KI45_I
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
K a b a r I t a h<br />
Edisi 45 : Juli - September 2015<br />
Editorial<br />
Kami baru saja menyelesaikan studi tentang<br />
Masyarakat Adat dan Hak-haknya di<br />
Kalimantan Tengah untuk sebuah perusahaan<br />
tambang yang beroperasi di Kalteng. Studi<br />
ini memberi kami kesempatan untuk lebih<br />
mengetahui situasi terkini terkait alokasi<br />
tanah adat, yang sekarang menjadi gerakan<br />
besar di Indonesia, mencakup hingga 40 juta<br />
hektar luas wilayah nasional.<br />
Ada beberapa skema yang sedang dilakukan<br />
yang akan memastikan agar masyarakat<br />
Dayak di provinsi ini mendapatkan lahan<br />
permanen dan sumberdaya dasar untuk mata<br />
pencaharian dan praktek budayanya. Belum<br />
lama ini ada beberapa kejadian besar akibat<br />
konflik tanah antara masyarakat Dayak dan<br />
pendatang, dan juga dengan perusahan<br />
berbasis usaha kayu, sawit dan tambang.<br />
Lokakarya Awal UNEP untuk Mitigasi Air Raksa<br />
Workshop Budi Susilorini participants (kerudung contribute merah) dari their Blacksmith ideas on memberikan ways to improve beberapa the rekomendasi Artisanal and untuk Small-scale ‘road map’<br />
mitigasi Gold Mining kontaminasi sector. air raksa dari PESK di Indonesia<br />
Di dalam skema alokasi tanah adat<br />
‘Dayak Misik’, setiap kepala keluarga akan<br />
mendapatkan hak atas 5 hektar tanah dan<br />
tiap desa akan mendapat 10 hektar tanah<br />
adat. Seluruhnya, sekitar 1.8 juta hektar akan<br />
dikuasai secara langsung oleh orang Dayak di<br />
Kalimantan Tengah.<br />
Selain memberikan informasi tentang<br />
gerakan ini kepada semua desa dampingan,<br />
kami juga sedang mencari upaya untuk<br />
mendampingi pemetaan tanah adat di desadesa<br />
tersebut.<br />
Alokasi tanah adat akan melewati jalan<br />
panjang untuk mengembalikan tanah<br />
Dayak yang diambil alih dan dieksploitasi<br />
oleh pemerintah dan perusahan berbasis<br />
sumberdaya alam. Di beberapa kasus ekstrim,<br />
pada akhirnya masyarakat hanya memiliki<br />
lahan pemukiman desa, sedangkan sisanya<br />
diserahkan ke perusahaan kelapa sawit.<br />
Ini merupakan perubahan yang menarik di<br />
peraturan nasional dan lokal yang dapat<br />
menguntungkan masyarakat adat Dayak<br />
hingga beberapa generasi berikutnya.<br />
Bardolf Paul<br />
Pimpinan YTS<br />
Tanggal 1 September, United Nations<br />
Environment Programme (UNEP),<br />
bekerjasama dengan Yayasan<br />
Tambuhak Sinta (YTS), Blacksmith<br />
Institute, dan Kementrian Lingkungan<br />
Hidup dan Kehutanan (KLHK),<br />
menyelenggarakan lokakarya awal di<br />
Jakarta tentang “Teknis dan Kebijakan<br />
untuk Mitigasi Penggunaan Air Raksa<br />
di Pertambangan Emas Skala Kecil<br />
(PESK)”. Lokakarya ini bertujuan untuk<br />
mendukung Pemerintah Indonesia<br />
dalam melaksanakan Rencana Aksi<br />
Nasional penghapusan air raksa di<br />
PESK di Indonesia.<br />
Sekitar 70 peserta menghadiri<br />
lokakarya ini, berasal dari lembaga<br />
pemerintah , pemerintah daerah,<br />
pemerintah luar negeri, lembaga<br />
internasional, universitas dan<br />
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)<br />
