20.01.2013 Views

Full Text.pdf - Digilib UIN Malang

Full Text.pdf - Digilib UIN Malang

Full Text.pdf - Digilib UIN Malang

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

PENGARUH VARIASI KONSENTRASI DAN PERBANDINGAN<br />

STARTER BAKTERI (Lactobacillus acidophilus) DAN (Bifidobacterium<br />

bifidum) TERHADAP KUALITAS YOGHURT SUSU KAMBING<br />

SKRIPSI<br />

Oleh :<br />

MUCHAMMAD FARUQ HABIBILLAH<br />

NIM. 05520009<br />

JURUSAN BIOLOGI<br />

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI<br />

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (<strong>UIN</strong>)<br />

MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG<br />

2009


PENGARUH VARIASI KONSENTRASI DAN PERBANDINGAN<br />

STARTER BAKTERI (Lactobacillus acidophilus) DAN (Bifidobacterium<br />

bifidum) TERHADAP KUALITAS YOGHURT SUSU KAMBING<br />

SKRIPSI<br />

Diajukan Kepada :<br />

Fakultas Sains Dan Teknologi<br />

Universitas Islam Negeri (<strong>UIN</strong>)<br />

Maulana Malik Ibrahim <strong>Malang</strong><br />

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam<br />

Memperoleh Gelar Sarjana Sains (S.Si)<br />

Oleh :<br />

MUCHAMMAD FARUQ HABIBILLAH<br />

NIM. 05520009<br />

JURUSAN BIOLOGI<br />

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI<br />

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (<strong>UIN</strong>)<br />

MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG<br />

2009


PENGARUH VARIASI KONSENTRASI DAN PERBANDINGAN<br />

STARTER BAKTERI (Lactobacillus acidophilus) DAN (Bifidobacterium<br />

bifidum) TERHADAP KUALITAS YOGHURT SUSU KAMBING<br />

SKRIPSI<br />

Oleh :<br />

MUCHAMMAD FARUQ HABIBILLAH<br />

NIM. 05520009<br />

Dosen Pembimbing I<br />

Ir. Lilik Hariani, M.P.<br />

NIP. 19620901 199803 2 001<br />

Telah disetujui oleh :<br />

Tanggal, 15 Oktober 2009<br />

Mengetahui<br />

Ketua Jurusan Biologi<br />

Dr.Eko Budi Minarno, M.Pd<br />

NIP 1963011 4199903 1 001<br />

Dosen Pembimbing II<br />

Ach. Nashichuddin, M.Ag<br />

NIP. 19730705 200003 1 001


PENGARUH VARIASI KONSENTRASI DAN PERBANDINGAN<br />

Lactobacillus acidophilus DAN Bifidubacteria bidifum TERHADAP<br />

KUALITAS TOGHURT SUSU KAMBING<br />

SKRIPSI<br />

Oleh:<br />

MUCHAMMAD FARUQ HABIBILLAH<br />

NIM. 05520009<br />

Telah Dipertahankan di Depan Penguji Skripsi dan<br />

Telah Dinyatakan Diterima Sebagai Salah Satu Persyaratan<br />

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains (S.Si)<br />

Tanggal, 15 Oktober 2009<br />

Susunan Dewan Penguji Tanda Tangan<br />

1. Penguji Utama : Dwi Suheriyanto, M.P.<br />

( )<br />

2. Ketua : Suyono, M.P. ( )<br />

3. Sekretaris : Ir. Lilik Hariani, M.P. ( )<br />

4. Anggota : Ach. Nashichuddin M.Ag ( )<br />

Mengetahui dan Menegaskan<br />

Ketua Jurusan Biologi<br />

Dr. Eko Budi Minarno, M.Pd<br />

NIP 19630114 199903 1 001


MOTTO<br />

Artinya :<br />

Dan jadikanlah jadikanlah setiap harimu harimu untuk untuk menambah menambah faedah<br />

faedah<br />

Dan Dan selamilah selamilah lautan faedah faedah yang yang berupa berupa ilmu.<br />

ilmu.<br />

(Muhammad Bin Al-Hasan Al Bin Abdullah)<br />

Fi Kitabihi "At-ta'limul Muta'allim.


PERSEMBAHAN<br />

PERSEMBAHAN<br />

Luasnya samudra yang yang mengelilingi mengelilingi bumi bumi yang yang kita kita pijak, pijak, luasnya luasnya alam alam jagad<br />

raya tempat tempat kita bernaung bernaung tidak tidak akan dapat menandingi menandingi luasnya ilmu Allah<br />

SWT. SWT. Semua Semua aktifitas perbuatan makhluk makhluk di di jagad jagad raya raya ini berada dalam<br />

gengaman-Nya.<br />

Karya sederhana ini kupersembahkan buat,<br />

Abi Abi wa wa Ummi Ummi yang yang tercinta, kasih sayang sayang yang yang kalian kalian curahkan dan do'a yang<br />

kalian panjatkan panjatkan adalah adalah surga surga dunia yang yang tiada kira kira nikmatnya, engkau<br />

tanamkan benih keimanan, keimanan, kau kau siram siram dan dan pupuk pupuk dengan dengan ketakwaan dan<br />

engkau belai dengan akhlakul karimah. Semoga Allah selalu menaungi jalan<br />

kalian berdua dan jannah sebagai balasannya.<br />

Buat adikku Fahmi choirul choirul amin amin yang yang sangat sangat saya saya cinta dan sayangi<br />

Buat cintaq cintaq yang telah memberikan motivasi motivasi dan dan mengajarkan mengajarkan saya untuk<br />

selalu sabar dan selalu berusaha dalam menghadapi segala hal. Semoga niat suci<br />

dalam setiap langkah kita diridhoi-Nya<br />

diridhoi<br />

Para dosen dosen dan guru yang yang telah telah memancarkan memancarkan cakrawala cakrawala keilmuannya.<br />

keilmuannya.<br />

Pancaran hatinya bagai kilauan emas, emas, ucapanya ucapanya bagaikan bagaikan untaian nasihat.<br />

Semoga amal baiknya mendapat balasan yang setimpal.<br />

Buat almamater <strong>UIN</strong> yang saya banggakan<br />

Buat sahabatku-sahabatku sahabatku seperjuangan seperjuangan dalam mengarungi mengarungi lautan lautan ilmu, ilmu, dan<br />

dan<br />

khususnya teman-teman teman kontrakan “Al-Kaslani” “Al Kaslani” yang membantu selama proses<br />

skripsi, atas bantuan, dukungan serta motivasi dari kalianlah saya bisa<br />

menyelesaikan karangan ilmiah ini. ini. Dan Dan karena kalianlah saya dapat mengenal<br />

indahnya persahabatan<br />

Serta Serta buat semuanya yang telah membantu membantu menyelesaikan menyelesaikan tulisan tulisan ini ini mulai mulai dari<br />

awal awal hingga hingga akhir. Semoga Allah Allah membalas dengan balasan setimp setimpal.<br />

setimp


Assalamu’alaikum Wr Wb<br />

KATA PENGANTAR<br />

Segala puji bagi Allah SWT karena atas rahmat, taufik dab hidayah-Nya,<br />

sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan tugas akhir ini dengan judul<br />

“Pengaruh Variasi Konsentrasi Dan Perbandingan Starter Bakteri Lactobacillus<br />

Acidophilus Dan Bifidobacterium Bifidum Terhadap Kualitas Yoghurt Susu<br />

Kambing”. Shalawat serta salam tetap tercurahkan kepada junjungan Nabi<br />

Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabatnya.<br />

Penulis menyadari bahwa banyak pihak yang telah membantu dalam<br />

menyelesaikan penulisan tugas akhir ini. Untuk itu, iringan doa’ dan ucapan<br />

terima kasih penulis sampaikan kepada:<br />

1. Prof. Dr. Imam Suprayogo, selaku Rektor Universitas Islam Negeri (<strong>UIN</strong>)<br />

Maulana Malik Ibrahim <strong>Malang</strong>, yang memberikan dukungan serta<br />

kewenangan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.<br />

2. Prof. Drs. Sutiman Bamabang Sumitro, S.U.DSc, selaku Dekan Fakultas<br />

Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri (<strong>UIN</strong>) Maulana Malik Ibrahim<br />

<strong>Malang</strong><br />

3. Dr. Eko Budi Minarno M.Pd, selaku ketua jurusan Biologi Universitas Islam<br />

Negeri (<strong>UIN</strong>) Maulana Malik Ibrahim <strong>Malang</strong><br />

4. Ir. Lilik harianie A.R M.P selaku dosen pembimbing, karena atas bimbingan,<br />

bantuan dan kesabaran beliau, penulisan skripsi ini dapat terselesaikan.<br />

5. Ach. Nasichuddin, M. Ag, selaku dosen pembimbing agama yang telah sabar,<br />

memberikan bimbingan, arahan dan meluangkan waktu untuk membimbing<br />

penulis sehingga skripsi ini terselesaikan dengan baik.<br />

6. Bunda Ulfa, Lilik, Amel, Anik telah banyak membantu dalam hal pembuatan<br />

proposal hingga penelitian selesai<br />

i


7. Bapak Dwi selaku dosen mata kuliah metodologi penelitian sekaligus penguji<br />

utama skripsi yang banyak memberikan masukan.<br />

8. Aba dan Umi tercinta dan saudara-saudara penulis yang selalu menjadi<br />

kekuatan dalam setiap langkah, dan dengan sepenuh hati memberikan<br />

dukungan spirituil maupun materil sehingga penulisan skripsi dapat<br />

terselesaikan dengan baik.<br />

9. Bapak ibu dosen biologi yang telah mengajarkan banyak hal dan memberikan<br />

pengetahuan yang luas kepada penulis<br />

10. Teman-teman sekelompok PKLI di BPTPH Pandaan (M.Fajar azis, M.<br />

Asmuni, M. Fendy, Abu Naim) dan Nur Cholis Abdillah (Gus nur), Diana,<br />

Arik, Iza, terima kasih atas motivasi dan kesetiaanya menjadi sahabat yang<br />

hangat dan selalu penuh canda dan tawa sutra. Semoga Pertemanan Kita<br />

Akan Abadi.<br />

11. Sohibah ernawati terima kasih telah baik hati membantu penelitian dan<br />

Adinda mutiara hatiq terima kasih atas motivasi dan kesetiaanya membantu,<br />

sehingga penelitian terselesaikan dengan baik.<br />

12. Teman-teman Biologi, yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu khususnya<br />

angkatan 2005 yang memberikan semangat dan dukungan bagi<br />

penulis sehingga skripsi ini selesai dengan baik<br />

13. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang<br />

memberikan doa’, semangat, dukungan, saran dan pemikiran sehingga penulisan<br />

ini menjadi lebih baik dan terselesaikan.<br />

Semoga Allah memberikan balasan atas bantuan dan pemikirannya. Sebagai<br />

akhir kata, penulis berharap skripsi ini bermanfaat dan dapat menjadi inspirasi bagi<br />

peneliti lain serta menambah khasanah ilmu pengetahuan.<br />

Wassalamu’alaikum Wr.Wb<br />

ii<br />

<strong>Malang</strong>, 15 Oktober 2009<br />

Penulis


DAFTAR ISI<br />

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i<br />

DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii<br />

DAFTAR TABEL .............................................................................................. v<br />

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... vi<br />

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... vii<br />

ABSTRAK . .................................................................................................... viii<br />

BAB I PENDAHULUAN<br />

1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 1<br />

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................ 4<br />

1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................................... 5<br />

1.4 Hipotesis ....................................................................................................... 5<br />

1.5 Manfaat Penelitian ........................................................................................ 6<br />

1.6 Batasan Masalah ........................................................................................... 6<br />

BAB II TINJAUAN PUSTAKA<br />

2.1 Pengertian Susu ............................................................................................ 7<br />

2.2 Fermentasi Susu .......................................................................................... 18<br />

2.3 Biokimia Fermentasi ..................................................................................... 9<br />

2.4 Karakteristik Bakteri Asam Laktat .............................................................. 12<br />

2.5 Yoghurt Dan Manfaat Bagi Pencernaan ...................................................... 17<br />

2.6 Prose Pembuatan Yoghurt ........................................................................... 18<br />

2.7 Sifat Fisik Yoghurt ...................................................................................... 22<br />

2.8 Keasaman Yoghurt...................................................................................... 23<br />

2.9 Susu Kambing ............................................................................................. 24<br />

2.10 Organoleptik ............................................................................................... 25<br />

2.11 Susu Dalam Pandangan Islam ..................................................................... 28<br />

BAB III METODE PENELITIAN<br />

3.1 Rancangan Penelitian ................................................................................... 32<br />

3.2 Waktu dan Tempat ....................................................................................... 33<br />

3.3 Alat dan Bahan ............................................................................................ 33<br />

3.4 Variabel Penelitian ....................................................................................... 34<br />

3.5 Prosedur Penelitian ..................................................................................... 34<br />

3.8 Diagram Alur Penelitian .............................................................................. 40<br />

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN<br />

4.1 Pengaruh Konsentrasi Kultur Starer Lactobacillus acidophilus<br />

dan Bifidobacteria bifidum Terhadap pH ..................................................... 41<br />

4.2 Pengaruh Konsentasri Kultur Starer Lactobacillus acidophilus<br />

dan Bifidobacteria bifidum Terhadap Kadar Asam Laktat ............................ 42<br />

4.3 Pengaruh Konsentrasi Kultur Starer Lactobacillus acidophilus<br />

dan Bifidobacteria bifidum Terhadap Kadar Air Yoghurt ............................. 43<br />

iii


4.4 Pengaruh Perbandingan Kultur Starter Lactobacillus acidophilus<br />

dan Bifidobacteria bifidum Terhadap pH Yoghurt ....................................... 44<br />

4.5 Pengaruh Perbandingan Kultur Starter Lactobacillus acidophilus<br />

dan Bifidobacteria bifidum Terhadap Kadar asam Laktat Yoghurt ................. 46<br />

4.6 Pengaruh Perbandingan Kultur Starter Lactobacillus acidophilus.<br />

dan Bifidobacteria bifidum Terhadap Kadar Air Yoghurt .............................. 47<br />

4.7 Interaksi Pengaruh Konsentrasi Dan Perbandingan Kultur Starter Bakteri<br />

Lactobacillus acidophilus, Bifidobacteria bifidum<br />

Terhadap pH Yoghurt ................................................................................... 49<br />

4.8 Interaksi Pengaruh Konsentrasi Dan Perbandingan Kultur Starter Bakteri<br />

Lactobacillus acidophilus, Bifidobacteria bifidum<br />

Terhadap Kadar Asam Laktat ..................................................................... 51<br />

4.9 Interaksi Pengaruh Konsentrasi Dan Perbandingan Kultur Starter Bakteri<br />

Lactobacillus acidophilus, Bifidobacteria bifidum<br />

Terhadap Kadar Air Yoghurt ....................................................................... 51<br />

4.10 Pengaruh Konsentrasi Terhadap Aroma Yoghurt Susus Kambing .............. 53<br />

4.11 Pengaruh Perbandingan Terhadap Aroma Yoghurt Susu Kambing ............. 54<br />

4.12 Interaksi Pengaruh Konsentrasi Dan Perbandingan<br />

Lactobacillus acidophilus, Bifidobacteria bifidum Terhadap Aroma<br />

Yoghurt Susu Kambing ............................................................................. 56<br />

4.13 Pengaruh Konsentrasi Terhadap Rasa Yoghurt Susu Kambing ................... 57<br />

4.14 Pengaruh Perbandingan Terhadap Rasa Yoghurt Susu Kambing ................ 59<br />

4.15 Interaksi Pengaruh Penambahan Konsentrasi Dan<br />

Perbandingan Lactobacillus acidophilus, Bifidobacteria bifidum<br />

Terhadap Rasa Yoghurt Susu Kambing ...................................................... 60<br />

4.16 Pengaruh Konsentrasi Terhadap Warna Yoghurt Susu Kambing ................ 62<br />

4.17 Pengaruh Perbandingan Terhadap Warna Yoghurt Susu Kambing .............. 63<br />

4.18 Interaksi Pengaruh Konsentrasi Dan Perbandingan<br />

Lactobacillus acidophilus, Bifidobacteria bifidum Terhadap<br />

Warna Yoghurt Susu Kambing ................................................................. 64<br />

4.19 Pengaruh Konsentrasi dan Perbandingan Starter<br />

Lactobacillus acidophilus, Bifidobacteria bifidum<br />

Terhadap Kualitas Yoghurt Susu Kambing dalam Pandangan Islam .......... 65<br />

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN<br />

5.1 Kesimpulan .................................................................................................. 70<br />

5.2 Saran ..... ...................................................................................................... 71<br />

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 72<br />

LAMPIRAN ..................................................................................................... 76<br />

iv


DAFTAR TABEL<br />

Tabel 2.1 Perbandingan komposisi kimia antara susu sapi, susu kambing,<br />

dan air susu Ibu…………. .................................................................. 25<br />

Tabel 3.1 Kombinasi Perlakuan Konsentrasi dan Perbandingan L.acdophilus<br />

Dan B.bifidum…… ............................................................................ 33<br />

Tabel 4.1. Pengaruh Konsentrasi Kultur Starter Bakteri L.acidophilus dan<br />

B.bifidum terhadap pH ....................................................................... 41<br />

Tabel 4.2 Pengaruh Konsentrasi L. acidphillus dan B. bifidum terhadap Kadar<br />

Asam Laktat ........................................................................................ 42<br />

Tabel 4.4 Pengaruh Perbandingan L. acidphillus dan B. bifidum terhadap pH<br />

Yoghurt………………………………………………………………..44<br />

Tabel 4.5 Ringkasan uji BNT 5% pengaruh diet atherogenik terhadap kadar<br />

kolesterol total serum selama 8 minggu .............................................. 46<br />

Tabel 4.6 Perbandingan L. acidophillus dan B. bifidum terhadap<br />

Kadar Air Yoghurt ............................................................................. 48<br />

Tabel 4.7 Ringkasan ANOVA pengaruh lama stres dan diet atherogenik<br />

terhadap kadar trigliserida serum selama 4 minggu ............................ 49<br />

Tabel 4.9 Interaksi Konsentrasi dan Perbandingan L. acidophillus dan<br />

B. bifidum Terhadap Kadar Air Yoghurt .............................................. 52<br />

v


DAFTAR GAMBAR<br />

Tabel 2.1 Dasar Biokimia Yoghurt .................................................................... 10<br />

Tabel 2.2 Fermentasi karbohidrat Dasar Biokimia Yoghurt ................................ 10<br />

Tabel 2.3 Reaki perubahan piruvat ke laktat dalam proses<br />

fermentasi asam laktat ........................................................................ 11<br />

Tabel 2.4 Metabolisme karbohidrat .................................................................... 12<br />

Tabel 2.5 Morfologi dan Anatomi Lactobacillus acidophilus ........................... 15<br />

Tabel 2.6 Biifidobacteria bifium ......................................................................... 17<br />

Tabel 2.7 Kurva fase pertumbuhan bakteri asam laktat ....................................... 21<br />

Tabel 3.1 diagram alir pembuatan yoghurt ......................................................... 40<br />

Tabel 4.1 Konsentrasi Terhadap Aroma Yoghurt Susu Kambing ........................ 53<br />

Tabel 4.2 Perbandingan terhadap Aroma Yohgurt Susu Kambing ...................... 55<br />

Tabel 4.3 Interaksi Konsentrasi Dan Perbandingan terhadap Aroma Yoghurt<br />

Susu Kambing ...................................................................................... 56<br />

Tabel 4.4 Konsentrasi Terhadap Rasa Yoghurt Susu Kambing ........................... 58<br />

Tabel 4.5 Perbandingan Dan Konsentrasi Terhadap Rasa Yoghurt<br />

Susu Kambing ...................................................................................... 59<br />

Tabel 4.6 Interaksi Perbandingan dan Konsentrasi Terhadap Rasa Yoghurt<br />

susu kambing ....................................................................................... 61<br />

Tabel 4.7 Konsentrasi dan Perbandingan Terhadap Warna Yoghurt Susu<br />

Kambing ............................................................................................. 62<br />

Tabel 4.8 Perbandingan Terhadap Warna Yoghurt Susu Kambing ..................... 63<br />

Tabel 4.9 Interaksi Konsentrasi dan Perbandingan Terhadap Warna<br />

Yoghurt Susu Kambing ...................................................................... 65<br />

vi


DAFTAR LAMPIRAN<br />

Lampiran 1. Data uji Kolesterol serum darah Tikus (Rattus norvegicus)<br />

dengan berbagai perlakuan ............................................................ 69<br />

Lampiran 2. Data uji Trigliserida serum darah Tikus (Rattus norvegicus)<br />

dengan berbagai perlakuan ............................................................ 77<br />

Lampiran 3. Analisis jumlah sel busa (foam cell) pada arteri cerebral otak<br />

Tikus (Rattus norvegicus) lama 8 minggu ...................................... 84<br />

Lampiran 4. Histologi Arteri Cerebral Otak Tikus (Rattus norvegicus)<br />

Lama 4 minggu dengan perbesaran 400 kali .................................. 87<br />

Lampiran 5. Histologi Pembentukan Foam Cell Arteri Cerebral......................... 88<br />

Lampiran 6. Perhitungan pakan diet hiperkolesterol ........................................... 91<br />

Lampiran 7. Gambar Alat dan Bahan Penelitian ................................................. 92<br />

Lampiran 8. Gambar Alat dan Bahan Pembedahan Tikus ................................... 95<br />

vii


ABSTRAK<br />

Habibillah, Faruq., 2009. Pengaruh Variasi Konsentrasi Dan Perbandingan<br />

Starter Bakteri (Lactobacillus acidophilus) Dan (Bifidobacterium<br />

bifidum) Terhadap Kualitas Yoghurt Susu Kambing. Pembimbing<br />

Ir. Lilik Harianie A.R M.P dan Ach. Nashichuddin M. Ag.<br />

Kata kunci: Lactobacillus acidophilus, Bifidobacterium bifidum, susu kambing,<br />

yoghurt<br />

Penanganan dan pengolahan susu menjadi produk yang lebih bermanfaat<br />

telah banyak dilakukan, diantaranya adalah Yoghurt. Yoghurt merupakan produk<br />

fermentasi umumnya menggunakan susu sapi yang dibuat dengan menggunakan<br />

bakteri asam laktat. Pada penelitian ini, yoghurt dibuat dengan menggunakan susu<br />

kambing dengan bakteri asam laktat Lactobacillus acidophilus, Bifidobacterium<br />

bifidum. Pada pembuatan yoghurt perlu perubahan bahan dasar yaitu<br />

menggunakan susu kambing dan penggunaan bakteri asam laktat yang lain seperti<br />

L. acidophilus, B. bifidum agar menarik bagi konsumen. Kelebihan susu kambing<br />

sebagai Intolerance yakni kelainan yang disebabkan kepekaan alat pencernaan<br />

terhadap susu sapi. Peran L. acidophilus, B. bifidum menghasilkan yoghurt yang<br />

tidak terlalu asam.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi<br />

konsentrasi dan perbandingan starter bakteri L. acidophilus dan B. bifidum<br />

terhadap kualitas yoghurt susu kambing yang terbaik.<br />

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biologi <strong>UIN</strong> Maulana Malik<br />

Ibrahim <strong>Malang</strong> pada bulan Juni-Juli 2009. Rancangan penelitian yang digunakan<br />

adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan (2) Faktor dengan 5 kali ulangan.<br />

Faktor pertama konsentrasi L. acidophilus dan B. bifidum 2%, 4%, 6% dan 8%.<br />

Faktor kedua perbandingan L. acidophilus dan B. bifidum 1:1, 2:1, 2:3, 3:1, 1:3.<br />

Sedangakan data organoleptik dianalisis dengan menggunakan uji Kruskal Wallis.<br />

