uploads/16_ RUMUSAN TUN 2012(1).pdf - PT Bandung
uploads/16_ RUMUSAN TUN 2012(1).pdf - PT Bandung
uploads/16_ RUMUSAN TUN 2012(1).pdf - PT Bandung
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
<strong>RUMUSAN</strong> HASIL DISKUSI KELOMPOK IV<br />
BIDANG<br />
PERADILAN TATA USAHA NEGARA<br />
Pada hari ini Selasa, tanggal 30 Oktober <strong>2012</strong> pada Rapat Kerja Nasional<br />
Mahkamah Agung RI dengan Jajaran Pengadilan Tingkat Banding Dari<br />
Empat Lingkungan Peradilan Seluruh Indonesia di Hotel Sintesa Peninsula<br />
Manado, dengan tema “Pemantapan Sistem Kamar Untuk Mewujudkan<br />
Kesatuan Hukum dan Meningkatkan Profesionalisme Hakim”.<br />
Memperhatikan : 1. Pengarahan YM. Ketua Mahkamah Agung- RI<br />
2. Pengarahan YM. Wakil Ketua Mahkamah Agung Bidang<br />
Yudisial<br />
3. Pengarahan YM. Wakil Ketua Mahkamah Agung Bidang<br />
Non Yudisial<br />
4. Pengarahan YM. Ketua Muda Mahkamah Agung Bidang<br />
Pembinaan<br />
5. Pengarahan YM. Ketua Muda Mahkamah Agung Bidang<br />
Pengawasan<br />
Membaca<br />
: 1. Makalah yang disajikan oleh YM. Ketua Muda Urusan<br />
Peradilan <strong>TUN</strong>, Prof. Dr. Paulus E. Lotulung, S.H. yang<br />
berjudul “Aktualisasi Kewenangan Peradilan Tata Usaha<br />
Negara Berkaitan Dengan Kemajuan Teknologi<br />
Informatika”.<br />
2. Beberapa Permasalahan di Lingkungan Peradilan Tata<br />
Usaha Negara<br />
Mendengar<br />
: 1. Tanggapan para peserta,<br />
2. Penjelasan Pemakalah.<br />
1
Menimbang<br />
: Bahwa dari hasil diskusi terhadap topik-topik tersebut di atas<br />
Komisi IV menetapkan sebagai berikut :<br />
M E N Y I M P U L K A N :<br />
Bahwa terhadap topik-topik yang dibahas, terkait didalamnya pembahasan<br />
tentang A. Sengketa Tata Usaha Negara PEMILU menurut Undang-Undang<br />
Nomor 8 Tahun <strong>2012</strong>, B. Sengketa Informasi Publik menurut Undang-Undang<br />
Nomor 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik, C. Tentang<br />
Sertifikasi Hakim Lingkungan Hidup terutama terhadap Hakim di lingkungan<br />
Peradilan <strong>TUN</strong>, dan permasalahan bidang teknis dan non teknis yudisial.<br />
A. Terhadap Pembahasan Menyangkut Sengketa Tata Usaha Negara<br />
Pemilu, disimpulkan :<br />
1. Pasal-pasal yang terkait langsung dengan kewenangan mengadili<br />
sengketa Tata Usaha Negara PEMILU, yaitu Pasal 268 ayat (1), dan<br />
ayat (2); Pasal 269 ayat (1), ayat (2), ayat (3), ayat (4), ayat (5), ayat (6),<br />
ayat (7), ayat (8); dan Pasal 270 Undang-Undang Nomor 8 Tahun <strong>2012</strong>;<br />
2. Sengketa tata Usaha Negara PEMILU bukanlah sengketa PILKADA,<br />
melainkan sengketa yang timbul dalam bidang Tata Usaha Negara<br />
PEMILU antara calon anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi, DPRD<br />
Kabupaten/Kota, atau Partai Politik calon peserta pemilu dengan KPU,<br />
KPU Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota, sebagai akibat dikeluarkannya<br />
keputusan KPU, KPU Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota.<br />
3. Berkaitan dengan sengketa PEMILU, yang perlu diperhatikan adalah :<br />
a. Jika upaya hukum sebagaimana yang dimaksud oleh Pasal 269 ayat<br />
(1) belum ditempuh, maka gugatan harus dinyatakan tidak dapat<br />
diterima (niet ontvankelijk verklaard).<br />
b. Dalam kaitannya dengan pengajuan gugatan, ketentuan Pasal 269<br />
ayat (4) yang menunjuk ketentuan ayat (2) pasal tersebut, apabila<br />
dikaitkan dengan konteksnya seharusnya yang ditunjuk adalah<br />
ketentuan ayat (3), yakni menyangkut penyempurnaan gugatan.<br />
2
c. Penghitungan tenggang waktu terkait dengan pengajuan gugatan<br />