terkait. “PESK merupakan kontributor<br />
terbesar ke-3 emisi air raksa di dunia,<br />
sebagaimana dilaporkan dalam<br />
Penilaian Air Raksa Global UNEP<br />
tahun 2013”, kata Kenneth Davis,<br />
Programme Officer UNEP.<br />
Drs. Hoetomo menjadi moderator<br />
kegiatan ini. Sesi 1, “Emisi Air Raksa<br />
dari PESK” dipresentasikan oleh<br />
Sumali Agrawal, Direktur Teknis YTS.<br />
Diikuti oleh Yun Insiani, Direktur<br />
Penanganan Zat Berbahaya KLHK<br />
yang mempresentasikan pelaksanaan<br />
Rencana Aksi Nasional (RAN).<br />
Pada sesi 2, Sulistyowati, Direktur<br />
Penanggulangan Kerusakan Lahan<br />
KLHK menyampaikan gambaran<br />
umum arah kebijakan Pemerintah<br />
untuk restorasi kerusakan lahan.<br />
Selanjutnya, Masnellyarti Hilman,<br />
Penasihat Senior, Blacksmith Institute<br />
mempresentasikan analisa kebijakan<br />
tambang skala kecil dan tambang<br />
berwawasan lingkungan. Setelah<br />
itu, Budi Susilorini dari Blacksmith<br />
Institute juga memberikan beberapa<br />
rekomendasi tentang ‘road map’<br />
untuk mitigasi kontaminasi air raksa<br />
dari PESK di Indonesia.<br />
Sebagai kesimpulan lokakarya,<br />
Direktur Pengelolaan Zat Berbahaya<br />
Bersambung ke halaman 2
Perdagangan dan Pembangunan<br />
dan Pembangunan. Tim Delegasi termasuk juga Owen<br />
Teo, Direktur Eksekutif Kantor Perdagangan, dan Sharon<br />
Armstrong, Direktur Pembangunan.<br />
Para Delegasi Kanada di lokasi tambang emas aluvial<br />
Kamis, 27 Agustus, YTS menyambut kunjungan kedua<br />
Kedutaan Kanada. Kali ini, Donald Bobiash, Dubes Kanada<br />
menemani Christine Hogan, Deputi Menteri Perdagangan<br />
Setelah presentasi tentang kegiatan kami, para delegasi<br />
menuju lokasi tambang emas di Kereng Pangi, sebuah<br />
lokasi tambang emas tradisional, dua jam dari Palangka<br />
Raya. Di lapangan, para delegasi berkesempatan berbicara<br />
dengan sekelompok penambang emas aluvial, dan melihat<br />
proses tambang hidrolik dilakukan. Dalam perjalanan<br />
pulang, kami berhenti di beberapa toko emas di Palangka<br />
Raya yang membakar amalgam air raksa secara lebih aman<br />
menggunakan kondensor air yang dipasang YTS.<br />
Penambangan emas skala kecil merupakan fenomena global,<br />
namun tersebar luas khususnya di Indonesia. Ini merupakan<br />
sumber utama mata pencaharian untuk masyarakat<br />
adat di Kalimantan, dan peluang yang sangat besar bagi<br />
perdagangan maupun pembangunan.<br />
Membangun Kapasitas untuk Melaksanakan Undang-Undang Desa<br />
Setelah tiga bulan proses panjang melelahkan, akhirnya<br />
kami selesai mendampingi para Kepala Desa yang meminta<br />
bantuan untuk menyusun Anggaran Pendapatan dan Belanja<br />
Desa (APBDes). Bersama dengan Program Officer YTS, Kepala<br />
Desa melakukan banyak revisi, bekerja keras di lapangan, dan<br />
juga di kantor YTS di Tumbang Miri dan Palangka Raya. Bulan<br />
Agustus, seorang konsultan didatangkan untuk melatih staf<br />
YTS tentang APBDes, memastikan mereka mampu memberi<br />
dampingan yang efektif. Pada saat yang sama, kami juga<br />
bertemu dengan Osner, staf senior Badan Pemberdayaan<br />
Masyarakat Desa untuk mendapat pemahaman lebih baik<br />
tentang ketentuan di Kab. Gunung Mas.<br />