Data dianalisis dengan uji Duncan Multiple Range Test (DMRT) dengan taraf<br />

signifikan 5%.<br />

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh variasi konsentrasi<br />

dan perbandingan L. acidophilus dan B. bifidum. Perlakuan konsentrasi 8%<br />

memberikan nilai terbaik pada uji pH, kadar asam laktat, dan kadar air. Perlakuan<br />

perbandingan L. acidophilus dan B. menunjukkan perbandingan 2:3 memberikan<br />

pengaruh yang baik dan menunjukkan B.bifidum lebih cepat menghidrolisis<br />

laktosa susu kambing. Interaksi konsentrasi dan perbandingan L. acidophilus, B.<br />

bifidum terhadap yoghurt susu kambing yaitu meningkatkan jumlah asam laktat,<br />

pH semakin menurun, kadar air, menghasilkan aroma, rasa, warna khas yoghurt.<br />

Perlakuan konsentrasi 8% dan perbandingan 2:3 memeberikan pengaruh yang<br />

baik.<br />

viii


ABSTRAK<br />

Habibillah, Faruq., 2009. Pengaruh Variasi Konsentrasi Dan Perbandingan<br />

Starter Bakteri (Lactobacillus acidophilus) Dan (Bifidobacterium<br />

bifidum) Terhadap Kualitas Yoghurt Susu Kambing. Pembimbing<br />

Ir. Lilik Harianie A.R M.P dan Ach. Nashichuddin M. Ag.<br />

Kata kunci: Lactobacillus acidophilus, Bifidobacterium bifidum, susu kambing,<br />

yoghurt<br />

Penanganan dan pengolahan susu menjadi produk yang lebih bermanfaat<br />

telah banyak dilakukan, diantaranya adalah Yoghurt. Yoghurt merupakan produk<br />

fermentasi umumnya menggunakan susu sapi yang dibuat dengan menggunakan<br />

bakteri asam laktat. Pada penelitian ini, yoghurt dibuat dengan menggunakan susu<br />

kambing dengan bakteri asam laktat Lactobacillus acidophilus, Bifidobacterium<br />

bifidum. Pada pembuatan yoghurt perlu perubahan bahan dasar yaitu<br />

menggunakan susu kambing dan penggunaan bakteri asam laktat yang lain seperti<br />

L. acidophilus, B. bifidum agar menarik bagi konsumen. Kelebihan susu kambing<br />

sebagai Intolerance yakni kelainan yang disebabkan kepekaan alat pencernaan<br />

terhadap susu sapi. Peran L. acidophilus, B. bifidum menghasilkan yoghurt yang<br />

tidak terlalu asam.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi<br />

konsentrasi dan perbandingan starter bakteri L. acidophilus dan B. bifidum<br />

terhadap kualitas yoghurt susu kambing yang terbaik.<br />

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biologi <strong>UIN</strong> Maulana Malik<br />

Ibrahim <strong>Malang</strong> pada bulan Juni-Juli 2009. Rancangan penelitian yang digunakan<br />

adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan (2) Faktor dengan 5 kali ulangan.<br />

Faktor pertama konsentrasi L. acidophilus dan B. bifidum 2%, 4%, 6% dan 8%.<br />

Faktor kedua perbandingan L. acidophilus dan B. bifidum 1:1, 2:1, 2:3, 3:1, 1:3.<br />

Sedangakan data organoleptik dianalisis dengan menggunakan uji Kruskal Wallis.<br />

Data dianalisis dengan uji Duncan Multiple Range Test (DMRT) dengan taraf<br />

signifikan 5%.<br />

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh variasi konsentrasi<br />

dan perbandingan L. acidophilus dan B. bifidum. Perlakuan konsentrasi 8%<br />

memberikan nilai terbaik pada uji pH, kadar asam laktat, dan kadar air. Perlakuan<br />

perbandingan L. acidophilus dan B. menunjukkan perbandingan 2:3 memberikan<br />

pengaruh yang baik dan menunjukkan B.bifidum lebih cepat menghidrolisis<br />

laktosa susu kambing. Interaksi konsentrasi dan perbandingan L. acidophilus, B.<br />

bifidum terhadap yoghurt susu kambing yaitu meningkatkan jumlah asam laktat,<br />

pH semakin menurun, kadar air, menghasilkan aroma, rasa, warna khas yoghurt.<br />

Perlakuan konsentrasi 8% dan perbandingan 2:3 memeberikan pengaruh yang<br />

baik.


1.1 Latar Belakang<br />

BAB I<br />

PENDAHULUAN<br />

Susu kambing memiliki gizi yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan<br />

susu sapi, susu kambing mempunyai kelebihan dalam komposisi, yaitu sangat<br />

mendekati komposisi kimiawi air susu ibu (ASI) (Sodiq, 2008). Salah satu<br />

masalah pemanfaatan susu kambing adalah adanya aroma “prengus” (goaty<br />

flavour) pada susu tersebut yang tidak disukai konsumen.<br />

Nilai gizinya yang tinggi juga menyebabkan susu merupakan medium<br />

yang sangat disukai oleh mikrooganisme untuk pertumbuhan dan<br />

perkembangannya sehingga dalam waktu yang sangat singkat susu menjadi tidak<br />

layak dikonsumsi bila tidak ditangani secara benar (Saleh, 2004).<br />

Dwijoyosapoetra (2005), menyatakan kerusakan susu bisa ditimbulkan karena<br />

adanya mikroorganisme Escherichia coli yang berkembang biak sangat cepat dan<br />

mudah menguraikan laktosa sehingga menyebabkan air susu lekas mencapai titik<br />

koagulasinya yaitu proteinya menggumpal. Menurut Kumalasari dkk (2007),<br />

penanganan susu agar tidak mudah rusak dibutuhkan suatu proses pengawetan<br />

diantaranya dengan cara fermentasi.<br />

Yoghurt merupakan susu fermentasi dengan menggunakan bakteri asam<br />

laktat. Mikroorganisme tersebut akan menghasilkan karakter fisik yoghurt asam<br />

dan agak kental. Produk ini apabila dikonsumsi akan lebih mudah di cerna karena<br />

protein, karbohidrat dan lemaknya telah terurai dulu menjadi komponen yang<br />

lebih sederhana oleh bakteri yang dipakai sebagai starter (Buckle et al, 1987).<br />

1


Haryanto (1998), menyatakan bahwa yoguhrt tahan hingga beberapa hari pada<br />

suhu ruang. Asam laktat yang dihasilkan mikroorganisme dalam yogurt akan<br />

menghambat pertumbuhan bakteri pembusuk yang umumnya tidak tahan asam.<br />

Peran variasi konsentrasi dan perbandingan bakteri asam laktat sebagai<br />

tambahan dalam pembuatan yoghurt antara lain dapat meningkatkan nilai gizi,<br />

memperpanjang umur daya simpan susu dan menjadikan lebih bermanfaat<br />

keseimbangan mikroflora manusia serta memperbaiki tekstur sehingga yoghurt<br />

yang dihasilkan mempunyai konsistensi yang lebih baik (Buckle et al, 1987).<br />

Lactobacillus acidophilus merupakan bakteri asam laktat memiliki<br />

kemampuan menghasilkan enzim proteolitik di sekitar dinding sel, membran<br />

sitoplasma atau di dalam sel (Thomas dkk, 1987). Napitulu et al (2000),<br />

menyatakan bahwa Lactobacillus menghasilkan anti bakteri, filtrat Lactobacillus<br />

dapat menghambat pertumbuhan bakteri patogen Streptococcus, Staphylococcus<br />

aureus dan Escerichia coli (Tagg et al., 1976; Chassy, 1987).<br />

Bifidobacterium bifidum merupakan bakteri asam laktat (lactic acid<br />

bacteria) yang bersifat Saccharolytic sehingga mampu menghasilkan asam laktat<br />

dan asetat tetapi tidak menghasilkan CO2, kecuali pada saat memecah glukonat<br />

(Ziniedien, 2007). Nus (2005), menambahkan B. bifidum dapat menghambat<br />

kolonisasi pathogen potensial oleh produksi asetat/laktat.<br />

Gambaran dari penelitian terdahulu tentang penambahan variasi<br />

konsentrasi bakteri asam laktat terhadap yoghurt susu kambing dapat diambil<br />

kesimpulan bahwa penambahan konsentrasi yang terbaik adalah 4 % dilihat dari<br />

pH, serta paling banyak diterima konsumen (Efendi, 2002). Menambahkan I<br />

2


Nyoman, (2005) mengatakan pembuatan yoghurt dengan menggunakan<br />

Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophilus. thermophillus pada<br />

perbandingan jumlah starter biasanya 1:1. Pada peneliti mencoba mengkaji<br />

beberapa bakteri asam laktat yaitu L. acidophillus dan B. bifidum dengan<br />

penambahan variasi konsentrasi dan perbandingan pada yoghurt dilihat dari sifat<br />

kimia keasaman, total asam kadar air dan mutu organoleptik.<br />

Penambahan variasi konsentrasi dan perbandingan diharapkan dapat<br />

memperbaiki kualitas yoghurt dari sifat kimia dan mutu organoleptik sehingga<br />

dapat dihasilkan yoghurt yang sesuai dengan selera konsumen, oleh karena itu<br />

perlu dikaji perubahan kualitas yoghurt susu kambing pada berbagai variasi<br />

konsentrasi dan perbandingan.<br />

Dalam AlQur’an telah disebutkan ayat-ayat yang menjelaskan tentang<br />

kekuasaan Allah, sehingga apa yang telah diciptakanNya patut disyukuri dan<br />

dipelajari. Allah berfirman dalam QS Al-Imran 190 – 191 yang berbunyi :<br />

;M≈tƒUψ Í‘$pκ¨]9$#uρ È≅øŠ©9$# É#≈n=ÏF÷z$#uρ ÇÚö‘F{$#uρ ÏN≡uθ≈yϑ¡¡9$# È,ù=yz ’Îû āχÎ)<br />

öΝÎγÎ/θãΖã_<br />

WξÏÜ≈t/<br />

#x‹≈yδ<br />

4’n?tãuρ<br />

#YŠθãèè%uρ<br />

|Mø)n=yz<br />

$tΒ<br />

$Vϑ≈uŠÏ%<br />

$uΖ−/u‘<br />

©!$#<br />

ÇÚö‘F{$#uρ<br />

tβρã ä.õ‹tƒ<br />

t⎦⎪Ï%©!$#<br />

ÏN≡uθ≈uΚ¡¡9$#<br />

∩⊇®⊃∪<br />

È,ù=yz<br />

’Îû<br />

É=≈t6ø9F{$#<br />

’Í


Suci Engkau, Maka peliharalah kami dari siksa neraka”.(AlImran:<br />

190-191)<br />

Ayat tersebut menunjukkan bahwa dalam penciptaan langit dan bumi<br />

serta sesuatu yang ada di dalamnya, termasuk dalam pergantian siang dan malam,<br />

keteraturan yang ada di dalamnya menunjukkan keesaan Allah dan kesempurnaan<br />

kehendakNya. Manusia sebagai makhluk yang diberi kelebihan akal diperintahkan<br />

oleh Allah untuk mengkaji/meneliti apa yang telah diciptakanNya, karena segala<br />

sesuatu yang ada di langit dan di bumi ini tidak ada hasil ciptaanNya yang sia–sia.<br />

Semua ciptaan Allah memiliki manfaat dan harus dimanfaatkan. Karena<br />

dengan terungkapnya rahasia-rahasia alam melalui hasil penelitian akan<br />

mempertebal keimanan kepada Allah sebagai pencipta alam semesta ini, juga akan<br />

menambah khazanah pengetahuan tentang alam untuk dimanfaatkan untuk<br />

kesejahteraan umat manusia, dengan meneliti ciptaan Allah antara lain bakteri dan<br />

susu kambing dalam penelitian ini, diharapkan bermanfaat bagi kelangsungan<br />

hidup manusia.<br />

I.2 Rumusan Masalah<br />

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah:<br />

1. Apakah ada pengaruh konsentrasi inokulum starter bakteri Lactobacillus<br />

acidophilus dan Bifidobacterium bifidum terhadap kualitas yoghurt susu<br />

kambing ?<br />

2. Apakah ada pengaruh perbandingan starter bakteri Lactobacillus acidophilus<br />

dan Bifidobacterium bifidum terhadap kualitas yoghurt susu kambing?<br />

4


3. Apakah ada interaksi antara konsentrasi inokulum dan perbandingan starter<br />

bakteri Lactobacillus acidophilus dan Bifidobacterium bifidum terhadap<br />

kualitas yoghurt susu kambing ?<br />

1.3 Tujuan<br />

Penelitian ini bertujuan:<br />

1. Untuk mengetahui pengaruh konsentrasi inokulum starter bakteri<br />

Lactobacillus acidophilus dan Bifidobacterium bifidum terhadap kualitas<br />

yoghurt susu kambing.<br />

2. Untuk mengetahui pengaruh perbandingan starter bakteri Lactobacillus<br />

acidophilus dan Bifidobacterium bifidum terhadap kualitas yoghurt susu<br />

kambing.<br />

3. Untuk mengetahui interaksi konsentrasi inokulum dan perbandingan starter<br />

bakteri Lactobacillus acidophilus dan Bifidobacterium bifidum terhadap<br />

kualitas yoghurt susu kambing.<br />

1.4 Hipotesis<br />

Hipotesis yang dapat diajukan dalam penelitian ini adalah:<br />

Dengan kriteria:<br />

1. Ada pengaruh konsentrasi inokulum starter bakteri Lactobacillus acidophilus<br />

dan Bifidobacterium bifidum terhadap kualitas yoghurt susu kambing.<br />

2. Ada pengaruh perbandingan antara starter bakteri Lactobacillus acidophilus<br />

dan Bifidobacterium bifidum terhadap kualitas yoghurt susu kambing.<br />

5


3. Interaksi konsentrasi inokulum dan perbandingan starter bakteri Lactobacillus<br />

acidophilus dan Bifidobacterium bifidum terhadap kualitas yoghurt susu<br />

kambing.<br />

I.5 Manfaat Penelitian<br />

Manfaat yang dapat di peroleh dari penelitian ini, antara lain:<br />

1. Memberikan informasi pada konsentrasi tertinggi dalam pembuatan yoghurt<br />

susu kambing memiliki kualitas yang baik bagi tubuh sesuia dengan SNI.<br />

2. Dapat digunakan sebagai dasar pengembangan penelitian selanjutnya.<br />

1.6 Batasan Masalah<br />

Batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:<br />

1. Susu yang digunakan dalam hal ini adalah susu kambing yang di peroleh dari<br />

usaha kambing perah pak Joni Pakis <strong>Malang</strong>, di ambil pada jam 09.00<br />

2. Konsentrasi starter bakteri Lactobacillus acidophilus dan Bifidobacterium<br />

bifidum yang digunakan dalam penelitian ini adalah 2%, 4%, 6% dan 8%<br />

dengan 5 kali ulangan dengan perbandingan 1:1, 2:1, 2:3, 1:3, 3:1 (Hidayat,<br />

2006).<br />

3. Sampel masing-masing konsentrasi sebanyak 50 ml. Parameter yang digunakan<br />

untuk uji kualitas yoghurt susu kambing meliputi: Sifat fisika adalah warna,<br />

aroma, rasa dan sifat kimia kadar asam laktat, pH, kadar air yoghurt.<br />

6


2.1 Pengertian Susu<br />

BAB II<br />

KAJIAN PUSTAKA<br />

Susu adalah sekresi yang di hasilkan oleh kelenjar susu normal dari<br />

hewan mamalia (Eckles, C 1980). Menurut Winantea (1985), susu merupakan<br />

produk yang dihasilkan melalui kelenjar hewan mamalia, hasil pemerahan secara<br />

kontinyu dan sekaligus dari satu atau beberapa ekor sapi sehat, mengandung tidak<br />

kurang dari 8,25 persen bahan kering bukan lemak dan 3,25 % lemak susu serta<br />

bebas kolostrum.<br />

Susu mempunyai sifat fisik berwarna putih kekuningan-kuningan, rasa<br />

sedikit manis dan berbau khas. Keadaan normal susu mempunyai pH 6,5 - 6,7<br />

(Eckles, C, M, 1980), susu merupakan cairan yang memiliki struktur yang sangat<br />

komplek, dengan kandungan utama adalah air sekitar 87,5 % dan mengandung<br />

komponen lain seperti laktosa, casein, lemak, garam dan vitamin (Van Den Berg,<br />

1998). Purnomo dan Adiono (1985), menyatakan bahwa komposisi rata-rata susu<br />

sapi rata-rata adalah : Lemak 3,9 %, protein 3,4 %, laktosa 4,8 %, kadar abu 0,72<br />

%, dan kadar air 87,1 %.<br />

Menurut Purnomo (2007), komponen susu adalah air, protein, lemak,<br />

hidrat arang, mineral dan vitamin. Susu yang digunakan untuk konsumsi manusia<br />

adalah susu sapi, kerbau, kambing, domba dan unta (Rutgers dan Ebing, 1992).<br />

7


2.2 Fermentasi Susu<br />

Susu dapat disimpan lebih lama jika diolah. Salah satu cara untuk<br />

penyimpanan adalah cara fermentasi (Rutgers dan Ebing, 1992).<br />

Fermentasi mempunyai definisi yaitu proses biokimia dimana terjadi<br />

perubahan protein, karbohidrat dan lemak oleh mikroorganisme spesifik (Webb,<br />

1970). Menurut Darwis dan Sukara (1989), fermentasi didefinisikan sebagai<br />

proses biokimia dan terjadi perubahan karbohidrat, protein dan lemak yang<br />

menghasilkan unsur organik oleh aktifitas enzim yang dihasilkan oleh mikroba<br />

secara spesifik. Menurut Fardiaz (1982), fermentasi merupakan proses aktifitas<br />

mikroorganisme pembentuk asam laktat yang dapat menekan pertumbuhan<br />

mikroorganisme proteolitik dan lipolitik.<br />

Meurut Eckles (1980), fermentasi merupakan perubahan laktosa menjadi<br />

asam laktat oleh aktifitas enzim yang dihasilkan oleh bakteri asam laktat,<br />

sedangkan fermentasi susu yaitu perubahan laktosa menjadi asam laktat oleh<br />

aktifitas enzim yang dihasilkan oleh bakteri asam laktat serta senyawa yang<br />

terkandung dalam susu seperti albumin, kasein, sitrat dan fosfat.<br />

Selanjutnya menurut Rahman (1989), keuntungan dari fermentasi adalah<br />

(1) makanan lebih resisten terhadap mikroba pembusuk, (2) kemungkinan<br />

makanan sebagai media patogen berkurang, (3) makanan menjadi awet, dan (4)<br />

makanan mengalami perubahan flavour yang digemari dan meningkatkan gizi.<br />

8


2.3 Biokimia Fermentasi<br />

Fermentasi timbul sebagai hasil metabolisme tipe anaerobic. Untuk<br />

hidup semua organism membutuhkan sumber energi-energi diperoleh dari<br />

metabolism bahan pangan dimana organisme berada di dalamnya. Bahan baku<br />

energi yang paling banyak digunakan di antar mikroorganisme adalah glukosa.<br />

Dengan adanya oksigen beberapa mikoroorganisme mencerna glukosa<br />

menghasilkan air, karbondioksida dan sejumlah besar energi (ATP) yang<br />

digunakn untuk tumbuh. Akan tetapi beberapa mikoroorganisme dapat mencerna<br />

bahan baku energinya tanpa adanya oksigen dan sebagia hasilnya bahan baku<br />

energi ini hanya sebagian yang dipecah. Bukannya air, karbondioksida dan<br />

sejumlah energi yang dihasilkan tetapi hanya sejumlah kecil energi,<br />

karbondioksida, air dan produk akhir metabolik organik lain yang dihasilkan. Zat-<br />

zat produk akhir ini termasuk sejumlah besar asam laktat, asam asetat dan etanol<br />

serta sejumlah kecil asam organic volatile lainnya. Bakteri asam laktat misalnya<br />

umumnya menghasilkan sejumlah besar asam laktat dari fermentasi substrat<br />

energi karbohidrat. Gambar 2.1 menunjukkan dasar biokima yoghurt<br />

9


Menghasilkan<br />

proteolitik<br />

Menghasilkan<br />

Aerobik<br />

Energi tinggi CO2 +<br />

H O<br />

Starter<br />

BAL<br />

Laktosa<br />

Asam Piruvat<br />

Asam laktat<br />

Yoghurt<br />

Hidrolisis<br />

Gambar 2.1 Dasar Biokimia Yoghurt (Purnomo, 2007)<br />

Gambar 2.2 Fermentasi karbohidrat (Prescott, 2002).<br />

Anaerobik (Fermentasi)<br />

10


Dalam tanpa keadaan oksigen respirasi terhenti karena proses<br />

pengangkutan elektron yang dirangkai dengan fosforilasi bersifat oksidasi melalui<br />

rantai pernafasan yang menggunakan molekul oksigen sebagai penerima electron<br />

terakhir, tidak berjalan. Akibatnya jalan metabolisme lingkar asam trikarboksilat<br />

(daur krebs) akan terhenti pula sehingga piruvat tidak lagi masuk ke dalam daur<br />

krebs melainkan dialihkan pemakainnya yaitu diubah menjadi asam laktat oleh<br />

laktat dehidrogenase (gambar 2.3) dengan NADH sebagai sumber energi nya.<br />

dalam hal ini 2 molekul NADH yang dihasilkan oleh reaksi tahap kelima dalam<br />

glikolisis (reaksi dengan gliseraldehida 3-fosfat dehidrogenase) tidak dipakai<br />

untuk membentuk ATP melainkan untuk reaksi reduksi 2 molekul asam piruvat<br />

menjadi asam laktat. Jadi pada glikolisis anaerob ini energi yang dihasilkan hanya<br />

molekul ATP (gambar 2.4). jumlah ini jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan<br />

energi yang dihasilkan oleh glikolisis aerob, yaitu 8 ATP.<br />

COO−<br />

C O<br />

CH3<br />

NADH NAD +<br />

Laktat dehidrogenase<br />

COO−<br />

HCOH<br />

CH3<br />

Gambar 2.3 Reaki perubahan piruvat ke laktat dalam proses<br />

fermentasi asam laktat (Wirahadikusumah,1985).<br />

11


Gambar 2.4 Metabolisme karbohidrat (Wirahadikusumah,1985).<br />

2.4 Karakteristik Bakteri Asam Laktat<br />

Kelompok bakteri asam laktat yaitu bakteri yang menghasilkan sejumlah<br />

besar asam laktat sebagai hasil akhir dari metabolisme gula (karbohidrat). Asam<br />

laktat yang dihasilkan dengan cara tersebut akan menurunkan nilai pH dari<br />

lingkungan pertumbuhannya, menimbulkan rasa asam dan menghambat<br />

pertumbuhan dari beberapa jenis mikroorganisme lainnya.<br />

Beberapa strain BAL berpotensi sebagai agensia probiotik misalnya :<br />

Lactobacillus acidophilus, Lactobacillus casei, Lactobacillus reuteri, dan<br />

Bifidobacterium karena kemampuannya untuk menghambat pertumbuhan<br />

pathogen enteric. Bifidobacteria, Lactobacillus reuteri, Lactobacillus acidophilus<br />

mempunyai kelebihan karena bakteri-bakteri ini mampu tumbuh dalam saluran<br />

pencernaan (Drasar dan Barrow, 1985).<br />

12


Spesies bakteri ini umumnya memfermentasikan gula heksosa menjadi<br />

asam laktat dan seringkali berperan dalam produksi bahan pangan. Bakteri asam<br />

laktat umumnya menghasilkan sejumlah asam laktat dari fermentasi substrat<br />

energi karbohidrat. Asam laktat yang dihasilkan dengan cara tersebut akan<br />

menurunkan nilai pH dari lingkungan pertumbuhanya dan menimbulkan rasa<br />

asam. Spesies dari kelompok ini mampu berkembang dalam kadar oksigen yang<br />

rendah untuk pertumbuhanya (katalase negatif),dan sangat tahan terhadap asam<br />

serta dapat tumbuh pada kisaran pH 3,0 – 6,0 ,sering disebut asidofil (Buckle et al,<br />

