Fundamentalisme Pasar - Elsam
Fundamentalisme Pasar - Elsam
Fundamentalisme Pasar - Elsam
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
Kuliah Umum ELSAM<br />
Perpustakaan Nasional, Jakarta<br />
23 Maret 2010<br />
B. Herry‐Priyono<br />
y<br />
Program Pascasarjana Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara
<strong>Fundamentalisme</strong> Agama<br />
• Proyek/agenda mengatur<br />
seluruh tata kehidupan<br />
berdasarkan doktrin<br />
agama tertentu.<br />
• Doktrin agama sebagai<br />
prinsip tertinggi di atas<br />
prinsip‐prinsip lain.<br />
• Seluruh tata kehidupan<br />
hukum, politik,<br />
budaya, ekonomi,<br />
pendidikan, kesehatan,<br />
etc.<br />
<strong>Fundamentalisme</strong> <strong>Pasar</strong><br />
• Proyek/agenda mengatur<br />
seluruh tata kehidupan<br />
berdasarkan mekanisme<br />
pasar.<br />
• Mk Mekanisme pasar sebagai<br />
prinsip tertinggi di atas<br />
prinsip‐prinsip p p plain.<br />
• Seluruh tata kehidupan<br />
hukum, politik,<br />
budaya, ekonomi,<br />
pendidikan, kesehatan,<br />
etc.
• Dalam sejarah, amat sering fundamentalisme agama, fundamentalisme pasar,<br />
dan fundamentalisme politik (otoritarianisme) terjadi secara berdampingan.<br />
• Ketiganya a merupakan bentuk dogmatisme dan fanatisme yang telah lama<br />
menghantui para pemikir moral. Karena ‘nalar’ (reason) impoten untuk<br />
mengantur tatanan, adu‐domba nafsu‐nafsu (passions) digagas sebagai strategi<br />
membentuk tatanan (lewat perimbangan nafsu‐nafsu).<br />
f • Formula ‘mekanisme pasar’ (dengan passion akan laba) persis digagas sebagai<br />
taktik menjinakkan fanatisme agama dan otoritarianisme politik → cf.<br />
Montesquieu: le doux commerce (dagang memberadabkan watak manusia).<br />
• Versi terkini: klaim bahwa aplikasi mekanisme pasar ke segala bidang hidup<br />
bermasyarakat akan menjinakkan fanatisme agama dan otoritarianisme politik.<br />
• Itulah mengapa banyak penentang fundamentalisme agama lalu terjebak<br />
dalam pelukan paham fundamentalisme pasar. Yang terjadi bukan penjinakan,<br />
tetapi justru spiral keganasan 3 fundamentalisme di atas.
• Muncul sebagai reaksi terhadap “gelombang<br />
sosialisme dan kolektivisme” yang kencang di sekitar<br />
era PD II pertemuan para pemikir liberal (Paris,<br />
1938 dan Mont Pelerin/Swiss, 1947).<br />
• F. Hayek, L. Mises, M. Friedman, id etc. “to create a<br />
liberal utopia”; “a defence of capitalism is more<br />
important than that of democracy because only<br />
capitalism makes democracy possible”; “to discover<br />
automatic stabiliser which will work for the system as<br />
a whole”; “how monetary policy can be automatic ti and<br />
outside the range of politics”.<br />
• Ringkasnya: utopia menciptakan tatanan masyarakat<br />
tanpa perencanaan & otoritas regulatif.
• Titik berangkat: Agenda menciptakan tatanan<br />
masyarakat atas dasar perencanaan & otoritas akan<br />
mengekang/membatasi kebebasan warga, bahkan<br />
mengakibatkan perbudakan (serfdom).<br />
• Sebagai gantinya (Hayek): “An order or regularity<br />
could form itself… which h none of the acting persons<br />
had intended”.<br />
• Caranya merumuskan ulang dalil ekonomi liberal,<br />
lalu menerapkannya ke semua bidang lain: tiap orang<br />
hanya perlu mengejar kepentingan‐diri <br />
perimbangan (equilibrium) dari berbagai pengejaran<br />
kepentingan‐diri itu dengan sendirinya akan<br />
menghasilkan “tatanan sosial” (social order).<br />
• Bagaimana “jutaan pengejaran kepentingan‐diri diri” itu<br />
berubah menjadi “tatanan sosial”?
• Bernard Mandeville (1670‐1733): “by the dexterous<br />
management of a skillful politician”.<br />
• Adam Smith (1723‐1790): invisible i ibl hand. Hegel (1770‐1831):<br />
the cunning of reason. Artinya, tidak jelas bagaimana<br />
“jutaan pengejaran kepentingan‐diri” itu berubah menjadi<br />
“tatanan”.<br />
• Hayek (1899‐1992): “Both competition and central direction<br />
become poor and inefficient tools if they are incomplete; they<br />
are alternative principles used to solve the same problem, and<br />
a mixture of the two means that neither will really work and<br />
that the result will be worse than if either system had been<br />
consistently relied upon”. Competition freedom; Central<br />
direction serfdom.<br />
• Jdi Jadi, jembatannya adalah dlh aplikasi i competition padasemua<br />
bidang kehidupan masyarakat. How to do it?
