19.12.2012 Views

Dukung SEA Games XXVI - Ditjen Cipta Karya

Dukung SEA Games XXVI - Ditjen Cipta Karya

Dukung SEA Games XXVI - Ditjen Cipta Karya

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

liputan Khusus<br />

<strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> Alirkan Air ke Kawasan<br />

Bandara Internasional Lombok 10<br />

Edisi 11/Tahun IX/November 2011<br />

inFo baru 2<br />

Ada ‘Keseimbangan’di A<strong>SEA</strong>N Fair<br />

dari Desa Penglipurani 17<br />

Penataan Kawasan<br />

Formulasi<br />

dan KuantiFiKasi<br />

KebijaKan dan strategi<br />

<strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> terKait<br />

perubahan iKlim<br />

Jakabaring Sport City<br />

<strong>Dukung</strong><br />

<strong>SEA</strong> <strong>Games</strong> <strong>XXVI</strong>


http://ciptakarya.pu.go.id<br />

Pelindung<br />

Budi Yuwono P<br />

Penanggung Jawab<br />

Antonius Budiono<br />

Dewan Redaksi<br />

Susmono, Danny Sutjiono, M. Sjukrul<br />

Amin, Amwazi Idrus, Guratno Hartono,<br />

Tamin MZ. Amin, Nugroho Tri Utomo<br />

Pemimpin Redaksi<br />

Dian Irawati, Sudarwanto<br />

Penyunting dan Penyelaras Naskah<br />

T.M. Hasan, Bukhori<br />

Bagian Produksi<br />

Erwin A. Setyadhi, Djoko Karsono,<br />

Diana Kusumastuti, Bernardi Heryawan,<br />

M. Sundoro, Chandra RP. Situmorang,<br />

Fajar Santoso, Ilham Muhargiady,<br />

Sri Murni Edi K, Desrah,<br />

Wardhiana Suryaningrum, R. Julianto,<br />

Bhima Dhananjaya, Djati Waluyo Widodo,<br />

Indah Raftiarty, Danang Pidekso<br />

Bagian Administrasi & Distribusi<br />

Luargo, Joni Santoso, Nurfathiah<br />

Kontributor<br />

Dwityo A. Soeranto, Hadi Sucahyono,<br />

Nieke Nindyaputri, R. Mulana MP. Sibuea,<br />

Adjar Prajudi, Rina Farida, Didiet A. Akhdiat,<br />

RG. Eko Djuli S, Dedy Permadi, Th Srimulyatini<br />

Respati, Joerni Makmoerniati, Syamsul Hadi,<br />

Hendarko Rudi S, Iwan Dharma S, Rina Agustin,<br />

Handy B. Legowo, Dodi Krispatmadi,<br />

Rudi A. Arifin, Endang Setyaningrum,<br />

Alex A. Chalik, Djoko Mursito, N. Sardjiono,<br />

Oloan M. Simatupang, Hilwan, Kun Hidayat S,<br />

Deddy Sumantri, Halasan Sitompul, Sitti<br />

Bellafolijani, M. Aulawi Dzin Nun, Ade Syaiful<br />

Rahman, Aryananda Sihombing, Agus Achyar,<br />

Ratria Anggraini, Dian Suci Hastuti,<br />

Emah Sudjimah, Susi MDS Simanjuntak,<br />

Didik S. Fuadi, Kusumawardhani, Airyn Saputri,<br />

Budi Prastowo, Aswin G. Sukahar,<br />

Wahyu K. Susanto, Putri Intan Suri,<br />

Siti Aliyah Junaedi<br />

Alamat Redaksi<br />

Jl. Patimura No. 20, Kebayoran Baru 12110<br />

Telp/Fax. 021-72796578<br />

Email<br />

publikasi_djck@yahoo.com<br />

Redaksi menerima artikel, berita,<br />

karikatur yang terkait bidang cipta<br />

karya dan disertai gambar/foto<br />

serta identitas penulis. Naskah<br />

ditulis maksimal 5 halaman A4,<br />

Arial 12. Naskah yang dimuat akan<br />

mendapat insentif.<br />

daftar isi<br />

NOVEMBER 2011<br />

Berita Utama<br />

4 Penataan Kawasan<br />

Jakabaring Sport City<br />

<strong>Dukung</strong> <strong>SEA</strong> <strong>Games</strong> <strong>XXVI</strong><br />

Liputan Khusus<br />

10 <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> Alirkan Air<br />

ke Kawasan Bandara<br />

Internasional Lombok<br />

Info Baru<br />

14 PISEW Merajut Simpul<br />

Wilayah dengan KSK<br />

17 Ketika Keramahan<br />

‘Penglipuran’Menyapa<br />

A<strong>SEA</strong>N<br />

21 Tambah Kapasitas IPA<br />

Donorejo Atasi Kekeringan<br />

Pacitan<br />

23 PAMSIMAS Terus<br />

Melenggang Hingga 2016<br />

Inovasi<br />

25 Sistem Penyediaan Air<br />

Minum (SPAM) Regional<br />

Jateng Upaya untuk<br />

Mencapai Target MDGs<br />

2015<br />

27 Formulasi dan Kuantifikasi<br />

Kebijakan dan Strategi <strong>Cipta</strong><br />

<strong>Karya</strong> Terkait Perubahan<br />

Iklim<br />

Gema PNPM<br />

30 Vice President ADB Kunjungi<br />

RIS-PNPM di Babakan Loa<br />

Lensa CK<br />

32 World Delta Summit Jakarta<br />

Convention Center, 21-24<br />

Nopember 201 “The Pulse<br />

of Deltas and the Fate of our<br />

Civilization’<br />

4<br />

25<br />

14


Foto Cover : Foto udara kompleks<br />

Jakabaring Sport City<br />

Palembang<br />

( Foto : dok. Dit. PBL)<br />

.....Suara Anda<br />

Bedah Dusun Ploso Pacitan<br />

Kami masyarakat lingkungan RW 05 dan 06 Kelurahan Ploso, Kabupaten<br />

Pacitan sudah mengajukan proposal Bedah Dusun ke Gubernur Jawa<br />

Timur, Kepala Dinas <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> Provinsi Jawa Timur, Bupati Pacitan,<br />

Bappeda Pacitan, <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> Pacitan. Isi proposal tersebut yaitu<br />

permohonan bantuan material / bahan untuk peningkatan prasarana<br />

lingkungan dan peningkatan sarana sanitasi rumah warga miskin.<br />

Pelaksanaan dengan cara Gotong Royong Warga. Minta bantuan agar<br />

usulan kami dapat terealisasi.<br />

Imam Syafid, Pacitan<br />

editorial<br />

Penataan Kawasan Tidak Hanya Urusan Membangun<br />

Tidak ada kerja keras yang membahagiakan selain membuahkan hasil yang menggembirakan. Seperti<br />

partisipasi masyarakat dan stakeholders dalam mensukseskan gelaran Sea <strong>Games</strong> <strong>XXVI</strong> di Palembang<br />

dan Jakarta. Kementerian Pekerjaan Umum, khususnya Direktorat Jenderal <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> turut berbangga<br />

dengan prestasi Indonesia dalam mensukseskan Sea <strong>Games</strong> di Palembang. <strong>Dukung</strong>an <strong>Ditjen</strong> <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong><br />

dalam Penataan Kawasan di Jakabaring Sport City berhasil menyulap kawasan ini menjadi destinasi wisata<br />

yang menarik bagi masyarakat dan tempat latihan yang kondusif bagi para atlet.<br />

Penataan sebuah kawasan tidak saja urusan membangun, tapi perlu dikedepankan rasa kepemilikan<br />

masyarakat dan perencanaan yang berkelanjutan. Di dalamnya harus mengintegrasikan semua prasarana<br />

dan sarana yang tidak melenceng dengan tata ruang yang ada. Integrasi tersebut mencakup penyediaan<br />

prasarana dan sarana air minum, jalan, drainase, ruang terbuka hijau, dan infrastruktur vital lainnya.<br />

Penataan kawasan akan lebih indah jika dapat ditiru oleh daerah lain untuk menata kawasannya, baik di<br />

pusat olahraga maupun tempat vital lain.<br />

Penataan kawasan tidak saja membuat wajah kota menjadi indah dan menarik, tapi berdampak pada<br />

terdongkraknya aktifitas ekonomi multiple effects lainnya. Kegiatan ini tak bisa terwujud tanpa dukungan<br />

peraturan perundangan dan kearifan lokal. Tidak hanya dari perencanaan dan pelaksanaan, bahkan dalam<br />

mengatur efek dari penataan pun perlu kebijakan yang tepat.<br />

Pilihan tema ini dalam Buletin <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> Edisi November 2011 tidak saja mempublikasikan sebuah<br />

penataan kawasan, melainkan tujuan jangka panjangnya adalah penyadaran semua pihak untuk<br />

memperlakukan kota sebagai rumah bersama.<br />

Selamat membaca dan berkarya!<br />

Kepada Yth. Bapak Imam Syafid di Pacitan<br />

Proposal dapat dikirimkan ke Dinas PU/<strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> kabupaten/kota<br />

setempat. Di dinas tersebut selanjutnya dapat ditindaklanjuti untuk<br />

masuk dalam RPIJM (Rencana Program Investasi Jangka Menengah).<br />

dan selanjutnya dapat menjadi program/pekerjaan yang dapat<br />

diusulkan pemkab/pemkot setempat untuk mendapatkan pendanaan<br />

dari APBD kabupaten/kota, APBD Provinsi atau APBN <strong>Ditjen</strong> <strong>Cipta</strong><br />

karya sesuai dengan sektor terkait (air minum, PLP/sanitasi, penataan<br />

lingkungan, atau pengembangan kawasan permukiman).<br />

Redaksi menerima saran maupun tanggapan terkait bidang <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> ke email publikasi_djck@yahoo.com atau saran dan pengaduan di www.pu.go.id<br />

Buletin <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> - 11/Tahun IX/November 2011 � 3


Berita Utama<br />

KKota Palembang telah dicanangkan oleh Presiden<br />

RI Susilo Bambang Yudhoyono sebagai<br />

“Kota Wisata Air”, seperti Bangkok di Thailand<br />

dan Phnom Penh di Kamboja. Dengan luas<br />

wilayah Kota Palembang adalah 102,47 Km²<br />

dan ketinggian rata-rata 8 meter dari permukaan<br />

laut. Letak Palembang cukup strategis<br />

karena dilalui oleh jalan Lintas Sumatera yang<br />

menghubungkan antar provinsi di Pulau Sumatera.<br />

Selain itu di Palembang juga terdapat<br />

Sungai Musi yang dilintasi Jembatan Ampera<br />

dan berfungsi sebagai sarana transportasi<br />

dan perdagangan antar wilayah.<br />

Prestasi Indonesia tak lepas dari usaha<br />

keras atlet, ofisial, dan dukungan yang tak<br />

henti dari semua lapisan masyarakat. Ma-<br />

4 �Buletin <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> - 11/Tahun IX/November 2011<br />

Penataan Kawasan Jakabaring Sport City<br />

<strong>Dukung</strong> <strong>SEA</strong> <strong>Games</strong> <strong>XXVI</strong><br />

Ingar bingar persiapan Indonesia menyiapkan gelaran <strong>SEA</strong> <strong>Games</strong> ke <strong>XXVI</strong> menjadi<br />

sorotan, terutama persiapan pembangunan beberapa venue di kawasan Jakabaring Sport<br />

City, Palembang. Namun berbagai kritik dan sorotan itu dibayar lunas dengan rampungnya<br />

semua fasilitas menjelang penyelenggaraan. Apalagi, pada akhirnya Indonesia sukses<br />

menjadi juara umum ajang olahraga yang diikuti 11 negara itu.<br />

syarakat Kota Palembang dan para pendatang<br />

yang mendukung para atlet dimanjakan<br />

dengan suasana Jakabaring Sport City.<br />

Hal itu tak lepas dari kontribusi Kementerian<br />

Pekerjaan Umum yang membangun prasarana<br />

dan sarana pendukung berupa jalan,<br />

air minum, drainase, hingga penghijauan kawasan<br />

ini dengan Ruang Terbuka Hijau (RTH).<br />

RTH ini melengkapi kecantikan Kota Palembang<br />

yang didaulat sebagai tuan rumah Sea<br />

<strong>Games</strong> <strong>XXVI</strong> bersama Jakarta.<br />

Selama persiapan, Pelembang sudah<br />

membangun venue yang dibutuhkan, fasilitas<br />

seperti wisma atlet, dan perkantoran. Selain<br />

itu juga didukung dengan prasarana dan<br />

sarana penunjang seperti akses jalan, parkir,<br />

Erwin A. Setyadhi *)<br />

air minum dan drainase. Hal lain yang tak<br />

kalah penting adalah melakukan penataan<br />

kawasan Jakabaring dengan pengembangan<br />

rruang-ruang publik seperti ruang terbuka,<br />

gerbang kawasan, pedestrian, plaza penerima,<br />

dan amenitas kawasan seperti tempat<br />

duduk, penandaan, penataan lampu, serta<br />

pohon pelindung dan pengarah kawasan.<br />

Semua fasilitas itu mewujud menjadi tempat<br />

rekreasi yang nyaman dan menyenangkan<br />

selama penyelenggaraan maupun setelahnya.<br />

Kepala Dinas Pekerjaan Umum <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong><br />

Provinsi Sumatera Selatan Rizal Abdullah menyatakan<br />

kebanggaannya mewakili masyarakat<br />

Sumatera Selatan. “Ini kali pertama Sea


Foto-foto : dok. Dit. PBL<br />

<strong>Games</strong> diselenggarakan di luar Jakarta. Kami<br />

bangga dan bertekad mensukseskannya,”<br />

tandasnya.<br />

Pembangunan venues dan fasilitas umum<br />

lainnya, menurut Rizal, harus ditata sedemikian<br />

rupa agar multifungsi satu sama lainnya.<br />

Penataan kawasan harus juga didukung dengan<br />

penghijauan untuk mendukung gerakan<br />

‘go green’, penghematan energi, memanfaatkan<br />

jenis tanaman yang bisa menyerap air<br />

dan CO2.<br />

Penataan kawasan di wilayah Jakabaring,<br />

terutama stadion Jakabaring, menghasilkan<br />

RTH yang dilengkapi penataan lansekap yang<br />

hijau dan berkelas. Hal ini berkaitan dengan<br />

beberapa komponen penataan kawasan<br />

yang menjadi komitmen <strong>Ditjen</strong> <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong>,<br />

yaitu menciptakan ruang terbuka hijau,<br />

drainase, dan penyediaan air minum.<br />

Terciptanya kawasan yang nyaman, sehat,<br />

bersih dan indah adalah harapan semua masyarakat.<br />

Hal ini yang menjadi perhatian bagi<br />

<strong>Ditjen</strong> <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> dalam program penataan<br />

kawasan kota. Pembangunan Kawasan Sport<br />

Center Jakabaring, menjadi bukti perwujudan<br />

tertatanya sebuah kawasan publik yang<br />

tidak hanya dipusatkan pada pembangunan<br />

dan revitalisasi penataan lansekap saja tapi<br />

juga pembangunan sistem penyediaan air<br />

minum dan pembangunan drainase primer.<br />

Stadion Gelora Sriwijaya yang juga disebut<br />

Stadion Jakabaring adalah stadion mul-<br />

BERITAUTAMA<br />

Foto Atas : Amenitas kawasan berupa tempat duduk di sekitar pedestrian melengkapi indahnya<br />

penataan kawasan JBC<br />

Foto Bawah : Aktifitas pekerja dan masyarakat mengabadikan kegiatan penataan kawasan plaza JBC<br />

