningkatkan pengenakan<br />

administrasi pajak. Administrasi pajak merupakan upaya untuk meningkatkan<br />

efisiensi administratif. Efisiensi administrasi perpajakan tergantung kepada<br />

22


keterampilan dan pengalaman dari pegawai sipil pada departemendepartemen<br />

pajak. Pekerja demikian harus dilatih pada ilmu pengetahuan<br />

tentang teknik yang diperlukan untuk pungutan pajak dan pemeriksaan<br />

keuangan. Berlatih di akuntansi, hukum perpajakan,dan administrasi publik<br />

adalah penting. Salah satu yang paling penting adalah fungsi Pekerja<br />

memeriksa contoh dari wajib pajak. Beberapa keterampilan yang didiskusikan<br />

di atas merupakan beberapa langkah pada Negara berkembang. Pemerintah<br />

membutuhkan pekerja berpengalaman untuk negara ini.<br />

Analisis tentang pentingnya umum administrasi pajak pada karya<br />

Mansfield (1988) dan Frampton (1993). Mansfield (1988: 181) menganggap<br />

administrasi pajak sebagai "daerah longgar didefinisikan yang mencakup<br />

hukum, administrasi publik, sosiologi, dan psikologi serta ekonomi ".<br />

Administrasi pajak dapat dianggap sebagai disiplin eklektik yang<br />

dirancang untuk memfasilitasi kebijakan fiskal dan pengaruh alokasi sumber<br />

daya . Administrasi perpajakan mensyaratkan bahwa kebijakan pajak<br />

diterjemahkan ke dalam serangkaian hukum yang merupakan sistem pajak.<br />

Undang-undang tersebut memungkinkan pemerintah untuk menegakkan<br />

pengumpulan pendapatan. Pajak administrasi perlu memonitor pajak hukum<br />

dalam rangka mendorong secara sukarela,memfasilitasi sistem penilaian<br />

kerja , dan mengurangi penggelapan pajak. Mansfield (1988) menunjukkan<br />

bahwa kegagalan untuk mengelola undang-undang pajak dapat secara efektif<br />

menghasilkan cukup besar kesenjangan antara hukum pajak dan pajak yang<br />

sebenarnya, yang menunjukan konsekuensi negative untuk pendapatan<br />

pemerintah. Kami membahas kriteria Framptons karena mereka tampaknya<br />

cukup komprehensif sebagai p<strong>and</strong>uan untuk administrasi perpajakan yang<br />

mengevaluasi di negara maju dan berkembang.<br />

Kami telah menyebutkan peranan hukum dalam administrasi pajak<br />

tersebut. perundang-undangan pajak diwujudkan dalam tiap tindakan pajak<br />

tersendiri yang menguraikan pada rincian pembayaran pajak potensial,<br />

barang atau jenis pendapatan yang dikenakan pajak, wewenang penegakan<br />

hukum, tanggal pengumpulan pajak, dan hukuman bagi yang melanggar.<br />

Tindakan pajak harus meminimalkan celah yang mendorong penggelapan<br />

pajak. Reformasi sistem perpajakan menyebabkan pembaruan dalam<br />

undang-undang pajak.<br />

23


BAB III<br />

KESIMPULAN<br />

Pajak adalah sumber utama pendapatan pemerintah. perpajakan perlu<br />

bagi pemerintah untuk meningkatkan pendapatan tetapi di mana prinsip manfaat<br />

tidak dapat langsung diterapkan, pajak memiliki efek yang berbeda dari harga<br />

pasar yang membiayai barang sektor swasta dan pelayanan.<br />

Tujuan optimalisasi perpajakan adalah meningkatkan kesejahteraan<br />

masyarakat dengan cara meningkatkan pendapatan pemerintah melalui pajak,<br />

menemukan peraturan perpajakan yang memberikan tingkat kesejahteraan<br />

tertinggi melalui pendapatan yang di terima pemerintah melalui pajak.<br />

Macam-macam pajak sektor produktif di negara berkembang diantaranya<br />

yaitu: bea ekspor, pajak pariwisata, pajak bumi(tanah),dan lain-lain.<br />

Dalam Perusahaan diperlakukan sebagai entitas yang terpisah untuk<br />

tujuan pajak di semua negara maju. perusahaan telah dikenakan pajak banyak<br />

instrumen dengan berbagai motivasi yang berbeda.<br />

Dalam kehidupan kita pernah menemukan kasus penggelapan pajak.<br />

penggelapan pajak merupakan tindakan menyembunyikan pendapatan agar<br />

terhindar dari pengenakan pajak yang seharusnya di bebankan kepada wajib<br />

pajak. Penggelapan pajak adalah tindakan ilegal, sehingga menyebabka banyak<br />

