12.07.2015 Views

minat belajar siswa dalam mata pelajaran matematika pada ... - idb4

minat belajar siswa dalam mata pelajaran matematika pada ... - idb4

minat belajar siswa dalam mata pelajaran matematika pada ... - idb4

SHOW MORE
SHOW LESS
  • No tags were found...

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

BAB IILANDASAN TEORIA. Pengertian Pondok Pesantren dan Tinjauan SejarahPerkataan pondok pesantren suatu istilah yang mempunyai banyakpengertian, yang dikemukakan oleh para ahli, sesuai dengan sudut pandangmereka masing-masing. Menurut Munfred Ziemek berpendapat “… Pesantrensecara etimologi asalnya pe-san-tri-an berarti tempat santri. Santri atau murid(umurnya sangat berbeda-beda) mendapat <strong>pelajaran</strong> dari pimpinaan pesantren(Kyai) dan oleh para guru (ulama atau ustadz). Pelajarannya mencakupberbagai bidang tentang pengetaahuan Islam.” 1 Selanjutnya dikatakan bahwa:Pondok diturunkan dari kata Arab: Funduk (ruang tidur, wisma, hotelsederhana). Kata pesantren terdiri dari asal katanya santri, awalan pe- danakhiran an- yang menentukan tempat, jadi berarti tempat para santri.Kadang-kadang ikatan kata santri (manusia baik) dihubungkan dengansatu kata tra (suka menolong), sehingga kata pesantren dapat berartitempat pendidikan manusia baik-baik. 2Sedangkan menurut M. Dawan Rahardjo, pondok pesantren adalah“lembaga pendidikan Islam dengan Kyai sebagai tokoh santrinya dan masjidsebagai pusat lembaganya. Istilah pesantren disebut dengan surau di daerahMinangkabau, Penyantren di Madura, Pondok di Jawa Barat, Raangkang diAceh.” 3 Kemudian H. M. Yacob, menyebutkan sebagai berikut:Istilah pondok pesantren sebenarnya berasal dari istilah funduk daribahasa Arab yang artinya hotel atau asrama. Yang dimaksud denganpesantren ialah lembaga pendidikan Islam yang umumnya dengan caranon klasikal, pengajarannya seorang yang menguasai ilmu agama Islam1 Munfred Ziemek, Pesantren <strong>dalam</strong> Perubahab Sosial, (Jakarta : LP3S, 1986), h. 16.2 Ibid. h. 99.3 M. Dawam Rahardjo, Pesantren dan Pembaharuan, (Jakarta: LP3S, 1985), h. 82.9


10melalui kitab-kitab agama Islam klasik (kitab kuning) dengan tulisanaksara Arab dengan bahasa Melayu konu / <strong>dalam</strong> bahasa Arab. Kitabkitabitu biasanya hasil karya ulama Islam (Arab) <strong>dalam</strong> zamanpertengahan. Istilah santri berasal dari kata shastra (i) dari bahasa Tamilyang berartiseorang ahli buku suci (Hindu). Dalam dunia pesantrenistilah santri adalah murid pesantren yang biasanya tinggal di asrama(pondok). 4Kemudian Marwan Saridjo, dkk, mengatakan, “Pondok pesantrenadalah lembaga pendidikan Islam yang sekurang-kurangnya harus mempunyaitiga unsur, yaituKyai yang menjadi pendidik dan pengajar, santri yang<strong>belajar</strong> dan mesjid tempat mengaji 5 Namun dari pihak Departemen AgamaRepublik Indonesia, memberikan batasan sebagai berikut :Istilah pesantren agaknya diangkat dari kata santri yang berarti muridatau mungkin juga dari kata shastri yang berarti huruf, sebab di <strong>dalam</strong>pesantren inilah santri mula-mula santri itu <strong>belajar</strong> mengenal danmembaca huruf. Dan istilah funduk mungkin berasal dari kata fundukbahasa Arab berarti rumah penginapan atau hotel. 6Dari beberapa pendapat para ahli yang dikemukakan tersebut, makadapat disimpulkan bahwa pesantren adalah suatu lembaga pendidikan Islamyang juga merupakan bagian dari ruang lingkup pendidikan nasional, yangmengajarkan pengetahuan agama Islam, sedangkan orang yang <strong>belajar</strong> dipesantren disebut dengan santri.Keberadaan pondok pesantren itu tidak dapat dipisahkan denganperkembangan agama Islam itu sendiri. Karena lembaga pendidikan yangbernama pesantren itru turut menentukan watak ke Islaman dan memegang4 H M. Yacob, Pondok Pesantren dan Pembangunan Masyarakat Desa, (Bandung:Angkasa, 1985), h. 65.5 Marwan Saridjo, et al., Sejarah Pondok Pesantren di Indonesia, (Jakarta: Dharma Bakti,1985), h. 9.6 Departemen Agama RI, Pedoman Pembinaan Pondok Pesantren, (Jakarta: Dirjen.Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, 1968) h. 6.3.


11peranan yang cukup penting <strong>dalam</strong> penyiaran agama Islam, yang sudah lamaberjalan dan berakar <strong>pada</strong> sejarah nabi Muhammad SAW. Sebelummenyiarkan agama Islam secara terbuka atau terang-terangan, beliau terlebihdahulu menyiarkan agama Islam secara sembunyi-sembunyi mulai rumahtangga beliau, kaum kerabat atau keluarga beliau yang terdekat dengan caramembentuk pengajian.“Pengajian itu <strong>pada</strong> mulanya mengambil tempat di suatu bukit di luarkota Mekkah, tetapi kemudian berpindah ke rumah pemuda yang bernama AlArqam bin Abi Al Arqam dan 40 orang pengikutnya”. 7Mereka yangmengikuti pengajian itu dididik dengan sistem yang serupa dengan metode dipesantren.Berbicara tentang pondok pesantren yang ada di Indonesia, menurutcatatan sejarah “ Syekh Maulana Malik Ibrahim”, dianggap sebagai pendiripertama pondok pesantren, yang peranannya sangat penting, di sampingsebagai lembaga pendidikan juga sebagai penyebaran agama Islam ke seluruhpelosok tanah air di Indonesia.Mula-mula terjadinya pondok pesantren itu sangat sederhana, seorangkyai yang mempunyai keahlian <strong>dalam</strong> bidang ilmu pengetahuan agama Islamtertentu mengajarkan ilmu, keahliannya ke suatu tempat, biasanya tempat itudi surau, masjid, di rumah-rumah ke<strong>pada</strong> masyarakat lingkungannya. Lamakelamaansemakin masyhur ia dan pengaruhnya semakin lama semakin luaske berbagai daerah. Semua jama’ah itu dapat ditampung di rumah kyai, tetapi7 Dawam Rahardjo, op. cit., h. 32.