harus dibedakan makna kata “setelah” sebagaimana dimaksud<br />
dalam Pasal 269 ayat (2) dengan makna kata “sejak” sebagaimana<br />
dimaksud dalam Pasal 269 ayat (3).<br />
- Kata “setelah” harus dimaknai penghitungannya dimulai pada hari<br />
berikutnya (dhi. Setelah dikeluarkannya keputusan BAWASLU).<br />
- Kata “sejak” harus dimaknai penghitungannya dimulai pada hari<br />
itu juga (dhi. Sejak diterimanya gugatan oleh Pengadilan Tinggi<br />
<strong>TUN</strong>).<br />
d. Apabila ketentuan Pasal 269 ayat (7) dikaitkan dengan ketentuan<br />
ayat (10) dan ayat (11), dalam sengketa Tata Usaha Negara<br />
PEMILU pada asasnya tidak mengenal upaya hukum peninjauan<br />
kembali.<br />
e. Berkaitan dengan persyaratan minimal 3 tahun sebagai Hakim yang<br />
ditunjuk mengadili sengketanya sebagaimana dimaksud dalam Pasal<br />
270 ayat (3), adalah tiga tahun sebagai Hakim Tinggi.<br />
f. Pihak-pihak (subyek) yang bersengketa dalam sengketa tata Usaha<br />
Negara PEMILU menurut ketentuan Pasal 268 ayat (1) adalah :<br />
Antara DPR, DPD, DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten/Kota atau<br />
partai politik calon peserta Pemilu dengan KPU, KPU Provinsi, dan<br />
KPU Kabupaten/Kota.<br />
g. Obyek sengketanya menurut ketentuan Pasal 268 ayat (2) adalah :<br />
Keputusan KPU tentang penetapan partai politik peserta PEMILU<br />
yang tidak lolos verifikasi dan Keputusan KPU tentang pencoretan<br />
dari daftar calon tetap.<br />
h. Masih dalam kaitan dengan pengajuan gugatan menurut Pasal 269<br />
ayat (1), Pengadilan Tinggi <strong>TUN</strong> baru berwenang memeriksa,<br />
mengadili dan memutus sengketanya jika seluruh upaya administratif<br />
di BAWASLU telah ditempuh. Dalam hal ini yang dimaksud “upaya<br />
administratif” tidak dibedakan antara banding administrasi dengan<br />
upaya keberatan.<br />
3
i. Oleh karena regim PEMILU membutuhkan percepatan waktu dalam<br />
penyelenggaraannya, maka dalam sengketa Tata usaha Negara<br />
PEMILU tidak mengenal lembaga penundaan (skorsing)<br />
sebagaimana yang dikenal dalam Pasal 67 Undang-Undang tentang<br />
Peradilan Tata Usaha Negara. Sementara itu untuk mendukung<br />
percepatan penanganan perkaranya dimungkinkan penggunaan jasa<br />
e-mail (surat elektronik).<br />
j. Hal-hal lain yang perlu diperhatikan yaitu dalam sengketa Tata<br />
Usaha Negara PEMILU biaya perkara dibebankan kepada Negara,<br />
dan terhadap pelaksanaan putusan (eksekusi) menjadi kewajiban<br />
KPU.<br />
4. Agar terdapat kesamaan dalam penyelenggaraan peradilan terhadap<br />
sengketa Tata Usaha Negara PEMILU, Mahkamah Agung akan<br />
menerbitkan PERMA tentang tata Cara Penyelesaian Sengketa Tata<br />
Usaha Negara PEMILU sebagai pegangan bagi Hakim Tata Usaha<br />
Negara dalam memeriksa, mengadili dan memutus sengketanya, yang<br />
sementara ini dalam proses finalisasi oleh Tim yang dibentuk oleh<br />
pimpinan Mahkamah Agung.<br />
B. Terhadap Pembahasan Menyangkut Sengketa Keterbukaan Informasi<br />
Publik, dismpulkan :<br />
1. Ratio legis pembentukan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008<br />
tentang Keterbukaan Informasi Publik didasari pertimbangan bahwa:<br />
a. Informasi merupakan kebutuhan pokok setiap orang bagi<br />
pengembangan pribadi dan lingkungan sosialnya serta merupakan<br />
bagian penting bagi ketahanan nasional.<br />
b. Hak memperoleh informasi merupakan hak asasi manusia dan<br />
keterbukaan informasi publik merupakan salah satu ciri penting<br />
negara demokratis yang menjunjung tinggi kedaulatan rakyat untuk<br />
mewujudkan penyelenggaraan negara yang baik.<br />
4
