10.07.2015 Views

SKRIPSI2 METODE PEMBELAJARAN.rtf - idb4

SKRIPSI2 METODE PEMBELAJARAN.rtf - idb4

SKRIPSI2 METODE PEMBELAJARAN.rtf - idb4

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

IMPLEMENTASI <strong>PEMBELAJARAN</strong> AL-QUR’AN MELALUI<strong>METODE</strong> JIBRIL BAGI SANTRI TANFIDZHUL QUR’ANPONDOK-PESANTREN BIDAYATUL HIDAYAHMOJOGENENG JATIREJO MOJOKERTOSKRIPSIOleh :MOCH. SAIKHUNI LUTHFID01303144INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYAFAKULTAS TARBIYAHJURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM20081


2KATA PENGANTARPuji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT., hanya dengan izin danpertolongan-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan penuh semangat dankerja keras.Shalawat dan salam semoga tercurahkan atas junjungan kita Nabi MuhammadSAW. Dengan perjuangan beliaulah kita bisa menikmati Iman dan Islam.Skripsi yang berjudul “Implementasi Pembelajaran Al-Qur’an MelaluiMetode Jibril Bagi Santri Tanfidzhul Pondok-Pesantren Bidayatul HidayahMojogeneng Jatirejo Mojokerto”.Skripsi dengan judul di atas dalam rangka memenuhi salah satu syarat untukmemperoleh gelar sarjana pendidikan islam di Institut Agama Islam Negeri SunanAmpel Surabaya.Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis telah banyak mendapatkan bimbingan,arahan, motivasi dan bantuan dari beberapa pihak, sehingga penulis merasakan artisebuah jama’ah (satu adalah kuat, kuat adalah satu). Untuk itu penulis menyampaikanterima kasih kepada:1. Bapak DR. H. Nur Hamim, M.Ag., Dekan Fakultas Tarbiyah Institut AgamaIslam Negeri Sunan Ampel Surabaya.2. Bapak DR. Abdul Kadir, M.A., Ketua Jurusan PAI Institut Agama IslamNegeri Sunan Ampel Surabaya.


33. Bapak Drs. H. Syaiful Jazil, M. Ag., selaku Dosen Pembimbing yang selalumemberikan motivasi, bimbingan dan pengarahan yang tak terhinggasehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.4. Semua Dosen yang mengajar penulis yang telah memberikan ilmunya mulaidari penulis menjadi mahasiswa semester satu sampai terakhir berkat bantuanbeliaulah penulis bisa menyelesaikan pendidikan di jenjang Strata Satu.5. Bapak Drs. KH. Moch. Imam Chambali selaku pengasuh Pondok-PesantrenMahasiswa Al-Jihad Surabaya, Terima kasih atas segala nasihat yang telahdiberi sebagai penguat diri dan semangat hidup penulis.6. Semua Guru yang telah memberikan kepada penulis ilmu pengetahuan danmengajariku mulai dari TK Muslimat Gentengsari, SDN Tompokersan 05Lumajang, SMPN 1 Sukodono Lumajang SMAN 1 Lumajang, Terimakasihwahai ibu dan bapak guru-ku.Hanya Doa dan rasa terimakasih tak terhingga yang terlahir dari lubuk hatiterdalam yang dapat penulis sampaikan, semoga semua yang telah diberikan dapatmemberikan manfaat bagi penulis khususnyaserta orang lain pada umumnya.Akhirnya penulis sadar dalam penulisan skripsi ini tentunya banyak kekurangankarena pada hakikatnya kesempurnaan itu hanyalah milik Allah SWT. Semoga karyailmiyah yang berupa skripsi ini bisa bermanfaat bagi kita semua amien.Surabaya, 19 September 2008Penulis


4DAFTAR ISISAMPUL DALAM ........................................................................................ iPERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING SKRIPSI................................. iiPENGESAHAN ............................................................................................. iiiMOTTO .......................................................................................................... ivPERSEMBAHAN ......................................................................................... vABSTRAK ..................................................................................................... viKATA PENGANTAR ................................................................................... viiiDAFTAR ISI .................................................................................................. ixDAFTAR LAMPIRAN .................................................................................BAB I : PENDAHULUANA. Latar Belakang .......................................................................... 1B. Rumusan Masalah ...................................................................... 5C. Tujan Penelitian ......................................................................... 5D. Kegunaan Penelitian.................................................................... 6E. Definisi Operasional.................................................................... 8F. Metode Penelitian....................................................................... 9G. Sistematika Pembahasan……………………………………….14BAB II : LANDASAN TEORIA. Tinjauan tentang Pembelajaran Al-Quran................................... 16


51. Dasar Pembelajaran Al-Quran .............................................. 162. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembelajaran ................. 223. Beberapa metode Pembelajaran Al-Qur’an ………………….244. Metode-metode dalam pembelajaran agama Islam…………..26B. Konsepsi Metode Jibril1. Metode Jibril . ....................................................................... 31a. Pengertian Metode Jibril ................................................. 31b. Konsep Metode Jibril Dalam Hifzhul Qur’an ................ 35c. Karakteristik Metode Jibril...............................................372. Kajian Hifzhul Qur’an............................................................... 38a. Pengertian Hifzhul Qur’an ........................................... 38b. Manfaat Akademis Hifzhul Qur’an ............................. 42c. Keutamaan Hifzhul Qur’an ......................................... 45d. Hifzhul Qur’an pada Masa Nabi dan Para Sahabat ...... 48C. Implementasi Pembelajaran Al-Qur’an Melalui Metode Jibril BagiSantri Tanfidzul Qur’an .............................................................59BAB III : LAPORAN HASIL PENELITIANA. Gambaran Umum Obyek Penelitian………………………....641. Sejarah singkat Pondok –Pesantren Bidayatul HidayahMojogeneng Jatirejo Mojokerto .…………………………642. Struktur Organisasi PPBH ……………………………….67


63. Keadaan Guru dan Santri PPBH Mojogeneng JatirejoMojokerto…………………………………………………714. Sarana dan Prasarana di PPBH Mojogeneng Jatirejo MojokertoB. Penyajian Data……………………………………………………….. 711. Bentuk Implementasi Pembelajaran Al-Qur’an melalui metode Jibril BagiSantri Tanfidzhul Qur’an PPBH ……………………………..712. Faktor Pendukung dan penghambat Implementasi Pembelajaran Al-Qur’anmelalui metode Jibril Bagi Santri Tanfidzhul......................763. Upaya-Upaya untuk mengatasi hambatan Implementasi Pembelajaran Al-Qur’an melalui metode Jibril Bagi Santri Tanfidzhul Qur’an PPBHMojogeneng Jatirejo Mojokerto…………………………………….77BAB IV : ANALISIS………………………………………………………...78BAB V : PENUTUPA. Kesimpulan .............................................................................. 84B. Saran ........................................................................................ 87DAFTAR PUSTAKALAMPIRAN-LAMPIRAN


7BAB IPENDAHULUANA. Latar BelakangAl-Qur'an kitab suci dan sebagai mu'jizat Nabi Muhammad SAW. yangterbesar ternyata tidak ada seorangpun yang mampu membuat ataumenulis semisal Al-Qur'an. Pada mulanya seluruh manusia ditanding untukmencoba membuat tandingan yang serupa dengan Al-Qur'an, akan tetapi takseorangpun yang mampu menandinginya dan melakukannya. Kemudian oleh Al-Qur'an mereka ditantang untuk membuat yang lebih sederhana, yaitu seluruhmanusia itu diminta untuk membuat sepuluh surat saja yang serupa dengan Al-Qur'an baik fashokhah maupun balaghahnya. Dan ternyata tidak ada manusiayang mampu melakukannya. Maka akhirnya Al-Qur'an meminta kepada seluruhmanusia untuk membuat satu surat saja yang seperti Al-Qur'an. Dan ternyatawalaupun hanya satu surat tidak ada seorangpun yang mampu membuattandingannya daripada Al-Qur'an tersebut. Andaikata diantara mereka ada yangmampu membuatnya, maka sirnalah kemu'jizatan Al-Qur'an itu. Tetapi karenamereka gagal dan tidak mampu, maka akhirnya Al-Qur'an menyatakan kepadaseluruh manusia didunia bahkan juga kepada bangsa jin dengan hal sebagaiberikut:


8 َقُل ْ ل َئِنِ‏ اجتمعتِ‏ الاِنس وال ْجِن على ا َن ْ ياتوا بِمِث ْلِ‏ هذ َا ال ْق ُرآنِ‏ لا َيا ْتون َ بِمِث ْلِه ول َو ك َا َنبعضهم لِبعضٍ‏ ظ َهِ‎ي راArtinya:"Katakanlah, kalau sekiranya berkumpul manusia dan jin untukmendatangkan yang serupa Al-Qur'an ini, mereka tidak akan sanggupmendatangkan yang serupa dengannya, walaupun sebagian merekadengan sebagian yang lain tolong-menolong." (Al-Isra’: 8) 1Allah juga telah menjamin terjaga kemurnian kitab-Nya, sebagaimanadalam firman-Nya:اِنا نحن نزل ْنا الذ ِّك ْر واِنا ل َه ل َحفِظ ُو َنArtinya:“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Qur’an dansesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya” (Al-Hijr: 9) 2Selain itu, Allah telah menjadikan Al-Qur’an mudah dihafal dandipahami, sebagaimana dalam firman-Nya:ول َق َد يسرنا ال ْق ُرآن َ لِلذ ِّك ْرِ‏ ف َهل ْ مِن مدكِرٍ‏Artinya: “Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Qur’an untukpelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran?”(Al-Qamar:17) 3Belajar Al-Qur’an merupakan kewajiban yang utama bagi setiap mukmin,begitu juga mengajarkannya. Belajar Al-Qur’an dapat dibagi dalam beberapatingkatan, yaitu: belajar membacanya sampai lancar dan baik, menurut kaidahkaidahyang berlaku dalam qira’at dan tajwid, yang kedua yaitu belajar arti danmaksud yang terkandung di dalamnya dan yang terakhir yaitu belajar menghafal1 Nazri Adlany, Dkk, Al-Qur’an Terjemah Indonesia (Jakarta: Sari Agung, 1997), Hal. 5442 Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta:Kompleck Percetakan Al-Qur’an Al-Karim Kepunyaan Raja Fahd, 1971), Hal: 3913 Ibid, Hal: 879


9di luar kepala, sebagaimana yang dikerjakan oleh para sahabat pada masaRasulullah, hingga masa sekarang.Menghafal Al-Qur’an di luar kepala merupakan usaha yang paling efektifdalam menjaga kemurnian Al-Qur’an yang agung. Dengan hafalan tersebutberarti meletakkan pada hati sanubari penghafal. Dan menurut Raghib danAbdurrahman, “tempat tersebut (hati) merupakantempat penyimpanan yangpaling aman, terjamin, serta tidak bisa dijangkau oleh musuh dan para pendengkiserta penyelewengan-penyelewengan yang dilakukan.” 4Menghafal Al-Qur’an merupakan tugas dan tanggung jawab yang sangatbesar dan mulia. Menurut fathoni “menghafal Al-Qur’an itu gampang-gampangsulit, gampang dihafal tapi sulit dijaga.” 5 Problem yang dihadapi oleh orang yangsedang menghafal Al-Qur’an memang banyak dan bermacam-macam. Mulai daripengembangan minat, penciptaan lingkungan, pembagian waktu, sampai padametode menghafal itu sendiri.Dalam dunia proses belajar mengajar (PBM), metode jauh lebih pentingdari materi. Demikian urgennya metode dalam proses pendidikan dan pengajaran.Sebuah proses belajar mengajar bisa dikatakan tidak berhasil bila dalam prosestersebut tidak menggunakan metode. Karena metode menempati posisi kedua4Raghib As-Sirjani & Abdurrahman A. Khaliq, Cara Cerdas Hafal Al-Qur’an. (Solo:Aqwam, 2007) Hal.455 M. Fathoni Dimyati, “Memilih Metode Menghafal Al-Qur’an Yang Baik dan Upaya MencekHuffazhul Qur’an Yang Sempurna” Ringkasan untuk santri PP Bidayatul Bidayah, Mojokerto, hlm. 2


10terpenting setelah tujuan dari sederetan komponen-komponen pembelajaran:tujuan, metode, materi, media dan evaluasi. 6Sebuah metode dikatakan baik dan cocok manakala bisa mengantarkepada tujuan yang dimaksud. Begitupun dalam menghafal Al-Qur’an, metodeyang baik akan berpengaruh kuat terhadap proses hifzhul Qur’an, sehinggatercipta keberhasilan dalam menghafal Al-Qur’an. Peneliti berkeyakinan bahwametode Jibril berhasil dalam pembelajaran hifzhul Qur'an, Dimana metode inidilatar belakangi oleh perintah Allah kepada nabi Muhammad SAW. Untukmengikuti Bacaan Al-Qur’an yang telah dibacakan oleh Malaikat Jibril, sebagaipenyampai wahyu dengan metode tersebut memungkinkan bagi seorang guruuntuk mengawasi secara langsung, menilai dan membimbing secara maksimalkemampuan seorang santri dalam menghafal ayat demi ayat, juga akanmempunyai pengaruh terhadap jiwa psikis santri/anak didik.Dengan mengacu pada paparan diatas, skripsi ini diformulasikan dengansebuah judul “Implementasi Pembelajaran Al-Qur'an Melalui Metode Jibril BagiSantri Tanfidzhul Qur’an Di Pondok-Pesantren Bidayatul Hidayah MojogenengJatirejo Mojokerto”.6Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam. (Jakarta: Ciputat Press,2002), Hal.109


11B. Rumusan Masalah1. Bagaimanakah Pembelajaran Al-Qur'an menurut Metode Jibril?2. Bagaimanakah Implementasi Pembelajaran Al-Qur'an melalui metode JibrilBagi Santri Tanfidzhul Qur’an Di Pondok- pesantren Bidayatul HidayahMojogeneng Jatirejo Mojokerto?C. Tujuan PenelitianDari rumusan masalah tersebut diatas maka peneliti mengemukakantujuan dari penelitian antara lain adalah untuk:1. Untuk mengetahui Pembelajaran Al-Qur'an menurut Metode Jibril.2. Untuk mengetahui Implementasi Pembelajaran Al-Qur'an melalui metodeJibril Bagi Santri Tanfidzhul Qur’an Di Pondok- pesantren Bidayatul HidayahMojogeneng Jatirejo Mojokerto.D. Kegunaan PenelitianAdapun penelitian ini diharapkan dapat mempunyai kegunaan antara lain:Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada:1. Bagi Peneliti :a. Semoga penelitian ini membawa kemanfaatan dan berkah, menjadi ghirahakan selalu cinta Al-Qur’an dan menjadi pedoman hidupnyab. Dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi peneliti mengenaiImplementasi Pembelajaran Al-Qur’an melalui Metode Jibril2. Bagi Lembaga :


13Implementasi adalah pelaksanaan. 9 Proses penerapan ide, konsep,kebijakan atau inovasi dalam suatu tindakan praktis yang memberikan efekatau dampak baik berupa prubahan, pengetahuan, ketrampilan nilai dansikap. 102. Pembelajaranadalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara sengajadikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalamkondisi khusus atau menghasikan respon terhadap situasi tertentu. 113. Al-Qur’anAdalah menurut bahasa, Artinya bacaan atau yang dibaca, adapunmenurut menurut istilah Syara’ adalah ” Firman Allah yang diturunka kepadaNabi Muhammad SAW. Melalui Malaikat Jibril dalam bahasa Arabdipandang ibadah bagi orang yang membacanya”. 129 WJS. Poewadarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta : Balai Pustaka, 1993),10 E.Mulyasa, Kurikulum Berbasis kompetensi, Konsep, Karateristik dan Implementasinya (Bandung :Remaja Rosda Karya, 2002), 7.11 Syaiful segala, Konsep dan makan Pembelajaran, (Bandung : Alfabeta,2003)12 Ahsin W.Al-Hafidz, M.A. Kamus Ilmu Al-Qur’an (Wonosobo : Amzah, 2005)


144. Metode JibrilMetode yang dilatarbelakangi perintah Allah SWT kepada nabiMuhammad SAW untuk mengikuti bacaan Al-Qur’an yang telah dibacakanoleh Malaikat Jibril, sebagai penyampai wahyu Allah SWT.5. SantriYang dimaksud dengan Santri disini adalah Seorang yang belajar danbertempat tinggal diPondok Pesantren Bidayatul Hidayah Komplek As-Syifa’ Mojogeneng- Jatirejo -Mojokerto.6. Hifdzhul Qur’anMenurut Muhaimin dkk. Yang dimaksud menghafal adalah suatumetode yang digunakan untuk mengingat kembali sesuatu yang pernahadibaca secara benar.Adapun Hifdzhul Qur’an yang dimaksudadalah kemampuanmengahafal ayat Al-Qur’an yang diindikasikan dengan kemampuan untukmelafalkan dan membunyikan ayat-ayat Al-Qur’an dengan tanpa melihatmushaf.