12<strong>pada</strong> akhirnya rumah kyai tersebut tidak dapat lagi menampung jama’ah. Olehkarena itu, diperlukan pondok untuk para jama’ah atau santri yang <strong>pada</strong>akhirnya menjadi suatu komplek yang disebut pondok pesantren.”Istilah pondok pesantren, merupakan dua istilah yang menunjukkanke<strong>pada</strong> suatu pengertian suku Jawa biasanya menggunakan sebutan pondokatau pesantren, dan sering pula menyebutnya dengan sebutan pondokpesantren.” 8Tiap-tiap daerah berbeda <strong>dalam</strong> memberikan nama terhadaplembaga pendidikan yang bernama pondok pesantren itu, tetapi maksudnyasama. Kini istilah pondok pesantren sudah menjadi milik nasional oleh bangsaIndenesia, bahkan dikenal pula oleh internasional (terutama peneliti asingyang mengamati lembaga pendidikan di Indonesia).Karakteristik suatu pondok ditandai dengan adanya “ pondok/asrama,masjid, pengajaran dengan kitab-kitab klasik, santri / murid-murid dan kyai”. 9Di <strong>dalam</strong> kenyataannya sebagian pondok pesantren tetap mempertahankan<strong>pada</strong> bentuk yang demikian, sebagian lagi mengalami purubahan. Hal inidisebabkan oleh tuntutan zaman dan perkembangan tanah air kita.Walaupun pondok pesantren mengalami perkembangan karenakemajuan masyarakat, namun cirri khas seperti yang telah disebutkan di atas,selalu nampak <strong>pada</strong> lembaga pendidikan tersebut. Sebagaimana dikemukakanoleh Mukti Ali, sebagai berikut :1. Adanya hubungan akrab antara murid (santri) dengan kyai. Kyaisangat memparhatikan perkembangan dan kehidupan-kehidupan8 Zuhairin, et al., Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: Proyek PembinaanSarana dan Prasarana Perguruan Tinggi Agama IAIN,1986) h. 53.9 M. Yacob, op. cit., h. 62.


13santrinya. Hal ini dimungkinkan karena mereka tinggal bersama-sama<strong>dalam</strong> satu pondok atau kampus.2. Tunduknya santri <strong>pada</strong> kyai. Para santri menganggap bahwamenentang selain kurang sopan juga bertentangan dengan agama.3. Hidup hemat dan sederhana benar-benar dilakukan <strong>dalam</strong> kehidupanpondok pesantren. Hidup mewah tidak terdapat <strong>dalam</strong> kehidupanpondok pesantren.4. Semangat menolong diri sendiri amat terasa dan kentara di kalangansantri di pondok pesantren. Hal ini disebabkan karena para santri itumencuci pakaiannya sendiri, membersihkan kamar tidur sendiri, danbahkan tidak sedikit dari mereka yang memasak makanannya sendiri.5. Jiwa tolong-menolong dan suasana persaudaraan sangat mewarnaipergaulan di pondok pesantren itu. Hal ini disebabkan karenakehidupan mereka yang merata di kalangan para santri, juga karenapara santri harus mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang sama, baikyang berupa pekerjaan-pekerjaan yang bersifat agama seperti shalatberjama’ah atau yang bukan bersifat agama seperti membersihkantempat shalat, masjid, tempat <strong>belajar</strong>.6. Pendidikan disiplin sangat ditekankan di kehidupan pondok pesantren.Pagi-pagi benar antara jam 4.30 atau jam 05.00 pagi, bapak kyai telahmembangunkan para santri untuk shalat berjama’ah. Berani untukmenderita untuk mencapai suatu tujuan adalah merupakan salah satupendideikan yang diperoleh santri <strong>dalam</strong> pondok pesantren. Hal inidilakukan oleh para santri kebijaksanaan, baik dengan puasa sunatseperti puasa senin kamis, shalat tahajjud <strong>pada</strong> waktu malam, i’tikaf dimasjid dengan merenungkan kebesaran dan kemurahan Allah SWT.Maupun dengan amalan- amalan lainnya. 10Secara singkat, ciri-ciri sistem pendidikan pondok pesantren antaralain memiliki hubungan yang akrab atau persaudaraan, kesederhanaan,keikhlasan, menolong diri sendiri, disiplin dan tahan menderita. Hal tersebutsesuai dengan yang dikatakan Imam Zarkasyi dengan panca jiwa yaitu: “1)Keikhlasan, 2) Kesederhanaan, 3) Persaudaraan, 4) Penolong diri sendiri, 5)Kebebasan. 11Pondok pesantren <strong>dalam</strong> bentuk semula tidak dapat disamakan denganlembaga pendidikan formal seperti sekarang, di mana <strong>pada</strong> mulanya <strong>dalam</strong>10 Marwan Saridjo, op. cit,. h. 4.11 Dawam Rahardjo, op. cit., h. 83.


14komplek pesantren hanya terdiri dari kyai, santri dan masjid serta asramadengan diajarkan kitab-kitab klasik dengan sistem yang demikian itudikembangkan atau disesuaikan dengan sistem pendidikan <strong>pada</strong> lembagaformal sekarang yaitu dengan jenjang yang jelas <strong>dalam</strong> bentuk madrasah. Halini disebabkan oleh tuntutan zaman dan kebutuhan masyarakat serta akibatkemajuan dan perkembangan metodelogi pendidikan di tanah air. “ peloporpembaharu ini adala pondok pesantren Tebu Ireng Jombang oleh K.H. HasyimAsy’ari di tahun 1919”. 12Pembaharuan yang dilaksanakan oleh pondok pesantren Tebu IrengJombang membawa pengaruh yang luas. Sehingga beberapa pondok pesantrenmengadakan pembaharuan, seperti dibangunnya madrasah <strong>dalam</strong> lingkunganpondok pesantren dan diajarkannya ilmu pengetahuan umum. “Bahkan adapesantren-pesantren lebih cendeerung membina dan mengelola madrasah atausekolah-sekolah umum dan berbagai keterampilan, baik dari tingkat dasar,menengah maupun perguruan tinggi”. 13Namun demikian ada juga pondok pesantren yang masihmempertahankan sistem pengajaran yang semula yaitu sistem wetanon dansorogan. “Selain itu <strong>pada</strong> tahun 1910 terjadi perubahan penting yaitudimulainya atau dibukanya pesantren untuk murid wanita (pesantrenDenanyar di Jombang)”. 1412 H. Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: Hidakarya Agung,1983) h. 235.13 Zuhairin, et al., op. cit., h. 85.14 Zamakhsari Dhofier, Tradisi Pesantren Studi tentang Pandangan Hidup Kyai, (Jakarta:LP3S, 1985) h. 38.