Foto Kiri : Sign Board kapal Sriwijaya diletakkan di tengah lingkaran depan plaza JBC<br />

tifungsi terbesar ketiga di Indonesia setelah<br />

Stadion Bung Karno dan Stadion Palaran.<br />

Terletak di Palembang, Indonesia, stadion ini<br />

juga diakui sebagai salah satu stadion terbaik<br />

yang bertaraf internasional. Stadion ini<br />

dibangun 1 Januari 2001, ditujukan untuk<br />

penyelenggaraan PON XVI.<br />

Kini, stadion ini telah sukses menjadi<br />

tempat perhelatan yang lebih besar yaitu<br />

<strong>SEA</strong> GAMES <strong>XXVI</strong>. Pembangunan venues <strong>SEA</strong><br />

GAMES <strong>XXVI</strong> di kawasan 300 ha Jakabaring<br />

Sport Center memiliki konsep pembangunan<br />

berwawasan lingkungan hijau. Diperlukan<br />

sarana dan prasarana pendukung seperti<br />

Ruang Terbuka Hijau, yang dapat digunakan<br />

oleh masyarakat untuk bersosialisasi melalui<br />

Buletin <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> - 11/Tahun IX/November 2011 � 5


kegiatan olahraga ataupun rekreasi.<br />

Ahli Arsitektur Lansekap, Bintang Nugroho,<br />

yang menjadi Tim Pengembangan<br />

Jakabaring Sport City (JSC) menjelaskan, gerbang<br />

kawasan JSC yang baru berupa rangka<br />

kapal dengan memanfaatkan eksisting anjungan<br />

dan kemudian dilengkapi dengan<br />

sign board baru berupa kapal. Setelah masuk<br />

area, kita bisa menemui ruang terbuka hijau<br />

yang luas dan dilengkapi dengan jogging<br />

track bagi masyarakat.<br />

“Di sini merupakan daerah yang panas,<br />

6 �Buletin <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> - 11/Tahun IX/November 2011<br />

Foto Atas : Pengerjaan pemasangan rumput di kompleks stadion Jakabaring<br />

Foto Bawah : Jogging track di kawasan JBC<br />

Foto Kanan : Masyarakat asyik menikmati kemegahan JBC nan asri<br />

makanya di RTH kami tanami pohon pene duh<br />

seperti trembesi (samanea saman), mahoni,<br />

pule, dan beberapa jenis palm untuk melengkapi<br />

ornamen atau hiasan,” kata Bintang.<br />

Selain itu, dalam perawatan ke depan,<br />

Pemda juga memerlukan perawatan khusus<br />

selama enam bulan ke depan karena area Jaka<br />

baring ini sebagiannya adalah bekas rawa,<br />

seperti dengan perbaikan tanah dan menjaga<br />

kebersihan lingkungan. Pembangunan<br />

JSC yang bertaraf internasional ini juga akan<br />

semakin membangkitkan perekonomian ko-<br />

Foto-foto : dok. Dit. PBL<br />

ta karena bisa menjadi tempat penyelenggaraan<br />

event-event olahraga skala internasional.<br />

Potensi ekonomi yang akan berkembang<br />

seiring adanya JSC harus segera ditata ke depannya<br />

agar tidak menambah permasalahan<br />

kota Palembang.


Dengan motto “membangun karakter,<br />

meraih prestasi”, penataan lansekap Gelora<br />

Jakabaring atau Jakabaring Sport City, ditujukan<br />

untuk membangun semangat dan<br />

rasa kebanggaan atas nilai-nilai luhur yang<br />

dijunjung tinggi dalam budaya olahraga dan<br />

sportivitas. Hal ini terlihat dari unsur monumental<br />

dan ornamen dari bangunan Jakabaring<br />

Sport City.<br />

Khusus untuk penataan Ruang Terbuka<br />

Hijau, memanfaatkan unsur softscape dari<br />

berbagai jenis tanaman yang memliki fungsi<br />

BERITAUTAMA<br />

estetis dan ekologis. Beberapa jenis tanaman<br />

yang dipakai untuk penataan lansekap juga<br />

dipilih dengan teliti sesuai manfaat dan keindahannya.<br />

Awalnya Stadion ini diberi nama berdasarkan<br />

kemaharajaan maritim Sriwijaya yang<br />

Buletin <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> - 11/Tahun IX/November 2011 � 7


erpusat di Palembang. Pada saat itu Kerajaan<br />

Sriwijaya berhasil mempersatukan wilayah<br />

barat Nusantara pada abad 7 sampai dengan<br />

abad 12. Sebagai bentuk rasa bangga dan<br />

semangat akan kejayaan kerajaan maritim<br />

Sriwijaya, maka pada penataan area di wilyah<br />

Jakabaring Sport City, mengambil tema kapal<br />

Sriwijaya.<br />

Hal ini terlihat dari beberapa pembagian<br />

area. Area 1 Gerbang Kawasan Stadion. Terdapat<br />

enam buah menara pada masing-masing<br />

sisi yang memvisualisasikan kapal Sriwi-<br />

8 �Buletin <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> - 11/Tahun IX/November 2011<br />

Penataan wilayah di Jakabaring mencakup banyak aspek. Tidak<br />

hanya memperhatikan kesediaan bangunan tapi juga masalah<br />

kesediaan air minum dan sistem drainase.<br />

jaya yang sedang berlabuh dan juga sebagai<br />

simbolisasi petualangan Kapal Sriwijaya. Selain<br />

itu, juga tampak landmark Kawasan Olah<br />

Raga Jakabaring, berbentuk kapal.<br />

Sedangkan untuk Area 2, 3, 8 dan 11 lebih<br />

fokus pada pengerjaan Plaza, jogging track<br />

dan taman. Untuk plaza nya sendiri terdapat<br />

rumput yang ditata sedemikian rupa mem-


Foto-foto : dok. Dit. PBL<br />

bentuk gelombang seperti ombak.<br />

Pupul, atlet ski air Indonesia pada Sea<br />

<strong>Games</strong> mengakui manfaat dari penataan<br />

kawasan JSC dalam mendukung pesta olah<br />

raga se A<strong>SEA</strong>N ini. “Saya salut, karena selama<br />

ini belum ada danau yang terintegrasi<br />

de ngan arena lain. Biasanya memisah jauh<br />

dari pusat arena olahraganya. Saya berharap<br />

de ngan fasilitas seperti ini bisa sering digunakan<br />

pertandingan skala internasional,” ujar<br />

Pupul.<br />

Lain lagi dengan Oktarina, seorang maha-<br />

Foto Atas : Gerbang masuk kompleks JBC berupa imaji petualangan kapal sriwijaya<br />

Foto Kiri : Masyarakat menikmati suasana JBC di jogging track<br />

siswa setempat, ia berharap dengan adanya<br />

JSC yang sudah bertaraf internasional akan<br />

melahirkan para atlet asal Palembang yang<br />

berprestasi, baik tingkat nasional maupun<br />

internasional. Sementara temannya bernama<br />

Yoan Pratama berharap, selain menjadi tempat<br />

rekreasi yang menyehatkan, ia juga bisa<br />

mengembangkan hobi fotografinya.<br />

<strong>Dukung</strong>an Air Minum dan Drainase<br />

Dalam rangka mendukung pelaksanaan Sea<br />

<strong>Games</strong> ke-26 Direktorat Jenderal <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong><br />

Kementerian Pekerjaan Umum melalui Satker<br />

Pengembangan Kinerja Pengelolaan Air<br />

Minum Provinsi Sumatera Selatan melaksanakan<br />

kegiatan pembangunan Sistem Penyediaan<br />

Air Minum untuk melayani tempattempat<br />

pertandingan di Jakabaring.<br />

Penyediaan Air Minum di lokasi Jakabaring<br />

Sport Center, sangat penting keberadaannya.<br />

Mengingat para atlet yang nantinya<br />

akan bertanding di tempat ini, pasti membutuhkan<br />

air minum yang sehat dalam jumlah<br />

yang banyak. Air yang dipasok berasal dari<br />

Instalasi Pengelolaan Air Ogan, yang berada<br />

di seberang PDAM Tirta Musi Palembang<br />

dengan kapasitas 600 liter/detik, yang kemudian<br />

dialirkan ke chlorinator yang dibangun<br />

di wilayah Jakabaring. Selanjutnya air dengan<br />

kualitas portable water tersebut dialirkan ke<br />

tempat-tempat pertandingan.<br />

Penataan wilayah di Jakabaring mencakup<br />

banyak aspek. Tidak hanya memperhatikan<br />

kesediaan bangunan tapi juga masalah<br />

kesediaan air minum dan sistem drainase.<br />

Sistem Drainase menjadi penting dalam pe-<br />

BERITAUTAMA<br />

nataan lingkungan di wilayah Jakabaring,<br />

karena berhubungan dengan aliran air baik<br />

untuk kebutuhan Jakabaring Sport City itu<br />

sendiri maupun daerah di sekitarnya.<br />

Pembangunan drainase primer di kawasan<br />

Jakabaring Sport City memiliki beberapa<br />

potensi penting. Salah satunya adalah untuk<br />

menjaga ketinggian air permukaan agar<br />

tetap stabil guna penyelengaraan olahraga<br />

air pada event Sea <strong>Games</strong> Ke-26. Selain itu<br />

untuk memanfaatkan air dengan menahan<br />

air dalam sumur resapan dan kolam-kolam<br />

retensi. Hal ini dilakukan untuk menghindari<br />

genangan air di kawasan-kawasan tertentu.<br />

Penataan kawasan yang sudah dilakukan<br />

oleh <strong>Ditjen</strong> <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> Kementerian Pekerjaan<br />

Umum, tentu saja dapat berhasil atas<br />

kerjasama dan dukungan dengan pemerintah<br />

setempat dan masyarakat. Semua ini dilakukan<br />

demi kese jahteraan masyarakat untuk<br />

mendapatkan ling kungan yang terpadu.<br />

Peran serta <strong>Ditjen</strong> <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> Kementerian<br />

Pekerjaan Umum dalam penataan kawasan<br />

merupakan bentuk pelayanan kepada<br />

masyarakat agar mendapatkan lingkungan<br />

per mukiman dengan sarana dan prasarana<br />

yang layak. Tentu saja hal ini menjadi harapan<br />

semua masyarakat Indonesia. Jadi, mari kita<br />

dukung bersama program-progam Kementerian<br />

Pekerjaan Umum, melalui <strong>Ditjen</strong> <strong>Cipta</strong><br />

karya.<br />

*) Kepala Seksi Pengelolaan Informasi dan<br />

Komunikasi Publik, Subdit Data dan<br />

Informasi, Direktorat Bina Program,<br />

<strong>Ditjen</strong> <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong>, Kementerian<br />

Pekerjaan Umum<br />

Buletin <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> - 11/Tahun IX/November 2011 � 9


Liputan Khusus<br />

10 �Buletin <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> - 11/Tahun IX/November 2011<br />

<strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> Alirkan Air<br />

ke Kawasan Bandara<br />

Internasional Lombok<br />

T.M Hasan *) & Bambang Eko **)<br />

Bandara Internasional Lombok (BIL) sudah diresmikan oleh Presiden Susilo Bambang<br />

Yudhoyono pada 1 September 2011 lalu. Dua bulan setelahnya, BIL yang berlokasi di Desa<br />

Tanak Awu, Lombok Tengah, dan luas 551 ha itu beberapa tahun lagi akan nampak asri<br />

dengan dimulainya penghijauan. Sekitar 20 ribu bibit pohon Trembesi, Ketapang, dan Raju<br />

Mas sudah ditanam, 10 ribu diantaranya disumbangkan Presiden SBY saat peresmian.<br />

Bandara Internasional Lombok, NTB<br />

Foto : TM Hasan


Selain penghijauan, kenyamanan BIL juga dilengkapi<br />

akses air minum yang aman setelah<br />

dibangunnya Sistem Penyediaan Air Minum<br />

(SPAM) Tibunangklok. SPAM tersebut hasil Kolaborasi<br />

pemerintah pusat dan daerah melalui<br />

Direktorat Jenderal <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> Kementerian<br />

Pekerjaan Umum dan Satuan Kerja Pengembangan<br />

Kinerja Pengelolaan (PKP) Air Minum<br />

Provinsi Nusa Tenggara Barat. Selain melayani<br />

kebutuhan air di bandara, SPAM ini juga melayani<br />

Masyarakat Berpenghasilan Rendah<br />

(MBR) di sekitarnya.<br />

Bandara Internasional Lombok saat ini<br />

mem butuhkan air minum 700 m 3 tiap harinya.<br />

Kebutuhan tersebut dapat dilayani oleh SPAM<br />

Tibunangklok dengan debit 150 liter per detik<br />

atau dari Instalasi Pengolahan Air (IPA) Batujai.<br />

Di Bandara juga telah disiapkan 3 unit sumur<br />

pompa cadangan dengan kapasitas masingmasing<br />

sebesar 10 liter per detik.<br />

SPAM Tibunangklok dengan kapasitas 150<br />

liter per detik dibangun untuk melayani kebutuhan<br />

air minum bagi MBR di kawasan Lombok<br />

Tengah bagian selatan. Kawasan ini memiliki 2<br />

sistem, yaitu Tibunangklok dan Batujai dengan<br />

kapasitas 200 liter per detik. SPAM Batujai diperuntukkan<br />

bagi kawasan komersial di kawasan<br />

Lombok Tengah bagian selatan, termasuk kawasan<br />

wisata Kuta.<br />

Rencananya, untuk mencukupi kebutuhan<br />

di kawasan BIL ke depannya akan dikembangkan<br />

IPA Penujak kapasitas 200 liter<br />

per detik. IPA ini dibangun tahun 1995 dengan<br />

pengambilan air dari Dam Batujai. Untuk<br />

pe ngelolaannya kemungkinan akan dikerjasamakan<br />

dengan pihak swasta oleh PDAM<br />

Kabupaten Lombok Tengah. Nantinya, tanggungjawab<br />

untuk merehabilitasi dan meningkatkan<br />

kinerja IPA Penujak dibebankan kepada<br />

pihak swasta. Perkiraan biaya biaya untuk kerjasama<br />

de ngan pihak swasta tersebut sekitar<br />

Rp 82 miliar untuk membangun antara lain<br />

rehabilitasi IPA, pemasangan pipa, pembangunan<br />

reservoir Bontor, dan pembebasan tanah.<br />

SPAM Tibunangklok<br />

Pertambahan penduduk di Lombok Tengah<br />

membawa efek meluasnya daerah permukiman,<br />

dan semakin pesatnya perkembangan<br />

pusat-pusat perekonomian. Ditambah lagi<br />

dengan pembangunan Bandara Internasional<br />

Lombok dan rencana pembangunan kawasan<br />

pariwisata Kuta.<br />

Bertambahnya penduduk sama dengan<br />

meningkatnya kebutuhan pokok manusia, tak<br />

terkecuali air minum. Peningkatan pelayanan<br />

air minum dengan harga yang terjangkau oleh<br />

PDAM setempat perlu dikelola dengan baik<br />

agar terjaga kualitas, kuantitas, dan keberlanjutannya.<br />

Pada tahun 2010, jumlah penduduk Lombok<br />

Tengah sekitar 856.675 jiwa dan jumlah<br />

penduduk di wilayah pelayanan sekitar<br />

583.578 jiwa (68%). Jumlah Sambungan<br />

Rumah (SR) saat ini sebanyak 26.011 unit<br />

atau ekuivalen dengan 156.066 jiwa. Dengan<br />

kata lain, tingkat pelayanan secara total baru<br />

mencapai 26,74% penduduk di wilayah pelayanan,<br />

atau 18,22% dari penduduk Kabupaten<br />

Lombok Tengah. Dari angka-angka tersebut,<br />

tingkat pelayanan yang sudah dicapai kabupaten<br />

ini masih tergolong rendah jika mengacu<br />

pada target MDGs 2015 dimana harus<br />

mencapai pelayanan 60% dari jumlah penduduk<br />

Lombok Tengah.<br />

Pengembangan jaringan distribusi air<br />

minum sangat dibutuhkan dan disesuaikan<br />

dengan eksisting dan peningkatan kapasitas<br />

pelayanan di pusat kota. Sejak tahun 1991,<br />

sistem penyediaan air minum Kabupaten<br />

Lombok Tengah dikelola oleh PDAM Lombok<br />

Tengah dengan tujuan untuk menyelenggarakan<br />

pelayanan air minum guna memenuhi<br />

kebutuhan dasar, dan meningkatkan aspek<br />

kesehatan, sosial, kesejahteraan dan pelayanan<br />

umum.<br />

Dalam rangka pemenuhan kebutuhan<br />

tersebut, pada tahun 2008, Direktorat Jenderal<br />

<strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> melalui Satker PKP Air Minum<br />

