Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
2 <strong>Bisnis</strong> Utama<br />
EDISI <strong>292</strong>/TAHUN 06, 26 DESEMBER 2016 - 1 JANUARI 2017<br />
2017, Perekonomian Indonesia Lebih Baik<br />
Pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan<br />
mencapai 5,4 persen hingga 5,5 persen pada 2017.<br />
Atau naik tipis dari capaian 2016 ini. Sementara<br />
Bank Indonesia (BI) memproyeksikan pertumbuhan<br />
ekonomi Jawa Timur (Jatim) pada 2017 sebesar<br />
5,7 persen hingga 6,1 persen. Separuh dari angka<br />
tersebut disumbang penguatan konsumsi.<br />
Saat menjabat Kepala<br />
Kantor Perwakilan BI<br />
Jatim, Benny Siswanto,<br />
mengatakan, tekanan global masih<br />
terjadi pada 2017. Yang masih dampaknya<br />
ke daerah termasuk ke Jatim<br />
masih terbilang rendah. ’’Tampaknya,<br />
ekonomi Jatim 2017 masih<br />
jauh lebih baik dari 2016,’’ kata<br />
Benny, disela pertemuan tahunan BI<br />
di <strong>Surabaya</strong>.<br />
Mengingat kondisi perekonomian<br />
dunia saat ini belum stabil,<br />
Jatim belum bisa mengandalkan<br />
kinerja ekspor sebagai penggerak<br />
pertumbuhan. Meski demikian, BI<br />
memprediksi kinerja ekspor nonmigas<br />
terus membaik. Penggerak<br />
perekonomian Jatim pada 2017<br />
adalah konsumsi. Secara nasional,<br />
konsumsi berkontribusi 15 persen.<br />
Khusus di Jatim, peranan konsumsi<br />
terhadap pertumbuhan ekonomi<br />
mencapai 50 persen. ’’Konsumsi<br />
kita kuat, makanya relatif optimistis<br />
memasuki 2017,’’ ujarnya.<br />
Dari sisi investasi, peranan terbesar<br />
akan datang dari investasi<br />
bangunan dan non bangunan.<br />
Bentuknya adalah pembangunan<br />
proyek jalan tol, pelabuhan, dan<br />
infrastruktur lainnya. BI juga mengapresiasi<br />
keinginan pemerintah<br />
daerah mengembangkan pelabuhan<br />
di Probolinggo melalui instrumen<br />
obligasi korporasi. ’’Jadi ini bisa<br />
menjadi terobosan. BI dan OJK siap<br />
membantu merumuskan itu,’’ tambahnya.<br />
Meski demikian, hasil survei<br />
BI terhadap pengusaha di Jatim<br />
menunjukkan adanya optimisme.<br />
Pengusaha berupaya menangkap<br />
peluang di tengah tingginya konsumsi<br />
Jatim. Dari sisi perbankan,<br />
BI memproyeksi penyaluran kredit<br />
di Jatim tumbuh 10–12 persen.<br />
Sehingga ada peluang untuk<br />
menggenjot kredit, terutama dengan<br />
menekan persentase undisbursed<br />
loan atau kredit yang sudah disetujui<br />
bank tetapi belum dicairkan debitur.<br />
Tahun ini, persentase undisbursed<br />
loan bisa mencapai 30 persen. ’’Perbankan<br />
saat ini didorong menekan<br />
undisbursed loan sehingga bisa<br />
mencapai dibawah 20 persen,’’<br />
terangnya.<br />
Disisi lain, Pemprov<br />
Jatim memasang<br />
target<br />
pertumbuhan<br />
ekonomi<br />
lebih rendah. Gubernur Jatim, Soekarwo,<br />
menargetkan, ekonomi Jatim<br />
diperkirakan tumbuh 5,5–5,7 persen.<br />
Target tersebut dipatok karena<br />
permintaan luar negeri belum baik.<br />
Sebaliknya, permintaan dalam negeri<br />
menunjukkan tren positif. ’’Ditambah,<br />
konsumsi masyarakat masih<br />
stabil,’’ katanya.<br />
Sejalan dengan proyeksi pertumbuhan<br />
itu, skenario pertumbuhan 5,5<br />