15Dari pengertian di atas, tergambar beberapa variasi model pesantrenyang secara garis besarnya dapat disimpulkan menjadi 4 macam yaitu :Pondok pesantren (A) yaitu:- Para santri <strong>belajar</strong> dan bertempat tinggal bersama-sama dengan guru(kyai).- Kurikulum (rencana <strong>pelajaran</strong>) terserah <strong>pada</strong> kyai, cara memberikan<strong>pelajaran</strong> individual.- Tidak menyelenggarakan madrasah untuk <strong>belajar</strong>.Pondok pesantren (B) yaitu:- Mempunyai madrasah untuk <strong>belajar</strong>.- Kurikulum tertentu, kyai memberi <strong>pelajaran</strong> secara umum, ke<strong>pada</strong>santri m<strong>dalam</strong> waktu yang telah ditentukan.- Para santri bertempat tinggal di tempat tersebut dan <strong>belajar</strong> mengikuti<strong>pada</strong> kyai di samping mendapat pengetahuan agama maupun umum dimadrasah.Pondok pesantren (C) yaitu:- Pesantren yang hanya se<strong>mata</strong>-<strong>mata</strong> tempat tinggal (asrama).- Para santri <strong>belajar</strong> di madrasah-madrasah atau sekolah umum.- Fungsi kyai sebagai pengawas <strong>dalam</strong> pembinaan mental.Pondok pesantren (D) yaitu :- Pesantren yang menyelenggarakan sekolah-sekolah umum dengansistem pondok. 15Maka dapat juga terlihat <strong>dalam</strong> perkembangan dan pembaharuan dikalangan pesantren <strong>pada</strong> type atau polanya sebagai berikut :1. Pola I : Pesantren hanya terdiri dari mesjid dan rumah kyai.Pesantren ini masih bersifat masih sangat sederhana dimana kyai mempergunakan masjid / rumahnya untuktempat mengajar. Dalam pola ini santri hanya datangdari daerah sekitar pesantren itu sendiri, namun merekatelah <strong>belajar</strong> agama secara kontinu dan sistematis.2. Pola II : Pesantren terdiri dari masjid, rumah kyai, pondok. Dalampola ini pesantren telah memiliki pondok / asrama yangtelah disediakan bagi para santri yang datang dari daerahlain.3. Pola III : Pesantren terdiri dari masjid, rumah kyai, pondok,madrasah. Pesantren ini telah memakai sistem klasikal,di mana santri yang mondok mendapat pendidikan dimadrasah. Di samping madrasah ada juga pengajaran140.15 H. Kafrawi, Pembaharuan Sisten Pondok Pesantren, (Jakarta: Pt Cemara Indah, 1988) h.


16sistem weton yang dilakukan oleh kyai. Pengajaranmadrasah biasanya hanya disebut guru agama atauustazd.4. Pola IV : Pesantren terdiri dari masjid, rumah kyai, pondok,madrasah, tempat keterampilan. Di samping adamadrasah, terdapat pula tempat-tempat untukketerampilan, umpamanya : peternakan, kerajinanrakyat, took koperasi, sawah ladang dan lainnya.5. Pola V : Pesantren terdiri dari : masjid, rumah kyai, pondok,madrasah, tempat keterampilan, Universitas, gedungpertemuan, tempat olah raga, sekolah umum. Dalam polaini pesantren merupakan pesantren yang telahberkembang dan bias disebut “pesantren modern”. Disamping bangunan-bangunan yang disebut itu mungkinterdapat pula bangunan-bangunan lain seperti : 1.perpustakaan, 2. dapur, 3. ruang makan, 4. kantoradministrasi, 5. took, 6. ruang penginapan tamu, (orangtua atau umum) …Ruang opertin dsb. Diantara pesantrenyang ada terdapat pula sekolah-sekolah umum ataukejuruan umu seperti : SMP atau SMA, ST dansebagainya. 16Dari uraian di atas, terlihat perkembangan pondok pesantren selalumeningkat dan beragam, maka yang dinamakan pondok pesantren tidak hanyaterdiri dari pondok / asrama, rumah kyai, dan masjid tetapi meliputi berbagaisarana dan fasilitas lainnya, seperti gedung pertemuan, madrasah, tempatpraktek, dan lain-lain.Dari perkembangan pondok pesantren sekarang ini <strong>pada</strong> garisbesarnya dapat dibedakan ke<strong>pada</strong> dua kelompok, yaitu :1. Pesantren tradisional, yang masih mempertahankan sistem pengajarantradisional, dengan memberi materi pengajarannya kitab-kitab Islamklasik dan sering juga disebut kitab kuning.2. Pesantren Medern, yang mengintegrasikan secara penuh sistemklasikal dan sekolah secara penuh ke <strong>dalam</strong> pesantren. Semua santriyang masuk pondok terbagi <strong>dalam</strong> tingkatan kelas. Pelajaran kitabtidak lagi menonjol, tetapi berubah menjadi <strong>mata</strong> <strong>pelajaran</strong> / bidangstudi. Demikian pula cara sorogan dan bendungan mulai berubah16 Sadjoko Pramodjo, Prpfil Pesantren, (Jakarta: LP3S, 1985) h. 83.


17menjadi bentuk bimbingan individual <strong>dalam</strong> hal <strong>belajar</strong> dan kuliah,ceramah ummat atau stadium general. 17Sejarah pondok pesantren yang tumbuh dan berkembang di tengahtengahmasyarakat Indonesia melalui kurun waktu yang cukup panjangsebagai wadah pendidikan.Kegiatan pondok pesantren memadukan tiga unsur pendidikan yangsangat penting, yaitu “Ibadah untuk menanamkan iman, tablig untukpenyebaran agama Islam dan amal untuk mewujudkan kegiatan masyarakat<strong>dalam</strong> kehidupan sehari-hari”. 18Dengan keberadaan pondok pesantren disamping sebagai kegiatan sosial di tengah-tengah masyarakat juga sebagaiwadah untuk mendidik santri untuk melawan kolonial Belanda dan Jepanguntuk me4rebut kemerdekaan Indonesia.Jadi, jelaslah bahwa pondok pesantren berperan di bumi Indonesia<strong>dalam</strong> menanamkan rasa pendidikan kebangsaan, dan kesadaran agama yangmen<strong>dalam</strong> serta mewujudkan masyarakat yang harmonis dan damai.B. Dasar dan Tujuan Pendidikan Pondok PesantrenSesuatu usaha dan kegiatan yang dilakukan secara sengaja untukmencapai tujuan harus mempunyai landasan dasar yang baik dan kuat. Pondokpesantren sebagai lembaga pendidikan Islam yang pertumbuhan danperkembangannya di Indonesia mempunyai dasar dan tujuan <strong>dalam</strong>memfungsikan keberadaannya.17 Zuhairini, loc. cit..18 Departemen Agama RI., op.cit., h. 8.