Provinsi NTB mulai membangun SPAM Tibunangklok<br />

dengan debit rencana 150 liter per<br />

detik. Sasarannya adalah MBR di desa-desa<br />

yang terlalui jaringan perpipaan MBR di Kota<br />

Praya dan desa MBR di daerah sekitar Bandar<br />

Pipa transmisi air minum untuk suplay ke bandara dan desa sekitarnya<br />

Foto : TM Hasan<br />

LIPUTANKHUSUS<br />

Bambang Eko<br />

Kasatker Peningkatan Kinerja Pengelolaan<br />

Air Minum Provinsi Nusa Tenggara Barat<br />

Udara Internasional Lombok (BIL) dan Pantai<br />

Wisata Kuta. Khusus untuk bandara disediakan<br />

sekitar 10 lt/dtk.<br />

SPAM ini bersumber dari mata air Tibunangklok<br />

yang terletak di Desa Aik Berik Kecamatan<br />

Batukliang Utara dengan jarak sekitar<br />

35 km ke utara dari Kota Praya. Mata air ini<br />

mempunyai kapasitas cukup besar sekitar 300<br />

l/dt. PDAM sudah memanfaatkannya pada tahun<br />

2004 dengan debit pengambilan sekitar<br />

50 l/dt untuk memenuhi sebagian wilayah Kecamatan<br />

Kopang dan Kecamatan Janapria.<br />

Pada tahun 2008 dibangun Broncaptering<br />

Buletin <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> - 11/Tahun IX/November 2011 � 11


Kegiatan<br />

1 Tahun 2008<br />

- Broncaptering<br />

- Pembangunan BPT<br />

- Resvoir kap. 2000 m 3<br />

- Jaringan Perpipaan Ø 250 s/d 400 mm<br />

- Pemasangan Sambungan Rumah<br />

2 Tahun 2009<br />

- Resvoir kap. 1000 m 3<br />

- Jaringan Perpipaan Ø 150 s/d 300 mm<br />

- Pemasangan Sambungan Rumah<br />

- Talud Pengamanan Broncaptering<br />

3 Tahun 2010<br />

- Resvoir kap. 1000 m 3<br />

- Jaringan Perpipaan Ø 200 s/d 300 mm<br />

- Pemasangan Sambungan Rumah<br />

4 Tahun 2010<br />

- Resvoir kap. 500 m 3<br />

- Jaringan Perpipaan Ø 150 s/d 200 mm<br />

- Bangunan Penunjang<br />

JUMAH<br />

(bangunan penangkap air) dengan kapasitas<br />

150 liter per detik, termasuk reservoir 2000 m 3<br />

di Pagutan. Tahun yang sama juga dipasang<br />

pipa transmisi yang menghubungkan broncaptering<br />

ke reservoir dengan menyasar daerah<br />

perlayanan antara lain Kota Praya 100 liter<br />

per detik, Praya Tengah 15 liter per detik, dan<br />

Praya Barat 35 liter per detik.<br />

Pembiayaan<br />

Pada tahun 2008 Rp. 25 miliar untuk membangun<br />

Broncaptering, Reservoir 2000 m 3 dan<br />

pemasangan jaringan pipa sepanjang 38 Km.<br />

12 �Buletin <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> - 11/Tahun IX/November 2011<br />

Volume<br />

1 Unit<br />

2 Unit<br />

1 Unit<br />

38.000 M<br />

50 Unit<br />

1 Unit<br />

15.000 M<br />

1.000 M<br />

1 Unit<br />

1 Unit<br />

10.000 M<br />

500 Unit<br />

1 Unit<br />

10.000 M<br />

1 Pkt<br />

Biaya (Rp. 1000)<br />

APBN<br />

25.000.000<br />

7.500.000<br />

7.500.000<br />

4.389.093<br />

44.389.093<br />

APBD<br />

1.000.000<br />

2.000.000<br />

710.000<br />

1.000.000<br />

4.710.000<br />

Dengan jaringan yang terpasang ini baru bisa<br />

memenuhi kebutuhan air minum di wilayahwilayah<br />

Kecamatan Batukliang Utara, Kecamatan<br />

Batukliang (Mantang) dan MBR di Kecamatan<br />

Praya. Pemasangan sambungan rumah<br />

dibiayai oleh APBD sebesar Rp 1 miliar.<br />

Tahun 2009 dikucurkan lagi dana sekitar<br />

Rp. 7,5 miliar untuk melanjutkan memasang<br />

jaringan perpipaan sepanjang 15 km guna<br />

memenuhi kebutuhan air minum di desa-desa<br />

MBR Kecamatan Jonggat dan Kecamatan Praya<br />

Barat.<br />

Dengan besaran dana yang sama, pada ta-<br />

IPA Penujak kapasitas 200 liter per detik<br />

Foto : dok Satker PKPAM NTB<br />

Foto : dok Satker PKPAM NTB<br />

Foto : dok Satker PKPAM NTB<br />

hun 2010 dengan dana Rp. 7,5 miliar dilanjutkan<br />

dengan membangun Reservoir kapasitas<br />

1000 m 3 di Kecamatan Pujut (Desa Sengkol)<br />

dan masing-masing jaringan pipa sepanjang<br />

10 Km untuk MBR di sekitar daerah Bandara<br />

Internasional Lombok (BIL), Desa Tanak Awu,<br />

Desa Ketare, Desa Kawo, Desa Sengkol dan<br />

Desa Pengembur. Tahun 2011 dengan mata<br />

dana kurang lebih Rp. 4,3 miliar lagi-lagi dikucurkan<br />

untuk membangun Reservoar Kapasitas<br />

500 m 3 , jaringan pipa sekitar 6,5 KM serta<br />

bangunan penunjang (bak penampung 50 m 3


Reservoir kapasitas 2000 m 3 yang dibangun<br />

oleh APBN TA 2008<br />

dan Rumah Pompa dan Genset).<br />

Dengan demikian sampai tahun anggaran<br />

2011 untuk SPAM Tibunangklok, telah mengeluarkan<br />

dana kurang lebih Rp 44,3 Miliar<br />

(APBN) dan Rp. 4,7 Miliar (APBD).<br />

*) Staf Subdit Data dan Informasi, Direktorat<br />

Bina Program, <strong>Ditjen</strong> <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong><br />

**) Kasatker Pengembangan Kinerja<br />

Pengelolaan Air Minum Provinsi<br />

Nusa Tenggara Barat<br />

LIPUTANKHUSUS<br />

Rencananya, untuk mencukupi kebutuhan di kawasan BIL ke<br />

depannya akan di kembangkan IPA Penujak kapasitas 200 liter<br />

per detik.<br />

Skema jaringan pelayanan air minum sistem Tabunangklok Kabupaten Lombok Tengah<br />

Buletin <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> - 11/Tahun IX/November 2011 � 13


Foto-foto : Buchori<br />

Info Baru 1<br />

PISEW Merajut Simpul Wilayah<br />

dengan KSK<br />

Di tengah pesatnya pertumbuhan kota dan segela permasalahan ikutannya akibat urbanisasi,<br />

harus tetap ada yang melimpahkan perhatian kepada pertumbuhan perdesaan. Tanpa<br />

harus mengulas lebih banyak konsep pembangunan desa dan kota, sebaiknya kita patut<br />

mengapresiasi komitmen pemerintah daerah dalam ekspo Kawasan Strategis Kabupaten<br />

(KSK) untuk mendorong perkembangan ekonomi di daerahnya.<br />

14 �Buletin <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> - 11/Tahun IX/November 2011<br />

Ekspo KSK yang dibarengi dengan Seminar<br />

Per cepatan Pembangunan di KSK PNPM PI-<br />

SEW (Pengembangan Infrastruktur Sosi al Ekonomi<br />

Wilayah) diadakan pertengah No vember<br />

2011 di Ruang Pendopo dan Sapta Taruna<br />

Kementerian Pekerjaan Umum. Sedi kitnya<br />

256 peserta dari berbagai kementerian/lembaga,<br />

pemerintah kabupaten, swasta, dan<br />

pi hak terkait tersebut turut menyemarakkan<br />

ajang ini. Acara dibuka oleh Dirjen <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong><br />

Budi Yuwono dan dihadiri oleh pejabat di<br />

lingkungan PU serta bupati daerah penerima<br />

PNPM PISEW di Indonesia.<br />

Komitmen Pemda melalui KSK dalam


mendorong perkembangan ekonomi di daerah<br />

ditempuh dengan meningkatkan produksi<br />

dan kinerja dengan dukungan infrastruktur<br />

ke-PU-an. Ketersediaan infrastruktur<br />

yang berkualitas merupakan salah satu faktor<br />

penentu daya tarik suatu kawasan.<br />

“Program PNPM telah menelorkan semacam<br />

Kawasan Strategis Kabupaten. Tiap daerah<br />

baik kabupaten, kecamatan atau desa<br />

memiliki kawasan unggulan. Kawasan tersebut<br />

juga memiliki komoditi unggulan yang<br />

sangat terbantu dengan infrastruktur ke-PUan,”<br />

ujar Budi Yuwono.<br />

Dalam sambutan Menteri Pekerjaan<br />

Umum yang dibacakan oleh Budi Yuwono,<br />

ki nerja infrastruktur merupakan faktor kunci<br />

dalam menentukan daya saing global, selain<br />

kinerja ekonomi makro, efisiensi pemerintah<br />

dan efisiensi usaha.<br />

Seminar Percepatan Pembangunan di Kawa<br />

san Strategis Kabupaten (KSK) PNPM-PI-<br />

SEW dan Ekspo KSK menunjukkan komitmen<br />

pembangunan yang berwawasan ling kungan<br />

dan meningkatkan daya saing. Serta, ketahanan<br />

pangan, pertumbuhan ekonomi na-<br />

sio nal, meningkatkan kualitas lingkungan<br />

per mukiman dan cakupan pelayanan dasar<br />

bidang PU, mengurangi kesenjangan antar-<br />

INFOBARU 1<br />

Foto Kiri : Dirjen <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> Budi Yuwono didampingi Direktur Pengembangan Permukiman<br />

Amwazi Idrus memukul gong tanda dimulainya KSK Ekspo dan Seminar PISEW<br />

Foto Atas : Direktur Pengembangan Permukiman Amwazi Idrus (kanan) bersama para bupati<br />

penerima PISEW menandatangani kesepakatan bersama PISEW<br />

Foto Bawah : Dialog interaktif dengan para pelaksana PISEW di daerah di sela-sela KSK PISEW Ekspo<br />

wilayah dan penguatan kelembagaan dan<br />

dukungan terhadap pelaksanaan otonomi<br />

dae rah.<br />

Infrastruktur sebagai salah satu pendorong<br />

pertumbuhan ekonomi nasional dan<br />

peningkatan daya saing di dunia internasional.<br />

Melalui kebijakan dan komitmen pembangunan<br />

infrastruktur yang tepat. Dengan de-<br />

mikian dapat mengurangi masalah kemiskinan,<br />

mengatasi persoalan kesenjangan antar-kawasan<br />

dan wilayah, memperkuat ketahanan<br />

pangan, dan mengurangi tekanan<br />

urbanisasi yang bermuara pada peningkatan<br />

kesejahte raan masyarakat.<br />

Buletin <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> - 11/Tahun IX/November 2011 � 15


Foto Atas : Dirjen <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> ditemani Bupati Mukomuko di stand pameran Kabupaten Mukomuko<br />

Foto Bawah : Suasana pameran KSK PISEW Ekspo<br />

Pembangunan infrastruktur pekerjaan<br />

umum dan permukiman dimaksudkan untuk<br />

mencapai tiga strategic goals yakni mening<br />

katkan pertumbuhan ekonomi, mening<br />

kat kan kesejahteraan ekono mi dan<br />

me ning kat kan kualitas lingkungan. Pem bangu<br />

nan infrastruktur juga harus benar-benar<br />

dirancang dan diimpelentasikan secara sistematis,<br />

ber kualitas agar mampu menciptakan<br />

dan membuka peluang mendapatkan<br />

keuntung an ekonomi, menghadirkan keun-<br />

16 �Buletin <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> - 11/Tahun IX/November 2011<br />

