26.12.2016 Views

Bisnis Surabaya edisi 292

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

4 Opini<br />

Kolom Amak Syariffudin<br />

Lagi-lagi Tenaga Kerja China jadi Masalah<br />

DALAM KOLOM tabloid ini <strong>edisi</strong> 217<br />

(Juli 2015) judul “Tenaga Asing Aktif tapi<br />

Murah”, secara panjang lebar saya uraikan<br />

mengenai membanjirnya tenaga-kerja China<br />

asal Tiongkok yang dipekerjakan pada<br />

proyek-proyek pembangunan kerja sama<br />

Indonesia-Tiongkok (RRT) yang tersebar<br />

mulai dari Sumatera Utara hingga Maluku<br />

Utara dan Selatan. Terbesar jumlahnya<br />

justru tenaga-kerja ilegal ketimbang yang<br />

resmi tercatat dalam perjanjian kerja sama<br />

itu. Sewotnya lagi, justru banyak sebagai<br />

tenaga kerja kasar. Mungkin di Tiongkok<br />

sana semula jadi penarik ricksaw (becak<br />

yang ditarik manusia), dijadikan mandor<br />

tenaga kerja illegal di negara kita. Pendek<br />

kata, mau menyebarkan penduduk China<br />

yang jumlahnya paling padat di dunia itu<br />

ke negara-negara Asia-Afrika. Terutama<br />

Indonesia yang dianggapnya buminya subur<br />

makmur. Dalam Juni-Juli 2015 saja, sudah<br />

10.000 orang-orang China illegal yng dirangkap<br />

Imigrasi kita plus puluhan lagi dari<br />

mereka yang melakukan kejahatan cyber<br />

crime yang bisa diringkus di Jawa Barat dan<br />

lain provinsi. Tahun lalu itu, Ketua Bidang<br />

UKM dan Ketenagakerjaan BPP Himpunan<br />

Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi),<br />

Yuke Yurike (7/7-2015) yang mengeluh:<br />

“Pasar tenaga kerja domestik sangat rawan<br />

dijebol oleh masuknya t tenaga kerja asing<br />

legal maupun ilegal. Kami tidak terlalu yakin<br />

dengan mentalitas birokrasi semacam<br />

sekarang. Siapa (yang bisa) menjamin bila<br />

tenaga kerja asing tidak leluasa memasuki<br />

pasar domestik?”<br />

Kondisi pasar bebas Asean dan Asia,<br />

perkembangan teknologi dan komunikasi<br />

global, terbukanya negara kita demi menarik<br />

wisatawan mancanegara (wisman), menja-<br />

Oleh :<br />

Adig Suwandi<br />

Pemerhati Sosial-Ekonomi<br />

Menghadapi Ekonomi 2017<br />

TAHUN baru dipersepsikan datang dengan membawa harapan dan tantangan baru yang<br />

mesti dihadapi siapa saja secara arif diikuti perilaku adaptif dan inovatif. Berbagai harapan<br />

akan kondisi lebih baik digantungkan. Bagaimana korelasinya terhadap ekonomi Indonesia?<br />

Kondisi perekonomian Indonesia pada tahun baru 2017 masih dihadapkan berbagai tantangan<br />

tidak ringan dan bisa mengejutkan, baik yang datang dari lingkungan eksternal maupun<br />

internal atau domestik. Walaupun demikian, Bank Indonesia (BI) meyakini ekonomi Indonesia<br />

akan berada pada kondisi lebih baik. Prediksinya tidak jauh dari target pertumbuhan ekonomi<br />

dalam asumsi makro RAPBN 2017 yang praktis berada di kisaran 5,1-5,5 persen. Memang<br />

angka tersebut lebih rendah dari prediksi BI sebelumnya atas pertumbuhan ekonomi<br />

Indonesia 2017 sebesar 5,2-5,6 persen. Sejumlah faktor menjadi pertimbangan menurunkan<br />

prediksi, salah satunya berasal dari turunnya prediksi pertumbuhan ekonomi global 2017 versi<br />

Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia.<br />

Perekonomian global saat ini cenderung bias ke bawah. Fenomena tersebut jelas sebagai<br />

dampak pemulihan ekonomi global yang masih cenderung lambat dan tidak merata. Terpilihnya<br />

Donald Trump sebagai presiden ke-45 Amerika Serukat dengan kecenderungan perilaku<br />

proteksionis dan mengutamakan kepentingan domestiknya, diperkirakan bakal menyeret<br />

dunia ke dalam ketidakpastian baru. Sebelumnya, IMF memprediksi ekonomi global tumbuh<br />

3,1 persen (2016) dan 3,4 persen (2017). Juni 2016, Bank Dunia menurunkan proyeksi<br />

ekonomi menunjukkan pertumbuhan ekonomi 2017 dikoreksi menjadi lebih rendah. Potensi<br />

bias ke bawah didorong perkiraan pertumbuhan ekonomi AS yang tidak sekuat proyeksi sebelumnya<br />

dan ekonomi Tiongkok masih mengalami perlambatan. Kebijakan suku bunga Bank<br />

Sentral AS (Fed Fund Rate) turut menimbulkan ketidakpastian pasar dan mempengaruhi<br />

perkembangan ekonomi global. Fakta lain mengindikasikan bahwa normalisasi kebijakan The<br />

Fed berpotensi memicu capital outflows, sehingga dapat menimbulkan tekanan pasar keuangan<br />

di kawasan, tak terkecuali Indonesia.<br />

Konsumsi Swasta<br />

Untuk faktor dalam negeri, ekonomi nasional akan ditopang oleh kondisi permintaan<br />

domestik lebih baik dengan tetap kuatnya konsumsi dan membaiknya investasi. Konsumi<br />

masyarakat akan tetap kuat seiring terjaganya daya beli, membaiknya perlindungan sosial,<br />

dan peningkatan jumlah kelas menengah. Menguatnya permintaan domestik mendorong<br />

angka pertumbuhan ekonomi kita menjadi terbesar di kawasan Asia Tenggara pada paruh<br />

pertama 2016. Bank Pembangunan Asia (ADB) melihat, pertumbuhan 2017 diperkirakan meningkat<br />

meskipun lebih rendah dari prakiraan pada bulan Maret 2016, sebagai refleksi belanja<br />

investasi lebih rendah dari diharapkan. Inflasi berada di tingkat lebih kecil dari dugaan dan<br />

bahkan pada 2016 menjadi yang terendah sepanjang 16 tahun terakhir, sehingga proyeksi<br />

diturunkan untuk 2016 dan 2017. Demikian pula untuk defisit transaksi berjalan lebih rendah<br />

dari proyeksi Maret<br />

Kondisi pertumbuhan ekonomi Indonesia boleh dikatakan tetap stabil. Antara lain ditopang<br />

konsumsi swasta dan didukung peningkatan belanja pemerintah. Stabilitas ekonomi<br />

terjaga, walaupun investasi pemerintah pada triwulan terakhir tidak terlalu baik. Karena kita<br />

sedang meng-adjust perkembangan ekonomi, namun cadangan devisa meningkat, dan inflasi<br />

juga terkendali. Pasca-pemerintah melakukan reformasi di bidang ekonomi. 2014 lalu, telah<br />

dialihkan subsidi bahan bakar minyak ke pembangunan infrastruktur dan bantuan sosial.<br />

Perubahan alokasi subsidi yang awalnya hanya untuk bahan bakar minyak pun kemudian<br />

dialihkan ke infrastruktur menjadi dasar guna lebih meyakinkan negara lain berinvestasi.<br />