c. Keterbukaan informasi publik merupakan sarana dalam<br />
mengoptimalkan pengawasan publik terhadap penyelenggaraan<br />
negara dan badan publik lainnya dan segala sesuatu yang berkaitan<br />
pada kepentingan publik.<br />
2. Bahwa atas dasar itu, perlu ada jaminan perlindungan hukum terhadap<br />
hak untuk memperoleh informasi publik, sehingga dibutuhkan badan<br />
peradilan yang independen yang diberi kewenangan memeriksa,<br />
mengadili dan memutus sengketa informasi publik, yaitu sengketa yang<br />
terjadi antara badan publik dan pengguna informasi publik yang<br />
berkaitan dengan hak memperoleh dan menggunakan informasi<br />
berdasarkan undang-undang.<br />
3. Terdapat dua mekanisme atau prosedur yang dapat ditempuh sebelum<br />
pengajuan gugatan di Pengadilan, yaitu melalui proses mediasi dan<br />
ajudikasi yang penyelesaian sengketanya melalui Komisi Informasi<br />
(Pasal 40 dan Pasal 42 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008).<br />
4. Bahwa terkait dengan sengketa informasi publik, Mahkamah Agung<br />
telah menerbitkan PERMA No. 2 Tahun 2011 tentang Tata Cara<br />
Penyelesaian Sengketa Informasi Publik sebagai pegangan bagi Hakim<br />
dalam memeriksa, mengadili dan memutus sengketa informasi publik.<br />
5. Bahwa yang perlu mendapat perhatian Hakim Tata usaha Negara<br />
adalah :<br />
a. Komisi Informasi Publik (KIP) merupakan lembaga ajudikasi non<br />
litigasi yang merumuskan pendapat profesionalnya terkait dengan<br />
bagaimana seharusnya keterbukaan informasi publik tersebut<br />
dilaksanakan.<br />
b. Sesuai karakter hukum acara peradilan Tata Usaha Negara, KIP<br />
digolongkan sebagai lembaga peradilan semu (quasi rechtspraak),<br />
namun tidak demikian halnya menurut Undang-Undang Nomor 14<br />
Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik. Oleh karenanya<br />
Hakim tata Usaha Negara harus memahami tentang perbedaan<br />
karakter hukum tersebut dan harus sudah siap menerapkannya<br />
5
sebagaimana yang dimaksud oleh Undang-Undang Keterbukaan<br />
Informasi Publik termasuk dalam hal memberi penjelasan tentang<br />
kondisi tersebut kepada pihak-pihak yang bersengketa.<br />
c. Karakter hukum acara lainnya yang berbeda, yaitu ketika terjadi<br />
sengketa informasi publik di peradilan tata usaha negara, pihak yang<br />
bersengketa adalah pengguna informasi publik dengan<br />
penyelenggara informasi publik. Penyelenggara informasi publik<br />
sesuai karakter hukum acara peradilan tata usaha negara adalah<br />
jabatan tata usaha negara yang senantiasa berkedudukan sebagai<br />
Tergugat. Namun dalam sengketa informasi publik, dapat bertindak<br />
sebagai Penggugat. Begitu pula seseorang atau badan hukum<br />
perdata yang dalam karakter hukum acara peradilan tata usaha<br />
negara selalu berposisi sebagai penggugat, dalam sengketa<br />
informasi publik dapat berposisi sebagai tergugat.<br />
d. Oleh karena Sengketa Informasi Publik menurut ketentuan undangundang<br />
harus diselesaikan secara cepat, maka seiring dengan citacita<br />
mewujudkan peradilan modern, dukungan teknologi informasi (E-<br />
Court) merupakan kebutuhan yang mendesak untuk direalisasikan.<br />
C. Terhadap Topik Bahasan Sertifikasi Hakim Yang Menangani Sengketa<br />
Lingkungan Hidup, disimpulkan :<br />
Bahwa bagi Hakim Tata Usaha Negara yang diberi kewenangan<br />
memeriksa , mengadili dan memutus sengketa lingkungan hidup dituntut<br />
pemahaman dan empatinya terhadap perlunya perlindungan dan<br />
pelestarian lingkungan hidup.<br />
Oleh karena itu dalam penegakan hukum lingkungan faktor “manusia<br />
Hakim” mempunyai peranan penting sehingga sertifikasi bagi hakim tata<br />
