21.06.2013 Views

Kajian Normatif Terhadap Efektivitas Perda Provinsi Bali

Kajian Normatif Terhadap Efektivitas Perda Provinsi Bali

Kajian Normatif Terhadap Efektivitas Perda Provinsi Bali

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Gubernur <strong>Bali</strong> melalui suratnya tanggal 3 Desember 2009 No<br />

188.34j5449jBappeda menyampaikan kepada Bupati dan Walikota se-<strong>Bali</strong>,<br />

bahwa "sesuai kewenangan perubahan terhadap beberapa substansi yang<br />

saudara usulkan tidak dapat kami putuskan untuk memenuhinya karena Raperda<br />

RTRWP <strong>Bali</strong> yang saat ini telah dilakukan evaluasi oleh Menteri Dalam Negeri<br />

merupakan hasil kesepakatan antara Eksekutif dan Legislatif dan proses<br />

penyusunannya telah mengacu pada peraturan perundang-undangan yang<br />

berlaku ... "<br />

Setelah diundangkannya <strong>Perda</strong> RTRWP pad a tanggal 28 Juni 2010,<br />

6(enam) orang masyarakat (I Made Kasim Aryana, I Made Deg, I Made Rada, I<br />

Wayan Puja,I Wayan Tirta, dan I Made Meja), serta Kesatuan Masyarak2t Hukum<br />

Adat Desa Adat Pecatu Kabupaten Badung dan Badan Musyawarah Desa ( BPD)<br />

Desa Pecatu Kecamatan Kuta Selatan Kabupaten Badung mengajukan<br />

permohonan keberatan hak uji materiil kepada Mahkamah,Agung RI di Jakarta l .<br />

Secara formal sarnpai saat ini belurn ditemukan bukti putusan MA yang<br />

.<br />

rnenyatakan <strong>Perda</strong> RTRWP ini 10105 dari judicial review, namun secara lisan<br />

dalam pertemuan tanggal 13 Februari 2011 yang digelar oleh Gubernur <strong>Bali</strong> di<br />

Gedung Wiswa Sabha, Gubernur <strong>Bali</strong> menyampaikan bahwa <strong>Perda</strong> RTRWP ini<br />

telah lolos dari judicial review".<br />

Polemik pro dan kontra, dalam beberapa media dapat dibaca adanya<br />

keinginan dari beberapa masyarakat, agar <strong>Perda</strong> RTRWP ini direvisi, dilain pihak<br />

ada juga yang berpandangan bahwa <strong>Perda</strong> RTRWP ini tidak perlu direvisi.<br />

1 Laporan Pelaksanaan Tugas Tim Pengkaji <strong>Perda</strong> RTRWP Universitas Udayana Dalam<br />

Konteks Judicial Review ke Mahkamah Agung, 2010. halm.l<br />

2


Persoalan hukum yang akan dikaji dalam makalah ini/ (a) eksistensi <strong>Perda</strong><br />

RTRWP secara normatif (b) Strategi apa yang dapat dilakukan dalam<br />

melaksanakan <strong>Perda</strong> RTRWP ini ?<br />

B. PEMBAHASAN<br />

1. Pengertian Rencana dalam Hukum Penataan Ruang.<br />

Dalam beberapa peraturan perundang-undangan khususnya yang<br />

berkaitan dengan penataan ruang, (seperti PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang<br />

Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, PP No 15 Tahun 2010 tentang<br />

Penyelenggaraan Penataan Ruang, dan <strong>Perda</strong> RTRWP mempergunakan istilah<br />

Rencana, hal ini dapat saja memunculkan suatu pertanyaan/ apakah rencana<br />

mempunyai kekuatan hukum untuk dilaksanakan?<br />

Ada beberapa hal yang dapat disampaikan terlebih dahulu/ dengan<br />

penyebutan istilah rencana dalam peraturan perundang-undangan yang<br />

mengatur penataan ruang seperti tersebut diatas. Secara teoritik hal ini perlu<br />

dikaji/ oleh karena pengertian rencana secara leksikal dapat ditafsirkan sesuatu<br />