dikan RRT melihat celah yang lebar untuk<br />

penyebaran tenaga kerjanya (yang ahli dan<br />

banyak yang tenaga kasar) untuk mencari<br />

rejeki di luar negeri. Banyak negara-negara<br />

Afrika yang dikuasai Tiongkok yang punya<br />

duit, teknologi dan sekaligus manusianya!<br />

Sebagian bakal jadi “negara satelitnya”,<br />

karena simpul-simpul strategis negara-negara<br />

itu dikuasainya. Baik dari aspek sainsteknologi,<br />

perputaran moneternya sampaipun<br />

skill manusia pemegang pemerintahan<br />

setempat. Malahan dapat menyelundup pula<br />

para teroris China keturunan suku Iughur<br />

yang menjadi anggota ISIS.<br />

Kegalauan macam itu juga menyentuh<br />

ormas Islam-nusantara terbesar, yakni Nahdlatul<br />

Ulama. Pengurus Besarnya (PBNU)<br />

menyoroti maraknya keberadaan pekerja<br />

kasar asal China itu menyebabkan keresahan<br />

sebagian masyarakat, sebab bisa menyebabkan<br />

dampak negatif bagi pekerja local.<br />

Ketua Umum Pengurus Besar NU (PBNU),<br />

K.H. Said Agil Siradj menyatakan (20/12):<br />

“PBNU mendesak kepada pemerintah untuk<br />

mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh<br />

rakyat Indonesia seperti yang tertuang dalam<br />

Pancasila.” Dia mencontohkan di Banten<br />

pada Agustus lalu, polisi mengamankan 70<br />

orang buruh ilegal asal Tiongkok yang dipekerjakan<br />

oleh kontraktor China pada pembangunan<br />

pabrik semen Puloampel, Serang.<br />

Termasuk pula komposisi jumlah buruh<br />

yang dipekerjakan “njomplang”. Yakni 30<br />

persen tenaga kasar local, sisanya asal China.<br />

“Bayaran yang mereka (buruh China) terima<br />

superbesar dibanding buruh lokal.” katanya.<br />

Buruh asing terima Rp 15 juta/bulan, buruh<br />

lokal Rp 2 juta/bulan. “Karenanya, pemerintah<br />

harus sensitif menjaga perasaan rakyat.<br />

Sekaligus mengkaji ulang kebijakan pembangunan<br />

kita yang dalam praktik mengajak<br />

rakyat sebagai mitra, dalam hal ini sebagai<br />

pekerja. Pemerintah dan pengusaha harus<br />

memperhatikan lagi hal-hal mendasar sebelum<br />

mempekerjakan tenaga asing di Indonesia.<br />

Salah satunya terkait dengan fakta<br />

jumlah penganggur di tanah air sebesar lebih<br />

dari 7 juta orang,” ujar Ketum PBNU itu.<br />

Sedangkan peneliti LIPI, Siti Zuhro,<br />

juga minta pemerintah selektif menjelaskan<br />

berbagai isyu seputar kegiatan WNA. Dia<br />

mengaitkan kasusnya termasuk masuknya<br />

narkoba dan pemalsuan e-KTP, lalu masalah<br />

pembangunan perumahan untuk tenaga<br />

kerja asal Tiongkok.<br />

Sementara itu, kabar mengenai ditemukannya<br />

tenaga-tenaga kerja kasar ilegal<br />

untuk pembangunan maupun yang bergiat<br />

di sektor perekononiman rakyat, mengalir<br />

terus dari berbagai kota provinsi. Awal tahun<br />

ini puluhan dari mereka ditangkap di Sulawesi<br />

Tenggara, di Maluku, di Kalimantan<br />

Barat dan lain-lain. Kemudian berita mengenai<br />

ribuan dari mereka memasuki Kalbar<br />

secara ilegal, apakah langsung lewat laut,<br />

udara ataupun menyeberangi perbatasan<br />

Indonesia-Malaysia Timur di Entikong. Kalau<br />

melihat struktur demografi Kalbar, sejak<br />

dulu kala provinsi itu merupakan kantong<br />

warga negara kita yang keturunan China.<br />

Mereka hidup sebagai petani, nelayan, pedagang<br />

kecil, sampaipun pengemudi becak<br />

dan lain-lain. Jadi, lokasi demikian menjadi<br />

sasaran orang-orang China asal Tiongkok<br />

untuk bersembunyi dan menyamar seolaholah<br />

WNI.<br />

Bagaimana kita menyikapinya?<br />

Bagi tenaga kerja kita (lokal) disektor<br />

kehidupan/pekerjaan apapun juga yang<br />