1985).<br />

Volk and Wheeler (1989), menyatakan bahwa bakteri asam laktat<br />

merupakan bakteri yang mempunyai sifat mikroaerofil atau anaerob. Organisme<br />

ini memiliki syarat hara yang kompleks dan semuanya memerlukan berbagai<br />

jumlah asam amino dan vitamin untuk pertumbuhannya. Selain itu bakteri asam<br />

laktat memerlukan karbohidrat yang dapat difermentasikan sebagai sumber energi,<br />

bakteri asam laktat pada dasarnya memproduksi asam laktat.<br />

Purnomo (2007), menyatakan bakteri asam laktat umumnya<br />

menghasilkan sejumlah besar asam laktat dari fermentasi substrat energi<br />

karbohidrat, bila tumbuh anaerobik kebanyakan khamir cenderung<br />

memfermentasikan substrat karbohidrat untuk menghasilkan etanol bersama<br />

sedikit produk akhir lainnya<br />

13


2.3.1 Klasifikasi Lactobacillus acidophilus<br />

Klasifikasi Lactobacillus acidophilus menurut (Orla-Jensen, 1924)<br />

Kingdom: Bacteria<br />

Phylum: Firmicutes<br />

Class: Bacilli<br />

Order: Lactobacillales<br />

Family: Lactobacillaceae<br />

Genus: Lactobacillus<br />

Species: Spesies: Lactobacillus acidophilus<br />

Bakteri genus ini mempunyai ciri-ciri morfologi sebagai berikut: warna<br />

koloni putih susu dan sedikit krem, bentuk koloni bulat. Sel berbentuk batang dan<br />

biasanya tetap. Biasanya berbentuk batang panjang, tetapi hampir 78 Jurnal Natur<br />

Indonesia menyatakan bulat, biasanya bentuk rantai yang pendek, Gram +, tidak<br />

motil, oksidase positif, katalase negatif, metil red positif, optimum pada suhu 30-<br />

37 ° C dan tumbuh baik pada NaCl 3-7%.<br />

Menurut Holt (1994) dalam Feliatra (2004), bakteri Lactobacillus sp ini<br />

termasuk Gram positif, tidak berspora, tidak motil oleh flagel, fakultatif anaerob,<br />

kadang-kadang mikroaerofilik, sedikit tumbuh di udara tapi bagus pada keadaan<br />

di bawah tekanan oksigen rendah, beberapa anaerob pada isolasi. Umumnya<br />

bakteri ini tumbuh baik pada 5% CO2. Koloni pada media agar biasanya 2-5 mm,<br />

cembung, dan tanpa pigmen, kemoorganotrof, metabolismenya adalah fermentatif<br />

dan Saccharoclastic. Sedikit dari produk akhir karbon adalah laktat, tidak<br />

menghasilkan nitrat, tumbuh optimum pada suhu 30-40 ° C.<br />

14


Holt (1994) dalam Feliatra (2004) menyatakan Lactobacillus tersebar<br />

luas luas di lingkungan, lingkungan, terutama terutama pada pada hewan hewan dan produk produk makanan sayur sayur-sayuran.<br />

sayur<br />

Mereka Mereka biasanya biasanya mendiami mendiami saluran saluran usus usus burung burung dan mamalia, dan vagina<br />

mamalia, bakteri ini tidak bersifat patogen patogen.<br />

Gambar 2.5 Morfologi dan Anatomi Lactobacillus acidophillus<br />

(a ) Morfologi, (b) anatomi (Anonymous, 2009)<br />

2.3.2 Klasifikasi Bifidobacterium bifidum<br />

Klasifikasi Bifidobacterium bifidum menurut (Orla-Jensen, 1924 1924)<br />

Kingdom: Bacteria<br />

Phylum: Actinobacteria<br />

Class: Actinobacteria<br />

a b<br />

Subclass: Actinobacteridae<br />

Order: Bifidobacteriales<br />

Family: Bifidobacteriaceae<br />

Genus: Bifidobacterium bifidum<br />

15


Bakteri genus ini mempunyai ciri-ciri morfologi sebagai berikut: warna<br />

koloni putih susu sedikit krem, bentuk koloni bulat, Sel batang bentuknya sangat<br />

bervariasi, berukuran 0,5-1,3 x 1,5-8 πm, berbentuk bengkok, bergerombol dan<br />

sering bercabang, Gram +, tidak motil, katalase negatif, oksidase positif, suhu<br />

optimum pertumbuhan pada suhu 30-37 o C dan tumbuh baik pada NaCl 1-3%.<br />

Feliatra, (2004) menyatakan Bifidubacteria tidak tumbuh pH dibawah 4,5.<br />

Menurut Holt (1994) dalam Feliatra (2004), bakteri Bifidobacterium sp<br />

ini Gram +, berbentuk pasang, tersusun dalam bentuk V, terkadang bentuk rantai,<br />

terkadang menampakkan berbentuk bulat besar (gembung), tidak motil, tidak<br />

berspora. Sebagian kecil spesies dapat tumbuh di udara dengan CO2, aktif<br />

memfermentasi karbohidrat. Membutuhkan macam-macam vitamin. Tumbuh<br />

optimum pada suhu 37-41 ° C. Tumbuh dan berkembang dalam mulut dan saluran<br />

usus vertebrata darah panas, insekta, tidak bersifat patogen.<br />

Silalahi (2001) dalam Feliatra (2004), mengatakan bakteri<br />

Bifidobacterium sangat efektif untuk melawan bakteri yang merugikan atau<br />

patogen seperti Shigella dysenteria, Salmonella typhosa, Staphylococcus aureus,<br />

Eschehcia coli. J Med nus, (2005), Bifidubacteria dapat memulihkan mikroflora<br />

usus yang normal setelah terapi antibiotik.<br />

16


Gambar 2.6 2. Biifidobacteria bifium<br />

www.florahealth.com/Flora/Home/canada/Product...<br />

2.4 Yoghurt Dan Manfaat Bagi Pencernaan<br />

Beberapa Beberapa manfaat manfaat yang ditimbulkan probiotik dalam campuran pakar<br />

pakar<br />

terhadap terhadap ayam ayam antara lain untuk mempertahankan mikroflora mikroflora bermanf bermanfaat bermanf dalam<br />

saluran pencernaan. Nus (2005), Bifidubacteria bifidum menghambat<br />

pertumbuhan pertumbuhan bakteri patogen, meningkatkan aktivitas enzim pencernaan,<br />

menurunkan menurunkan aktivitas enzim bakterial bakterial dan produksi produksi amonia, amonia, meningkatkan asupan<br />

dan dan pencernaan pencernaan makanan makanan serta menetralisirkan menetralisirkan enterotoksin enterotoksin dan dan men<br />

menstimulus<br />

system kekebalan (Jin , 1998).<br />

Hadadin dkk<br />

acidophllus pada pakan pakan ayam ayam diketahui dapat meningktakan produksi telur,<br />

memperbaiki konversi pakan, (Feed ( Convertion Ratio) ) dan mengurangi<br />

konsentrasi kolesterol lesterol kuning kuning telur, sedang lipida dan dan trigeleserida trigeleserida dalam kunig<br />

telur telur dan dan serum darah tidak tidak mengalami penurunan. Penambahan kultur<br />

Lactobacillus acidophllus pada pakan yang paling efektif adalah pada konsentrasi<br />

10 6 cfu/g diet (Jin , 1998).<br />

(1996), menyatakan bahwa penambahan Lactobacillus<br />

17


Yoghurt bermanfaat karena dapat memproduksi vitamin, meningkatkan<br />

nilai gizi dan membantu pertumbuhan. Saat proses fermentasi, terjadi kenaikan<br />

kadar vitamin-vitamin sebagai hasil kerja bakteri, diantaranya vitamin A, B2, B3,<br />

biotin dan asam folat. Yoghurt juga mengandung asam amino yang tinggi sebagai<br />

hasil kerja bakteri . Bakteri yoghurt juga mampu mensintesis beberapa vitamin<br />

seperti riboflavin dan niacin serta thiamin. Mineral dalam yoghurt meskipun tidak<br />

bertambah banyak, sehingga mempermudah untuk penyerapan tubuh (Harianto,<br />

1998).<br />

Menurut Kosikowski (1982), yoghurt adalah produk fermentasi susu<br />

hasil pertumbuhanya bakteri spesies Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus<br />

thermophilus. Sifat karakteristiknya halus, kental dengan citarasa spesfik. Produk<br />

ini disebut juga yoghurt di Turki, Matzoon di Amerika, leben di Mesir dan dahi di<br />

India (Webb, 1970). Yoghurt dapat berasal dari susu sapi, kambing, domba dan<br />

susu campuran (Wood, 1985).<br />

Buckle (1985), menyatakan flavor dan mutu yoghurt banyak kaitannya<br />

dengan fermentasi yang dilaksanakan dengan memasukkan jenis mikroorganisme<br />

tertentu. Senyawa seperti karbohidrat, protein, lemak dan asam-asam nukleat akan<br />

berubah selama proses fermentasi. Hasil pemecahan senyawa tersebut<br />

berpengaruh terhadap flavor dan tekstur produk yang dihasilkan.<br />

2.5 Proses Pembuatan Yoghurt<br />

Proses pembuatan yoghurt meliputi pasteurisasi, penurunan suhu,<br />

penambahan starter, pemeraman dan penyimpanan (Kuswanto dan Sudarmaji,<br />

1989).<br />

18


1. Pasteurisasi<br />

Pasteurisasi susu bertujuan untuk membunuh bakteri patogen dan untuk<br />

mengurangi jumlah mikroorganisme lain (Padaga dan Purnomo, 1993).<br />

Pasteurisasi juga dapat menghilangkan udara dalam susu sehingga memberikan<br />

kondisi yang menguntungkan untuk pertumbuhan dan perkembangan bakteri yang<br />

dimasukkan sebagai inokular (Idris, 1992). Pasteurisasi untuk pembuatan yoghurt<br />

sebaiknya dilakukan pada suhu 63 0 C selama 30 menit (Alcamo, 1983).<br />

2. Penurunan suhu<br />

Penurunan suhu dengan segera dilakukan untuk menghindari<br />

pertumbuhan bakteri tahan panas yang akan mengkontaminasi susu, sehingga<br />

dapat mempengaruhi mutu yoghurt. Penurunan suhu dilakukan sampai suhu 43˚C<br />

karena suhu tersebut merupakan suhu optimum bagi pertumbuhan starter kultur<br />

bakteri yang diinokulsikan dalam susu (Kosikowski, 1982). Suhu merupakan<br />

salah satu faktor yang sangat mempengaruhi kehidupan dan pertumbuhan<br />

mikroorganisme sehingga diperlukan suhu optimum, dimana pertumbuhan<br />

mikroorganisme paling cepat (Purnomo dan Adiono, 1987).<br />

3. Inokulasi starter<br />

Inokulasi starter tunggal Lactocillus bulgaricus dan Streptophilus<br />

thermophilus dalam pembuatan yoghurt sebanyak 2,5 % (Gomes, 1997). Lebih<br />

lanjut menurut Kosikowski (1982), inokulasi Lactocillus bulgaricus dan<br />

Streptophilus thermophilus dalam pembuatan yoghurt 2-5 % dengan perbandingan<br />

1 : 1, pengadukan yang berlebihan pada saat menginokulasi starter harus dihindari<br />

karena akan memasukkan oksigen kembali yang telah dikeluarkan pada saat<br />

19


pasteurisasi (Idris, 1992). Pengadukan pelan mutlak dilakukan untuk menghindari<br />

tumbuhnya jamur dipermukaan yoghurt.<br />

4. Pemeraman<br />

Kemampuan bakteri untuk tumbuh dipengaruhi oleh suhu, pH, air,<br />

ketersediaan oksigen, waktu dan suplai dimana suhu adalah salah satu faktor<br />

lingkungan terpenting yang mempengaruhi kehidupan dan pertumbuhan bakteri<br />

(Buckle, 1977).<br />

Suhu pemeraman merupakan faktor yang mempengaruhi keberhasilan<br />

fermentasi, bila suhu terlalu rendah maka proses fermentasi berlangsung dengan<br />

lambat dan kurang efisien. Suhu optimum pemeraman Lactocillus bulgaricus dan<br />

Streptophlius thermophilus antara 41˚ C - 44˚ C menghasilkan keasaman tertingg i.<br />

Dalam pembuatan yoghurt pemeraman dilakukan selama ± 3 jam. Kosikowski<br />

(1982) menambahkan bahwa pemeraman dilakukan sampai terbentuk gumpalan-<br />

gumpalan atau koagulan.<br />

Rankes (1986), menyatakan pemeraman yang dilakukan dalam proses<br />

fermentasi sebaiknya menggunakan alat khusus yang suhunya dapat dikontrol.<br />

Lebih lanjut manurut Dwijoyosapoetra (1984), bakteri susu mengadakan<br />

fermentasi anaerob, dimana laktosa yang terdapat dalam air susu diubah menjadi<br />

susu asam.<br />

Proses fermentasi menggunakan mikroba selalu berkaitan dengan satu<br />

model pertumbuhan dalam bentuk kurva pertumbuhan mikroba yang merupakan<br />

hubungan antara waktu dengan logaritma jumlah sel yang terbentuk<br />

(Judoamidjoyo dkk, 1989). Menurut Fardiaz (1992), menyatakan fase<br />

20


pertumbuhan mikroorganisme meliputi fase adaptasi, fase pertumbuhan awal, fase<br />

logaritmik, fase statis, fase menuju kematian dan fase kematian. Fase<br />

pertumbuhan mikroba digambarkan sebagai suatu kurva seperti terlihat pada<br />

gambar 2.3.<br />

Fase adaptasi merupakan fase dimana mikroorgnisme menyesuaikan diri<br />

dengan kondisi substrat dan lingkungan sekitarnya, yang dipengaruhi oleh jumlah<br />

inokulum/starter, medium dan lingkungan pertumbuhanya<br />

(Fardiaz, 1992). Fase adaptasi yang lama menunjukkan adanya bahan-<br />

bahan substrat yang bersifat melawan, karena inokluasi atau kultur tidak sesuai<br />

(Judoamidjojo dkk, 1989).<br />

Log jumlah<br />

Sel hidup<br />

Fase pertumbuhan<br />

statis<br />

Fase pertumbuhan<br />

lambat<br />

Fase logaritmik<br />

Fase pertumbuhan awal<br />

Fase adaptasi<br />

Waktu<br />

Fase menuju<br />

kematian<br />

Fase kematian<br />

Gambar 2.7 Kurva fase pertumbuhan bakteri asam laktat<br />

(Fardiaz, 1992)<br />

Fase pertumbuhan lambat terjadi bila jumlah sel yang tumbuh masih<br />

lebih banyak dari pada yang mati. Kematian tersebut karena zat nutrisi di dalam<br />

21


medium sudah sangat berkurang dan adanya hasil metabolis yang mungkin<br />

beracun atau menghambat pertumbuhan organisme. Fase selanjutnya adalah fase<br />

statis yaitu jumlah sel tetap karena jumlah sel yang tumbuh sama dengan jumlah<br />

sel yang mati. Fase terakhir adalah fase menuju kematian dan fase kematian<br />

(Fardiaz, 1992).<br />

5. Penyimpanan<br />

Penyimpanan pada suhu rendah harus dilakukan secepatnya setelah<br />

proses pemeraman selesai dengan tujuan untuk menghentikan atau memperlambat<br />

proses fermentasi yaitu pada suhu 4˚C. Pada suhu te rsebut yoghurt dapat disimpan<br />

sampai dua minggu, tetapi setelah waktu tersebut derajat keasaman akan naik<br />

sehingga flavor menjadi berubah (Kuswanto dan Sudarmaji, 1989).<br />

2.6 Sifat fisik Yoghurt<br />

Yoghurt adalah susu yang difermentasi oleh bakteri asam laktat (BAL)<br />

yaitu bakteri Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophilus dalam<br />

perbandingan 1:1, sehingga terbentuk produk dengan tekstur setengah padat. Hal<br />

ini disebabkan terjadinya koagulasi kasein dalam susu sehingga terbentuk gel<br />

(Gaman ., 1992).<br />

Menurut Sari (2007), yoghurt dengan cita rasa yang baik adalah satu<br />

minggu, dengan jumlah sel 3,3x10 13 sel/mL, persentase kandungan lemak 4,27,<br />

protein 6,15, asam laktat 1,85 dan pH 4,21. Penilaian terhadap rasa 3 (cukup<br />

disukai), warna 3,5 (cukup disukai), tekstur 2,3 (tidak disukai) dan aroma 3,6<br />

(cukup disukai), dari skala penilaian 1 sampai 5.<br />

22


Bakteri asam laktat sebagai bibit yoghurt yang ditumbuhkan dalam susu<br />

akan menyebabkan terbentuknya beberapa senyawa yang memberi aroma dan rasa<br />

pada yoghurt seperti: asam-asam non-volatil (laktat, piruvat, oksalat), asam-asam<br />

mudah menguap (format, asetat, propionat), senyawa karbonil (asetaldehida,<br />

aseton, asetoin) dan senyawa lain seperti asam-asam amino. Menurut Napitupulu<br />

(2003), sejumlah asam organik seperti asam glukoronat, propionat, folat dan laktat<br />

dapat berperan dalam penurunan kolesterol.<br />

2.8 Keasaman Yoghurt<br />

Suasana asam pada yoghurt diakibatkan oleh proses fermentasi susu yaitu<br />

perubahan laktosa menjadi asam laktat (Eckles ., 1980). Keasaman yoghurt pada<br />

dasanya disusun dari gabungan apperent acidy (natural acidity) dan real acidity.<br />

Apperent acidity adalah suasana asam pada susu segar yang disebabkan adanya<br />

kasein, albumin, sitrat dan karbondioksida yang terlarut.<br />

Keasamanya yang disebabkan pemecahan laktosa bakteri asam laktat<br />

disebut real acidty (Atherton dan New Lender, 1982). Beberapa hal yang<br />

menyebabkan susu segar memilki keasaman adalah adanya kasein, albumin,<br />

phosfat, sitrat serta karbondioksida yang terbentuk (Judkins dan Kecner, 1986).<br />

Eckles (1986), menyatakan bahwa suasana asam pada yoghurt disebabkan oleh<br />

proses fermentasi, yaitu perubahan laktosa menjadi asam laktat oleh aktivitas<br />

enzim yang dihasilkan oleh bakteri asam laktat. Pada prinsinya bakteri akan<br />

memberi rasa asam yang selanjutnya menyebabkan pengendapan kasein.<br />

Berdasarkan Standar Nasioal Indonesia (SNI) untuk yoghurt yang sesuai<br />

dengan Badan Standardisasi Nasional tahun 1992 dengan nomor SNI 01-2981-<br />

23


1992 adalah yoghurt dengan kualitas yang baik memiliki total asam laktat sekitar<br />

0,5 - 2,0 % dan kadar air maksimal 88 %, sedangkan derajat keasaman (pH) yang<br />

sebaiknya dicapai oleh yoghurt adalah 4,5 ( Edwin, 2002).<br />

2.8 Susu Kambing<br />

Perkembangan polulasi ternak kambing, beberapa tahun terkahir (2001-<br />

2006) cenderung meningkat. Pada tahun 2001, jumlahnya 12,46 juta ekor,<br />

meningkat menjadi 13,18 juta ekor pada tahun 2006. Lebih dari setengah populasi<br />

kambing di Indonesia tersebar di pulau jawa, sedangkan di pulau sumatera sekitar<br />

setengah dari populasi kambing di pulau jawa (Sodiq, 2008).<br />

Di indonesia dikembangkan beberapa bangsa kambing sebagai penghasil<br />

susu yaitu kambing PE dan kambing saanen. Kambing etawa diperkenalkan<br />

pemerintah Hindia Belanda sejak tahun 1908, dan dikembangkan dengan pola<br />

grading up. Langkah ini dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan gizi<br />

masyarakat yang dalam perkembangan selanjutnya dimanfaatkan sebagai ternak<br />

dwiguna, yakni sebagai sumber daging dan susu (Sodiq, 2008).<br />

Kambing perah yang banyak dikembangkan di Indonesia umumya<br />

kambing peranakan Etawah (PE), yang umumnya masih lebih dominan sebagai<br />

sumber daging dibandingkan dengan sumber air susu. Susu kambing belum<br />

dikenal secara luas seperti susu sapi padahal memiliki komposisi kimia yang<br />

cukup baik (kandungan protein 4,3% dan lemak 2,8%) relatif lebih baik<br />

dibandingkan kandungan protein susu sapi dengan protein 3,8% dan lemak 5,0%<br />

(Sunarlim et al, 1992). selain itu dibandingkan dengan susu sapi, susu kambing<br />

24


lebih mudah dicerna, karena ukuran molekul lemak susu kambing lebih kecil dan<br />

secara alamiah sudah berada dalam keadaan homogen (Sunarlim dkk, 1992).<br />

Tabel 2.1 Perbandingan komposisi kimia antara susu sapi, susu kambing, dan air<br />

susu ibu<br />

Komposisi Susu Sapi Susu Kambing Asi<br />

Protein (gram) 3,3 3,6 1,0<br />

Lemak (gram) 3,3 4,2 4,4<br />

Karbohidrat (gr) 4,7 4,5 6,9<br />

Kalori (cal) 61 69 70<br />

Fosfor (gram) 93 111 14<br />

Kalsium (gram) 19 134 32<br />

Magnesium (gr) 13 14 3<br />

Besi 0,05 0,05 0,03<br />

Natrium (gram) 49 50 17<br />

Kalium (gram) 152 204 51<br />

Vitamin A (IU) 126 185 241<br />

Thiamin (mg) 0,04 0,05 0,014<br />

Ribiflavin (mg) 0,16 0,14 0,04<br />

Niacin (mg) 0,08 0,28 0,18<br />

Vitamin B 6 (gr) 0,04 0,05 0,01<br />

Sumber : USDA, 1976.<br />

Kandungan protein susu kambing jauh lebih tinggi dari pada susu<br />

manusia dalam kaitannya dengan jumlah kalori. Energi total yang terkandung<br />

dalam susu kambing sebanyak 50 % berasal dari lemak, dan dari laktose serta<br />

protein masing-masing 25 %, sedang proporsi salam susu manusia adalah 55%<br />

dari lemak, 38 % dari laktose dan hanya 7 % dari protein (Devandra, 1994).<br />

2.9 Organoleptik<br />

Daya penerimaan terhadap makanan ditentukan oleh rangsangan yang<br />

ditimbulkan makanan melalui indera manusia. Faktor utama yang mempengaruhi<br />

daya penerimaan adalah cita rasa makanan, pemilihan cita rasa makanan disebut<br />