yang belum final.<br />

Plan. a delineation; a design; a draft, form or represef7tation. The<br />

representation of anything drawn on a plane/ as a map or chart' a<br />

scheme; a sketctl,<br />

Istilah rencana dan perencanaan dalam bahasa Indonesia mengandung makna<br />

yang berbeda.<br />

Rencana, artinya: a) rancangan; buram (rangka sesuatu yang dikerjakankerja);<br />

b) konsep; naskah (surat dan sebagainya); c) cerita; laporan<br />

pemberitaan (pers); catatan mengenai pembicaraan dalam rapat dan<br />

sebagainya); d) cara (pembicaraan); program; e) artikel;makalah;kertas<br />

kerja. f) maksud;niat.<br />

2 Henry Campbell Black/ Black'S Law Dictionary, Difinition, of the Term an Phrases of<br />

American and English Jurisprudence. Ancient and Modern, Boston: ST Paul Minn West Publishing,<br />

Co, 1991, halm. 796.<br />

3


merupakan keseluruhan tindakan yang saling berkaitan dari tata usaha negara<br />

yang mengupayakan terlaksananya keadaan tertentu yang tertib / teratur,<br />

dengan demikian ... ''hanya rencana-rencana yang berkekuatan hukum yang<br />

memiliki arti bagi hukum administrasi dan suatu rencana menunjukkan kebijakan<br />

apa yang akan dilakukan oleh tata usaha negara pada suatu lapangan tertentu".7<br />

Jika pzndangan Philipus M Hadjon ini dicermati, maka dikatakan walaupun<br />

peraturan perundang-undangan tersebut menyebut dengan istilah atau<br />

judul "rencana", mempunyai kekuatan hukum jika rencana-rencana yang<br />

terkandung dalam peraturan tersebut menunjukkan kebijakan apa yang akan<br />

dilakukan oleh administrasi negara.<br />

Paling tidak ada dua hal yang dapat dilihat dari pandangan sarjana diatas,<br />

pertama/ bahwa suatu rencana, baru mempunyai nilai yuridis apabila telah<br />

ditetapkan dalam suatu bentuk peraturan perundang-undangan atau dengan<br />

kata lain, walaupun disebut sebagai suatu rencana, apabila telah ditetapkan<br />

dalam suatu produk peraturan perundang-undangan, maka rencana tersebut<br />

mempunyai nilai yuridis, begitu pula sebaliknya suatu rencana yang tidak<br />

ditetapkan sebagai dalam suatu produk peraturan perundang-undangan, maka<br />

rencana tersebut hanyalah berstatus dokumen. Ked!Ja, bahwa fungsi suatu<br />

rencana adalah menciptakan keteraturan, dengan terciptanya suatu keteraturan<br />

dalam penetapan suatu rencana, maka langkah dalam pemanfaatan ruang dan<br />

pengendalian ruang menjadi lebih terarah dan jelas.<br />

7 Philipus M Hadjon, dkk, Pengantar Hukum Administrasi Indonesia, Yogyakarta Gajahmada<br />

University Press, 1994 ha1.156.<br />

5


2. Status Hukum <strong>Perda</strong> RTRWP.<br />

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah<br />

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan<br />

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437), sebagaimana telah diubah<br />

dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan<br />

Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang<br />

Pemerintahan Daerah menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik<br />

Indonesia Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik<br />

Indonesia Nomor 4548), penjelasan umum angka 9 nya menentukan bahwa<br />

Ranperda Rencana Umum Tata Ruang ( RUTR), sebelum disahkan oleh kepala<br />

daerah terlebih dahulu dieavaluasi oleh Menteri Dalam Negeri untuk Raperda<br />

RUTR provinsi dan Gubernur terhadap Raperda RUTR kabupatenjkota.<br />

Selain Menteri Dalam Negeri yang mengevaluasinya, dalam proses<br />

persetujuan substansi Raperda RTRW <strong>Provinsi</strong> <strong>Bali</strong> juga dilakukan oleh Menteri<br />

Pekerjaan Umum, substansi RTRW <strong>Provinsi</strong> <strong>Bali</strong>, yang dibahas dalam rapat<br />