berkemungkinan dapat “disaingi” tenagatenaga<br />

China asal RRT itu, adalah memahami<br />

cara/aktivitas mereka sehari-hari.<br />

Disiplin, kerja keras dan punya arah (goal),<br />

untuk apa pekerjaan tersebut dan bagaimana<br />

bisa sukses dalam mengerjakannya. Bagi<br />

EDISI <strong>292</strong>/TAHUN 06, 26 DESEMBER 2016 - 1 JANUARI 2017<br />

pihak pemerintah tentunya sudah tahu diri,<br />

apa yang meresahkan masyarakat itu dan<br />

bagaimana seharusnya dilakukan. Terutama<br />

disinilah para pejabat dan petugas di bawah<br />

Ditjen Imigrasi ditakar mentalitas, kemampuan<br />

dan kegesitannya. Karena mereka<br />

yang utama mengawal gerbang-gerbang<br />

masuknya manusia luar negeri ke Indonesia.<br />

Begitu pula yang bertugas di kantor-kantor<br />

imigrasi yang di kawasan kekuasaannya di<br />

mana terdapat proyek-proyek pembangunan<br />

hasil kerja sama dengan RRT, maupun<br />

di mana terdapat kepadatan penduduk yang<br />

mungkin disusupi para pendatang tenaga<br />

kerja ilegal China, maupun para penjahat<br />

serta terorisnya.<br />

Adalah kebijakan yang perlu dilakukan<br />

secara berhati-hati namun tegas dari<br />

Menteri Tenaga Kerja Hanif Dardiri, dari<br />

Menteri Perindustrian Airlangga Hartanto<br />

dan Kepala BKPM Thomas Lembong untuk<br />

menyikapi keresahan sebagian masyarakat<br />

dan terutama tenaga kerja kita mengenai<br />

membanjirnya tenaga kerja asing ilegal<br />

yang terbanyak dari Tiongkok itu. Indonesia<br />

memang membutuhkan investasi yang<br />

antara lain dari Tiongkok, namun jangan<br />

sampai dibarengi penyelundupan manusia<br />

tenaga kerjanya untuk menyebarkan manusianya<br />

yang bakal mencekik ekonomi<br />

kita serta merusak budaya kita dan akhirnya<br />

menguasai politik nasional maupun internasional<br />

kita. Sudah berulangkali kasus<br />

warga negara China itu jadi masalah. Lagilagi<br />

tenaga kerja ilegal China yang menjadi<br />

masalah. ***<br />

Pertumbuhan lebih tinggi juga didorong reformasi fiskal melalui pengurangan subsidi<br />

dan penargetan lebih baik diikuti strategi penerimaan jangka menengah fokus keberlanjutan.<br />

Kemudian pemerintah melihat perlunya melanjutkan reformasi struktural Paket Kebijakan<br />

Ekonomi Tahap 2. Investasi menjadi penopang utama pertumbuhan ekonomi 2017 dengan<br />

target 5,3 persen. Pemerintah mengaku tidak memiliki banyak alternatif pendorong ekonomi<br />

akibat lesunya belanja negara, konsumsi rumah tangga dan pemerintah, serta ekspor-impor.<br />

Untuk menaikkan pertumbuhan menjadi 7 persen GDP langkah yang perlu ditempuh memang<br />

harus dilakukan dengan menarik investasi asing, khususnya di sektor industri manufaktur<br />

dan memangkas aturan birokrasi penghalang investasi.<br />

Dalam RAPBN 2017, belanja negara hanya dialokasikan sebesar Rp 2.070,5 triliun;<br />

turun Rp 12,4 triliun dari belanja dalam APBN Perubahan 2016. Adapun nilai ekspor pada<br />

Januari-Juli 2016 hanya USD 79,08 miliar; turun 12,02 persen dibanding 2015. Memang tak<br />

banyak pilihan, tapi paket kebijakan ekonomi diharapkan berdampak terhadap perbaikan<br />

iklim investasi pada tahun 2017. Sejumlah target pertumbuhan beberapa sektor prioritas pun<br />

ditetapkan : komunikasi dan informasi merupakan sektor yang ditarget tumbuh 10,6 persen<br />

dengan alasan didukung penggunaan telepon, internet, serta Palapa Ring (proyek pembangunan<br />

serat optik) menjangkau 34 provinsi. Berikutnya yang disorot adalah sektor konstruksi<br />

dengan target tumbuh 8,1 persen dinilai realistis karena dana repatriasi mulai membanjir<br />

pada akhir 2016. Sedangkan sejumlah sektor lain : industri pengolahan diperkirakan tumbuh<br />