membangun jalan desa, yang dilakukan oleh masyarakat.<br />
Aksi positif juga mulai muncul dimana masyarakat meminta<br />
Pemdes untuk menempelkan informasi, termasuk APBDes, di<br />
papan informasi desa agar dapat dibaca oleh umum. Selain<br />
itu, salah satu desa dampingan, Tumbang Korik, melibatkan<br />
masyarakat dalam menyusun APBDes, yang menunjukkan<br />
adanya peningkatan transparansi. Desa ini juga meminta<br />
YTS mendampingi mereka membuat laporan dan<br />
menyusun rancangan Perdes Pendapatan Desa. Sepertinya,<br />
dengan menyusun APBDes secara mandiri meningkatkan<br />
pemahaman Pemdes tentang tanggungjawab mereka untuk<br />
mengelola keuangan desa secara efektif.<br />
“Rasanya luar biasa dan sangat memuaskan bagi saya<br />
mendampingi mereka tahun ini,” kata Yuddis, staf YTS di Kec.<br />
Kahayan Hulu Utara. “Para Kades berkumpul di satu tempat<br />
dan berbagi tanggungjawab guna mendapatkan informasi<br />
cara menyusun APBDes. Mereka bertemu dengan pihak<br />
Kecamatan dan BPMD di Kuala Kurun. Mereka meminta<br />
kami bertahan di basecamp di Tb. Miri dan mendampingi<br />
mereka dengan APBDes-nya. Baru kali ini, mereka berinisiatif<br />
meminta penguatan kapasitas.” Lanjut Yuddis, tahun<br />
ini berbeda dari tahun sebelumnya karena proses dan<br />
mekanisme verifikasi dan pelaporan di tingkat Kabupaten<br />
lebih ketat.<br />
Hingga akhir September, Tumbang Ponyoi dan Tumbang<br />
Sian telah menerima Dana Desa dan digunakan untuk<br />
Staf YTS mendampingi Ganil (kiri), Gudwawan (tengah) dan Denny (paling kiri)<br />
untuk memahami struktur APBDes di basecamp YTS di Tumbang Miri<br />
Lokakarya Awal UNEP...<br />
Sambungan dari halaman 1<br />
menyorot empat poin utama untuk ditindaklanjuti dari<br />
Konvensi Minamata: (1) Bahaya Air Raksa bagi lingkungan<br />
dan kesehatan manusia; (2) kebutuhan teknologi alternatif<br />
untuk memroses emas berwawasan lingkungan; (3)<br />
pembaharuan RAN ; dan (4) Kementrian Energi dan<br />
Sumberdaya Mineral untuk melanjutkan koordinasi<br />
pelaksanaan RAN.<br />
2<br />
Kabar Itah - Edisi 45
Gunung Mas belajar dari Bandung Barat dan Sumedang<br />
Pak Waja J. Dulin dari Dinas Kesehatan Gunung Mas terkesan<br />
dengan keberhasilan Koperasi Susu lokal dalam mendukung<br />
pasokan produk susu. Koperasi ini memiliki 5,000 anggota<br />
yang mengelola 17,816 sapi, dan memproduksi total 132 ton<br />
susu per hari. “Saya rasa bagus jika masyarakat memiliki akses<br />
ke produk susu. Susu merupakan sumber nutrisi yang baik,<br />
terutama untuk anak-anak. Kita bisa memiliki generasi yang<br />
lebih sehat dan cerdas” ujar Waja, dan menambahkan bahwa<br />
Gunung Mas harus mencoba mengadopsi hal ini.<br />
Peserta mengunjungi gudang pakan yang dikelola oleh koperasi yang diketuai<br />
oleh Drh. Ramdhan (tengah)<br />
Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, dengan kantor<br />
pemerintah terpusat dalam satu lokasi menjadi inspirasi<br />
bagi 16 staf pemerintah Gunung Mas yang berkunjung<br />
belajar ke daerah ini tanggal 3-7 Agustus lalu. Semua<br />
setuju jika pengaturan seperti ini memudahkan koordinasi<br />
antar dinas, dan menghasilkan sistem perencanaan dan<br />