15F. Metode Penelitian1. Jenis dan Pendekatan PenelitianPenelitian adalah upaya dalam ilmu pengetahuan yang dijalankanuntuk memperoleh factor-faktor dan prinsip-prinsip dengan sabar, hati-hatidan sistematis untuk mewujudkan suatu kebenaran. 13Penelitian ini ini termasuk dalam penelitian kualitatif, sebab itupendekatan yang dilakukan adalah melalui pendekatan kualitatif deskriptif.Maksudnya dalam penelitian kualitatif data yang dikumpulkan bukan berupaangka-angka melainkan data tersebut berasal dari naskah wawancara, catatanlapangan, dokumentasi pribadi, catatan memo dan dokumen resmi lainnya. 14Sehingga yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah inginmenggambarkan realitas empiric dibalik fenomena yang ada secaramendalam, rinci dan tuntas. 15Oleh karena itu, pendekatan ini menggunakan pendekatankualitatif dengan mencocokkan antara realitas empiric dengan teori yangberlaku, dengan menggunakan metode deskriptif analistik.13 Mardalis, Metodologi Penelitian Suatu Pendekatan Proposal (Jakarta : Bumi Aksara, 1999) 2414Lexi J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatfi (Bandung : Remaja Rosda Karya,2005) Hlm.15 M. Nazir, Metode penelitian (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1988), hlm. 66


162. Jenis DataData adalah suatu hal yang diperoleh dilapangan ketiks melakukanpenelitia dan belum diolah, atau dengan pengertian lain suatu hal yangdianggap atau diketahui. Data menurut jenisnya dibagi menjadi dua:a. Data KualitatifYaitu data yang tidak bisa diukur atau dinilai dengan angka secaralangsung.16Diantara data kualitatif dalam penelitian ini adalah1) Pelaksanaan pembelajaran Al-Qur’an melalui metode Jibril2) Gambaran umum obyek penelitian antara lain sejarah berdirinyapondok, struktur, visi, misi,3) Literatur mengenai metode Jibril4) Dokumen-dokumen yang berhubungan dengan penelitian penulis.b. Data KuantitatifYaitu data yang berbentuk angka statistik. Dalam penelitian ini datadata kuantitatif hanya bersifata data pelengkap , dikarenaka penelitian inipenelitian kualiatatif.3. Sumber DataSumber Data adalah sumber data dari yang diperoleh. 17 Berdasarkanjenis-jenis data yang diperlukan, maka dalm penelitia ini, sumber data yangdigunakan melalui 2 cara, yaitu :16 Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian ; Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta; Bumi Aksara,2006),17 Ibid., 107


17a. Sumber Literer (field literature) yaitu sumber data yang digunakan untukmencari landasan teori tentang permasalahan yang diteliti denganmenggunakan buku-buku perpustakaan.b. Field research adalah sumber data yang diperoleh dari lapangan penelitian,yaitu mencari data dengan cara terjun langsung ke obyek penelitian, untukmemperoleh data yang lebih konkrit yang berkaitan dengan masalah yangditeliti. Adapun sumber data ini ada 2 mcam, yaitu :1) Data PrimerYaitu sumber yang langsungmemberikan data kepadapeneliti, 18 data yang dimaksud disini adalah Pembelajaran Al-Qur’anmelalui metode Jibril dan Santri Tanfidzhul Qur’an PPBH Mojokerto.2) Data Sekunder.Yaitu sumber data yang tidak langsung memberikan data kepadapeneliti, 19 misalnya dari keterangan atau publikasi lain. Data sekunderini bersifat penunjang dan melengkapi data primer. Data yang dimaksudadalah sejarah berdirinya Pondok-pesantren Bidayatul HidayahMojogeneng Jatirejo Mojokerto dan berupa dokumen-dokumenlainnya. 2018 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantiatif, Kualitatif, Dan R&D,(Bandung:Alfabeta, 2007), 30819 Ibid,30920 Winarno Surakhmat, Pengantar Penelitia Ilmiah (Bandung : Tarsito, 1994), 34


184. Teknik Pengumpulan DataTeknik pengumpulan data yakni membicarakan tentang bagaimanacara peneliti mengumpulkan data. Dalam penelitianini peneliti menggunakanbeberapa metode dalam mengumpulkan data, sebagai berikut:a. Metode kepustakaan yakni mengkaji buku atau literature yang sesuaidengan tema penelitian. .b. Metode Observasi. Menurut Marshall (1990), menyatakan bahwa, ”thrrought obserasion,the researcher learn about behavior and themeaning attached to those behavior”. Melalui obsevasi, peneliti belajartentang perilaku, dan makna dari perilaku tersebut. 21 Adapun observasiyang dilakukan peneliti termasuk dalam jenis partisipasif yaiti penelititerlibat langsung dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamatiatau yang digunkan sebagi sumber data penelitian. Sambil melakukanpengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh sumberdata.c. Metode Wawancara (interview), wawancara merupakan pertemuan duaorang untuk bertukar informasi dan ide melalui Tanya jawab, sehibggadapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.d. Metode dokumentasi. Yakni mengumpulkan data-data tertulis.21 Opcit., 204


195. Teknik Analisis DataSetelah data yang dibutuhkan terkumpul, maka langkah selanjutnyaadalah menganalisis data. Dalam hal ini peneliti menggunakan kualitatifdeskriptif. Bogdan dan tailor dalam metodologi kualitatif mendefinisikananalisis data sebagai sebuah proses memerinci usaha secara formal untukmenemukan tema dan merumuskan hipotesis. Dari sini dapat kemudian ditariksebuah kesimpulan bahwa menganalisis data adalah mengorganisasikan danmengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehinggadapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti disarankanoleh data.Dalam penelitian ini peneliti memberikan gambaran secara meneluruhtentang implementasi Pembelajaran Al-Qur’an melalui metode Jibril santriTanfidzhul Qur’an PPBH Mojogeneng-Jatirejo-Mojokerto. Gambaran hasilpenelitia tersebut kemudia ditelaah, dikaji dan disimpulkan sesuai dengantujuan dan kegunaan penelitian. Dalam Penelitian menggunakan 2 carapenalarana. Cara berpikir InduktifYaitu Penalaran yang dimulai denga fakta-fakta yang khusus,Peristiwa-peristiwa yang kongkritkemudian dari fakta-fakta khusustersebut ditarik generalisasi yang bersifat umum. 2222 Sotrisno Hadi, Metode Research (Yogyakarta : Andi Offset, 1991),42.


20b. Cara berfikir DeduktifCara ini digunakan untuk menemukan kebenaran bila fakta-faktaatau data yang dianggap sama dengan teori yang ada.6. Sistematika PembahasanUnttuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang tata urutanpenelitian ini, maka peneliti cantumkan sistematika laporan penulisansebagai berikut :BAB I : PENDAHULUANPada Bab ini meliputi: tentang Latar Belakang Masalah, RumusanMasalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, DefinisiOperasional, Metode Penelitian dan Sistematika Pembahasan.BAB II : LANDASAN TEORIPada Bagian pertama meliputi: Tinjauan tentang Pembelajaran Al-Qur’an, Dasar-dasar pembelajaran Al-Qur’an, Faktor-faktor yangmempengaruhi pembelajaran, metode-metode pembelajaran Al-Qur’an, Metode-metode dalam pembeljaran Agama islam, Bagiankedua meliputi: Konsepsi metode Jibril, Pengertian,Karateristik,Pengrtian Hifdzhul Qur’an, Manfaat Akademis HifdzulQur’an, Keutamaan Hifdzul Qur’an, Hifdzul Qur’an pada Masa Nabidan Sahabat. Bagian ketiga meliputi : Implementasi Pembelajaranmelalui metode Jibril


21BAB III : LAPORAN HASIL PENELITIANBagian pertama meliputi Gambaran Umum Obyek penilitian, Sejarahsingkat, struktur organisasi,Visi dan Misi Tujuan PPBH, KeadaanGuru,santri, Sarana dan prasarana, Bagian kedua meliputi bentukImplementasi Pembelajaran Al-Qur’an Melalui metode Jibril,Faktor-faktor pendukung dan penghambat ImplementasiPembelajaran Al-Qur’an, Upaya-upaya untuk mengatasi hambatanImplementasi Pembelajaran Al-Qur’an Melalui metode JibrilBAB IV : ANALISIS HASIL PENELITIANBab ini berii tentang interprestasi penulis, dengan data-data yangberhasil dihimpun. Analisa ini Berfungsi untuk menjawabprmasalaha yag berkaitan implementasi Pembelajara Al-Qur’anmelalui metode Jibril bagi santri Tanfidzhul Qur’an PPBHMojogeneng-Jatirejo-Mojokerto.BAB V : PENUTUPPada terakhir ini berisi kesimpulan dan saran-saran yang diikutidengan daftar pustaka serta lampiran-lampirannya.


22BAB IILANDASAN TEORIA. Tinjaun Tentang Pembelajaran Al-Qur’an1. Dasar Pembelajaran Al-Qur’anMetodologi Pembelajaran Al-Qur’an dikalangan umat Islambelakangan ini semakin berkembang dan membudaya di masyarakat. Hal initerjadi karena tidak sedikit jumlah anak-anak dan orang dewasa yang belummampu membaca Al-Qur’an dengan baik, sehingga prosentasenya dari tahunke tahun semakin bertambah. Fenemona ini bukan hanya berkembang dikalangan keluarga yang penghayatannya ke-Islamannya mendalam,khususnya para pemuka agama Islam itu sendiri, tetapi juga berpengaruh padamasyarakat awam yang sebagian besar dari mereka belum memahami maknaajaran agama Islam belum sempurna. Sementara di satu sisi mereka sadarbahwa agama bukan sekedar penerapan tetapi memerlukan ajaran-ajaransecara benar.Menurut Jazer Asp. Berdasarkan penelitian tahun 1989dari 160 jiwa umat Islam indonesia, tercatat 59 % yang buta huruf Al-Qur’an.Keadaan yang demikian jelas menimbulkan keprihatinan yang mendalambagi umat Islam, pada abad modern dengan perkembangan dinamika ilmupengetahuan dan teknologi yang menyebabakan terjadinya peradaban baru


23dalam kehidupan masyarakat.terjadinya pergeseran nilai budaya,berpengaruh pula pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran Al-Qur’an.Lembaga peribadatan yang berfungsi menyelenggarakan pengajaran Al-Qur’an tidak pasti melaksanaakan fungsinya dengan baik, sehingga angkaprosentase buta huruf Al-Qur’an dikhawatirkan akan terus bertambah. Untukmenanggulangi situasi tersebut, kita sebagai umat Islam hendaknya dapatmengoreksi diri dan melakukan langkah-langkah positif untukmengembangakanpengajaran Al-Qur’an sebagai salah satu media untukbelajar dan memperdalam kandungan Al-Qur’an secara baik dan benar, olehkarena itu penyelenggaraan pembelajaran Al-Qur’an perlu ditingkatkandengan menggunakan metode dan teknik mengajar baca tulis Al-Qur’an yangpraktis, efektif dan efisien.Dengan munculnya buku-buku pedoman tentang pembelajaranAl-Qur’an dengan berbagai metode, kegiatan pembelajaran Al-Qur’andiharapkan lebih mudah dicapai, sehingga dapat mencetak siswa didik yangaktif dan cerdas dalam pembelajaran Al-Qur’an dikalangan umat Islam.Munculnya lembaga-lembaga pendidikan yangmengkhususkanbelajar baca tulis Al-Qur’an biasanya disebut dengan TPQ ( TamanPendidikan Al-Qur’an ) dan Pondok Pesantren telah dikenal oleh masyarakatluas sebagai media untuk membimbing dan melatih anak anak ataupundewasa memahami ajaran agama Islam sejak usia dini, sehingga orang tuatergerak untuk memasukkan anak-anaknya pada lembaga pendidikan tersebut.


24Dengan demikian apabila suatu metode pembelajaran Al-Qur’an dapatditerapkan secara efektif diharapkan target untuk mencetak generasi yangQur’ani dimasa mendatang dapat terwujud. Sehingga kekhawatiran Al-Qur’an akan menjadi asing dalam era industrialisasi tidak perlu berlebihansedangkan permasalahan yang ditimbul dari pemikiran diatas adalah apakahimplementasi metode dalam pembelajaran Al-Qur’an sudah dapatdilaksanakan sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini dengan memperhatikanpendapat Nana Sudjana mengenai pengajaran yaituMengajar tidak semata-mata berorientasi kepada hasil tetap jugaberorientasi pada proses dengan harapan semakin tinggi hasil yang dicapai.Adapun dasar pelaksanaan pembelajaran Al-Qur’an di indonesiaadalaha. Dasar ReligiusYang dimaksud dasar religius dalam uraian ini adalah dasar-dasaryang bersumber dari ajaran agama, dalam hal ini agama Islam yangajarannya bersumber pada Al-Qur’an, Al-Hadis Nabi dan Maqalah paraulama. Untuk memudahkan pemahaman tersebut, penulis menguraikansebagai berikut :1) Dasar yang bersumber dari Al-Qur’anSurat Al-Alaq ayat 1-5


25اق ْرأ ْ بِاسمِ‏ ربِّك ا َلّذِي خل َق‏,‏خل َق الإنسان َ مِن عل َقٍ,‏ا َلّذِي ع َلّم بِال ْق َل َمِ,‏ ع َلّم الإنسان َ ما ل َم يعل َماق ْرأ ْ ورب‏ّك الأك ْرم‏,‏Artinya : “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yangmenciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar(manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepadamanusia apa yang tidak diketahuinya.”Surat Al-Ankabut ayat 45اتل ُ ما أ ُوحِي إِل َيك مِن ال ْكِتابِ‏ وأ َقِمِ‏وال ْمنك َرِ‏ ول َذِك ْر ال َلّهِ‏ أ َك ْبر وال َلّه يعل َم ما تصنعو َنالص‏ّلاة َ إِ‏ َنّ‏ الص‏ّلاة َ تنهى عنِ‏ ال ْف َحشاِءArtinya : “Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu AlKitab (Al Qur'an) dan dirikanlah salat. Sesungguhnya salat itumencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dansesungguhnya mengingat Allah (salat) adalah lebih besar(keutamaannya dari ibadah-ibadah yang lain). Dan Allah mengetahuiapa yang kamu kerjakan”Surat al Muzammil ayat 20إِ‏ َنّ‏ رب‏ّك يعل َمأ َن‏ّك تق ُوم أ َدنى مِن ث ُل ُث َيِ‏ ال َلّيلِ‏ ونِصف َه وث ُل ُث َهال َّذِين معك وال َلّه يق َدِّر ال َلّيل َ والن‏ّها رف َاق ْرءُوا ما تيس‏ّر مِنيضرِبون َ فِيوط َائِف َة ٌ مِ‏ نعلِم أ َن ْ ل َن تحصوه ف َتاب عل َيك ُ مال ْق ُرآنِ‏ علِم أ َن ْ سيك ُون ُ مِنك ُم مرضى وآخرو َنالأرضِ‏ يبتغون َ مِن ف َضلِ‏ ال َلّهِ‏ وآخرون َ يق َاتِل ُون َ فِي سبِي ‏ِلف َاق ْرءُوا ما تيس‏ّر مِنه وأ َقِيموا الص‏ّلاة َ وآتواوما تق َدِّموا لأنف ُسِك ُمواستغفِروا ال َلّه إِ‏ َنّ‏ ال َلّه غ َف ُور رحِي مال َلِّهالز‏ّك َاة َ وأ َق ْرِضوا ال َلّه ق َرضا حسنامِن خيرٍ‏ تجِدوه عِند ال َلّهِ‏ هو خيرا وأ َعظ َم أ َجراArtinya : ” Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwasanya kamuberdiri (sembahyang) kurang dari dua pertiga malam, atau seperduamalam atau sepertiganya dan (demikian pula) segolongan dari orangorangyang bersama kamu. Dan Allah menetapkan ukuran malam dansiang. Allah mengetahui bahwa kamu sekali-kali tidak dapat


26menentukan batas-batas waktu-waktu itu, maka Dia memberikeringanan kepadamu, karena itu bacalah apa yang mudah (bagimu)dari Al Qur'an. Dia mengetahui bahwa akan ada di antara kamuorang-orang yang sakit dan orang-orang yang berjalan di muka bumimencari sebagian karunia Allah; dan orang-orang yang lain lagi yangberperang di jalan Allah, maka bacalah apa yang mudah (bagimu)dari Al Qur'an dan dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat danberikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik. Dan kebaikanapa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh(balasan) nya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yangpaling besar pahalanya. Dan mohonlah ampunan kepada Allah;sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”Dari ayat-ayat tersebut diatas, dapat difahami bahwa ajaran Al-Qur’an memberi kelonggaran pada umat manusia untuk belajar sesuaidengan individu. Sehingga bagi tingkat kecerdasan rendah, selayaknyadiberikan metode yang mudah untuk dicerna oleh mereka. Begitusebaliknya bagi yang mempunyai kecerdasan yang tinggi, harus diberikanteknis atau metode yang sama, tetapi dalam porsi yang berbeda, karenateknis atau metode yang sama, tetapi dalam porsi yang berbeda, karenamereka cenderung cepat menguasai materi yang diberikan oleh guru.Implementasi yang kedua adalah tahap pelaksanaanDari pengamatan peneliti, tahap ini adalah tahap berlangsungnyapelaksanaan metode Jibril, di mana para santri menghafal lima ayat-limaayat setelah dirasa yakin maka ia menunggu secara bergantianmenyetorkan `hafalan langsung kepada ustadz baik tambahan atau hafalanderesan.


