Tabloid Edisi 16 November 2011 - BAPPEDA Aceh
Tabloid Edisi 16 November 2011 - BAPPEDA Aceh
Tabloid Edisi 16 November 2011 - BAPPEDA Aceh
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
<strong>Edisi</strong> <strong>16</strong><br />
04<br />
6<br />
11<br />
Tahun II<br />
AGUSTUS <strong>2011</strong><br />
Membangun<br />
dengan Hati Bersih<br />
GUBERNUR Irwandi Yusuf<br />
mengimbau kaum muslimin/muslimat<br />
<strong>Aceh</strong> agar memanfaatkan bulan suci<br />
Ramadhan secara optimal, dengan<br />
meningkatkan segala bentuk ibadah,<br />
termasuk ibadah sosial lainnya. Ibadah<br />
puasa mampu membuat manusia<br />
matang dan berkualitas secara sosial,<br />
spritual dan emosional. “Insya Allah,<br />
ibadah puasa tahun ini akan mendidik<br />
semua kita senantiasa bersikap<br />
egaliter.”<br />
BPPD Programkan<br />
Ma’had Ali<br />
pEmBENtUkaN BPPD oleh<br />
Pemerintah <strong>Aceh</strong> sangat membantu<br />
dalam mendongkrak kualitas santri<br />
dayah. Selain mengucurkan anggaran<br />
untuk pembangunan infrastruktur<br />
dayah, optimalisasi managemen<br />
dayah, standarisasi pendidikan<br />
dayah, BPPD mulai tahun <strong>2011</strong> telah<br />
memprogramkan Ma’had Ali (setara<br />
S1) guna meningkatkan kualitas<br />
lulusan dayah di <strong>Aceh</strong>.<br />
Prosedur Bantuan<br />
Anak Yatim<br />
pEmERiNtah <strong>Aceh</strong> manyatakan<br />
komitmen melanjutkan Program<br />
penyaluran bantuan anak yatim dan<br />
piatu. Alasannya, karena program ini<br />
merupakan program wajib pemerintah<br />
yang mutlak harus dilaksanakan dalam<br />
rangka pemberantasan kebodohan dan<br />
pemertaan pendidikan.<br />
MEMBANGUN<br />
GENERASI ISLAMI<br />
foto: IRfAn M. nuR
2<br />
<strong>Tabloid</strong> TabaNGUN aCEH - <strong>Edisi</strong> <strong>16</strong> | aGUsTUs <strong>2011</strong><br />
Pembangun <strong>Aceh</strong> Harus Fokus<br />
<strong>Aceh</strong> harus melepaskan ketergantungan<br />
ekonominya pada Sumatera utara, salah<br />
satunya adalah menjadikan Sabang sebagai<br />
outlet ekspor-impor, pusat perdagangan serta<br />
sorga belanja dan hiburan khususnya untuk<br />
warga <strong>Aceh</strong> daratan dan warga Indonesia<br />
lainnya maupun manca negara<br />
Pemerintah <strong>Aceh</strong> melalui Bappeda<br />
<strong>Aceh</strong> telah menyusun Rencana Pembangunan<br />
<strong>Aceh</strong> Jangka Panjang (RPJP<br />
<strong>Aceh</strong>) yang memuat Visi <strong>Aceh</strong> 2025 dan<br />
langkah-langkah menuju masyarakat <strong>Aceh</strong><br />
yang Islami, Maju, Damai dan Sejahtera. Untuk<br />
mewujudkan hal tersebut pembangunan<br />
<strong>Aceh</strong> harus dilaksanakan secara fokus dan<br />
terkoordinasi serta tersosialisasi dengan baik<br />
dengan seluruh stakeholder <strong>Aceh</strong> seperti<br />
DPRA, Pemerintah Kabupaten/Kota, Perguruan<br />
Tinggi, Pengusaha, LSM dan unsur<br />
terkait lainnya.<br />
Hal tersebut sangat beralasan karena<br />
<strong>Aceh</strong> pasca tsunami dan konflik memiliki<br />
potensi yang sangat besar untuk dikembangkan<br />
menjadi suatu wilayah yang maju dengan<br />
rakyatnya sejahtera, untuk mencapai hal<br />
tersebut Pembangunan harus dilaksanakan<br />
secara fokus, konsisten dan berkesinambungan<br />
menuju ke arah tersebut. Pada kenyataan<br />
sekarang ini masih terkesan stakeholder <strong>Aceh</strong><br />
bekerja masing-masing termasuk Pemerintah<br />
Kabupaten/Kota dan Perguruan Tinggi,<br />
LSM dan kelompok masyarakat lainnya sehingga<br />
menjadi kendala utama mewujudkan<br />
visi besar <strong>Aceh</strong> tersebut, “mungkin hal ini<br />
terjadi karena euphoria otonomi daerah yang<br />
berlebihan dan <strong>Aceh</strong> baru lepas dari konflik”.<br />
Sebagai contoh Pemerintah telah memprioritaskan<br />
untuk mengembangkan sektor<br />
pertanian, perikanan, kelautan, perkebunan<br />
dan kehutanan sebagai sektor andalan <strong>Aceh</strong><br />
Salam Redaksi<br />
SEjak dahulu kala <strong>Aceh</strong> telah dikenal sebagai basis Islam,<br />
bahkan mendapat julukan sebagai Serambi Mekkah. <strong>Aceh</strong> dan<br />
Islam seakan tidak dapat dipisahkan hingga muncul hadih maja<br />
“adat ngen agama lagee zat ngen sifeut”. Hadih maja ini bermakna<br />
masyarakat <strong>Aceh</strong> mampu menghiasi seluruh kehidupannya dengan<br />
nilai-nilai Islam, sehingga agama Islam itu terlihat sangat dinamis.<br />
