PENGEMBANGAN INOVASI BERBASIS PERKEBUNAN DI SULAWESI SELATAN
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA<br />
A. Landasan Teori<br />
Upaya pelestarian klon kakao unggul dapat dilakukan melalui<br />
pembangunan kebun entres yang dapat digunakan sebagai sumber<br />
bahan tanam, bahkan mendorong dibangunnya bank gen pada<br />
beberapa wilayah pengembangan. Pembuatan kebun entres merupakan<br />
cara terbaik untuk memenuhi kebutuhan bahan tanam terutama entres<br />
yang digunakan untuk merehabilitasi tanaman kakao baik melalui<br />
penyambungan (grafting), okulasi (budding), stek (cutting), bahkan<br />
somatic embriogenesis. Kebun entres adalah kebun yang disiapkan<br />
khusus untuk menghasilkan entres bahkan dapat dijadikan sebagai<br />
kebun koleksi klon-klon unggul kakao terpilih. Produk kebun entres<br />
adalah cabang plagiotrop yang digunakan untuk perbanyakan bibit<br />
kakao sambung samping, sambung pucuk, okulasi, setek, bahkan<br />
perbanyakan tanaman secara somatic embryogenesis (Limbongan,<br />
2011).<br />
Penyediaan entres sebagai bahan tanam dalam perbanyakan<br />
bibit melalui sambung pucuk maupun sambung samping memerlukan<br />
pohon induk. Guna membangun koleksi pohon induk dapat dilakukan<br />
penanaman klon kakao unggul terkonsentrasi dalam satu lokasi,<br />
sehingga dapat dikontrol akan ketersediaan bahan entres. Limbongan,<br />
et al., (2014), melaporkan bahwa pembuatan kebun koleksi klon kakao<br />
unggul diperlukan kondisi agroekosistem yang sesuai. Koleksi klon<br />
kakao unggul lokal yang dilakukan antara lain, GTB, M-01, M-04, M06,<br />
AP, Kambala, Jakumba, S-1, dan S-2. Membangun kebun koleksi kakao<br />
unggul lokal dalam tahun pertama memerlukan biaya investasi sebesar<br />
Rp. 28.367.500,-.<br />
6