penganggaran yang lebih baik. Selama tiga hari, peserta<br />
belajar dari Kab. Bandung Barat dan Sumedang tentang<br />
bagaimana melaksanakan program perikanan dan peternakan;<br />
perencanaan dan penganggaran; dan standar layanan<br />
kesehatan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Delapan<br />
orang staf YTS juga turut serta sebagai bagian dari target<br />
Proyek Governance dalam membangun kapasitas staf<br />
pemerintah di Gunung Mas.<br />
Hari pertama di Bandung Barat, peserta memulai kunjungan<br />
ke kantor Perikanan dan Peternakan, dimana mereka belajar<br />
tentang sistem koperasi peternakan yang sukses. Khususnya<br />
Di hari kedua, peserta mengunjungi Kab. Sumedang dan<br />
berdiskusi serius tentang strategi Anggaran Pagu Indikatif<br />
dalam proses Musrenbang dan mekanisme penentuan alokasi<br />
anggaran kecamatan setiap tahun, menggunakan serangkaian<br />
indikator, seperti populasi, jumlah keluarga miskin, akses<br />
infrastruktur, dll.<br />
Peserta juga mengunjungi Puskesmas di Sumedang Selatan<br />
yang telah mendapatkan ISO 9001 – 2008, sertifikat bagi<br />
pemberi layanan kesehatan terstandarisasi, dan mempelajari<br />
cara Dinas Kesehatan mengelolanya. Beberapa staf dari<br />
Gunung Mas menyampaikan tentang buruknya akses jalan<br />
dan kurangnya tenaga kesehatan, yang akan menjadi kendala<br />
jika mereka memulai pendekatan yang sama. Namun, mereka<br />
memperlihatkan semangat untuk mengadopsi dasar sistem<br />
tata kelola yang baik ini.<br />
Secara keseluruhan, semua peserta kembali ke Gunung Mas<br />
dengan inspirasi bahwa hal ini dapatmenginisiasi tata kelola<br />
yang baik, meskipun dalam skala kecil. Simpei, staf Dinkannak<br />
Gunung Mas mengatakan bahwa kunjungan ini dapat menjadi<br />
jalan bagi mereka untuk merefleksi dan menjawab arah Renstra<br />
SKPD tahun 2014 – 2019.<br />
Pelatihan Budidaya Ikan Lele di Bogor<br />
Tanggal 24 hingga 26 Juli, Frind Imanuel dari YTS mengikuti<br />
pelatihan pemijahan ikan lele di Desa Sukabirus, Bogor,<br />
Jawa Barat. Pelatihan ini difasilitasi oleh Pusat Pelatihan Lele<br />
Organik Abah Nasrudin, sebuah lembaga non-pemerintah<br />
yang selama delapan tahun terakhir telah memberikan<br />
ratusan kelas pelatihan budidaya ikan lele kepada peserta<br />
dari seluruh Indonesia.<br />
Sebagaimana salah satu prinsip kami untuk memberikan<br />
dukungan maksimal bagi masyarakat dampingan, kami<br />
mengikuti pelatihan untuk meningkatkan kapasitas dan<br />
pengetahuan tentang topik tersebut. Selama pelatihan,<br />
pelaksana kegiatan memastikan seluruh peserta<br />
mendapatkan pengalaman di semua tahap budidaya ikan<br />
lele. Oleh karenanya kami terlibat langsung di setiap langkah:<br />
menyiapkan kakaban dan kolam untuk pemijahan, penetasan<br />
dan pemeliharaan; praktek seleksi indukan dan bibit ikan;<br />
memantau proses pemijahan dan penanganan pakan untuk<br />
memastikan keberhasilan usaha budidaya ikan lele.<br />
Setelah pelatihan, kami menggunakan pengetahuan yang<br />
diperoleh untuk meningkatkan isi proposal masyarakat<br />
kepada Pemprov. Enam kelompok tani di Bukit Batu akan<br />
mengajukan proposal usaha mereka pada bulan Oktober.<br />
