02.04.2015 Views

majalah kredibel edisi-01-2011 - LKPP

majalah kredibel edisi-01-2011 - LKPP

majalah kredibel edisi-01-2011 - LKPP

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

ditandatangani oleh Presiden SBY pada 6 Agustus<br />

2<strong>01</strong>0 tersebut perlu dievaluasi agar lebih maksimal.<br />

Namun, keberadaan Perpres 54 Tahun 2<strong>01</strong>0<br />

dinilai sudah cukup baik untuk mendorong percepatan<br />

belanja modal melalui mekanisme lelang<br />

yang lebih cepat dan sederhana.<br />

“Namun, proses evaluasi tetap harus dilakukan.<br />

Perlu diakui kalau lihat Perpres No. 54 ini belum<br />

menunjukkan keberhasilan. Niat mempercepat<br />

tapi belum terwujud,” katanya. Perpres 54 Tahun<br />

2<strong>01</strong>0, imbuh Agus, tidak menutup kemungkinan<br />

dilakukan revisi pada bagian-bagian tertentu yang<br />

dinilai sulit dipahami, direalisasikan, dan cenderung<br />

dipandang menjadi penghambat.<br />

Selain dituding sebagai ”biang kerok” minimnya<br />

penyerapan anggaran, bagi <strong>LKPP</strong> sendiri keberadaan<br />

Perpres No.54 Tahun 2<strong>01</strong>0 ini masih<br />

menyimpan kelemahan dalam keleluasaan ”ruang<br />

gerak” serta penerapan sanksi bagi pelanggaran<br />

di bidang pengadaan barang dan jasa pemerintah<br />

yang dinilai masih lembek.<br />

”Keberadaan Perpres No. 54 masih perlu perbaikan.<br />

Terutama dalam hal inkonsistensi aturanaturan<br />

yang ada di dalamnya,” aku Deputi Bidang<br />

Hukum dan Penyelesaian Sanggah <strong>LKPP</strong> Djamaludin<br />

Abubakar.<br />

Untuk itulah saat ini <strong>LKPP</strong> tengah menggodok<br />

konsep dan terus melakukan perbaikan bagi<br />

Rancangan Undang-Undang tentang Pengadaan<br />

Barang dan Jasa. Menurut Kepala <strong>LKPP</strong> Agus<br />

Rahardjo, jika berhasil diundangkan, maka artinya<br />

Indonesia mulai menyejajarkan diri de-ngan<br />

negara lain didunia yang telah sejak lama memiliki<br />

UU khusus tentang pengadaan.<br />

”UU tentang Pengadaan Barang dan Jasa ini<br />

hampir semua negara yang ada di dunia sudah<br />

memilikinya, karena memang ini penting sekali.<br />

UU ini penting karena dengan undang-undang ini<br />

kita nantinya tidak hanya mengawasi APBN atau<br />

APBD, tapi juga dana-dana publik lain juga bisa<br />

kita awasi,” kata Agus.<br />

terminal juga bisa kita awasi. Jadi dengan undangundang<br />

akan bisa menyentuh banyak aspek,”<br />

ujarnya.<br />

Di samping itu, keberadaan UU ini nantinya juga<br />

diyakini akan semakin mempertegas sanksi.<br />

”Dengan perpres yang ada sekarang, tidak bisa<br />

memberikan sanksi yang tegas kalau ada yang<br />

melanggar. Ada pelanggaran, misalnya tidak<br />

mengumumkan lelang, paling sanksinya hanya administrasi<br />

saja. Kalau ada undang-undangnya ’kan<br />

bisa sampai ke hukuman pidana,” tandas Agus.<br />

Sebenarnya, sejak tahun 2<strong>01</strong>0 RUU tentang Pengadaan<br />

Barang dan Jasa ini telah masuk Program<br />

Legislasi Nasional (Prolegnas) di DPR. ”Tapi meski<br />

sudah masuk Prolegnas ’kan tidak mesti harus selesai,<br />

karena memang belum mantap betul,” aku<br />

Agus Prabowo, Deputi Bidang Pengembangan<br />

dan Pembinaan Sumber Daya Manusia <strong>LKPP</strong>.<br />

Menurutnya, saat ini perkembangan RUU tersebut<br />

memang masih di tangan pemerintah. ”Kita<br />

sudah selesaikan naskah akademiknya, sudah<br />

ada 10 draft naskah. Tetapi belum ada kesepakatan<br />

yang solid di antara pemerintah, masih ada<br />

pro-kontra. Jadi belum diajukan ke DPR, masih di<br />

tangan pemerintah,” ujarnya.<br />

”Untuk RUU tentang Pengadaan Barang dan<br />

Jasa ini kita memberikan masukan bagaimana<br />

seharusnya membuat RUU yang lingkupnya<br />

lengkap, komprehensif, namun tidak menyulitkan<br />

pada waktu pelaksa-naannya. Bagaimana caranya?<br />

’Kan yang namanya UU ini membutuhkan<br />

banyak aturan turunannya di bawahnya. Maka<br />

sebaiknya UU ini jangan terlalu banyak mengatur<br />

yang terlalu detil. Nanti aturan-aturan detilnya<br />

diatur oleh masing-masing sektor. Detilnya itu<br />

nanti ada di PP, Perpres, Keputusan Menteri, dan<br />

lainnya, yang semuanya itu nantinya saling melengkapi,”<br />

terang Djamaludin Abubakar. []<br />

Dengan adanya undang-undang, maka kewenangan<br />

<strong>LKPP</strong> bisa semakin menjangkau banyak<br />

sektor, terutama yang bersifat public-private<br />

partnership. ”Kalau public-private partnership ‘kan<br />

bisa luas sekali. Sektor kehutanan, migas, bahkan<br />

sampai kalau pemda mengembangkan pasar atau<br />

20<br />

KREDIBEL Edisi <strong>01</strong> | Oktober-Desember 2<strong>01</strong>1

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!