Foto-foto : Buchori<br />

tungan so sial, mening katkan pelayanan publik<br />

serta meingkatkan partisipasi politik.<br />

Dalam seminar akan diperoleh gagasan<br />

yang bermanfaat untuk percepatan pembangunan<br />

di KSK. Eksistensi KSK adalah amanat<br />

UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.<br />

Seminar ini diharapkan dapat menjaring<br />

gagasan pengelolaan KSK yang efektif berdasarkan<br />

Pengembangan Ekonomi Lokal.<br />

Usai membuka acara tersebut, Budi Yuwono<br />

menyerahkan dokumen Rencana Bis-<br />

INFOBARU 1<br />

nis kepada 12 Bupati yang sudah menyusunnya.<br />

Sebelumnya, Direktur Pengembangan<br />

Permu kiman <strong>Ditjen</strong> <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> Amwazi Idrus<br />

menandatangani MoU bersama para bupati<br />

penerima PISEW.<br />

Capaian PISEW<br />

Sejak digulirkan pada 2008, PNPM PISEW<br />

te lah merealisasikan pembangunan infrastruktur<br />

dasar di 34 KSK yang menelan da na<br />

sekitar Rp 64 miliar hingga Rp 68 miliar per tahunnya.<br />

Jumlah tersebut merupakan bagian<br />

dari rata-rata Rp 245 miliar total dana PNPM<br />

PISEW yang telah diimplementasikan setiap<br />

tahun.<br />

“Yang lebih menggembirakan adalah ting -<br />

ginya peran serta pemerintah daerah da lam<br />

pembangunan infrastruktur dasar ter se but,<br />

yaitu antara Rp 295 miliar sampai Rp 310 miliar<br />

setiap tahunnya” ujar Budi Yuwono.<br />

Terkait dengan KSK sudah ditetapkan 34<br />

KSK masing-masing dengan komoditas unggulan<br />

dana Rencana Pengembangan KSK<br />

ter sebut, bahkan 12 kabupaten diantaranya<br />

telah lengkap menyusun business plan-nya.<br />

Ekspo KSK<br />

Setelah mengikuti pembukaan seminar, ma ta<br />

peserta dimanjakan aneka macam hasil bumi<br />

yang merupakan komoditas penerima PNPM<br />

PISEW. Ada jagung dari Kabupaten Mukomuko,<br />

aneka ragam kopi dari Kabupaten Rejang<br />

Lebong Bengkulu, Aneka kue dan kerajinan<br />

lokal Kabupaten Tabalong, dan kreatifitas<br />

ber bahan komoditas lokal lainnya.<br />

Bupati Mukomuko Ichsan Yunus saat mendampingi<br />

Dirjen <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> Budi Yuwono di<br />

stand pamerannya mengatakan, komitmen<br />

kami dalam memajukan daerah semakin menemukan<br />

akselerasinya saat mendapat program<br />

PNPM PISEW. Ada banyak yang kami<br />

bangun di perdesaan yang masuk dalam<br />

kawasan strategis selama 2009-2011, seperti<br />

jalan tani, irigasi, dan lainnya.<br />

“Produk unggulan lainnya berbahan baku<br />

ikan laut, ikan lele, ubi kayu, pisang serta bahan<br />

baku lainnya yang merupakan hasil pertanian<br />

masyarakat Kabupaten Mukomuko,”<br />

ujar Ichwan Yunus.<br />

Selain pameran yang diikuti oleh kabupaten<br />

penerima PISEW dan beberapa lembaga<br />

seperti LIPI, di ajang pameran ini juga dimeriahkan<br />

dengan talkshow yang menampilkan<br />

para stakeholder di pusat dan daerah hingga<br />

para Kelompok Penerima dan Pemanfaatan<br />

(KPP). (bcr)


Info Baru 2<br />

Foto : Buchori<br />

Zona parahyangan di Desa Penglipuran<br />

merupakan daerah suci dan paling tinggi<br />

dibandingkan zona lainnya dan merupakan<br />

wilayah sembahyang bersama bernama Pura<br />

Penataran.<br />

Ketika Keramahan ‘Penglipuran’<br />

Menyapa A<strong>SEA</strong>N<br />

Dunia semakin panas ketika dua putra Raja Dasapati di Kerajaan Walederi, bernama<br />

Sunda dan Upa Sunda sedang bersemedi untuk meningkatkan kesaktiannya. Sebelumnya<br />

dikisahkan, Raja Dasapati menyuruh kedua putranya bersemadi di hutan, yang mana<br />

sebelumnya keduanya mendapat penganugerahan dari Dewa Siwa dan Dewi Durga. Sunda<br />

mendapat kesaktian dari Dewa Siwa, sedangkan Upasunda memperoleh kesaktian<br />

dari Dewi Durga.<br />

Berangkatlah mereka ke hutan untuk menjalankan<br />

tapa semadi, dengan harapan mendapat<br />

kesaktian agar mampu menguasai ketiga<br />

dunia, yaitu bur, bwah, swah. Kesaktian<br />

kedua putra raja tersebut akhirnya terdengar<br />

sampai di Indraloka. Betara Indra khawatir<br />

dengan kesaktian yang dimiliki keduanya.<br />

Akhirnya, disuruhlah widiadari-widiadari<br />

– salah satunya yang tercantik bernama widiadari<br />

Nilotama – turun ke bumi untuk<br />

menggoda tapa semadi kedua bersaudara<br />

itu. Dengan harapan, keduanya perang memperebutkan<br />

widiadari Nilotama, sehingga kekuatannya<br />

melemah.<br />

Benar adanya, widiadari-widiadari dari<br />

INFOBARU 2<br />

kah yangan itu mampu menggoda kekhusyukan<br />

tapa semadi Sunda dan Upasunda. Melihat<br />

widiadari Nilotama yang amat cantik,<br />

keduanya sama-sama ingin memiliki. Perang<br />

sau dara pun terjadi. Sunda menjelma menjadi<br />

barong dan Upasunda menjadi rangda.<br />

Kekuatan keduanya dapat dinetralisir oleh<br />

kekuatannya sendiri.<br />

Langit pun seketika mendadak sejuk saat<br />

para pengunjung Desa Penglipuran menyelusuri<br />

kesetenangan desa ini. Ya, cerita Sunda<br />

dan Upasunda hanya sebuah fragmen yang<br />

dibawakan anak-anak muda Desa Penglipuran,<br />

Kabupaten Bangli, Bali. Para pengunjung<br />

yang sebagian besar para peserta<br />

Buletin <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> - 11/Tahun IX/November 2011 � 17


Foto: Buchori<br />

Pentas seni menampilkan Sunda dan Upasunda menyambut kunjungan delegasi A<strong>SEA</strong>N Fair di Desa Penglipuran<br />

A<strong>SEA</strong>N Summit itu pun bagai tersirap. Di depannya<br />

dipertontonkan tarian khas Bali dan<br />

fragmen Sunda dan Upasunda. Setelah disuguhi<br />

hiburan itu, peserta melanjutkan dengan<br />

me ngelilingi lingkungan Desa Penglipuran<br />

dan dipandu oleh Kepala Desa Adat Penglipuran<br />

I Wayan Supat.<br />

Penglipuran berasal dari kata Pengeling<br />

yang berarti ingat dan kata Pura yang berarti<br />

tempat tinggal/tanah. Jadi kalau digabung<br />

menjadi penglipuran yang berarti ingat terhadap<br />

tanah leluhur atau tempat asalnya<br />

yaitu Desa Bayung Gede. Berdasarkan sejarah<br />

setempat, desa adat Penglipuran termasuk<br />

desa Bali Aga. Desa Bali Aga merupakan desa<br />

tua/asal mula masyarakat asli Bali. Desa adat<br />

Penglipuran berasal dari Desa Bayung Gede<br />

yang juga termasuk Desa Bali Aga.<br />

Kunjungan ke Desa Penglipuran oleh para<br />

partisipan A<strong>SEA</strong>N Summit difasilitasi Direktorat<br />

Jenderal <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> Kementerian Pekerjaan<br />

Umum. Desa ini dipilih tidak hanya<br />

karena daya tarik adat setempat, keserasian<br />

lingku ngan dan keunikan arsitekturnya. Alasan<br />

lain karena <strong>Ditjen</strong> <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> menjadikan<br />

desa ini sebagai desa contoh pelestarian adat<br />

dengan mempertahankan arsitektur lokalnya.<br />

Sa at <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> masih bernama <strong>Ditjen</strong><br />

Peru mahan dan Permukiman, di Desa Penglipuran<br />

juga pernah dibantu prasarana dan<br />

sarana. Baru-baru ini Badan Penelitian dan<br />

Pengembangan Kementerian PU memberikan<br />

bantuan berupa rumah contoh adat dengan<br />

teknologi bambu luminasi.<br />

Rugi rasanya jika berwisata ke Bali tanpa<br />

singgah di kabupaten Bangli. Panorama dan<br />

budaya unik seperti Desa Adat Penglipuran<br />

18 �Buletin <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> - 11/Tahun IX/November 2011<br />

adalah daya tarik tersendiri. Lokasinya pun<br />

mudah, tak jauh dari kesejukan Kintamani<br />

dan Istana Tampaksiring serta Tirta Empul<br />

(Kabupaten Gianyar). Desa ini terletak di Kelurahan<br />

Kubu, Kecamatan Bangli, Kabupaten<br />

Bangli, sekitar 45 kilometer dari Kota Denpasar.<br />

Begitu memasuki areal desa tersebut,<br />

ma ta sudah pasti akan bertemu arsitektur<br />

ru mah yang hampir semuanya mirip. Kemiripan<br />

bangunan rumah itu antara lain bentuk<br />

gerbang yang sama dengan sedikit atap dari<br />

bambu, pintu pun hanya selebar orang dewasa<br />

berkacak pinggang dengan tinggi sekitar<br />

dua setengah meter yang biasa disebut<br />

angkul-angkul, dan cat rumah menggunakan<br />

dari tanah, bukan cat tembok. Itu keunikan<br />

awal perjumpaan.<br />

Kesamaan lainnya juga terdapat pada<br />

pem bagian bangunan di dalam rumah, seperti<br />

bale, kamar, dan dapur. Hampir semuanya<br />

juga menggunakan bahan baku bambu.<br />

Ke pala Desa Adat Penglipuran I Wayan Supat<br />

mengatakan, keseragaman bangunan<br />

baik bentuk dan bahannya itu semata-mata<br />

membina kebersamaan. Selain itu, mereka<br />

ber harap bisa terus bersahabat dengan alam<br />

sehingga mampu ramah dengan lingkungan.<br />

Keramahan lingkungan itu pun menjadikan<br />

desa mendapat penghargaan Kalpataru.<br />

Hanya saja, ia mengakui beberapa warganya<br />

mulai menggeser sebagian bangunannya<br />

dengan material batu bata dari asalnya<br />

bambu.<br />

”Kami memang berupaya mempertahankan<br />

warisan leluhur. Namun, kami juga tak<br />

kuasa membendung modernisasi. Akhirnya,<br />

kami merelakan jika warga meminta izin<br />

membangun beberapa bagian rumahnya<br />

dengan bahan baku lain selain bambu. Toh,<br />

bangunan inti dan bentuk bangunan tetap<br />

tak berubah,” jelas Supat.<br />

Namun, jangan khawatir. Harmoni yang<br />

terbangun di desa itu tak mengurangi keindahan<br />

alam yang ada. Dengan tiket wisatawan<br />

lokal Rp 7.500 per orang dan wisatawan asing<br />

Rp 10.000 per orang, kepuasan panorama indah<br />

dan keramahan masyarakatnya jadi nilai<br />

tambah siapa pun yang berkunjung ke sana.<br />

Sejak menjadi obyek wisata unggulan Pulau<br />

Dewata, setiap hari tercatat sekitar 100 wisatawan<br />

mengunjungi desa itu.<br />

Sejak 1995, Pemerintah Provinsi Bali dan<br />

Kabupaten Bangli menetapkan desa ini menjadi<br />

salah satu obyek wisata unggulan Pulau<br />

Dewata. Daya tarik yang kuat dari Desa Adat<br />

Penglipuran ini masih berupaya mempertahankan<br />

zonasi hunian yang mirip pembagian<br />

tubuh manusia. Zona ini terbagi tiga bagian,<br />

yaitu zona parahyangan (hulu/kepala), zona<br />

pawongan (badan), dan zona palemahan<br />

(kaki). Zona parahyangan merupakan daerah<br />

suci dan paling tinggi dibandingkan zona<br />

lainnya dengan ketinggian sekitar 700 meter<br />

dari permukaan laut dan merupakan wilayah<br />

sembahyang bersama bernama Pura Penataran.<br />

Menuruni beberapa anak tangga dari Pura<br />

Penataran, pengunjung memasuki zona pawongan,<br />

yang terdiri atas rumah tinggal di<br />

bagian barat (kauh) dan timur (kangin). Kedua<br />

bagian kauh dan kangin dipisahkan oleh<br />

rurung gede yang berupa jalan sekitar tiga<br />

meter yang membujur dari utara menurun ke<br />

selatan.<br />

Pada wilayah pawongan dihuni 226 kepala<br />

keluarga. Penduduknya rata-rata bermata<br />

pencarian petani, peternak, dan perajin<br />

bambu. Nenek moyang mereka mengajarkan<br />

agar ramah lingkungan. Karena itu, luas tanah<br />

tinggal 112 hektar itu hampir 40 persennya<br />

adalah hutan bambu. Bahkan, menebang<br />

bambu pun tak bisa sembarangan tebang.<br />

Harus izin dan mendapat izin dari pemangku<br />

adat setempat.<br />

Menghormati Perempuan<br />

I Wayan Supat mengatakan, kekhasan keturunan<br />

Bali Aga di antaranya adalah sangat<br />

memuja dan menghormati perempuan, selain<br />

menjunjung tinggi keharmonisan alam,<br />

manusia, dan Tuhan (konsep Tri Hita Karana).<br />

Wujud hormat kepada perempuan itu dituangkan<br />

ke dalam awig-awig (semacam


Keterangan :<br />

Hutan Bambu<br />

Pusat<br />

Pengolahan<br />

Bambu<br />

Mata Air<br />

Karang Kerti<br />

(kapling rumah<br />

penduduk)<br />

Desa Adat<br />

Cekeng<br />

Karang<br />

Memadu<br />

Monumen<br />

Perjuangan<br />

Kapten Mudita<br />

Hutan Bambu<br />

Areal Pertanian<br />

Perumahan<br />

Ke Desa Cekeng<br />

Ke Kintamani<br />

Peta Desa Adat Penglipuran<br />

Pura Penataran<br />

pusat kegiatan<br />

spiritual<br />

Desa Adat Kubu<br />

Tumbuh<br />

perumahan<br />

baru<br />

Ke Bangli<br />

Lahan Pertanian<br />

Hutan Bambu yang<br />

telah hilang<br />

Pintu Masuk Utama<br />

Pusat Fasilitas Wisata<br />

Fasilitas<br />

Pendidikan dan<br />

Kesehatan<br />

Sumber : Kantor Lurah Kubu<br />

Foto Atas : Dirjen <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> ditemani Bupati Mukomuko di stand pameran Kabupaten Mukomuko<br />