5,4 persen, pertanian dipatok tumbuh 3,9 persen berkat pencetakan sawah baru dan perbaikan<br />

irigasi, serta transportasi dan pergudangan ditargetkan 7,1 persen sebagai efek berantai<br />

meningkatnya bisnis pengiriman produk melalui e-commerce.<br />

Sudah tepat langkah pemerintah menetapkan investasi sebagai tulang punggung ekonomi.<br />

Sebab, iklim investasi memang sedang membaik. Indikatornya antara lain meningkatnya<br />

efisiensi perizinan serta menurunnya keluhan soal infrastruktur. Realisasi investasi sepanjang<br />

triwulan II/2016 (nilai Rp 151,6 triliun) naik 12,3 persen dibanding kuartal I/2016 (nilai Rp<br />

146,5 triliun). Dengan demikian, total investasi kumulatif sepanjang Januari hingga September<br />

2016 mencapai Rp 453,4 triliun, meningkat 13,4 persen dibandingkan periode sama 2015.<br />

BKPM pun menyiapkan strategi untuk menggenjot realisasi investasi. Sektor industri seperti<br />

pabrik pengolahan mineral (smelter), pengolahan, dan manufaktur (terutama komponen<br />

otomotif) disiapkan sebagai sektor investasi utama.Peningkatan daya saing industri sendiri<br />

dijelaskan dilakukan melalui hilirisasi, sedangkan akselerasi melalui pengembangan perwilayahan<br />

industri di luar Jawa, Pertumbuhan populasi industri dan peningkatan produktivitas<br />

serta daya saing, terutama untuk industri kimia, tekstil, aneka; logam, mesin, alat transportasi,<br />

elektronika; dan agroindustri.<br />

Tantangan<br />

Tantangan domestik kita diwarnai tendensi pertumbuhan ekonomi melambat, defisit fiskal<br />

diperkirakan masih membesar, utang luar negeri mengalami kenaikan, dan pertumbhan<br />

kredit yang masih rendah diikuti risiko peningkatan kredit bermasalah (non-performing loan).<br />

Berdasarkan laporan Indeks Daya Saing Global 2016-2017 dirilis World Economic Forum<br />

(WEF), daya saing Indonesia merosot dari peringkat 37 menjadi 41 atas survai terhadap 138<br />

negara. Kondisi tadi jelas mengindikasikan perlunya bekerja keras lagi untuk dapat bersaing<br />

di lingkungan perekonomian dunia. Berkaca pada tantangan tersebut, bauran kebijakan yang<br />

mengutamakan stabilitas ekonomi untuk mendukung pertumbuhan menjadi urgen. Kondisi<br />

makroekonomi yang stabil, terutama pencapaian inflasi menuju sasaran ditetapkan, dan<br />

menurunkan defisit transaksi berjalan akan menjadi pertaruhan di sini.<br />

Apa pun yang terjadi, berbagai perusahaan asing yang beroperasi di Indonesia sejak lama<br />

mengeluhkan soal munculnya kecenderungan kebijakan ekonomi yang semakin bercorak<br />

nasionalistik, khususnya terkait pengelolaan sektor sumber daya alam, korupsi merajalela,<br />

dan belum memadainya infrastruktur. Tentu semuanya harus dijelaskan secara arif agar kita<br />

tidak kehilangan momentum dalam menarik investasi. Keseimbangan antara perlindungan<br />

ekonomi dan industri domestik dari perangkap penguasaan asing yang menjadi amanah<br />

konstitusi untuk diarahkan bagi sebesar-besar kemakmuran rakyat perlu direformulasikan.<br />

Wajib dipilah secara jelas untuk sektor mana asing boleh masuk. Kemudahan dalam berbisnis<br />

memang harus terus diperbaiki, tetapi kepentingan nasional tentu harus tetap terjaga. Selamat<br />