27Sebagaimana hasil pengamatan peneliti, untuk setoran deresan,diwajibkan bagi semua santri setor seperempat juz setiap pertemuan.Setoran muroja’ah dilaksanakan dua kali sehari. Adapun waktupelaksanaan setoran muroja’ah ini adalah ba’da isya’ dan ba’dashubuh.2) Dasar yang bersumber dari HadisDari beberapa hadis tersebut diatas, jelaslah bahwa agamaIslam mendorong umatnya agar menjadi umat yang pandai, dimulaidengan belajar baca tulis Al-Qur’an dan diteruskan dengan berbagaiilnu pengetahuan.Islam disamping menekankan umatnya untuk belajar, jugamenyuruh umatnya untuk mengajarkan ilmunya kepada orang lain.Jadi Islam mewajibkan umatnya belajar dan mengajar. Menurutpendapat Zuhairini, melakukan proses belajar mengajar adalah :Bersifat manusiawi yakni sesuai dengan kemanusiannya,sebagai mahluk homo educendus, dalam arti manusia itusebagai mahluk yang dapat didik dan dapat mendidik.Sehingga tidak ada alasan bagi umat Islam untuk tidakmempelajari Al-Qur’an, sebab Al-Qur’an adalah kalamullah yangQadim yang berlaku sepanjang masa sebagai salah satu pendidik yangutama dan pertama yang harus diberikan pada anak3) Dasar dari Fatwa Ulama


28Ibnu Khaldun dalam muqadimah-nya menjelaskan bahwapembelajaran Al-Qur’an merupakan pondasi utama bagi pengajaranseluruh kurikulum, sebab Al-Qur’an merupakansalah satu syiaragama yang menguatkanaqidah dan mengokokohkan keimanan.Sedangkan Ibnu Sina dalam al-siyasah menasehatkan agar dalammengajar anak dimulai dengan pembelajaran Al-Qur’an.Demikian pula yang diwasiatkan oleh Al-Ghozali, yaitu supayaanak-anak diajarkan Al-Qur’an, sejarah kehidupan orang-orang besar (terdahulu ) kemudian beberapa hukum agama dan sajak yang tidakmenyebut soal cinta dan pelakunya.Dari ketiga pendapat tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwapembelajaran Al-Qur’an hendaklah dijadikan prioritas utamadiajarkan kepada anak. Lisan seseorang yang sudah mampu danterbiasa membaca dengan baik dan benar, akan menjadikan Al-Qur’ansebagai bacaan sehari-hari, dengan demikian seseorang tersebut akandapat memahami makna dan isi kandungan ayat-ayat Al-Qur’an dandapat mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari sebagai pedomanhidupnya, sehingga secara tidak langsung dapat menanamkan aqidahyang kokoh dalam hatinya.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi PembelajaranUntuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut, ada beberapa faktoryang diperhatikan dalam pelaksanaan proses belajar mengajar, diantaranya :


29a) Faktor tujuanMengingat metode itu fungsinya merupakan alat untuk mencapaitujuan. Maka dalam, menentukan metode pembelajaran yang tepat harusdisesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai.b) Faktor GuruGuru sebagai pelaksana pembelajaran, sekalipun berorientasi padapeserta didik, pemilihan metode tidak boleh mengabaikan kompetensiguru itu sendiri, terutama yang berhubungan dengan materi pelajaran,sebab guru yang tidak biasa menguasai teknik pelaksanannya, suatumetode yang dianggap baik pun akan gagal.c) Faktor MuridDalam proses belajar-mengajar, peserta didik merupakan unsuryang harus diperhatikan, karena mereka adalah objek pertama dalamproses belajar mengajar. Untuk itu pemilihan metode mengajar harusmemperhatikan keadaan peserta didik, baik tingkat usianya maupuntingkat kemampuan berpikirnya.d) Faktor SituasiDiantara keadaan-keadaan itu ada yang diperhitungkan dan adayang tidak dapat diperhitungkan sebelumnya. Sekalipun pada umumnyadalam menetapkan suatu metode senantiasa yang dianggap terbaik dandiperkirakan memenuhi segala perhitungan. ”terhadap situasi yang tidakdapat diperhitungkan karena perubahan yang secara tiba-tiba, diperlukan


30kecekatan untuk mengambil keputusan dengan segera, mengenai cara-carauntuk mengenai cara-cara untuk metode yang dipakai.e) Faktor fasilitasSegala sesuatu yang dapat mempermudah upaya atau memperlancarkerja dalam rangka mencapai suatu tujuan.Demikian beberapa faktor yang harus diperhatikan oleh guru dalammemilih dan menetapkan metode pembelajaran, jika ingin nilaipembelajarannya efektif, dapat mencapai sasaran dan tujuan yang ditetapkan.3. Beberapa Metode Pembelajaran Al-Qur’anDalam pembelajaran membaca Al-Qur’an sampai saat ini masihdikenal adanya beberapa metode membaca Al-Qur’anseperti yangdikemukakan oleh M.Satiri Ahmad, Sebagai berikut :a. Metode SintetikYaitu pengajaranmembaca dimulai dari pengenalan hurufhijaiyah menurut urutanya, yaitu dari Alif, Ba”, Ta’, sampai Ya’,Kemudian dikenalkan dengan huruf Hijiyah secara terpisah, laludirangkaikan dengan suatu ayat, contoh: Alif fathah Aa, Alif kasrah Li,Alif dlammah Uu =A,I,U dan seterusnya. Kelemahan metode ini adalahbelajar membaca AL-Qur’an memerlukan waktu yang relatif lama,sedangkan kelebihan dari metode ini adalah santri dapat mengenal hurufdan dihafalkan secara alfabet, sekaligus dengan mengenal tulisanya.Perhatian santri tertuju pada huruf-huruf yang berbentuk kalimat. Metode


31ini sangat membantu bagi murid yang kurang cerdas dan bagi ustadzustadzyang belum berpengalaman.b. Metode bunyiMetode ini mulai mengeja bunyi-bunyi hurufnya, bukan namanamahuruf seperti di atas, contoh: Aa, Ba, Ta, Tsa, dan seterusnya. Daribunyi ini tersunsun yang kemudian menjadi kata yang teratur. Kelebihandari metode ini adalah membangkitkan semangat belajar santri dalammembaca, sehingga dapat dicapai pembelajaran yang lebih banyak namunmetode ini kurang efektif untuk diajarkan kepada santri dalam belajarmembaca Al-Qur’an secara baik dan benar.c. Metode meniruMetode ini ini sebagai pengembangan dari metode bunyi, metodeini merupakan pengajaran dari lisan ke lisan, yaitu santri mengikutibacaaan ustad sampai hafal. Setelah itu baru diperkenalkan beberapa hurufbeserta tanda baca atau harakatdan kata-kata atau kalimat yang dibacanya.Kelebihan metode ini adalah sesuai dengan prinsip pendidikan yangmengatakan bahwa belajar dari yang telah diketahui dan dari yang mudahsampai yang sesukar mungkin. Sedangkan kelemahan dari metode iniadalah ustadz harus mengulang bacaan beberapa kali dalam batas tertentu,jika tidak maka santri akan mudah lupa.d. Metode Campuran


32Metode Campuran merupakan perpaduan antara metode sintetik,metode bunyi, metode meniru. Metode ini untuk melengkapi kekurangankekuranganyang terdapat dalam metode pembelajaran Al-Qur’ansebelumya. Dalam metode campuran, seorang ustad diharapkan mampumengambil kebijaksanaan dalam mengajarkan membaca Al-Qur’andengan mengambil kelebihan-kelebihan dari metode –metode diatas,kemudian disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada sekarang.


334. Metode-Metode Dalam Pembelajaran Agama IslamBeberapa metode yang digunakan dalam pembelajaran Agama Islam,antara lain 23 :a. Metode PembiasaanDalam kaitannya dengan metode pengajaran agama Islam, dapatdikatakan bahwa pembiasaan adalah sebuah cara yang dapat dilakukanuntuk membiasakan anak didik berfikir, bersikap dan bertindak sesuaidengan tuntutan ajaran agama Islam.b. Metode KeteladananKeteladanan dalam bahasa Arab disebut “uswah, iswah” atau“qudwah, qidwah” yang berarti perilaku baik yang dapat ditiru oleh oranglain (anak didik). Metode keteladanan memiliki peranan yang sangatpenting dalam upaya mencapai keberhasilan pendidikan. Karena secarapsikologi, anak didk meniru dan mencontoh perilaku sosok figurnyatermasuk diantaranya adalah para pendidikan.c. Metode Pemberian GanjaranGanjaran (tsawab) adalah penghargaan yang diberikan kepadaanak didik, atas prestasi, ucapan dan tingkah laku positif dari anak didik.Ganjaran dapat membeikan pengaruh yang cukup besar terhadap jiwaanak didik untuk melakukan perbuatan yang positif dan bersikapprogresif. Di sampingjuga dapat menjadi pendorong bagi anak-anak23 Armai Arief, Op.cit, Hal.110 - 200


34didik lainnya untuk mengikuti anak yang telah memperoleh pujian darigurunya; baik dalam tingkah laku, sopan santun ataupun semangat danmotivasinya dalam berbuat yang lebih baik.d. Metode Pemberian HukumanBerbeda dengan ganjaran, pemberian hukum (‘iqab) haruslahditempuh sebagai jalan terakhir dalam proses pendidikan. Seorangpendidik yang bijaksana tidak seenaknya mengaplikasikan hukuman fisikkepada anak didiknya kecuali hanya sekedarnya saja dan sesuai dengankebutuhan.e. Metode CeramahMetode ceramah dapat diartikan sebagai suatu metode di dalamnyaproses belajar-mengajar, dimana cara menyampaikan materi pelajarankepada anak didik adalah dengan penurunan/ lisan.f. Metode Tanya JawabMetode tanya jawab adalah penyampaian materi pelajaran dengancara mengajukan pertanyaan dan murid menjawab.g. Metode DiskusiMetode diskusi dapat diartikan sebagai jalan untuk memecahkansuatu permasalahan yang memerlukan beberapa jawaban alternatif yangdapat mendekati kebenaran dalam proses belajar mengajar. Metode inibila digunakan dalam PBM akan dapat merangsang murid untuk berfikir


35sistematis, kritis dan bersikap demokratis dalam menyumbangkan pikiranpikirannyauntuk memecahkan sebuah masalah.


36h. Metode SoroganSorogan artinya belajar secara individu dimana seorang santriberhadapan dengan seorang guru, terjadi interaksi saling mengenal antarakeduanya.i. Metode BandonganMetode bandongan adalah salah satu metode pembelajaran dalampendidikan Islam, dimana siswa/ santri tidak menghadap guru/ kyai satudemi satu, tetapi semua peserta didik menghadap guru dengan membawabuku/kitab masing-masing. Kemudian guru membacakan,menerjemahkan, menerangkan kalimat demi kalimat dari kitab yngdipelajari, sementara santri secara cermat mengikuti penjelasan yngdiberikan oleh kyai dengan memberikan catatan-catatan tertentu. Carabelajar seperti ini paling banyak dilakukan di pesantren tradisional.j. Metode MudzakarahMetode Mudzakarah adalah metode yang digunakan dalam prosesbelajar mengajar (PBM) dengan jalan mengadakan suatu pertemuanilmiah yang secara khusus membahas masalah-masalah agama saja.Metode Mudzakarah ini pada umumnya banyak digunakan oleh lembagalembagapendidikan yang disebut pesantren, khusus pesantren tradisional.Di antara tujuan penggunaan metode ini adalah untuk melatihsantri agar lebih terlatih dalam memecahkan masalah-masalah yangberkembang dengan menggunakan kitab-kitab klasik yang ada. Di


37samping untuk menguji keterampilan mereka mengutip sumber-sumberargumentasi dari kitab-kitab Islam klasik.k. Metode Drill/ LatihanMetode drill adalah suatu metode dalam menyampaikan pelajarandengan menggunakan latihan secara terus-menerus sampai anak didikmemiliki ketangkasan yang diharapkan.l. Metode Kerja KelompokMetode kerja kelompok adalah salah satu dari sekian banyakmetode yang dapat digunakan dalam menyampaikan materi pelajarankepada anak didik. Metode ini dilakukan dengan cara membagi siswa kedalam beberapa kelompok baik kecil maupun kelompok besar.Selain metode-metode yang telah dijelaskan diatas, menurut Ahsin,metode yang sering digunakan dalam pembelajaran hifzhul Qur’an terdiridari 24 :a. Metode WahdahYang dimaksud dengan metode ini, yaitu menghafal satu persatuterhadap ayat-ayat yang hendak dihafalkannya. Sebagai awal, setiap ayatdibaca sepuluh kali atau lebih, sehingga proses ini mampu membentukpola dalam bayangannya.24 Ahsin W. Al-Hafizh, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur’an (Jakarta: Bumi Aksara,2005), hlm. 63-66


38Setelah benar-benar hafal barulah dilanjutkan pada ayat-ayatberikutnya dengan cara yang sama, demikian seterusnya hingga mencapaisatu muka dengan gerak reflek pada lisannya. Setelah itu dilanjutkanmembaca dan mengulang-ulang lembar tersebut hingga benar-benar lisanmampu memproduksi ayat-ayat dalam satu muka tersebut secara alami,atau reflek dan akhirnya akan membentuk hafalan yang representatif.b. Metode KitabahKitabah artinya menulis. Metode ini memberikan alternatif laindaripada metode yang pertama. Pada metode ini penulis terlebih dahulumenulis ayat-ayat yang akan dihafalnya pada secarik kertas yang telahdisediakan untuknya. Kemudian ayat-ayat tersebut dibacanya sehinggalancar dan benar bacaannya, lalu dihafalkannya. Menghafalnya bisa jugadengan metode wahdah atau dengan berkali-kali menuliskannya sehinggadengan berkali-kali menuliskannya ia dapat sambil memperhatikan dansambil menghafalnya dalam hati.c. Metode Sima’iSima’i artinya mendengar. Yang dimaksud dengan metode ini ialahmendengarkan sesuatu bacaan untuk dihafalkannya. Metode ini akansangat efektif bagi penghafal yang mempunyai daya ingat yang ekstra,terutama bagi penghafal tunanetra atau anak-anak yang masih di bawahumur yang belum mengenal tulis baca Al-Qur’an.d. Metode Gabungan


39Metode ini merupakan gabungan antara metode pertama dankedua, yakni metode wahdah dan metode kitabah. Hanya saja kitabah(manulis) di sini lebih memiliki fungsional sebagai uji coba terhadap ayatayatyang telah dihafalnya. Maka dalam hal ini, setelah penghafal selesaimenghafal ayat yang dihafalnya, kemudian ia mencoba menulisnya di ataskertas yang telah disediakan untuknya dengan hafalan pula.Setelah ia telah mampu mereproduksi kembali ayat-ayat yangdihafalnya dalam bentuk tulisan, maka ia melanjutkan kembali untukmenghafal ayat-ayat berikutnya, tetapi jika penghafal belum mampu,mereproduksi hafalannya ke dalam tulisan secara baik, maka ia kembalimenghafalkannya sehingga ia benar-benar mencapai nilai hafalan yangvalid.5. Metode Jama’Yang dimaksud dengan metode ini, ialah cara menghafal yangdilakukan secara kolektif, yakni ayat-ayat yang dihafal dibaca secarakolektif, atau bersama-sama, dipimpin oleh seorang instruktur/ guru.B. Tinjauan Tentang Metode Jibril1. Metode Jibrila. Pengertian Metode JibrilMetode secara etimologi, istilah ini berasal dari bahasa yunani”metodos” kata ini berasal dari dua suku kata yaitu: ”metha” yang berartimelalui atau melewati dan ”hodos” yang berarti jalan atau cara. Metode