BKPRN pada tanggal 25 Maret 2009, dinyatakan telah mengikuti arahari<br />

kebijakan penataan ruang nasional, dan karenanya diberikan persetujuan<br />

substansi oleh Menteri PU pada tanggal 31 Agustus 2009. Persetujuan substansi<br />

kehutanan oleh Menteri Kehutanan diberikan pada tanggal 14 September 2009 8 •<br />

Ini menunjukkan bahwa secara prosedural dan subtansi Raperda RTRWP diawasi<br />

oleh tiga (3) menteri. Setelah Raperda RTRWP ini disahkan menjadi <strong>Perda</strong><br />

RTRWP, mendapat penguatan legalitas dengan lolosnya <strong>Perda</strong> RTRWP ini dari<br />

judicial review MA.<br />

8 Oirektur Pembinaan Penataan Ruang Oaerah Wilayah II Oirektorat Jenderal Penataan<br />

Ruang Kementerian Pekerjaan Umum, Kebijakan Penataan Ruang Untuk Kepentingan Publik Oi<br />

<strong>Provinsi</strong> <strong>Bali</strong> ( Makalah ) disampaikan Oalam Seminar Kemenangan Publik atas RTRWP <strong>Bali</strong><br />

diselenggarakan oleh AJI dan Oenpasar Lawyer Club ( OLC) di Oenpasar, 11 Maret 2011, tanpa<br />

halm.<br />

6


Dalam UU. No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang pada Pasal 78<br />

ayat (4) huruf b menentukan "semua perda provinsi tentang RTRW <strong>Provinsi</strong><br />

disusun atau disesuaikan paling lambat dalam waktu 2 (dua) tahun terhitung<br />

sejak undang-undang ini diberlakukan". UU. No. 26 Tahun 2007 diundangkan<br />

pada tanggal 26 April 2007, ini berarti paling lambat 26 April 2009, <strong>Perda</strong> RTRWP<br />

disetiap provinsi harus disesuaikan dengan UU No 26 Tahun 2007. Dilihat dari sisi<br />

pengundangannya, <strong>Perda</strong> RTRWP <strong>Bali</strong> diundangkan pada tanggal 28 Desember<br />

2009, termasuk terlambat lagi enam (6) bulan, hal ini jauh lebih baik jika<br />

dibandingkan dengan provinsi-provinsi yang lainnya, yang sampai saat ini belum<br />

menyesuaikan perda RTRWP nya dengan UU No 26 Tahun 2007.<br />

Dalam UU Penataan Ruang ini, tidak ada satu pasal pun yang<br />

mengisyaratkan bahwa penyusunan <strong>Perda</strong> RTRW <strong>Provinsi</strong> harus menunggu<br />

sampai diterbitkannya PP atas UU tersebut. Pasal 78 ayat (1) UU. No. 26 Tahun<br />

2007 menyebutkan "Peraturan Pemerintah yang diamanatkan undang-undang ini<br />

diselesaikan paling lambat 2(dua) tahun terhitung sejak undang-undang ini<br />

diberlakukan". Kalau penyusunan <strong>Perda</strong> RTRW <strong>Provinsi</strong> disusun setelah<br />

diterbitkannya PP (setelah 2 tahun), maka akan bertentangan dengan ketentuan<br />

Pasal 78 ayat (4) huruf b yang mewajihkarl percla provinsi di$usun 2 tahun<br />

setelah Undang-undang No. 26 Tahun 2007 diberlakukan.<br />

Dengan demikian, dari sudut prosedural, substansi dan waktu<br />

pengundangan, ditambah lagi dengan penguatan dari MA terhadap <strong>Perda</strong> RTRWP<br />

ini, maka maka dapat dikatakan <strong>Perda</strong> RTRWP ini mempunyai dasar legalitas<br />

yang sangat kuat.<br />

7


3. Kendala-Kendala Dalam Pengimplementasian <strong>Perda</strong> RTRWP<br />

Walaupun <strong>Perda</strong> RTRWP ini mempunyai dasar legalitas yang sangat kuat,<br />

namun beberapa ketententuan pasal-pasalnya memerlukan peraturan pelaksana<br />

dalam implementasinya. Sampai saat ini Gubernur belum menerbitkan peraturan<br />

pelaksana berupa Peraturan Gubernur, seperti yang diperintahkan oleh pasal-<br />

pasal yang tertuang dalam <strong>Perda</strong> RTRWP ini, sebagaimana dapat disimak dalam<br />

tabel berikut ini.<br />

Tabell: Rumusan ketentuan <strong>Perda</strong> RTRWP yang memerlukan pengaturan lebih<br />