Usaha Negara sangat diperlukan untuk meningkatkan integritas dan<br />
kemampuan profesionalnya dalam memeriksa, mengadili dan memutus<br />
sengketa lingkungan hidup.<br />
6
D. Terhadap Hasil Pembahasan Permasalahan Bidang Teknis dan Non<br />
Teknis Yudisial, dari wilayah hukum Pengadilan Tinggi Tata Usaha<br />
Negara Medan, Jakarta, Surabaya, dan Makassar disimpulkan<br />
sebagaimana terlampir dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari<br />
hasil Rumusan Diskusi Kelompok IV.<br />
E. Penutup.<br />
Diminta kepada masing-masing satuan kerja di lingkungan Peradilan Tata<br />
Usaha Negara agar Rumusan Hasil Rakernas Tahun <strong>2012</strong> Kelompok IV<br />
dijadikan pegangan dalam pelaksanaan tugas Peradilan.<br />
Manado, 30 Oktober <strong>2012</strong><br />
7
DAFTAR PESERTA KOMISI IV<br />
PERADILAN TATA USAHA NEGARA<br />
Lampiran<br />
A. KETUA MUDA DAN HAKIM AGUNG<br />
NO. N A M A J A B A T A N<br />
1. Prof. Dr. Paulus E. Lotulug, S.H. Ketua Muda Urusan Lingkungan<br />
Peradilan Tata Usaha Negara<br />
2. Widyatno Sastro Hardjono, S.H., Msc. Ketua Muda Pembinaan<br />
3. Dr. H. Imam Soebechi, S.H., M.H. Hakim Agung<br />
4. Marina Sidabutar, S.H., M.H. Hakim Agung<br />
5. Dr. H. Supandi, S.H., M.Hum Hakim Agung<br />
6. H. Yulius, S.H., M.H. Hakim Agung<br />
7. Dr. H.M. Hary Djatmiko, S.H., M.S. Hakim Agung<br />
B. ESELON I DAN II <br />
1. Soeroso Ono, S.H., M.H. Panitera Mahkamah Agung RI<br />
2. Sulistyo, S.H., MN.Hum. Dirjen Badan Peradilan Militer dan<br />
<strong>TUN</strong><br />
3. Ali Murad Harahap, S.H., M.H. Sekretaris Panitera MARI<br />
4. Sugiyoto, S.H., C.N., M.M. Sekretaris Dirjen Badilmiltun<br />
5. Ashadi, S.H. Panitera Muda <strong>TUN</strong><br />
6. M. Yulie Bartin Setianingsih, S.H., M.M. Dir. Pratalak <strong>TUN</strong><br />
7. H. Yodi Martono Wahyunadi, S.H., M.H. Dir. Binganismin Peratun<br />
8. Kadar Slamet, S.H., M.H. Inspektur Wilayah III<br />
8
C. KETUA PENGADILAN TINGGI TATA USAHA NEGARA <br />
1. Istiwibowo, S.H., M.H. K<strong>PT</strong>. <strong>TUN</strong>. Jakarta<br />
2. H.R. Suhardoto, S.H., M.H. K<strong>PT</strong>. <strong>TUN</strong>. Surabaya<br />
3. Ismail Baturante, S.H., M.H. K<strong>PT</strong>.<strong>TUN</strong>. Makassar<br />
4. Is Sudaryono, S.H., M.H. K<strong>PT</strong>.<strong>TUN</strong>. Medan<br />
D. WAKIL KETUA PENGADILAN TINGGI <strong>TUN</strong> <br />
1. H. Bambang Edy Sutanto S.H, M.H. WK<strong>PT</strong>. <strong>TUN</strong>. Surabaya<br />
2. Syamsul Hadi, S.H. WK<strong>PT</strong>.<strong>TUN</strong>. Makassar<br />
3. Iskandar, S.H., M.H. WK<strong>PT</strong>.<strong>TUN</strong>. Medan<br />
E. HAKIM TINGGI PENGADILAN TINGGI TATA USAHA NEGARA <br />
1. H. M. Arief Nurdu’a, S.H., M.H. HT. <strong>PT</strong>. <strong>TUN</strong>. Jakarta<br />
F. PENGADILAN PAJAK <br />
1. Dr. Saroyo Atmosudarmo Ketua Pengadilan Pajak<br />
2. Indra J Rivai, S.E., Ak., M.Sc. Wk. Ketua Pengadilan Pajak<br />
G. ASISTEM KOORDINATOR <br />
1. Handri Anik Effendi, S.H. Askor Tim Candra<br />
H. PANITERA / SEKRETARIS PENGADILAN TINGGI <strong>TUN</strong> <br />
1. H. Bahri, S.H. Panitera/Sekrertaris <strong>PT</strong>.<strong>TUN</strong>.<br />
Jakarta<br />
2. Bowo Winoto, S.H. Panitera/Sekrertaris <strong>PT</strong>.<strong>TUN</strong>.<br />
Surabaya<br />
3. Riano Ginting, S.H. Panitera/Sekrertaris <strong>PT</strong>.<strong>TUN</strong>.<br />
Medan<br />
4. Drs. Sampirin HS, S.H. Panitera/Sekrertaris <strong>PT</strong>.<strong>TUN</strong>.<br />
Makassar<br />
5. M. Arif Setiawan, S.H. Wk. Panitera/ Sekretaris<br />
Pengadilan Pajak<br />
9