Foto Bawah : Siteplan desa penglipuran<br />

Foto : Seno Puskom<br />

INFOBARU 2<br />

kesepakatan bersama dan biasanya berkaitan<br />

dengan pelanggaran), termasuk di Desa<br />

Penglipuran.<br />

”Mereka pun sangat menjaga itu sampai<br />

sekarang. Belum ada warga yang berani mengubah<br />

awig-awig itu. Bahkan, hampir tidak<br />

ada catatan warga yang melanggarnya,” kata<br />

Wayan.<br />

Dalam awig-awig, siapa pun laki-laki di<br />

desa itu hanya diizinkan menikah dengan<br />

satu perempuan. Tidak dibenarkan adanya<br />

poligami. Jika laki-laki itu ketahuan melakukan<br />

poligami atas sepengetahuan istri pertama<br />

atau tidak, ia tetap harus mendapatkan<br />

hukuman. Hukuman yang dijatuhkan adalah<br />

dikucilkan.<br />

Ya, laki-laki itu tak boleh tinggal serumah<br />

dengan istri pertamanya selamanya. Parahnya,<br />

ia juga tak boleh menginjakkan kaki dan<br />

bersembahyang di pura. Intinya, ia dikucilkan<br />

baik batin maupun secara sosial. Wah....<br />

Di Desa Penglipuran, tempat pengucilan<br />

itu pun dinamai Karang Memadu. Luas tanahnya<br />

hanya sepetak. Sejarah ratusan tahun<br />

lalu hingga sekarang, Karang Memadu belum<br />

pernah ditempati sehingga masih berupa tanah<br />

tanpa bangunan.<br />

Selain dilarang menduakan istri, warga<br />

juga enggan melakukan kesalahan lainnya,<br />

seperti mencuri. Jika ketahuan melakukan<br />

kejahatan, hukumannya juga berat karena<br />

harus memberikan sesaji sedikitnya lima ekor<br />

ayam berbagai warna ke masing-masing empat<br />

pura leluhur mereka. Jadi, pasti semua<br />

warga akan tahu siapa yang melakukan kejahatan<br />

dengan adanya upacara itu. Malu!<br />

Sementara zona palemahan adalah zona<br />

untuk setra atau orang yang sudah meninggal.<br />

Karena secara budaya, warga Hindu Bali<br />

di Penglipuran tidak menganut budaya Ngaben.<br />

Jenazah hanya dikubur tanpa di- bakar.<br />

Alasannya, pembakaran bisa menjadikan<br />

pencemaran untuk lingkungan.<br />

Satu lagi yang khas dari desa adat ini,<br />

minuman asli loloh cemceman! Rasanya seperti<br />

air tape atau es rujak di Pulau Jawa.<br />

Namun, warnanya kehijauan karena berasal<br />

dari daun cemceman yang diperas, di beri air<br />

kelapa serta garam, dan direbus.<br />

Begitulah harmoni Desa Adat Penglipuran<br />

terbangun. Mereka berupaya tetap menjaga<br />

keasrian adat-istiadat secara turun-temurun.<br />

Mereka pun menyadari kekuatan alam lebih<br />

dari apa pun.<br />

A<strong>SEA</strong>N Fair<br />

Ada yang lain di Nusa Dua Bali di awal No-<br />

Buletin <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> - 11/Tahun IX/November 2011 � 19


Foto: Buchori<br />

Kerafial lokal di Desa Adat Sade dipamerkan dalam booth Kementerian Pekerjaan Umum di A<strong>SEA</strong>N Fair.<br />

Penyelenggaraan A<strong>SEA</strong>N Fa ir merupakan prakarsa Indonesia<br />

untuk me nampilkan suatu penyelenggaraan yang populer dan<br />

bersifat persaudaraan budaya masyarakat yang tergabung<br />

dalam komunitas A<strong>SEA</strong>N.<br />

vember 2011. Kesibukan yang luar biasa<br />

terlihat terkait pelaksanaan A<strong>SEA</strong>N Fair. Sebagai<br />

tuan rumah pelaksanaan A<strong>SEA</strong>N Summit<br />

2011 sekaligus penyelenggara A<strong>SEA</strong>N<br />

Fair untuk pertama kalinya, Bali kembali disibukkan<br />

dengan berbagai persiapan guna<br />

mensukseskan acara tersebut. A<strong>SEA</strong>N Fair<br />

merupakan bagian dari kegiatan Konferensi<br />

Tingkat Tinggi A<strong>SEA</strong>N ke-19 dan KTT Asia<br />

Timur yang berlangsung pada 17-19 November<br />

2011 di Bali.<br />

A<strong>SEA</strong>N Fair menjadi ajang untuk menggalang<br />

negara-negara A<strong>SEA</strong>N melalui pesta<br />

persaudaraan yang mengangkat seni dan<br />

budaya A<strong>SEA</strong>N. Penyelenggaraan A<strong>SEA</strong>N<br />

Fa ir merupakan prakarsa Indonesia untuk<br />

me nampilkan suatu penyelenggaraan yang<br />

populer dan bersifat persaudaraan budaya<br />

masyarakat yang tergabung dalam komunitas<br />

A<strong>SEA</strong>N. Sesuai dengan ide A<strong>SEA</strong>N Fair<br />

itu sendiri yang ingin memperlihatkan wajah<br />

A<strong>SEA</strong>N dengan gambaran keanekaragaman<br />

kekayaan warisan budaya maupun persamaan<br />

sejarah, budaya, dan masyarakat, maka<br />

20 �Buletin <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> - 11/Tahun IX/November 2011<br />

materi stand Kementerian PU mengusung<br />

tema infrastruktur terkait sosial budaya.<br />

Kearifan Lokal, Keseimbangan Alam<br />

Pada A<strong>SEA</strong>N Fair ini, Kementerian PU mengikuti<br />

pameran dengan menampilkan produkproduk<br />

yang memperlihatkan kebijakan dan<br />

program kementerian untuk membangun<br />

dan mengembangkan infrastruktur yang berguna<br />

bagi masyarakat luas dengan memperhatikan<br />

local wisdom atau sering kita sebut<br />

dengan kearifan lokal. Demikian dikatakan<br />

Staf Ahli Menteri PU Bidang Sosial Budaya<br />

dan Peran Serta Masyarakat Graita Sutadi<br />

dalam sambutannya saat membuka stand<br />

pameran PU dalam rangka A<strong>SEA</strong>N Fair di Peninsula<br />

Island, Nusa Dua Bali, Sabtu (12/11).<br />

Lebih lanjut Graita menjelaskan, salah<br />

satu contoh yang ditampilkan adalah produk<br />

dari Balitbang yakni Homese (Honai<br />

Menuju Sehat). Hasil penelitian Balitbang<br />

ini menawarkan salah satu model rancangan<br />

honai (ru mah adat suku Papua) dengan<br />

menggunakan pendekatan budaya lokal,<br />

INFOBARU 2<br />

seperti arsitektur venakular, bahan bangunan,<br />

teknik mem bangun, kesehatan dengan<br />

mempertimbang kan kondisi geografis dan<br />

iklim.<br />

Melalui penelitian tersebut, digali kearifan<br />

lokal budaya setempat untuk mendapatkan<br />

rancang bangun honai dan lingkungan hunian<br />

yang memenuhi persyaratan kesehatan.<br />

Tidak hanya itu, pengembangan Homese<br />

sekaligus memberikan informasi mengenai<br />

cara pandang budaya hidup sehat pada masyarakat<br />

Papua melalui transformasi budaya<br />

dan pengenalan fisik bangunan honai dan<br />

lingkungan yang sehat.<br />

Demikian pula dengan produk Balitbang<br />

lainnya yang dipamerkan, yaitu Jineng<br />

(rumah lumbung padi Bali) yang menggunakan<br />

material berasal dari bambu dan teknologi<br />

bambu laminasi. Teknologi bambu laminasi<br />

yang dikembangkan oleh Balai Pengembangan<br />

Teknologi Perumahan Tradisional Bali<br />

ini berupaya memanfaatkan potensi bahan<br />

bangunan lokal dan pengolah kualitas ba han<br />

bangunan untuk konstruksi dan merupakan<br />

alternatif pengganti kayu konstruksi. Alih<br />

teknologi bambu ini dilakukan pada daerah<br />

- daerah yang memiliki potensi bambu, terutama<br />

di Propinsi Bali, NTB, dan NTT.<br />

Kearifan lokal juga terlihat pada kegiatan<br />

revitalisasi di beberapa tempat seperti Pura<br />

Taman Ayun dan Dusun Adat Sade. Merevitalisasi<br />

Taman Ayun ini penting karena secara<br />

turun menurun sangat menghormati wari s an<br />

seni, budaya, dan spiritual yang menda lam<br />

dari para leluhurnya. Revitalisasi ini didasarkan<br />

atas karakteristik lingkungan pura, lingkungan<br />

alam, dan lingkungan buatan. Upaya<br />

yang dimulai sejak tahun 2009 ini mendukung<br />

prasarana dan sarana di kawasan Taman<br />

Ayun sebagai kawasan wisata.<br />

Demikian pula penataan dusun adat Sade<br />

di Pulau Lombok dimaksudkan untuk me nata<br />

permukiman tradisonal bersama masyarakat.<br />

Dalam penataannya, digunakan material<br />

berbahan alami lokal seperti batu alam, koral,<br />

batukali tanpa finishing yang berlebihan.<br />

Graita berharap apa yang telah ditampilkan<br />

Kementerian PU dalam pameran A<strong>SEA</strong>N<br />

Fair ini, kiranya dapat menambah wawasan<br />

dan pengetahuan mengenai kearifan lokal itu<br />

sendiri, selain juga menginspirasi kita menjadi<br />

lebih cinta terhadap produk lokal dan<br />

menjaga keseimbangan dengan alam. Stand<br />

Kementerian PU akan berlangsung mulai<br />

tang gal 12 November hingga 23 November<br />

mendatang. (bcr/ berbagai sumber)


Info Baru 3<br />

Foto Atas : Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto dan Dirjen <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> Budi Yuwono meninjau IPA<br />

Sumber Barong Kabupaten Pacitan<br />

Foto Bawah : Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto meninjau pembangunan IPA Donorejo<br />

Kabupaten Pacitan<br />

Tambah Kapasitas<br />

IPA Donorejo<br />

Atasi Kekeringan Pacitan<br />

Akhir Oktober lalu, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menetapkan Kabupaten<br />

Pacitan sebagai daerah kritis air. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang asli Pacitan pun<br />

langsung mengutus Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto untuk memastikan<br />

kondisi sebenarnya.<br />

Foto-foto : Buchori<br />

INFOBARU 3<br />

Entah apa kriteria yang ditetapkan BNPB sehingga<br />

Pacitan berstatus kritis air. Tapi saat<br />

dikonfirmasi wartawan, Djoko Kirmanto menegaskan<br />

Pacitan memang daerah yang kering<br />

dan memerlukan perhatian khusus, karena<br />

persediaan airnya tak banyak.<br />

Sesuai tugasnya, Kementerian Pekerjaan<br />

Umum berusaha untuk menyediakan air bersih<br />

sebanyak-banyaknya kepada masyarakat.<br />

Air bersih merupakan kebutuhan dasar yang<br />

harus dipenuhi. Termasuk daerah Pacitan, saat<br />

ini Kementerian Pekerjaan Umum melalui Direktorat<br />

Jenderal <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong>, saat sedang<br />

melihat lagi catatan di mana saja daerah yang<br />

rawan air.<br />

“Saya di sini melihat kecamatan-kecamatan<br />

yang selama ini dianggap kering. Itu kita<br />

cek, apakah sangat urgen, apakah instalasi<br />

yang kita pasang 2-3 tahun yang lalu masih<br />

berfungsi. Kalau yang kita lihat ini ternyata<br />

masih berfungsi,” jelas Djoko.<br />

Dalam kunjungan kerjanya, Djoko Kirmanto<br />

juga didampingi Direktur Jenderal <strong>Cipta</strong><br />

<strong>Karya</strong> Budi Yuwono, DIrektur Pengembangan<br />

Air Minum Danny Sutjiono, Wakil Bupati<br />

Pacitan Prayitno, Direktur Bina Pelaksanaan<br />

Wilayah II <strong>Ditjen</strong> Bina Marga Winarno, Kepala<br />

Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional<br />

(BBPJN) V Ahmad Ghofar Ismail, dan Direktur<br />

PDAM Kabupaten Pacitan Riyanto.<br />

Di salah satu kecamatan di Pacitan, yaitu<br />

Donorojo, tercatat memang kekurangan<br />

Buletin <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> - 11/Tahun IX/November 2011 � 21


Foto-foto : Buchori<br />

Foto Atas : Direktur Pengembangan Air Minum <strong>Ditjen</strong> <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> Danny Sutjiono meninjau kualitas air IPA<br />

Sumber Barong Kabupaten Pacitan<br />

Foto Bawah : Pembangunan IPA Donorejo berkapasitas 40 liter per detik<br />

Sesuai tugasnya, Kementerian Pekerjaan Umum berusaha<br />

untuk menyediakan air bersih sebanyak-banyaknya kepada<br />

masyarakat.<br />

22 �Buletin <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> - 11/Tahun IX/November 2011<br />

INFOBARU 3<br />

air. Oleh karena itu Kementerian Pekerjaan<br />

Umum saat ini sedang membangun penambahan<br />

kapasitas Instalasi Pengolahan Air<br />

(IPA) menjadi 40 liter/detik (lt/det) pada 2012.<br />

Sebelumnya kapasitas terpasang IPA Donorojo<br />

sebesar 7,5 lt/det yang bersumber dari air<br />

Dung Banteng.<br />

“Progresnya cukup baik. Kita juga akan<br />

melihat tempat-tempat lain yang membutuhkan<br />

air. Di tempat-tempat lain juga akan kita<br />

lakukan hal yang sama,” imbuh Djoko.<br />

Untuk kecamatan-kecamatan lain yang<br />

kesulitan air, perlu dikenali dulu seperti apa<br />

daerahnya. Kalau memang ada sumber air,<br />

maka perlu pengolahan menjadi air bersih,<br />

kemudian didistribusikan oleh PDAM.<br />

IPA yang sedang dibangun nantinya akan<br />

disambungkan dengan pipa untuk menghubungkan<br />

tiga tempat tampungan air<br />

(ground reservoir), guna mendistribusikan<br />

air ke rumah-rumah warga. Ke depan, direncanakan<br />

ada penambahan jumlah sambungan<br />

rumah (SR) yang dilayani, yaitu di Desa<br />

Se kar (400 SR), Desa Kepu (483 SR), Desa Cemeng<br />

(519 SR), Desa Klepu (804 SR), Desa Gendaran<br />

(338 SR), Desa Sukodono (526 SR), Desa<br />

Belah (759 SR), dan Desa Donorojo (783 SR).<br />

Sementara itu Direktur PDAM Kabupaten<br />

Pacitan Riyanto mengungkapkan sampai saat<br />

ini capaian pelayanan air minum di wilayahnya<br />

mencapai 23% dengan kapasitas air minum<br />

terpasang sebanyak 210 lt/det. Ditargetkan<br />

pada 2015 bisa dicapai 55%.<br />

“Pembangunan IPA Donorojo dan jaringan<br />

transmisinya didanai APBN 2011 senilai<br />

Rp 10,9 miliar. Agar cepat dimanfaatkan, kami<br />

sudah mengusulkan setidaknya Rp 1,7 miliar<br />

APBD untuk membangun jaringan distribusinya.<br />

Kami masih perjuangkan karena tahun<br />

ini PDAM hanya mendapatkan alokasi APBD<br />

sekitar Rp 300 juta,” ujar Riyanto.<br />

Menteri PU juga berkesempatan meninjau<br />

IPA Sumber Barong di Desa Candi, Kecamatan<br />

Pringkuku, masih di Kabupaten Pacitan. Dalam<br />

wawancara di tempat tersebut, Djoko<br />

mengatakan bahwa tujuan kunjungannya ke<br />

Pacitan adalah dalam rangka melihat langsung<br />

kondisi ketersediaan air serta progres<br />

pembangunan instalasi air minum di Pacitan.<br />

Dijelaskan Djoko, pihaknya sangat peduli<br />

terhadap masalah ketersediaan air minum,<br />

sebab air merupakan kebutuhan utama masyarakat.<br />

Oleh karena itu, Kementerian PU<br />

tengah menganalisis kembali daerah-daerah<br />

rawan air (termasuk Pacitan) dan memperbanyak<br />

pembangunan instalasi pengolahan<br />

air di daerah tersebut. (bcr)


Info Baru 4<br />

Foto : Danang Pidekso<br />

Dirjen <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> Kementerian Pekerjaan Umum<br />