40berarti jalan yang di lalui untuk mencapai tujuan. 25 Dalam kamus bahasaindonesia ”metode” adalah cara yang teratur dan berfikir baik untukmencapai maksud. Sehingga dapat di pahami bahwa metode berarti suatucara yang harus dilalui untuk menyajikan bahan pelajaran agar mencapaitujuan pelajaran. 26Metode adalah strategi yang tidak bisa ditinggalkan dalam prosesbelajar mengajar. Setiap kali mengajar guru pasti menggunakan metode.Metode yang di gunakan itu pasti tidak sembarangan, melainkan sesuaidengan tujuan pembelajaran. 27Pada dasarnya, terminologi (istilah) metode Jibril yang digunakansebagai nama dari metode pembelajaran Al-Qur’an yang diterapkan diPesantren Ilmu Al-Qur’an (PIQ) Singosari Malang, adalahdilatarbelakangi perintah Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAWuntuk mengikuti bacaan Al-Qur’an yang telah dibacakan oleh malaikatJibril, sebagai penyampai wahyu, Allah SWT berfirman:ف َإِذ َا ق َرأ ْناه ف َات‏ّبِع ق ُرآنهArtinya: ”Apabila telah selesai kami baca (Yakni Jibril membacanya)maka ikutilah bacaannya itu”. (Q.S. Al-Qiyamah: 18)25Muhammad Arifin, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara1996), hlm: 6126 Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: BalaiPustaka1995), hal: 5227Saipul Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: PT.Rineka Cipta, 2002), hlm:178


41Berdasarkan ayat diatas, maka intisari teknik dari Metode Jibriladalah taqlid-taqlid (menirukan), yaitu santri menirukan bacaan gurunya.Dengan demikian metode Jibril bersifat teacher-centris, dimana posisiguru sebagai sumber belajar atau pusat informasi dalam prosespembelajaran.Selain itu praktek Malaikat Jibril dalam membacakan ayat kepadaNabi Muhammad SAW adalah dengan tartil (berdasarkan tajwid yang baikdan benar). Karena itu, metode Jibril juga diilhami oleh kewajibanmembaca Al-Qur’an secara tartil, Allah SWT berfirman:أ َو زِد عل َيهِ‏ ورتِّلِ‏ ال ْق ُرآن َ ترتِيلاArtinya : “…Dan bacalah (olehmu) Al-Qur’an dengan tartil.(QS.Muzammil : 4)Dan metode Jibril juga diilhami oleh peristiwa turunnya wahyusecara bertahap yang memberikan kemudahan kepada para sahabat untukmenghafalnya dan memaknai makna-makna yang terkandungdidalamnya. 28Adapun landasan yang dipakai selain di Al-Qur’an SuratMuzammil ayat 4 juga Hadis Riwayat Ibnu Asakir2005), hlm. 6-7.28 Ahsin W. Al-Hafizh, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur’an (Jakarta: Bumi Aksara,


42كان أبو سعيد الخدرىبالعشى ويخبر أن جبريلعساكر)‏يعلمنا القرأن خمس أيات بالغداة وخمس اياتنزل بالقران خمس اايات خمس ايات ‏(رواه إبنArtinya: “Abu Said al-Khudri mengajarkan Al-Qur’an kepada kami,lima ayat di waktu pagi dan lima ayat di waktu petang. Diamemberitahukan bahwa jibril menurunkan Al-Qur’an lima ayat-ayat.”Dan juga ada Hadis Riwayat Baihaqiتعلمواالقران خمسكان جريل فان ايات اايات خمسالنبى صلى االله عليه وسلم خمسا خمسا ‏(رواه البيهقى)‏على بالقران يترلArtinya: Pelajarilah Al-Qur’an lima ayat demi lima ayat, karenaJibril menurunkan Al-Qur’an kepada Nabi SAW. Lima ayat demi limaayat.”Metode menghafal Al-Qur’an melalui cara diatas yakni dengancara menghafal Al-Qur’an lima ayat demi lima ayat juga diterapkan diPondok Pesantren Bidayatul Hidayah Komplek As-Syifa’ MojogenengJatirejo Mojokerto yang mana komplek tersebut tempat santri yang inginmenghafal Al-Qur’an. Adapun Pengasuh-nya adalah KH. Moh. FathoniDimyati, Lc. lulusan S1 dari Negara Syiria, beliau juga pernah Juara IIHifdzul Qur’an Tingkat Internasional Di Makkah sekitar tahun 1983(Wawancara dengan beliau pada tanggal 13 Agustus 2008). Mengenaimetode mengahafal Al-Qur’an yang diterapkan di tempat mengasuh beliaubenar-benar telah teruji, hal ini dibuktikan oleh santri-santrinya yangsering juara di perlombaan MTQ Tingkat Kabupaten Mojokerto, TingkatJawa Timur dan juga ada yang sampai MTQ Tingkat Nasional.


43(Wawancara dengan Pengurus Komplek As-Syifa’ pada tanggal 14Agustus 2008).Di dalam metode Jibril, tujuan intraksional umum pembelajaranAl-Qur’an adalah santri membaca Al-Qur’an dengan tartil sesuai denganperintah Allah SWT. Indikasinya santri mampu menguasai ilmu-ilmutajwid baik secara praktis maupun teoritis pada saat ia membaca Al-Qur’an dengan demikian, metode Jibril berupaya mencetak generasiQur’ani yang selalu mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya.Melalui metode Jibril inilah nantinya menghafal Al-Qur'an bisaberjalan secara efektif, sehingga terwujudlah hasil yang diinginkan yaitumenjadi insan Qur'ani, bisa menghafalnya dengan baik dan benar dansekaligus mengamalkan ajaran Al-Qur'an dengan baik dalam aplikasikehidupannya.b. Konsep Metode JibrilIntisari teknik dari metode Jibril adalah taqlid-taqlid (menirukan),yaitu murid menirukan bacaan gurunya. Dengan demikian metode Jibrilbersifat teacher-centris, dimana posisi guru sebagai sumber belajar ataupusat informasi dalam proses pembelajaran.Metode ini sudah dipakai pada zaman Rasulullah dan para sahabat.Setiap kali Rasulullah SAW menerima wahyu yang berupa ayat-ayat Al-Qur’an, beliau membacanya di depan para sahabat, kemudian para sahabatmenghafalkan ayat-ayat tersebut sampai hafal di luar kepala. metode yang


44digunakan Nabi mengajar para sahabat tersebut, dikenal dengan metodebelajar kuttab. Di samping menyuruh menghafalkan, Nabi menyuruhkutab (penulis wahyu) untuk menuliskan ayat-ayat yang baru diterimanyaitu. 29Proses belajar seperti ini berjalan sampai pada akhir masapemerintahan Bani Umayyah. 30Sedangkan tujuan intraksional khusus pembelajaran Al-Qur’andijabarkan sebagai berikut: Santri mampu mengenal huruf, menghafalkan suara huruf, membacakata dan kalimat berbahasa arab, membaca ayat-ayat Al-Qur’andengan baik dan benar. Santri mampu mempraktekkan membaca ayat-ayat Al-Qur’an (pendekmaupun panjang) dengan bacaan bertajwid dan artikulasi yang shahih(benar) dan jahr (bersuara keras). Santri mengetahui dan memahami teori-teori dalam ilmu tajwidwalaupun secara global, singkat dan sederhana teerutama hukumhukumdasar ilmu tajwid seperti hukum lam sukun, nun sukun, dantanwin, mad dan lainnya. Santri mampu menguasai sifat-sifat huruf hijaiyah baik lazim maupunyang ’aridh. Santri mampu memahami semua materi ajar dengan baik dan benar.29 Amanah, Pengantar Ilmu Al-Qur’an &Tafsir (Semarang: As-Syifa,1991), hlm. 10430 Ibid.,


45 Santri mampu menggunakan media atau alat bantu secara baik danbenar.Selain penjabaran diatas, tujuan intruksional adalah semua yangdikembangkan sendiri oleh guru yang menerapkan metode Jibril sesuaidengan kebutuhan, situasi, kondisi dan tujuan pembelajaran di lembagapendidikan.Menurut K.H. Muhammad Bashori Alwi, sebagai pencetus metodeJibril menegaskan bahwa metode ini bersifat talqin-taqlid, yaitu muridmenirukan bacaan gurunya. Dengan demikian, guru dituntut untukprofesional dan memiliki kredibilitas yang mumpuni di bidangnya. Danmetode Jibril menurut K.H.M. Bashori Alwi diadopsi dari Imam Al-Jazaridan dikombinasi dengan cara mengajar Imam Abdurrahman As-Sulami,seorang yang ahli qiraat pada awal era awal kebangkitan Islam. Kombinasitersebut diterapkan dalam teknik metode Jibril, yang disebut tashih.Teknik ini sangat bermanfaat bagi pengkaderan guru yang profesional.Teknik dasar Metode Jibril bermula dengan membaca satu ayatatau waqaf, lalu diturunkan oleh guru yang mengaji. guru membaca satuduakali lagi yang masing-masing masing-masing ditirukan oleh orangorangyang mengaji. Kemudian guru membaca ayat atau lanjutan ayatberikutnya dan ditirukan kembali oleh semua yang hadir. Begitulah


46seterusnya, sehingga mereka dapat menirukan bacaan guru dengan pas.(Al-Kisah:50). 31c. Karateristik Metode JibrilDi dalam metode Jibril terdapat dua tahap, yaitu tahqiq dan tartil.1) Tahap tahqiq adalah pembelajaran Al-Qur’an dengan pelan danmendasar. Tahap ini dimulai dengan pengenalan huruf dan suara,hingga kata dan kalimat. Tahap ini memperdalam artikulasi(pengucapan) terhadap sebuah huruf dengan tepat dan benar sesuaidengan makhraj dan sifat-sifat huruf.2) Tahap tartil adalah pembelajaran membaca Al-Qur’an dengan durasisedang dan bahkan cepat sesuai dengan irama lagu. Tahap ini dimulaidengan pengenalan sebuah ayat atau beberapa ayat yang dibacakanguru, lalu ditirukan oleh para santri secara berulang-ulang. Disampingpendalaman artikulasi (pengucapan), dalam tahap tartil jugadiperkenalkan praktek hukum-hukum ilmu tajwid seperti: bacaan mad,waqaf, dan ibtida’, hukum nun mati dan tanwin, hukum mim mati, dansebagainya.3) Tahap menghafal Al-Qur’an dengan cara lima ayat-lima ayat dihafaloleh santri dengan cara membaca Al-Qur’an berulang-ulang sesuaidengan kemampuan masing-masing, kemudian setelah lima ayat hafal31 Taufiqurahman, Metode Jibril, (Malang : Malang IKAPIQ,2005) hal 1-23


47diluar kepala baru memulai lagi menghafal Al-Qur’an ayat berikutnyasampai jumlahnya lima ayat dan seterusnya.4) Menyetorkan hafalannya ke Ustad atau Pengasuh, Adapun Jadwalsetorannya di Pondok Pesantren Bidayatul Hidayah Komplek As-Syifa’ Mojogeneng Jatirejo Mojokerto setiap hari dua kali yakni Ba’daShubuh dan Ba’da Isya’.2. Kajian Hifzhul Qur’ana. Pengertian Hifzhul Qur’anAl-Hifzh berasal dari bahasa Arab, dengan fi’il madinya, yangartinya secara etimologi (tata bahasa) adalah menjaga, memelihara ataumenghafalkan. 32 Sedang Al-Hafizha adalah orang yang menghafal dengancermat. Orang yang selalu berjaga-jaga yaitu orang yang selalu menekunipekerjaannya. Istilah Al-Hafizh ini dipergunakan untuk orang yang hafalAl-Qur’an tiga puluh juz tanpa mengetahui isi dan kandungan Al-Qur’an. 33Sebenarnya istilah Al-Hafizh ini adalah predikat bagi sahabat Nabiyang hafal Hadits-Hadits shalih (bukan predikat bagi penghafal Al-Qur’an).32 Atabik Ali dan Ahmad Zuhdi Muhdlor, Kamus Kontemporer Al-Asri, (Yogyakarta: MultiKarya Grafika, 1996) Hal.3733 Abdurrab Nawabudin, Teknik Menghafal Al-Qur’an, (Bandung: Cv. Sinar Baru,1991) Hal.7


48Kata-kata hifzh dalam Al-Qur’an dapat berarti banyak hal, sesuaidengan pemahaman konteks sebagaimana misalnya firman Allah dalamsurat Yusuf: 65ول َماف َتحوا متعهم وجدوا بِضعتهم ردت اِل َيهِم ق َال ُوا يآا َبانامانبغِى هذِهردت اِل َينا ونمِير ا َهل َنا ونحف َظ ُ ا َخانا ونزداد ك َيل َ بعِيرٍ‏ ذلِك ك َيل ٌ يسِيربِضعتناArtinya:“Tatkala mereka membuka barang-barangnya, merekamenemukan kembali barang-barang (penukaran) mereka,dikembalikan kepada mereka. Mereka berkata: wahai ayah kamiapalagi yang kita inginkan. Ini barang-barang kita dikembalikankepada kita, dan kami akan dapat memelihara saudara kami, dankami akan mendapat tambahan sukatan (gandum) seberat bebanseekor unta. Itu adalah sukatan yang mudah (bagi raja Mesir).” 34Di sini Al-Hafizh diartikan memelihara atau menjaga.Sedang Al-Hifzh yang berarti penjagaan, pemeliharaan ataupengingatan mempunyai banyak idiom yang lain, seperti si-Fulanmembaca Al-Qur’an dengan kecepatan yang jitu (zhahru Al-Lisan) denganhafalan di luar kepala (zhahru Al-Qolb). Baik kata-kata zhahru Al-Lisanmaupun zharu Al-Qolb merupakan kinayah (metafora) dari hafalan tanpakitab, karena itu disebut “istizhahrahu” yang berarti menghafal danmembacanya di luar kepala. 35Dalam kitab ini, menghafal Al-Qur’an, memeliharanya sertamenalarnya haruslah memperhatikan beberapa unsur pokok sebagaiberikut:34 Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al-Qur’an, Op.cit, Hal: 35835Muhaimin Zen, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur’an, (Jakarta: Pustaka Al-HusnaBaru, 1996) Hal. 37


49a. Menghayati bentuk-bentuk visual, sehingga bisa diingat kembalimeski tanpa kitab.b. Membaca secara rutin ayat-ayat yang dihafalkan.c. Penghafal Al-Qur’an dituntut untuk menghafal secara keseluruhanbaik hafalan maupun ketelitian.d. Menekuni, merutinkan dan melindungi hafalan dari kelupaan. 36Sebagaimana sejarah turunnya Al-Qur’an awal kali dari AllahSWT melalui Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW, diceritakandalam Hadits riwayat Bukhari dan Muslim:عن عائشة رضى االله عنها قالت:‏ اول مابدئ به رسول االله ص.م من الوحىالرؤيا الصادقة فى النوم فكان لايرى رؤيا الا جاءت مثل فلق الصبح،‏ ثم حبباليه الخلاء فكان يأتى حراء فيتحنث فيه الليالي ذوات العدد ويتزود لذالك ثميرجع الي خديجة وضي االله عنها فتزود ثم يرجع الي خديجة وضي االله عنهافتزود لمثلها حتى جاءه الحق وهو فى غر حراء،‏ فجاءه الملك فيه فقال اقرأ،‏ قالرسول االله صلى االله عليه وسلم فقالت ما انا بقارئ فأخدنى فعطنى حتى بلغمنى الجهد ثم ارسلنى فقال اقرأ.‏ فقلت ما انا بقارئ فغطنى الثانية حتى بلغ منىالجهد ثم ارسلنى فقال اقرأ فقلت ما انا بقارئ فغطنى الثالثة حتى بلغ منى الجهد) ثم ارسلنى فقالرسول االله يرجف فؤاده.‏ الحديثاقرأ باسم ربك الذى خلق حتى بلغ ‏(مالم يعلم)‏ فرجع اArtinya: “Dari Aisyah r.a berkata -permulaan wahyu- yangditurunkan kepada Rasulullah SAW adalah mimpi yang benar, dalam36 Abdurrab Nawabudin, Op.Cit., hlm. 27.