Pemerintah Indonesia menghargai dan menghormati kerifan<br />
lokal masyarakat <strong>Aceh</strong> dalam kehidupan beragama. Ini antara<br />
lain dijabarkan dalam uuPA tentang Syariat Islam. Dalam rangka<br />
mengimplementasikan uuPA yang menjadi kekhususan <strong>Aceh</strong> itu,<br />
Pemerintah <strong>Aceh</strong> menyusun berbagai strategi untuk mewujudkan<br />
masyarakat <strong>Aceh</strong> yang berkarakter mulia dan sejalan dengan nilainilai<br />
Islam. Bahkan ditetapkan dalam visi pembangunan jangka<br />
panjang yaitu: ACEH YAnG ISLAMI, MAJu, DAMAI DAn SEJAHtERA”.<br />
Islami yang dimaksudkan dalam visi pembangunan jangka<br />
panjang tersebut adalah kondisi masyarakat <strong>Aceh</strong> yang secara<br />
utuh menjalankan seluruh aspek kehidupannya berdasarkan<br />
nilai-nilai Islam serta memiliki akhlak mulia yang toleran, santun,<br />
taat beribadah, memiliki etika, mencintai perdamaian, memiliki<br />
Redaksi<br />
masa depan pasca migas. Namun pengembangan<br />
sektor tersebut masih dilakukan secara<br />
partial, tradisional, dan tidak terintegrasi<br />
dengan baik. Instansi pemerintah lingkup<br />
sektor pertanian tidak terkoneksi dengan<br />
baik dengan Dinas Sumber Daya Air, begitu<br />
juga dengan Dinas Perindustrian, Perdagangan<br />
dan Pengembangan UKM, sehingga<br />
gagasan besar <strong>Aceh</strong> membutuhkan waktu<br />
lama untuk mewujudkannya. Program-program<br />
yang dilaksanakan masih terkesan berorientasi<br />
menghabiskan anggaran (APBN,<br />
APBA, APBK) dengan outcome yang rendah,<br />
seharusnya pendekatan diarahkan ke<br />
sektor agribisnis dan agroindustri sebagai<br />
suatu sistem untuk meningkatkan nilai tambah<br />
produk pertanian. Pola ini harus dilakukan<br />
secara terpadu, terintegrasi dan modern<br />
guna meningkatkan kesejahteraan petani dan<br />
masyarakat <strong>Aceh</strong> secara keseluruhan.<br />
Pendekatan Pembangunan Terpadu dari<br />
hulu-hilir ini harus dilakukan Pemerintah<br />
<strong>Aceh</strong> untuk mengejar ketertinggalan selama<br />
ini termasuk melibatkan pakar-pakar<br />
dan ahli dari perguruan tinggi seperti ahli<br />
perberasan dan ahli-ahli komoditi unggulan<br />
<strong>Aceh</strong> lainnya pada dinas terkait. Sebenarnya<br />
hama pala di <strong>Aceh</strong> Selatan akan cepat teratasi<br />
apabila Pemerintah Kabupaten <strong>Aceh</strong><br />
Selatan dan Dinas Perkebunan dan Kehutanan<br />
<strong>Aceh</strong> tanggap terhadap masalah ini<br />
dan melibatkan para ahli untuk mengatasinya,<br />
tidak seperti selama ini sehingga hama<br />
ketahanan dan daya juang tinggi, cerdas, taat aturan, kooperatif<br />
dan inovatif serta menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia.<br />
Visi pembangunan <strong>Aceh</strong> yang islami dapat dicapai dengan<br />
adanya dukungan, partisipasi dan komitmen dari semua<br />
komponen masyarakat <strong>Aceh</strong>. Pemerintah tidak akan mampu<br />
mewujudkan visi itu jika kesadaran dan dukungan dari masyarakat<br />
rendah. Pemerintah berada pada posisi mengatur regulasi tentang<br />
Syariat Islam dan merealisasikannya melalui aparatur serta<br />
pengganggaran. Sedangkan nilai-nilai Islam yang sangat luas dan<br />
menyentuh semua sendi kehidupan akan terwujud dengan adanya<br />
kesadaran publik dalam mengamalkan norma-norma agama.<br />
Pemerintah <strong>Aceh</strong> dibawah kepemimpinan Gubernur<br />
Irwandi Yusuf-Muhammad nazar, memberikan perhatian<br />
sangat besar dalam memakmurkan kehidupan beragama bagi<br />
masyarakat. Berbagai instansi pemerintah untuk mengurus dan<br />
mengaktulisasikan norma-norma Islam telah dibentuk, seperti<br />
Dinas Syariat Islam (DSI), Badan Pembinaan Pendidikan Dayah<br />
(BPPD), Majelis Permusyawaratan ulama (MPu), Baitul Mal, Majelis<br />
Adat <strong>Aceh</strong> (MAA), Dewan Kemakmuran Masjid <strong>Aceh</strong> (DKMA),<br />
oleh: Dr. M. Nasir, MA<br />
telah menghabiskan ratusan hektar tanaman<br />
andalan petani <strong>Aceh</strong> Selatan itu termasuk<br />
juga penyakit udang dan lain-lain. Pengembangan<br />
komoditi-komoditi unggulan pada<br />
masing-masing daerah harus diarahkan pada<br />
komoditi strategis serta memiliki prospek<br />
pasar dunia serta dikembangkan dalam skala<br />
ekonomi yang menguntungkan. Semua potensi<br />
tersebut harus diarahkan untuk diolah<br />