Salah satu sesi pelatihan: peserta membersihkan kakaban sebelum menggunakannya<br />
untuk proses memijah ikan<br />
Kabar Itah - Edisi 45 3
Jafar: Magang di YTS<br />
Beriteraksi dengan masyarakat dan ikut serta di kegiatan<br />
lapangan merupakan bagian dari agenda magang Jafar di YTS<br />
Kilas Berita<br />
Pertama<br />
kali datang<br />
ke kantor<br />
YTS, saya<br />
sangat<br />
terkesan<br />
dengan<br />
bagaimana<br />
semua staf,<br />
mulai dari<br />
bagian<br />
keuangan sampai pelaksana program, terlihat menyukai<br />
pekerjaan mereka. Sejak awal saya melihat bahwa semua staf<br />
begitu menyelami proyek yang masing-masing tangani.<br />
Selama berada di kantor, saya mengamati semua staf terlihat<br />
sangat peduli dengan pekerjaan yang mereka lakukan.<br />
Tidak terasakan adanya kewajiban yang membosankan.<br />
Saya melihat atmosfer kerja yang positif. Hal yang paling<br />
saya sukai di sini adalah bahwa setiap pelaksana program<br />
sepertinya memiliki semacam otonomi dalam melakukan<br />
proyek mereka. Dengan setiap staf bertanggungjawab untuk<br />
proyek masing-masing, maka akuntabilitasnya menjadi kuat.<br />
Dengan waktu magang yang pendek, saya tidak berinteraksi<br />
dengan YTS sebanyak yang saya inginkan, namun dengan<br />
melakukan pekerjaan di salah satu proyek, saya belajar<br />
banyak tentang masyarakat yang didampingi organisasi ini.<br />
Di hari pertama ke lapangan, saya melihat interaksi yang<br />
sangat positif antara Pelaksana Program dan masyarakat.<br />
Meskipun hanya mengunjungi satu proyek, saya bisa<br />
mengetahui dari laporan tahunan dan dokumen lain<br />
bahwa YTS memberi dampak nyata bagi masyarakat desa.<br />
Layanan yang diberikan YTS tidak mudah untuk direplikasi,<br />
dan sepertinya sangat disesuaikan dengan kebutuhan<br />
fiskal masyarakat. YTS sangat mengenal dengan siapa<br />
mereka berinteraksi, menyesuaikan cara berkomunikasi<br />
dengan masyarakat dan dengan perusahaan besar serta<br />
donor. Ini merupakan keahlian yang membutuhkan banyak<br />
pengalaman dengan kedua kelompok tersebut, dan staf<br />
YTS memiliki hal tersebut. Dengan melakukan hal ini, YTS<br />
menyampaikan suara masyarakat.<br />
Sebagai penutup, apa yang membuat saya kagum dengan<br />
YTS adalah kemampuan dan ketertarikan mereka untuk<br />
selalu belajar. Kemampuan untuk menyerap lebih banyak<br />
informasi yang membuat sebuah organisasi menjadi modern<br />
dan sukses.<br />
Agenda<br />
Kalimantan Kids Club 2015-2016<br />
Akhirnya kami mengumumkan nama penerima Kalimantan Kids Club tahun<br />
akademik 2015-2016. Kami melanjutkan beasiswa untuk 28 siswa dari tahun<br />
lalu dan menyeleksi 30 penerima baru tahun ini, sehingga total ada 58 siswa<br />
tahun ini. Kami melakukan beberapa perubahan untuk memastikan program<br />
ini membantu para siswa yang sangat memerlukan bantuan untuk melanjutkan<br />
pendidikan mereka. Kami juga mengubah mekanisme pencairan dana:<br />
dilakukan satu kali per tahun pada bulan November.<br />
Membicarakan Kesejahteraan Sosial di Kalimantan<br />
Rapat Koordinasi Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial Regional Kalimantan<br />
dilakukan di Palangka Raya tanggal 27 Agustus. Dalam pidatonya, Menteri Sosial,<br />