25


uji organoleptik/sensori karena menggunakan indera manusia. Penilaian ini<br />

bertujuan untuk mengetahui sifat-sifat atau faktor-faktor cita rasa dan daya terima<br />

suatu makanan.<br />

Nasution (1990), menyatakan bahwa faktor-faktor yang dinilai dalam uji<br />

adalah warna, aroma, tekstur serta cita rasa dalam melakukan penilaian indera<br />

yang memberikan reaksi pertama adalah mata, mata menilai rupa makanan yang<br />

meliputi warna, bentuk, volume dan ukuran makanan, indera kedua setelah mata<br />

adalah hidung sifat aroma digunakan sebagai kriteria penilaian kualitas<br />

kesegaran/batasan aman tidaknya makanan untuk dikonsumsi. Pengecapan rasa<br />

adalah tahap ke-3 dari penilaian, Indera perasa dalam mulut dapat membedakan<br />

empat rasa yaitu asam, manis, asam dan pahit, karena waktu dan biaya yang<br />

mahal, penelitian mengenai kesukaan konsumen sering dilakukan pada<br />

laboratorium kecil.<br />

Pengambilan contoh dan persiapan, penyajian, panelis, kondisi penguji,<br />

bentuk daftar pertanyaan, rancangan percobaan dan metode analisa merupakan<br />

beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan uji organoleptik<br />

(Larmond, 1970).<br />

Uji kesukaan ini menggunakan metode Hedonic Scale Scorning yaitu<br />

sembilan macam penelitian yang berbeda digunakan untuk menentukan tingkat<br />

kesukaran maupun ketidaksukaran suatu makanan yang dikembangkan oleh<br />

Quartemaster Food and Container Institute di amerika (Larmond, 1920). Metode<br />

ini mempunyai keuntungan antara lain :<br />

1. Sederhana karena dapat digunakan panelis yang luas dan tingkatannya<br />

26


2. Panelis dapat menilai tanpa memerlukan pengalaman terlebih dahulu<br />

3. Data yang diperoleh dapat dianalisa secara statistik<br />

4. Hasilnya dapat memberikan tingkat kesukaan konsumen<br />

Jika suatu produk makanan ditumbuhi mikroba maka mula-mula yang<br />

terjadi adalah perubahan sifat-sifat produk seperti berlendir, tekstur menjadi<br />

lembek, permukaan menjadi kusam, warna menyimpang, aroma menyimpang.<br />

Perubahan-perubahan seperti itu pada umumnya mengarah pada penurunan mutu.<br />

Jika perubahan semakin berat akan menjadi rusak (Kramer, 1979).<br />

Suatu bahan makanan yang dinilai bergizi, enak dan teksturnya sangat<br />

baik dan tidak akan dimakan apabila memiliki aroma yang seharusnya penerimaan<br />

suatu bahan berbeda tergantung dari faktor alat, geografis dan aspek sosial<br />

masyarakat penerima. Selain itu, sebagai faktor yang ikut menentukan mutu<br />

warna juga dapat digunakan sebagai indikator kesegaran atau kematangan, baik<br />

tidaknya cara pencampuran/pengolahan dapat ditandai dengan adanya warna yang<br />

seragam dan merata. Warna bahan makanan bergantung pada kenampakan bahan<br />

pangan tersebut (Winarno, 1980).<br />

Tekstur dan kesan keempukan melibatkan tiga aspek: (1). Kemudahan<br />

awal penetrasi gigi kedalam makanan, (2). Mudahnya bahan makanan dikunyah<br />

menjadi fragmen/potongan-potongan yang lebih kecil, (3). Jumlah residu yang<br />

tertinggi setelah pengunyahan.<br />

Winarno (1980), menyatakan bahwa peranan aroma dalam bahan<br />

makanan adalah sangat penting karena aroma merupakan salah satu indeks mutu<br />

yang menentukan penerimaan konsumen. Secara kimia tidak dapat dijelaskan<br />

27


senyawa yang menyebabkan aroma yang berbeda karena senyawa-senyawa yang<br />

mempunyai struktur kimia dan gugus fungsional yang hampir sama, terkadang<br />

mempunyai aroma yang sangat berbeda : misalnya mentol. Sebaiknya senyawa<br />

yang sangat berbeda struktur kimianya mungkin menimbulkan aroma yang sama.<br />

2.10 Susu Dalam Pandangan Al-Quran<br />

Semua ciptaan Allah memiliki manfaat dan harus dimanfaatkan. Karena<br />

dengan terungkapnya rahasia – rahasia alam melalui hasil penelitian mempertebal<br />

keimanan kepada Allah sebagai pencipta alam semesta ini, juga akan menambah<br />

khazanah pengetahuan tentang alam untuk dimanfaatkan untuk kesejahteraan<br />

umat manusia, dengan meneliti ciptaan Allah antara lain bakteri dan susu kambing<br />

dalam penelitian ini, diharapkan bermanfaat bagi kelangsungan hidup manusia.<br />

Sebagai mana firman Allah SWT An-Nahl 16.66<br />

$Ψt7©9<br />

5ΘyŠuρ<br />

7^ö sù<br />

È⎦÷⎫t/<br />

.⎺ÏΒ<br />

⎯ϵÏΡθäÜç/<br />

’Îû<br />

$®ÿÊeΕ<br />

/ä3‹É)ó¡Σ<br />

(<br />

Zοu ö9Ïès9<br />

∩∉∉∪<br />

ÉΟ≈yè÷ΡF{$#<br />

’Îû<br />

ö/ä3s9<br />

28<br />

βÎ)uρ<br />

t⎦⎫Î/Ì ≈¤±=Ïj9<br />

$ZóÍ←!$y $TÁÏ9%s{<br />

66. Artinya: Dan Sesungguhnya pada binatang ternak itu benar-benar terdapat<br />

pelajaran bagi kamu. kami memberimu minum dari pada apa yang<br />

berada dalam perutnya. (berupa) susu yang bersih antara tahi dan<br />

darah, yang mudah ditelan bagi orang-orang yang meminumnya<br />

Pada ayat ini diterangkan, bahwa dalam binatang ternak itu terdapat<br />

pelajaran yang menandakan akan keesaan yang menciptakannya, seperti susunya<br />

yang berada antara kotoran dan darah, tapi tetap bersih. Hal ini menandakan<br />

bahwa hanya Allah-lah yang berhak untuk disembah dan ditaati. Makna ini juga<br />

yang diterangkan di selain tempat ini, seperti firman-Nya : Al-Mu’minun 21


$pκ÷]ÏΒuρ ×οu ÏVx. ßìÏ≈uΖtΒ $pκ Ïù ö/ä3s9uρ $pκÍΞθäÜç/ ’Îû<br />

29<br />

$£ϑÏiΒ<br />

/ä3‹É)ó¡Σ ( Zοu ö9Ïès9 ÄΝ≈yè÷ΡF{$# ’Îû ö/ä3s9 ¨βÎ)uρ<br />

∩⊄⊇∪ tβθè=ä.ù's?<br />

21. Artinya: Dan Sesungguhnya pada binatang-binatang ternak, benar-benar<br />

terdapat pelajaran yang penting bagi kamu, kami memberi minum<br />

kamu dari air susu yang ada dalam perutnya, dan (juga) pada<br />

binatang-binatang ternak itu terdapat faedah yang banyak untuk<br />

kamu, dan sebagian daripadanya kamu makan<br />

Menurut Asy-Syanqithi (2007), dijelaskan bahwa pesan ayat ini<br />

merupakan penyampaian Ilahi tentang nikmat-Nya, antara lain ketersediaan air<br />

susu yang terdapat dalam perut binatang ternak yang berada diantara kotoran dan<br />

darah, tetapi tetap bersih dapat digunakan oleh manusia untuk minum.<br />

Dalam tafsir Al-Misbah kata (5ΘyŠuρ^ö sù. È⎦÷⎫t/⎺ÏΒ ) min bayni fatsinwa<br />

damin/antara sisa-sisa makanan dan darah dipahami oleh para ulama’ dalam arti<br />

susu berada antara keduannya, karena binatang menyusui apabila telah<br />

mencernakan makanannya, maka apa yang menjadi susu berada pada pertengahan<br />

antara sisa makanan dan darah itu. Yang menjadi darah berada di bagian atas dan<br />

sisa makan berada di bagian bawah. Allah dengan kuasa-Nya memisahkan ketiga<br />

hal itu. Darah dipompa oleh hati dan mengalir melalui pembuluh darah keseluruh<br />

tubuh bersebrangan dengan organ tubuh yang mengalirkan urine dan<br />

mengeliarkan sisa makanan.<br />

Thahir Ibn ’Asyur menytakan bahwa yang dimaksud dengan kata (⎦÷⎫t/)<br />

bayna/antara di sini bukan tempat, tetapi maksudnya adalah bahwa susu bukanlah<br />

darah, karena susu tidak terus menerus mengalir pada salurannya sebagaimana


darah pada pembuluh darah. Susu mirip dengan sisa makanan, tetapi dia juga<br />

bukan sisa makanan, karena susu adalah sesuatu yang suci, bergizi dan<br />

bermanfaat, tidak seperti halnya kotoran dan urine.<br />

Dalam tafsir Ibnu Katsir firmannya ( $TÁÏ9%s{ $Ψt7©9 7^ö sù 5ΘyŠuρ . È⎦÷⎫t/⎺ÏΒ ) ” Berupa ” susu<br />

yang besih antara tahi dan darah maksudnya, wana putihnya, juga rasannya, dan<br />

manisnya benar-benar bersih, yang berada di antara kotoran (tahi) dan darah<br />

dalam perut binatang, yang masing-masing berjalan pada alirannya jika makanan<br />

telah matang dan selesai dicerna di dalam pencernaan. Kemudian darinya, darah<br />

mengalir keseluruh urat, dan susu menuju ke tetek, sedangkan urine ke kandung<br />

kemih, dan kotoran ke rektum. Masing-masing dari semuanya itu tidak ada yang<br />

saling mengkontaminasi satu dengan yang lainnya, tidak juga bercampur setelah<br />

keterpisahannya, serta tidak berubah.<br />

Dalam tafsir Ibnu Katsir firmannya (⎦⎫Î/Ì ≈¤±=Ïj9<br />

$ZóÍ←!$y t⎯ϵÏΡθäÜç/ .⎺ÏΒ È⎦÷⎫t/ 7^ö sù 5ΘyŠuρ$TÁÏ9%s{ $Ψt7©9 )<br />

“Berupa susu yang bersih yang mudah ditelan bagi orang-orang yang<br />

meminumnya.” Maksudnya, tidak ada seorang pun yang merasa tercekik karena<br />

meminumya. Setelah menyebutkan susu Dia jadikan sebagai minuman umat<br />

manusia dengan sangat mudah, maka Allah Ta’ala menyebutkan pula minuman<br />

yang diambil oleh ummat manusia dari buah kurma dan anggur serta minuman<br />

yang mereka buat dari nabidz sebelum diharamkan.<br />

Para penyusun kitab Tafsir al-Muntakhab dalam tafsir Al-Misbah<br />

menyatakan, terdiri dari sekian pakar Mesir mengompentari proses terjadinya<br />

susu dengan menyatakan bahwa: pada buah dada binatang menyusui terdapat<br />

30


kelenjar yang bertugas memproduksi air susu. Melalui urat nadi arteri, kelenjar-<br />

kelenjar itu mendapatkan suplai berupa zat yang terbentuk dari darah dan chyle<br />

(zat-zat dari sari makanan yang telah dicerna) yang keduanya tidak dapat<br />

dikosumsi secar langsung. Selanjutnya kelenjar-kelenjar susu itu menyaring dari<br />

kedua zat itu unsur-unsur penting dalam pembuatan air susu dan mengeluarkan<br />

enzim-enzim yang mengubahnya menjadi susu yang berwarna dan aromanya<br />

sama sekali berbeda dengan zat aslinya. Kata ($ZóÍ←!$y) sa ‘igham pada mulanya<br />

berarti sesuatu yang mudah masuk ke dalam kerongkongan. Kemudahan yang<br />

dimaksud di sini bukan saja karena susu adalah cairan, tetapi juga karena dia lezat,<br />

bergizi, dan bebas dari aneka bakteri.<br />

31


3.1 Rancangan Penelitian<br />

BAB III<br />

METODE PENELITIAN<br />

Rancangan penelitian pengaruh konsentrasi dan perbandingan starter<br />

bakteri Lactobacillus acidophillus dan Bifidubacteria bifidum terhadap kualitas<br />

yoghurt susu kambing ini menggunakan RAL (Rancangan Acak Lengkap)<br />

faktorial, terdiri dari dua faktor dengan 5 kali ulangan.<br />

a. Faktor pertama: konsentrasi (K)<br />

K1 : Konsentrasi Lactobacillus acidophilus dan Bifidobacterium bifidum 2%<br />

K2 : Konsentrasi Lactobacillus acidophilus dan Bifidobacterium bifidum 4%<br />

K3 : Konsentrasi Lactobacillus acidophilus dan Bifidobacterium bifidum 6%<br />

K4 : Konsentrasi Lactobacillus acidophilus dan Bifidobacterium bifidum 8%<br />

b. Faktor kedua: perbandingan (P)<br />

P1 : Perbandingan Lactobacillus acidophilus dan Bifidobacterium bifidum 1:1<br />

P2 : Perbandingan Lactobacillus acidophilus dan Bifidobacterium bifidum 2:1<br />

P3 : Perbandingan Lactobacillus acidophilus dan Bifidobacterium bifidum 2:3<br />

P4 : Perbandingan Lactobacillus acidophilus dan Bifidobacterium bifidum 1:3<br />

P5 : Perbandingan Lactobacillus acidophilus dan Bifidobacterium bifidum 3:1<br />

32


erikut:<br />

Berdasarkan kedua faktor tersebut diperoleh kombinasi perlakuan, sebagai<br />

Tabel 3.1 Kombinasi Perlakuan Konsentrasi dan Perbandingan<br />

K<br />

K1 K2 K3 K4<br />

P<br />

P1 K1P1 K2P1 K3P1 K4P1<br />

P2 K1P2 K2P2 K3P2 K4P2<br />

P3 K1P3 K2P3 K3P3 K4P3<br />

P4 K1P4 K2P4 K3P4 K4P4<br />

P5 K1P5 K2P5 K3P5 K4P5<br />

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian<br />

Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Juni – Juli 2009 di Laboratorium<br />

Mikrobiologi jurusan Biologi <strong>UIN</strong> Maulana Malik Ibarahim <strong>Malang</strong><br />

3.3 Alat dan Bahan<br />

Alat yang digunakan adalah hot plate, beacker glass, panci, pengaduk,<br />

termometer, erlenmeyer, mikropipet, tabung reaksi, oven, laminar flow, jarum<br />

ose, bunsen, cawan petri, pH meter, biuret, desikator.<br />

Bahan yang digunakan adalah air susu kambing, media MRS borth, MRS<br />

agar, bakteri Lactobacillus achidophllus, Bifidobacterium bifidum, larutan NaOH,<br />

aquades, alkohol 95%. kambing, aquades, indikator fenolftalin 1%, NaOH 0,1 N,<br />

gelas plastik, kapas, kain kasa, plastik, kertas label.<br />

33


3.4 Variabel penelitian<br />

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah meliputi konsentrasi satrter<br />

Lactobacillus acidophillus dan Bifdobacteria bifidum 2%, 4%, 6%, 8% dan<br />

perbandingan 1:1, 2:1, 2:3, 1:3, 3:1. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah<br />

aktifitas BAL dan organoleptik yoghurt yang terdiri dari : uji kadar asam laktat,<br />

pH, kadar air, tingkat kesukaan rasa, warna dan aroma sedangkan variabel<br />

terkendali suhu inkubasi, lama inkubasi, kadar bahan yang diperlukan.<br />

3.5 Prosedur Penelitian<br />

3.5.1 Pembuatan starter<br />

Prosedur pembuatan starter bakteri, sebagai berikut:<br />

1. Dimasukkan isolat bakteri Lactobacillus acidophilus dan Bifidobacterium<br />

bifidum dari biakkan murni pada media MRSA sebanyak 100 ml dalam<br />

tabung reaksi dengan cara goresan menggunakan jarum ose.<br />

2. Media kultur diinkubasi selama 48 jam dalam inkubator.<br />

3. Disuspensi dengan aquades steril.<br />

4. Dilakukan penggojokan dengan vortex mixer selama 1 – 2 menit.<br />

5. Kerapatan sel suspensi bakteri dihitung dengan menggunakan<br />

haemocytometer (Joetono, dkk, 1980; Nur, 2005: 18).<br />

6. Starter dibuat dengan menggunakan media MRS broth dan menggunakan<br />

kultur bakteri Lactobacillus acidophilus dan Bifidobacterium bifidum yang<br />

telah dipersiapkan pada media MRS agar miring.<br />

7. Media MRS broth steril sebanyak 100 ml dalam erlenmeyer steril diinokulasi<br />

dua ose kultur bakteri Lactobacillus acidophilus dan Bifidobacterium bifidum<br />

34


Media kultur diinkubasi selama 48 jam pada suhu 37°C pada shaker dengan<br />

putaran 125 rpm.<br />

8. Dibuat kurva pertumbuhan bakteri hingga kerapatan mencapai 10 7 sel/ml<br />

9. Siap digunakan sebagai starter untuk pembuatan yoghurt (Widowati dan<br />

Misgiyarti, 2002).<br />

3.5.2 Pembuatan Yoghurt<br />

Tahapan pembuatan yoghurt dilakukan sebagai berikut :<br />

1. Sterilisasi peralatan<br />

Untuk menghidari terjadinya kontaminasi, maka sebelum melakukan<br />

kerja semua alat harus disterilkan terlebih dahulu dengan menggunakan autoklaf<br />

pada suhu 121˚ C dengan tekanan 15 psi (Pounds squa re inch) selam 15 menit<br />

(Waluyo, 2008).<br />

2. Homogenisasi<br />

Proses homogenisasi dimaksudkan untuk mencegah timbulnya lapisan<br />

lemak pada permukaan (Wahyudi dan Sri, 2008). Dilakukan dengan cara susu<br />

6250 ml susu di tempatkan panci di aduk sampai homogen<br />

3. Pasteurisasi<br />

Pasterurisasi dilakukan dengan memanaskan susu di stering kompor gas<br />

dengan sushi 65˚C selam 15 menit. Tujuan pasteurisa si susu adalah untuk<br />

mencegah penularan penyakit dan mencegah kerusakan karena mikorganisme<br />

(Buckle et al, 1985).<br />

4. Pendinginan<br />

35


Setelah dipasteurisasi, susu pasteurisasi dimasukkan kedalam 6<br />

erlemeyer berkapasitas 1000 ml, kemudian erlemeyer tersebut dimasukkan<br />

kedalam air dingin dengan permukaan air dingin sejajar dengan permukaan susu.<br />

Pendinginan dilakukan sampai suhu susu mencapai 30˚ C<br />

5. Inokulasi starter<br />

Setelah perlakuan pasteurisasi dan pendinginan, maka dilakukan proses<br />

inokulasi, yaitu proses penambahan kultur bakteri (Hidayat, dkk, 2006). Starter<br />

bakteri yang digunakan adalah dengan konsentrasi 2%, 4%, 6% dan 8%,<br />

inokulasi starter dilakukan setelah suhu susu mencapai 45˚C.<br />

6. Inkubasi<br />

Proses fermentasi merupakan kunci keberhasilan dari produk yoghurt.<br />

Fermentasi dilakukan pada suhu ruang 14-16 jam (Anonimous, 2008). Perlakuan<br />

pada masing-masing konsentrasi dilakukan dengan 5 kali ulangan<br />

7. Sesudah 14-16 jam, yoghurt dianalisis tingkat warna, rasa, aroma, total asam,<br />

pH, kadar air.<br />

3.5.3 Uji Organoleptik : warna, aroma dan rasa<br />

Untuk mengetahui tingkat penerimaan konsumen terhadap produk<br />

yoghurt susu kambing yang dihasilkan perlu dilakukan uji organoleptik. Uji<br />

organoleptik dilakukan berdasarkan uji hedonik dengan panelis sebanyak 15<br />

orang, dengan taraf 5 taraf tingkat, yaitu teraf 1- 5: taraf 1 (sangat tidak suka),<br />

teraf 2 (tidak suka), 3 (Biasa), 4 (suka), 5 (sangat suka). Penilaian organoleptik<br />

dilakukan terhadap warna, aroma, rasa (Soekara 2002).<br />

36


Teknik pengujian sifat fisika yoghurt meliputi warna, rasa, dan aroma<br />

dengan prosedur sebagai berikut :<br />

1. Tahap pelaksanaan<br />

a. Dipersiapkan panelis sebanyak 15 orang<br />

b. Dipersiapkan bahan yang diujikan<br />

c. Bahan diletakkan dalam gelas plastik berukuran kecil<br />

2. Tahap pelaksanaan<br />

a. Diberi penjelasan kepada panelis tentang hal prosedur pengujian<br />

b. Panelis dipersilahkan mencicipi rasa, mencium aroma dan melihat warna<br />

yoghurt yang disediakan<br />

c. Uji organoleptik ini menggunakan pilihan nilai dalam bentuk skala 3 dengan<br />

menguji warna, aroma dan rasa<br />

d. Setelah itu, panelis dipersilahkan panelis mengisi angket yang telah disediakan<br />

3.5.4 Kadar Asam Laktat (Ranggana dkk, 1977)<br />

1. 10 ml sampel dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml, ditambahkan aquades<br />

sampai tanda batas lalu dihomogenkan dan di saring<br />

2. Filtrat diambil 10 ml dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer<br />

3. Ditambahkan 2-3 tetes indikator pp<br />

4. Dititrasi dengan larutan 0,1 N NaoH sampai warna tersebut tidak hilang selama<br />

30 detik<br />

5. Pada akhir titrasi dihitung jumlah NaOH yang digunakan<br />

37


Kadar Asam Laktat (%) =<br />

3.6.2 Pengukuran pH<br />

Pengukuran pH dilakukan dengan menggunakan pH meter (Hadiwiyoto, 1994).<br />

3.6.3 Penentuan Kadar Air (Soedarmadji dkk, 1977)<br />

1. Botol timbang dimasukkan ke dalam oven (105° C selam 24 jam kemudian<br />

dimasukkan ke dalam desikator selam 30 menit, setelah itu ditimbang dengan<br />

menggunakan timbangan analitik (X gram).<br />

2. Sampel yang sudah dihaluskan ditimbang (y gram), kemudian dimasukkan ke<br />

dalam botol timbang yang sudah diketahui beratnya<br />

3. Sampel dalam botol timbang dimasukkan dalam oven 105°C selam 4 jam,<br />

kemudian didinginkan dalam desikator selam 30 menit, sampel yang sudah<br />

dingin ditimbang. Perlakuan ini di ulang-ulang sampai tercapai berat konstan (z<br />

gram), yaitu selisih penimbangan berat sampel berturut-turut kurang dari 0,2<br />

gram<br />

4. Kadar air dihitung dengan rumus<br />

V NaOH x N NaOH x fp xBM asam<br />

laktat<br />

W<br />

(X - Y) + (Z-x)<br />

x-y<br />

X 100 %<br />

X 100 %<br />

38


3.7 Teknik Analisis Data<br />

Data yang diperoleh dianalisis secara statistik dengan ANAVA Two-Way.<br />

Jika F hitung > F tabel 0,05% berarti terdapat pengaruh konsentrasi Lactobacillus<br />

acidophilus dan Bifidobacterium bifidum terhadap kualitas susu kambing<br />

kemudian dilanjutkan uji beda nyata terkecil (UJD) 5 %, dan uji organoleptik<br />

warna, rasa, aroma dengan menggunakan Uji Kruskal Walis.<br />

39


Susu Kambing<br />

Pasteurisasi 65 o 15 menit<br />

Didinginkan 45 o C 15 menit<br />

Analisis kimia :<br />

pH<br />

Kadar asam<br />

laktat<br />

Kadar air<br />

Inokulasi starter<br />

Inkubasi 14 jam<br />

Yoghurt<br />

Analisis<br />

Organoleptik :<br />

Warna<br />

Rasa<br />

Aroma<br />

Gambar 3.1 Diagram Alir Pembuatan Yoghurt<br />

L. acidophilus<br />

B. bifidum<br />

Suhu 45 o C<br />

40


BAB IV<br />

HASIL DAN PEMBAHASAN<br />

4.1 Pengaruh Konsentrasi dan Perbandingan Terhadap Sifat Kimia Yoghurt<br />

4.1. Pengaruh Konsentrasi Kultur Starer Lactobacillus acidophilus dan<br />

Bifidobacteria bifidum Terhadap pH<br />

Berdasarkan hasil analisis variansi (ANAVA) menunjukkan bahwa F<br />

hitung > Ftabel yang berarti terdapat pengaruh konsentrasi L. acidophilus dan B.<br />

bifidum terhadap pH yoghurt. Data hasil pengamatan dengan persentase pH<br />

yoghurt selengkapnya dicantumkan pada lampiran 1 (a). Selanjutnya di uji<br />

Duncan Multiple Range Test (DMRT) 5% disajikan pada tabel 4.1.<br />

Tabel 4.1 Pengaruh Konsentrasi Kultur Starter Bakteri L.acidophilus dan<br />

B.bifidum terhadap pH<br />

Konsentrasi pH<br />

2% 5, 080 a<br />

4% 5, 000 b<br />

6% 4, 968 b<br />

8% 4,192 c<br />

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama<br />

tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT 5 %.<br />

Berdasarkan uji lanjut DMRT 5% pada tabel 4.1 menunjukkan bahwa<br />

makin tinggi konsentrasi starter, makin rendah keasamanya. Penurunan pH<br />

signifikan dengan penambahan konsentrasi dari (2%) menjadi (4%), (6%) menjadi<br />