18Adapun dasar pendidikan di pondok pesantren adalah berdasarkanajaran agama Islam yang bersumber ke<strong>pada</strong> Al Qur’an dan Al Hadits, sertaberdasarkan Undang-Undang Dasar 1945.a. Berdasarkan Al Qur’an dan haditsAgama Islam adalah merupakan agama samawi yang berdasrkankalamullah yang mana isinya menghendaki ke<strong>pada</strong> manusia <strong>dalam</strong>kehidupan ini menadapat kesela<strong>mata</strong>n dan kebahagiaan baik di duniamaupun di akhirat.Untuk mencapai tujuan tersebut, antara lain diperlukan ilmutentang duniawi maupun ukhrawi. Karena dengan ilmu orang dapatmengetahui dan memikirkan kejadian-kejadian <strong>dalam</strong> diri manusia,sejarah dan masyarakat serta alam semesta yang luas, salah satu carauntuk mendapatkan ilmu pengetahuan itu adalah melalui pendidikan.Sebagaimana firman-Nya <strong>dalam</strong> surah Az Zumar ayat : 9 :طق ُلْ‏ هلْ‏ يست َو ِى ال َّذين يعل َمون وال َّذين لايعل َمونان َّما يت َذ َ ك َّ ر19( 9)...ا ُول ُوا الا ل ْبا ِب.‏الزمر:‏Ayat tersebut menjelaskan bahwa antara orang yang berilmupengetahuan dengan orang yang tidak berilmu pengetahuan itu berbeda,dengan demikian ayat ini memberikan dorongan anjuran ke<strong>pada</strong> manusiauntuk <strong>belajar</strong>, agar dapat mengetahui apa-apa yang diketahui oleh orangyang berilmu, sebab orang yang berilmu lah yang dapat memikirkansegala yang dianugerahkan oleh Allah SWT.19 Departemen Agama RI. Al Qur’an dan Terjemahnya. (Bandung: Lubuk Agung, 1989), h.747.


19Kemudian di ayat lain Allah SWT. mengangkat derajat orangorangyang beriman dan berilmu pengetahuan, sebagaimana <strong>dalam</strong> surahAl Mujadilah ayat 11 :يرف َع ِ االله ال َّذين امن ُوا من ْك ُملاوال َّذين ا ُو ت ُوال ْعل ْم درج تطواالله20( 11 :)...ب ِما ت َعمل ُون خ َب ِير‏.‏المجا دلهDalam hubungan ini terdapat hadits Nabi yang menganjurkan,keutamaan menuntut ilmu yaitu :من سل َك ط َر ِيق ًا يبت َغى فيه عل ْما سهلَ‏ االله ل َه ط َر ِيق ًا ال َى ال ْجن َّ ة,‏ وانال ْملائِك َة َ ل َت َضع ا َجنحت َها لِط َالِب ِ ال ْعل ْم ِ ر ِضا ب ِما صن َع‏,...‏ )داود و الترمزى)‏رواه أيوDari dalil-dalil di atas, baik itu dari Al Qur’an maupun hadits Nabisaw.menyatakan betapa pentingnya kita menuntut ilmu pengetahuan danmempelajarinya, baik itu yang bersifat duniawi maupun ukhrawi. Untukmenggali ilmu pengetahuan yang demikian, sarana yang paling efektifialah melalui pendidikan.b. Berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945Pelaksanaan pendidikan di negara Indonesia juga harus sesuaidengan pandangan hidup bangsa, yaitu Pancasila dan Undang-undangDasar 1945.2120 Ibid. h. 910.21 Imam Nawawi, Riyadlus Shalihin, Terjemah: Muslich Shabir (Semarang: CV. Toha putera,tt), h. 283.


20Sistem pelaksanaan pendidikan dan pengajaran di negaraIndonesia telah diatur <strong>dalam</strong> Undang-Undang Dasar 1945 <strong>pada</strong> pasal 31ayat 1 dan 2, yang berbunyi sebagai berikut :1. Tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran.2. Pemerintah mengusahakan dan menyelanggarakan satu sistempengajaran nasional yang diatur dengan Undang-undang. 22Pada pasal 31 ayat 1 dan 2 tadi dinyatakan bahwa sebagai warganegara Indonesia berhak untuk mendapatkan pendidikan dan pengajaran.Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional pasal 30 ayat 1sampai 4 tahun 2003, dinyatakan bahwa :1. Pendidikan keagamaan diselenggarakan oleh pemerintahdan/atau kelompok masyarakat dari pemeluk agama, sesuaidengan peraturan perundang-undangan.2. Pendidikan keagamaan berfungsi mempersiapkan peserta didikmenjadi angguta masyarakat yang memahami dan mengamalkannilai-nilai ajaran agamanya dan/atau menjadi ahli agama.3. Pendidikan keagamaan dapat diselenggarakan <strong>pada</strong> jalurpendidikan formal, non formal dan informal.4. Pendidikan keagamaan berbentuk pendidikan diniyah, pesantren,pasraman, pabhaja samanera, dan bentuk lain yang sejenis. 23Berdasarkan hal tersebut di atas, dapat dikatakan bahwa lembagapendidikan Islam yang dinamai pesantren juga termasuk salah satukomponen sistem <strong>dalam</strong> pendidikan nasional di Indonesia. Keberadaanpondok pesantren berarti kerjasama dengan pemerintah untukmencerdaskan kehidupan bangsa.22 Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia, Undang-Undang Dasar NegaraRepublik Indonesia Tahun 1945, (Jakarta: Sekretariat Jenderal MPR RI., 2000), h. 9.23 Departemen Agama RI., Memahami Paradigma Baru Pendidikan Nasional <strong>dalam</strong> Undang-Undang SISDIKNAS, (Jakarta: Departemen Agama RI Derektorat Jenderal Kelembagaan AgamaIslam, 2003), h. 47.


21c. Tujuan Pendidikan di Pondok pesantrenPondok pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam yangmempunyai tujuan <strong>dalam</strong> memfungsikan keberadaannya dan merupakan :… Usaha dari generasi tua untuk mengalihkan pengetahuannya,pengalamannya, kecakapannya, serta keterampilannya (…) ke<strong>pada</strong>generasi muda sebagai usaha menyiapkan agar dapat memenuhifungsi hidupnya baik jasmani maupun rohani. 24Menurut Zuhairi dkk, mengemukakan tujuan pendidikan dipondok pesantren itu adalah :1. Pendidikan di pondok pesantren bukan se<strong>mata</strong>-<strong>mata</strong>memperkaya pikiran santri dengan berbagai macam pengetahuandan informasi serta penjelasan-penjelasan <strong>dalam</strong> berbagai bidangilmu pengetahuan keagamaan tetapi juga bertujuan untukmempertinggi semangat menghargai nilai spiritual dankemanusiaan, mengajarkan sikap dan tingkah laku tg jujur danbermoral dan menyiapkan para santri untuk hidup sederhana danbersih hati, serta menerima etik agama di atas etik-etik lainnya.2. Belajar di pesantren tujuannya bukanlah untuk mengejarkekuasaan, uang dan keagungan duniawi tetapi ditanamkanke<strong>pada</strong> mereka bahwa <strong>belajar</strong> adalah se<strong>mata</strong>-<strong>mata</strong> kewajibanagama dan ibadah ke<strong>pada</strong> Allah.3. Dalam hubungannya dengan kehidupan duniawi, pesantrenmengadakan berbagai latihan untuk dapat hidup mandiri tidakmenggantungkan diri ke<strong>pada</strong> orang lain, kecuali ke<strong>pada</strong> AllahSWT. 25Dan menurut Muhammad Fadhil Al Jamaly, mengemukakantujuan pendidikan pesantren adalah sebagai berikut :1. Mengenalkan manusia akan peranannya di antara sesamamakhluk dan tanggung jawab pribadinya di <strong>dalam</strong> hidup ini.2. Mengenalkan manusia akan interaksi sosial dan tanggung jawab<strong>dalam</strong> tata kehidupan bermasyarakat.3. Mengenalkan manusia akan alam ini mengajak mereka untukmengetahui hikmah diciptakannya serta memberikan24 Soegarda Poerbakawadja dan H.A.H. Harahap, Ensiklopedi Pendidikan, (Jakarta : GunungAgung, 1982) h. 85.25 Zuhairini, et al., op.cit,.h. 59.