Tahun Baru 2017.<br />

TABLOID<br />

Pemimpin umum<br />

Nyoman Sudapet<br />

Pemimpin Redaksi/<br />

Penanggung Jawab<br />

Bambang Wiliarto<br />

Redaktur Pelaksana/Korlip<br />

Samudera Ghozuwan<br />

Redaktur<br />

Antonius Andhika<br />

Wartawan Senior<br />

HM Taufiq<br />

Anggota Redaksi<br />

Antonius Andhika, Lely Yuana,<br />

Romadhona, Samudera,<br />

Yenny Noer R<br />

Gresik<br />

Samudera Ghozuwan<br />

Mojokerto<br />

Nyoto Eko Sudarmanto,<br />

Kartiwi,<br />

Machradji Machfud<br />

Malang & Batu<br />

Erno<br />

Lamongan<br />

Samudra<br />

Blitar<br />

Khoirul Abadi<br />

Tuban<br />

Imam Suroso<br />

Madiun<br />

Ajun Ally<br />

Ngawi & Magetan<br />

Eko Setiyowati<br />

Probolinggo<br />

Yusron Fuadi<br />

Fotografer<br />

Romadhona Yulian BW<br />

Marketing<br />

Noor NH<br />

Desain Grafis<br />

M. Hadi Widjaja<br />

Alamat Redaksi/Iklan/Sirkulasi<br />

- Raya Darmo Permai III A5-A8<br />

<strong>Surabaya</strong><br />

Telp. 031-7317457 Fax. 031-7315994<br />

- Permata Darmo Bintoro 22 -23 Jalan<br />

Ketampon <strong>Surabaya</strong><br />

Telp. 031 5668432, 5633456. Fax. 031<br />

5675240.<br />

Email<br />

editor_bisnis@yahoo.co.id<br />

Penerbit :<br />

PT <strong>Bisnis</strong> <strong>Surabaya</strong> Pos<br />

Rekening Bank Jatim<br />

075-1004-753<br />

a/n PT Tarukan Media Dharma<br />

Pencetak :<br />

PT Percetakan Bali Post<br />

Jl. Kebo Iwa 63A Denpasar Barat<br />

Perwakilan :<br />

Jalan Kepundung 67 A, Telp. 0361<br />

225764, 225765. Fax. 0361 227418<br />

Denpasar, Jalan Palmerah Barat 21 F,<br />

Telp. 021 5357602. Fax. 021 5357605<br />

Jakarta.<br />

Iklan Peluang Emas Tarif Iklan<br />

Mini/Baris : Rp 11.000 (30 Karakter)<br />

minimum 2 baris, maksimum 10 baris<br />

(bayar dimuka),<br />

Iklan Display Full Colour : Rp<br />

15.000/mmk<br />

Advertorial Colour : Rp 10.000/mmk<br />

Iklan Keluarga/Sosial : Rp 5.000/<br />

mmk<br />

Informasi dan Pemasangan Iklan<br />

Hubungi : 031 5668432/5633456,<br />

Fax. 031 5675240<br />

“ Jika pers merugikan,<br />

jangan main hakim sendiri,<br />

gunakan hak jawab atau<br />

adukan ke Dewan Pers”<br />

( Pesan ini disampaikan <strong>Bisnis</strong><br />

<strong>Surabaya</strong> dan Dewan Pers )<br />

Gedung Dewan Pers, Lantai 7-8, Jl.<br />

Kebon Sirih 34, Jakarta 10110 Tel.<br />

(021) 3521488, 3504874, 3504874 -<br />

75, Fax (021) 3452030,<br />

E-mail : dewanpers@cbn.net.id<br />

Twitter : @dewanpers<br />

Website : www.dewanpers.or.id /<br />

www.presscouncil.or.id<br />

WARTAWAN BISNIS SURABAYA SELALU<br />

MEMBAWA TANDA PENGENAL , DAN<br />

TIDAK DIPERKENANKAN MENERIMA/<br />

MEMINTA APAPUN DARI NARASUMBER

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!