dan diproduksi di <strong>Aceh</strong> dengan orientasi ekspor.<br />
Untuk memajukan sektor pertanian ini,<br />
Pemerintah <strong>Aceh</strong> dapat memberikan proteksi<br />
dan insentif sehingga petani <strong>Aceh</strong><br />
terdorong untuk berproduksi dan mengembangkan<br />
komoditas seperti yang dilakukan<br />
Pemerintah Thailand dan Jepang serta negara-negara<br />
maju lainnya. Pemerintah <strong>Aceh</strong><br />
juga harus turut bertanggungjawab atas<br />
kegagalan panen yang dihadapi petani dan<br />
memberi insentif untuk mengembangkan<br />
komoditi-komoditi unggulan yang menjadi<br />
andalan Pemerintah <strong>Aceh</strong>.<br />
Bermuara ke satu titik<br />
Untuk berkembang dan maju <strong>Aceh</strong> ke<br />
Bersama Mewujudkan <strong>Aceh</strong> Islami<br />
Dewan Pengarah Gubernur <strong>Aceh</strong>, Wakil Gubernur <strong>Aceh</strong>, Sekretaris Daerah, Asisten I, II dan III Setda <strong>Aceh</strong> | Penanggung Jawab Kepala Bappeda <strong>Aceh</strong> | Wakil Penanggung Jawab Sekretaris Bappeda<br />
<strong>Aceh</strong> | Pemimpin umum Kasubbag. umum Bappeda <strong>Aceh</strong> | Pemimpin Redaksi Aswar Liam, Redaktur Pelaksana fauzi umar | Dewan Redaksi Hasrati, Ridwan, Emma, |Sekretaris Redaksi farid Khalikul Reza,<br />
Ahmad Rozi | Bendahara Zulliani | Konsultan Hasan Basri M. nur | Editor Zamnur usman | Reporter Heri Hamzah, D Zamzami | Lay out & editor foto Irvan | Ilustrasi kartun dan grafis Jalaluddin Ismail |<br />
fotografer Suvie Hendra | It Candra | Staf Logistik dan Layanan umum Bulqaini Ilyas, Rizki Ratih Emelia, Sarini.<br />
OPINI<br />
hingga mendeklarisikan Gerakan Masyarakat Maghrib Mengaji.<br />
Seluruh instansi di atas dibangun untuk mengkoordinir berbagai<br />
aspek kehidupan beragama masyarakat. Anggaran puluhan miliar<br />
rupiah dikucurkan oleh Pemerintah <strong>Aceh</strong> untuk mengoptimalkan<br />
peran lembaga-lembaga tersebut dalam melayani umat. Setiap<br />
tahun Pemerintah <strong>Aceh</strong> mengucurkan anggaran untuk mensubsidi<br />
kehidupan dayah (pesantren), balai pengajian, masjid, meunasah,<br />
hingga subsidi biaya pendidikan bagi anak-anak yatim dan fakir<br />
miskin di seluruh <strong>Aceh</strong>.<br />
Meski demikian, kesadaran dan partisipasi masyarakat tetap<br />
berada di urutan nomor satu dalam mewujudkan visi masyarakat<br />
<strong>Aceh</strong> yang islami. Sebagai contoh, pemerintah tidak mungkin<br />
dapat menjangkau pembinaan anak-anak dalam rumah tangga,<br />
menggedor setiap rumah agar mengaji di waktu maghrib atau<br />
menggeladah kekayaan setiap orang agar mengeluarkan zakat<br />
dan sebaginya. Jadi, terwujudnya visi masyarakat <strong>Aceh</strong> yang islami<br />
akan dapat diraih dengan adanya komitmen dan dukungan seluruh<br />
masyarakat sebagaimana substansi hadih maja di atas. Semoga!<br />
n ir iskandar msc<br />
Alamat Redaksi Bappeda <strong>Aceh</strong> Jl.tgk. H. Muhammad Daud Beureueh no. 26 Banda <strong>Aceh</strong> telp. (0651) 21440 fax. (0651) 33654 | Web: bappeda.acehprov.go.id email: tabangunaceh@yahoo.com, tabangunaceh@gmail.com<br />
Redaksi menerima kiriman berita kegiatan pembangunan <strong>Aceh</strong> dan opini dari masyarakat luas. Tulisan diketik dengan spasi ganda dan disertai identitas dan foto penulis, dapat pula dikirim melalui pos atau e-mail<br />
Cover: Sejumlah Santri di Balai Pengajian Yayasan ummi Gampong Aree, Pidie.<br />
depan, <strong>Aceh</strong> harus melepaskan ketergantungan<br />
ekonominya pada Sumatera Utara, salah<br />
satunya adalah menjadikan Sabang sebagai<br />
outlet ekspor-impor, pusat perdagangan serta<br />
sorga belanja dan hiburan khususnya untuk<br />
warga <strong>Aceh</strong> daratan dan warga Indonesia<br />
lainnya maupun manca negara. Kalau hal ini<br />
tidak serius dilakukan maka <strong>Aceh</strong> tidak bisa<br />
melepas ketergantungan ekonominya pada<br />
wilayah lain. Apalagi pada saat sekarang ini<br />
lebih dari 80% uang <strong>Aceh</strong> dibelanjakan di<br />
luar <strong>Aceh</strong> khususnya Sumatera Utara dan<br />
Jakarta. Pengembangan ini juga di arahkan<br />
pada pelabuhan Kuala Langsa, Krueng Geukeh<br />
dan Malahayati serta Calang khususnya<br />
untuk ekspor hasil-hasil industri pengolahan<br />
pertanian (agroindustri). Sabang dapat dikembangkan<br />
seperti Pulau Penang Malaysia<br />
menjadi tempat transit kapal pesiar (cruiser)<br />