• Dari gagasan filsafat politik itu, “naturalisme tatanan”<br />
menjelma menjadi agenda aplikasi prinsip mekanisme‐pasar<br />
ke semua bidang kehidupan masyarakat (bukan hanya<br />
ekonomi, tapi juga hukum, budaya, politik, etc).<br />
• Tatanan masyarakat terbentuk bukan lewat otoritas dan<br />
perencanaan, tetapi lewat kinerja signal harga dalam<br />
dinamika supply dan demand menurut mekanisme pasar.<br />
• Catatan kehati‐hatian: cita‐cita awalnya adalah menciptakan<br />
tatanan (order) masyarakat yang menjamin kebebasan tiap<br />
orang. Hanya, untuk mewujudkan itu, mekanisme pasar<br />
dipakai sebagai prinsip utama fundamentalisme pasar.<br />
• Dengan itu muncullah agenda totalisasi masyarakat atas<br />
dasar ‘mekanisme pasar’. Soalnya bukan ‘kebebasan’<br />
(kebebasan itu luhur), bukan juga ‘pasar’ (pasar itu genius),<br />
tetapi akses pada ‘kebebasan’ bukan lagi suatu HAK (ciri<br />
khas citizen), tetapi t ditentukan t oleh lh DAYA‐BELI (ciri ii khas<br />
consumer).
Manusia = Makhluk Ekonomi<br />
Makhluk<br />
Makhluk<br />
Makhluk<br />
Makhluk<br />
Hukum<br />
Sosial<br />
Kultural<br />
Politik<br />
Etc.<br />
Dampak: komodifikasi intensif & ekstensif atas semakin banyak bidang kehidupan,<br />
dari pendidikan sampai kesehatan, dari hukum sampai lingkungan.
• Lantaran tindakan bebas dalam pengejaran<br />
kepentingan‐diri adalah mutlak, maka kegiatan yang<br />
menjelmakan kebebasan‐diri juga punya prioritas<br />
tertinggi dibanding agenda atau kegiatan publik<br />
(implikasi: prioritas self‐care atas social welfare,<br />
prioritas self‐regulation atas social regulation).<br />
• Kalau dalam aktivitas ekonomi, agenda pengejaran<br />
kepentingan‐diri (akumulasi laba) menuntut<br />
‘dagang‐uang’ (virtual economy) ketimbang ‘produksi<br />
barang/jasa’ (real economy), itu tak ada salahnya.<br />
Sebabnya bukan karena ‘dagang‐uang’ g g lebih baik<br />
dibanding ‘produksi barang/jasa’, tetapi karena<br />
kebebasan preferensi‐diri adalah nilai tertinggi.<br />
• Itulah mengapa fundamentalisme pasar biasanya juga<br />
ditandai oleh virtualisasi kegiatan ekonomi.
Manusia = Makhluk Ekonomi<br />
Ekonomi Virtual<br />
(homo virtualis)<br />
Ekonomi Real<br />
(homo realis)<br />
Dampak: sektor finansial jauh lebih berkembang ketimbang sektor riil →<br />
deindustrialisasi → ekonomi & ilmu ekonomi sibuk dagang uang.
Menuju Virtualisasi Ekonomi?<br />
Amerika Serikat<br />
Perancis<br />
Sumber: Gérard Duménil & Dominique Lévy, 2001.
Sumber: IMF
• Perdagangan bebas, privatisasi, deregulasi, liberalisasi<br />
memang instrumen penting dalam proyek fundamentalisme<br />
pasar, tetapi tidak dksetiap perdagangan bb bebas, privatisasi,<br />
deregulasi, liberalisasi adalah bentuk fundamentalisme pasar.<br />
• Misal: ‘ekonomi pasar sosial’ (soziale Marktwirtschaft) f)juga<br />
sering memakai 4 hal itu (dan juga kompetisi), tetapi hanya<br />
sebagai instrumen bagi revitalisasi ‘kontrak sosial’ warganegara,<br />
dan bukan sebagai sasaran akhir.<br />
• Dalam fundamentalisme pasar, perdagangan bebas,<br />
privatisasi, deregulasi, liberalisasi dikejar bukan hanya sebagai<br />
instrumen, tetapi sebagai ‘kondisi permanen’ (permanent<br />
condition) bagi the private, self‐regulation, self‐care dalam<br />
antitesis dengan the social, social regulation, social welfare.<br />
• Mohon diingat, utopia fundamentalisme pasar = kondisi i bebas b<br />
individu tanpa otoritas & regulasi (kebebasan negatif).