50mimpi itu beliau hanyalah melihat seperti secercah cahaya shubuh,kemudian beliau ditenangkan untuk berkhalwat (beribadah diri).Beliau selalu mendatangi gua hira’, disana bertahanust (beribadah)beberapa malam. Untuk itu beliau membawa bekal, kemudian beliaukembali kepada khdijah dan membawa bekal seperti (bekal terdahulu),sehingga beliau dikejutkan kebenaran dan beliau sedang berada digua Hira’ dan malaikat lalu malaikat itu berkata:”bacalah”,Rasulullah SAW bersabda: Lalu saya berkata:”sungguh saya tidakbisa membaca”, lalu malaikat memegang dan mendekapku sehinggasaya merasa payah, kemudian ia melepaskan saya lalu ia (malaikat),berkata: “bacalah” saya (Nabi SAW) berkata: “saya tidak bisamembaca”, lalu dia mendekapku yang kedua kalinya sehingga sayamerasa payah, kemudian ia melepaskan saya, ia (Malaikat) ber-katalagi: “bacalah”- lalu saya (Nabi SAW) berkata:”saya tidak bisamembaca”, dia (malaikat) mendekap yang ketiga kalinya, sehinggasaya merasa payah, kemudian dia (Malaikat) melepaskan saya, laluberkata: Iqra’ اقرأ باسم ربك الذى خلق sampai مالم يعلم laluRasulullah pulang kepadanya (siti Khadijah), dengan gemetarhatinya.”Dari turunnya wahyu yang pertama kali, yang dirasakan Nabiadalah ketakutan, sehingga sulitnya Nabi mengikuti apa yang dibacaMalaikat Jibril yang berulang tiga kali. Dari hal tersebut menimbukanpenafsiran, bacaan itu harus diulang-ulang, sehingga tidak lupa atauhilang. Diikuti tiga kali dekapan Malaikat Jibril kepada Nabi, hal ituadalah proses internalisasi (pemahaman, penghayatan), sehingga Nabidapat mengikuti apa-apa yang dibacanya.Dari peristiwa tersebut makna Iqra’ berarti tidak hanya seorangNabi membaca saja tetapi ketika itu Nabi berusaha:a. Memperhatikan (membaca fenomena).b. Mensistematisir/ menata fenomena yang ada.


51c. Lalu menyimpulkan sehingga terjadi pemahaman.Peristiwa tersebut adalah momentum perjalanan Muhammad prakenabiandan kerasulan. Di Gua Hira’ itulah Muhammad tercerahkansecara spiritual. Allah, Tuhan manusia dn makhluk pada umumnya, yangwajib disembah dan yang mencipta semesta segenap ruang dan waktu,berkenaan menutus Jibril untuk menyampaikan wahyu Ilahi yang akansegera mengubah peradaban jahiliyah Arab menuju peradaban yangtercerahkan dan terberkatu. Bacalah, Muhammmad, maka berubahlahalam semesta!.b. Manfaat Akademis Hifzhul Qur’an1) Menghafal Al-Qur’an sebagai pengetahuan dasar bagi santri dalamproses belajarnya.Dengan ia seorang penghafal Al-Qur’an, akan memberikankontribusi yang sedemikian besar terhadap studinya, apalagi Al-Qur’an adalah sumber ilmu, sebagaimana sabda Nabi dari IbnuMas’ud menyatakan: “Kalau kalian menginginkan ilmu, bukalahlembaran Al-Qur’an. Karena Al-Qur’an mengndung ilmu orang-orangterdahulu dan orang-orang di masa mendatang”. 37Santri yang hafal Al-Qur’an, akan terbantu ketikamembutuhkan dalil-dalil Al-Qur’an yang berkaitan dengan ilmu yang37 Haya Ar-Rasyid, Op.cit, hlm. 19


52dipelajarinya. Seiring kemajuan ilmu dan teknologi, sudah banyakdibuktikan secara ilmiah apa yang telah dinyatakan/ ditulis(ditetapkan) dalam ayat-ayat Allah (Al-Qur’an), apa-apa yang menjadirahasia alam, seperti karya-karya Harun Yahya yang menguakberbagai rahasia alam yang memang bukan terjadi secara kebetulan.Hal tersebut sudah menjadi bukti dari bahwa Al-Qur’an adalah sumberilmu.2) Menentramkan dan menenangkan jiwa.Dari Abu Hurairoh r.a berkata: Rasulullah SAW. Bersabda:مااجتمع ق َوم فِى بيتٍ‏ مِن بيوتِ‏ االلهِ‏ يتل ُون َ كِتاب االلهِ‏ ويتدارسونه اِل َّاا ُنزِل َت عل َيهِم السكِينة ُ وغ َشِيتهم الرحمة ُ وحف َّتهم ال ْملئِك َة ُ وذ َك َرهم ا ‏ُاللهفِيمن عِندهArtinya: “Tidak ada orang yang berkumpul di dalam satu rumah Allahuntuk membaca dan mempelajari Al-Qur’an, melainkan mereka akanmemperoleh ketentraman, diliputi rahmat, dikitari oleh malaikat dannama mereka disebut-sebit Allah di kalangn para Malaikat.” (HR.Muslim, Tirmidzi, Ibnu Majah dan Abu Daud).Bagi seorang penghafal Al-Qur’an, yang lisannya tidak pernahkering akan mengulang-ulang kalam Allah, karena ia selalumembacanya dimanapun dan kapanpun. Dengan begitu, jiwanya akanselalu merasa ketentraman dan ketenangan.3) Tajam ingatan dan bersih intuisinya.Ketajaman ingatan dan kebersihan intuisinya itu muncul karenaseorang penghafal Al-Qur’an selalu berupaya mencocokkan ayat-ayat


53yang dihafalnya dan membandingkan ayat-ayat tersebut ke porosnya,baik dari segi lafal (teks ayat) maupun dari segi pengertiannya.Sedangkan bersihnya intuisi itu muncul karena seorang penghafal Al-Qur’an senantiasa berada dalam lingkungan zikrullah dan selalu dalamkondisi keinsafan yang selalu meningkat, karena ia selalu mendapatperingatan dari ayat-ayat yang selalu dibacanya.4) Banyak menghafal kosa kata bahasa ArabAl-Qur’an memuat 77.439 kalimat. Kalau seluruh penghafalAl-Qur’an memahami seluruh isi kalimat tersebut, berapa dia banyaksekali menghafal kosa kata (vocabulari) bahasa Arab, jadi seakan-akanmenghafal kamus Arab. 385) Menjadi sumber hukumDalam Al-Qur’an banyak sekali ayat hukum, dengan demikianseorang penghafal Al-Qur’an secara tidak langsung akanmenghafalkan ayat-ayat hukum. Ini sangat berguna sekali bagi merekayang ingin terjun dibidang hukumc. Keutamaan Hifzhul Al-Qur’anAllah memuliakan orang yang menjadi Ahlul Qur’an denganmembaca, menghafal dan mengamalkannya dengan berbagai macamkeistimewaan di dunia dan diakhirat.38 Panduan Ilmu Tajwid Versi Madrsatul Qur’an Tebu Ireng (Jombang: Unit Tahfizh MQTebu Ireng, 2004), hlm. 26


54Menurut Ustad Fathoni, sebagaimana dalam rangkumannya“Memilih Metode Menghafal Al-Qur’an Yang Baik dan Upaya MencetakHuffazhul Qur’an Yang Sempurna”, Keutamaan orang yang menghafalAl-Qur’an 39 , antara lain:1) Huffazhul Qur’an itu pilihan Allah (Q.S Fathir: 32)“Kamudian kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang kamipilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antra mereka ada yangmenganiaya diri sendiri, di antara mereka ada yang pertengahan dandi antara ada (pula) yanglebih dahulu berbuat kebikan dengan izinAllah yang demikian itu adalah karunia yang amat besar.”2) Huffazhul Qur’an itu adalah para Ilmuwan (Q.S Al-Ankabut: 49)“Sebanarnya Al-Qur’an itu adalah ayat-ayt yang nyata di dalam dadaorang-orang yang diberi Ilmu dan tidak ada orang yangmengingkariayat-ayat Kami kecuali orang-orang yang zalim.”3) Huffazhul Qur’an adalah keluarga Allah (HR. Ahmad/ Fadho’ilulLibni Katsir hal. 54)”Dari anas bin malik beliau berkata: Rosulullah SAW. Berkata:sesungguhnya Allah itu mempunyai keluarga dari pada manusia. Adayang bertanya: siapa mereka itu wahai Rosulullah? Beliau menjawab:Ahli Al-Qur’an itulah keluarga Allah dan orang-orang khususnya.(HR. Ahmad/Fadlo’ilul Qur’an Libni Katsir hal.54)4) Huffazhul Qur’an adalah orang-orang mulia dari umat MuhammadSAW. (Nihayatul Qoulil Mufid hal. 646)“ Dan berkata Rosulullah SAW: “Orang-orang yang mulia dari padaumatku adalah para penghafal Al-Qur’an dan ahli sholat malam. Danbeliau berkata: Ibadah ummatku yang paling utama ialah membacaAl-Qur’an.” (Nihayatul Qoulil Mufid hal. 646)39 M. Fathoni Dimyati, Op.cit, hlm. 14


555) Huffazhul Qur’an dijaga dari api neraka. (HR. Addaroni/ At-Tibyan fiAdabi Hamatil Qur’an Lin Nawawi hal. 16)“Dari Abdulloh bin Mas’ud dari Nabi SAW. Beliau berkata: BacalahAl-Qur’an, karena sesungguhnya Al-Qur’an ini adalah hidanganAllah, barang siapa yang masuk di dalamnya maka ia akan aman.Dan barang siapa cinta kepada Al-Qur’an maka hendaklah iabergembira.” (HR. Addaroni/At-tibyan fi adabi hamatil Qur’an LinNawawi. Hal.16)6) Huffazhul Qur’an itu berhak memberi syafaat kepada keluarganya.(HR. Ibnu Majah dan Turmudzi/ Nihayatul Qowlil Mufid hal. 248 )“ Dari Ali Bin Abi Tholib RA. Beliau berkata: Rosulullah SAW.Bersabda: barang siapa membaca Al-Qur’an kemudian iamenghafalkannya di luar kepala lalu ia menghalalkan apa yang dihalalkan oleh Al-Qur’an dan mengharamkan apa yang diharamkanoleh Al-Qur’an maka Allah akan memasukkannya kedalam surga danmemberikan kepadanya hak untuk memberi syafaat kepada 10 orangdari keluarganya yang sudah dipastikan masuk neraka.” (HR. IbnuMajah dan Turmudzi/Nihayatul Qowlil Mufid hal. 248).7) Huffazhul Qur’an hampir seperti Nabi. (HR. Thobroni/ Fadho’ilulQur’an Libni Kastir hal. 57)“ Dari Abdulloh bin Amr dari Rosulullah SAW. Beliau berkata:Barang siapa yang membaca (hafal) Al-Qur’an maka seungguhnyadia telah mendapat derajat kenabian (yang dicapkan) diantara kedualambungnya, hanya saja dia tidak diberi wahyu. Dan barang siapayang hafal Al-Qur’an kemudian berangapan bahwa orang lain (yangtidak hafal Al-Qur’an telah diberi (oleh Allah) dengan pemberianyang lebih utama dari pada apa yang telah diberikan kepadanya makasungguh dia telah mengagungkan sesuatu yang dikecilkan oleh Allahdan mengecilkan sesuatu yang dibesarkan oleh Allah.” (HR.Thobroni/Fadloilul Qur’an Libni Kasir hal. 57).8) Hafal al-Qur’an adalah kenikmatan besar yang patut diiri.(HR.MutafaqAlaih/ Riyadhussalihin hal.431)


56“ Dari Ibnu Amr RA. Dari Nabi SAW. Beliu berkata: tidak dibenarkaniri kecuali kepada dua perkara, yaitu lelaki yang diberi (hafal) Al-Qur’an oleh Allah kemudian ia membacanya siang malam, dan lelakiyang diberi oleh Allah harta (yang banyak) kemudian ia nafkahkanharta itu (fisabilillah) siang malam.” (H. MuttafaqAlaih/Rriyadlussholihin hal. 431).9) Mencintai Huffazhul Qur’an sama dengan mencintai Allah.(Muhaimin Zen: 33)“ Diriwayatkan dari Anas bahwa Rosululah SAW. Bersabda: Al-Qur’an itu lebih utama dari pada segala sesuatu, maka barang siapamengagngkan Al-Qur’an maka sama halnya mengagungkan Allah danbarang siapa yang meremehkan Al-Qur’an maka sama halnyameremehkan Allah. Para penghafal Al-Qur’an itu adalah orang-orangyang diliputi dengan rahmat Allah, dan mereka adalah orang-orangyang mengagungkan kalam Allah dan yang diberi pakaian cahayaoleh Allah. Barang siapa yang ,mengasihi mereka maka telahmencintai Allah, dan barang siapa yang memusuhi mereka sungguh iatelah meremehkan Allah Azzawajalla.” (problematika menghafal Al-Qur’an, Drs. Muhaimin Zen hal. 33)10) Banyak sedikitnya hafalan menentukan derajat di akhirat. HR. AbuDaud wat Turmudzi/ Riyadhussahalihin hal.432)” Dari Abdullah bin Amr dari Nabi SAW. Beliau berkata: akandikatakan kepada penghafal al-Qur’an: bacalah dan bacalah dengantartil sebagaimana kamu telah baca dengan tartil di dunia. Karenakedudukanmu (derajatmu) itu ada di akhir ayat yang kau baca.” (HR.Abu Dawud wat Turmudzi/Riyadlussholihin hal. 432).d. Hifzhul Qur’an Di Masa Nabi dan Para Sahabat1) Di Masa Nabi SAWAl-Qur’anul Karim turun kepada Nabi yang ummi (tidak bisabaca tulis). Karena itu perhatian Nabi hanyalah dituangkan untuksekedar menghafal dan menghayatinya, agar dapat menguasai Al-Qur’an yang diturunkan.setelah itu membacakan kepada orang-orang


57dengan begitu terang agar merekapun dapat menghafalnya sertamemantapkannya.Hal tersebut sesuai dengan firman Allah dalam surat Al-Jumu’ah ayat 2 sebagai berikut:هو ا َلّذِي بعث َ فِيالأمِّيِّين رسولا مِنهم يتل ُو عل َيهِم آياتِهِ‏ ويزكِّيهِ‏ مال ْكِتاب وال ْحِك ْمة َ وإِن ْ ك َانوا مِن ق َبل ُ ل َفِي ضلا ‏ٍل مبِ‏ ‏ٍينويعلِّمه مArtinya: Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta hurufseorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nyakepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka Kitabdan hikmah (As Sunnah). dan Sesungguhnya mereka sebelumnyabenar-benar dalam kesesatan yang nyata. (Q.S. Al-Jumu’ah:2)Bangsa Arab pada saat itu belum banyak yang dapat membacadan menulis, namun pada umumnya mereka memiliki daya ingat yangsangat kuat.Setiap kali Rasulullah SAW menerima wahyu yang berupaayat-ayat Al-Qur’an beliau membacanya di depan para sahabat,kemudian para sahabat menghafalkan ayat-ayat tersebut sampai hafaldi luar kepala. Metode yang digunakan Nabi mengajar para sahabattersebut, dikenal dengan metode belajar kuttab. Di samping menyuruhmenghafalkan, Nabi menyuruh kutab (penulis wahyu) untukmenuliskan ayat-ayat yang baru diterimanya itu. 4040 Amanah, Pengantar Ilmu Al-Qur’an &Tafsir (Semarang: As-Syifa,1991), hlm. 104


58Pada waktu itu banyak para sahabat yang hafal Al-Qur’ankeseluruhan, di antaranya 41 :1) Abu Bakar Ash-Shiddiq2) Uma Bin Khattab3) Ustman Bin Affan4) Ali Bin abi Thalib5) Thalhah6) Sa’ad7) Hudzaifah8) Salim9) Abi Hurairah10) Abdullah bin Mas’ud11) Abdullah Bin Umar12) Abadullah Bin Abbas13) Amir Bin Ash14) dll.Ada beberapa faktor yamng menjamin kemurnian Qur’an yangtelah diturunkan pada masa itu, yaitu 42 :1) Hafalan yang sangat kuat dari para sahabat yang hafal Al-Qur’an.2) Naskah-naskah yang ditulis untuk Nabi.41 Ibid,. Hlm.10542 Amanah, Pengntar Ilmu Al-Qur’an&Tafsir (Semarang: As-Syifa,1991), hlm. 108


593) Naskah-naskah yang ditulis oleh sahabat yang pandai menulis danmembaca untuk mereka masing-masing.4) Tadarrus (pengulangan) Al-Qur’an yang dilakukan malaikat Jibrildan Nabi setiap tahun sekali. Di waktu ulangan itu Nabi disuruhmengulang memperdengarkan Al-Qur’an yang telah diturunkanoleh Jibril dua kali. 43Para sahabat dikala Islam masih disembunyikan, mempelajariAl-Qur’an di suatu rumah (rumah Zaid bin Al-Arqam), disanalahmereka mempelajari serta memahamkan kandungan ayat-ayat yangtelah diturunkan itu dengan jalan bermudarasah, bertadarus dan dikalaumat Islam telah berhijrah ke Madinah, dan Islam telah tersebarkekabilah-kabilah Arab, mulailah sahabat yang dapat menghafal Al-Qur’an pergi ke kampung-kampung, ke dusun-dusun, menemuikabilah-kabilah Islam untuk mengajarkan Al-Qur’an kemudian padatiap-tiap mereka telah mempelajari, dibebankan mengajari temantemannyayang belum mengetahui. Sahabat-sahabat yang mengajarkanitu pergi ke kabilah-kabilah yang lain untuk menyebarkan Al-Qur’anseterusnya.Diantara para sahabat yang terkenal sebagai guru mengajar Al-Qur’an kepada sesamanya dan kepada para tabi’in adalah:43 Syahminan Zaini & Ananto Kusuma S., Bukti-Bukti Kebenaran Al-Qur’an Sebagai WahyuAllah (Jakarta: Klam Mulia, 1986), hlm. 19


60a) Usman bi Affanb) Ali bin Abi Thalibc) Zain bin Tsabitd) Ubay bin kaabe) Ibn Mas’udf) Abu Darda’g) Abu Musa Al-Asy’ari.Belajar Al-Qur’an dan menghafal Al-Qur’an ini sanagatdidukung oleh Nabi sebagaimana diceritakan oleh Ubadah bi Shamit:“Apabila ada seseorang yang hijrah (masuk Islam) Nabimenyerahkannya kepada salah seorang diantara kami untukmengajarnya. Di Masjid Nabawi sering terdengar kegaduhan dalammembaca Al-Qur’an, sehingga rosul memerintahkan kepada merekaagar jangan saling mengganggu.”Dari itu, penghafal-penghafal Al-Qur’an pada masa kehidupanRosulullah SAW. tidak terhitung. Kiranya cukup kita ketahui bahwamereka yang gugur dalam pertempuran di sumur Ma’unah jumlahmereka yang gugur kira-kira sejumlah dengan itu. Al-Qurtubimengatakan “pada pertempuran Yamamah, jumlah Qurra’ yang guguradalah 70 orang dan pada pertempuran di sumur Ma’unah sejumlah itujuga. Jadi merekayang meninggal syahid atau mati syahid berjumlah140 orang.


