PERJANJIAN INTERNASIONAL SEBAGAI MODEL HUKUM BAGI ...
PERJANJIAN INTERNASIONAL SEBAGAI MODEL HUKUM BAGI ...
PERJANJIAN INTERNASIONAL SEBAGAI MODEL HUKUM BAGI ...
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
Indonesia, memasuki abad dimana batas negara nasional semakin imajiner,<br />
proses penyiapan norma hukum melalui model ratifikasi terhadap kumpulan<br />
norma transnasional di atas, menjadi conditio sine qua non. Hal itu mengingat<br />
Indonesia telah dengan berani dan tegas mendeklarasikan diri untuk bersama-<br />
sama negara lain memasuki arena kehidupan global pada dasawarsa mendatang.<br />
Pada sisi lain, apa yang di atas disebut sebagai arena transnasional bagi<br />
praktik hukum juga telah tercipta. Sebagai contoh, mekanisme penyelesaian<br />
sengketa niaga yang melibatkan pihak-pihak multinasional, hampir dapat<br />
dipastikan sedikit banyak telah menggeserkan peran dan kompetensi pengadilan<br />
negeri. Ada gejala ke arah pengesampingan cara-cara konvensional untuk<br />
menyelesaikan konflik melalui institusi hukum negara yang bernama pengadilan<br />
negeri. Terlebih lagi jika sengketa niaga itu melibatkan pihak-pihak multinasional.<br />
Para pelaku niaga multinasional yang bermitra dengan pelaku niaga Indonesia,<br />
sejak semula telah berasumsi bahwa menyelesaikan konflik lewat institusi<br />
hukum negara acapkali lamban dan sulit memperoleh kepastian dan keadilan.<br />
Asumsi yang “meminorkan” kinerja pengadilan negeri di atas tentu saja masih<br />
perlu diuktikan lebih lanjut melalui penelitian yang akurat dan mendalam. Akan<br />
tetapi dari fenomena yang berkembang telah memunculkan sebuah lembaga<br />
alternatif bagi penyelesaian sengketa yang dianggap dapat lebih mengakomodasi<br />
harapan penggunanya dalam bentuk Alternative Dispute Resolution (ADR).<br />
Meski langkah yang diambil Indonesia mungkin agak sedikit terlambat,<br />
namun menghadapi transformasi global semacam ini, akhirnya pemerintah<br />
mengundangkan juga Undang-Undang tentang Arbitrase dan Alternatif<br />
Penyelesaian Sengketa Nomor 30 Tahun 1999. Apa pun kesannya, langkah itu<br />
tentu saja dimaksudkan sebagai salah satu upaya menjawab tuntutan akselerasi<br />
dan dinamika masyarakat yang semakin kompleks. Tidak dapat dinafikan pula,<br />
bahwa munculnya Undang-undang tersebut boleh jadi merupakan dampak dari<br />
kekuatan dan logika ekonomi pada era kapitalisme yang sangat berpengaruh<br />
terhadap hukum. Logika ekonomi yang mengisyaratkan bahwa "kecepatan dan<br />
ketepatan memanfaatkan peluang berniaga berbanding lurus dengan keuntungan<br />
8