22kemungkinan ke<strong>pada</strong> mereka untuk mengambil menfaat darialam tersebut.4. Mengenalkan manusia akan pencipta alam ini (Allah SWT) danmemerintahkan beribadah ke<strong>pada</strong>-Nya. 26Kemudian menurut hasil musyawarah / lokakarya intensifikasipengembangan pondok pesantren tanggal 6 Mei 1978 di Jakarta, sebagaiberikut :Tujuan Umum :Membina warga negara agar berkepribadian muslim dengan ajaranajaranagama Islam dan menanamkan rasa keagamaan tersebut ke<strong>pada</strong>semua segi kehidupannya serta menjadikannya sebagai orang yangberguna bagi agama, masyarakat dan negara.Tujuan Khusus :1. Mendidik santri anggota masyarakat untuk menjadi seorang muslimyang bertaqwa ke<strong>pada</strong> Allah SWT. berakhlak mulia, memilikikecerdasan, keterampilan, dan sehat lahir batin sebagai warga negarayang berpancasila.2. Mendidik santri untuk menjadi manusia muslim selaku kader-kaderulama dan mubaligh berjiwa ikhlas, tabah, tangguh, wiraswasta<strong>dalam</strong> mengamalkan syari’at Islam serta utuh dan dinamis.3. Mendidik santri untuk memperoleh kepribadian dan mempertebalsemangat kebangsaan agar dapat menumbuhkan manusia-manusiapembangun dirinya dan bertanggung jawab ke<strong>pada</strong> bangsa dannegara.4. Mendidik tenaga-tenaga penyuluh pembangunan micro (keluarga)dan regional (pedesaan / masyarakat lingkungannya).5. Mendidik santri agar menjadi tenaga-tenaga yang cakap <strong>dalam</strong>berbagai faktor pembangunan mental spiritual.6. Mendidik santri untuk membantu <strong>dalam</strong> meningkatkankesejahteraan sosial masyarakat lingkungan <strong>dalam</strong> rangka usahapembangunan masyarakat bangsanya. 27Dengan berdasarkan uraian di atas, maka tujuan pendidikan pondokpesantren dapat dismpulkan, yaitu untuk membentukmanusia pembangunanyang bertaqwa ke<strong>pada</strong> Allah SWT. memiliki ilmu pengetahuan dan26 Mohammad Fadhil Al Jamaly, Filsafat Pendidikan Dalam Al Qur’an, (Surabaya: BinaIlmu, 1986), h. 3.27 Abdurrahman Shaleh, et al., Pedoman Pembinaan Pondok Pesantren, (Jakarta: ProyekPembinaan dan Bantuan ke<strong>pada</strong> Pondok Pesantren Departemen Agama RI., 1988) h. 6.


23keterampilan, memiliki daya kemampuan mengendalikan diri, bermasyarakatserta kemampuan bertingkah laku yang berdasarkan prinsip-prinsip ajaranagama Islam, dan berusaha mewujudkan kemakmuran dan kebahagian hidupdi dunia dan kesejahteraan hidup di akhirat.Dari tujuan pendidikan di pondok pesantren itu terlihat adanyakeseimbangan antara kehidupan duniawi dan kesela<strong>mata</strong>n di akhirat. Hal inisesuai dengan firman Allah SWT. <strong>pada</strong> surah Al Qashash ayat 77 :28وابت َغ ِ فيما ا َت َك االله الدارالاخرة َ ولا ت َن ْس ن َصيبك من الدن ْيا...‏ ‏(القصص :77)Dengan demikian, kalau dilihat secara keseluruhan bahwa dasar dantujuan pendidikan di pondok pesantren yang tumbuh dan berkembang di tanahair tidak menyimpang dan selalu bersesuaian dengan Al Qur’an dan Al Hadits,Pancasila, dan Undang-Undang Dasar 1945.C. Sistem Pendidikan dan Pengajaran Pondok PesantrenDalam sejarah pendidikan Islam, pondok pesantren merupakanlembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia. Lembaga ini dipergunakansebagai penyebaran agama Islam dan tempat mempelajari agama Islam.“Selanjutnya lembaga ini selain sebagai pusat penyebaran dan <strong>belajar</strong> agamamengusahakan tenaga-tenaga bagi pengembangan agama”. 29Dilihat dari sistem pendidikan dan pengajaran <strong>pada</strong> pondok pesantrenyang mulanya adalah dengan cara non formal dan materinya pun kitab-kitabklasik yang berbahasa Arab. Sesuai dengan ayat yang dikemukakan oleh M.Dawam Rahardjo, sebagai berikut :28 Departemen Agama RI. Al Qur’an dan Terjemahnya, op cit., h. 623.29 Dawam Raharjo, op.cit., h. 61.


24Dalam pesantren-pesantren yang masih asli, memang tidak diajarkanapa yang kita kenal sebagai ilmu-ilmu sosial meskipun diajarkan pulailmu falaq yang merupakan ilmu <strong>matematika</strong> atau aljabar … betapapunmasih aslinya, bukanlah hal-hal yang sifatnya se<strong>mata</strong>-ukhrawi, hanyasaja sifatnya masih terangkum <strong>dalam</strong> apa yang disebut ilmu-ilmu agamayang belum mengalami proses diferensiasi dan spesialisasi <strong>dalam</strong>cabang-cabang ilmu seperti yang kita kenal <strong>dalam</strong> dunia modern. 30Oleh karena itu tuntutan zaman dan peredaran waktu serta dibarengioleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di tanah air kita, maka <strong>dalam</strong>hal ini pondok pesantren terlibat pengaruhnya, sehingga sebagian pondokpesantren mengembangkan sistem pendidikannya, yaitu dengan sistem formalatau madrasah dan ada pula pondok pesantren yang tetap bertahan <strong>pada</strong> sistemsemula non formal.Walaupun pondok pesantren-pondok pesantren sudah banyak yangmengadakan pembaharuan, naman pembaharuan sistem pendidikan danpengajaran masih terbatas.Ada dua alasan utama yang menyebabkan demikian sebagai manayang dikemukakan oleh Zamaksyari Dhofier, yaitu :1. Para kyai masih harus mempertahankan dasar-dasar tujuanpendidikan pesantren, yaitu bahwa pendidikan <strong>pada</strong> dasarnyaditujukan untuk mempertahankan dan menyebarkan Islam.2. Meraka belum memiliki staf sesuai dengan kebutuhan pembaharuanuntuk mengajarkan cabang-cabang pengetahuan umum. 31Dengan adanya perbedaan itulah, maka pelaksanaan pendidikan danpengajaran <strong>pada</strong> pondok pesantren dewasa ini dapat digolongkan ke<strong>pada</strong> tigabentuk yaitu :30 Ibid., h. 3.31 Zamaksyari Dhofier, op.cit., h. 29.