Ibu Chofifah Indar Parawansa meminta Pemerintah Daerah untuk mendata keluarga<br />
miskin di wilayah mereka sehingga dapat mengakses program dan layanan yang<br />
disediakan oleh Pemerintah Indonesia seperti Kartu Sehat dan Kartu Pintar. Beliau<br />
menekankan pentingnya peran Pemerintah Desa, dan Pemerintah Kabupaten serta<br />
Daerah harus memberikan dukungan penuh dalam memastikan pelaksanaan yang<br />
maksimal. Kartu tersebut akan memampukan keluarga miskin untuk membeli<br />
minyak dan gas bersubsidi serta bantuan pendidikan untuk anak mereka.<br />
Pertemuan selama lima hari tersebut dihadiri oleh wakil dinas sosial dan<br />
penyelenggara program kesejahteraan, LSM dan perusahaan dari seluruh Pulau<br />
Kalimantan. Tujuannya adalah untuk menyusun agenda tahun 2016.<br />
Kunjungan Awal Artisanal Gold Council (AGC)<br />
AGC adalah lembaga yang memimpin proyek baru pertambangan tradisional<br />
dan skala kecil yang mendapat pendanaan utama dari pemerintah Kanada. Dua<br />
orang staf senior, Kevin Telmer dan Mike Williamson, datang ke Indonesia pada<br />
akhir September untuk memulai proses awal proyek. Selama kunjungan, mereka<br />
pergi ke Desa Kebonsari di Kab. Pacitan, Jawa Tengah untuk melihat lokasi<br />
demonstrasi YTS tentang teknologi pengolahan batuan emas bebas air raksa.<br />
Kami menunggu kedatangan mereka kembali pada akhir November untuk<br />
mengunjungi berbagai prospek lokasi sebagai komponen lapangan proyek ini.<br />
Oktober<br />
Proyek Kahayan & Tata Kelola Pemerintah<br />
Penguatan Kapasitas Pemerintah Desa & monitoring kegiatan mata<br />
pencaharian<br />
Studi tentang Tanggungjawab Sosial Perusahaan (CSR)<br />
Dampingan Teknis: Menyusun Raperda PIK dan FDM<br />
Proyek Bukit Batu<br />
Mengajukan proposal kelompok ke pemerintah<br />
Proyek UNEP - ASGM<br />
Demonstrasi Lapangan Bebas Air Raksa di Kab. Pacitan, Jawa Tengah<br />
November<br />
Proyek Kahayan & Tata Kelola Pemerintah<br />
Penguatan Kapasitas Pemerintah Desa & monitoring kegiatan mata<br />
pencaharian<br />
Pelatihan Musrenbang untuk SKPD dan Uji Modul<br />
Lokakarya Studi CSR<br />
Proyek Bukit Batu<br />
Pelatihan Pemijahan Ikan Lele<br />
Proyek UNEP - ASGM<br />
Demonstrasi Lapangan Terakhir dan Lokakarya Penutup di Jakarta<br />
Desember<br />
Proyek Kahayan & Tata Kelola Pemerintah<br />
Monitoring di Empat Desa Percontohan di Proyek Kahayan<br />
Proyek Bukit Batu<br />
Pelatihan Pemijahan Ikan Lele<br />
Proyek UNEP - ASGM<br />
Laporan Akhir UNEP<br />
Kabar Itah<br />
Kabar Itah adalah media informasi yang diterbitkan setiap triwulan oleh Yayasan Tambuhak Sinta<br />
(YTS), afiliasi PT Kalimantan Surya Kencana (KSK), sebuah perusahaan eksplorasi mineral.<br />
Diterbitkan Oleh:<br />
Yayasan Tambuhak Sinta<br />
Jl. Rajawali VII, Srikandi III No. 100<br />
Bukit Tunggal Palangka Raya 73112<br />
Kalimantan Tengah-Indonesia<br />
Telp. +62 (0536) 3237184<br />
Fax. +62 (0536) 3229187<br />
Email:tambuhaksinta@gmail.com<br />
Website: www.tambuhaksinta.com<br />
Rekening Bank:<br />
Yayasan Tambuhak Sinta<br />
BNI 1946<br />
Cabang Palangka Raya<br />
Kalimantan Tengah<br />
INDONESIA<br />
Nomor 0114981608<br />
Swift: BNINIDJA<br />
4<br />
Kabar Itah - Edisi 45