dengan industri-industri turunan seperti industri<br />
manufacturing dan industri perkapalan<br />
lainnya, semoga.....<br />
n Penulis adalah Dosen Fakultas Ekonomi<br />
Universitas Syiah Kuala
CERMIN<br />
Tafakkur Oleh: Ir. Faizal Adriansyah, M.Si<br />
BULAN PENSUCIAN<br />
iSlam memandang manusia dari<br />
dua perspektif. Pertama, mahluk suci dan<br />
mulia sebagaimana firmannya dalam surah<br />
At-tin ayat 4: “Sesungguhnya Kami telah<br />
menciptakan manusia itu dalam bentuk<br />
yang sebaik-baiknya”, dan dalam surah<br />
Al-Isra ayat 70. “Dan sesungguhnya telah<br />
Kami muliakan anak-anak Adam, Kami<br />
angkut mereka di daratan dan di lautan,<br />
Kami beri mereka rezeki dari yang baikbaik<br />
dan Kami lebihkan mereka dengan<br />
kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah<br />
Kami ciptakan.”<br />
Bentuk kesucian manusia terlihat dari penyebutan hati<br />
(qalbu) dengan istilah nurani yang berasal dari kata ‘nuur’ artinya<br />
cahaya. Dengan demikian ketika kita menyebut ‘hati nurani’<br />
terkandung maksud bahwa hati kita itu memiliki kemampuan<br />
untuk ‘mencahayai’ atau ‘menerangi’ jalan hidup kita. Itulah<br />
sebabnya Rasulullah SAW ketika ditanya sahabat Wabisah al<br />
Ashadi tentang cara membedakan mana perbuatan yang baik<br />
dan mana perbuatan buruk, beliau menjawab: “Tanyalah kepada<br />
hatimu!”<br />
Perspektif kedua, Islam memandang manusia sebagai mahluk<br />
lemah sebagaimana dalam surah An-nisa ayat 4 “… dan manusia<br />
dijadikan bersifat lemah”. Kelemahan manusia di sini adalah<br />
kelemahan jiwa. terbukti manusia mudah tergoda untuk berbuat<br />
dosa sehingga mengotori kesucian jiwanya. Kelemahan inilah yang<br />
membuat manusia keluar dari kesuciaan dan kemuliaanya. Dalam<br />
kondisi jiwa yang kotor penuh dosa maka derajat manusia jatuh<br />
bahkan lebih rendah dari binatang, sebagaimana firman Allah<br />
dalam surah Al-Araf ayat 179; … mereka seperti hewan ternak,<br />
bahkan lebih sesat lagi...”<br />
terhadap manusia yang “terpeleset” jatuh dalam dosa<br />
dan kehinaan, Allah dengan sifat Rahman dan Rahimnya selalu<br />
memberi kesempatan dan memberi banyak sekali fasilitas untuk<br />
membersihkan diri dan keluar dari dosa. Diantaranya dengan<br />
istighfar, shalat lima waktu, shalat Jumat ke Jumat. Dan yang<br />
paling istimewa adalah Ramadhan sebagaimana sabda Rasulullah:<br />
“Barang siapa berpuasa di bulan Ramadhan dengan penuh iman<br />
dan perhitungan, maka akan diampuni segala dosanya di masa<br />
lalu dan di masa yang akan datang.” (H.R. Ahmad)<br />
www.acehimage.com<br />
iSlam mewajibkan kepada umatnya<br />
untuk berpuasa selama sebulan penuh<br />
setiap tahun. Puasa wajib di bulan<br />
Ramadhan ini tentu mempunyai makna<br />
sangat dalam bagi umat Islam dalam<br />
menjalani hidup. Pelajaran utama dari<br />
berpuasa adalah munculnya sikap dan<br />
kemampuan mengendalikan diri serta rasa<br />
solidaritas untuk berbagi dengan sesama<br />
insan, terutama dengan orang-orang miskin.<br />
Dengan berpuasa kita dapat<br />
merasakan bagaimana sebenarnya<br />
kehidupan fakir miskin yang sepanjang<br />
hidupnya kekurangan makanan, dan<br />
dari situ diharapkan lahir solidaritas,<br />
<strong>Tabloid</strong> TabaNGUN aCEH - <strong>Edisi</strong> <strong>16</strong> | aGUsTUs <strong>2011</strong> 3<br />
Balas Dendam Saat Buka<br />
muncul sikap saling berbagi rezeki dan<br />
mampu mengendalikan hawa nafsu dalam<br />
menjalani hidup.<br />
Akan tetapi, kita sering melihat<br />
sebagian orang yang berpuasa seperti tak<br />
mampu mengambil pelajaran dari intisari<br />
puasa. Hal itu antara lain dapat kita lihat<br />
manakala waktu berbuka sebagian orang<br />
makan dengan lahap dan menyikat apa<br />
saja yang ada di hadapannya. Mereka<br />
bahkan mempersiapkan diri sejak sore<br />
dengan membeli berbagai makanan dalam<br />
jumlah banyak untuk disantap.<br />
Setelah disantap terlalu banyak dan<br />
menyebabkan perut super kenyang,<br />
mereka pun terlihat kesulitan untuk<br />
bernafas, tak sanggup lagi berjalan<br />
dan bahkan terpaksa harus berbaring.<br />
Sehingga adakala tertinggal shalat<br />
maghrib. Sungguh bukan puasa seperti<br />
ini yang diharapkan oleh Islam, melainkan<br />
puasa yang benar-benar mengambil<br />
hikmah dan memberi bekas kepada orang<br />
yang berpuasa sepanjang hidupnya yaitu<br />