251. Pondok pesantren adalah lembaga pendidikan dan pengajaran agamaIslam yang <strong>pada</strong> umumnya pendidikan dan pengajaran tersebutdiberikan dengan cara non klasikal di mana kyai mengajar santrisantriberdasarkan kitab-kitab yang ditulis <strong>dalam</strong> bahasa Arab olehulama-ulama besar sejak abad pertengahan, sedang para santribiasanya tinggal <strong>dalam</strong> pondok asrama <strong>dalam</strong> pesantren tersebut.2. Pesantren adalah lembaga pendidikan dan pengajaran agama Islamyang <strong>pada</strong> dasarnya sama dengan pondok pesantren di atas, tetapipara santrinya tidak disediakan pondokan di komplek pesantren,namun tin ggal tersebar di seluruh pelosok desa di sekelilingpesantren tersebut, di mana cara dan metode pendidikan danpengajaran agama Islam diberikan dengan sistem wetanon yaitu parasantri dating berduyun-duyun <strong>pada</strong> waktu-waktu tertentu.3. Pondok pesantren dewasa ini adalah merupakan lembaga gabunganantara sistem pondok dan pesantren yang memberikan pendidikandan pengajaran agama Islam dengan bandungan, wetanon, atausorogan dengan para santri disediakan pondokan ataupun merupakansantri kalong yang <strong>dalam</strong> istilah pendidikan modern memenuhikriteria pendidikan non formal serta penyelanggaraan jugapendidikan formal berbentuk madrasah dan bahkan sekolah umum<strong>dalam</strong> berbagai bentuk tingkatan dan aneka kejuruan sesuai dengankebutuhan masyarakat masing-masing. 32Sedangkan mengenai kurikulumnya bagi pondok pesantren yangmenyelenggarakan sistem non formal menggunakan kurikulum yang diaturoleh pihak pondok pesantren itu sendiri. Dan <strong>pada</strong> pondok pesantren yangmenyelenggarakan sistem formal atau madrasah, maka kurikulumnya selainmenggunakan buatan lembaga pendidikan itu sendiri juga berorientasi ke<strong>pada</strong>kurikulum sekolah negeri.Adapun materi <strong>pelajaran</strong> sebagian besar pondok pesantren terbatas<strong>pada</strong> pemberian ilmu yang langsung membahas masalah “Al Qur’an tajwiddan tafsirnya, aqaid dan ilmu kalam, fiqh dan ushul fiqh, hadits dengan32 Departemen Agama RI., Pedoman Pembinaan Pondok Pesantren, op.cit., h. 11.


26musthalah hadits, bahasa Arab dengan ilmu alatnya, seperti nahwu, sharaf,bayan, badi’ dan arudh, tarikh, mantiq dan tasawuf” 33Dengan demikian mengenai kurikulum pondok-pondok pesantrentidak ada keseragaman dapat berubah dan berkembang sesuai denganpenemuan metode yang lebih efektif dan efesien untuk mengajarkan berbagaimacam ilmu pengetahuan. Hal ini ditentukan oleh pihk pondok pesantrensendiri.Adapun sistem pengajaran yang sering digunakan dan merupakan cirrikhas pondok pesantren yaitu :1. Wetanon : metode wetanon adalah metode kuliah, di mana parasantri mengikuti <strong>pelajaran</strong> dengan duduk di sekeliling kyai yangmenerangkan <strong>pelajaran</strong> secara kuliah. Santri menyimak kitabmasing-masing dan membuat catatan <strong>pada</strong>nya. Istilah wetanon inibersal dari kata waktu (Jawa) yang berarti waktu, sebab pengajiantersebut diberikan <strong>pada</strong> waktu-waktu tertentu, yaitu sebelum dansesudah melakukan shalat fardhu. Di Jawa Barat metode ini disebutdengan Bandongan sedang di Sumatera dipakai juga denganBalaghan.2. Sorogan : adapun metode sorogan adalah santri menghadap kyaiseorang demi seorang dengan membawa kitab yang akan dipelajari.Kyai membacakan <strong>pelajaran</strong> berbahasa Arab itu kalimat-demikalimat kemudian menterjemahkannya, dan menerangkanmaksudnya. Santri menyimak dan mengesahkan (Jawa ngesahi),dengan memberikan catatan <strong>pada</strong> kitabnya untuk mengesahkanbahwa ilmu itu telah diberikan oleh kyai. Adapun istilah sorogantersebut berasal dari kata sorong (Jawa) yang berarti menyodorkankitabnya di hadapan kyai atau pembantunya. 34Mengenai sistem pengajaran wetanon dan sorogan atau bandongan inidi pondok pesantren tetap berkembang sampai sekarang, terutama sekali <strong>pada</strong>pondok pesantren yang menyelenggarakan sistem pendidikan non formal.33 Marwan Saridjo, et al., op.cit., h. 9.34 Zamaksyari Dhofier, op.cit., h. 29.


27Menurut Zamakhsyari Dhofier, menyatakan sebagai berikut :Sistem sorogan / bandongan <strong>dalam</strong> sistem pendidikan tradisional inimerupakan bagian yang paling sulit, sebab sistem sorogan inimembutuhkan kesabaran, kerajinan, ketaatan, dan disiplin pribadi darimurid, kebanyakan murid-murid gagal <strong>dalam</strong> pendidikan dasar ini,…sebab murid-murid yang telah menguasai sistem sorogan sajalah yangdapat memetik keuntungan dari sistem bandongan di pesantren. 35Kemudian menurut Munfred Ziemek menambahkan satu metode lagi,yaitu “metode musyawarah, metode ini digunakan untuk santri lanjutan ataulebih tinggi, para peserta mempersiapkan diri secara intensif mengikutimusyawarah dengan tema tertentu setiap saat.” 36Penerapan metode ini adalah di mana kyai memberikan ceramahberkenaan dengan tema yang dikehendaki bersama akhirnya dibahas olehseluruh peserta kelas musyawarah tersebut. Di antara peserta musyawarahtersebut ada dijadikan moderator, yang mana nantinya akan menyampaikanhasil musyawarah itu ke<strong>pada</strong> kyai atau minta ke<strong>pada</strong>nya untuk memberikanpandangan mengenai masalah yang dipertanyakan itu.Untuk pondok pesantren yang dilaksanakan pengajarannya secaraformal telah melengkapi metode pengajaran yang sesuai dengan pengaruhpaedagogik, sehingga sistem pengajaran adalah sebagai berikut :1. Mukhadarah (wetanon)Metode ini cara pelaksanaannya adalah dengan pembacaan satu ataubeberapa kitab oleh kyai atau pengasuh dengan memberikankesempatan ke<strong>pada</strong> santri untuk menyampaikan pertanyaan ataumeminta penjelasan yang lebih lanjut.2. SoroganMetode ini adalah pengajian kita tertentu untuk seorang santridengan car kyainya membacakan <strong>pelajaran</strong> berbahasa Arab itu35 Loc.cit., h. 29.36 Munfred Ziemek, op.cit., h. 10.