(8%) dan (8%) menjadi (2%) sedangkan (4%) menjadi (6%) berdasarkan<br />

perhitungan statistik tidak signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa konsentrasi 8%<br />

memberikan pH yang paling rendah, dikarenakan L. acidophillus dan B. bifidum<br />

menghidrolisis laktosa susu menjadi asam laktat, sehingga menurunkan pH<br />

41


yoghurt susu kambing. Berdasarkan SNI 01-2981-1992 derajat keasaman yang<br />

sebaiknya dicapai oleh yoghurt 4-4,5. Hal ini diperkuat pendapat Eckles et al<br />

(1980), suasana asam pada yoghurt diakibatkan oleh proses fermentasi susu yaitu<br />

perubahan laktosa menjadi asam laktat, Axelsson (1998) menambahkan, asam<br />

laktat yang diproduksi merupakan hasil dari pemecahan glukosa melalui jalur<br />

glikolisis untuk bakteri asam laktat yang bersifat homofermentatif.<br />

4.2 Pengaruh Konsentasri Kultur Starer Lactobacillus acidophilus dan<br />

Bifidobacteria bifidum Terhadap Kadar Asam Laktat<br />

Berdasarkan hasil analisis variansi (ANAVA) menunjukkan bahwa F<br />

hitung > Ftabel yang berarti terdapat pengaruh konsentrasi L. acidophilus dan B.<br />

bifidum terhadap pH yoghurt. Data hasil pengamatan dengan persentase pH<br />

yoghurt selengkapnya dicantumkan pada lampiran 3 (a). Selanjutnya di uji<br />

Duncan Multiple Range Test (DMRT) 5% disajikan pada tabel 4.2<br />

Tabel 4.2 Pengaruh Konsentrasi L. acidphillus dan B. bifidum terhadap Kadar<br />

Asam Laktat<br />

Konsentrasi Rata-rata Total asam (%)<br />

2% 1,03 a<br />

4% 1,16 b<br />

6% 1,19 b<br />

8% 1,23 b<br />

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama<br />

tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT 5 %.<br />

Berdasarkan uji DMRT 5% pada tabel 4.2 menunjukkan bahwa makin<br />

tinggi konsentrasi starter, makin tinggi asam laktat. Peningkatan asam laktat<br />

signifikan dengan pertambahan konsentrasi dari 2% menjadi 4%, sedangkan<br />

peningkatan asam laktat pada konsentrasi starter 6% menjadi 8% berdasarkan<br />

42


perhitungan statistik tidak signifikan. Hal ini berarti dengan konsentrasi stater 4%<br />

sudah dapat memberikan produksi asam laktat yang paling efektif.<br />

Bedasarkan SNI 01-2981-1992 kadar asam laktat yang sebaiknya dicapai<br />

oleh yoghurt 0,5-2,0 %. Hal ini diperkuat pendapat (Purnomo, 2007), menyatakan<br />

bahwa bakteri asam laktat termasuk sejumlah bakteri yang menghasilkan asam<br />

laktat sebagai hasil akhir dari metabolisme laktosa (gula susu). Koswara (1995),<br />

menambahkan bahwa laktosa dihidrolisis oleh kedua bakteri menjadi asam piruvat<br />

yang akhirnya dirubah menjadi asam laktat dan semakin tinggi konsentrasi<br />

menyebabkan pH semakin menurun.<br />

4.3 Pengaruh Konsentrasi Kultur Starer Lactobacillus acidophilus dan<br />

Bifidobacteria bifidum Terhadap Kadar Air Yoghurt.<br />

Berdasarkan analisis variansi (ANAVA) menunujkkan bahwa Fhitung <<br />

Ftabel 1.189 < 2.72 tidak ada pengaruh L. acidophilus dan B. bifidum sehingga<br />

tidak dilanjutkan uji DMRT 5%. Untuk selengkapnya dapat dilampiran 2 (a). Hal<br />

ini disebabkan pada jalur Embeden Meyerhoff Bakateri asam laktat tidak hidrolisis<br />

air tetapi, kadar air terjadi karena akibat dari L. acidophilus dan B. bifidum<br />

menghasilkan asam laktat sehingga terjadi penggumpalan protein susu dan<br />

membebaskan air. Terbebasnya air menjadikan peningkatan kadar air, tetapi<br />

peningkatan kadar air, perlakuan antara konsentrasi 2% sampai 8% tidak signifikan.<br />

Hal ini diperkuat oleh Purnomo (2007), pemisahan air terjadi, karena aktivitas<br />

BAL menghasilkan enzim proteolitik menjadikan suasana asam dan terjadi<br />

penggumpalan.<br />

43


4.4 Pengaruh Perbandingan Kultur Starter Lactobacillus acidophilus dan<br />

Bifidobacteria bifidum Terhadap pH Yoghurt<br />

Berdasarkan hasil analisis variansi (ANAVA) menunjukkan bahwa F<br />

hitung > Ftabel yang berarti terdapat pengaruh perbandingan Lactobacillus<br />

acidophilus dan Bifidobacteria bifidum terhadap pH yoghurt. Data hasil<br />

pengamatan dengan persentase pH yoghurt selengkapnya dicantumkan pada<br />

lampiran 1(a). Selanjutnya di uji Duncan Multiple Range Test (DMRT) 5%<br />

disajikan pada tabel 4.4 :<br />

Tabel 4.4 Pengaruh Perbandingan L. acidphillus dan B. bifidum terhadap pH<br />

Yoghurt<br />

Perbandingan Rata-rata pH<br />

1:1 5,070 a<br />

1:2 5,075 b<br />

2:3 4,865 b<br />

1:3 4,985 c<br />

3:1 4,950 c<br />

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang<br />

sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT 5 %.<br />

Berdasarkan uji DMRT 5% pada tabel 4.4 perbandingan L. acidophilus<br />

dan B. bifidum menunjukkan makin tinggi perbandingan diberikan maka pH<br />

semakin rendah, penurunan pH signifikan pada perbandingan (3:1) menjadi (2:3),<br />

(1:1) menjadi (1:3) dan (1:1) menjadi (2:3), sedangkan penurunan pH yoghurt P<br />

(1:3) menjadi (3:1) dan (1:2) menjadi (1:1) berdasarkan perhitungan statistik<br />

tidak signifikan. Hal ini menunjukkan adanya sinergisme mutualisme antara 2<br />

bakteri tersebut, dari hasil perhitungan statistik perbandingan (2:3) memberikan<br />

nilai terendah (4.865), khususnya pada perbandingan B. bifidum, hal ini diduga<br />

44


ahwa B. bifidum menghidrolisis laktosa menjadi asam laktat lebih cepat<br />

dibandingkan L. acidophillus dan pH semakin rendah, semakin tinggi<br />

perbandingan pada B. bifidum maka laktosa yang dihidrolisis menjadi asam laktat<br />

semakin banyak sehingga pH semakin rendah. Hal ini diperkuat Misgiyarta<br />

(2006), pemecahan laktosa dalam sel bakteri asam laktat menghasilkan energi<br />

untuk aktivitas bakteri asam laktat akan menghasilkan senyawa lain termasuk<br />

asam laktat. Asam laktat yang dihasilkan oleh BAL akan tersekskresikan keluar<br />

sel dan akan terakumulasi dalam cairan fermentasi dengan meningkatnya jumlah<br />

asam yang diekskresikan oleh BAL karena proses akumulasi asam dalam substrat.<br />

Hal ini diduga penggunaan keduanya dalam kultur starter yoghurt secara<br />

bersama sama terbukti telah bersimbiosis dan meningkatkan efisiensi kerja kedua<br />

bakteri tersebut. Selain menyebabkan tingkat produksi asam yang lebih tinggi,<br />

Streptococcus. thermophilus tumbuh lebih cepat dan menghasilkan asam dan<br />

karbon dioksida. Format dan karbon dioksida yang dihasilkan ini menstimulasi<br />

pertumbuhan Lactobacillus. bulgaricus. Disamping itu, aktivitas proteolitik dari<br />

Lactobacillus bulgaricus ternyata juga menghasilkan peptide dan asam amino<br />

yang digunakan oleh Streptococcus. thermophilus. Seperti diketahui pula, dalam<br />

proses pembuatan yogurt, susu menggumpal disebabkan oleh derajat keasaman<br />

yang turun. Streptococcus. thermophilus berperan dahulu untuk menurunkan pH<br />

sampai sekitar 5.0, baru kemudian disusul L. bulgaricus menurunkan lagi sampai<br />

mencapai 4.0<br />

Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) nomor SNI 01-2981-1992<br />

derajat keasaman (pH) yang sebaiknya dicapai oleh yoghurt adalah 4-4.5, namun<br />

45


dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pH lebih besar dari SNI, hal ini diduga<br />

laktosa susu kambing lebih rendah disbanding dengan susu sapi.<br />

4.5 Pengaruh Perbandingan Kultur Starter Lactobacillus acidophilus dan<br />

Bifidobacteria bifidum Terhadap Kadar asam Laktat Yoghurt<br />

Berdasarkan hasil analisis variansi (ANAVA) menunjukkan bahwa F<br />

hitung > Ftabel yang berarti terdapat pengaruh perbandingan L. acidophilus dan B.<br />

bifidum terhadap kadar asam laktat yoghurt. Data hasil pengamatan dengan<br />

persentase kadar asam laktat yoghurt selengkapnya dicantumkan pada lampiran<br />

3(a). Selanjutnya di uji Duncan Multiple Range Test (DMRT) 5% disajikan pada<br />

tabel 4.5 :<br />

Tabel 4.5 Perbandingan L. acidphillus dan B. bifidum terhadap Kadar Asam<br />

Laktat Yoghurt<br />

Perbandingan Rata-rata (%)<br />

1:1 1,0665 a<br />

2:1 1,1430 a<br />

2:3 1,1565 a<br />

1:3 1,2960 b<br />

3:1 1,1025 a<br />

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama<br />

tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT 5 %.<br />

Berdasarkan uji DMRT 5% pada tabel 4.5 perbandingan Lactobacillus<br />

acidphillus dan Bifidocteria bifidum menunjukkan bahwa makin tinggi<br />

perbandingan maka makin tinggi asam laktat yang dihasilkan. Peningkatan asam<br />

laktat (1:1) menjadi (3:1), (3:1) menjadi (1:2) berdasarkan perhitungan statistik<br />

tidak signifikan, sedangkan peningkatan asam laktat signifikan pada (2:3)<br />

menjadi (1:3) Hasil tersebut menunjukkan bahwa perbandingan<br />

46


Bifidocteriabifidum lebih unggul dari Lactobacillus acidphillus dalam<br />

memfermentasikan laktosa susu menjadi asam laktat, hal ini disebabkan<br />

Bifidocteria bifidum merubah laktosa menjadi asam laktat lebih cepat, jadi<br />

semakin tinggi perbandingan yang diberikan pada Bifidocteria bifidum maka akan<br />

tinggi asam yang dihasilkan, hal ini diperkuat oleh Wendry (2006), menyatakan<br />

protease Lactobacillus acidophillus aktivitasnya sangat rendah dan karakterisasi<br />

biokimia dari protease tersebut menunjukkan pH optimum 5,5 dan Zinedine,<br />

(2007), menambahkan protease Bifidubacteria bifidum karakterisasi biokimia dari<br />

protease tersebut menunjukkan pH optimum 5.<br />

4.6 Pengaruh Perbandingan Kultur Starter Lactobacillus acidophilus dan<br />

Bifidobacteria bifidum Terhadap Kadar Air Yoghurt<br />

Berdasarkan hasil analisis variansi (ANAVA) menunjukkan bahwa F<br />

hitung > Ftabel yang berarti terdapat pengaruh perbandingan Lactobacillus<br />

acidophilus dan Bifidobacteria bifidum terhadap kadar air yoghurt. Data hasil<br />

pengamatan dengan persentase kadar air yoghurt selengkapnya dicantumkan pada<br />

lampiran 2(a). Selanjutnya di uji Duncan Multiple Range Test (DMRT) 5%<br />

disajikan pada tabel 4.6 :<br />

47


Tabel 4.6 Perbandingan L. acidophillus dan B. bifidum terhadap Kadar Air<br />

Yoghurt<br />

Perbandingan Rata-rata kadar air (%)<br />

1:1 82,2565 a<br />

1:2 84,0640 b<br />

2:3 83,6585 bc<br />

1:3 84,2540 c<br />

3:1 83,1535 c<br />

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama<br />

tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT 5 %.<br />

Berdasarkan uji DMRT 5% pada tabel 4.6 perbandingan L. acidphillus dan<br />

B. bifidum menunjukkan makin tinggi perbandingan makin tinggi kadar air yang<br />

terbebas. Hasil tersebut menunjukkan bahwa perbandingan B. bifidum lebih<br />

unggul dari L. acidphillus dalam memfermentasikan laktosa susu menjadi asam<br />

laktat, hal ini disebabkan B. bifidum merubah laktosa menjadi asam laktat lebih<br />

cepat, semakin tinggi perbandingan yang diberikan pada B. bifidum maka akan<br />

tinggi asam yang dihasilkan sehingga terjadi penggumpalan protein susu dan<br />

membebaskan air. Hal ini diperkuat oleh Purnomo (2007), pembebasan air terjadi,<br />

karena aktivitas BAL menghasilkan enzim proteolitik menjadikan suasana asam<br />

dan protein susu menggumpal. Handerson, (1971) menambahkan berlainan<br />

dengan penggumpalan oleh enzim, penggumpalan oleh asam dikendalikan oleh<br />

pH. Partikel casein berada pada titik isolektris pada pH 4.6. pada pH tersebut<br />

partikel terhadap air menurun, dan oleh karenanya akan terjadi pengendapan.<br />

Berdasarkan Standar Nasional Indonesia dengan nomor SNI 01-2981-<br />

1992 adalah yoghurt dengan kualitas yang baik memiliki kadar air yang sebaiknya<br />

dicapai oleh yoghurt adalah maximal 88 %.<br />

48


4.7 Interaksi Pengaruh Konsentrasi Dan Perbandingan Kultur Starter<br />

Bakteri Lactobacillus acidophilus, Bifidobacteria bifidum Terhadap pH<br />

Yoghurt.<br />

Berdasarkan hasil analisis variansi (ANAVA) menunjukkan bahwa F<br />

hitung > Ftabel yang berarti terdapat pengaruh interakasi konsentrasi kultur<br />

Lactobacillus acidophilus dan Bifidobacteria bifidum terhadap pH yoghurt. Data<br />

hasil pengamatan dengan persentase pH yoghurt selengkapnya dicantumkan pada<br />

lampiran 1(a). Selanjutnya di uji Duncan Multiple Range Test (DMRT) 5%<br />

disajikan pada tabel 4.7 :<br />

Tabel 4.7 Interaksi Perbandingan dan Konsentrasi L. acidophilus dan B. bifidum<br />

Terhadap pH Yoghurt<br />

Interaksi Perbandingan<br />

dan Konsentrasi<br />

Rata – rata pH Yoghurt<br />

P1K1 1:1-2% 5,22 a<br />

P1K2 1:1-4% 5,08 a<br />

P1K3 1:1-6% 5,04 b<br />

P1K4 1:1-8% 4,94 b<br />

P2K1 2:1-2% 5,10 b<br />

P2K2 2:1-4% 5,08 bc<br />

P2K3 2:1-6% 5,12 bc<br />

P2K4 2:1-4% 5,00 bcd<br />

P3K1 2:3-2% 5,00 cde<br />

P3K2 2:3-4% 4,90 cde<br />

P3K3 2:3-6% 4,78 cde<br />

P3K4 2:3-8% 4,80 cde<br />

P4K1 1:3-2% 5,00 def<br />

P4K2 1:3 4% 5,02 fgh<br />

P4K3 1:3 6% 5,00 fgh<br />

P4K4 1:3 8% 4,92 fgh<br />

P5K1 3:1-2% 5,08 fgh<br />

P5K2 3:1-4% 5,92 gh<br />

P5K3 3:1-6% 4,90 h<br />

P5K4 3:1-8% 4,90 i<br />

Keterangan: angka yang didampingi huruf yang sama tidak berbeda nyata<br />

berdasarkan uji duncan 5%<br />

49


Berdasarkan uji DMRT 5% pada tabel 4.7 Interakasi konsentrasi<br />

Lactobacillus acidphillus, Bifidocteria bifidum dan perbandingan terhadap pH<br />

yoghurt menunjukkan bahwa berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk<br />

yoghurt yang sesuai dengan nomor SNI 01-2981-1992 adalah yoghurt dengan<br />

kualitas yang baik memiliki derajat keasaman (pH) yang sebaiknya dicapai oleh<br />

yoghurt adalah 4 - 4.5. Hasil penelitian interaksi pH yang rendah pada P3K3<br />

(4.78) dan tidak berbeda nyata dengan pada interaksi P3K4 (4.80), karena<br />

perbandingan dan konsentrasi tinggi menyebabkan asam laktat yang dihasilkan<br />

tinggi sehingga menyebabkan penurunan pH, diharapkan dengan pH yang rendah<br />

maka akan menyebabkan bakteri patogen yang ada pada yoghurt mati, hal ini<br />

diperkuat oleh Sari (2009), yang menyatakan bakteri Lactobacillus acidophilus,<br />

Bifidobacteria bifidum termasuk bakteri probiotik, yaitu metabolit-metabolit yang<br />

dihasilkan membantu menjaga kesehatan tubuh terutama saluran pencernaan<br />

manusia.<br />

Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) nomor SNI 01-2981-1992<br />

derajat keasaman (pH) yang sebaiknya dicapai oleh yoghurt adalah 4-4.5, namun<br />

dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pH lebih besar dari SNI, hal ini diduga<br />

latosa susu sapi lebih tinggi dengan susu kambing.<br />

Yusmarini (1985), menyatakan fermentasi karbohidrat oleh BAL<br />

dilakukan melalui konversi karbohidrat ke glukosa kemudian glukosa<br />

difermentasikan melalui jalur heksosa difosfat untuk memproduksi asam laktat<br />

sebagai produk utama. Asam-asam organik yang dihasilkan akan menyebabkan<br />

pH yoghurt menurun.<br />

50


4.8 Interaksi Pengaruh Konsentrasi Dan Perbandingan Lactobacillus<br />

acidophilus, Bifidobacteria bifidum Terhadap Kadar Asam Laktat<br />

Pengaruh interkasi konsentrasi dan perbandingan starter Lactobacillus<br />

acidophilus, Bifidobacteria bifidum terhadap kadar asam laktat menunujkkan<br />

variabel kadar asam laktat tidak terjadi interakasi, karena hasil analisis (ANAVA)<br />

menunjukkan Fhitung < Ftabel sehingga tidak dilanjutkan uji DMRT 5%. Hal ini<br />

dapat disimpulkan bahwa untuk variabel kadar asam laktat antara perlakuan<br />

konsentrasi dan perbandingan berkerja secar terpisah dan tidak saling<br />

mempengaruhi kadar asam laktat.<br />

4.9 Interaksi Pengaruh Konsentrasi Dan Perbandingan Lactobacillus<br />

acidophilus, Bifidobacteria bifidum Terhadap Kadar Air Yoghurt.<br />

Berdasarkan hasil analisis variansi (ANAVA) menunjukkan bahwa<br />

Fhitung, > Ftabel yang berarti terdapat pengaruh interaksi konsentrasi dan<br />

perbandingan terhadap kadar air. Data hasil pengamatan dapat dilihat<br />

selengkapnya pada lampiran 2 (a). Selanjutnya uji lanjut dengan Duncan Multiple<br />

Range Test (DMRT) 5% disajikan pada tabel 4.9.<br />

51


Tabel 4.9 Interaksi Konsentrasi dan Perbandingan L. acidophillus dan B. bifidum<br />

Terhadap Kadar Air Yoghurt<br />

Interaksi Perbandingan<br />

Dan Konsentrasi<br />

Rata-rata kadar air (%)<br />

P1K1 1:1-2% 83,1840 a<br />

P1K2 1:1-4% 84,2720 ab<br />

P1K3 1:1-6% 83,5760 abc<br />

P1K4 1:1-8% 84,5600 bcd<br />

P2K1 2:1-2% 82,9380 bcde<br />

P2K2 2:1-4% 84,6100 bcdef<br />

P2K3 2:1-6% 83,7260 bcdef<br />

P2K4 2:1-4% 83,7240 bcdef<br />

P3K1 2:3-2% 81,9480 cdef<br />

P3K2 2:3-4% 84,2140 cdef<br />

P3K3 2:3-6% 84,0800 cdef<br />

P3K4 2:3-8% 83,0860 cdef<br />

P4K1 1:3-2% 80,9560 cdef<br />

P4K2 1:3 4% 82,8340 def<br />

P4K3 1:3 6% 83,8980 def<br />

P4K4 1:3 8% 83,7175 def<br />

P5K1 3:1-2% 83,1600 ef<br />

P5K2 3:1-4% 84,4980 ef<br />

P5K3 3:1-6% 84,4780 ef<br />

P5K4 3:1-8% 82,3583 f<br />

Ket: Angka yang didampingi huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan<br />

uji duncan 5%<br />

Berdasarkan Standar Nasional Indonesia dengan nomor SNI 01-2981-<br />

1992 adalah yoghurt dengan kualitas yang baik memiliki kadar air yang sebaiknya<br />

dicapai oleh yoghurt adalah maximal 88 %. Dari hasil penelitian menunjukkan<br />

rata-rata interakasi dibawah kadar maximal SNI, disimpulkan bahwa<br />

perbandingan dan konsentrasi semua baik. Hasil analisa menunjukkan bahwa<br />

peningkatan asam laktat yang dihasilkan Lactobacillus acidophillus dan<br />

Bifidocteria bifidum menyebabkan proteinnya menggumpal (membebaskan air).<br />

Hal ini diperkuat oleh Purnomo (2007), menyatakan bahwa peningkatan sumber<br />

52


energ dan karbon bagi mikoroorganisme pembentuk asam laktat mengakibatkan<br />

asam asam laktat yang yang dihasilkan dihasilkan meningkat meningkat dan pH turun hal hal ini ini mengakibatkan<br />

mengakibatkan<br />

koagulasi protein dan kekentalan yoghur yoghurt meningkat.<br />

4.10 Pengaruh Pengaruh Konsentrasi Konsentrasi Terhadap Organoleptik Organoleptik (Aroma, (Aroma, Rasa, Warna)<br />

Yoghurt Susu Kambing<br />

4.10 Pengaruh Pengaruh Konsentrasi Terhadap Terhadap Aroma Aroma Yoghurt Yoghurt Susu Susu Kambing<br />

Berdasarkan hasil analisis Kruskal Walis menunjukkan bahwa FFhitung,<br />

><br />

Ftabel yang berarti terdapat pengaruh konsentrasi terhadap aroma dan dilanjutkan<br />

uji median. . Data hasil pengamatan dapat dilihat selengkapnya pada lampiran 3 (a).<br />