persen membutuhkan investasi sebesar<br />
Rp 499,112 triliun. Untuk target<br />
5,7 persen, diperlukan Rp 517,752<br />
triliun. Sumber investasi bisa berupa<br />
penanaman modal asing, penanaman<br />
modal dalam negeri (PMDN),<br />
PMDN non fasilitas, kredit perbankan,<br />
dan belanja pemerintah.<br />
“Perekonomian Indonesia<br />
2017 kami perkirakan bisa<br />
tumbuh sedikit lebih baik dari<br />
2016 ini. Yaitu, sekitar 5,1<br />
persen hingga 5,2 persen,”<br />
kata Ekonom<br />
Achmad Daeng.<br />
Optimisme<br />
itu<br />
muncul dari beberapa indikasi perekonomian<br />
dunia. Diantaranya,<br />
penurunan produksi minyak mentah<br />
dunia sekitar 1,5 juta bph, yang<br />
dilakukan Saudi Arabia dan Rusia<br />
dengan penurunan produksi masingmasing<br />
500.000 bph.<br />
“Sehingga,penurunan produksi<br />
minyak mentah dunia mencapai 1,5<br />
juta bph. Hal ini berdampak pada<br />
peningkatan harga minyak mentah<br />
dunia dari kisaran 27 dolar AS per<br />
barel pada Februari 2016 lalu, kini<br />
harganya naik diatas 50 dolar AS per<br />
barel,” ujar Daeng.<br />
Dampak lanjutannya, kata ia,<br />
harga batu bara pun<br />
mengalami peningkatan<br />
mencapai<br />
100 dolar<br />
AS per ton<br />
pada Desember 2016. Jika kondisi<br />
tersebut bisa bertahan, peluang perekonomian<br />
Indonesia tahun 2017<br />
sedikit lebih baik dari tahun 2016.<br />
“Dengan naiknya harga batu bara,<br />
dugaan saya akan terjadi permintaan<br />
yang tinggi akan komoditas tersebut.<br />
Sehingga ekonomi Indonesia akan<br />
naik. Ini berita bagus untuk Indonesia,<br />
terutama para pelaku usaha di<br />
sektor batu bara,” terang guru besar<br />
ini.<br />
Dirinya memprediksi perekonomian<br />
Indonesia bisa tumbuh pada<br />
kisaran 5,3 persen hingga 5,6 persen<br />
pada 2017. Angka pertumbuhan ini<br />
melebihi asumsi yang diproyeksikan<br />
pemerintah dalam APBN dan Dana<br />
Moneter Internasional (IMF) sebesar<br />
5,1 persen.<br />
Salah satu yang mendongkrak<br />
kinerja ekonomi 2017 itu, diantaranya<br />
konsumsi rumah tangga maupun<br />
pemerintah yang menjadi pendorong<br />
utama perekonomian, sebagai<br />
dampak dari laju inflasi yang relatif<br />
terkendali karena diproyeksikan<br />
hanya mencapai empat persen pada<br />
2017. (ton)<br />
Sektor Properti Mendukung<br />
<strong>Bisnis</strong> properti tak pernah<br />
merosot. Indikasi menguatnya<br />
perekonomian sebagian besar<br />
dipengaruhi sektor hunian. Pemerintah<br />
menargetkan pertumbuhan<br />
ekonomi sebesar 5,3 persen pada<br />
2017. Dominasi properti memiliki<br />
porsi cukup besar dalam mencapai<br />
target tersebut.<br />
Adanya program Tax Amnesty<br />
(pengampunan pajak) yang<br />
sudah terlaksana beberapa waktu<br />
lalu, membuat peningkatan arus<br />
dana repatriasi menjadi suplemen<br />
baru bagi sektor properti. Banyak<br />
pihak memperkirakan properti<br />
dipercaya menjadi incaran dana<br />
repatriasi yang masuk ke Indonesia.<br />
Karena tingginya potensi bisnis<br />
sektor ini menjadi alasan utama<br />
para investor untuk menanamkan<br />
modalnya.<br />
Project Director Grand<br />
Dharmahusada Lagoon, PT PP<br />