28kalimat demi kalimat kemudian menterjemahkannya danmenerangkan maksudnya. Santri menyimak dan mengesahkanbahwa ilmu itu telah diberikan oleh kyai. Istilah sorogan berasal darikata sorog (Jawa) yang berarti menyodorkan kitabnya di hadapankyai atau pembantunya.3. Munazharah / diskusiDalam pelaksanaan metode diskusi ini dengan membentukkelompok santri tertentu membahas permasalahan, baik yangdiberikan oleh kyai atau pengasuh pondok pesantren, maupunmasalah yang benar-benar terjadi di masyarakat untuk dicari jalankeluarnya. Diskusi ini dipimpin oleh seorang moderator sambildiamati oleh kyai atau pengasuh untuk mengoreksi hasil diskusi ataukesalahan <strong>dalam</strong> diskusi.4. Munawarah / Tanya jawabPelaksanaan metode Tanya jawab ini di mana kyai atau pengasuhmenyampaikan pertanyaan ke<strong>pada</strong> santri dan masing-masing santrimengemukakan pendapatnya. Setelah santri memberikanpendapatnya kemudian pengasuh atau kyai itu memberikanketerangan atau kesimpulan dari permasalahan yangdisampaikannya tadi.5. Riset / penelitianPelaksanaan metode riset atau penelitian ini dilaksanakan terseraholeh pihak masing-masing pondok pesantren agar sesuai dengansituasi dan kondisinya.6. PeragaanMetode peragaan ini pelaksanaannya terserah ke<strong>pada</strong> masingmasingpondok pesantren agar sesuai dengan situasi dan kondisinya.7. LatihanYaitu latihan pengamalan ajaran-ajaran agama <strong>dalam</strong> kitab-kitabyang telah diajarkan. 378. Wisata IlmiahPelaksanaan metode ini juga terserah <strong>pada</strong> masing-masing pondokpesantren agar sesuai dengan situasi dan kondisinya.Dari uraian tersebut di atas, terlihat bahwa pondok pesantren cukupresponsif terhadap tuntutan zaman, perkembangan teknologi dan ilmupengetahuan serta kemajuan pendidikan.Kemudian sesuatu hal yang menarik <strong>dalam</strong> kehidupan pondokpesantren adalah terbentuknya tata nilai yang menarik peranannya <strong>dalam</strong>37 Abdurrahman Shaleh, op cit., h. 88.


29pembinaan pribadi santri. Karena pondok pesantren sebagai lembagapendidikan Islam yang minimal terdiri dari tiga unsur, yaitu “ Kyai sebagaipendidik dan pengajar yang menjadi panutan santri, santri dengan asramanya,dan masjid sebagai tempat kegiatan <strong>belajar</strong> mengajar”. 38Dengan adanya ketiga unsur yang menjadi ciri khas <strong>pada</strong> pondokpesantren itu mencakup “Tri Darma Pesantren, yaitu 1. Kaimanan danketaqwaan ke<strong>pada</strong> Allah SWT. 2. pengembangan ilmu yang bermanfaat, 3.pengabdian terhadap agama, masyarakat dan negara”. 39Dari tata nilai yang agamis itu maka akan terlihat jelas ciri khaspergaulan di lingkungan santri, yaitu :1. Adanya hubungan yang akrab antara santri dengan kyai. Atau guruyang mengajar <strong>pada</strong> santri tersebut.2. Patuhnya santri <strong>pada</strong> kyai.3. Hidup hemat dan sederhana.4. Semangat yang tinggi dan menolong diri sendiri.5. Jiwa tolong-menolong dan persaudaraan sangat mewarnai pergaulandi pondok pesantren.6. Pendidikan disiplin sangat ditekankan.7. dan berani menderita untuk mencapai suatu tujuan. 40Dengan adanya tata nilai yang demikian menyebabkan pondokpesantren tetap lestari sampai sekarang, yang membedakan kehidupan <strong>pada</strong>lembaga-lembaga pendidikan lainnya. Dan sekaligus sebagai cultural ditengah tengah masyarakat Indonesia.Saat ini pondok pesantren tetap mampu melakukan transformasi ilmupengetahuan ke<strong>pada</strong> masyarakat dan dapat menyesuaikan dengan38 Departemen Agama RI., Pedomkan Pembinaan Pondok Pesantren, op cit., h. 11.39 Ibid., h. 8.40 Marwan Saridjo, et al., op cit., h. 4.


30perkembangan zaman, tanpa harus kehilangan watak dan identitaskepesantrenannya.D. Sistem Pengelolaan dan Pendanaan Pondok PesantrenSebagaimana diketahui pondok pesantren yang terdapat di Indonesia,dilihat dari segi pengelolaan dan pendanaannya ada yang berdasarkan bentukpimpinan tunggal atau pribadi, <strong>dalam</strong> hal ini seluruh kegiatan pondokpesantren dipimpin dan diorganisir oleh satu orang, tugas dan wewenang itubersumber <strong>pada</strong>nya. Di pihak lain ada pula pondok pesantren dengan carakerjanya berdasarkan kerjasama di antara berbagai orang, dengan kata lainberbentuk organisasi.Dahulu kebanyakan seluruh komplek pesantren merupakan milikkyai, tetapi sekarang kebanyakan pesantren tidak se<strong>mata</strong>-<strong>mata</strong> dianggapmilik kyai saja, melainkan milik masyarakat. Hal ini disebabkan karenapara kyai sekarang memperoleh sumber-sumber keuanganuntukmengongkosi pembiayaan dan perkembangan pesantren darimasyarakat. 41Kompleksitas organisasi pondok pesantren sudah tentu dipengaruhioleh beberapa hal seperti besar kecilnya jumlah santri yang <strong>belajar</strong> di sana,banyaknya jenis kegiatan yang dilakukan dan tingkat kesadaran pondokpesantren akan perlunya mengatur kegiatan pondok pesantren dengan caraorganisasi.Menurut Zamakshari Dhofier ada tiga tingkatan <strong>pada</strong> pondokpesantren, yaitu pondok pesantren kecil, menengah dan pondok pesantrenbesar. Hal ini dapat di lihat <strong>pada</strong> jumlah santri yang <strong>belajar</strong> di sana :41 Zamakhsyari Dhofier, op cit., h. 5.