dampak akibat tindakan itu.<br />

Tempat bebas pajak adalah satu tempat dimana yang seseorang<br />

mendapat pendapatan atau asset sendiri tanpa membayar pajak yang tinggi.<br />

Pengenakan pajak biasanya pada bentuk pembebasan dari pendapatan, tanah.<br />

Dan secara umum, karakteristik utama dari tempat bebas pajak adalah tarif pajak<br />

efektif pada pendapatan asing sangat rendah.<br />

Pajak tidak dapat bekerja secara efektif kecuali jika negara tersebut<br />

meningkatkan pengenakan administrasi pajak. Administrasi pajak merupakan<br />

upaya untuk meningkatkan efisiensi administratif. Efisiensi administrasi<br />

perpajakan tergantung kepada keterampilan dan pengalaman dari pegawai sipil<br />

pada departemen-departemen pajak.<br />

24


STUDI KASUS<br />

Sumber : RADAR MALANG – Selasa 15 Mei 20112<br />

Kasus:<br />

Sebuah usaha yang di kenakan PPN (pajak pertambahan nilai).<br />

seseorangh melakukan pembelian barang pada Maret 2012 dan sudah dikenai<br />

PPN. tetapi untuk penjualan barang Maret 2012, PPN belum bisa di<br />

perhitungkan.<br />

Analisis:<br />

Pelaporan untuk surat pemberitahuan masa PPN dapat dilakukan sesuai<br />

dengan ketentuan berikut. Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 tentang Pajak<br />

Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas barang Mewah<br />

Pasal 9 Ayat (9) menyatakan bahwa "pajak masukan yang dapat di kreditkan<br />

tetapi belum di kreditkan dengan pajak keluaran pada masa pajak yang sama<br />

dapat dikreditkan pada masa pajak berikutnya paling lama 3 (tiga) bulan setelah<br />

berakhirnya masa pajak yang bersangkutan sepanjang belum dibebankan<br />

sebagai biaya dan belum dilakukan pemekrisaan."<br />

Solusi:<br />

Penjelasannya adalah ketentuan memungkinkan pengusaha kena pajak<br />

untuk mengkreditkan pajak masukan dengan pajak keluaran dalam masa pajak<br />

yang tidak sama, yang disebabkan antara lain oleh faktur pajak terlambat<br />

diterima. pengkreditan pajak masukan dalam masa pajak yang tidak sama<br />

tersebut hanya diperkenakan dilakukan pada masa pajak berikutnya paling<br />

lambat 3 bulan setelah berakhirnya masa pajak yang bersangkutan. Dalam hal<br />

jangka waktu tersebut telah dilampaui, pengkreditan pajak masukan tersebut<br />

dapat dilakukan melalui pembetulan surat pemberitahuan surat pajak masa pajak<br />

pertambahan nilai yang bersangkutan. kedua cara pengkreditan tersebut hanya<br />

dapat dilakukan apabila pajak masukan yang bersangkutan belum dibebankan<br />

sebagai biaya / tidak di tambahkan (di kapitalisasi) kepada harga perolehan<br />

barang kena pajak / jasa kena pajak yang belum dilakukan pemeriksaan .<br />

25


Contoh:<br />

Pajak masukan atas perolehan barang kena pajak yang faktur pajaknya<br />

tertanggal 7 Juli 2010 dapat di kreditkan dengan pajak keluaran pada masa Juli<br />

2010 / pada masa pajak berikutnya paling lambat masa pajak Oktober 2010.<br />

sehingga apabila transaksi dilakukan Maret 2012 dan faktur tertanggal Maret<br />

2012 dapat dikreditkan dengan masa pajak Maret 2012 / pada masa pajak<br />

berikutnya paling lambat masa pajak Juni 2012.<br />

26


DAFTAR PUSTAKA<br />

v Publik_<strong>Economics</strong> Myles.pdf - Adobe Reader<br />

v <strong>Public</strong> Sector <strong>Economics</strong> Howard.pdf - Adobe Reader<br />

v <strong>Public</strong> <strong>Finance</strong>.pdf - Adobe Reader<br />

v Hindriks – Intermediate <strong>Public</strong> <strong>Economics</strong> – 2004.pdf - Adobe Reader<br />