61Sudah menjadi ciri khas bagi umat Muhammad bahwa kitabsuci Al-Qur’an bisa dihafal dalam hati. Dalam menukilkannyaberpedoman pada hati dan dada, tidak cukup dengan berdasarkantulisan dalam bentuk lembaran dan catatan, berbeda dengan halnyaahli ktab, mereka tak satupun yang hapal akan kitab taurat dan injil.Dalam mengabadikannya, mereka hanya berpedoman dengan bentuktulisan, mereka tidak membacanya dengan penuh seksama kecualihanya dengan sekilas pandang, tidak penuh dengan penghayatan,karena itu masuklah unsur-unsur perubahan dan pergantian pada keduakitab tersebut. Berbeda halnya dengan Al-Qur’an ia telah dipeliharaAllah SWT. Dengan berupa pertolongan Illahi dengan mudahmenghafalnya.Dengan tidak diragukan lagi pertolongan Allah dalampenjagaan Al-Qur’an merupakan prioritas dan keistimewaan yang luarbiasa kepada umat umat Muhammad, dimana Allah telah menjadikanisi-isinya dalam dada dan ia menurunkan suatu kitab yang tidak hancurdi rendam air.Ada beberapa faktor yang menjamin kemurnian Al-Qur’anpada masa itu, diantaranya hafalan yang sangat kuat dari para sahabat,naskah Al-Qur’an yang ditulis untuk Nabi, naskah yang di tulis olehpara penulis wahyu untuk diri mereka sendiri dan tadarus Al-Qur’anyang dilakukan oleh Malaikat Jibril dan Nabi setiap tahun sekali


62sebagaimana tersebut dalam hadits riwayat Bukhari yang artinyasebagai berikut:“sesungguhnya Jibril mentadaruskan Al-Qur’an kepadaku setiaptahun sekali. Jibril mentadaruskan kepadaku tahun ini dua kali. Danaku berpendapat bahwa telah datang kepadaku.”(HR. Bukhari). 442) Masa Abu Bakar R.ARasulullah SAW wafat, sedang Al-Qur’an seluruhnya telahditulis pada pelepah-pelepah kurma batu-batu tipis dan tulang-tulangbelikat. Disamping Al-Qur’an tersebut dihafal dada kaum musliminsebelum Rasul wafat, beliau telah menempatkan surat-surat dan ayatayatAl-Qur’an seperti yang telah dihafal oleh kaum muslimin. Danhafalan kaum muslimin itu sesuai pula dengan hafalan Rasul. Pastilahapa yang tertulis itu menguatkan hafalan-hafalan agar dibaca sehinggadapat diambil faidahnya olah orang-orang zaman berikutnya.Karena mencukupkan apa yang tertulis itu dapat hancur,demikian pula bila hanya mencukupkan hafalan, sedangkan orangorangberikutnya yang menukilkan dari mereka tidak mempunyaikeistimewaan seperti orang-orang yang hafal pada saat itu.Ketika Abu Bakar menjabat sebagai kholifah, diantara kaummuslimin yang lemah imannya banyak yang murtad dan lemahimannya, banyak yang murtad dan banyak yang menolak untuk44 Syadali Ahmad, Ulumul Qur’an Untuk Fakultas Tarbiyah Untuk Komponen MKDK(Bandung: Pustaka Setia, 2000), Hlm. 68-71


63mengeluarkan zakat karena pengaruh Musailamah Al-Kadzab yangmengaku dirinya sebagai Nabi, dimana ia berhasil mempengaruhi BaniHanifa dari Bani Yamamah.. Setelah Abu Bakar mengetahui tindakanMusailamah beliau menyiapkan pasukan yang dipimpin oleh Kholidbin Walid, yang terkenal dengan nama perang Yamamah. Dalampeperangan itu banyak sekali hafizh yang gugur yaitu sekitar 70penghafal Al-Qur’an.Setelah umat islam berjuang dengan gigih maka pertolonganAllah datang, barulah tentara Musailamah hancur dan lari, umat Islammengejar mereka dan mengurung musuh itu dalam satu kebun kurma.Al-Barra’ Bin Malik menaiki tembok kebun dan menjatuhkan dirinyakedalam benteng lalu membuka pintu setelah umat islam dapat masukdan Musailamah dan kawan-kawannya dapat dibunuh.Melihat banyak para penghafal Al-Qur’an yang gugur makapeperangan, maka Umar Bin Khattab kuartir akan lenyapnya al-Qur’andari muka bumi bersama dengan gugurnya para penghafal itu. SetelahUmar menjelaskan latarbelakangnya dan Abu Bakar merenung danberfikir, maka dikirimlah surat kepada Zaid Bin Tsabit, seorangpenulis wahyu. Kemudian Zaid menghadap Abu Bakar dan Umaruntuk mendengarkan apa yang dikehendaki oleh kedua orang itu, dansetelah memperoleh penjelasan maka Zaid pun menyetujuinya. KetikaAbu Bakar mendengarkan jawaban yang memuaskan dari Zaid Ia


64berkata: kamu adalah pemuda yang bijaksana, saya tidak meragukankamu, kamu adalah penulis wahyu Rosulullah maka telitilah Al-Qur’an itu dan kumpulkanlkah. Kemudian dibuatlah sebuah panitiayang diketahui oleh Zaid Bin Tsabit, sedang anggotanya adalah Ubaidbin Ka’ab, Ali Bin Abi Thalib dan Usman Bin Affan. Imam bukhorimeriwayatkan peristiwa yang bersejarah ini sebagaiberikut:Artinya: “Bahwasanya Zaid bin Tsabit berkata: Abu Bakarmengirimkan utusan kepadaku setelah penumpasan pendudukYamamah (setelah orang-orang yang shahid pada perang yamamah).Tiba-tiba Umar ada di majelis Abu Bakar. Abu Bakar berkata: Umarberkata kepadaku menerangkan bahwa perang yamamah telahmemusnahkan para Qurra’ dan aia takut akan terus menerusnyaperang yang menyebabkan musnahnya para Qurra’ yang kanmelenyapkan Al-Qur’an. Umar meminta supaya aku mengumpulkanAl-Qur’an, Aku menjawab: bagaimana kita melakukan sesuatu yangtidak dilakukan oleh Rosul. Umar berkata: ini demi Allah suatuperbuatan yang baik. Umar terus menerus mendesak agar menulis Al-Qur’an, sehingga Allah membuka pintu untuk mengerjakan danakupun dalam hal ini berpendapat sebagaimana pendapat Umar. KataZaid seterusnya, Abu bakar berkata kepadaku: engkau wahai Zaidseorang pemuda yang berakal kami percaya kepada keagamaan.Engjkauseorang penulis wahyu dimasa Rosulullah, maka periksalahAl-Qur’an atau carilah suhuf-suhuf Al-Qur’an (kepingan-kepinganyang di dalamnya) danperiksalah satu persatu kemudiankumpulkanlah. Zaid menjawab; “ demi Allah sekiranya merekamembebankan Aku untuk membawa gunung, niscaya yang demikianiut tidaklah lebih berat dari pada mengumpulkan Al-Qur’an. “selanjutnya saya berkata: “ mengapa anda kerjakan sesuatu yangtidak dikerjaskan oleh nabi? Abu Bakar menjawab: Demi Allah inisesuatu perbuatan yang baik”. Abu Bakar berulang kali mendesakaku untuk mengerjakan sehingga hatiku dilapangkan oleh Allahsebagaimana dilapangkannya hati Abu Bakar dan Umar. Kemudianaku meneliti Al-Qur’an dan mengumpulkan kepingan-kepingan yangpadanya ditulis Al-Qur’an serta mendatangi orang-orang yang hafalAl-Qur’an. stelah aku lakukan usaha itu dan aku kumpulkan segalakepingan tersebut, nyatalah ada ayat yang aku dengar dari Rasultetapi tidak tertulis dalam kepingan maka aku dapati ayat itu pada


65seorang Anshor yaitu abu Khuzaimah Al-Anshori ayat itu adalah ayat128-129 surat At-Taubah. 45Sesudah Rasulullah wafat, Abu Bakar diangkat menjadiKhalifah. Umar Bin Khattab mengajukan pendapatnya kepadaKhalifah Abu Bakar, untuk mengumpulkan Al-Qur’an dengan alasanbanyaknya penghafal Al-Qur’an yang telah wafat karena terjadinyaperang Yamamah yang tidak sedikit yang menjadi korbandaripasukan Islam, termasuk 70 orang sahabat yang hafal Al-Qur’an.Pendapat Umar tidak langsung diterima, tetapi melalui perdebatan,akhirnya pendapatnya itu diterima baik oleh Khalifah Abu Bakar. 46Dalam usaha pengumpulan ayat-ayat Al-Qur’an itu, Zaid BinTsabit ditunjuk untuk melaksanakannya. Dengan tekun beliaumelaksanakan tugas yang mulia itu. Dengan demikian Al-Qur’anseluruhnya telah ditulis dalam lembaran-lembaran dan diikatnyadengan benang, tersusun menurut urutan ayat-ayatnya sebagaimanayang telah ditetapkan oleh Rasulullah, kemudian diserahkan kepadaAbu Bakar. Mushaf ini tetap ditangan Abu Bakar sampai iameninggal. Kemudian dipindahkan ke rumah Umar Bin Khattab dantetap ada di sana selama pemerintahannya. Sesudah beliau wafat,mushaf itu dipindahkan ke rumah Hafsah putri Umar, istri Rasulullah45 Ibid, Hal. 71-7746 Syahminan Zaini & Ananto Kusuma S., Op.Cit, hlm. 20


66sampai masa pengumpulan dan penyusunan Al-Qur’an di masaKhalifah Usman. 473) Masa Usman Bin Affan R.APada masa khalifah Usman bin Affan dalam penjagaankemurnian dan keaslian Al-qur’an, terlebih dalam menghafalnya halyang terjadi adalah pada waktu itu wilayah kaum muslimin menjadiluas sampai ke Mesir, Irak, Persia, dan lain-lain, yang tentu saja daerahini memiliki bahasa dan dialek yang berbeda-beda karena banyaknyamushaf yang beredar dan mereka memandang bahwa riwayat Qiraatatau bacaan mereka lebih baik dari yang lainnya. Diantara merekaterdapat perbedaan tentang bunyi huruf dan bentuk bacaan. Masalahini membawa mereka kepada pintu pertikaian dan perpecahanbersamanya. Hampir satu dengan yang lainnya saling mengkufurkankarena berbeda pendapat dalam bacaan.Diriwayatkan dari Abi Qilabah bahwasanya ia berkata: ”padamasa pemerintahan Usman, guru atau pengajar menyampaikan kepadaanak didiknya, guru yang lain juga menyampaikan kepada anakdidiknya. Dua kelompok murid tersebut bertemu dan bacaannyaberbeda. Akhirnya masalah tersebut sampai kepada guru pengajarnya.Sehingga satu sama lain saling mengkufurkan. Berita tersebut sampai47 Ibid.,


67kepada Usman. Usman berpidato seraya mengatakan: ”kalian yang adadihadapanku berbeda pendapat, apalagi orang-orang yang bertempattinggal jauh dariku pasti lebih lagi perbedaannya.Sebagaimana diriwayatkan Abu Bakar menceritakankepadanya bahwa Huzaefah datang kepada Usman setelah peperangandengan Armenia dan Azerbaizan bersama-sama dengan pendudukKuffah (Irak) pada waktu itu ia melihat betapa hebatnya perselisihandiantara penduduk itu dalam soal bacaan Al-Qur’an. Oleh karena ituHuzaefah minta kepada Khalifah supaya secepatnya memperbaikikeadaan tersebut dan segera mengatasi perselisihan bacaan Al-qur’anagar umat Islam jangan berselisih tentang kitab mereka seperti apayang terjadi pada umat Yahudi dan Nasrani. 48Kaum Muslimin yang telah begitu menyebar ke mana-manadan Al-Qur’anul Karim tetap jadi iman mereka, dimana merekabenyak yang menghafal Al-Qur’an. Naskah-naskah Al-Qur’an yangada pada mereka tidak sama susunan surah-surahnya, di samping itu diantara mereka ada pertikaian tentang bacaan Al-Qur’an itu. MakaKhalifah Usman r.a mengambil inisiatifuntuk membukukanlembaran-lembaran yang ditulis di masa Khalifah Abu Bakar. 4948 Syadali Ahmad, Ulumul Qur’an Untuk Fakultas Tarbiyah Untuk Komponen MKDK(Bandung: Pustaka Setia, 2000), Hlm. 80-8149Bustami A. Gani dan Chatibul Umam, Beberapa Aspek Ilmiah Tentang Al-Qur’an(Jakarta: Litera AntarNusa, 1994), Hlm. 141


68Al-Qur’an yang telah dibukukan itu ada lima buah diantaranyadikirim ke Mekkah, Syiria, Basrah dan Kufah dan satu buah lagiditinggalkan di Madinah untuk Usman sendiri, dan itulah yangdinamai dengan Mushaf Al-Imam. 50Sesudah itu itu Usman memerintahkanmengumpulkanlembaran-lembaran yang bertuliskan Al-Qur’an yang ditulis sebelumitu dan membakarnya. Maka yang ditulis di zaman Usman itulah yangdisalin kaum muslimin sampai sekarang.C. Implementasi Pembelajaran Al-Qur’an melalui Metode Jibril Bagi santriTanfidzhul Qur’anDalam Pembelajaran Al-Qur’an yang menjadi tujuaan utamanya adalahbagaimana santri atau murid bisa membaca dan menulis Al-Qur’an lebih-lebihmengerti nilai-nilai ajaran Al-Qur’an yang diajarkan dapat tertanam dalam dirisiswa sehingga terjadi perubahan yang dilandasi dengan nilai-nilai ajaran Al-Qur’an dalam kehidupan pribadinya maupun sosialnya.Proses pembelajaran Al-Qur’an di sekolah atau Pondok Pesantren masihsebatas sebagai proses penyampaian pengetahuan agama Islam, sesuai denganperannya yang sangat penting itu guru atau ustad mempunyai tugas-tugas pokokdalam mengolah, merencanakan, mengevaluasi dan membimbing kegiatanbelajar-mengajar dengan sebaik-baiknya disamping memahami siswa dengan50 Ibid.,


69segala karateristik, mengetahui tujuan apa yang harus dicpai setelah adanyaproses pembelajaran sehingga terjadi proses pengalaman yang baik.


