You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
Serunya Jadi Pengacara<br />
Latar Belakang<br />
Sebenarnya bukanlah keinginan awal saya untuk menjadi<br />
pengacara. Namun saya mempunyai kecintaan terhadap<br />
hal-hal yang berbau ilmu sosial, khususnya tata negara,<br />
akhirnya sekolah hukum menjadi pilihan pertama saya dalam<br />
menetapkan jurusan.<br />
Tata negara sangatlah menarik... Karena di dalamnya ada pembelajaran<br />
tentang: Apa itu politik? Apa itu negara? Bagaimana<br />
negara terbentuk? Apa unsur yang diperlukan untuk menjadi<br />
sebuah negara? Bagaimana negara diatur? Dan begitu<br />
mempelajari ilmu hukum, semuanya menjadi kombinasi yang<br />
tepat. Karena hukum adalah fondasinya. Lihat saja Presiden<br />
Bill Clinton dan Barack Obama yang dulunya adalah seorang<br />
pengacara. Orang-orang dengan latar belakang hukum inilah,<br />
yang menurut saya memahami bagaimana mengatur sebuah<br />
negara, mengatur masyarakat.<br />
Memasuki tahun keempat di perguruan tinggi, saya merasa<br />
ilmu yang saya pelajari tidaklah cukup. Inilah penyebab saya<br />
mengambil keputusan bergabung dalam Lembaga Bantuan<br />
Hukum. Di sinilah saya belajar praktek, tanpa ada kepentingan<br />
untuk mendapatkan uang (penghasilan). Saya mulai melakukan<br />
konsultasi, memberi masukan kepada orang-orang, melihat<br />
persidangan dan banyak belajar tentang bagaimana hukum itu<br />
diterapkan. Passion saya pun bertambah, saya jadi makin suka<br />
belajar hukum dan sejarahnya dan makin mengetahui strength<br />
saya, yaitu suka untuk mengomunikasikan pengetahuan saya<br />
dengan orang lain, seorang persuader, senang untuk build the<br />
bridge dengan orang lain.<br />
Fungsi Pengacara<br />
Salah satu fungsi pengacara adalah membela kepentingan<br />
kliennya; memastikan bahwa hak dan kewajiban kliennya terpenuhi;<br />
membantu membuat perjanjian, dan membantu klien<br />
dengan menjelaskan mengenai hukum yang berlaku dalam hal<br />
yang dihadapi oleh kliennya. Jadi ketika bertemu pengacara,<br />
pastikan bahwa kita memiliki informasi (fakta) yang jelas<br />
mengenai hal yang kita sedang atau akan hadapi karena hukum<br />
ditentukan dari faktanya.<br />
WORDS<br />
Ellrico Situmorang<br />
“Dulu kita berpikir pengacara cuma di pengadilan. Begitu seseorang menggugat atau menjadi<br />
tergugat, dilaporkan ke polisi atau melaporkan, barulah pengacara dibutuhkan. Namun<br />
sekarang, konteksnya telah meluas. Saat ini, hampir di semua aspek membutuhkan pengacara.<br />
Itu sebabnya, melakukan pembicaraan dengan pengacara sedini mungkin, sangat dianjurkan.”<br />
Sebelum kita berkonsultasi dengan pengacara, pertamatama<br />
yang harus kita lakukan adalah mengetahui usaha/bisnis<br />
yang akan kita lakukan. Lalu, beritahukan semuanya kepada<br />
pengacara. Karena ketika kita mengatakan faktanya, maka di<br />
pikiran pengacara akan muncul peraturan-peraturan yang terkait<br />
dengan rencana usaha/bisnis yang akan kita lakukan. Seperti<br />
mau membuat PT, berarti akan ada Undang-undang yang<br />
mengatur pembuatan PT ini; mau melakukan bisnis importexport,<br />
berarti akan ada ketentuan soal import-export; atau, mau<br />
ada penanam modal, ada juga ketentuan mengenai penanam<br />
modal, dan seterusnya.<br />
Jadi, semakin spesifik atau semakin penuh informasinya,<br />
semakin spesifik juga peraturan yang akan kita dapatkan dari<br />
pengacara kita. Sebaliknya, kalau fakta sedikit, maka hukum yang<br />
bisa dijelaskannya juga sedikit.<br />
Pengacara pun mempunyai spesialisasi, agar tepat sasaran.<br />
Dengan maraknya bisnis/usaha sekarang ini, spesialisasi<br />
pengacara pun beragam, ada pengacara khusus intelektual<br />
property (Hak Kekayaan Intelektual) yang mengerti perihal<br />
semisal paten dan merk; ataupun pengacara di bidang aviasi<br />
(penerbangan), kesehatan, kepailitan dan likuidasi, corporate/<br />
perusahaan, dan lainnya.<br />
Yang Dibutuhkan Untuk Menjadi Pengacara<br />
Hal dasarnya adalah ia harus mudah bergaul. Seorang pengacara<br />
tidak bisa kaku, tapi bukan berarti juga membocorkan rahasia<br />
klien. Ia harus pegang rahasia sampai mati. Kedua, harus banyak<br />
baca, seperti buku hukum, koran, sastra, dan lain-lain. Supaya<br />
kaya akan pengetahuan, juga dalam membuat perjanjian,<br />
gugatan, pembelaan. Ketiga, jangan gampang menyerah,<br />
harus gigih karena di sini kita membela kepentingan klien.<br />
Keempat, jangan mudah percaya terhadap setiap fakta yang<br />
diperhadapkan. Alangkah baiknya setiap informasi yang diterima,<br />
dianalisa dulu, berpikir, bersikap kritis. Dan yang tak kalah<br />
penting, seorang pengacara harus bisa bekerja di dalam team<br />
work. Kalau pengacara punya temboknya sendiri, tidak butuh<br />
waktu lama, ia tidak akan berkembang.<br />
YOUNGADULTS/LIFESTYLECORNER<br />
29<br />
Misal, kita mau berdagang dan bermitra dengan orang asing,<br />
tapi tidak tahu market Indonesia dan bagaimana hukum<br />
Indonesia mengaturnya, di sinilah pengacara punya peranan<br />
untuk menjelasan setidaknya mengenai pendirian perusahaan<br />
di Indonesia dan syarat-syarat kemitraan dengan orang asing di<br />
Indonesia.<br />
Merupakan lulusan dari Universitas Katolik Parahyangan, Ellrico Situmorang atau<br />
biasa dipanggil Rico, telah menjalani profesinya sebagai pengacara selama lebih<br />
dari 10 tahun. Dia mendirikan dan saat ini mengepalai kantor hukum Parulian<br />
Situmorang & Partners (PS&P).<br />
<strong>ALIVE</strong>MAY16