I . t<br />

anJu.<br />

No Pasal Rumusan Penjelasan<br />

1 33 Ayat Petunjuk teknis pengelolaan Cukup jelas<br />

(8) sumber daya air ditetankan<br />

dengan Peraturan<br />

Gubernur<br />

2 49 Ayat Gubernur menetapkan dengan Cukup jelas<br />

(3) Peraturan Gubernur:<br />

a. pedoman<br />

penyelenggaraan<br />

kegiatan tata batas,<br />

pemeliharaan dan<br />

I<br />

pengamanan kawasan<br />

hutan lindung dan .<br />

hutan produksi;<br />

b. pedoman<br />

penyelenggaraan<br />

kegiatar.<br />

penanggu!ap.gan erosi<br />

pClda daerah aliran<br />

sungai Iintas<br />

kabupatenjkota pada<br />

kawasan resapan air;<br />

c. standar pengelolaan<br />

sumberdaya air<br />

permukaan lintas<br />

kabupatenjkota; dan<br />

d. standar pengamanan<br />

dan pelestarian<br />

sumberdaya air lintas<br />

kabupatenjkota termasuk<br />

pada kawasan resapan air.<br />

3 61Ayat(3) Gubernur menetapkan Yang dimaksud dengan<br />

8


4<br />

5<br />

6<br />

7<br />

dengan Peraturan "petunjuk teknis<br />

Gubernur:<br />

pembangunan bidang<br />

a. standar pelayanan pertanian tanaman<br />

minimum pembenihan pangan" mencakup:<br />

pertanian tanaman a. standar pelayanan<br />

pangan; dan minimum dan<br />

b. petunjuk teknis pembenihan pertanian.<br />

pembangunan bidang b. . ..<br />

pertanian<br />

pangan .<br />

tanaman<br />

62Ayat(3) Gubernur menetapkan Yang dimaksud<br />

dengan Peraturan dengan'petunjuk teknis<br />

Gubernur:<br />

pembangunan bidang<br />

1. pedoman penetapan pertanian budaya<br />

kawasan sentra hortikultura', mencakup:<br />

produksi komuditas a. Kawasan sentra<br />

hortikultura; dan<br />

komoditas<br />

2. petunjuk teknis hortikultura;<br />

pembangunan bidang b ....<br />

pertanian<br />

hortikultura.<br />

budaya<br />

63Ayat(3) Gubernur menetapkan Yang dimaksud dengan<br />

dengan Peraturan 'pedoman teknis<br />

Gubernur:<br />

pembangunan budidaya<br />

2. pedoman perencanaan perkebunan', mencakup:<br />

pembangunan bidang a. pedoman<br />

budaya perkebunan; penyelenggaraan<br />

3. petunjuk teknis inventarisasi dan<br />

pelaksanaan<br />

pemetaan<br />

pembangunan bidang kebun.menyeienggar<br />

budidaya perkebunan; akan pembentukan<br />

dan<br />

dan perwilayahan<br />

4. penyelenggaraan<br />

areal perkebunan<br />

perizinan lintas lintas<br />

kabupater./kotr.l untu\


8<br />

9<br />

10<br />

95 Ayat<br />

(3)<br />

108 Ayat<br />

2 huruf d<br />

126 Ayat<br />

(4)<br />

11 127 Ayat<br />

(6)<br />

dan penatagunaan<br />

sumberdaya alam lainnya<br />

dengan Peraturan<br />

Gubernur atas persetujuan<br />

DPRD.<br />

Gubernur mengatur Cukup je\as<br />

dengan Peraturan<br />

Gubernur:<br />

a. petunjuk teknis<br />

penetapan jalur dan<br />

syarat ketinggian<br />

penerbangan untuk<br />

kegiatan wisata udara<br />

atau olahraga<br />

dirgantara;dan<br />

b. pedoman penetapan<br />

lokasi pembangunan<br />

menara penerima<br />

dan/atau pemancar<br />

radio,t:elevise dan<br />

telekomunikasi.<br />