Properti, Bagus Febru Saptono,<br />
mengemukakan pandangannya<br />
terhadap iklim properti 2017<br />
mendatang. Termasuk keterkaitan<br />
amnesty pajak yang cukup menarik<br />
untuk digali dari sisi pelaku bisnis.<br />
“Kalau tax amnesty ini dampaknya<br />
terhadap prospek untuk<br />
menarik investor atau publik<br />
semakin terbuka, menghapuskan<br />
kekhawatiran atau keragu-raguan<br />
penanam modal,” kata Bagus, kepada<br />
<strong>Bisnis</strong> <strong>Surabaya</strong>, saat dijumpai<br />
di kantornya kawasan Mulyosari,<br />
<strong>Surabaya</strong>.<br />
Ia berharap, tax amnesty<br />
mampu meningkatkan pertumbuhan<br />
ekonomi, karena dana yang<br />
telah masuk dan dilaporkan harus<br />
mengalir atau berputar. ”Kebijakan<br />
pemerintah akan membuat pertumbuhan<br />
ekonomi meningkat. Hal<br />
itu, berpengaruh pada peningkatan<br />
pertumbuhan properti,”ulas bapak<br />
dua orang anak ini.<br />
Dalam sudut pandangnya, regulasi<br />
pemerintah tersebut diharapkan<br />
semakin mempermudah laju<br />
ekonomi. Melalui kelonggaran kebijakan<br />
Bank Indonesia (BI) terhadap<br />
ketentuan rasio kredit terhadap nilai<br />
agunan, Loan to Value (LTV) untuk<br />
Kredit Kepemilikan Rumah (KPR)<br />
dan rasio kredit terhadap pendanaan,<br />
Loan to Financing Ratio (LFR).<br />
Segala keringanan itu menjadi<br />
secercah harapan bagi geliat properti<br />
2017 mendatang. Meski dua<br />
tahun terakhir sedikit lesu, namun<br />
tidak ada kekhawatiran berlebihan<br />
bagi para pelaku bisnis real estate.<br />
Faktanya, properti tetap konstan<br />
dan cenderung tidak mengalami<br />
penurunan.<br />
“Properti tidak pernah turun,<br />
yang ada cuma cepat atau lambat<br />
saja. Perlambatan properti 2 tahun<br />
terakhir ini disebabkan secara makro.<br />
Yaitu, pertumbuhan ekonomi<br />
dunia dan politik. Optimisme kita<br />
pada 2017 grade properti akan terus<br />
berkembang dengan iklim investasi<br />
yang bagus. Tinggal kita lihat nanti<br />
iklim politiknya seperti apa,”jelas<br />
pria kelahiran Klaten Jawa Tengah<br />
ini.<br />
Selain itu, pertumbuhan penduduk<br />
yang tidak dibatasi secara tak<br />
langsung membuat sektor hunian<br />
meningkat mengikuti market.<br />
Terlebih untuk beberapa tahun<br />
mendatang Indonesia diprediksi<br />
memasuki fase middle income.<br />
Dimana segmen penduduk berpendapatan<br />
menengah akan sangat<br />
besar. Imbasnya lagi-lagi pada potensi<br />
pengembangan hunian sebagai<br />
kebutuhan primer.<br />
“Karena segmen medium inilah<br />
yang mampu membeli properti. Artinya<br />
dia butuh properti dan mampu<br />
untuk membelinya. Makanya,<br />
pertumbuhan di Indonesia tidak<br />
mungkin kurang dari 5 persen.<br />
Kalau dilihat dari grade ekonomi<br />
pasti akan meningkat terus, apalagi<br />
pemerintah ke depannya ditunjang<br />
program infrastruktur,”imbuh<br />
Bagus.<br />
Bagi para investor, bisa jadi tahun<br />
ini merupakan waktu yang tepat<br />
untuk berinvestasi sebelum harga<br />
merangkak naik. Karena dilansir<br />
penjualan properti akan meningkat,<br />
dan tentu berpengaruh terhadap<br />
harga hunian yang turut melesat<br />
tajam. (lely)