PROFIL Lukman Ahmadi, Teruskan Anggar hingga Generasi ke-3 DIJULUKI KELUARGA ANGGAR Di Sumsel, ada seorang atlet anggar yang menurunkan keahliannya hingga generasi ke-3 dalam keluarganya. Dia adalah Lukman Ahmadi. Seperti apa kiprahnya ? Di Indonesia, ada beberapa keluarga olahragawan yang menelurkan prestasi turun-temurun selama 3 generasi di keluarganya. Seperti keluarga Yahya Buari (panahan), keluarga Benny Tumbel (anggar), dan keluarga Pantouw (judo). Khusus di Sumsel, ada keluarga Lukman Ahmadi. Dia adalah seorang atlet anggar. Pria kelahiran Bengkulu, 12 September 1945, menurunkan keahliannya sebagai “zorro”, kepada ke-6 anaknya. Yaitu Lucky Ramdhani, Ludwi Kardhani, Rully Mauliadhani, Rizky Pradhani, Rian Apridhani, dan Agista Andhani. Bahkan, juga mulai menurun kepada cucu-cucunya. Dari 13 cucu-nya, ada 3 yang mulai menjadi “zorro”. Yaitu Alifah Safira Putri (17) dan Abiaz Rafi (13). Keduanya anak Lucky Ramdhani. Juga ada Salsambila (10), anak dari Rizky Pradhani. Kemarin, wartawan koran ini berkunjung ke rumah Lukman Ahmadi di Jalan Sultan Muhammad Mansyur, Komplek Mandiri, Lorong Lingar No E5. Dia ditemani istrinya, Tri Maini (64). “Orang menyebut kami keluarga anggar,” kata Lukman, mengawali pembicaraan. Lukman merupakan anak ke-5 dari 7 bersaudara pasangan Raja Ahmadi (alm) dan Halimah Tusadiah (almh). Raja Ahmadi seorang pegawai negeri sipil (PNS) di Dinas Pendidikan dan Kebudayaan di Sumsel. Sedangkan Halimah, ibu rumah tangga. Waktu kecil, sekitar 6 tahun, kata Lukman, dirinya sering diajak ayahnya nonton sepakbola. Juga bulutangkis. “Saya dikenalkan dengan beberapa cabang olahraga oleh ayah saya,” katanya. Sejak duduk dibangku sekolah dasar (SD) 28 Sungai Tawar (tahun 1954), Lukman memang aktif diolahraga. Bahkan, sering menjadi juara. Terutama atletik, dan kasti. “Saya pernah juara lari. Hadiahnya buku cerita Timun Mas,”kenang Lukman. Begitu juga waktu di SMP 5 Palembang dan SMA 2, hingga pindah ke SMA Tanjung Karang, Lampung. Rutin berprestasi dibidang olahraga. “ Sayang sering dapat piagam. Tapi, sebatas olahraga yang umum saja waktu itu. Ya, seperti atletik dan kasti itu,” sambung suami dari Tri Maini (64). Namun, kata Lukman, dirinya pada waktu kelas 6 SD, memang pernah melihat pertandingan anggar di Balai Pertemuan di Sekanak. “Semua atlet anggarnya tentara. Anggar masih terkesan ekslusif. Belum ada atlet anak-anak,”sambungnya. Tahun 1968, menjadi awal bagi Lukman berkecimpung di dunia anggar. Kebetulan, Lukman juga kuliah di Sekolah Tinggi Olahraga (STO) di Bandung. Salah satu mata kulihanya adalah anggar. Kebetulan juga, lanjut Lukman, dosen mata kuliah anggar di STO tersebut, merangkap sebagai pengurus Ikatan Anggar Indonesia (IKASI) Jawa Barat. “ Saya lalu ikut gabung latihan anggar. Disaat itu, saya juga diangkat jadi asisten dosen mata kuliah anggar, renang, dan senam,” lanjutnya. Tak lama kemudian, lanjut Lukman, diirinya diminta untuk fokus pada satu mata kuliah. Tidak boleh 3 mata kuliah. “Saya memilih untuk fokus di anggar,”lanjutnya. Kejuaraan Nasional (Kejurnas) 1974 di Surabaya, menjadi kompetisi pertama bagi Lukman. Dia memperkuat Jawa Barat. Dua dari 3 nomor, yaitu Degen (epee) dan Sabel (Sabre), diikutinya. Sedangkan Floret (foil) tidak. “Nomor Degen saya dapat Perak. Sedangkan Sabel dapat perunggu,”ujarnya. Tahun 1987, Lukman diminta orang tuanya untuk kembali ke Palembang. Apalagi, kondisi kedua orang tuanya, sudah sakit-sakitan waktu itu. “Saya diminta untuk menjaga orang tua. Lalu, saya pamitan ke Ikasi Jabar. Selain itu, PB Ikasi pusat, juga berpesan pada saya, untuk menghidupkan lagi anggar di Sumsel,” lanjutnya. Memang, pasca Pekan Olahraga Mahasiswa (POM) IX- 1971 di Palembang, anggar terlihat mati suri. Barulah setelah 14 tahun, yaitu di tahun 1987, anggar menggeliat kembali. Lukman bersama para “zorro”nya, pertama kali berlatih di tahun 1987 tersebut yaitu digedung Bank Dagang Negara (BDN), yang kini menjadi gedung Bank Mandiri. Peralatannya juga masih manual. Belum elektrik. “Saya pelatihnya, sekaligus juga ikut dalam kepengurusan anggar Sumsel,”katanya. Beberapa atlet anggar berbakat di Palembang, direkrutnya. Seperti dari SMK negeri (dulu STM) 1, SMA Negeri 3, SMA Negeri 2, SMA Negeri 1, dan SMA Negeri 10. “Saya juga melatih anak-anak saya. Semuanya saya kenalkan dengan anggar,”sambungnya. Kerja keras Lukman terbayarkan. Segudang prestasi berhasil diraih tim anggar Sumsel. Diberbagai Kejurnas maupun Pra-PON, selalu juara. Terakhir, pada PON 2012 lalu, menjadi juara umum. 66 SPORTNEWS <strong>JUNI</strong> 2016
Kiprah Lukman, juga diteruskan anaknya Lucky Ramdhani. Semasa jadi atlet, Lucky juga punya prestasi segudang. Diantaranya emas di Kejurnas tahun 2011. Segudang prestasi internasional, juga diraup oleh Lucky yang menjadi pelatih anggar Sumsel. Diantaranya pada SEA Games XXVI-2011, kontigen Indonesia yang salah satu atlet anggarnya diperkuat atlet Sumsel, Reni Anggraini, berhasil meraih emas. “Setiap hari bicara anggar, pergi latihan bicara anggar, pulang ke rumah bicara anggar, tidur pun bicara anggar lagi. Itulah keseharian keluarga kami,” pungkas Lukman Ahmadi. (iaa) Lukman Ahmadi bersama tropi juara umum Kejurnas anggar 2014 di Samarinda. <strong>JUNI</strong> 2016 SPORTNEWS 67