Ke Negara 1820 1875 1913 1925 1931 1950 1980 1990<br />
Inggris 45-55 0 0 5 - 23 8,3 5,9<br />
AS 35-45 40-50 44 37 48 14 7,0 4,8<br />
Belanda 6-8 3-5 4 6 - 11 8,3 5,9<br />
Belgia 6-8 9-10 9 15 14 11 83 8,3 59 5,9<br />
Jepang * 5 30 - - - 9,9 5,3<br />
Jerman 8-12 4-6 13 20 21 26 8,3 5,9<br />
Perancis * 12-15 15 20 21 30 18 83 8,3 59 5,9<br />
Sumber: Paul Bairoch, Economics and World History: Myths and Paradoxes, 1993, hlm. 40 (seleksi)
“Adalah siasat yang sangat umum dipakai, ketika orang telah<br />
mencapai puncak kejayaan, ia tendang tangga yang ia pakai<br />
untuk memanjat. Ia lenyapkan tangga itu agar pihak lain yang<br />
ingin bersaing tidak bisa mengejarnya…. Bangsa yang dengan<br />
proteksi dan navigasi telah menghasilkan industri amat<br />
digdaya – sampai tak ada bangsa lain bisa bersaing melalui<br />
kompetisi bebas – selalu melakukan siasat culas dengan<br />
menendang tangga yang dipakainya mencapai kebesaran. Lalu<br />
ia berkhotbah kepada bangsa-bangsa lain tentang keuntungan<br />
perdagangan bebas, sambil berpura-pura menyesali bahwa<br />
selama menerapkan proteksi, ia telah menempuh jalan sesat.<br />
Dan ia juga berkhotbah bahwa kini, dengan menempuh<br />
perdagangan bebas, untuk pertama kalinya ia menemukan<br />
kebenaran”<br />
.<br />
Friedrich List, The National System of Political Economy, 1841, hlm. 368.
70% keuntungan globalisasi mengalir ke negara‐negara maju, sedangkan 48 negara<br />
miskin menjadi lebih miskin sejak 1990 (Joseph Stiglitz, 2007).
• Nothing wrong, kalau saja tiap warga punya daya-beli tinggi. Akan<br />
tetapi, lalu apa yang disebut ‘hak’ (right) tidak melekat pada status<br />
warga-negara, melainkan melekat pada kemampuan daya-beli.<br />
• Hak (right) dipahami sebagai ‘kontrak negatif’, dan bukan sebagai<br />
‘kontrak positif’. Contoh: hak atas hidup (the right to life) dipahami<br />
sebagai hak untuk tidak dibunuh, dan bukan hak atas pangan.<br />
• Tak ada gunanya mencita-citakan ‘hidup bersama’ (shared life),<br />
sebab ia hanya hasil sampingan yang tidak perlu dikejar secara<br />
sengaja. Setiap koordinasi untuk membentuk tatanan hidupbersama<br />
justru akan berakhir dengan paksaan atau bahkan<br />
perbudakan. Tugas pemerintah: “to preserve a functioning market<br />
order” (Hayek).<br />
• <strong>Fundamentalisme</strong> pasar bersifat ‘anti-politik’, karena POLITIK<br />
menunjuk pada tindakan/gerakan meng-intervensi dinamika<br />
peristiwa bagi cita-cita ‘hidup bersama’.
Sumber: World Bank, 2006
• ‘Kebebasan pilihan diri’ menjadi jantung Hak Asasi. Tetapi karena<br />
instrumen utamanya dalam fundamentalisme pasar adalah<br />
mekanisme-pasar pasar, maka ‘kebebasan’ bukan lagi merupakan hak dasar<br />
(basic right) yang melekat pada citizenship, tetapi kini menjadi urusan<br />
kemampuan daya-beli (purchasing power) yang menjadi ciri khas<br />
consumership → HAM menjadi urusan daya-beli ketimbang sebagai<br />
prasyarat hidup-bersama.<br />
• ‘Kebebasan’ lebih dilihat sebagai negasi (freedom from, noninterference),<br />
dan bukan sebagai afirmasi (freedom to, interference).<br />
Contoh: hak atas hidup (the right to life) dipahami sebagai hak untuk<br />
tidak dibunuh, dan bukan hak atas pangan/pekerjaan.<br />
• Makin sulitnya memikirkan – apalagi melaksanakan – HAM ekonomi,<br />
sosial dan budaya (ecosoc rights), karena konsepsi non-interference<br />
tentang ‘kebebasan’ dan ‘HAM’ → atas nama HAM, Negara (the State)<br />
diasingkan dari peran regulatif dan intervensi bagi HAM itu sendiri.<br />
HAM dilepas dari ‘politik’ karena ‘politik’ adalah gerakan/tindakan<br />
• HAM dilepas dari ‘politik’, karena ‘politik’ adalah gerakan/tindakan<br />
meng-intervensi dinamika peristiwa bagi cita-cita hidup bersama.