lahirnya sikap solidaritas dan kemampuan<br />
mengendalikan diri sehingga tidak<br />
terjerumus pada hal-hal yang terlarang.<br />
Muhammad Banta<br />
Warga ulee Kareng, Banda <strong>Aceh</strong>
4<br />
LAPORAN UTAMA<br />
Membangun <strong>Aceh</strong> dengan Hati Bersih<br />
<strong>Tabloid</strong> TabaNGUN aCEH - <strong>Edisi</strong> <strong>16</strong> | aGUsTUs <strong>2011</strong><br />
“Insya Allah, dengan<br />
menjalankan ibadah<br />
puasa, kita akan<br />
semakin matang dan<br />
berkualitas secara<br />
sosial, spiritual<br />
dan emosional,<br />
serta silaturrahmi,<br />
persaudaraan, dan<br />
kebersamaan di antara<br />
kita sebagai rakyat<br />
<strong>Aceh</strong> yang diikat kuat<br />
oleh aqidah Islamiah<br />
akan semakin baik<br />
lagi.”<br />
-- IRWAnDI YuSuf --<br />
Gubernur aceh<br />
Gubernur <strong>Aceh</strong> Irwandi Yusuf<br />
mengimbau seluruh kaum muslimin<br />
dan muslimat untuk memanfaatkan<br />
kedatangan bulan Ramadhan 1432 H secara<br />
optimal, untuk semakin mendekatkan<br />
diri kepada Sang Maha Pencipta, Allah Swt.<br />
Momen bulan Ramadhan, diharapkan menjadi<br />
sarana bagi rakyat <strong>Aceh</strong> untuk melakukan<br />
konsolidasi spiritual, membersihkan hati<br />
dari hasad dan dengki, serta bersatu padu<br />
dalam ukhuwwah dan silaturahim dalam<br />
rangka melanjutkan pembangunan <strong>Aceh</strong> ke<br />
depan.<br />
“Ukhuwwah, silaturrahmi dan hati yang<br />
bersih adalah modal utama untuk menyukseskan<br />
pembangunan <strong>Aceh</strong>,” ujar Gubernur<br />
Irwandi dalam sambutan Ramadhan, seperti<br />
disiarkan Humas Pemerintah <strong>Aceh</strong>, awal<br />
Ramadhan lalu.<br />
Pencanangan “Gerakan Masyarakat<br />
Maghrib Mengaji” yang dilaksanakan<br />
langsung oleh Menteri Agama RI Surya<br />
Dharma Ali, di Masjid Raya Baiturrahman,<br />
Banda <strong>Aceh</strong>, Minggu 24 Juli <strong>2011</strong> lalu, disambut<br />
antusias oleh jajaran Pemerintah <strong>Aceh</strong>.<br />
Gubernur <strong>Aceh</strong> Irwandi Yusuf mengatakan,<br />
kegiatan yang berlangsung di masjid<br />
kebanggaan rakyat <strong>Aceh</strong> itu, mempunyai<br />
dua makna yang cukup penting. Selain sebagai<br />
wujud dukungan penuh Pemerintah<br />
foto: HuMAS PEMERIntAH ACEH<br />
mENtERi Agama RI Suryadharma Ali, Gubernur Irwandi Yusuf, Wagub Muhammad nazar, serta para ulama, anggota DPR RI, serta kaum muslimin, kusyuk<br />
berzikir pada malam pencanangan Gemmar Mengaji, di Masjid Raya Baiturrahman, Banda <strong>Aceh</strong>, Minggu 24 Juli <strong>2011</strong><br />
Karena itu, kata Gubernur, bulan Ramadhan<br />
ini, sudah semestinya dimanfaatkan<br />
secara optimal, dengan meningkatkan segala<br />
bentuk ibadah, seperti qiyamul lail, bertadarrus<br />
(membaca dan memahami) Alquran, i’tikaf<br />
(berdiam diri di masjid), zikir, bershadaqah,<br />
berinfaq, membantu fakir miskin dan berbagai<br />
ibadah lainnya. “Karena kita tidak tahu<br />
apakah masih dapat bertemu lagi dengan bulan<br />
Ramadhan di tahun yang akan datang,”<br />
ujarnya.<br />
Gubernur pun mengimbau umat muslim<br />
di <strong>Aceh</strong> agar meramaikan masjid dan meunasah,<br />
serta menyemarakkan setiap malam<br />
di bulan Ramadhan, dengan Shalat Tarawih,<br />
witir, tadarus Alqur’an, zikir, i’tikaf, kajiankajian<br />
keislaman, dan berbagai ibadah sosial<br />
lainnya, termasuk memberikan berbagai<br />
kelebihan untuk berbuka puasa bagi orang<br />
dan rakyat <strong>Aceh</strong> terhadap gerakan moral<br />
“Gemmar Mengaji” yang dicanangkan Menteri<br />
Agama RI, juga sebagai tindak lanjut<br />
dari keprihatinan Pemerintah <strong>Aceh</strong> terhadap<br />
nyaris hilangnya keraifan lokal masyarakat<br />
yang selama ini diwariskan turun temurun,<br />
yaitu aktifitas mengaji habis magrib.<br />
“Merosotnya budaya mengaji habis<br />
magrib harus dibayar mahal dalam bentuk<br />
konsekwensi munculnya segelintir generasi<br />
muda <strong>Aceh</strong> yang buta huruf Alqur’an, se-<br />
yang berpuasa.<br />
“Mari kita beribadah, bekerja maksimal<br />
sesuai dengan tugas dan profesi kita masingmasing.<br />
Mari kita hidupkan dan semarakkan<br />
masjid, meunasah dan tempat-tempat pengajian.<br />
Sehingga syi’ar Islam benar-benar<br />
dirasakan oleh seluruh rakyat di <strong>Aceh</strong>. Saya<br />
juga mengimbau kepada saudara-saudara<br />
