13.07.2015 Views

penegakan hukum dalam penyidikan terhadap tindak pidana ...

penegakan hukum dalam penyidikan terhadap tindak pidana ...

penegakan hukum dalam penyidikan terhadap tindak pidana ...

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

<strong>tindak</strong> <strong>pidana</strong> perusakan hutan adalahmerupakan kejahatan. Salah satu bentukperusakan hutan itu adalah illegallogging.Penegakan <strong>hukum</strong> dan keadilan dinegara kita tampaknya belum maksimal,bahkan menjadi terpuruk. Keterpurukan<strong>hukum</strong> kita semakin menjadi-jadi.Kepercayaan warga masyarakat <strong>terhadap</strong>law enforcement semakin memburuk,sehingga khawatir masyarakat Indonesiatidak sekedar termasuk bad trust society,tetapi sudah sampai pada klasifikasiworst trust society. 4Keterpurukan <strong>hukum</strong> jelas berdampak<strong>terhadap</strong> sektor lain, termasuk sistemperekonomian. Untuk itu, <strong>penegakan</strong><strong>hukum</strong> bidang kehutanan menjadipenting untuk diperhatikan <strong>dalam</strong>menangani berbagai persoalan yangtidak kunjung selesai, masalahpenebangan liar (illegal logging) danperedaran hasil hutan secara liar (illegaltrade) misalnya. Mengapa <strong>penegakan</strong><strong>hukum</strong> bidang kehutanan masih jauhdari harapan? Hal ini dapat dipahamikarena sektor kehutanan menyangkutkepentingan banyak pihak danpermasalahannya bersifat multidimensi.Berbagai permasalahan <strong>penegakan</strong><strong>hukum</strong> kehutanan menjadi semakinrumit lagi ketika adanya euphoria<strong>terhadap</strong> pemahaman otonomi daerahyang “kebablasan”, di mana memaknaiotonomi daerah sebagai kedaulatandaerah. Ada beberapa kasus di suatudaerah yang muncul karena kebijakanbupati yang begitu drastis tanpamengindahkan makna otonomi daerahsecara utuh <strong>dalam</strong> bingkai integrasinasional. Pengelolaan hutan cenderunghanya untuk kepentingan kelompoktertentu karena realitas selama ini –harus diakui juga – bahwa pengelolaan4 Achmad Ali, Keterpurukan Hukum di Indonesia(Penyebab dan Solusinya), Ghalia Indonesia, Jakarta,2002, hlm. 10hutan hanya “dimaling” dan dikaplingoleh orang-orang pusat. Inilahsebenarnya substansi masalah karenahutan selama ini bukan betul-betul untukkesejahteraan rakyat. Masyarakatsemakin dipinggirkan dan terpinggirkan(marjinal), sehingga akses <strong>terhadap</strong>hutan sangat dibatasi. Ironis memang,mereka jadi asing denganlingkungannya, bahkan ada ibarat “tikusakan mati di lumbung”. 5Untuk itu sangat tepat jika Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999menempatkan kerakyatan dan keadilanmenjadi salah satu asas. Dengan asas inidiharapkan akan mendorong terciptanya<strong>penegakan</strong> <strong>hukum</strong> kehutanan di masamendatang. Bagaimanapun upaya<strong>penegakan</strong> <strong>hukum</strong> juga dipengaruhiadanya kesadaran masyarakat untukterwujudnya <strong>penegakan</strong> <strong>hukum</strong> itusendiri. Tidak cukup jika hanyaperaturannya saja yang baik dan aparatpenegak <strong>hukum</strong> berdisiplin, tentu masihmemerlukan peran serta masyarakat.Jadi, peran masyarakat <strong>dalam</strong> hal inisangat penting untuk mendukungterwujudnya <strong>penegakan</strong> <strong>hukum</strong>.Pertanggungjawaban <strong>pidana</strong> yangtertuang <strong>dalam</strong> KUHP akan terkaitdengan asas pertanggungjawaban<strong>pidana</strong> atau asas kesalahan <strong>dalam</strong><strong>hukum</strong> <strong>pidana</strong>, yang menentukan bahwapada prinsipnya tiada <strong>pidana</strong> tanpakesalahan. Prinsipnya seseorang sudahdapat di<strong>pidana</strong> apabila telah terbuktimelakukan <strong>tindak</strong> <strong>pidana</strong> dan adakesalahan. Asas kesalahan ini merupakansalah satu asas fundamental <strong>dalam</strong><strong>hukum</strong> <strong>pidana</strong> dan merupakan pasanganasas legalitas.Bertolak pada prinsip keseimbangan itupertanggung-jawaban <strong>pidana</strong> didasarkanpada dua asas yang sangat fundamental,5 Abdul Khakim, Pengantar Hukum KehutananIndonesia Dalam Era Otonomi Daerah, Citra AdityaBakti, Bandung, 2005, hlm. 1948

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!