Hasil pengumpulan data dat yang tercantum pada lampiran 4 (a), , didapatkan<br />

hasil hasil rerata ranking pengaruh konsentrasi konsentrasi terhadap aroma yoghurt yoghurt susu sus<br />

kambing<br />

seperti pada gambar 4.1<br />

2.5<br />

2<br />

1.5<br />

1<br />

Skor dan karbon bagi mikoroorganisme pembentuk asam laktat mengakibatkan<br />

0.5<br />

0<br />

2%<br />

4% 6% 8%<br />

Gambar4.1 Konsentrasi terh terhadap Aroma Yoghurt Susu Kambing<br />

Hasil kruskal walis gambar 4.1 dapat diketahui bahwa konsentrasi yang<br />

berpengaruh berpengaruh terhadap aroma yang yang paling paling disukai disukai panelis panelis adalah adalah konsentrasi K4<br />

K4<br />

53


(8%) dengan nilai ranking rata-rata tertinggi 173.21 dan konsentrasi yang tidak<br />

disukai panelis adalah konsentrasi K1 (2%) dengan nilai terkecil 110.51, produk<br />

cenderung tidak beraroma asam, sedikit berbau prengus. Hal ini terjadi karena<br />

semakin banyak konsentrasi yang diinokulasikan maka bakteri asam laktat akan<br />

semakin tinggi sehingga karbohidrat berkurang karena komponen karbohidrat<br />

(glukosa) telah dirubah menjadi asam laktat melalui proses glikolisis sehingga<br />

menyebabkan aroma khas pada yoghurt dan konsentrasi yang banyak<br />

menghasilkan aroma yang paling disukai oleh konsumen karena memilki aroma<br />

yang khas. Hal ini diperkuat Koswara (1995), karbohidrat dapat meningkatkan<br />

pertumbuhan mikroorganisme dalam yoghurt sehingga mempengarui aroma<br />

yoghurt.<br />

4.11 Pengaruh Perbandingan Terhadap Aroma Yoghurt Susu Kambing<br />

Berdasarkan hasil analisis Kruskal Walis menunjukkan bahwa Fhitung, ><br />

Ftabel yang berarti terdapat pengaruh perbandingan terhadap aroma dan dilanjutkan<br />

uji median. Data hasil pengamatan dapat dilihat selengkapnya pada lampiran 3 (a).<br />

Hasil pengumpulan data yang tercantum pada lampiran 4 (a), didapatkan<br />

hasil rerata ranking pengaruh perbandingan terhadap aroma yoghurt susu kambing<br />

seperti pada tabel 4.2<br />

54


Skor<br />

3.5<br />

3<br />

2.5<br />

2<br />

1.5<br />

1<br />

0.5<br />

0<br />

1:1<br />

2:1 2:3 1:3 3:1<br />

Perbandingan<br />

Gambar 4.2 Perbandingan terhadap Aroma Yohgurt Susu Kambing<br />

Hasil kruskal walis gambar 4.2 dapat diketahui bahwa perbandingan<br />

yang berpengaruh terhadap aroma yang paling disukai panelis adalah<br />

perbandingan (2:3) dengan ranking 191.64 dan perbandingan yang g paling tidak<br />

disukai adalah (2:1) dengan ranking 106.13, , hal ini berlawanan denga dengan<br />

konsentrasi (1:1) ) dengan ranking 131.32, hal ini disebabkan karena pada waktu<br />

melakukan pemeraman raman menggunakan wadah plastik plastik sehingga sehingga diasumsikan diasumsikan bakteri<br />

bakteri<br />

asam asam laktat laktat kurang kurang maksimal dalam memproduksi asam laktat laktat yang yang menyebabkan<br />

menyebabkan<br />

aroma khas, hal ini diperkuat Lieke (2007), , menyatakan pertubuhan mikrorganime<br />

sangat dipengarui oleh eh faktor lingkungan yaitu suhu dan pH. Menambahkan<br />

Riadi, Riadi, (2007) sumber sumber nutrien habis pertumbuhannya selanjutnya menjadi tidak<br />

mungkin. mungkin. Tetapi, katabolisme kontinyu dengan laju yang menurun, dan<br />

pembentukan produk akhir juga berlanjut dengan laju yang menurun.<br />

55


4.12 Interaksi i Pengaruh penambahan konsentrasi dan perbandingan<br />

Lactobacillus acidophillus Bifidubacteria bifidum dan Terhadap Aroma<br />

Yoghurt Susu Kambing<br />

Berdasarkan hasil analisis Kruskal Walis menunjukkan bahwa FFhitung,<br />

><br />

Ftabel yang berarti terdapat pengaruh interaksi konsentrasi dan perbandingan<br />

terhadap aroma dan dilanjutkan uji median. Data hasil pengamatan dapat dilihat<br />

selengkapnya pada lampiran 2 (b). (b<br />

Hasil pengumpulan data yang tercantum pada lampiran 3 (a), , didapatkan<br />

hasil rerata ranking pengaruh interaksi konsentrasi dan perbandingan terhadap<br />

aroma yoghurt susu kambing seperti pada tabel 4.3 4<br />

skor<br />

250<br />

200<br />

150<br />

100<br />

50<br />

0<br />

P1K1<br />

P1K2<br />

P1K3<br />

P1K4<br />

P2K1<br />

P2K2<br />

P2K3<br />

P2K4<br />

P3K1<br />

P3K2<br />

P3K3<br />

P3K4<br />

P4K1<br />

P4K2<br />

P4K3<br />

P4K4<br />

P5K1<br />

P5K2<br />

P5K3<br />

P5K4<br />

Perlakuan<br />

Ket:<br />

KI: 2%<br />

K2:4%<br />

K3:6%<br />

K4:8%<br />

P1: 1:1<br />

P2: 2:1<br />

P3: 2:3<br />

P4: 1:3<br />

P5: 3:1<br />

Gambar 4.3 Interaksi Konsentrasi Dan Perbandingan terhadap Aroma Yoghurt<br />

Susu Kambing<br />

Hasil uji median pada gambar 4.3 dapat diketahui bahwa interaksi<br />

penambahan konsentrasi dan perbandingan kultur starter bakteri Lactobacillus<br />

acidophillus Bifidubacteria bifidum terhadap aroma yang paling disukai panelis<br />

yaitu yaitu P3K4 P3K4 (174.63) namun namun tidak berbeda nyata dengan P4K3 P4K3 yaitu yaitu (174.63) hal<br />

hal<br />

56


ini disebabkan karena penambahn konsentrasi kultur starter Lactobacillus<br />

acidophillus, Bifidubacteria bifidum dan perbandingan merupakan kombinasi<br />

yang seimbang sehingga menghasilkan aroma yang khas dan yang paling disukai<br />

oleh panelis, hal ini diperkuat oleh SNI (01-2981-1992) yang menyatakan bahwa<br />

bakteri asam laktat menghasilkan bau yang bersifat normal/khas. Fermentasi<br />

dapat menimbulkan citarasa baru dan membentuk tekstur beberapa makanan<br />

sehngga mampu memperbaiki penerimaan produk susu, hal ini diperkuan oleh<br />

Yusmarin et al (1998), selama fermentasi akan terbentuk asam-asam organic yang<br />

menimbulkan cita rasa khas pada yohurt. Menambahkan Sari, (2007) Metabolit-<br />

metabolit yang dihasilkan oleh bakteri asam laktat diantaranya yaitu asam-asam<br />

organik, senyawa H2O2, CO2, komponen aroma seperti diasetil dan asetaldehida.<br />

4.13 Pengaruh Konsentrasi Terhadap Rasa Yoghurt Susu Kambing<br />

Berdasarkan hasil analisis Kruskal Walis menunjukkan bahwa Fhitung, ><br />

Ftabel yang berarti terdapat pengaruh konsentrasi terhadap rasa dan dilanjutkan uji<br />

median. Data hasil pengamatan dapat dilihat selengkapnya pada lampiran 3 (b).<br />

Dari hasil pengumpulan data yang tercantum pada lampiran 4,<br />

didapatkan hasil rerata ranking pengaruh konsentrasi terhadap rasa yoghurt susu<br />

kambing seperti pada gambar 4.4<br />

57


Skor<br />

2.5<br />

2<br />

1.5<br />

1<br />

0.5<br />

0<br />

2%<br />

4% 6% 8%<br />

Perlakuan<br />

Gambar 4.4 Konsentrasi Terhadap Rasa Yoghurt Susu Kambing<br />

Hasil kruskal walis gambar 4.4 dapat diketahui bahwa konsentrasi yang<br />

berpengaruh terhadap rasa yang paling disukai panelis adalah 8% yaitu (176.53), (<br />

konsentrasi yang g tidak disukai panelis adalah 2% dengan nilai terkecil (117.40 (117.40)<br />

jika dibandingkan ngkan dengan dengan ketiga ketiga perlakuan yang yang lain lain karena karena asam asam laktat yang<br />

dihasilkan dihasilkan selam proses proses fermentasi fermentasi lebih banyak sehingga rasa rasa asam yang<br />

yang<br />

terbentuk uk semakin semakin banyak banyak pula, hal hal ini diperkuat Tamine dan Robinson Robinson (1985)<br />

menyatakan menyatakan bahwa kandungan asam asam laktat memberikan karakteristik karakteristik rasa,<br />

sehingga semakin banyak asam laktat l akan semakin terasa asam. Menambahkan,<br />

Chandan dan Shani (1993), hasil metabolisme karbohidrat (gula) berupa asam-<br />

asam asam organic akan mempengaruhi citarasa dan dan ikut menentukan menentukan kualitas kualitas yoghu yoghurt.<br />

yoghu<br />

58


4.14 Pengaruh Pengaruh Perbandingan Terhadap Rasa Yoghurt Yoghurt Susu Kambing<br />

Kambing<br />

Berdasarkan hasil analisis Kruskal Walis menunjukkan bahwa FFhitung,<br />

><br />

Ftabel yang berarti terdapat pengaruh perbandingan terhadap rasa dan dilanjutkan<br />

uji median. . Data hasil pengamatan dapat dilihat selengkapnya pada lampiran 3<br />

(b).<br />

Dari hasil pengumpulan data yang tercantum pada lampiran 44,<br />

didapatkan hasil rerata ranking pengaruh perbandingan terhadap rasa yoghurt sus susu<br />

kambing seperti pada gambar 4.5<br />

Perlakuan<br />

3.5<br />

3<br />

2.5<br />

2<br />

1.5<br />

1<br />

0.5<br />

0<br />

1:1<br />

2:1 2:3 1:3 3:1<br />

Perbandingan<br />

Gambar 4.5 Perbandingan Dan Konsentrasi Terhadap Rasa Yoghurt<br />

Susu Kambing<br />

Hasil l kruskal walis pada gambar 4.5 dapat diketahui bahwa perbandingan<br />

yang berpengaruh terhadap rasa yang paling disukai panelis adalah (2:3) yaitu ,<br />

(185.03) dan konsentrasi yang tidak disukai ai panelis adalah konsentrasi (1:1)<br />

dengan nilai terkecil 101.25, hal ini terjadi karena semakin banyak perbandingan<br />

bakteri asam laktat akan semakin tinggi jumlah asam laktat yang dihasilkan<br />

sehingga sehingga karbohidrat berkurang karena komponen karbohidrat (glukosa) (glukosa) telah<br />

59


dirubah menjadi asam laktat melalui proses glikolisis sehingga menyebabkan rasa<br />

khas pada yoghurt dan pada perbandingan yang tinggi menghasilkan rasa yang<br />

paling disukai oleh panelis karena memiliki rasa yang khas. Hal ini diperkuat oleh<br />

pendapat Yusmarini, (2004) semakin banyak sumber karbohidrat yang<br />

dimetabolisir maka semakin banyak asam-asam organic yang dihasilkan sehingga<br />

secara otomatis pH menurun menjadikan rasa asam. Hal ini sejalan dengan<br />

Chandan dan Shanani (1993) yang menyatakan bahwa asam laktat yang<br />

dihasilkan dalam proses pembuatan yoghurt dapat menurunkan pH susu.<br />

4.15 Interaksi Pengaruh Penambahan Konsentrasi Lactobacillus acidophillus<br />

Bifidubacteria bifidum dan Perbandingan Terhadap Rasa Yoghurt Susu<br />

Kambing<br />

Berdasarkan hasil analisis Kruskal Walis menunjukkan bahwa Fhitung, ><br />

Ftabel yang berarti terdapat pengaruh interaksi konsentrasi dan perbandingan<br />

terhadap rasa dan dilanjutkan uji median. Data hasil pengamatan dapat dilihat<br />

selengkapnya pada lampiran 3 (b).<br />

Dari hasil pengumpulan data yang tercantum pada lampiran 4,<br />

didapatkan hasil rerata ranking pengaruh interaksi konsetrasi dan perbandingan<br />

terhadap rasa yoghurt susu kambing seperti pada gambar 4.6<br />

60


Skor<br />

250<br />

200<br />

150<br />

100<br />

50<br />

0<br />

Gambar 4.6 Interaksi Perbandingan dan Konsentrasi terhadap Rasa Yoghurt<br />

Susu Kambing<br />

Hasil gambar 4.6 uji median dapat diketahui bahwa interaksi penambahan<br />

konsentrasi dan perbandingan kultur starter bakteri L. acidophillus B. bifidum<br />

terhadap rasa yang yang paling disukai panelis yaitu P3K4 (168.23) hal ini ini disebabkan<br />

karena penambahan konsentrasi kultur starter L. acidophillus B. bifidum dan<br />

perbandingan perbandingan merupakan merupakan kombinasi yang seimbang sehingga menghasilkan menghasilkan rasa<br />

rasa<br />

asam yang khas dan yang paling disukai oleh panelis, Hal ini diperkuat oleh<br />

pendapat pendapat (Yusmarini, 2004) 2004) semakin banyak sumber karbohidrat yang<br />

dimetabolisir maka semakin banyak asam-asam a asam organic yang dihasilkan sehingga<br />

secara otomatis pH menurun menjadikan rasa asam. Menambahkan SNI (01-<br />

2981-1992) 1992) yang menyatakan bahwa bakteri asam laktat menghasilkan rasa yang<br />

bersifat masam.<br />

P1K1<br />

P1K2<br />

P1K3<br />

P1K4<br />

P2K1<br />

P2K2<br />

P2K3<br />

P2K4<br />

P3K1<br />

P3K2<br />

P3K3<br />

P3K4<br />

P4K1<br />

P4K2<br />

P4K3<br />

P4K4<br />

P5K1<br />

P5K2<br />

P5K3<br />

P5K4<br />

perlakuan<br />

61<br />

Ket :<br />

KI: 2%<br />

K2:4%<br />

K3:6%<br />

K4:8%<br />

P1: 1:1<br />

P2: 2:1<br />

P3: 2:3<br />

P4: 1:3<br />

P5: 3:1


4.16 Pengaruh Pengaruh Konsentrasi Terhadap Terhadap Warna Warna Yoghurt Yoghurt Susu Susu Kambing<br />

Kambing<br />

Berdasarkan hasil analisis Kruskal Walis menunjukkan bahwa FFhitung,<br />

><br />

Ftabel yang berarti terdapat pengaruh konsentrasi terhadap warna dan dilanjutkan<br />

uji median. . Data hasil pengamatan dapat dilihat dili selengkapnya pada lampiran 3 (c). (c<br />

Hasil pengumpulan data yang tercantum pada lampiran 4, , didapatkan<br />

hasil rerata ranking pengaruh konsetrasi terhadap warna yoghurt susu u kambing<br />

seperti pada gambar 4.7<br />

2.5<br />

2<br />

1.5<br />

1<br />

0.5<br />

0<br />

2%<br />

4% 6% 8%<br />

Gambar 4.7 Konsentrasi dan Perbandingan Terhadap Warna Yoghurt Susu<br />

Kambing<br />

Hasil kruskal walis gambar 4.7 dapat diketahui bahwa konsentrasi yang<br />

berpengaruh terhadap warna yang paling disukai panelis adalah K4 8% dengan<br />

nilai ranking (179.74) dan dan konsentrasi konsentrasi yang yang tidak tidak disukai disukai panelis panelis adalah adalah K1 K1 2%<br />

dengan nilai terkecil (106.08), , produk cenderung berwarna putih kuning-<br />

kehijauan, hal ini disebabkan karena kandungan B2 B (Riboflavin) avin) menyebabkan<br />

warna susu maupun yoghurt menjadi kunig kunig-kehijauan, kehijauan, hal ini diperkuat Winarno<br />

(1988), (1988), bahwa riboflavin dapat memberikan warna warna lemak lemak pada pada susu susu kekuningan.<br />

kekuningan.<br />

62


Menambahkan Menambahkan Sodiq (2008), riboflavin pada susu kambing 0.14 0.14 mg mg sedangkan<br />

sedangkan<br />

riboflavin susu usu sapi 0.16 mg.<br />

4.17 Pengaruh Pengaruh Perbandingan Terhadap Warna Yoghurt Yoghurt Susu Kambing<br />

Berdasarkan hasil analisis Kruskal Walis menunjukkan bahwa FFhitung,<br />

><br />

Ftabel yang berarti terdapat pengaruh perbandingan terhadap warna dan dilanjutkan<br />

uji median. . Data hasil pengamatan dapat dilihat selengkapnya pada lampiran 3 (c). (c<br />

Hasil asil pengumpulan data yang tercantum pada lampiran 12, didapatkan<br />

didapatkan<br />

hasil hasil rerata rerata ranking pengaruh perbandingan terhadap warna yoghurt sus susu sus kambing<br />

seperti pada tabel 4.8<br />

Skor<br />

3.5<br />

3<br />

2.5<br />

2<br />

1.5<br />

1<br />

0.5<br />

0<br />

1:1<br />

2:1 2:3 1:3 3:1<br />

Perbandingan<br />

Gambar 4.8 Perbandingan Terhadap Warna Yoghurt Susu Kambing<br />

Hasil kruskal walis gambar 4.8 dapat diketahui bahwa konsentrasi yang<br />

berpengaruh terhadap warna yang paling disukai panelis adalah P3 (2:3 2:3) dengan<br />

nilai ranking (187.56) dan dan perbandingan yang yang tidak tidak disukai disukai panelis panelis adalah<br />

adalah P1 1:1<br />

dengan nilai terkecil (102.71), (102.71) namun pada perbandingan P2 (2:1) berbanding<br />

63


alik dengan perbandingan yang lain, hal ini disebabkan adanya faktor external<br />

yaitu suhu yang tidak merata, dari hasil penelitian produk cenderung berwarna<br />

putih kekuningan, hal ini disebabkan BAL menghasilkan asama-asam organic<br />

sehingga kandungan B2 (Riboflavin) menyebabkan warna susu maupun yoghurt<br />

menjadi kekuningan, hal ini diperkuat Winarno (1988), bahwa riboflavin dapat<br />

memberikan warna lemak pada susu kekuningan.<br />

4.18 Interaksi Pengaruh Penambahan Konsentrasi dan Perbandingan<br />

Lactobacillus acidophillus, Bifidubacteria bifidum Terhadap Warna<br />

Yoghurt Susu Kambing<br />

Berdasarkan hasil analisis Kruskal Walis menunjukkan bahwa Fhitung, ><br />

Ftabel yang berarti terdapat pengaruh interaksi dan perbandingan terhadap warna<br />

yoghurt susu kambing dan dilanjutkan uji median. Data hasil pengamatan dapat<br />

dilihat selengkapnya pada lampiran 3 (c).<br />

Hasil pengumpulan data yang tercantum pada lampiran 4, didapatkan<br />

hasil rerata ranking pengaruh interaksi dan perbandingan terhadap warna yoghurt<br />

susu kambing terhadap warna yoghurt susu kambing seperti pada tabel 4.<br />

64


Skor<br />

250<br />

200<br />

150<br />

100<br />

50<br />

0<br />

P1K1<br />

P1K2<br />

P1K3<br />

P1K4<br />

P2K1<br />

P2K2<br />

P2K3<br />

P2K4<br />

P3K1<br />

P3K2<br />

P3K3<br />

P3K4<br />

P4K1<br />

P4K2<br />

P4K3<br />

P4K4<br />

P5K1<br />

P5K2<br />

P5K3<br />

P5K4<br />

Gambar 4.9 Interaksi Konsentrasi dan Perbandingan Terhadap Warna<br />

Yoghurt Susu Kambing<br />

Berdasarkan hasil gambar 4.9 4 dapat diketahui bahwa interaksi<br />

penambahan konsentrasi kultur starter bakteri Lactobacillus acidophillus<br />

Bifidubacteria bifidum<br />

panelis panelis yaitu yaitu P3K3 P3K3 (163.70) namun namun hal hal ini ini berlawanan berlawanan dengan dengan hasil hasil konsentrasi<br />

konsentrasi<br />

dan perbandingan menunjukkan P3K4 (151.13), hal ini disebabkan kemungkinan<br />

ada ada pengaruh faktor eksternal yang di luar kontrol kontrol pada pada penelitian penelitian yang yang kurang<br />

kurang<br />

sesuai, uai, misalnya suhu suhu pada saat saat fermentasi fermentasi yang yang tidak tidak merata. Hal ini diperkuat<br />

(Fardiaz,1997), (Fardiaz,1997), petumbuhan mikroba dipengaruhi oleh beberapa faktor<br />

lingkungan, lingkungan, diantaranya yaitu suhu, pH, pH, aktivitas air, adanya adanya oksigen, oksigen, dan<br />

dan<br />

tersedianya zat makanan.<br />

Perlakuan<br />

Ket :<br />

KI: 2%<br />

K2: 4%<br />

K3: 6%<br />

K4: 8%<br />

P1: 1:1<br />

P2: 2:1<br />

P3: 2:3<br />

P4: 1:3<br />

P5: 3:1<br />

dan perbandingan terhadap warna yang paling disukai<br />

65


4.19 Pengaruh Konsentrasi Dan Perbandingan Starter Lactobacillus<br />

acidophillus Bifidubacteria bifidum Terhadap Kualitas Yoghurt Susu<br />

Kambing Dalam Pandangan Islam<br />

Dari hasil penelitian ini seluruh parameter pengamatan menunjukkan<br />

bahwa konsentrasi dan perbandingan starter Lactobacillus acidophilus dan<br />

Bifidubacteria bifidum dapat meningkatkan kadar asam laktat pada yogurt susu<br />

kambing, asam laktat yang dihasilkan mikroorganisme dalam susu kambing dapat<br />

menghambat pertumbuhan bakteri pembusuk yang umumnya tidak tahan asam<br />

sehingg masa simpan susu lebih panjang. Susu kambing sangat baik untuk orang<br />

yang memilliki kelainan lactose intolerance, yakni kelainan yang disebabkan oleh<br />

kepekaan alat pencernaan terhadap susu sapi, dengan demikian yoghurt susu<br />

kambing dapat meningkatkan nilai manfaat bagi manusia, sebagai mana firman<br />

Allah SWT QS. Al-Mu’minun Ayat 21<br />

∩⊄⊇∪ tβθè=ä.ù's? $pκ÷]ÏΒuρ ×οu ÏVx. ßìÏ≈uΖtΒ $pκ Ïù ö/ä3s9uρ $pκÍΞθäÜç/ ’Îû<br />