kita yang non-muslim untuk menghormati<br />
bulan Ramadhan dan orang-orang yang berpuasa<br />
di dalamnya,” kata Gubernur Irwandi.<br />
“Insya Allah, dengan menjalankan ibadah<br />
puasa, kita akan semakin matang dan<br />
berkualitas secara sosial, spritual dan emosional.<br />
Silaturrahmi, persaudaraan dan kebersamaan<br />
di antara kita sebagai rakyat <strong>Aceh</strong><br />
yang diikat kuat oleh aqidah Islamiah akan<br />
semakin baik lagi. Insya Allah, ibadah puasa<br />
tahun ini akan mendidik semua kita senantia-<br />
buah kondisi yang tempo dulu sulit ditemui<br />
di <strong>Aceh</strong>,” ungkap Gubernur Irwandi dalam<br />
sambutannya pada acara tersebut.<br />
Irwandi juga berharap, gerakan ini dapat<br />
menjadi media mengantisipasi paham radikal<br />
dan aliran sesat di tengah-tengah masyarakat.<br />
“Bisa saja, kemunculan aliran sesat di tengahtengah<br />
masyarakat, karena adanya kekosongan<br />
dakwah, dan untuk itu ‘Gemmar Mengaji’ kita<br />
harap dapat menutupi kekosongan itu,” ujarnya.<br />
Untuk menyukseskan gerakan moral ini,<br />
Gubernur Irwandi Yusuf mengajak seluruh<br />
komponen masyarakat <strong>Aceh</strong> untuk memberikan<br />
dukungan maksimal, baik secara kelembagaan,<br />
komunitas, keluarga, maupun pribadi.<br />
“Karena gerakan ini, mulai malam ini<br />
(pada malam dicanangkan-red), telah menjadi<br />
kebijakan Pemerintah <strong>Aceh</strong>. Saya minta kepada<br />
Dinas Syari’at Islam, Badan Pembinaan<br />
Pendidikan Dayah, Kanwil Kementerian<br />
Agama <strong>Aceh</strong>, serta Biro Keistimewaan dan<br />
Kesra untuk secepatnya berkoordinasi dengan<br />
Biro Hukum Dan Humas, guna mem-<br />
sa bersikap egaliter (menjunjung persamaan)<br />
ketika berhubungan sesama manusia,” imbuh<br />
Gubernur Irwandi Yusuf.<br />
Oleh sebab itu, kata Irwandi, sungguh<br />
merugi orang yang membiarkan Ramadhan<br />
berlalu begitu saja, tanpa mengisinya<br />
dengan terus meningkatkan amalan-amalan<br />
shalih. “Rasulullah SAW dalam hadisnya<br />
yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, menegaskan:<br />
satu kebajikan yang dilaksanakan<br />
kaum muslimin pada bulan Ramadhan, akan<br />
dilipatgandakan ganjaran sepuluh kali lipat<br />
(wal hasanatu bi’asyri amsaliha). Selain itu, Rasulullah<br />
SAW juga bersabda: “Barangsiapa<br />
yang berpuasa karena iman dan penuh perhitungan,<br />
maka Allah akan menghapus dosadosanya<br />
yang telah lalu,” ungkap Gubernur<br />
Irwandi. [zamnur usman]<br />
Mengaji Ba’da Maghrib, Kearifan Lokal yang Nyaris Punah<br />
n Gemmar Mengaji Ditetapkan Jadi Kebijakan Pemerintah <strong>Aceh</strong><br />
foto: HuMAS PEMERIntAH ACEH<br />
mENtERi Agama RI Suryadharma Ali, Gubernur Irwandi Yusuf, Wagub Muhammad nazar, serta para<br />
ulama, anggota DPR RI, serta kaum muslimin larut dalam zikir pada malam pencanangan Gemmar<br />
Mengaji, di Masjid Raya Baiturrahman, Banda <strong>Aceh</strong>, Minggu 24 Juli <strong>2011</strong><br />
“untuk menyukseskan gerakan moral ini, Gubernur<br />
Irwandi Yusuf mengajak seluruh komponen masyarakat<br />
<strong>Aceh</strong> untuk memberikan dukungan maksimal, baik secara<br />
kelembagaan, komunitas, keluarga, maupun pribadi.”<br />
persiapkan instruksi Gubernur <strong>Aceh</strong> terkait<br />
kebijakan ini,” tegas Irwandi.<br />
Penambahan kuota haji<br />
Pada kesempatan itu, Gubernur Irwandi<br />
Yusuf secara terbuka juga menyampaikan<br />
aspirasi masyarakat <strong>Aceh</strong> kepada Menteri<br />
Agama, terkait dengan penambahan kuota<br />
jamaah haji <strong>Aceh</strong> tahun <strong>2011</strong>. Rakyat <strong>Aceh</strong>,<br />
kata Irwandi, sangat apresiatif dengan penegasan<br />
Menag Suryadarma ali, saat pembukaan<br />
Muswil PPP <strong>Aceh</strong>, 5 Februari <strong>2011</strong><br />
lalu, di Takengon, bahwa kuota jamaah<br />
haji <strong>Aceh</strong> tahun <strong>2011</strong> akan digenapkan, dari<br />
3.924 orang menjadi 5.000 orang.<br />
“Ini tentu sangat membahagiakan kami,<br />
dan kami harap segera menjadi kenyataan.<br />
Harapan ini menjadi sangat penting kami<br />
sampaikan, karena sampai saat ini daftar tunggu<br />
jamaah haji <strong>Aceh</strong> mencapai angka 41.215<br />
orang. Artinya, kalau setiap tahun kuota untuk<br />
<strong>Aceh</strong> seperti biasa, maka daftar tunggu itu<br />
baru habis sebelas tahun ke depan,” ungkap<br />
