03.05.2013 Views

Landasan sosiologi dan antropologi pendidikan

Landasan sosiologi dan antropologi pendidikan

Landasan sosiologi dan antropologi pendidikan

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

<strong>Landasan</strong> Sos-antrop Pend.<br />

Pola Nomothetis lebih mengutamakan fungsi dimensi tingkah laku yang bersifat<br />

normatif/nomothetis dari pada fungsi tingkah laku ideografis. Dengan demikian, maka<br />

tingkah laku pendidik <strong>dan</strong> peserta didik akan lebih mengutamakan tuntutan-tuntutan<br />

institusi, pranan-peranan yang seharusnya, <strong>dan</strong> harapan-harapan sosial daripada tuntutan-<br />

tuntutan individual, kepribadian, <strong>dan</strong> kebutuhan-kebutuhan individual. Pendidikan<br />

berdasarkan pola nomothetis mempunyai pengertian sebagai sosialisasi kepribadian<br />

(socialization of personality). Pendidikan dipan<strong>dan</strong>g sebagai upaya pewarisan nilai-nilai<br />

sosial kepada generasi muda. Hal ini menimbulkan sosilogisme dalam <strong>pendidikan</strong>.<br />

Berkenaan dengan hal di atas Jaeger (1977) membedakan pola kegiatan<br />

sosialisasi (<strong>pendidikan</strong>) menjadi dua pola ekstrim, yaitu (1) pola sosialisasi dengan cara<br />

represi (repressive socialization), <strong>dan</strong> (2) pola sosialisasi partisipasi (participatory<br />

socialization).<br />

Kebalikan dari Pola Nomothetis adalah Pola Ideografis. Karena itu Pendidikan<br />

berdasarkan pola kegiatan sosial ideografis mempunyai pengertian sebagai personalisasi<br />

peranan (personalization of roles), yaitu upaya membantu seseorang untuk mengetahui<br />

<strong>dan</strong> mengembangkan tentang apa yang ingin diketahui atau yang ingin<br />

dikembangkannya. Hal ini menimbulkan psikologisme atau developmentalisme dalam<br />

<strong>pendidikan</strong>.<br />

Kegiatan sosial <strong>pendidikan</strong> Pola Transaksional mengutamakan keseimbangan<br />

berfungsinya dimensi tingkah laku nomothetis <strong>dan</strong> dimensi tingkah laku ideografis.<br />

Sebab itu <strong>pendidikan</strong> berdasarkan pola ini dipahami sebagai suatu sistem sosial yang<br />

mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: a. setiap individu mengenal tujuan-tujua sistem, <strong>dan</strong><br />

tujuan-tujuan itu juga merupakan bagian dari kebutuhan pribadinya; b. setiap individu<br />

percaya bahwa harapan-harapan sosial yang dikenakan kepada dirinya adalah rasional<br />

apabila harapan-harapan tersebuit dapat dicapai; c. Setiap individu merasa bahwa ia<br />

termasuk suatu kelompok dengan suasana emosional yang sama.<br />

Sebagaimana dikemukakan A. Harris dalam bukunya “I’am O.K. You’re O.K.; A<br />

Practical Guide to Transacssional Analysis” (Redja Mudyahardjo, 1991), bahwa dalam<br />

kegiatan social <strong>pendidikan</strong> pola Transaksional memungkinkan munculnya empat jenis<br />

pola dasar hubungan transaksional. Keempat jenis pola dasar hubungan transaksional<br />

yang dimaksud adalah:<br />

1) I’am not O.K. - You’re O.K.<br />

2) I’am O.K. – You’re not O.K.<br />

3) I’am not O.K. – You’re O.K.<br />

4) I’am O.K. – You’re O.K.<br />

Tatang Sy File 2010 178

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!