12.07.2015 Views

Asasi_2008_0910 - Elsam

Asasi_2008_0910 - Elsam

Asasi_2008_0910 - Elsam

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Resensi ASASI Edisi September - Oktober Tahun <strong>2008</strong>Untuk “mengamankan” hak asasi, dibutuhkan pandangan dan konsepsi yang lebih fundamental tentanghak asasi dan politik. Pentingnya politik dalam hak asasi dapat dilihat dalam logika fungsional hak asasiitu sendiri.Akar kejadian dari kemunculan hak-hak itu kini memang menjadi sejarah. Meski secara tekstualtelah dirumuskan sebagai hak, persoalan-persoalan dalam pemenuhan dan perjuangan untuk mencapainyamasih terus terjadi di berbagai belahan lain di muka bumi, bahkan di negara-negara maju di mana hak-hakitu sendiri pernah secara gemilang dilahirkan. Upaya berikutnya adalah memberikan semacam refleksiteoretis melalui kritik terhadap paradigma transisi yang konvensional pada bab dua, untuk menunjukkankekeliruan dalam paradigma perubahan di Indonesia yang terlalu mengandalkan model dan trajektori yangbaku. Upaya untuk mengembalikan hak asasi sebagai proyek emansipasi yang bersifat politis dilanjutkanmelalui paparan dalam dua bab berikutnya, yaitu bab tiga dan bab empat.Namun demikian, buku ini juga tidak mau berhenti pada kritik yang mengesankan fatalisme. Bukuini mau menekankan pada supremasi yang politis dalam memperjuangkan hak asasi serta kemungkinankemungkinanyang akan dibukanya di masa depan. Oleh karena itu, pada bagian penutup buku inimengajak melihat persoalan politik ingatan dan sejarah sebagai bagian dari politik kebenaran. Dengan itu,buku ini bermaksud membuka lagi kesadaran bahwa sejauh hak asasi dimengerti sebagai politikemansipasi maka seluruh kegagalan legal yang terjadi sebelumnya bukanlah sebuah titik final yangmengakhiri segala upaya. Yang terpenting memang adalah fidelity, keyakinan dan kesetiaan dalamharapan mengenai suatu misteri bahwa emansipasi masih mungkin ada lagi.Buku Kedua:Judul Buku : Demi Keadilan, Catatan 15 Tahun ELSAMMemperjuangkan HAMPenulis : Abdul MananPenerbit : ELSAMTahun : <strong>2008</strong>Data Fisik : 148 halamanAbdul Manan, dari kaca mata seorang jurnalis, mencoba menuliskan tentang perjuangan ELSAM dalammemperjuangkan HAM untuk keadilan dari tahun ke tahun sejak berdirinya tahun 1993. Buku inimerupakan hasil dari bentuk pengumpulan dokumentasi kegiatan yang dilakukan ELSAM yang dilengkapidengan informasi yang didapat dari media serta wawancara yang dilakukan selayaknya sebagai jurnalis.Buku ini terdiri atas 12 bab yang ditulis secara kronologis dari tahun ke tahun dan dipadukan denganuraian tematik.Berawal dari penjelasan bagaimana rezim Orde Baru yang dipimpin Presiden Soeharto melakukanpelanggaran HAM pertama dan terbesar dalam sejarah ketika Soeharto menaiki tampuk pimpinan sebagaipresiden di Indonesia pada tahun 1965. Pertumbuhan ekonomi dilaksanakan bertumpu pada utang luarnegeri dan menjalankan pembangunan yang menekankan pada aspek stabilitas. Kemudian hal inimenjelma dalam pendekatan keamanan (security approach), di mana ditemukan banyak kekerasan bahkanpembunuhan. Kebijakan ini mengabaikan pemenuhan hak-hak sipil dan politik masyarakat, jugapartisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan.Angin sejuk keterbukaan muncul pada tahun 1990, namun dalam kurun waktu 1990 hinggakejatuhan Soeharto ini cukup banyak kasus kekerasan dan pelanggaran HAM yang dilakukan Negara.Seperti terjadinya pembunuhan terhadap aktivis buruh di Sidoarjo (Jawa timur) dan penembakan terhadapwarga Nipah (Sampang, Madura) di tahun 1993. Hal ini kemudian juga berlanjut dengan pembreidelanmedia (Tabloid Detik, Majalah Tempo dan Majalah Editor) di tahun 1994. Human Rights Watch/Asiamenyebut peristiwa-peristiwa itu sebagai “batas keterbukaan” Orde Baru. Namun Human Rights Watchmencatat perkembangan penting di tengah masa represi Orde Baru, yaitu pembentukan Komisi Nasional2

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!