Budi Yuwono membuka Rakor PAMSIMAS<br />

INFOBARU 4<br />

PAMSIMAS<br />

Berlanjut Hingga 2016<br />

Sebagai salah satu program pemberdayaan masyarakat di sektor sanitasi dan air minum<br />

yang bernama Program Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS) tampaknya<br />

akan terus melenggang hingga 2016. Garansi keberlanjutan program tersebut diutarakan<br />

oleh Dirjen <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> di sela-sela Rapat Koordinasi Nasional akhir November ini di Jakarta.<br />

K“Kami telah mencanangkan perluasan program<br />

ini kepada seluruh provinsi di Indonesia<br />

yang berminat mulai tahun 2013, sehingga<br />

pembelajaran yang berlangsung dalam tahap-I<br />

ini akan menjadi rujukan untuk penyusunan<br />

pola pendekatan program PAMSIMAS<br />

tahap-II nanti. Untuk jumlah desa sasaran<br />

akan kita analisa terlebih dahulu,” kata Budi<br />

Yuwono.<br />

Seperti kita ketahui, pelaksanaan kegiatan<br />

Pasmimas ini dimulai sejak tahun 2008, tahun<br />

ini merupakan tahun ke-4 sejak dimulainya<br />

program tersebut. Untuk tahun 2012 nanti<br />

merupakan tahun terakhir penyaluran dana<br />

bantuan langsung masyarakat dari sumber<br />

dana bantuan luar negeri yang berlaku saat<br />

ini.<br />

Program Pamsimas ini telah menyasar<br />

5500 desa di 15 provinsi dan 110 kabupaten/<br />

kota untuk periode pelaksanaan dalam kurun<br />

waktu (2008-2012). Program ini dinilai cukup<br />

berhasil dalam meningkatkan peran serta masyarakat,<br />

sehingga program yang awalnya<br />

dibiayai dengan pinjaman lunak dari Bank Dunia<br />

menarik perhatian Pemerintah Australia<br />

yang kemudian mengucurkan hibah sebesar<br />

AUD 39 juta untuk menambah cakupan pelayanan<br />

yang awalnya 5000 desa menjadi 5500<br />

desa.<br />

Program pemberdayaan ini sedikit berbeda<br />

dengan program lainnya, dalam Pamsimas<br />

terdapat penyertaan dana in cash dari masyarakat<br />

sebesar 4%, dan juga bantuan materi<br />

dan tenaga (in kind) dari masyarakat sebesar<br />

Buletin <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> - 11/Tahun IX/November 2011 � 23


Foto : Puskom<br />

Masyarakat Desa Petanang Kecamatan Lembat<br />

Kabupaten Muara Enim memanfaatkan air minum<br />

dari menara air yang dibangun melalui PAMSIMAS<br />

16%. Selain itu, dalam program ini pemerintah<br />

memberikan dana bantuan langsung masyarakat<br />

sebesar 250 juta untuk tiap desa.<br />

Menurut Budi Yuwono, tujuan Pamsimas<br />

yaitu untuk meningkatkan akses pelayanan<br />

air minum dan sanitasi bagi masyarakat<br />

miskin perdesaan dan daerah pinggiran<br />

kota (peri urban), sehingga masyarakat dapat<br />

menerapkan praktik hidup bersih dan sehat<br />

secara benar, yang pada akhirnya dapat<br />

meningkatkan kesehatan masyarakat secara<br />

berkelanjutan.<br />

Ia menambahkan, program ini bisa disebut<br />

berhasil, apabila program ini dapat menjadi<br />

model untuk direplikasi, diperluas (scalling<br />

up), dan diarusutamakan (mainstreaming)<br />

oleh Pemerintah Daerah yang bersangkutan<br />

dengan dukungan APBD dan berbasis sumber<br />

dana lainnya, sehingga dapat mendukung<br />

pencapaian target MDGs di kabupaten<br />

tersebut.<br />

“Pusat sebenarnya hanya memberikan<br />

contoh bahwa ada program sanitasi dan air<br />

minum yang cocok untuk masyarakat, dan<br />

selanjutnya tugas pemerintah daerah untuk<br />

terus melanjutkannya,” tambah Budi.<br />

Karena itu Budi Yuwono berharap, pelaku<br />

PAMSIMAS, betul-betul memahami pendeka-<br />

24 �Buletin <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> - 11/Tahun IX/November 2011<br />

INFOBARU 4<br />

Tujuan Pamsimas yaitu untuk meningkatkan akses pelayanan<br />

air minum dan sanitasi bagi masyarakat miskin perdesaan dan<br />

daerah pinggiran kota (peri urban), sehingga masyarakat dapat<br />

menerapkan praktik hidup bersih dan sehat secara benar<br />

tan Program PAMSIMAS dalam pembangunan<br />

sistem penyediaan air minum dan sa nitasi<br />

yaitu dengan berbasis masyarakat, partisipatif<br />

dan keberlanjutan.<br />

Hal ini dapat dilakukan dengan menempatkan<br />

masyarakat sebagai pengambil keputusan<br />

utama dalam perencanaan, pelaksanaan<br />

kegiatan dan pengelolaan sarana air<br />

minum dan sanitasi, dan seluruh masyarakat<br />

miskin-kaya, perempuan-laki-laki, menjadi<br />

pe laku dan terlibat secara aktif dalam seluruh<br />

tahapan kegiatan PAMSIMAS. Kemudian sarana<br />

yang sudah terbangun ini, dimanfaatkan<br />

dalam jangka panjang dan dikembangkan<br />

sendiri oleh masyarakat, serta perubahan<br />

perilaku yang terbentuk ditingkat masyarakat<br />

akan dapat meningkatkan kesehatan masyarakat.<br />

“Intinya Pemerintah harus mampu berperan<br />

sebagai fasilitator untuk meningkatkan<br />

kemandirian masyarakat dan tidak ikut melaksanakan<br />

kegiatan atau sebagian kegiatan,<br />

dengan alasan masyarakat tidak mampu melaksanakan,”<br />

jelas Budi.<br />

Terdapat beberapa pendekatan Program<br />

Pamsimas dalam pembangunan sistem penyediaan<br />

air minum dan sanitasi yaitu:<br />

• Berbasis masyarakat, artinya Program<br />

Pam simas menempatkan masyarakat sebagai<br />

pengambil keputusan utama dalam<br />

perencanaan, pelaksanaan kegiatan dan<br />

pengelolaan sarana air minum dan sanitasi;<br />

• Partisipatif, artinya seluruh masyarakat<br />

miskin-kaya, perempuan-laki-laki, menjadi<br />

pelaku dan terlibat secara aktif dalam seluruh<br />

tahapan kegiatan Pamsimas;<br />

• Keberlanjutan, artinya sarana terbangun<br />

dapat dimanfaatkan dalam jangka panjang<br />

dan dikembangkan sendiri oleh masyarakat<br />

serta perubahan perilaku yang<br />

terbentuk ditingkat masyarakat akan<br />

dapat meningkatkan kesehatan masyarakat.<br />

Program ini juga telah diadudit baik keuangan<br />

maupun kinerja oleh BPKP sebagai<br />

alat ukur kesesuaian pelaksanaan program.<br />

Ber dasarkan laporan hasil audit konsolidasi<br />

keuangan oleh BPKP untuk pelaksanaan tahun<br />

anggaran 2008, 2009, dan 2010 disimpulkan<br />

bahwa laporan keuangan pelaksanaan<br />

Pamsimas adalah ‘Wajar Tanpa Pengecualian’.<br />

Disamping itu juga terjadi peningkatan<br />

kinerja dalam penilaian BPKP yang pada tahun<br />

2008/2009 tercatat nilai temuan sebesar<br />

2,26% dari total pengeluaran program menjadi<br />

0,79% pada tahun 2009/2010 dan termasuk<br />

untuk kategori cukup berhasil.<br />

Oleh karena itu tak salah kalau program<br />

ini termasuk dalam program prioritas pencapaian<br />

target MDGs sesuai Inpres No. 3 tahun<br />

2010, serta menjadi model reformasi birokrasi<br />

dalam hal tata kelola kepemerintahan dilingkungan<br />

Direktorat Jenderal <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong>. Maka,<br />

keberhasilan program ini sangat menjadi perhatian<br />

bagi kita semua.<br />

Rakornas PAMSIMAS 2011<br />

Untuk melakukan koordinasi, integrasi dan<br />

sin kronisasi antar para stakeholder, <strong>Ditjen</strong> <strong>Cipta</strong><br />

<strong>Karya</strong> menyelenggarakan Rapat Koordinasi<br />

Tingkat Nasional Tahun 2011 di Hotel Mercure<br />

Jakarta akhir November ini. Rakornas ini<br />

mengundang Para Ketua Bappeda dan Kepala<br />

Dinas PU yang tergabung dalam Tim Koordinasi<br />

Provinsi dan Kabupaten/Kota; Para KaSatker<br />

PKP-AM Provinsi; Para KaSatker PIP / PPK<br />

Pamsimas Kabupaten/Kota. Selaku pembicara<br />

terdapat pewakilan dari <strong>Ditjen</strong> <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong><br />

Kementerian PU, Kementerian Kesehatan, Kementerian<br />

Dalam Negeri dan Bappenas.<br />

Dirjen <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> Budi Yuwono mengatakan,<br />

rapat koordinasi tingkat Nasional kali<br />

ini menjadi sangat penting artinya bagi kita<br />

semua untuk melakukan refleksi terhadap<br />

ha sil pelaksanaan Pamsimas hingga saat ini,<br />

yang akan menjadi masukan untuk memperbaiki<br />

mekanisme pelaksanaan dan menyusun<br />

perencanaan program tahun 2012 secara lebih<br />

matang agar dapat memperbaiki kinerja<br />

Pamsimas sebelum berakhirnya loan pada tahun<br />

2013.<br />

“Pelaksanaan program Pamsimas ini diselenggarakan<br />

oleh berbagai pihak terkait ditingkat<br />

Pusat, Provinsi, dan Kabupaten/Kota,<br />

maka koordinasi, integrasi dan sinkronisasi<br />

antar para pelaku menjadi sangatlah penting<br />

artinya. Berbagai hambatan perlu dicari<br />

solusinya dengan semangat kebersamaan<br />

dengan satu tujuan, yaitu terwujudnya layanan<br />

air minum bagi masyarakat,” tambah<br />

Budi. (dvt)


Inovasi 1<br />

Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM)<br />

Regional Jateng<br />

Upaya untuk Mencapai<br />

Target MDGs 2015<br />

Upaya pemerintah untuk mencapai target MDGs 2015 bidang air minum terus dilakukan.<br />

Pertengahan November lalu, Kementerian Pekerjaan Umum beserta 27 bupati dan walikota<br />

menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) pembukaan sembilan Sistem<br />

Penyediaan Air Minum (SPAM) regional Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)<br />

bertempat di Pendopo Rumah Dinas Bupati Karanganyar, Jawa Tengah.<br />

INOVASI 1<br />

Potensi sumber mata air di Kabupaten Brebes dengan kapasitas sekitar 300 L/detik yang bernama Mata air Tuk Suci<br />

Penandatanganan tersebut dilakukan oleh<br />

Direktur Jenderal (Dirjen) <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> Budi Yuwono,<br />

Dirjen Sumber Daya Air Mochammad<br />

Amron, Gubernur Jawa Tengah Bibit Waluyo,<br />

para Bupati/Walikota, dan disaksikan Sekretaris<br />

Jenderal Agoes Widjanarko mewakili<br />

Menteri Pekerjaan Umum.<br />

Kesembilan regional di Jateng itu yakni<br />

Regional Bregas (Brebes Tegal), Wosusokas<br />

(Wonogiri, Sukoharjo, Solo, Karanganyar,<br />

Sragen), Petanglong (Pekalongan, Batang,<br />

Kota Pekalongan), Keburejo (Kebumen dan<br />

Purworejo), Purbamas (Purbalingga dan<br />

Banyumas), Wononegara (Wonosobo dan<br />

Banjarnegara, Semarsalat (Semarang dan<br />

Salatiga), Dadi Muria (Grobogan, Kudus, Pati,<br />

Jepara) dan Gelangmantul (Magelang, Sleman,<br />

Yogyakarta dan Bantul). Total anggaran<br />

Sembilan regional Jateng tersebut akan didanai<br />

dari APBN 2012 senilai Rp 6 triliun.<br />

Menurut Sekjen Agoes Widjanarko, pembangunan<br />

SPAM regional ini diharapkan<br />

dapat menambah kapasitas penyediaan air<br />

minum sebesar 9.550 liter/detik. Dengan anggaran<br />

sebesar Rp 6,8 triliun, ia mengingat kan<br />

perlunya berbagai alternatif pembia yaan,<br />

karena tidak mungkin seluruhnya dipikul<br />

oleh Pemerintah semata. Hal yang tidak kalah<br />

Buletin <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> - 11/Tahun IX/November 2011 � 25


Penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) pembukaan sembilan Sistem Penyediaan Air<br />

Minum (SPAM) regional Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) bertempat di Pendopo Rumah<br />

Dinas Bupati Karanganyar, Jawa Tengah.<br />

penting menurutnya adalah kajian yang lebih<br />

mendalam terhadap ketersediaan air baku<br />

agar tidak mengganggu keseimba ngan kebutuhan<br />

lainnya yang ada saat ini.<br />

“Upaya terobosan untuk menggalang<br />

sum ber-sumber pembiayaan ini perlu dilakukan<br />

oleh kita semua,” katanya.<br />

Sebagai informasi, kebutuhan investasi<br />

untuk masing-masing SPAM regional ini bervariasi.<br />

Sebagian sistem membutuhkan investasi<br />

yang sangat mahal karena panjangnya<br />

jaringan transmisi dan distribusi serta sistem<br />

pompa yang harus dibangun sehingga cenderung<br />

kurang layak secara finansial.<br />

Sebaliknya, terdapat sistem dengan sumber<br />

mata air dengan gravitasi dan jaringan<br />

perpipaan yang relatif pendek sehingga<br />

sangat potensial dan layak secara finansial.<br />

Kondisi tersebut dapat mengakibatkan tarif<br />

air yang diberlakukan pada beberapa SPAM<br />

regional menjadi sangat tinggi dan tidak terjangkau<br />

oleh masyarakat di wilayah tersebut.<br />

Konsep SPAM regional yang difasilitasi oleh<br />

Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, diharapkan<br />

dapat mengatasi masalah tersebut melalui<br />

subsidi silang antar sistem. Dengan demikian<br />

secara gabungan, SPAM regional yang difasilitasi<br />

oleh Pemerintah Provinsi Jawa Tengah<br />

dapat menjadi kegiatan yang layak bukan saja<br />

dari sisi teknis, tetapi juga dari sisi ekonomis<br />

dan keuangan.<br />

Agoes Widjanarko menambahkan, pemerintah<br />

pada dasarnya akan mendukung pemenuhan<br />

kebutuhan air baku yang diperlukan<br />

dengan membangun sistem transmisi air<br />

baku. Untuk beberapa SPAM regional yang<br />

26 �Buletin <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> - 11/Tahun IX/November 2011<br />