66<br />

$£ϑÏiΒ<br />

/ä3‹É)ó¡Σ ( Zοu ö9Ïès9 ÄΝ≈yè÷ΡF{$# ’Îû ö/ä3s9 ¨βÎ)uρ<br />

21. Artinya: Dan Sesungguhnya pada binatang-binatang ternak, benar-benar<br />

terdapat pelajaran yang penting bagi kamu, kami memberi minum<br />

kamu dari air susu yang ada dalam perutnya, dan (juga) pada<br />

binatang-binatang ternak itu terdapat faedah yang banyak untuk<br />

kamu, dan sebagian dari padanya kamu makan,<br />

Pada ayat ini menerangkan penyampaian Ilahi tentang nikmat-Nya, antara<br />

lain ketersediaan air susu yang terdapat dalam perut binatang ternak yang berada<br />

diantara kotoran dan darah, tetapi tetap bersih dapat digunakan oleh manusia<br />

untuk minum.<br />

Para penyusun kitab Tafsir al-Muntakhab dalam tafsir Al-Misbah<br />

menyatakan, terdiri dari sekian pakar Mesir mengompentari proses terjadinya susu


dengan menyatakan bahwa: pada buah dada binatang menyusui terdapat kelenjar<br />

yang bertugas memproduksi air susu. Melalui urat nadi arteri, kelenjar-kelenjar itu<br />

mendapatkan suplai berupa zat yang terbentuk dari darah dan chyle (zat-zat dari<br />

sari makanan yang telah dicerna) yang keduanya tidak dapat dikosumsi secar<br />

langsung. Selanjutnya kelenjar-kelenjar susu itu menyaring dari kedua zat itu<br />

unsur-unsur penting dalam pembuatan air susu dan mengeluarkan enzim-enzim<br />

yang mengubahnya menjadi susu yang berwarna dan aromanya sama sekali<br />

berbeda dengan zat aslinya. Kata ($ZóÍ←!$y) sa ‘igham pada mulanya berarti sesuatu<br />

yang mudah masuk ke dalam kerongkongan. Kemudahan yang dimaksud di sini<br />

bukan saja karena susu adalah cairan, tetapi juga karena dia lezat, bergizi, dan<br />

bebas dari aneka bakteri.<br />

Tafsir Ibnu katsir menyatakan t(⎦⎫Î/Ì ≈¤±=Ïj9$ZóÍ←!$y<br />

$TÁÏ9%s{ $Ψt7©9) menyatakan ”Berupa<br />

susu yang bersih yang mudah ditelan bagi orang-orang yang meminumnya ”.<br />

Maksudnia, tidak ada seorang pun yang merasa tercekik karena meminumnya.<br />

Menambahkan tafsir Al-qurthubi (⎦⎫Î/Ì ≈¤±=Ïj9$ZóÍ←!$y<br />

) ”yang mudah ditelan bagi orang-<br />

orang yang meminumnya” maksudnya, lezat dan mudah ditelan sehingga tidak<br />

membuat keselek orang yeng meminumnya.<br />

Susu adalah air susu, karena air susu adalah bahan baku dari semua<br />

bahan baku dari semua produk susu. Susu, sebagian besar digunakan sebagai<br />

produk pangan. Dipandang dari segi gizi, susu merupakan makanan yang hampir<br />

sempurna dan merupakan makanan alamiah bagi binatang menyusui yang baru<br />

67


lahir, di mana susu merupakan satu-satunya sumber makanan pemberi kehidupan<br />

segera sesudah kelahiran. Susu didefinisikan sebagai sekresi dari kelenjar susu<br />

binatang yang menyusui anaknya.<br />

Abdullah (1994), menjelaskan fungsi lain dari binatang sebagai<br />

penghasil susu yaitu Allah Ta’ala menyebutkan bahwa apa yang telah Dia<br />

ciptakan bagi makhluk-Nya pada binatang ternak terdapat berbagai manfaat, di<br />

mana mereka dapat meminum dari susu-susunya yang keluar dari saluran antara<br />

temapt kotoran dan saluran darah, mereka memakan dagingnya, membuat pakaina<br />

dari kulit dan juga bulu-bulunya.<br />

Berdasarkan publikasi Small Riminan Productin System Neetwork For<br />

Asia (SRUPNA), susu kambing sangat baik untuk orang yang memilliki kelainan<br />

lactose intolerance, yakni kelainan yang disebabkan oleh kepekaan alat<br />

pencernaan terhadap susu sapi. Khasiat susu kambing antara lain untuk terapi<br />

penyakit TBC, membantu memuluhkan kondisi orang yang baru sembuh dari<br />

suatu penyakit, dan mampu mengontrol kadar kolesterol dalam darah. Dokter<br />

George Dermit dari Ohio, Amerika Serikat, memakai susu kambing untuk anak-<br />

anak yang menderita penyakit gatal di kulit (eksim).<br />

Zen, (2009) menambahkan Berdasarkan referensi yang diambil dari<br />

beberapa majalah, disimpulkan bahwa susu kambing mengandung mineral yang<br />

lengkap untuk kesehatan tubuh diantaranya :<br />

a. Mengandung Zincum (Zn) pembentuk imun dalam tubuh<br />

b. Mineral Alkaline baik untuk penderita Maag Kronis.<br />

c. Zat Flourin serta betakasein baik bagi penderita Bronchitis, Asma,<br />

68


TBC, Pneumonia<br />

d. Kandungan A2-betakasein dan Asam Amino Esensial pembentuk Insulin<br />

berguna bagi penderita diabetes<br />

e. Cynokobalamin pembentu zat Hb bagi penderita Demam berdarah, Anemia,<br />

Thalasemia<br />

f. Kalium (K) berguna bagi penderita Arteriosclerosis, Tekanan Darah Tinggi<br />

maupun Darah Rendah<br />

g. Enzim Xanthine Oxydase dan niasin (Vit B3) berfungsi mengatasi sel<br />

Kanker/Tumor dan mengurangi efek toksis kemoterapi<br />

h. Kandungan Kalsium membantu pertumbuhan tulang dan mencegah<br />

Osteoporosis<br />

i. Kandungan MCTnya (Medium Chain Trygliseride) berguna bagi program<br />

Dietary dan penyembuhan akibat stroke<br />

j. Kaya dengan lactoglobulin penahan protein penyebab alergi<br />

k. Tingkat keasaman yang menyerupai kulit dapat melembabkan dan<br />

mempercantik kulit<br />

l. Mengandung mineral, belerang metionin, riboflavin (Vit B2) dan B3 yang<br />

menumbuhkembangkan sel otak serta system saraf bagi kecerdasan anak.<br />

m. Riboflavin (Vit B2) bermanfaat menurunkan frekuensi serangan migrain<br />

n. Lactoferrin (LF), lactoperoxidase, lysozyme dan peptide dapat meningkatkan<br />

aktivitas CD4 dan sel T sebagai pembentuk system kekebalan tubuh bagi<br />

penderita infeksi virus HIV<br />

69


5.1 KESIMPULAN<br />

BAB V<br />

PENUTUP<br />

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian yang telah dilkukan,<br />

maka dapat disimpulkan bahwa :<br />

1. Konsentrasi Lactobacillus acidophilus dan Bifidobacteria bifidum<br />

berpengaruh terhadap kadar asam laktat yoghurt susu kambing dan<br />

menurunkan keasamanya, meningkatkan kadar air dan menghasilkan aroma,<br />

rasa, warna khas yoghurt Konsentrasi yang paling efektif adalah konsentrasi<br />

8%.<br />

2. Perbandingan Lactobacillus acidophilus dan Bifidobacteria bifidum<br />

berpengaruh terhadap kadar asam laktat yoghurt susu kambing dan<br />

menurunkan keasamanya, meningkatkan kadar air dan menghasilkan aroma,<br />

rasa, warna khas yoghurt. Perbandingan 2:3 memberikan pengaruh yang baik<br />

3. Interaksi konsentrasi dan perbandingan Lactobacillus acidophilus,<br />

Bifidobacteria bifidum terhadap yoghurt susu kambing yaitu meningkatkan<br />

jumlah asam laktat, pH semakin menurun, kadar air, menghasilkan aroma,<br />

rasa, warna khas yoghurt. Perlakuan konsentrasi 8% dan perbandingan 2:3<br />

memberikan pengaruh yang baik.<br />

70


5.2 Saran<br />

Berdasarkan hasil penelitian, dikemukakan saran yaitu perlu<br />

penelitian lanjutan dengan membuat susu fermentasi dengan menggunakan<br />

bakteri Lactobacillus acidophilus dan Bifidobacteria bifidum dengan<br />

parameter pH, Kadar asam laktat.<br />

71


DAFTAR PUSTAKA<br />

Apriyantono, A. dan Kumara, B. 2004. Identifikasi Character Impact Odorant s<br />

Buah Kawista (Feronia lemonia). J. Teknologi & Industri Pangan,<br />

Abdullah, 1994. Tafsir Ibnu Katsir Jilid 5. Kairo: Mu-assasah Daar al-Hilaal.f<br />

Asy-Syanqithi, 2007. Syaikh. Tafsir Adhwa’ul bayan. Jakarta: Pustaka Azzam.<br />

Anang. 2007. Intensitas Aroma “Prengus” Dan Deteksi Asam Lemak Pada Susu<br />

Kambing. Semarang: Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro<br />

Axelsson, (1988). Lactic Acid Bacteria: Clasification and Physiologi. In : Lactic<br />

Acid Bakteria, Microbiology and Functional aspects. Salminen, S and A<br />

wright (eds) marcel Dekker Inc. new York<br />

Atherthon, H. V. and J.A. Newlander, 1982. Chemistry and Testing of Dairy<br />

Product. 4 edition. Avi Publishing Company, Inc Wetsport. Connection.<br />

Badan Standardisasi Nasional. 1992. SNI Yoghurt (SNI 01-2981-1992.1992).<br />

Jakarta: Badan Standardisasi Nasional.<br />

Buckle, K. A., Edward, R.A., Fleet. G.H and wooton, M., 1987. Food science. Di<br />

terjemahkan oleh Purnomo dan Adiono. Jakarta; Ilmu Pangan. Universitas<br />

Indonesia Press. C. Devedra, 1994. Produksi Susu Kambing di Daerah<br />

Tropis. Bandung. ITB.<br />

Conway, P.L., S.L. Gorbach, and B.R. Goldin. 1987. Survival of lactic<br />

acidbacteria in the human stomach and adhesion to internal cell. Journal of<br />

Diary Science.<br />

Campbell, J. R. and R.T Marshall., 1975. The Science of Providing Milk for Man.<br />

Mc-Graw-Hill. New York: Book Company.<br />

Chandan, R.C. dan Shahani, K.M. 1993. Yoghurt. Di dalam Hui (ed.). Dairy<br />

Science and Technology Handbook-Product Manufacturing. New York.<br />

Dwijoyosapoetra, 2005. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta : Djambatan.<br />

Deman, J. M. 1997. Kimia Makanan. Bandung. ITB. Di terjemahkan oleh<br />

Kosasih.<br />

Darwis, A.A. dan E. Sukara. 1989. Teknologi Mikrobial. Pusat Antar Universitas<br />

Bioteknologi, Institut Pertanian Bogor.<br />

Eniza, S. 2004. Dasar Pengolahan Susu dan Hasil Ikutan Ternak. Jurnal Program<br />

Studi Produksi Ternak Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.<br />

72


Edwin. 2002. Khasiat Yoghurt Untuk Pengobatan. www.pikiranrakyat.com.<br />

Diakses tanggal 26 April 2009.<br />

Eckles, C.H.,W.B Combs, and H. Macy,. 1980. Milk and Milk Products. Mc<br />

Graw-Hill Company Limeted. New Delhi: Bombay<br />

Fardiaz, S., 1987. Mikrobiologi Pangan Departemen Pendidikan Dan Kebidayaan<br />

Direktur Jendral Pendidikan Pusat Antar Universitas dan Gizi. Institut<br />

Pertanian Bogor.<br />

Feliatra, 2004. Isolasi dan Identifikasi Bakteri Probiotik dari Ikan Kerapu<br />

Macan (Ephinephelus fuscogatus) dalam UpayaEfisiensi Pakan Ikan.<br />

Jurnal Natur Indonesia.<br />

<strong>Full</strong>er, R. 1987. A Review. Probiotik in Man and Animal. Journal of applied<br />

Bacteorology.<br />

Holtj. G., Kreig, N.R., S.T.1994. Bergeys Manual Determinative<br />

Bacteriology.Baltimore: Williamn and Wilkins Baltimore.<br />

Hidayat, N. 2006. Mikrobiologi Industri. Yogyakarta: Andi Offset<br />

Judoamidjoyo. 1989. Teknologi Fermentasi. Jakarta: Rajawali Press.<br />

Judkins, H. F and H.A Keener., 1986. Milk and Prosesing. New York: 4 th<br />

Edition. Jhon Willey and Sonds, Inc.<br />

Kumalasari, R. 2007. Studi Kandungan Escherichia Coli Pada Proses<br />

Pendistribusian Susu Sapi Segar Di Sepanjang Sidoarjo (Studi Pada<br />

Perusahaan Susu Sapi "Harkins" Di Bandar Sepanjang Sidoarjo).<br />

Airlangga University.<br />

Kartika, N. 2007. Tren dan Potensi Susu Fermentasi. Foodreview Indonesia vol.<br />

ii-no. 3-maret.<br />

Kenneth A Buckle, Senior Lecturer. 1985, School of Food Tecnology, The<br />

University of New South Wales, Kensington, New South Wales 2033.<br />

Kosikowski, F., 1982. Cheese and Fermented Milk Food. 2 nd Edition. F. V. New<br />

York. Kosikowski and Associates.<br />

Kuswanto, K. R. dan Sudarmaji, S 1989. Proses Mikrobiologi pangan. Pusat<br />

Antar Universitas Pangan dan Gizi. Yogyakarta: Universitas Gadja Mada.<br />

Koswara, S. 1995. Teknologi Pengolahan Kedelai. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan<br />

Kramer, BA and Twigg,. 1979. Fundamental of Quality Control for The Food<br />

Industry. The AVI pub., Conn. USA.<br />

73


Misyarta and Widowati S. 2006. Efektifitas bakteri asam laktat (bal) dalam<br />

pembuatan Produk fermentasi berbasis protein/susu nabati. BBPPP.<br />

Napitupulu, R.N.R,. 2003. Daya Ikat Kolesterol dan Produksi Asam Organik<br />

Isolat Lactobacillus Terseleksi untuk Penurun Kolesterol. Bandung: Abstrak<br />

Pertemuan Ilmiah Tahunan Perhimpunan Mikrobiologi Indonesia., Agustus<br />

2003.<br />

Purnomo, H. dan Adiono. 2007. Ilmu Pangan. Jakarta : UI Press<br />

Sodiq, A dan Zainal. 2008. Menigkatkan Produksi Susu Kambing Peranakan<br />

Etawa. Jakarta: Agromedia.<br />

Imam, S. 2008. Tafsir Al-Qurthubi. Jakarta: Pustaka Azam.<br />

Setiayadi, W. 2006. Purifikasi karakteristisasi Protease yang diHasilkan<br />

Lactobacillus acidophilus Dalam Fermentasi Susu Sapi Perah. PPB<br />

LIPI.<br />

Haryanto, S 1998. Segarnya Yogurt. Bandung, (tanpa penerbit).<br />

Silalahi, J. 2001. Manfaat Dan Khasiat Probiotik Untuk Mencegah<br />

Penyakit.http//www.kompas.com/pojok_khusus_kontribusi_prebiotik.htm.<br />

Diakses tanggal 26 April 2009.<br />

Tamine , A,Y and R.K. Robinson. 1999. Yoghurt: Scince and technology. Boston:<br />

2 nd Edition. CRC Press.<br />

Thomas TD and Pritchard GG. 1987.Proteolytic enzymes from dairy starter<br />

cultures. Fed. Eur. Microbiol.Soc.Microbiol.<br />

Tagg, J.R. 1976. Bacteriocins of gram positive bacteria. Bacteriology Review 40:<br />

722-756.<br />

Webb, B.H. and E.O Whitter.,1970. By Product Form Milk. The Avi<br />

Publishing. Company inc. Westport. Connecticut.<br />

Wood, B.J., 1985. Microbiology of Fermented Foods. London: Elsevier Aplied<br />

Science Publisher.<br />

Winarno. F.G. 1994. Biofermentasi dan Biosintesis protein. Bandung: Angkasa:<br />

Yusmarini, Adnan M. dan Hadiwiyoto S. 1998. Perubahan Oligosakarida pada<br />

Susu Kedelai dalam Proses Pembuatan Yogurt. Berkala Penelitian Pasca<br />

Sarjana(BPPS). Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.<br />

74


Zinedine dan M. Faid. 2007. Isolasi dan Karakterisasi dari Jenis Bifidobacteria<br />

