33_184Profildrlukmanhakim - Kalbe
33_184Profildrlukmanhakim - Kalbe
33_184Profildrlukmanhakim - Kalbe
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
PROFIL<br />
Prof. Dr. Lukman Hakim, SpPD-KKV, KGer, FINASIM<br />
Jadilah Dokter yang Berilmu dan Beretika<br />
Prof. Dr. Lukman Hakim Makmun, SpPD-KKV-<br />
KGer-FINASIM adalah seorang dokter yang<br />
sangat sederhana dan ramah. Beliau dengan<br />
sangat senang hati membuat perjanjian untuk<br />
wawancara; kami dipermudah untuk bertemu<br />
di Rumah Sakit Metropolitan Medical Centre<br />
(MMC) Jakarta, walaupun saat itu beliau tidak<br />
ada jadwal tugas di RS tersebut.<br />
Lukman adalah panggilan akrabnya dengan<br />
sejawat lain, terutama yang seumur dengannya,<br />
tetapi karena beliau sudah menyandang<br />
gelar Profesor, sebagian sejawat memanggil<br />
dengan sebutan Prof saja.<br />
Lukman kecil lahir di Lahat Palembang Sumatera<br />
Selatan 64 tahun yang lalu. Sekolah Dasar<br />
dan sampai Sekolah Menengah Pertama (SMP)<br />
beliau tamatkan di Lahat. Setelah lulus SMP, beliau<br />
pindah ke Jakarta karena bapaknya bertugas di<br />
sana. Bapaknya adalah salah seorang pakar<br />
hukum lulusan Universitas Indonesia. Dengan<br />
bimbingan bapaknya beliau tamat SMA tahun<br />
1964.<br />
Cita-cita menjadi Ahli Fisika<br />
Beliau mengakui, tidak ada cita-cita untuk masuk<br />
ke kedokteran, “karena dulu sejak SMP saya<br />
senang dengan Ilmu Fisika dan Matematika,<br />
dan saya bercita-cita menjadi ahli fisika dan<br />
matematika,” ujar Lukman. Setelah mengikuti<br />
tes masuk ke perguruan tinggi, Lukman diterima<br />
di dua tempat, di Institut Teknologi<br />
Bandung (ITB) dan Fakultas Kedokteran Universitas<br />
Indonesia (FKUI). Lukman akhirnya memutuskan<br />
masuk ke Kedokteran, “melihat kondisi<br />
negara waktu itu, saya harus memilih Fakultas<br />
Kedokteran karena saya berpikir kedokteran lebih<br />
baik kesempatan kerjanya, bisa mandiri dan ada<br />
sifat sosialnya untuk membantu orang lain,”<br />
ujar Mantan Ketua Divisi Geriatri Kardiologi<br />
Departemen Ilmu Penyakit Dalam ini.<br />
Masuk FKUI tahun 1964 dan lulus tahun 1971,<br />
kemudian dengan semangat belajar Lukman melanjutkan<br />
ke pendidikan spesialis Ilmu Penyakit<br />
Dalam.<br />
Spesialisasi Ilmu Penyakit Dalam dipilih karena<br />
menurutnya merupakan cabang ilmu yang<br />
sangat luas, dan selain itu Beliau ingin memilih<br />
Spesialis Jantung. “Karena spesialis jantung<br />
banyak berhubungan dengan ilmu fisika,” ujar<br />
dokter yang mempunyai dua anak ini.<br />
Prof. Dr. Lukman Hakim, SpPD-KKV, KGer, FINASIM<br />
Setelah lulus spesialis Ilmu Penyakit Dalam tahun<br />
1979, kemudian diteruskan ke subspesialis<br />
Kardiologi dan lulus tahun 1982. “Karena saya<br />
juga senang mendalami ilmu geriatri, saya<br />
mengikuti program konsultan geriatri, lulus<br />
tahun 2000,” ujar Lukman.<br />
234 CDK 184/Vol.38 no.3/April 2011
PROFIL<br />
Setelah mengabdi menjadi pendidik dan bertugas<br />
di FKUI/RSCM selama 37 tahun, Lukman<br />
akhirnya mendapatkan penghargaan terhormat<br />
dan dikukuhkan sebagai Guru Besar Tetap di<br />
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI tahun<br />
2007.<br />
Pengalaman<br />
Menjadi dokter banyak sekali sukanya daripada<br />