menggunakan sumber air melalui mata air<br />

dengan pipa transmisi yang tidak terlalu panjang<br />

pada prinsipnya dapat didukung dengan<br />

dana APBN Kementerian PU.<br />

Namun demikian, untuk beberapa SPAM<br />

regional dengan kapasitas besar dan pipa<br />

transmisi yang panjang, perlu dilakukan pentahapan<br />

dalam pelaksanaanya dan kajian<br />

skema pembiayaan diluar APBN diantaranya<br />

dengan melibatkan peran serta swasta. Dalam<br />

hal ini, APBN dialokasikan sebagai dukungan<br />

Pemerintah agar kegiatan ini layak bagi mitra<br />

swasta dan menarik bagi lembaga keuangan<br />

untuk mendanainyadengan tarif air minum<br />

yang terjangkau bagi masyarakat.<br />

“Demikian pula untuk membangun sistem<br />

distribusi dan layanan yang diperkirakan<br />

membutuhkan biaya sebesar Rp. 2,4 Triliun,<br />

saya kira juga sulit apabila hanya mengandalkan<br />

APBD Provinsi/Kabupaten/Kota dan internal<br />

kas PDAM semata,” tambahnya.<br />

Agoes mengharap pemerintah Provinsi/<br />

Kabupaten/Kota beserta DPRD diharapkan<br />

dapat mendukung penyelenggara SPAM dalam<br />

mencari terobosan pendanaan untuk<br />

membangun jaringan distribusi dan sambungan<br />

rumah.<br />

Terkait hal tesebut, pemerintah saat ini<br />

memberikan fasilitasi untuk mengakses berbagai<br />

alternatif pendanaan, seperti Pinjaman<br />

Perbankan sebagaimana diatur dalam<br />

Peraturan Presiden Nomor 29 tahun 2009<br />

tentang Pemberian Jaminan dan Subsidi<br />

Bunga oleh Pemerintah Pusat dalam rangka<br />

Percepatan Penyediaan Air Minum. Selain itu<br />

dapat juga dilakukan Kerjasama Pemerintah<br />

INOVASI 1<br />

dan Swasta (KPS) sebagaimana diatur dalam<br />

Peraturan Presiden Nomor 56 tahun 2011 tentang<br />

Perubahan Kedua atas Perpres Nomor 67<br />

tahun 2005 tentang Kerjasama Pemerintah<br />

dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur,<br />

serta diatur dalam Peraturan Menteri<br />

PU Nomor 12/PRT/M/2010 tentang Pedoman<br />

Kerjasama Pengusahaan Pengembangan Sistem<br />

Penyediaan Air Minum.<br />

“Kami meletakkan harapan yang besar<br />

terhadap keberhasilan dan keberlangsungan<br />

SPAM Regional di Provinsi Jawa Tengah<br />

dan Daerah Istimewa Yogyakarta ini dalam<br />

peningkatan pelayanan air minum kepada<br />

masyarakat di dua provinsi ini. Harapan kami<br />

9 SPAM Regional ini dapat menjadi contoh<br />

bagi daerah-daerah lain di Indonesia untuk<br />

mengesampingkan ego kewilayahan dan<br />

me ningkatkan kerjasama antar daerah dalam<br />

rangka meningkatkan pelayanan air minum<br />

kepada masyarakatnya,” tambah Agoes.<br />

Terkait SPAM Regional ini, dukungan<br />

penuh juga diberikan oleh Gubernur Jawa<br />

Tengah H. Bibit Waluyo. Menurutnya, nota<br />

kesepahaman ini mengandung arti bahwa<br />

pemenuhan kebutuhan air minum untuk masyarakat<br />

menjadi tanggung jawab bersama<br />

secara regional. Hal ini mengandung maksud<br />

agar upaya pemenuhan kebutuhan air bersih<br />

tidak bersifat sektoral dan terlokalisir pada<br />

tiap-tiap pemerintah kabupaten/kota tanpa<br />

adanya sinergi dan kerjasama dengan daerah<br />

lain di sekitarnya.<br />

Dengan pola ini maka diharapkan daerah<br />

yang mengalami surplus air akan mensubsidi<br />

daerah lain di sekitarnya agar upaya pemenuhan<br />

kebutuhan air bersih dapat terwujud secara<br />

merata dalam suatu kawasan regional.<br />

“Air sebagai kebutuhan dasar manusia untuk<br />

semua orang. Jadi kalau daerah tertentu<br />

sudah cukup, sudah tentu diberikan untuk<br />

daerah lain yang membutuhkan,” tandas Bibit.<br />

Penandatanganan kesepakatan bersama<br />

yang melibatkan Pemerintah Pusat, Provinsi<br />

serta Pemerintah Kabupaten dan Kota merupakan<br />

langkah awal dalam mewujudkan<br />

SPAM Regional di Jawa Tengah. Setelah<br />

penandatangan dilaksanakan, diharapkan<br />

ma sing-masing pemda dapat menyiapkan<br />

do kumen-dokumen perencanaan yang diperlukan<br />

meliputi perencanaan teknis, pembiayaan,<br />

kelembagaan dan lingkungan. Satu hal<br />

yang juga perlu perhatian khusus diantaranya<br />

adalah penyiapan lahan yang diperlukan. Karena<br />

sudah banyak kasus pembangunan infrastruktur<br />

yang terkendala akibat lambatnya<br />

penyiapan lahan yang diperlukan. (dvt)


Foto : Dok. PAMSIMAS<br />

Inovasi 2<br />

Hal ini sejalan dengan entropi alam dimana<br />

pertumbuhan ekonomi tidaklah sejalan dengan<br />

upaya konservasi lingkungan. Upaya<br />

me lawan entropi alam dengan menyelaraskan<br />

pertumbuhan ekonomi dan konservasi<br />

lingkungan berdampak pada kebijakan yang<br />

mahal dari aspek finansial, namun dapat menjadi<br />

murah dari aspek ekonomi.<br />

Hal ini juga berdampak pada infrastruktur<br />

keciptakaryaan, seperti bangunan, permukiman,<br />

air minum, air limbah, drainase, dan persampahan.<br />

Perubahan iklim perlu diwaspadai<br />

INOVASI 2<br />

Formulasi dan Kuantifikasi<br />

Kebijakan dan Strategi <strong>Cipta</strong><br />

<strong>Karya</strong> Terkait Perubahan Iklim<br />

Sandhi Eko Bramono *)<br />

Perubahan iklim saat ini telah menjadi topik hangat yang ditengarai sebagai salah satu<br />

penyebab berbagai bencana alam yang terjadi belakangan ini. Peningkatan jumlah penduduk<br />

dunia dan peningkatan standar kualitas hidup manusia, juga tidak diikuti dengan penambahan<br />

daya dukung lingkungan.<br />

dapat mengakibatkan penurunan kinerja infrastruktur<br />

keciptakaryaan bagi masyarakat,<br />

meskipun juga terdapat dampak positifnya.<br />

Oleh karenanya, penyusunan kebijakan dan<br />

strategi yang tepat, aplikatif, terukur, andal,<br />

dan terjangkau, perlu untuk dirumuskan.<br />

Identifikasi Dampak<br />

Sejumlah parameter lingkungan yang paling<br />

signifikan dari perubahan iklim adalah<br />

perubahan temperatur, kelembaban udara,<br />

tingkat curah hujan, pola curah hujan, fre ku-<br />

en si curah hujan, durasi curah hujan, kecepatan<br />

angin, dan arah angin. Dampak positif dan<br />

negatif dari perubahan iklim perlu untuk dihitung,<br />

serta dipertimbangkan daya rusaknya<br />

atau justru daya dukungnya terhadap infrastruktur<br />

yang ada. Sebagai contoh, dampak<br />

peningkatan temperatur udara terhadap pengeringan<br />

sampah yang mendukung kiner ja<br />

proses insinerasi di Instalasi Pengolahan Sampah<br />

(IPS), dampak peningkatan tingkat curah<br />

hujan terhadap melambatnya kecepatan penu<br />

runan genangan air di permukiman, dan<br />

Buletin <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> - 11/Tahun IX/November 2011 � 27


lain sebagainya.<br />

Toleransi Dampak<br />

Penurunan keandalan infrastruktur terkait perubahan<br />

iklim harus difokuskan pada tingkat<br />

keandalan pelayanannya kepada masyarakat.<br />

Jika penurunan keandalan sudah mencapai<br />

tahap yang merugikan masyarakat, maka perlu<br />

dilakukan suatu tahapan antisipasi yang<br />

memadai. Kerugian yang ditimbulkan juga<br />

perlu untuk dikuantifikasikan, dalam satuan<br />

yang dapat dihitung atau diukur.<br />

Misalnya, peningkatan tingkat curah hujan<br />

menyebabkan sampah yang belum terangkut<br />

dari kawasan permukiman menjadi lebih<br />

cepat membusuk dan mengganggu kenyamanan<br />

masyarakat. Dengan kata lain, peningkatan<br />

frekuensi pengangkutan sampah<br />

perlu untuk dilakukan, dengan mempertimbangkan<br />

tingkat toleransi masyarakat atas<br />

bau sampah yang ditimbulkan. Hal ini dapat<br />

dikorelasikan juga dengan Standar Pelayanan<br />

28 �Buletin <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> - 11/Tahun IX/November 2011<br />

Minimal (SPM) infrastruktur yang ada, dengan<br />

mempertimbangkan apakah keandalan infrastruktur<br />

tersebut masih memenuhi SPM yang<br />

telah ditetapkan.<br />

Biaya Mitigasi<br />

Penurunan keandalan infrastruktur yang akan<br />

dirancang terkait perubahan iklim, berdampak<br />

pada kebutuhan dalam upaya mitigasi<br />

untuk meminimasi dampak kerusakan yang<br />

ada. Upaya mitigasi ini membutuhkan sejumlah<br />

biaya yang akan berpengaruh terhadap<br />

besaran investasi yang harus ditanamkan oleh<br />

Direktorat Jenderal <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong>, Kementerian<br />

Pekerjaan Umum, atau Pemerintah Daerah.<br />

Tambahan biaya investasi ini menjadi beban<br />

baru dalam pos Anggaran Pendapatan<br />

Belanja Negara/Daerah (APBN/D) karena menjadi<br />

kewajiban pemerintah untuk menjamin<br />

keandalan infrastruktur yang akan disediakan.<br />

Biaya ini dapat dikorelasikan sebagai biaya<br />

investasi untuk sejumlah masyarakat yang<br />

TPA Sarimukti Kab. Bandung Barat<br />

dilayani oleh infrastruktur tersebut, dalam satuan<br />

Rupiah/kapita. Misalnya, dapat dihitung<br />

biaya mitigasi yang dibutuhkan untuk membuat<br />

perluasan kawasan resapan air di sekitar<br />

infrastruktur drainase untuk meng antisipasi<br />

luapan air yang tidak dapat terta ngani oleh<br />

infrastruktur drainase kawasan yang ada.<br />

Biaya Rehabilitasi<br />

Pada infrastruktur yang telah terbangun, sejumlah<br />

penurunan keandalan infrastruktur<br />

juga perlu diantisipasi dengan penyesuaian<br />

desain fisik infrastruktur tersebut agar tidak<br />

menurunkan keandalan infrastruktur yang<br />

telah terbangun. Sejumlah biaya dibutuhkan<br />

untuk memperbaiki kerusakan infrastruktur<br />

yang ada, dimana tingkat keandalan infrastruktur<br />

harus tetap dipertahankan atau bahkan<br />

ditingkatkan. Kebutuhan biaya rehabilitasi<br />

ini dapat dinyatakan dalam biaya investasi<br />

terhadap jumlah layanan infrastruktur tersebut,<br />

dinyatakan dalam satuan Rupiah/kapita.


Misalnya, dapat dihitung biaya yang dibutuhkan<br />

untuk memperbaiki kawasan permukiman<br />

yang rusak akibat tergenang oleh banjir<br />

akibat peningkatan tingkat curah air hujan.<br />

Wigati atau Skala Prioritas<br />

Setelah mempertimbangkan tingkat kerusakan,<br />

toleransi, serta pembiayaan yang<br />

dibutuhkan, maka dapat ditentukan wigati<br />

dari infrastruktur-infrastruktur yang perlu diberi<br />

perhatian utama. Kesemua infrastruktur<br />

adalah sama pentingnya dan sama manfaatnya<br />

bagi masyarakat. Namun di tengah keterbatasan<br />

anggaran yang ada, maka perlu<br />

dilakukan suatu pemeringkatan terkait dampak<br />

perubahan iklim yang terjadi, karena hal<br />

ini menjadi suatu pertimbangan yang sangat<br />

teknis untuk diputuskan.<br />

Misalnya, fluktuasi kualitas air sungai karena<br />

perubahan pola curah hujan berdampak<br />

pada terganggunya kinerja Instalasi Pengolahan<br />

Air (IPA). Dalam hal ini, diperlukan skala<br />

prioritas pada infrastruktur air minum untuk<br />

meningkatkan kinerja unit operasi pada IPA,<br />

sehingga mampu menghasilkan air minum<br />

dengan kualitas yang konstan, meskipun<br />

memperoleh air baku dengan kualitas yang<br />

fluktuatif. Sebagai perbandingan, pembiayaan<br />

untuk infrastruktur persampahan terkait<br />

sarana pengumpulan sampah, seperti perbaikan<br />

kualitas material pada gerobak sampah,<br />

dalam hal ini tidak menjadikannya sebagai<br />

suatu prioritas utama.<br />

Kelembagaan dan Skema Pembiayaan<br />

Setelah semua dampak perubahan iklim dipetakan,<br />

besaran pembiayaan telah dihitung,<br />

dan skala prioritasnya telah diputuskan, maka<br />

dibutuhkan suatu sarana kelembagaan yang<br />

sesuai, serta skema pembiayaan yang tepat<br />

dan sesuai kebutuhan. Kelembagaan yang<br />

cocok akan memberikan kinerja pelayanan<br />

infrastruktur yang baik dan berkenlanjutan.<br />

Skema pembiayaan diharapkan sebagai<br />

pembiayaan dalam negeri, untuk meminimasi<br />

pembiayaan dari luar negeri (khususnya<br />

hutang luar negeri). Beban hutang luar negeri<br />

Indonesia yang saat ini sudah mencapai Rp<br />

7,5 juta/kapita, harus menjadi suatu cambuk<br />

bahwa diperlukan pembiayaan dalam negeri<br />

yang bersifat kreatif, namun tetap mampu<br />

memberikan manfaat yang nyata dan luas<br />

bagi masyarakat.<br />

Pembiayaan dapat dilakukan dengan<br />

diversifikasi dari berbagai lembaga keuangan<br />

dalam negeri, yang sifatnya cocok bagi<br />

pembiayaan infrastruktur tersebut. Misalnya,<br />

untuk pembiayaan infrastruktur air minum<br />

de ngan menggandeng lembaga keuangan<br />

dalam negeri A dengan model kelembagaan<br />

B, untuk infrastruktur air limbah dengan<br />

bekerja sama bersama lembaga keuangan<br />

dalam negeri C dengan model kelembagaan<br />

D, dan lain sebagainya.<br />

Dengan mempertimbangkan urutan-urutan<br />

yang tersebut di atas, diharapkan akan<br />

dilahirkan kebijakan dan strategi yang tepat,<br />

aplikatif, terukur, andal, dan terjangkau. Kebijakan<br />

dan strategi yang tidak tepat dan tidak<br />

aplikatif akan sekedar menjadi suatu wacana<br />

tanpa realisasi. Kebijakan dan strategi yang<br />

tidak terukur akan menjadikan capaian-capaian<br />

yang tidak jelas arahannya. Kebijakan<br />

dan strategi yang tidak andal dan tidak ter-<br />

INOVASI 2<br />

jangkau akan menjadikan infrastruktur yang<br />

dirancang tidak dapat berfungsi dengan baik,<br />

tidak berkelanjutan, dan tidak memberikan<br />

manfaat finansial/ekonomi yang nyata bagi<br />

masyarakat.<br />

Keandalan kebijakan dan strategi yang dikeluarkan<br />

oleh Direktorat Jenderal <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong>,<br />