Probiotik dengan Properties Dalam Vitro. World of Dairy Ilmu makanan:<br />

28-34.<br />

75


Lampiran 1. Hasil Penelitian<br />

Data hasil penelitian untuk parameter pH Yoghurt sebagai berikut :<br />

PERLAKUAN ULANGAN<br />

TOTAL Rata-Rata<br />

Prbandingan Konsentrasi I II III IV V<br />

K0 6.6 7.2 6.8 6.6 7.1 34.3 6.86<br />

P1<br />

*<br />

K1 5.2 5.2 5.2 5.3 5.2 26.10 5.22<br />

K2 5 5.1 5.1 5.1 5.1 25.40 5.08<br />

K3 5 5.1 5.1 5 5 25.20 5.04<br />

K4 5 5 5 4.9 4.8 24.70 4.94<br />

K0 6.6 6.8 6.7 7 7 34.1 6.82*<br />

K1 5.1 5.1 5.1 5.1 5.1 25.50 5.10<br />

P2<br />

K2 5.2 5.2 5 5 5 25.40 5.08<br />

K3 5.1 5.1 5.2 5.1 5.1 25.60 5.12<br />

K4 5 5 5 5 5 25.00 5.00<br />

K0 6.8 6.7 6.8 6.7 7 34 6.8*<br />

K1 5 5 5 5 5 25.00 5.00<br />

P3<br />

K2 4.9 5 4.8 4.9 4.9 24.50 4.90<br />

K3 4.9 4.7 4.8 4.7 4.8 23.90 4.78<br />

K4 4.8 4.8 4.8 4.8 4.8 24.00 4.80<br />

K0 6.9 6.9 6.7 7 7 34.3 6.86*<br />

K1 5 5 5 5 5 25.00 5.00<br />

P4<br />

K2 5 5 5 5 5.1 25.10 5.02<br />

K3 5 5 5 5 5 25.00 5.00<br />

K4 5 4.9 4.9 4.9 4.9 24.60 4.92<br />

K0 6.7 7 7 6.6 6.6 33.9 6.78*<br />

K1 5.2 4.9 5.1 5 5.2 25.40 5.08<br />

P5<br />

K2 4.9 5 4.9 4.9 4.9 24.60 4.92<br />

K3 5 4.9 4.9 4.8 4.9 24.50 4.90<br />

K4 4.9 4.9 4.9 4.9 4.9 24.50 4.90<br />

TOTAL 100.20 99.90 99.80 99.40 99.70 499.00<br />

*<br />

tidak dimasukan dalam hitungan statistik<br />

76


Tabel Analisis Varians pH Yougurt<br />

SK db JK KT Fhitung Ftabel 5%<br />

Ulangan 4 0.017 0.004<br />

Perlakuan : 19 1.134 0.060 17.300<br />

Perbandingan 4 0.593 0.148 42.971** 2.48<br />

Konsentrasi 3 0.369 0.123 35.671** 2.72<br />

Interaksi 12 0.172 0.014 4.150* 1.88<br />

Perbandingan*Konsntrasi<br />

Galat 80 0.276 0.003<br />

Total 99 1.410 0.014<br />

Keterangan: * = menunjukkan berpengaruh nyata<br />

** = menunjukkan berpengaruh sangat nyata<br />

Notasi UJD 5% untuk Konsentrasi :<br />

Banyaknya Perlakuan Selingan UJD 5%<br />

2 0 2.81 x 0.011= 0.031<br />

3 1 2.96 x 0.011= 0.033<br />

4 2 3.06 x 0.011= 0.034<br />

Perlakuan Konsentrasi<br />

Rata – rata pH<br />

Yoghurt<br />

K4 4.91 a<br />

K3 4.97 b<br />

K2 5.00 b<br />

K1 5.08 c<br />

K0 6.86 d<br />

Notasi UJD 5% untuk Perbandingan :<br />

Banyaknya Perlakuan Selingan UJD 5%<br />

2 0 2.81 x 0.013 = 0.036<br />

3 1 2.96 x 0.013 = 0.038<br />

4 2 3.06 x 0.013 = 0.039<br />

5 3 3.13 x 0.013 = 0.041<br />

Perlakuan Perbandingan Rata – rata pH<br />

Yoghurt<br />

P3 4.87 a<br />

P5 4.95 b<br />

P4 4.985 b<br />

P1 5.07 c<br />

77


P2 5.075 c<br />

Notasi UJD 5% untuk Interaksi :<br />

Banyaknya Perlakuan Selingan UJD 5%<br />

2 0 2.81 x 0.025 = 0.070<br />

3 1 2.96 x 0.025 = 0.074<br />

4 2 3.06 x 0.025 = 0.076<br />

5 3 3.13 x 0.025 = 0.078<br />

6 4 3.19 x 0.025 = 0.079<br />

7 5 3.23 x 0.025 = 0.081<br />

8 6 3.27 x 0.025 = 0.082<br />

9 7 3.30 x 0.025 = 0.083<br />

10 8 3.33 x 0.025 = 0.0832<br />

11 9 3.34 x 0.025 = 0.0835<br />

12 10 3.37 x 0.025 = 0.0842<br />

13 11 3.39 x 0.025 = 0.0847<br />

14 12 3.40 x 0.025 = 0.085<br />

15 13 3.41 x 0.025 = 0.0852<br />

16 14 3.43 x 0.025 = 0.0857<br />

17 15 3.44 x 0.025 = 0.086<br />

18 16 3.45 x 0.025 = 0.0862<br />

19 17 3.46 x 0.025 = 0.0865<br />

20 18 3.47 x 0.025 = 0.087<br />

Interaksi Konsentrasi<br />

dan Perbandingan<br />

Rata – rata pH<br />

YoGhurt<br />

Notasi UJD 5%<br />

P3K3 4.78 a<br />

P3K4 4.80 a<br />

P3K2 4.90 b<br />

P5K3 4.90 b<br />

P5K4 4.90 b<br />

P4K4 4.92 bc<br />

P5K2 4.92 bc<br />

P1K4 4.94 bcd<br />

P2K4 5.00 cde<br />

P3K1 5.00 cde<br />

P4K1 5.00 cde<br />

P4K3 5.00 cde<br />

P4K2 5.02 def<br />

P1K3 5.04 fgh<br />

P1K2 5.08 fgh<br />

P2K2 5.08 fgh<br />

P5K1 5.08 fgh<br />

P2K1 5.10 gh<br />

P2K3 5.12 h<br />

P1K1 5.22 i<br />

78


Lampiran 2. Hasil Penelitian<br />

Data hasil penelitian untuk parameter kadar air Yoghurt sebagai berikut :<br />

Tabel 2. Data Hasil Penelitian Kadar Air Yoghurt<br />

PERLAKUAN ULANGAN<br />

Prbndingn Knsntrsi I II III IV V<br />

TOTAL Rata-<br />

Rata<br />

K0 87.4 87.4 87.6 87 87 436.4 87.28<br />

K1 84.26 84.58 82.24 83.42 81.42 415.92 83.18<br />

P1 K2 82.77 84.16 84.92 80.38 82.46 414.69 82.94<br />

K3 79.73 83.31 83.89 82.47 80.34 409.74 81.95<br />

K4 80.12 82.2 81.42 80.8 80.24 404.78 80.96<br />

K0 87.2 87 88 87 86 435.2 87.04<br />

K1 83.27 83.4 83.27 81.79 84.07 415.80 83.16<br />

P2 K2 83.32 82.87 84.67 84.68 85.82 421.36 84.27<br />

K3 85.92 83.24 83.72 85.1 85.07 423.05 84.61<br />

K4 84.81 83.34 83.58 85.61 83.73 421.07 84.21<br />

K0 87.6 87.6 87.6 87 87 436.8 87.36<br />

K1 82.08 84.65 82.05 81.36 84.03 414.17 82.83<br />

P3 K2 84.68 84.74 84.05 84.12 84.9 422.49 84.50<br />

K3 83.45 83.17 83.77 82.94 84.55 417.88 83.58<br />

K4 84.25 84.48 83.95 81.31 84.64 418.63 83.73<br />

K0 87.5 87.6 87.6 87.7 87.4 437.8 87.56<br />

K1 83.79 84.77 84.39 83.39 84.06 420.40 84.08<br />

P4 K2 83.78 83.88 83.43 84.43 83.97 419.49 83.90<br />

K3 84.57 84.81 84.83 83.43 84.75 422.39 84.48<br />

K4 86.07 84.4 84.35 83.91 84.07 422.80 84.56<br />

K0 87 87 87 87.5 87.6 436.1 87.2<br />

K1 84.58 84.04 83.77 83.01 83.22 418.62 83.72<br />

P5 K2 83.31 84.27 83.81 81.45 82.59 415.43 83.09<br />

K3 82.92 83.97 84.15 83.83 81.71 416.58 83.32<br />

K4 84.05 83.04 82.76 80.24 82.35 412.44 82.49<br />

TOTAL 1671.73 1677.32 1673.02 1657.67 1667.99 8347.73<br />

79


Tabel Analisis Variansi Kadar Air<br />

SK db JK KT Fhitung Ftabel 5%<br />

Ulangan 4 11.037 2.759<br />

Perlakuan : 19 85.452 4.497 3.782<br />

Perbandingan 4 51.510 12.878 10.830** 2.48<br />

Konsentrasi 3 4.242 1.414 1.189 ns 2.72<br />

Interaksi 12 29.700 2.475 2.082* 1.88<br />

Perbandingan*Konsntrasi<br />

Galat 80 95.122 1.189<br />

Total 99 180.574 1.824<br />

Keterangan: * = menunjukkan berpengaruh nyata<br />

** = menunjukkan berpengaruh sangat nyata<br />

ns = non signifikan / tidak ada pengaruh<br />

Notasi UJD 5% untuk Konsentrasi :<br />

Banyaknya Perlakuan Selingan UJD 5%<br />

2 0 2.81 x 0.22 = 0.62<br />

3 1 2.96 x 0.22 = 0.65<br />

4 2 3.06 x 0.22 = 0.67<br />

Perlakuan Konsentrasi<br />

Rata – rata Kadar Air<br />

Yoghurt<br />

Notasi UJD 5%<br />

K4 83.19 a<br />

K1 83.4 a<br />

K3 83.59 a<br />

K2 83.74 a<br />

Notasi UJD 5% untuk Perbandingan :<br />

Banyaknya Perlakuan Selingan UJD 5%<br />

2 0 2.81 x 0.244 = 0.68<br />

3 1 2.96 x 0.244 = 0.72<br />

4 2 3.06 x 0.244 = 0.75<br />

5 3 3.13 x 0.244 = 0.76<br />

Perlakuan<br />

Perbandingan<br />

Rata – rata Kadar Air<br />

Yoghurt<br />

Notasi UJD 5%<br />

P1 82.25 a<br />

P5 82.25 b<br />

P3 83.65 bc<br />

P2 84.06 c<br />

P4 84.25 c<br />

80


Notasi UJD 5% untuk Interaksi<br />

Banyaknya Perlakuan Selingan UJD 5%<br />

2 0 2.81 x 0.49 = 1.38<br />

3 1 2.96 x 0.49 = 1.45<br />

4 2 3.06 x 0.49 = 1.50<br />

5 3 3.13 x 0.49 = 1.53<br />

6 4 3.19 x 0.49 = 1.56<br />

7 5 3.23 x 0.49 = 1.58<br />

8 6 3.27 x 0.49 = 1.60<br />

9 7 3.30 x 0.49 = 1.62<br />

10 8 3.33 x 0.49 = 1.63<br />

11 9 3.34 x 0.49 = 1.64<br />

12 10 3.37 x 0.49 = 1.65<br />

13 11 3.39 x 0.49 = 1.66<br />

14 12 3.40 x 0.49 = 1.67<br />

15 13 3.41 x 0.49 = 1.671<br />

16 14 3.43 x 0.49 = 1.68<br />

17 15 3.44 x 0.49 = 1.69<br />

18 16 3.45 x 0.49 = 1.69<br />

19 17 3.46 x 0.49 = 1.695<br />

20 18 3.47 x 0.49 = 1.70<br />

Interaksi Konsentrasi<br />

dan Lama Perendaman<br />

Rata – rata Kadar Air<br />

YoGhurt<br />

Notasi UJD 5%<br />

P1K4 80.96 a<br />

P1K3 81.95 ab<br />

P5K4 82.49 abc<br />

P3K1 82.83 bcd<br />

P1K2 82.94 bcde<br />

P5K2 83.09 bcdef<br />

P2K1 83.16 bcdef<br />

P1K1 83.18 bcdef<br />

P3K3 83.32 cdef<br />

P5K3 83.58 cdef<br />

P5K1 83.72 cdef<br />

P3K4 83.73 cdef<br />

P4K2 83.9 cdef<br />

P4K1 84.08 def<br />

P2K4 84.21 def<br />

P2K2 84.27 def<br />

P4K3 84.48 ef<br />

P3K2 84.5 ef<br />

P4K4 84.56 ef<br />

P2K3 84.61 f<br />

81


Lampiran 3. Hasil Penelitian<br />

A. Data Hasil Total Asam Laktat Yohurt<br />

Data hasil penelitian untuk parameter total asam laktat yoghurt sebagai berikut :<br />

Data Hasil Penelitian Total Asam Laktat Yoghurt<br />

UJI TOTAL ASAM<br />

PERLAKUAN ULANGAN<br />

TOTAL Rata-<br />

Prbandingan Konsentrasi I II III IV V<br />

Rata<br />

P1<br />

P2<br />

P3<br />

P4<br />

P5<br />

K0 0.2 0.2 0.3 0.3 0.3 1.3 0.26*<br />

K1 0.9 1.17 0.9 0.9 0.9 4.77 0.95<br />

K2 1.26 1.17 1.17 1.08 1.17 5.85 1.17<br />

K3 1.17 1.35 0.63 1.08 1.17 5.40 1.08<br />

K4 1.17 1.08 1.17 0.63 1.26 5.31 1.06<br />

K0 0.2 0.3 0.3 0.3 0.3 1.4 0.46*<br />

K1 0.9 0.9 0.9 1.35 0.99 5.04 1.01<br />

K2 1.35 0.99 1.17 1.35 1.08 5.94 1.19<br />

K3 1.35 1.44 1.08 1.08 0.99 5.94 1.19<br />

K4 1.17 1.26 1.62 0.63 1.26 5.94 1.19<br />

K0 0.3 0.2 0.3 0.3 0.3 1.4 0.46*<br />

K1 0.99 0.9 0.99 0.99 1.26 5.13 1.03<br />

K2 1.08 0.99 0.99 1.17 1.17 5.40 1.08<br />

K3 1.26 1.08 1.26 1.71 1.26 6.57 1.31<br />

K4 1.17 1.26 1.26 1.08 1.26 6.03 1.21<br />

K0 0.2 0.3 0.3 0.3 0.3 1.4 0.46<br />

K1 1.17 0.9 1.35 1.53 1.26 6.21 1.24<br />

K2 1.35 1.44 1.44 1.26 1.17 6.66 1.33<br />

K3 1.17 1.26 1.35 1.26 1.17 6.21 1.24<br />

K4 1.26 1.62 1.35 1.35 1.26 6.84 1.37<br />

K0 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 1.5 0.5<br />

K1 0.63 0.9 0.9 1.17 0.9 4.50 0.90<br />

K2 1.17 0.81 1.26 0.99 0.99 5.22 1.04<br />

K3 1.08 1.08 0.9 1.26 1.26 5.58 1.12<br />

K4 1.35 1.44 1.44 1.26 1.26 6.75 1.35<br />

TOTAL 22.95 23.04 23.13 23.13 23.04 115.29<br />

82


Tabel Analisis Varians Total Asam Laktat Yougurt<br />

SK db JK KT Fhitung Ftabel<br />

5%<br />

Ulangan 4 0.001 0.000<br />

Perlakuan : 19 1.693 0.089 2.680<br />

Perbandingan 4 0.612 0.153 4.600* 2.48<br />

Konsentrasi 3 0.604 0.201 6.050** 2.72<br />

Interaksi 12 0.477 0.040 1.197 ns 1.88<br />

Perbandingan*Konsentrasi<br />

Galat 80 2.660 0.033<br />

Total 99 4.353 0.044<br />

Keterangan: * = menunjukkan berpengaruh nyata<br />

** = menunjukkan berpengaruh sangat nyata<br />

ns = non signifikan / tidak ada pengaruh<br />

Notasi UJD 5% untuk Konsentrasi :<br />

Banyaknya Perlakuan Selingan UJD 5%<br />

2 0 2.81 x 0.036 = 0.10<br />

3 1 2.96 x 0.036 = 0.106<br />

4 2 3.06 x 0.036 = 0.110<br />

Perlakuan Konsentrasi<br />

Rata – rata Total<br />

Asam Laktat Yougurt<br />

Notasi UJD 5%<br />

K1 1.03 a<br />

K2 1.16 b<br />

K3 1.19 b<br />

K4 1.23 b<br />

Notasi UJD 5% untuk Perbandingan :<br />

Banyaknya Perlakuan Selingan UJD 5%<br />

2 0 2.81 x 0.041 = 0.11<br />

3 1 2.96 x 0.041 = 0.12<br />

4 2 3.06 x 0.041 = 0.125<br />

5 3 3.13 x 0.041 = 0.13<br />

Perlakuan<br />

Perbandingan<br />

Rata – rata Total<br />

Keasaman YouGurt<br />

Notasi UJD 5%<br />

P1 1.0665 a<br />

P5 1.1025 a<br />

P2 1.143 a<br />

P3 1.1565 a<br />

P4 1.296 b<br />

83


Lampiran 3<br />

Hasil SPSS Orgnoleptik<br />

A.<br />

aroma<br />

aroma<br />

“AROMA”<br />

NPar Tests<br />

Kruskal-Wallis Test<br />

konsentrasi<br />

K 2%<br />

K 4%<br />

K 6%<br />

K 8%<br />

Total<br />

Ranks<br />

Test Statistics a,b<br />

Chi-Square<br />

df<br />

> Median<br />


aroma<br />

N<br />

Median<br />

Test Statistics b<br />

Chi-Square<br />

df<br />

Asymp. Sig.<br />

> Median<br />


N<br />

Median<br />

Test Statistics b<br />

Chi-Square<br />

df<br />

Asymp. Sig.<br />

aroma<br />

300<br />

3.00<br />

56.768 a<br />

4<br />

.000<br />

a. 0 cells (.0%) have expected frequencies less than<br />

5. The minimum expected cell frequency is 25.6.<br />

b. Grouping Variable: perban<br />

aroma<br />

NPar Tests<br />

[<br />

Kruskal-Wallis Test<br />

interksi<br />

P1K1<br />

P1K2<br />

P1K3<br />

P1K4<br />

P2K1<br />

P2K2<br />

P2K3<br />

P2K4<br />

P3K1<br />

P3K2<br />

P3K3<br />

P3K4<br />

P4K1<br />

P4K2<br />

P4K3<br />

P4K4<br />

P5K1<br />

P5K2<br />

P5K3<br />

P5K4<br />

Total<br />

Ranks<br />

N Mean Rank<br />

15 109.00<br />

15 131.77<br />

15 137.50<br />

15 147.00<br />

15 90.00<br />

15 107.03<br />

15 99.50<br />

15 128.00<br />

15 118.50<br />

15 194.50<br />

15 222.03<br />

15 231.53<br />

15 116.53<br />

15 175.50<br />

15 231.53<br />

15 222.03<br />

15 118.50<br />

15 145.03<br />

15 147.00<br />

15 137.50<br />

300<br />

86


Test Statistics a,b<br />

Chi-Square<br />

df<br />

Asymp. Sig.<br />

aroma<br />

104.257<br />

Frequencies<br />

interksi<br />

P1K1P1K2P1K3P1K4P2K1P2K2P2K3P2K4P3K1P3K2P3K3P3K4P4K1P4K2P4K3P4K4P5K1P5K2P5K3P5K4<br />

aroma > Median2<br />

5 5 6 0 3 1 4 3 11 13 14 4 9 14 13 3 7 6 5<br />


B “RASA”<br />

NPar Tests<br />

Kruskal-Wallis Test<br />

rasa<br />

N<br />

Median<br />

rasa<br />

> Median<br />

konsentrasi<br />

K 2%<br />

K 4%<br />

K 6%<br />

K 8%<br />

Total<br />

Ranks<br />

Test Statistics a,b<br />

Chi-Square<br />

df<br />

Asymp. Sig.<br />


asa<br />

> Median<br />


asa<br />

NPar Tests<br />

Kruskal-Wallis Test<br />

interksi<br />

P1K1<br />

P1K2<br />

P1K3<br />

P1K4<br />

P2K1<br />

P2K2<br />

P2K3<br />

P2K4<br />

P3K1<br />

P3K2<br />

P3K3<br />

P3K4<br />

P4K1<br />

P4K2<br />

P4K3<br />

P4K4<br />

P5K1<br />

P5K2<br />

P5K3<br />

P5K4<br />

Total<br />

Ranks<br />

Test Statistics a,b<br />

Chi-Square<br />

df<br />

Asymp. Sig.<br />

N Mean Rank<br />

15 87.00<br />

15 96.50<br />

15 106.00<br />

15 115.50<br />

15 125.00<br />

15 144.00<br />

15 153.50<br />

15 172.50<br />

15 134.50<br />

15 182.00<br />

15 205.03<br />

15 218.57<br />

15 115.50<br />

15 153.50<br />

15 172.50<br />

15 188.77<br />

15 125.00<br />

15 153.50<br />

15 173.80<br />

15 187.33<br />

300<br />

rasa<br />

71.805<br />

19<br />

.000<br />

a. Kruskal Wallis Test<br />

b. Grouping Variable: interksi<br />

Median Test<br />

Frequencies<br />

interksi<br />

P1K1P1K2P1K3P1K4P2K1P2K2P2K3P2K4P3K1P3K2P3K3P3K4P4K1P4K2P4K3P4K4P5K1P5K2P5K3P5K4<br />

rasa><br />

Median0<br />

0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 4 0 0 0 1 0 0 3 5<br />


N<br />

Median<br />

Test Statistics b<br />

Chi-Square<br />

df<br />

Asymp. Sig.<br />

rasa<br />

300<br />

3.00<br />

61.404 a<br />

19<br />

.000<br />

a. 20 cells (50.0%) have expected frequencies less<br />

than 5. The minimum expected cell frequency is .8.<br />

b.<br />

Grouping Variable: interksi<br />

91


C “Warna”<br />

NPar Tests<br />

Kruskal-Wallis Test<br />

warna<br />

N<br />

warna<br />

> Median<br />


warna<br />

> Median<br />


warna<br />

Kruskal-Wallis Test<br />

interksi<br />

P1K1<br />

P1K2<br />

P1K3<br />

P1K4<br />

P2K1<br />

P2K2<br />

P2K3<br />

P2K4<br />

P3K1<br />

P3K2<br />

P3K3<br />

P3K4<br />

P4K1<br />

P4K2<br />

P4K3<br />

P4K4<br />

P5K1<br />

P5K2<br />

P5K3<br />

P5K4<br />

Total<br />

Ranks<br />

Test Statistics a,b<br />

Chi-Square<br />

df<br />

Asymp. Sig.<br />

N Mean Rank<br />

15 81.03<br />

warna<br />

105.123<br />

15 90.67<br />

15 109.93<br />

15 129.20<br />

15 119.57<br />

15 158.10<br />

15 167.73<br />

15 177.37<br />

15 148.47<br />

15 187.00<br />

15 215.80<br />

15 198.97<br />

15 109.93<br />

15 138.83<br />

15 187.00<br />

15 184.57<br />

15 71.40<br />

15 158.10<br />

15 167.73<br />

15 208.60<br />

300<br />

19<br />

.000<br />

a. Kruskal Wallis Test<br />

b. Grouping Variable: interksi<br />

Median Test<br />

Frequencies<br />

interksi<br />

P1K1P1K2P1K3P1K4P2K1P2K2P2K3P2K4P3K1P3K2P3K3P3K4P4K1P4K2P4K3P4K4P5K1P5K2P5K3P5K4<br />

warna > Median0<br />

0 0 0 0 0 0 0 0 0 4 3 0 0 0 1 0 0 0 3<br />


N<br />

Median<br />

Test Statistics b<br />

Chi-Square<br />

df<br />

Asymp. Sig.<br />

warna<br />

300<br />

3.00<br />

54.640 a<br />

19<br />

.000<br />

a. 20 cells (50.0%) have expected frequencies less<br />

than 5. The minimum expected cell frequency is .6.<br />

b.<br />

Grouping Variable: interksi<br />

95


Lampiran 4<br />

Nama :<br />

Tanggal :<br />

Produk :<br />

Uji Organoleptik<br />

Dihadapan saudara disajikan produk yoghurt. Saudara diminta untuk memberikan<br />

penilaian terhadap produk tersebut sesuai dengan kesukaan saudara. Kriteria penilaian tersebut<br />

adalah sebagai berikut :<br />

Skor :<br />

5. Sangat suka<br />

4. Suka<br />

3. Biasa<br />

2. Tidak suka<br />

1. Sangat tidak suka<br />

Kode sampel<br />

1 : 1<br />

Rasa<br />

Parameter organoleptik<br />

Aroma<br />

Warna<br />

96


Panelis<br />

Lampiran 4<br />

A. Data Hasil Analisis Organoleptik “Warna”<br />

P1K1<br />

P1K2<br />

P1K3<br />

P1K4<br />

P1K5<br />

P2K1<br />

P2K2<br />

P2K3<br />

P2K4<br />

P3K1<br />

1 5 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 57<br />

2 5 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 57<br />

3 5 2 3 3 3 3 2 2 3 3 3 4 3 2 3 3 3 2 3 3 3 55<br />

4 5 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 4 3 3 3 3 2 3 3 3 3 57<br />

5 5 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 58<br />

6 5 2 2 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 54<br />

7 5 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 2 2 2 3 52<br />

8 5 2 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 2 2 3 3 3 2 2 3 3 52<br />

9 5 2 2 3 3 3 3 2 3 3 3 4 3 3 2 3 3 2 2 3 3 55<br />

10 5 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 2 3 3 4 55<br />

11 5 3 2 2 3 3 3 3 3 2 3 4 3 3 2 3 4 2 3 3 4 57<br />

12 5 2 2 2 3 2 3 3 2 3 3 3 4 3 3 3 3 2 3 3 3 55<br />

13 5 2 2 2 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 52<br />

14 5 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 4 2 3 3 3 2 3 3 4 57<br />

15 5 3 2 2 3 2 3 3 3 3 3 3 4 2 2 3 3 2 3 3 3 54<br />

Total 75 35 37 39 3 38 42 43 44 41 45 49 47 37 40 45 45 33 44 43 48<br />

∑ 5 2 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 2 3 3 3<br />

P3K2<br />

P3K3<br />

P3K4<br />

P4K1<br />

P4K2<br />

P4K3<br />

P4K4<br />

P5K1<br />

P5K2<br />

P5K3<br />

P5K4<br />

9


panelis<br />

B. Data Hasil Analisis Organoleptik “Rasa”<br />

P1K1<br />

P1K2<br />

P1K3<br />

P1K4<br />

P2K1<br />

P2K2<br />

P2K3<br />

P2K4<br />

P3K1<br />

P3K2<br />

1 2 2 3 2 2 2 2 3 2 3 3 3 2 2 2 2 3 3 3 2 48<br />

2 3 3 2 2 3 3 3 2 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 2 3 57<br />

3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 4 2 2 3 2 56<br />

4 2 3 2 2 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 2 4 2 54<br />

5 2 2 3 2 2 3 3 3 2 3 3 4 2 2 3 3 3 3 2 4 54<br />

6 3 3 3 3 2 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 57<br />

7 3 2 2 2 3 3 3 3 3 3 4 4 2 3 3 3 3 3 4 4 60<br />

8 2 3 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 2 4 53<br />

9 2 3 2 2 3 3 3 2 3 3 3 4 3 2 2 3 2 2 3 2 52<br />

10 2 2 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 4 4 55<br />

11 2 2 3 2 3 3 2 3 2 3 3 4 2 3 3 3 3 2 3 3 54<br />

12 2 2 3 3 2 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 2 4 54<br />

13 2 2 2 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 54<br />

14 2 2 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 55<br />

15 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 2 3 3 3 52<br />

Total 34 35 36 37 38 40 41 43 39 44 47 49 37 41 43 45 38 41 44 46<br />

P3K3<br />

P3K4<br />

P4K1<br />

P4K2<br />

P4K3<br />

P4K4<br />

P5K1<br />

P5K2<br />

P5K3<br />

P5K4<br />

10<br />

Tot<br />

al


panelis<br />

C. Data Hasil Analisis Organoleptik “Aroma”<br />

P1K1<br />

P1K2<br />

P1K3<br />

P1K4<br />

P2K1<br />

P2K2<br />

P2K3<br />

P2K4<br />

P3K1<br />

P3K2<br />

1 3 4 4 4 3 3 3 4 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 78<br />

2 3 2 3 4 3 4 3 3 3 3 4 4 3 4 3 3 3 3 4 3 65<br />

3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 4 3 3 3 2 3 3 58<br />

4 3 4 3 3 3 2 3 3 3 4 4 4 3 4 3 4 3 4 3 3 66<br />

5 3 3 4 4 3 3 4 4 4 4 4 5 3 3 4 4 4 3 4 4 73<br />

6 3 3 4 3 3 4 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 3 2 4 3 66<br />

7 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 4 3 4 3 4 3 4 66<br />

8 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 3 4 3 4 3 3 67<br />

9 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 4 4 3 4 4 3 3 3 4 4 69<br />

10 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 4 2 4 3 3 3 3 3 3 63<br />

11 4 3 4 3 3 3 3 3 3 4 3 4 4 3 3 4 4 3 3 3 67<br />

12 4 4 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 4 3 4 3 4 4 3 69<br />

13 3 4 4 3 3 3 3 4 3 4 4 4 3 3 4 4 3 4 3 3 69<br />

14 3 4 3 4 3 3 3 3 4 4 5 4 4 3 4 3 3 4 3 3 70<br />

15 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3 4 3 3 3 4 67<br />

Total 47 49 50 51 45 46 46 49 48 56 60 61 47 54 50 54 48 50 51 50<br />

P3K3<br />

P3K4<br />

P4K1<br />

P4K2<br />

P4K3<br />

P4K4<br />

P5K1<br />

P5K2<br />

P5K3<br />

P5K4<br />

11<br />

Tota<br />

l


Lampiran 5 Hasil Foto prosedur kerja<br />

a<br />

Pengukuran kadar asam<br />

laktat<br />

c<br />

Yoghurt susu Kambing<br />

e<br />

Shaker water bath<br />

Fortex Mixer<br />

b<br />

Pengukuran pH<br />

d<br />

Pengukuran Kadar air<br />

f<br />

Ofen<br />

99

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!