dukanya, “dukanya pasti ada seperti risiko<br />
sering dipanggil malam hari walaupun saat<br />
tidur, saya harus menerimanya,” ujar Lukman.<br />
Selain itu, beliau pernah menangani pasien di<br />
ICCU dengan keadaan sudah kritis, “saya tangani<br />
dengan sabar, awalnya juga pesimis, akhirnya<br />
saya senang dan bangga karena pasien dapat<br />
sembuh, itulah kepuasan saya yang tidak bisa<br />
dibeli dengan uang,” ujar Mantan Ketua Divisi<br />
Kardiologi Departemen Ilmu Penyakit Dalam<br />
FKUI.<br />
Banyak pengalaman lain yang pernah dialami<br />
saat memegang jabatan di pekerjaannya dan<br />
di organisasi profesi. Beliau pernah menjabat<br />
antara lain: Ketua Konsep Pedoman Pembukaan<br />
dan Penyelenggaraan Program Studi Kedokteran<br />
(2002), Ketua Skill Lab FKUI (2004), Wakil Diknas<br />
untuk Konsil Kedokteran Indonesia (2003-<br />
2007), Ketua Tim Review teknik Dikti untuk<br />
projek Universitas Hospital & MERC Tower.<br />
Untuk pengalaman di organisasi, Prof. Lukman<br />
sampai sekarang menjabat sebagai Pengurus<br />
Lembaga Kesejahteraan Lanjut Usia. Pernah<br />
menjabat Sekretaris Ikatan Keseminatan Kardioserebrovaskuler<br />
Indonesia. Pernah menjadi<br />
Ketua PERGEMI Jaya (2001-2004) dan sampai<br />
saat ini masih menjabat Ketua Umum PB Ikatan<br />
Keseminatan Kardioserebrovaskuler Indonesia.<br />
Mengatur waktu<br />
Selain sebagai dokter, Lukman juga mengurus<br />
masalah pendidikan kedokteran di FKUI. “Saya<br />
harus membagi waktu antara pekerjaan<br />
dengan pendidikan, mengatur jam tugas ke<br />
Rumah Sakit dan keluarga juga harus diperhatikan,”<br />
ujar Dokter yang juga Pengurus<br />
Lembaga Kesejahteraan Lanjut Usia.“Saya<br />
berangkat dari rumah pk 07.00 dan pulang pk.<br />
22.00. Saya bertugas selain di RSCM juga di RS<br />
MMC dan RS Omni Internasional,” ujar Prof.<br />
Lukman.<br />
Prof. Lukman juga menyampaikan motto<br />
hidupnya yaitu “Profesi dokter adalah sangat<br />
mulia karena kesempatan berbuat baik lebih<br />
banyak, tetapi segala sesuatunya yang kita<br />
kerjakan harus berserah kepada Tuhan, Dialah<br />
yang menentukan; apabila kita diberi tugas,<br />
harus dikerjakan dengan baik sesuai dengan<br />
standar medik. “<br />
Berbicara mengenai pendidikan kedokteran,<br />
menurut Prof Lukman, sekarang ini pendidikan<br />
kedokteran di Indonesia harus disertai pendidikan<br />
komunikasi, masalah empati kepada pasien,<br />
kritis dalam berpikir, mencari ilmu secara mandiri,<br />
dan etika sosial budaya. “Dahulu saat awal<br />
pendidikan kedokteran, belum ada kurikulum<br />
etika; sekarang harus ada dari tingkat pertama<br />
sampai akhir,” ujar Mantan Ketua Departemen<br />
Pendidikan Kedokteran FKUI.<br />
Diharapkan dengan adanya kurikulum baru ini<br />
dokter Indonesia menjadi dokter yang berilmu,<br />
profesional dan beretika, sosial budaya dan<br />
dapat berkomunikasi baik dengan pasiennya;<br />
selain itu dokter juga wajib bisa menulis dan<br />
melakukan penelitian. Prof. Lukman juga mengharapkan<br />
bagi staf pengajar di semua Fakultas<br />
Kedokteran di Indonesia, agar dapat mengetahui<br />
cara mengajar yang baik, cara mengatur<br />
kurikulum yang baik dan cara menilai yang<br />
objektif. (REDAKSI)<br />
CDK 184/Vol.38 no.3/April 2011<br />
235