Penentuan batas-batas terluar<br />

tiap-tiap zona radius kawasan<br />

tempat suci didasarkan atas<br />

batas-batas pisik yang tegas<br />

berupa batas alami atau batas<br />

buatan, disesuaikan dengan<br />

kondisi geografis masingmasing<br />

kawasan dan panjang<br />

radius antara garis iingkaran<br />

terluar zona pemanfaatan dan<br />

titik pusat lingkaran sekurangkurangnya<br />

sama dengan<br />

radius kawasan tempat suci<br />

sebagaimnnG dimalGud dalam<br />

Pasal 50 Ayat (2), diatur<br />

lebih lanjut dalam rencana<br />

rind tata ruang kawasan<br />

tempat sud.<br />

Gubernur menerbitkan Cukup jelas.<br />

rekomendasi arahan izin<br />

pemanfaatan ruang sesuai<br />

jenis dan lingkupnya, diatur<br />

lebih lanjut dengan<br />

Peraturan Gubernur.<br />

Gubernur menetapkan Cukup jelas<br />

prosedur insentif dan<br />

disinsentif dengan<br />

Peraturan Gubernur sesuai<br />

dengan peraturan perundang-<br />

10


2. petunjuk teknis pembangunan bidang<br />

pertanian budaya hortikultura.<br />

8 Peraturan Gubernur tentang:<br />

1. pedoman perencanaan pembangunan<br />

bidang budaya perkebunan; Belum terbit<br />

2. petunjuk teknis pelaksanaan 3<br />

pembangunan bidang budidaya<br />

perkebunan; dan<br />

3. penyelenggaraan<br />

..<br />

penzman lintas<br />

9<br />

kabupatenjkota untuk usaha perkebunan.<br />

Peraturan Gubernur tentang:<br />

1. standar teknis minimal rumah potong<br />

hewan;<br />

2. rumah sakit hewan,<br />

3. satuan pelayanan peternakan terpadu,<br />

5 Belum terbit<br />

4. pengendalian wabah atau virus yang<br />

bersumber dari hewan<br />

5. lokasi usaha peternakan.<br />

10 Peraturan Gi'bernur atas persetujuan<br />

DPRD tentang :<br />

1. pedoman penatagunaan tanah. 4 Belum terbit<br />

2. penatagunaan air.<br />

3. penatagunaan ruang udara<br />

4. penatagunaan sumberdaya alam lainnya.<br />

11 Peraturan Gubernur tentang: Belum Terbit<br />

1. petunjuk teknis penetapan jalur dan syarat 2<br />

ketinggian penerbangan untuk kegiatan<br />

wisata udara atau olahraga dirgantara;<br />

2. pedoman penetapan lokasi pembangunan<br />

menara penerima danjatau pemancar<br />

radio televise dan telekomunikasi.<br />

13 Peraturan Gubernur tentang<br />

Rekomendasi arahan izin pemanfaatan ruang 1 Belum terbit.<br />

sesuai jenis dan li:1gkupnva.<br />

14 Peraturan Gubernur tentang 1 Belum terbit<br />

Prosedur insentif dan disinsentif<br />

15 Peraturan Gubernur tentang 1 Belum terbit<br />

Standar pe!ayanan minimal penataan ruang<br />

16 Peraturan Gubernur tentang 1 Belum terbit<br />

Tatacara pengawasan penataan ruang setiap<br />

tingkat wilayah<br />

17 Keputusan Gubernur tentang 1 Belum terbit<br />

Pembentukan BKPRD <strong>Provinsi</strong>.<br />

18 Peraturan Gubernur tentang 1 Belum terbit<br />

Tata cara pengenaan sanksi administratif<br />

Jumlah 29 Beium terbit<br />

I<br />

12<br />

I


---- --<br />

Tabel 3: Klasifikasi Peraturan yang diperintahkan <strong>Perda</strong> RTRWP berdasarkan<br />