Kementerian Pekerjaan Umum, akan menjadi<br />

ujung tombak terdepan dalam menjamin keandalan<br />

pelayanan infrastruktur cipta karya<br />

yang seluas-luasnya untuk rakyat.<br />

*) Staf Sub Direktorat Kebijakan dan Strategi,<br />

Direktorat Bina Program, Direktorat<br />

Jenderal <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong>, Kementerian<br />

Pekerjaan Umum. Kontak dengan penulis:<br />

sandhieb@yahoo.com<br />

Bron Capturing PAMSIMAS Desa Kapundutan Kabupaten Pekalongan<br />

Buletin <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> - 11/Tahun IX/November 2011 � 29


Gema PNPM<br />

Vice President ADB<br />

Kunjungi RIS-PNPM<br />

di Babakan Loa<br />

Dedi Zubaidi *)<br />

RIS-PNPM merupakan program pemberdayaan masyarakat yang koordinasinya berada<br />

di bawah payung PNPM Mandiri. Program ini memberikan fasilitasi pada pengembangan<br />

kapasitas masyarakat dalam perencanaan dan pengembangan desanya. Juga memberikan<br />

dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) untuk pembangunan infrastruktur yang mampu<br />

memberikan kemudahan akses bagi masyarakat dalam peningkatan kualitas hidup<br />

dan ekonominya.<br />

30 �Buletin <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> - 11/Tahun IX/November 2011<br />

Babakan Loa, Kabupaten Pesawaran, Provinsi<br />

Lampung, merupakan salah satu desa sasaran<br />

RIS-PNPM tahun 2009 yang menjadi lokasi<br />

kunjungan Stephen P. Groff-Vice President of<br />

Asian Development Bank. Keberhasilan pelaksanaan<br />

program pemberdayaan masyarakat<br />

di Desa Babakan Loa, telah menjadikan<br />

desa ini sebagai lokasi kunjungan Stephen<br />

P. Groff- Vice President of Asian Development<br />

Bank (ADB), didampingi oleh Fihir S. Batarai<br />

– Kepala Project Coordination and Monitoring<br />

Unit RIS-PNPM dan Teddy Kreswanto – Kepala<br />

Satuan Kerja Pembinaan Pembangunan Infrastruktur<br />

Perdesaan Direktorat Jenderal <strong>Cipta</strong><br />

<strong>Karya</strong>.<br />

Dalam kunjungannya Stephen P. Groff mengatakan<br />

bahwa ADB telah melakukan kerjasama<br />

dengan pemerintah Indonesia lebih<br />

dari 40 tahun, dimana programnya difokuskan<br />

pada peningkatan kesejahteraan masyarakat.<br />

“Saya sangat senang berada disini dan melihat<br />

langsung keberhasilan masyarakat Babakan<br />

Loa dalam melaksanakan RIS-PNPM. Hal ini<br />

akan menjadi contoh bagi wilayah-wilayah<br />

lainnya,” ungkap Groff pada saat dialog dengan<br />

masyarakat.<br />

Babakan Loan kecamatan Kedondong


Kabupaten Pesawan Provinsi Lampung, merupakan<br />

desa yang mempunyai potensi berupa<br />

hasil perkebunan seperti kakao, kopi<br />

dan pisang. Jarak tempuh yang harus dilalui<br />

masyarakat untuk menuju kota kecamatan<br />

memakan waktu sekitar satu jam dengan<br />

kondisi wilayah perbukitan dan jalan yang rusak.<br />

Kondisi ini telah menyebabkan masyarakat<br />

mengalami kesulitan dalam memasarkan<br />

hasil perkebunanya. Di samping itu, kesulitan<br />

masyarakat dalam memperoleh air bersih<br />

juga telah menyebabkan kualitas kesehatan<br />

mereka tidak terjamin dan beban pengeluaran<br />

mereka bertambah.<br />

Selama kurang lebih 13 tahun, masyarakat<br />

mengambil air bersih dari lembah atau sungai<br />

yang kurang lebih berjarak 5 km untuk<br />

dusun terjauh dan 1 km untuk dusun yang<br />

dekat dengan sungai. Masyarakat mengambil<br />

air bersih tersebut dengan diangkut menggunakan<br />

motor, sepeda, bahkan ada yang<br />

dipikul. Melalui RIS-PNPM, masyarakat Desa<br />

Babakan Loa sejak tahun 2009 telah dapat<br />

menikmati air bersih yang langsung tersedia<br />

di dapur mereka, dan mereka sangat berbahagia<br />

merasakan kemudahan tersebut.<br />

Pada kesempatan ini pula, Aries Sandi<br />

Darma Putra - Bupati Pesawaran dalam sambutannya<br />

yang dibacakan oleh Drs. Achmad<br />

Balia - Kepala Bappeda Kabupaten Pesawaran<br />

mengatakan bahwa Pemerintah Kabupaten<br />

Pesawaran mendukung sekali program yang<br />

digulirkan ADB ini dan berharap masih akan<br />

berlangsung pada tahun-tahun mendatang.<br />

Sebagai bentuk dukungan, kami menyediakan<br />

Biaya Operasional/ biaya pendamping<br />

untuk menyelenggarakan program tersebut<br />

sesuai kesepakatan antara Pemerintah Indonesia<br />

dan ADB. Untuk lebih menjamin terjadinya<br />

transparansi di masyarakat dan terwujudnya<br />

efektifitas dalam pencapaian sasaran<br />

program, kami melibatkan media, LSM serta<br />

menumbuhkan sikap kritis masyarakat untuk<br />

mengawasi jalannya pelaksanaan program.<br />

Pada tahun 2009, Kabupaten Pesawaran<br />

menerima bantuan program dari ADB sebesar<br />

14 Milyar (56 desa), tahun 2010 sebesar<br />

12,750 Milyar (51 desa) dan tahun 2011 sebesar<br />

12,750 Milyar (51 desa). Dari dana sekitar<br />

39 milyar yang diterima, digunakan sebagai<br />

wujud nyata pembangunan dalam rangka<br />

pengentasan kemiskinan yang dilaksanakan<br />

secara langsung oleh masyarakat.<br />

Lebih lanjut, Achmad Balia mengatakan<br />

bahwa sebagai komitmen Pemerintah Kabupaten<br />

Pesawaran dan melihat besarnya manfaat<br />

program pemberdayan bagi masyarakat.<br />

GEMAPNPM<br />

Selama kurang lebih 13 tahun, masyarakat mengambil air bersih<br />

dari lembah atau sungai yang kurang lebih berjarak 5 km untuk<br />

dusun terjauh dan 1 km untuk dusun yang dekat dengan sungai<br />

“Kami merencanakan membuat program<br />

pem berdayaan masyarakat yang serupa yang<br />

dibiayai melalui APBD Kabupaten Pesawaran<br />

untuk lebih mempercepat pelaksanaan pembangunan<br />

di Kabupaten Pesawaran yang kita<br />

cintai ini,” ujarnya.<br />

Sementara itu dalam sesi dialog, masyarakat<br />

menginginkan program ini terus dilanjutkan<br />

di Babakan Loa. Kemiskinan yang hampir<br />

menyuluruh di dusun-dusun menyebabkan<br />

perlunya dukungan peningkatan infrastruktur<br />

yang berkesinambungan.<br />

Kebijakan pembangunan berbasis pemberdayaan<br />

masyarakat pada hakekatnya merupakan<br />

pergeseran paradigma dari pro ses<br />

perencanaan pembangunan yang semula<br />

berpola top-down menjadi bottom-up. Pende<br />

katan pelaksanaan pembangunan ini<br />

di la kukan melalui peningkatan kapasitas<br />

ma syarakat, baik secara individu maupun<br />

ber kelompok untuk dapat memecahkan ber -<br />

ba gai persoalan terkait upaya peningkatan<br />

kualitas hidup, kemandirian, dan kese jah teraannya.<br />

Mudah-mudahan, dengan ke ter libatan<br />

yang lebih besar dari perangkat pemerintah<br />

daerah serta berbagai pihak untuk<br />

memberikan kesempatan bagi masyarakat<br />

untuk bangkit secara mandiri menuju masyarakat<br />

yang madani.<br />

*) Sekretariat RIS PNPM <strong>Ditjen</strong> <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong><br />

Buletin <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> - 11/Tahun IX/November 2011 � 31


Lensa CK<br />

LENSACK<br />

World Delta Summit<br />

Jakarta Convention Center, 21-24 November 2011<br />

“The Pulse of Deltas<br />

and the Fate of our Civilization”<br />

Foto-foto : Danang Pidekso<br />

32 �Buletin <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> - 11/Tahun IX/November 2011


Lensa CK<br />

LENSACK<br />

Konstruksi Indonesia 2011<br />

Forum Konstruksi<br />

dan Infrastruktur Indonesia<br />

Jakarta Convention Center,<br />

23-25 November 2011<br />

Foto-foto : Danang Pidekso<br />

Buletin <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> - 11/Tahun IX/November 2011 � 33


Seputar Kita<br />

<strong>Ditjen</strong> <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> sosialisasikan program Urban<br />

Sanitation dan Rural Infrastucture (USRI) Support<br />

to PNPM Mandiri kepada 71 kabupaten/kota di<br />

9 provinsi penerima program ini di Jakarta 9-10<br />

November 2011. Sosialisasi ini dilaksanakan sebagai<br />

tindak lanjut atas kerjasama pinjaman antara<br />

Pemerintah Indonesia dengan Asian Development<br />

Bank (ADB) senilai US$ 100 juta akhir September<br />

lalu.<br />

Dalam arahannya, Dirjen <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> Budi Yuwono<br />

mengatakan, USRI merupakan program<br />

pem berdayaan masyarakat di bawah payung<br />

PN PM Mandiri. Program ini dilaksanakan untuk<br />

mendukung kebijakan pemerintah dalam per-<br />

SAK ETAP Bagi PDAM<br />

Mulai Disosialisasikan<br />

<strong>Ditjen</strong> <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong><br />

Sosialisasikan<br />

Program USRI<br />

Setelah rampung menyusun Petunjuk Teknis (Juknis) Oktober lalu,<br />

SAK ETAP (Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas<br />

Publik) bagi PDAM mulai disosilisasikan. Kementerian PU melalui<br />

Badan Pendukung Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum<br />

(BPPSPAM) dan Dit. PAM <strong>Ditjen</strong> <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> serta PERPAMSI mulai<br />

mensosialisasikan sistem ini secara bergelombang dan regional<br />

ke seluruh PDAM di Indonesia. Diharapkan awal tahun 2012 nanti,<br />

semua PDAM sudah menerapkan laporan keuangan dengan sistem<br />

SAK ETAP ini.<br />

Kepala BPPSPAM Rachmat Karnadi mengatakan, salah satu cara<br />

meningkatkan layanan PDAM adalah dengan menerapkan sistem SAK<br />

ETAP dalam laporan keuangan setiap PDAM. Dengan menerapkan<br />

sistem yang mengacu pada standar akuntansi internasional ini, salah<br />

satu keuntungannya adalah investor asing akan berminat untuk<br />

investasi . Selain itu, dengan sistem ini PDAM akan lebih mudah<br />

dan tepat dalam menyusun laporan keuangannya karena lebih<br />

sederhana.<br />

“Sosialisasi ini rencananya akan dilaksanakan di tujuh kota yaitu<br />

Bandung, Makassar, Batam, Solo, Medan, Bali dan Banjarmasin untuk<br />

tahun 2011. Peserta sosialisasi adalah sejumlah PDAM yang terbagi<br />

dalam sembilan wilayah di Indonesia dan sebagai narasumber utama<br />

dalam sosialisasi ini adalah tim dari Badan Pengawasan Keuangan<br />

dan Pembangunan (BPKP)” kata Rachmat. (dvt)<br />

34 �Buletin <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> - 11/Tahun IX/November 2011<br />

SEPUTARKITA<br />

baikan infrastruktur perdesaan dan mengentaskan kemiskinan<br />

di wilayah perdesaan serta penanganan permasalahan sanitasi di<br />

wilayah perkotaan.<br />

“Saya juga mengharap dukungan Pemprov maupun Pemda dalam<br />

bentuk Dana Biaya Operasional Proyek (BOP) untuk program ini. BOP<br />

ini merupakan tugas wajibnya daerah dan tidak akan membebani,<br />

karena kecil nilainya. Dengan adanya alokasi BOP ini maka program<br />

akan berjalan lancar dan tepat waktu,” kata Budi saat member arahan,<br />

Rabu (9/11). (puskom)<br />

30 Mahasiswa Sapta Taruna<br />

Kunjungi Stand PU<br />

Sebanyak 30 mahasiswa jurusan teknik sipil dan teknik lingkungan dari<br />

Sekolah Teknologi Tinggi (STT) Sapta Taruna Jakarta kunjungi Stand<br />

Kementerian Pekerjaan Umum dalam pemeran IDEC 2011 (Indonesia<br />

Disaster Preparedness, Response, Recovery, Expo and Conference) di JI<br />

Expo Kemayoran Jakarta, Jumat (28/10). Para mahasiswa ini diundang<br />

oleh Kementerian PU untuk mendapatkan penjelasan mengenai<br />

penanganan rehabilitasi dan rekontruksi Gempa DIY oleh <strong>Ditjen</strong> <strong>Cipta</strong><br />

<strong>Karya</strong> Kementerian PU.<br />

Selaku pembicara, Kasatker Rehab Rekon <strong>Ditjen</strong> <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong><br />

Aswin Sukahar menjelaskan, rehab rekon untuk Gempa DIY tahun<br />

2006 memiliki beberapa tujuan. Diantaranya, memberi kemampuan<br />

masyarakat untuk membangun rumah tahan gempa, menyusun<br />

rencana penataan permukiman untuk meminimalisir resiko dan<br />

membangun infratruktur akibat gempa.<br />

“Pendekatan yang dilakukan adalah pemberdayaan, dimana<br />

mengedepankan masyarakat sebagai pelaku utama. Dalam rehab<br />

rekon ini kita ajak masyarakat untuk menyusun rencana penataan<br />

permukiman kedepan, tidak hanya gempa tapi juga kerawanan lain<br />

seperti banjir dan tanah longsor,” kata Aswin. (puskom)


semangat hari pahlawan10 november 1945<br />

Meneruskan Perjuangan<br />

Pahlawan Kemerdekaan<br />

Membangun Bangsa<br />

dan Negara


Citizen Journalism <strong>Cipta</strong> K arya<br />

Cerita adalah semangat. Maka perlu<br />

sebuah rumah untuk menampungnya.<br />

Tulislah kisah perjalanan yang sudah membuka mata Anda, berbagilah dengan<br />

yang lain untuk memperkaya makna. Jurnalisme Warga <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> siap<br />

menampung kisah Anda lewat kata-kata dan karya foto.<br />

http://ciptakarya.pu.go.id/jurnalisme

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!