701. Asas-asas Penerapan Metode JibilUntuk mencapai tujuan pembelajaran, syarat utma yang harus dipenuhioleh para pengelola lembaga pendidikan Al-Qur’an, baiak formal, non formalmaupun informal dalam menerapkan metode jibril adalah memilikiperencanaan pendidikan yang matang dan strategis, dan memilik kurikulumpembelajaran yang baik mencakup.a. Adanya tujuan pembelajaran yang jelas.b. Adanya metode dan teknik-teknik pengjaran yang baik dan diterapkansecara berkesinambungan dengan berbagai inovasi dan evaluasi.c. Adanya materi dan bahan ajara yanag representatif dan sesuai tujuanpembelajaran.d. tesedianaya alat bantu atau media pembeljaran yang memadai.e. Adanya guru yang profesional dibidang Al-Qur’an.2. Jenjang Pendidikan Metode JibrilPada dasarnya, klasifikasi jenjang pendidikan yang ditentukan sebuahlembaga pendidikan bersifat kondisional dan institusional (bergantung padakeadaan dan kebijakan lembaga). Namun secara umum, jenjang pendidikanyang digunakan dalam penerapan metode jibril terbagi menjadi tiga macam,yaitu :a. Tingkat Pemula ( Mubtadin )Santri yang belum mengenal dan mempelajari baca tulis arab dantidak selalu terkait dengan usia tertentu. Namun pada umumnya santri


71ditingkat pemula adalah anak-anak mulai usia 5 hingga 12 tahun , adapunmateri ajar ditingkat pemula adalah kitab ” Bil Qalam”. Di pesantren inidiguankan bagi santri baru yang tidak mengenal huruf sama sekali.b. Tingkat MenengahSantri yang telah mengenal huruf arab dan bisa membacanyadengan lancar tetapi tidak bisa melafalkan dengan baik. Pada tingkatmenengah, santri terus dilatih artikulasi ( pengucapan ) yang benar,terutama makhraj huruf dan sifat-sifatnya. Santri disini dikenalkanbeberapa hukum dasarilmu tajwid, dan juga lagu-lagu dasar yangmemudahkan artikulasi.Tingkat menengah ( Mutawassithin ) disebut juga dengan ”TahapTahqiq” yakni membaca pelan-pelan dengan bersungguh-sungguhmemperhatikan tiap-tiap hurufnya secara jelas agar sesuai dengan makhrajdan sifatnya.c. Tingkat Lanjutan ( Mutaqaddimin )Santri yang telah lulus ditingkat menengah, ia telah fasih membacaAl-Qur’an dan bacaannya tidak miring. Ia telah memahmi dasar-dasarilmu tajwid secara teoritis dan mampu mempraktekannya saat membacaAl-Qur’an. Tingkat lanjutan bisa langsung diterapkan pada santri yangtelah lancar membaca Al-Qur’an, atau santri yang pernah mengkhatamkanAl-Qur’an. Santri seperti ini biasanya hanya bertujuanuntukmemperbaaki bacaannya supaya bertajwid yang benar da supaya memiliki


72kesempatan untuk mempraktekkan teoro-teoriilmu tajwid secrakomprensip dibawah bmbingan yang mujawwid.Tingkat Lanjutan ( Mutaqaddimin ) disebut juga dengan ”TahapTartil”, yaitu : membaca ayat-ayat Al-Qur’an dengan artilulasi yangbenar dansesuai dengn mkhraj dan sifat –sifat huruf, memperhatiaknwaqaf dan ibtida’, mampu nembaca dengan irama lambat-sedang-cepat (Tahqiq, Tadwir,Hadr ) bisa melagukan bacaan dengan indah dan berupayamemahami makna bacaan serta merenungkan kandungan. Dari ketigajenjang atau tingkatan diatas di Pondok –Pesantren Bidayatul HidayahMojogeneng Jatirejo Mojokerto dinamakan Bin-Nadhor yang manamerupakan prasyarat bagi santri sebelum menghafalkan Al-Qur’an.Adapun bagi santri yang lulus Bin-Nadhor akan diwisuda yangtentunya ada syahadah ( sertifikat ), adapun tahapan-tahapan dalammenghafal Al-Qur’an ada 2 tahap yakni :a. Tahap PersiapanDi mana pada tahap ini, seorang santri sebelum menyetorkanhafalan pada ustadz, mereka melakukan persiapan. Persiapan tersebutdalam upaya membuat hafalan yang representatif untuk disetorkanpada ustadz.Dari tahap persiapan ini, masing-masing santri berbeda caradalam rangka pemantapan hafalan sebelum disetorkan kepada ustadz.


73b. Tahap PelaksanaanDari pengamatan peneliti, tahap ini adalah tahapberlangsungnya pelaksanaan metode Jibril, di mana para santrimenghafal lima ayat-lima ayat setelah dirasa yakin maka ia menunggusecara bergantian menyetorkan hafalan langsung kepada ustadz baiktambahan atau hafalan deresan.Sebagaimana hasil pengamatan peneliti, untuk setoran deresan,diwajibkan bagi semua santri setor seperempat juz setiap pertemuan. Setoranmuroja’ah dilaksanakan dua kali sehari. Adapun waktu pelaksanaan setoranmuroja’ah ini adalah ba’da isya’ dan ba’da shubuh.


74BAB IIILAPORAN HASIL PENELITIANA. GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN,1. Sejarah Singkat Pondok Pesantren Bidayatul Hidayah Mojogeneng-Jatirejo-Mojokerto.Tahun 1932 sebenarnya di Mojogeneng sudah berdiri sebuah Pondok-Pesantren. Tempatnya di Musholla Al- Wusto atau Langgar tengah denganpengasuh antara lain :a. Bapak Imam Ahmadb. Bapak Kyai Suhaimic. Bapak Kyai MashuriSantrinya hanya beberapa anak saja dan hanya berjalan satu tahun(1932-1933) kemudian pada tahun 1936 berdiri lagi Pondok Pesantren diMojogeneng yang diasuh oleh Bapak Abdul Latif. tempatnya juga dilanggartengah dan Muridnya kurang lebih lima anak tetapi hanya berjalan tiga tahunlalu mengalami cobaan yaitu Bapak Abdul Latif sakit dan wafat. Pada Tahun1940 berdirilah Pondok–Pesantren di Mojogeneng yang diasuh oleh KH.Matlab yang baru pulang dari pondok (belajar). Beliau menghidupkankembali pondok yang telah bubar tersebut. Tempatnya masih di mushollatengah muridnya 4 orang.


75Demi kelancaran pendidikan tersebut, maka KH Yahdi Matlabberusaha untuk memindahkan pondok tersebut dan alhamdulillah berhasildengan diberi tanah oleh Bapak Syafi’I dari Dinoyo dilokasi berdirinyaPondok Bidayatul Hidayah sekarang ini. Setelah memperoleh tanah Wakaf,pengajian ditingkatkan lagi dengan menambah ustdaz sebanyak lima orangitu, yaitu :a. Bapak Djaelani dari Pengaronb. Bapak Sonhaji dari Sambi Lawangc. Bapak Carik Pangi dari Dinoyod. Bapak Sholeh (Carik) dari Mojogenenge. Bapak Muhtadi dari MojogenengBerkat usaha keras beliau , mendapat hasil yang baik dan muridnyabertambah meningkat jumlahnya menjadi 180 siswa. Setelah berjalan 2 tahun(1940-1942) Madrasah mengalami cobaan, yaitu :a. Terjadi peperangan dengan jepangb. Pengasuh ada yang keluar dan ada yang sakit.c. Bapak KH. Yahdi Matlab turut kemedan peperangan menjadi tentaraHizbulllah.Dengan keadaan tersebut Madrasah terpaksa bubar pada tahun 1942sampai 1944. Selanjutnya KH. Matlab mengambil kebijaksanaan untuk keluardari ketentaraanya dan menghidupkan madrasah kembali serta mencari tenagaguru antara lain :


76a. Bpak Imron Ngerambutb. Bapak Sodikin Dinoyoc. Bapak Suhadi DinoyoDengan jumlah santri kurang lebih 199 anak. Berhubung jaminanustadz tidak ada maka banyak asatidz yang keluar, sehingga tinggal KHYahdi Matlab dan Bapak Imron saja. Alhamdulilah tetap berjalan. Pada tahun1953 KH. Yahdi Matlab berusaha mencari tambahan guru untuk kelancaranpendidikan dan belajar mengajar :a. Bapak Dimyati Mojogenengb. Bapak Syuhada’ MojogenengPada tahun 1953 berdirilah Madrasah Tsanawiyah dan dibantu tenagapengajar lagi yaitu :a. Bapak Maksumb. Bapak Mustainc. Bapak Rusbakind. Bapak IshaqKarena melihat perkembangan pada tahun 1977 KH. Yahdi Matlabmendirikan Madrasah Aliyah Salaf dan juga membuka Madrasah Huffad .Pada tahaun 1979 berdirilahmadrasah diniyah dan kemudian menambahasrama sehingga puta-putri sehingga menjadi 8 kompleks. Dan yang ditelitioleh penulis adalah kompleks As-Syifa’ yang programnya untuk menghafalAl-Qur’an yang telah berdiri sekitar 29 tahun. Adapun Pengasuhnya Sekarang


77adalah KH. Moh Fathoni Dimyati,Lc. Beliau lulusan dari Syiria (Negara Arabdi Timur Tengah) sekitar 20 Tahun yang lalu dan pernah Juara II InternasionalHifdzul Qur’an di Mekkah sekitar Tahun 1980-an.Sekitar tahun 1983 beliau pulang ke Indonesia (Mojogeneng-Jatirejo-Mojokerto) untuk membantu perjuangan Abah-nya di Pondok-PesantrenBidayatul Hidayah. Sampai sekarang beliau diamanahi Abah-nya (KH.Dimyati Salim) untuk menjadi Pengasuh di komplek As-Syifa’ juga aktifmenjadi Dewan Juri Nasional MTQ serta Pengurus Semaan At-Ittihad diMojokerto.2. Struktur KepengurusanSebagaimana lazimnya suatu lembaga pendidikan, maka PondokPesantren Bidayatul Hidayah Komplek As-Syifa’ Mojogeneng-Jatirejo-Mojokerto. juga memiliki struktur pengurusan tersendiri dalam hal inikekuasaan tertinggi sekaligus penanggung jawab adalah ditangan pengasuh.Dibawah ini akan digambarkan sekilas struktur kepengurusan diPondok Pesantren Roudhotus Sholihin Wetan Pasar Malang:Pengasuh IPengasuh IIKetua KomplekWakil KetuaSekretarisBendahara: KH.Moh. Fathoni Dimyati,Lc.: Agus. H. Nur Rohman (Gus Nur): Ustdaz M. Ilham Nafi.’: M. Syaikhuddin.: Yendra Afriza dan Miftahur Ramadlon.: Ighifirul Aziz.


78Seksi-SeksiSeksi Keamanan: Ali Musyafak, Luqman Hakim, Muklas Anas,Kasyiful Ilmi, Arif Yulianto.Seksi Kebersihan: Nurul Muzakki, Ali Daif Ahmad, AhmadSoleh.Seksi Perlengkapan: Imam Hanafi, Khirun Muhsinun.Seksi Kegiatan & Pend. : Amirul Yatim, Andik Wahyudin, Rahmat.Seksi HumasSeksi Bahasa Arab: Misbahul Munir, Nur Tohari.: Basori Alwi, M. Robbit F, Achmad Rohmad.3. Tenaga PengajarUstadz adalah para hafizh dari Bidayatul Hidayah sendiri (keluargadalem) yang mana beliau mengajar dari program pendukung. Sedang untuktahfizhul Qur’an sebagai program inti di pegang langsung oleh pengasuh,sebagaimana gambaran data sebagai berikut:No. Nama Kitab Ustadz Hari1. Nahwu dan Shorof KH.Moh Fathoni Rabu2. Pengajian Bahasa Arab KH.Moh Fathoni Minggu3. Pengajian Kitab Tauhid Gus Nur SeninUst. Agus4. Pembinaan bacaan ayatNurrahmanSabtu5. Kitab Ta’lim Muta’alim Gus Nur Sabtu


79Murotal Al-Quran dan6.Tajwid KH.Moh Fathoni Jum’at7.Tahfizhul Qur’an:o Muroja’aho TambahanUstad Zainal DanArifinSetiap hariKecuali Jum’atAdapun jadwal dari pembelajaran tahfizdhul Qur’an yang diasuhlangsung oleh pengasuh lebih rinci lagi, digambarkan sebagaimana berikut:No. KegiatanWaktu1. Setoran Muroja’ah/ Deresan Ba’da Isya’ dan Ba’da Shubuh2. Setoran Tambahan/ Baru Ba’da Subuh dan Ba’da Isya4. Keadaan SantriAdapun keadaan santri Pondok Pesantren Bidayatul Bidayah KomplekAs-Syifa’ Mojogeneng-Jatirejo-Mojokerto dilihat dari asalnya yaitu santriyang berasal dari Mojokerto sendiri dan diluar Mojokerto.Menurut hasil interview dengan ketua pengurus, jumlah santri sampaisekarang tahun 2008 adalah 44 orang. Adapun santri yang diteliti berjumlah17 orang sisanya yang berjumlah 27 orang sudah diwisuda dan kebanyakandari mereka pulang.


805. Kondisi FisikPada saat penelitian dilaksanakan, menurut pengamatan penulisfasilitas (kondisi fisik) Pondok Pesantren Bidayatul Hidayah komplek As-Syifa’ dikatakan sudah cukup memadai untuk ukuran pesantren.Berikut ini adalah beberapa kondisi fisik yang bisa diamati peneliti,yaitu:No. Jenis Sarana dan Prasarana Jumlah1. Ruang setoran 12. Ruang Muroja’ah 13. Kamar Santri 134. Kamar Mandi 55. Ruang Masak/ Dapur 17. Koperasi 0Perlengkapan/ inventaris PPBH Komplek As-Syifa”:No. Nama Jumlah1. Komputer 12. Papan Tulis 13. Rak Buku 34. Lemari Santri 505. Meja Santri 5


816. Meja Ustadz 17. Lemari Kesehatan 18. Tempat Mading 2B. BENTUK PENYAJIAN DATA1. Bentuk Implementasi Pembelajaran Al-Qur’an melalui Metode JibrilBerdasarkan pengamatan peneliti di sana selama kurang lebih 4 haridan dalam hal ini peneliti secara langsung ikut terlibat di dalamnya danmenyatakanbahwa proses penerapan pembelajaran Al-Qur’an denganmetode Jibril baik setoran deresan (muroja’ah) maupun setoran tambahan(hafalan baru) melalui beberapa tahapan, tahapan tersebut terdiri dari tahappersiapan dan tahap pelaksanaan. Dan yang menjadi prasyarat bagi yang inginmenghafal Al-Qur’an yakni harus lulus Bin-Nadhor dulu, adapun bentukImplementasi Pembelajaran Al-Qur’an melalui Metode Jibril Bagi SantriTanfidzhul Qur’an di Pondok-Pesantren Bidayatul Hidayah Mojogeneng-Jatirejo-Mojokerto meliputi :c. Implementasi yang pertama adalah tahap persiapanDi mana pada tahap ini, seorang santri sebelum menyetorkanhafalan pada ustadz, mereka melakukan persiapan. Persiapan tersebutdalam upaya membuat hafalan yang representatif untuk disetorkan padaustadz.


82Dari tahap persiapan ini, masing-masing santri berbeda cara dalamrangka pemantapan hafalan sebelum disetorkan kepada ustadz.Sebagaimana hasil interview dengan beberapa santri mengenai haltersebut, sebagaimana berikut:Dengan Imam Hanafi (Hafal 30 juz), tanggal 15 Agustus 2008,Pertama dilancarkan dulu,ayat demi ayat dihafalkan setelahdapat 5 ayat kami mengulangi lagi sampai benar-benar yakinbisa kedua disimakkan pada teman kemudian meminta saranapakah sudah pantas disetorkan pada ustadz. Kalau ternyatabelum lancar, dilancarkan dulu lagi sambil menunggu antrianmenyetorkan kepada ustadz.Dengan Ach. Syamsul Arifin (13 juz), Tanggal 14 Agustus 2008,Pertama dibaca satu halaman (rayi) dibaca 3X satu ayatdiulang-ulang sampai lancar dan berurutan, setelah yakin hafallima ayat kemudia diulangi lagi, ketiga dihafal diluar kepalaserta kalau sudah mantap minta disemakkan teman. Kalauternyata belum lancar, dilancarkan dulu lagi sambil menungguantrian menyetorkan kepada ustadz.Dengan Ali Wafa ( 2 juz), Tanggal 14 Agustus 2008,Cara menghafal saya adalah dengan membaca berulang-ulang,kalimat per-kalimat dalam satu ayat dikarenakan saya masihbaru menghafal, biasanya setelah hafal 1-5 ayat kamimengulangi lagi sambil menunggu antrian setoran ke ustad.Dengan Moch. Burhanudin (22 juz), 15 Agustus 2008Pertama 1 halaman dibaca 10X kemudian satu ayat dihafalsampai bisa setelah yakin hafal 1 ayat kemudian kamimelanjutkan hafalan lagi dengan meneruskan ayat berikutnyakira-kira dapat setengah halaman (biasanya dapat 5 ayat)setelah dirasa hafal setengah halaman kami melanjutkanayat berikutnya dan menyiapkan setoran hafalan keustad.


