Komplek Masjid Agung Al Azhar - Al-Azhar Peduli Ummat
Komplek Masjid Agung Al Azhar - Al-Azhar Peduli Ummat
Komplek Masjid Agung Al Azhar - Al-Azhar Peduli Ummat
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
Fokus<br />
Santri yang Terkapar di Lantai<br />
Ide pembangunan Rumah Gemilang Indonesia<br />
berawal dari keprihatinan awak <strong>Al</strong> <strong>Azhar</strong> <strong>Peduli</strong><br />
<strong>Ummat</strong> yang saban hari mendampingi anakanak<br />
dhuafa yang bersekolah di sekolah-sekolah<br />
rakyat. Sekolah-sekolah yang menjadi wujud<br />
kepedulian nyata para pengelolanya itu tersebar<br />
dari TPA Bantar Gebang hingga di sebuah desa<br />
terpencil nan sangar di kawasan Jasinga, Jawa<br />
Barat. Juga di mitra-mitra peduli yang menjadi<br />
jejaring <strong>Al</strong> <strong>Azhar</strong> <strong>Peduli</strong> <strong>Ummat</strong> (baca: CARE edisi<br />
Shafar).<br />
Mungkinkah <strong>Al</strong> <strong>Azhar</strong> <strong>Peduli</strong> <strong>Ummat</strong><br />
membangun sebuah sekolah dengan standar<br />
kualitas tinggi namun tidak memungut biaya<br />
peserta didiknya? Ide ini disodorkan pada H.<br />
Nasroul Hamzah, Sekretaris Umum YPI <strong>Al</strong> <strong>Azhar</strong>.<br />
“Stereotip (bahwa sekolah-sekolah <strong>Al</strong> <strong>Azhar</strong><br />
hanya untuk kalangan elit) telanjur terbentuk. Kalau<br />
kita bisa mematahkannya melalui RGI, tentu<br />
sangat ideal,” ujar Nasroul memberi dukungan.<br />
Lalu datanglah seorang perempuan baya<br />
yang juga anggota Pengurus YPI <strong>Al</strong> <strong>Azhar</strong>. Nenek<br />
kelahiran Bukit Tinggi, 1929 itu bercerita: Ketika<br />
mengunjungi sebuah pesantren di daerah pinggiran<br />
Jakarta, dia melihat kedaaan pesantren yang begitu<br />
memprihatinkan. Satu kamar mandi besar<br />
digunakan untuk 70 santri bergantian. Jika waktu<br />
makan tiba, piring-piring kusam dibariskan dan<br />
dituangi nasi sayur. “Mirip menu buat narapidana,”<br />
ujar Nenek yang kerap mengunjungi penjarapenjara<br />
untuk memberi bimbingan rohani pada napi.<br />
Di Pesantren itu, Nenek yang tidak mau disebut<br />
namanya itu melihat seorang santri terkapar sakit<br />
di lantai tanpa alas.<br />
Merasa terpanggil, ia kemudian menemui<br />
Muhammad Anwar Sani, Direktur <strong>Al</strong> <strong>Azhar</strong> <strong>Peduli</strong><br />
<strong>Ummat</strong>. Keinginannya mendirikan sebuah<br />
Pesantren <strong>Al</strong> <strong>Azhar</strong> yang bersih dan rapi<br />
diungkapkan. Nenek kita tidak sekadar beranganangan,<br />
tanah miliknya seluas 1.300 m 2 di daerah<br />
Sawangan, Depok, Jawa Barat siap ia wakafkan.<br />
Plus infak sebesar Rp. 50 juta sebagai modal awal.<br />
Gagasan terus digodok. Formulasi ideal<br />
adalah sebuah sekolah non formal semi pesantren<br />
seperti yang tertuang dalam blue print RGI.<br />
Proyek ini kemudian disosialisasikan dan<br />
mendapat sambutan meriah. Melihat<br />
perkembangan yang menggembirakan, Nenek<br />
yang fotonya tidak mau dipasang di majalah ini<br />
menambahi wakafnya. Ia melakukan ruislag<br />
dengan pemilik lahan di sekitar lokasi RGI dan<br />
mewakafkannya melalui <strong>Al</strong> <strong>Azhar</strong> <strong>Peduli</strong> <strong>Ummat</strong>.<br />
<strong>Al</strong>hasil, tanah lokasi RGI pun bertambah luas<br />
menjadi sekitar 2000 m 2 .<br />
“Sepeninggal kami para orang tua, mudahmudahan<br />
generasi selanjutnya sanggup mengawal<br />
amanah ini untuk kepentingan anak yatim dan<br />
dhuafa. Saya percaya masyarakat luas akan<br />
membantu,” ucap Nenek kita tulus. [must/jw]<br />
istimewa<br />
Pembangunan RGI tahap<br />
pertama yang memakan biaya<br />
pembangunan sebesar Rp 2,8<br />
milliar ini sudah mencapai 80<br />
persen. Tanggal 11 Maret 2009<br />
sudah akan mencapai tahap<br />
pengatapan gedung (toping off).<br />
“Insya <strong>Al</strong>lah sekitar bulan Agustus<br />
tahun ini, pembangunan telah<br />
selesai,” ujar Anwar Sani optimis.<br />
Smester ke dua tahun ini,<br />
berteppatan dengan tahun ajaran<br />
baru sekolah, direncanakan RGI<br />
sudah membuka beberapa kelas.<br />
Sasaran peserta didiknya anak-anak<br />
yatim dan dhuafa putus sekolah<br />
SMP hingga SMA.<br />
Sementara, peserta hanya<br />
dijaring dari kawasan Jabodetabek.<br />
Tidak menutup kemungkinan kelak<br />
juga akan menjaring mereka yang<br />
bertebaran di seluruh pelosok<br />
Indonesia. Prosentasenya 60 banding<br />
40. Artinya 40 persen untuk kawasan<br />
Jabodetabek sedang yang 60 persen<br />
dari luar kawasan tersebut.<br />
“Tentu saja kami ingin RGI<br />
menjadi asset nasional. Peserta<br />
didiknya bisa datang dari Sabang<br />
hingga Merauke,” ungkap Anwar<br />
Sani. Jika itu terjadi, RGI diproyeksikan<br />
menjadi lembaga otonom<br />
yang mampu mengurus dirinya<br />
sendiri.<br />
Nah, sebuah gawean besar<br />
yang dilandasi kepedulian sosial nan<br />
luhur sudah membentang di depan.<br />
Sebagai muslim sejati, tentu Anda<br />
mendukung dan ikut berpartisipasi<br />
mewujudkan mimpi anak yatim<br />
dan dhuafa ini. Mau? Mau? Mau?<br />
[must/jw]<br />
RGI: Persembahan untuk Indonesia 9