31Pondok pesantren kecil : biasanya mempunyai santri di bawah seribudan pengasuhnya terbatas <strong>pada</strong> tingkatan Kabupaten. PesantrenMenengah : biasanya mempunyai santri antara 1000 sampai 2000 orang,memiliki pengasuh dan santri-santri dari beberapa Kabupaten. Pondokpesantren besar : biasannya memilki pengaruh yang luas dan menariksantri dari Indonesia bahkan menarik santri di luar negeri. 42Berdasarkan ukuran di atas, maka tingkatan perkembanganpengelolaannya ada beberapa macam, yaitu :1. Organisasi pesantren tradisional yang kepemimpinannya bersifatpersonal, <strong>dalam</strong> arti seluruh kegiatan pesantren berdada di tangandan tergantung <strong>pada</strong> kyai.2. Organisasi pesantren yang bertumpu <strong>pada</strong> kegiatan anggota keluargakyai (saudara, anak-anak, menantu, cucu, anggota terdekat), disamping kegiatan perseorangan dari kyai yang menjadi pemimpintertinggi <strong>dalam</strong> pesantren.3. Organisasi pesantren yang telah memiliki yayasan, namun <strong>dalam</strong>yayasan tersebut kekuasaan dan pengaruh tokoh kyai dari keluargakyai memiliki pesantren masih amat besar.4. Organisasi pesantren yang masih bertumpu <strong>pada</strong> kegiatan danpimpinan pribadi seorang tokoh kyai, namun telah mengikutsertakan beberapa kyai atau ustadz lainnya untuk menyelenggarakanpesantren.5. Organisasi pesantren yang didirikan sepenuhnya atas dasarorganisasi modern pendirinya tidak dilakukan perorangan,melainkan oleh sekelompok orang serta penyelenggaraan kegiatanpesantren pun juga dilakukan oleh organisasi dari orang-oarang yangsifatnya sudah impersonal, sekali pun<strong>dalam</strong> organisasi / yayasanatau pengurus harian tersebut terdapat seorang atau beberapa orangtokoh kyai yang berpengaruh. 43Begitu pula mengenai pendanaan <strong>pada</strong> pondok pesantren, sebagaimana telah dijelaskan bahwa pondok pesantren yang masih tradisionalbiasanya adalah milik kyai atau keluarga kyai terdekat. Hal ini dikarenakandua alasan, yaitu :42 Ibid., h. 44.43 Sodjoko Pramodjo, op cit., h. 95.


321. Dulu pesantren tidak memerlukan pembiayaan yang besar baikkarena jumlah santrinya yang tidak banyak, maupun kebutuhan akanjenis dan jumlah alat-alat bangunan dan nila-nilainya relatif kecil.2. Baik kyainya maupun tenaga pengajarnya yang membantunya,merupakan bagian dari kelompok mampu di pedesaan dengandemikian mereka dapat membiayai sendiri baik kebutuhanpenyelenggaraan hidup (kehidupan) pesantren. 44Sebagaimana anggapan kyai terhadap kekayaan yang dimilikinya :… Kyai menganggap kekayaan se<strong>mata</strong>-<strong>mata</strong> milik Allah sebagai amanatatau titipan dari Allah SWT. Kekayaan hanya boleh dibelanjakan untukkepentingan keagamaan faktor lainnya adalah prestisesosial yang amattinggi yang dimiliki oleh para kyai, dan prestise ini mengakibatkan ataumenghasilkan jalan yang mudah untuk memperoleh kekayaan. Karenakedua faktor tersebut maka para kyai dengan mudah dapat membiayaikebutuhan pesantren. 45Selanjutnya <strong>pada</strong> pondok pesantren yang mempunyai yayasan samasekali tidak tergantung <strong>pada</strong> kyai. Kyai hanya sebagai pengurus atau gurubukan pemilik, sebagaimana yang dikatakan oleh M. Dawan Rahadjo “ …pesantren yang telah mengenal bentuk organisasi yang lebih kompleks,masing-masing telah mendapat tugas di mana kyai berfungsi sebagai pengurussaja”. 46 Karena pondok pesantren mempunyai sumber dana tersendiri yangterpisah dengan milik kyai.Sedangkan sumber pendanaan pondok pesantren dapat diperoleh dari :a. Iuran dari para santri atau SPP,b. Sumbangan-sumbangan (biasanya berupa pemberian inatura) dariorang tua santri yang bersifat sukarela,c. Sokongan atas permintaan masyarakat Islam,d. Sumbangan dari pemerintah,e. Tanah-tanah wakaf,f. Pemberian atau pengeluaran pribadi dari kyai pemilik pesantrensendiri,44 Zamakhsyari Dhofier, op cit. h.545 Ibid.46 M. Dawam Rahardjo, op.cit h. 86.


33g. Unit-unit produksi, seperti : hasil sawah, kerajinan rakyat, hasilperdagangan, peternakan dan sebagainya.h. Uang pangkal atau uang tahunan yang ditarik para santri untuk danapembangunan. 47Adapun pondok pesantren yang mamiliki sumber dana selain yangdisebut di atas, yaitu seperti :a. Sumbangan dari luar negeri. Ini mencerminkan bahwa pimpinanpondok mempunyai sikap terbuka dan mampu berkomunikasidengan badan-badan dari luar negeri.b. Pinjaman dari luar negeri juga mencerminkan kemampuan pondokpesantren untuk berhubugan dengan lembaga luar negeri. 48Dilihat dari struktur pondok pesantren, jelaslah bahwa <strong>pada</strong> dasarnyasetiap pondok pesantren mempunyai pengasuh atau kyai yang berpengaruhdan panutan bagi santri serta masyarakat dan lingkungannya, secara personalorganisasi pondok pesantren biasanya hanya terdiri dari kyai dan santri.Sedangkan pondok pesantren yang berstruktur organisasi berdasarkananggota keluarga kyai saja dan ada juga ditambah badal atau pembantu kayai,dan lurah pondok di samping itu ada ketua masing-masing ini biasanyadisebut dengan komisariat. Dan <strong>pada</strong> pondok pesantren yang agakberkembang dan memiliki jenjang atau tingkatan lebih banyak, kedudukankyai sebagai pemimpin tertinggi, walaupun telah dibentuk pengurus yangbertugas melaksanakan segala sesuatu yang berhubungan dengan jalannyapondok pesantren sehari-hari.Karena, betapa demokratis sekalipun susunan pimpinan pondok, masihterdapat jarak tak terjembatani antara kyai serta keluarganya di satupihak ada guru sertra santri di lain pihak, … melainkan sebagai pemiliktunggal. 4947 Sodjoko Pramodjo, op.cit., h. 102.48 Ibid., h. 105.49 M. Dawam Rahardjo, op cit., h. 86.


34Sedangkan pondok pesantren yang lebih luas pemimpin organisasidipegang oleh sebuah dewan. Dan segala kegiatan, keputusan ada <strong>pada</strong> dewanitu serta tugas-tugas dikerjakan oleh mereka yang bertugas <strong>pada</strong> bidangmasing-masing.

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!