83Dengan Achmad Muhibbin (1 Juz), 15 Agustus 2008Melancarkan sesuai dengan tajwidnya sampai 40X sebab masihbaru menghafal ayat per-ayat secara bersambung-sambung,setelah dapat hafalan kurang lebih 5 ayat kami mengulangi lagicara ini yang efektif menurut kami karena gampangmengingatnya kami mengulangi lagi sambil menunggu antriansetoran ke ustad.Dari beberapa pernyataan santri diatas dapat diambil kesimpulanbahwa walaupun cara masing-masing santri berbeda tapi hakekatnyasama, yakni berupaya dalam memantapkan hafalan yang akan disetorkanpada ustadz dengan mengulang hafalan berkali-kali secara pribadi danbersama teman.d. Implementasi yang kedua adalah tahap pelaksanaanDari pengamatan peneliti, tahap ini adalah tahap berlangsungnyapelaksanaan metode Jibril, di mana para santri menghafal lima ayat-limaayat setelah dirasa yakin maka ia menunggu secara bergantianmenyetorkan `hafalan langsung kepada ustadz baik tambahan atau hafalanderesan.Sebagaimana hasil pengamatan peneliti, untuk setoran deresan,diwajibkan bagi semua santri setor seperempat juz setiap pertemuan.Setoran muroja’ah dilaksanakan dua kali sehari. Adapun waktupelaksanaan setoran muroja’ah ini adalah ba’da isya’ dan ba’da shubuh.


84Dari hasil interview dengan beberapa santri, rata-rata mereka setormuroja’ah dua kali sehari. Kadang juga satu kali sehari. Hasil interviewdengan beberapa santri mahasiswa, sebagaimana berikut:Dengan Ali Wafa ( 2 juz), Tanggal 14 Agustus 2008,Saya setoran deresan satu kali (1X) dihadapan ustad habissubuh karena saya santri yang baru menghafal.Dengan Moch. Burhanudin (22 juz), 15 Agustus 2008Saya setoran deresan dua kali (2X) kadang juga satu kali (1X)tapi yang sering deres sendiri itu kalau istiqomah akan baikdalam penghafalan. Karena kendala masih melancarkan ketikamalamnya dan setoran ketika shubuh.Dengan Ach. Syamsul Arifin (13 juz), Tanggal 14 Agustus 2008,Saya setoran deresan dua kali (2X), kadang satu kali (1X).Banyak ayat-ayat mutasyabihat (yang sama) sehingga perluwaktu untuk meneliti dan melancarkannya sampai benar-benarlancar.Dengan Achmad Muhibbin (1 Juz), 15 Agustus 2008Saya setoran deresan tidak pasti kadang dua kali (2X) kadangjuga satu kali (1X) tapi yang sering (1X) kendala dalammenggabungkan dari setoran-setoran tambahan sangat sulitsehingga membutuhkan waktu yang lama untukmelancarkannya.Dengan M. Syamsul Arifin (30 juz), pada tanggal 14 Agustus 2008,Kadang-kadang saya setoran deresan dua kali (2X) kadangjuga satu kali (1X), tergantung kondisi badan yang gak tentu,kadang semangat dan kadang juga loyo.


85Sedang setoran tambahan, diwajibkan bagi santri yang masihmenghafal (


86Dengan Ali Daif (15 Juz) 15 Agustus 2008Saya setor setiap sehari. Banyak setoran tambahan, kadangmenyetorkan satu halaman kadang juga 2 halaman atau satulampir, hal ini disesuaikan dengan kondisi saya, karenarawannya penyakit malas.Dari beberapa pernyataan, bahwa banyaknya setoran setiap harinya,rata-rata mereka setor satu halaman, kadang juga setor 2 halaman setiapharinya. Hal tersebut disesuaikan dengan waktu dan kondisi santri.2. Faktor Pendukung Dan Penghambat Implementasi Pembelajaran Al-Qur’anMelalui Metode Jibril Bagi Santri Tanfidzhul Qur’an PpbhMojogeneng-Jatirejo-Mojokerto.Berdasarkan hasil penelitian, maka penulis dapat mengindentifikasiberbagai hambatan pelaksana antara lain : guru kurang memahami metodogipengajaranAl-Qur’an yang berkembang terutama metode Jibril sehinggaimplementsi metode tersebut tidak maksimal, pengalaman mengajar gurusangat minim, sehingga ia merasa kesulitan mencari slusi pemecahan atasproblematika yang dihadapi, guru kurang konsiststen dan jumlah guru yangsangat terbatas .Adapun Faktor-faktor pendukung Implementasi Pembelajaran Al-Qur’an Melalui Metode Jibril Bagi Santri Tanfidzhul Qur’an PPBHMojogeneng-Jatirejo-Mojokerto antara lain : Adanya sarana dan prasaranayang cukup memadai, metode ini lebih memprioritaskan penerapan ilmu-ilmutajwid, sehingga santri lebih mudah, adanya kebijakan dari Pengasuh untuk


87mengembangan kreatifitas guru dan siswa.dengan mendatangkan guru dariluar semisal guru Qiraat.3. Upaya-upaya untuk mengatasi hambatan Implementasi PembelajaranAl-Qur’anMelalui Metode Jibril Bagi Santri Tanfidzhul Qur’an PPBHMojogeneng-Jatirejo-Mojokerto.Adapun upaya yang dilakukan oleh PPBH Mojogeneng-Jatirejo-Mojokerto dalam mengatasi hambatan-hambatan tesebut antara lain:menyampaikan visi dan misi tentang konsep metode Jibril terhadap guruguruatau lembaga yang peduli dengan metode tersebut, memberikanpelatihan atau Diklat dan memberikan pemahaman kepada wali santri dengancara bermusyawarah.


88BAB IVANALISISDariData observasi, interview dan dokumentasi yang diperoleh penulis,secara keseluruhan pelaksanaan metode Jibril bagi santri Tanfidzhul Qur’an di PPBHMojogeneng-Jatirejo-Mojokerto belum dapat dilaksanakan secara mutlak apalagimengenai sistemnya.Implementasi PembelajaranQur’an melalui Metode Jibril bagi santriTanfidzhul Qur’an di PPBH Mojogeneng-Jatirejo-Mojokerto sudah terlaksana denganbaik meskipun belum sempurna, metode dan strategi Pembelajaran Al-Qur’an yangbervariasi itu sudah terbiasaditerapkan di Pondok-Pesantren Bidayatul HidayahMojogeneng Jatirejo Mojokerto. Dengan adanya metode Jibril tersebut Pondok-Pesantren tinggal mengembangkan apalagi didukung dengan sarana dan prasaranayang cukup memadai. Dukungan dari lembaga lain dan guru atau ustad diberikebebasan untuk berkreatifitas dan berinovasi dalam pembelajaran sehingga gurudituntut untuk menjadikan lingkungan belajar dan sumber belajar yang menarik danmenyenangkan siswa.1. Bentuk Implementasi Pembelajaran Al-Qur’an melalui Metode JibrilBerdasarkan pengamatan peneliti di sana dan dalam hal ini peneliti secaralangsung ikut terlibat di dalamnya dan menyatakan bahwa proses penerapanpembelajaran Al-Qur’an dengan metode Jibril baik setoran deresan (muroja’ah)maupun setoran tambahan (hafalan baru) melalui beberapa tahapan, tahapantersebut terdiri dari tahap persiapan dan tahap pelaksanaan. Dan yang menjadi


89prasyarat bagi yang ingin menghafal Al-Qur’an yakni harus lulus Bin-Nadhordulu, adapun bentuk Implementasi Pembelajaran Al-Qur’an melalui Metode JibrilBagi Santri Tanfidzhul Qur’an di Pondok-Pesantren Bidayatul HidayahMojogeneng-Jatirejo-Mojokerto meliputi :e. Implementasi yang pertama adalah tahap persiapanDi mana pada tahap ini, seorang santri sebelum menyetorkan hafalanpada ustadz, mereka melakukan persiapan. Persiapan tersebut dalam upayamembuat hafalan yang representatif untuk disetorkan pada ustadz.Dari tahap persiapan ini, masing-masing santri berbeda cara dalamrangka pemantapan hafalan sebelum disetorkan kepada ustadz.f. Implementasi yang kedua adalah tahap pelaksanaanDari pengamatan peneliti, tahap ini adalah tahap berlangsungnyapelaksanaan metode Jibril, di mana para santri menghafal lima ayat-lima ayatsetelah dirasa yakin maka ia menunggu secara bergantian menyetorkan`hafalan langsung kepada ustadz baik tambahan atau hafalan deresan.Sebagaimana hasil pengamatan peneliti, untuk setoran deresan,diwajibkan bagi semua santri setor seperempat juz setiap pertemuan. Setoranmuroja’ah dilaksanakan dua kali sehari. Adapun waktu pelaksanaan setoranmuroja’ah ini adalah ba’da isya’ dan ba’da shubuh.


90BAB VPENUTUPA. KesimpulanSetelah menyajikan data dan menganalisis data secara terpadu, maka penulisdapat menyimpulkan bahwa :1. Tahap Pelaksanaan yaitu tahap berlangsungnya pelaksanaan metodeJibril, di mana para santri bergantian menyetorkan hafalan tambahanatau hafalan deresan langsung kepada ustadz.2. Implementasi Pembelajaran Qur’an melalui Metode Jibril bagi santriTanfidzhul Qur’an di Pondok Pesantren Bidayatul Hidayah Mojogeneng-Jatirejo-Mojokerto dapat di simpulkan:Bentuk Implementasi Pembelajaran Al-Qur’an melalui Metode JibrilBerdasarkan pengamatan peneliti di sana dan dalam hal ini penelitisecara langsung ikut terlibat di dalamnya dan menyatakan bahwa prosespenerapan pembelajaran Al-Qur’an dengan metode Jibril baik setoranderesan (muroja’ah) maupun setoran tambahan (hafalan baru) melaluibeberapa tahapan, tahapan tersebut terdiri dari tahap persiapan dan tahappelaksanaan. Dan yang menjadi prasyarat bagi yang ingin menghafal Al-Qur’an yakni harus lulus Bin-Nadhor dulu, adapun bentuk ImplementasiPembelajaran Al-Qur’an melalui Metode Jibril Bagi Santri Tanfidzhul


91Qur’an di Pondok-Pesantren Bidayatul Hidayah Mojogeneng-Jatirejo-Mojokerto meliputi :a. Implementasi yang pertama adalah tahap persiapanDi mana pada tahap ini, seorang santri sebelum menyetorkanhafalan pada ustadz, mereka melakukan persiapan. Persiapan tersebutdalam upaya membuat hafalan yang representatif untuk disetorkan padaustadz.Dari tahap persiapan ini, masing-masing santri berbeda cara dalamrangka pemantapan hafalan sebelum disetorkan kepada ustadz.b. Implementasi yang kedua adalah tahap pelaksanaanDari pengamatan peneliti, tahap ini adalah tahap berlangsungnyapelaksanaan metode Jibril, di mana para santri menghafal lima ayat-limaayat setelah dirasa yakin maka ia menunggu secara bergantianmenyetorkan `hafalan langsung kepada ustadz baik tambahan atau hafalanderesan.Sebagaimana hasil pengamatan peneliti, untuk setoran deresan, diwajibkanbagi semua santri setor seperempat juz setiap pertemuan. Setoran muroja’ahdilaksanakan dua kali sehari. Adapun waktu pelaksanaan setoran muroja’ah iniadalah ba’da isya’ dan ba’da shubuh.A. SARAN1. Bagi Pesantren


92Untuk selalu mempertahankan dan mengoptimalkan metode Jibril bagipembelajaran hifzhul Qur’ansebagaimana metode Jibril yang dilakukanRasulullah mengajarkan Al-Qur’an kepada para sahabatnya.2. Bagi SantriDengan adanya metode Jibril, setiap santri diharapkan benar-benarmelaksanakan hafalan Al-Qur’an dengan baik dan sungguh-sungguh sertameningkatkan kedisiplinan dalam setoran. Karena dengan adanya rasatanggung jawab dan disiplin dari masing-masing santri itulah, dapatmengoptimalkan dari pelaksanaan hifzhul Al-Qur'an. Dengan demikian akantercapai apa yang dimaksud.3. Bagi Khazanah PenelitianAgar Implementasi PembelajaranQur’an melalui Metode Jibril bagi santriTanfidzhul Qur’an tersebut, dijadikan sebuah wacana terhadap khazanah keilmuanyang saat ini maupun akan datang dan dapat terelisasi secara langsung dalamlingkungan pesantren maupun lingkungan lainnya. Serta perlu adanya pengembanganpenelitian lebih lanjut tentang Implementasi Pembelajaran Qur’an melalui MetodeJibril bagi santri Tanfidzhul Qur’an, sehingga nantinya membawa kesempurnaan daribahasan tersebut.


93DAFTAR PUSTAKAMoleong, lexi j, 2005. Metodologi penelitian kualitatif. Pt. Remaja rosda karya:bandung.Ari kunto, suharsini, 2002. Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek.Ptrieneka cipta: jakarta.Gitosudarmo, indriyo, 2003. Pengantar bisnis edisi 2. Bpfe. Yogyakarta.A. Halim, dkk. Manajemen pesantren. 2005. Lkis. Pelangi aksara: yogyakarta.Suprayogo, Imam 2004. Pendidikan Berparadigma Al-Qur’an..Aditya Mediabekerjasama dengan UIN Malang Press.Rijal Hamid, Syamsul, 2006. Pahala dan Keutamaan Membaca Al-Qur’an..Samudra Hikmah: BogorAr-rasyid, haya, 2004. Menggapai kemulyaan menjadi ahluqur’an. Al-qowam:solo.Hasibuan, Malayu S.P., 2001. Manajemen; Dasar, Pengertian dan Masalah. BumiAksara: Jakarta.Yasmadi, 2002. Menggapai kemulyaan menjadi ahluqur’an. Ciputat press: jakarta.Panduan ilmu tajwid versi madrasatul qur’an tebuireng. 2004. Unit tahfidz mq tebuireng: jombangShalih Abdullah, Abdur Rahman, 1991. Landasan dan tujuan Pendidikan MenurutAl-Qur’an Serta Implementasinya. Bandung. CV. Diponegoro.


94Taufiqurahman,2005. Metode jibril, malang ikapiqArief, Armai. 2002. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam. Jakarta.Ciputat Press.Nazri adlany dkk, 1997, al-qur’an terjemah indonesia jakarta: sari agung.Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al-Qur’an, 1971, Al-Qur’an dan Terjemahnya,Jakarta: Kompleck Percetakan Al-Qur’an Al-Karim Kepunyaan Raja Fahd.Raghib as-sirjani & abdurrahman a. Khaliq, 2007,cara cerdas hafal al-qur’an. Solo:aqwamDimyati, M. Fathoni, Memilih Metode Menghafal Al-Qur’an Yang Baik dan UpayaMencetak Huffazhul Qur’an Yang Sempurna, Ringkasan untuk santri PPBidayatul Bidayah, Mojokerto.Pius A. Partanto dan M. Dahlan Al-Barry, 1994, Kamus Ilmiah Populer Surabaya:Arkola.Aan Komariah dan Cepi Triatna, 2005, Visionary Leadership Menuju SekolahEfektif, Jakarta: Bumi AksaraDinas Pendidikan dan Kebudayaan, 1998, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta:Balai Pustaka.Saliman dan Sudarsono, 1994, Kamus Pendidikan, Pengajaran dan Umum,Bandung: Angkasa.Ulum, m. Samsul, 2005, efektifitas monitoring perkuliahan pada fakultas tarbiyahuin malang, malang: depag.


95Atabik Ali dan Ahmad Zuhdi Muhdlor, 1996, Kamus Kontemporer Al-Asri,Yogyakarta: Multi Karya Grafika.Nawabudin, abdurrab, 1991, teknik menghafal al-qur’an, bandung: cv. Sinar baru.Zen, muhaimin, 1996, bimbingan praktis menghafal al-qur’an, jakarta: pustaka alhusnabaru.Syahminan zaini & ananto kusuma s., 1986, bukti-bukti kebenaran al-qur’ansebagai wahyu allah, jakarta: kalam mulia.Bustami A. Gani dan Chatibul Umam, 1994, Beberapa Aspek Ilmiah Tentang Al-Qur’an, Jakarta: Litera antarnusa.W. Al-hafizh, ahsin, 2005, bimbingan praktis menghafal al-qur’an, jakarta: bumiaksara.Djamarah, saipul bahri, 2002, strategi belajar mengajar, jakarta: pt.rineka cipta.M. Nazir, 1988, metode penelitian, jakarta: ghalia indonesia.Furqon, arief, 1992, pengantar metode penelitian kualitatif , surabaya: usahanasional.Margono, 2000, metodologi penelitian pendidikan, jakarta: rineka cipta.Nasution s, 1982, metode research penelitian ilmiah, bandung: jemmars.Sutrisno, hadi, 1993, metode research, yogyakarta: andi offset.Mardalis, 1993, metode penelitian suatu pendekatan proposal , jakarta: bumi aksara.Djumhur, 1975, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, Bandung: CV. Ilmu.

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!