Gubernur Irwandi. [usamah el madny]
LAPORAN UTAMA<br />
Hidup dan tinggal di kawasan perbatasan<br />
memang menjadi sebuah<br />
fenomena tersendiri. Pengaruh buruk<br />
dan baik bisa datang dalam waktu yang bersamaan.<br />
Tidak hanya dalam kehidupan sosial dan<br />
budaya, tapi juga dalam hidup beragama.<br />
<strong>Aceh</strong> sebagai daerah yang sudah<br />
mendeklarasikan ikon hidup dengan syariat<br />
islam, memiliki tantangan tersendiri dalam<br />
mengelola perbatasannya. Empat titik perbatasan<br />
<strong>Aceh</strong> dengan provinsi Sumatera<br />
Utara semakin diperkuat, hingga nuansa religi<br />
<strong>Aceh</strong> yang memang sudah diusung sejak<br />
zaman Sultan Iskandar Muda, tidak pudar<br />
didera noda dan masa.<br />
Apresiasi masyarakat akan kehadiran<br />
dayah-dayah di kawasan perbatasan pun, tak<br />
kalah optimisnya. “Hal ini terlihat dari mulai<br />
tingginya minat masyarakat untuk menyekolahkan<br />
anak-anak mereka di dayah,” sebut<br />
Ustad Muhammad Anggung SPd.I, Sekretaris<br />
Dayah Perbatasan Darul Amin, Kabupaten<br />
<strong>Aceh</strong> Tenggara.<br />
Untuk Darul Amin sendiri, sebut Ustad<br />
Muhammad Anggung, terjadi peningkatan<br />
jumlah santri yang mendaftar. “Untuk tahun<br />
ajaran 2010-<strong>2011</strong> ini kami memiliki santri<br />
226 orang, yang terdiri dari 123 santri putra<br />
dan 103 santri putri, meskipun kapasitas sarana<br />
fisik masih terbatas,” jelas Anggung.<br />
Santri pun mulai berdatangan tidak hanya<br />
dari kawasan sekitar dayah, melainkan dari<br />
beberapa daerah yang berjauhan khususnya<br />
dari Tanah Karo, hingga kota Medan.<br />
Kenaikan angka ini sebenarnya mengejutkan,<br />
kata Anggung. Ini menunjukkan kesadaran<br />
untuk memiliki pendidikan sudah<br />
t<br />
ak ada perubahan yang menonjol, selain<br />
rumput yang terus memenuhi bukit tanah<br />
yang terletak persis di depan komplek,<br />
sehingga sedikit menghalangi pandangan mata<br />
melihat komplek ini. Selain itu, papan nama pun<br />
belum terpasang, sehingga sedikit menyulitkan<br />
bagi pendatang untuk bisa menebak bangunan<br />
dan nama komplek ini.<br />
Bagitulah kesan pertama yang terasa ketika<br />
Tabangun <strong>Aceh</strong> menginjakkan kaki di komplek<br />
Dayah Perbatasan Manarul Islam, Kabupaten<br />
<strong>Aceh</strong> tamiang, beberapa waktu lalu. Komplek<br />
dayah ini berjarak sekitar 20 kilometer dari pusat<br />
kota Kuala Simpang.<br />
Sejak diresmikan pendiriannya setahun lalu,<br />
Manarul Islam terus sarat aktifitas, dan peningkatan<br />
kualitas tak terkecuali di bulan Ramadhan<br />
ini. “Hanya saja kalau bulan Ramadhan pelajaran<br />
yang diberikan kepada santri lebih cenderung<br />
pada pelajaran ibadah dan agama, tidak fokus<br />
pada pelajaran umum. Ini untuk lebih meningkat-<br />
terus meningkat. “Bisa dibayangkan dengan<br />
kondisi sebelumnya Dayah Darul Amin hanya<br />
sebagai batu loncatan saja sekolah hanya<br />
sekedar sekolah, tapi kondisi itu perlahan<br />
mulai berubah,” ujar Anggung.<br />
Dari keempat dayah perbatasan di Propinsi<br />
<strong>Aceh</strong>, Darul Amin memang dayah dengan<br />
usia tertua, meski sebelumnya pendidikan<br />
dayah hanya sepintas berlaku di Darul<br />
Amin. “Artinya dulu, Darul Amin lebih dikenal<br />
sebagai sekolah umum, padahal ini dayah,<br />
karena tidak ada pemondokan disini, tapi<br />
kini kami mulai mengembalikan lagi citra<br />
dayah di Darul Amin, jadi setiap murid yang<br />
memang mau belajar disini, maka mereka<br />
harus mondok dan belajar dengan metode<br />
dayah terpadu,” sebut Anggung.<br />
Dan pengetatan sistem belajar ini masih<br />
menjadi kendala bagi masyarakat sekitar,<br />
yang memiliki pemikiran bahwa sekolah dan<br />
dayah hanya berlaku setengah hari.<br />
“Maksudnya, masyarakat di sekitar dayah<br />
masih memiliki pola pemikiran bahwa anakanak<br />
mereka masih berkewajiban membantu<br />
orangtua bekerja di kebun atau ladang. Jadi<br />
mereka tidak boleh mondok di dayah. Padahal<br />
kalau sistem dayah kan mesti tinggal di dayah.<br />
Jadi pemahaman itu yang kini kita terus sampaikan<br />
kepada masyarakat, dan tentu saja ini<br />
bagian dari dakwah, dan terus kita sosialisasikan<br />
kepada masyarakat,” jelas Anggung.<br />
Hal lain yang juga membanggakan bagi<br />
Darul Amin, sebut Anggung, adalah terus<br />
meningkatnya prestasi santri dan ustad. Di<br />
