PERJANJIAN INTERNASIONAL SEBAGAI MODEL HUKUM BAGI ...
PERJANJIAN INTERNASIONAL SEBAGAI MODEL HUKUM BAGI ...
PERJANJIAN INTERNASIONAL SEBAGAI MODEL HUKUM BAGI ...
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
ini secara kontekstual akan berlainan posisinya terhadap perjanjian bilateral dan<br />
terhadap perjanjian multilateral. Artinya suatu negara pihak ketiga kemungkinan<br />
sama sekali tidak akan ber kepentingan untuk turut serta dalam suatu perjanjian<br />
bilateral. Akan tetapi tidak demikian halnya terhadap perjanjian multilateral.<br />
Setiap negara pihak ketiga pada setiap saat senantiasa terbuka kesempatannya<br />
untuk turut serta terhadap perjanjian multilateral, kecuali perjanjian itu<br />
menentukan lain.<br />
Setelah negara pihak ketiga itu menyatakan diri turut serta terhadap suatu<br />
perjanjian multilateral, secara yuridis negara tersebut bukan lagi negara pihak<br />
ketiga. Walaupun mungkin negara tersebut tidak turut serta pada saat<br />
perundingan yang melahirkan perjanjian itu.<br />
B. Kekuatan Mengikat Perjanjian Internasional terhadap Negara Pihak<br />
Ketiga<br />
Pada dasarnya suatu perjanjian internasional hanya mengikat negara-<br />
negara yang membuatnya. Paling tidak itulah makna dari suatu asas dalam<br />
Hukum Romawi yang menyebutkan: "pacta tertiis nec nocent nec prosunt". 27<br />
Maksudnya, bahwa "suatu perjanjian tidak memberi hak maupun kewajiban<br />
pada pihak ketiga, 28 tanpa persetujuan pihak ketiga tersebut".<br />
Akan tetapi dalam perkembangannya dijumpai adanya pengecualian,<br />
sehingga berlakunya asas di atas tidak mutlak lagi. Sebagai contoh umpamanya,<br />
dengan berlakunya pasal 2 ayat (6) dari Piagam Perserikatan Bangsa-<br />
Bangsa, 29 ternyata juga memberikan hak dan kewajiban kepada negara-negara<br />
27<br />
Asas itu dicantumkan dalam Art. 34 Viena Convention on the Law of Treaties 1969, di<br />
bawah judul "General rule regarding third states". Selengkapnya pasal tersebut menentukan<br />
sebagai berikut: "A treaty does not create either obligations or rights for a third state without<br />
its consent".<br />
28<br />
Lihat Ian Brownlie, Basic Document on International Law. Clarendon Press, Oxford, 1974,<br />
halaman 619-620. Bandingkan J.G. Starke, Introduction to International Law. (Ninth<br />
Edition), Butterworths, 1984, halaman 421. Budiono Kusumohamidjojo, Konvensi Wina<br />
tahun 1969 tentang Hukum Perjanjian Internasional. Bandung: Binacipta, 1986, halaman<br />
29.<br />
29<br />
Pasal 2 ayat (6) menentukan: "The Organization shall ensure that states which are not<br />
members of the United Nations act in accordance with these Principles so far as may be<br />
18