Jenlsnya<br />

No Jenis Peraturan Jumlah<br />

1 Peraturan Gubernur 28 ( 96,55% )<br />

4 Keputusan Gubernur 1 (3,45% )<br />

Jumlah 29 (100 %)<br />

Walaupun <strong>Perda</strong> RTRWP ini mempunyai dasar legalitas yang kuat, namun<br />

beberapa ketentuan untuk dapat dilaksanakan lebih lanj ut. Salah satu faktor<br />

penyebabnya adalah belum terbitnya peraturan pelaksana yang diperintahkan<br />

oleh <strong>Perda</strong> RTRWP seperti Peraturan Gubernur, Pedoman Gubernur, Keputusan<br />

Gubernur dan Persetujuan Gubernur seperti yang telah ditamj::lkan pada tabel<br />

diatas.<br />

c. PENUTUP<br />

1. Kesimpulan:<br />

1. Dar: sudut prosedural, substan:>i dan waktu pengundangan, ditambah<br />

lagi dengan penguatan dari MA terhadap <strong>Perda</strong> RTRWP <strong>Bali</strong> , maka<br />

maka dapat dikatakan <strong>Perda</strong> RTRWP <strong>Bali</strong> mempunyai dasar legalitas<br />

kuat.<br />

2. Beberapa ketentuan untuk dapat <strong>Perda</strong> RTRWP dilaksanakan masih<br />

memerlukan terbitnya peraturan pelaksana yang diperintahkan oleh<br />

<strong>Perda</strong> RTRWP seperti Peraturan Gubernur dan Keputusan Gubernur<br />

seperti yang telah ditampilkan pada tabel diatas.<br />

13


2. Saranl Rekomendasi.<br />

Ketentuan yang tidak memerlukan peraturan pelaksana dapat<br />

diterapkan, sedangkan yang belum menunggu peraturan pelaksana.<br />

Dari sisi pengaturan, Gubernur <strong>Bali</strong> diharapkan segera menerbitkan<br />

peraturan pelaksana baik berupa Peraturan Gubernur, dan Keputusan<br />

Gubernur, sehingga <strong>Perda</strong> RTRWP <strong>Bali</strong> dapat diimplementasikan.<br />

14


Daftar Pustaka<br />

Bappeda <strong>Provinsi</strong> <strong>Bali</strong>, Materi Teknis RTRWP <strong>Bali</strong> 2009-2029, 2009.<br />

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Kamus Besar<br />

Bahasa Indonesia, Jakarta: Pusat Pembinaan Bahasa Indonesia, 1988.<br />

Dinas Pekerjaan Umum, Laporan Akhir Pekerjaan Pemantauan dan<br />

Peningkatan Pemanfaatan Ruang, Denpasar, Dinas Pekerjaan Umum<br />

Prov <strong>Bali</strong>,Tahun Anggaran 2008.<br />

Henry Campbell Black, Black'S Law Dictionary, Difinition of the Term an<br />

Phrases of American and English Jurisprudence. Ancient and Modern<br />

Boston: ST Paul Minn West Publishing, Co, 1991.<br />

Johanes Usfunan, Perbuatan Pemerintah Yang Dapat DigugC Jakarta<br />

Djambatan, 2002.<br />

Lawton, Alan and Rose Aidan G, Organization and Management In The Public<br />

Secto0 London, Pitman Publishing, Second edition, 1994.<br />

Philipus M Hadjon, dkk, Pengantar Hukum Administrasi Indonesia, Yogyakarta<br />

Gajahmada University Press, 1994.<br />

Undang-Undang Republik Indonesia Nomo 26 Tahun 2007 tentang Penataan<br />

Ruang. ( LNRI Tahun 2007 No 68, TLNRI No 4725 )<br />

Peraturan Pemerintah No 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan<br />

Ruang<br />

Peraturan Daerah <strong>Provinsi</strong> <strong>Bali</strong> Nomor 16 Tahull 2009 tentang Rencana Tata<br />

RUflng Wilayah Provi!1si <strong>Bali</strong> Tahun 2009-2029 (LembarJn Daerah<br />

<strong>Provinsi</strong> <strong>Bali</strong> Tahun 2009 Nomor 16 Tambahan lembaran Daerah<br />

<strong>Provinsi</strong> <strong>Bali</strong> Nomor 15)<br />

15

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!