v RADAR MALANG – Selasa 15 Mei 2012<br />

v Goode ( 1984 )<br />

v Tanzi ( 1991 )<br />

v Studi Organisasi Pariwisata Karibia ( 1996 )<br />

v Bird ( 1974 )<br />

v Skinner ( 1991 )<br />

v Stotsky ( 1995 )<br />

v Fry ( 1988 )<br />

v Chamley ( 1991 )<br />

v Williams ( 1996 )<br />

v Stiglitz ( 1994 )<br />

v Bird (1987 )<br />

v Burgess dan Stern ( 1993 )<br />

v Mansfield ( 1988 )<br />

v Frampton ( 1993 )<br />

27


SOAL-SOAL<br />

1. Dalam mempelajari penggelapan pajak ada beberapa pendekatan yang di<br />

gunakan , dibawah ini merupakan pendekatan-pendekatan yang di gunakan<br />

kecuali . . .<br />

a. Mengumpulkan survey atau data wawancara<br />

b. Menggunakan analisis ekonometrik<br />

c. Menggunakan percobaqan<br />

d. Tidak menggunakan analisis ekonometrik<br />

2. Sistem perpajakan yang digunakan negara Eropa adalah . . .<br />

a. Sistem klasik<br />

b. Sistem imputasi<br />

c. Official Assessment<br />

d. Self-Assessment<br />

3. Di bawah ini adalah cara untuk mengaji pajak pada tanah pertanian menurut<br />

Bird, kecuali . . .<br />

a. Pajak tidak berl<strong>and</strong>askan pada nilai sewa<br />

b. Pajak berl<strong>and</strong>askan pada pendapatan bersih atau kotor dari pajak<br />

c. Menaikkan pungutan pada perbaikan di nilai tanah<br />

d. Pajak berl<strong>and</strong>askan pada nilai sewa<br />

4. Pajak tidak langsung adalah pajak yang dikenakan kepada wajib pajak pada<br />

saat tertentu atau terjadi suatu peristiwa kena pajak. Yang termasuk jenis dari<br />

pajak tak langsung adalah . . .<br />

a. Bea cukai<br />

b. Pajak Penjualan<br />

c. c. Jawaban A dan B salah<br />

d. d. Jawaban A dan B benar<br />

28


5. Tempat bebas pajak adalah satu tempat dimana yang seseorang mendapat<br />

pendapatan atau asset sendiri tanpa membayar pajak yang tinggi.<br />

Tempat yang mengkhususkan dan tidak mengkhususkan bebas pajak:<br />

1. Thail<strong>and</strong> 4. Bermuda 7. Malaysia<br />

2. Singapura 5. Cina 8. Panama<br />

3. Cayman Isl<strong>and</strong>s 6. Hong Kong 9. Beijing<br />

Tempat yang mengkhususkan untuk bebas pajak adalah . . .<br />

a. 1,3,5,7,9 b. 2,3,5,8,9 c. 2,3,4,6,8 d. 3,5,6,7,9<br />

6. Tindakan menyembunyikan pendapatan agar terhindar dari pengenakan<br />

pajak yang seharusnya di bebankan kepada wajib pajak disebut . . .<br />

7. Jenis pajak yang dapat ditarik untuk menekan harga internal dari produk dan<br />

dapat digunakan untuk merangsang produksi lokaladalah . . .<br />

8. penggelapan pajak merupakan tindakan menyembunyikan pendapatan agar<br />

terhindar dari pengenakan pajak yang seharusnya di bebankan kepada wajib<br />

pajak. Penggelapan pajak adalah . . . sehingga menyebabkan banyak<br />

dampak akibat tindakan itu.<br />

9. Upaya untuk meningkatkan efisiensi administratif adalah dengan . . .<br />

29


KATA KUNCI<br />

‣ Pajak<br />

‣ Pengecualian Pajak<br />

‣ Klaim<br />

‣ Penggelapan pajak<br />

‣ Capital gains<br />

‣ Distorsi<br />

: iuran wajin kepada negara berdasarkan<br />

undang-undang untuk membiayai belanja<br />

negara dan sebagai alat untuk mengatur<br />

kesejahteraan serta perekonomian.<br />

: hak yang dijamin undang-undang untuk<br />

dibebaskan dari kewajiban membayar pajak<br />

karena bukan subjek dan objek pajak, seperti<br />

properti yang digunakan untuk tujuan<br />

pendidikan, keagamaan, sosial, konsul-konsul,<br />

dan wakil diplomat asing.<br />

: Permintaan ganti rugi dari tertanggung kepada<br />

penaggung sesuai dengan kerugiaan yang<br />

dipertanggungkan berdasarkan polisnya.<br />

: Tindakan menyembunyikan pendapatan agar<br />

terhindar dari pengenakan pajak yang<br />

seharusnya di bebankan kepada wajib pajak.<br />

: Keuntungan Modal ( Capital gains ) adalah<br />

suatu keuntungan atau laba yang diperoleh dari<br />

investasi dalam surat berharga atau efek,<br />

seperti saham, obligasi atau dalam bidang<br />

properti, dimana nilainya melebihi harga<br />

pembelian.<br />

: (atau ketidak sempurnaan pasar ) adalah<br />

suatu yang mengganggu agen ekonomi dalam<br />

memaksimalkan kesejahteraan social dalam<br />

rangka memaksimalkan kesejahteraan mereka<br />

sendiri.<br />

30

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!