antaranya berhasilnya para santri menembus<br />
perempat final pada kejuaran liga sepakbola<br />
dan futsal antar santri dayah se-Sumatera dan<br />
kan pemahaman santri,” kata tengku Abdurrahman,<br />
seorang pengajar senior di Manarul Islam.<br />
Manarul Islam adalah dayah terpadu modern<br />
yang sengaja dibangun oleh Pemerintah <strong>Aceh</strong><br />
di kawasan perbatasan Provinsi <strong>Aceh</strong> dan Sumatera<br />
utara. tujuannya antara lain untuk penguatan<br />
kawasan perbatasan dari pengaruh buruk<br />
yang tidak hanya memberi pengaruh dalam<br />
kehidupan sosial dan budaya, tapi juga dalam<br />
hidup beragama.<br />
Bak oase di padang pasir, Manarul Islam<br />
menjadi sebuah kesejukan tersendiri di kawasan<br />
perbatasan ini. “Sejak awal pendiriannya,<br />
animo masyarakat sangat besar untuk<br />
mengirimkan anak-anak mereka agar bisa<br />
mengikuti pendidikan di sini. namun kapasitas<br />
dayah masih terbatas, sehingga tidak semua<br />
anak bisa kita tampung, sebelumnya mereka<br />
juga diseleksi untuk bisa menjadi santri di sini,”<br />
jelas tgk Abdurrahman.<br />
Santri yang mendaftar pun bukan hanya be-<br />
Kalimantan.<br />
“Kita memang belum jadi juara, namun<br />
sudah masuk perempat final itu sudah merupakan<br />
prestasi. Artinya dengan fasilitas yang<br />
minim sekali, kita berlatih keras dan bisa<br />
memberi yang terbaik,” ungkapnya.<br />
Hingga saat ini, sebut Anggung, Darul<br />
Amin tidak memiliki sarana olahraga, padahal<br />
ini dibutuhkan santri untuk mengembangkan<br />
bakat dan prestasinya.<br />
Selain itu Dayah yang berbatasan langsung<br />
dengan pemukiman Tanah Karo ini<br />
juga belum memiliki sarana laboratorium,<br />
baik laboratorium IPA maupun laboratorium<br />
bahasa, klinik kesehatan, dan fasilitas<br />
MCK yang memadai.<br />
“MCK dan pagar lahan, menjadi kebutuhan<br />
mendesak saat ini, karena tidak ada pagar<br />
dayah, beberapa kali penghuni dayah kehilangan<br />
barang-barang milik mereka, bahkan<br />
seorang ustad pernah kehilangan sepeda<br />
motornya. Kemudian fasilitas MCK juga<br />
mendesak, selama ini santri hanya menggunakan<br />
air yang mengalir di selokan sekeliling<br />
dayah untuk kebutuhan kakus, namun<br />
jika musim kemarau dan air mengalir sedikit.<br />
Bisa dibayangkan bagaimana para santri<br />
harus bersih-bersih kalau mau buang air,”<br />
jelas pria yang kini sedang mengikut matri-<br />
rasal dari masyarakat sekitar, melainkan juga<br />
dari luar kota bahkan hingga asal Kota Medan.<br />
untuk tahun pertama Manarul Islam hanya<br />
menerima 80 santri saja, dan memasuki tahun<br />
kedua jumlah santri bertambah menjadi <strong>16</strong>5<br />
santri perempuan dan laki-laki, dengan jumlah<br />
tenaga pengajar sebanyak 25 orang.<br />
“Karena ini dayah terpadu, kita punya dua<br />
sistem belajar yakni pelajaran umum dan dayah.<br />
untuk dayah kita menggunakan sistem dayah<br />
salafiyah murni, di mana sejak tahun pertama<br />
para santri sudah dikenalkan dengan dasar-dasar<br />
pelajaran kitab salafi,” kata Tgk Abdurrahman.<br />
minim fasilitas<br />
terus meningkatnya animo masyarakat untuk<br />
menyekolahkan anak-anak mereka ke dayah<br />
Manarul Islam, membuat pengurus dayah sedikit<br />
kelimpungan, mengingat kapasitas dayah yang<br />
masih minim fasilitas.<br />
“Kami membutuhkan biaya yang besar untuk<br />
operasional bulanan dayah, dan itu masih belum<br />
terpenuhi, kini beberapa bagian gedung asrama<br />
banyak yang bocor, dan pengurus dayah harus<br />
bisa mengakali biaya untuk mengatasi berbagai<br />
persoalan,” ujar tengku Syafrizal Ilyas.<br />
Menurut tgk Syafrizal, kebutuhan paling<br />
mendasar yang selalu menjadi kendala bagi aktiftas<br />
santri dan ustaz sehari-hari adalah kebutuhan<br />
air bersih untuk mandi, cuci, kakus (MCK).<br />
“Dayah tidak memiliki sumber air. Pemenuhan<br />
air sehari-hari didapat dari suplai air yang<br />
dibawa oleh mobil tangki air,” katanya.<br />
Kondisi mobil tangki air yang sudah sangat<br />
tua, sangat menyulitkan bagi petugas membawa<br />
air untuk harus bolak-bolik dari sumber air menuju<br />
dayah dengan jarak yang tidak dekat. “Mobil<br />
<strong>Tabloid</strong> TabaNGUN aCEH - <strong>Edisi</strong> <strong>16</strong> | aGUsTUs <strong>2011</strong> 5<br />
Darul Amin,<br />
Prestasi di Lintas Batas<br />
“untuk tahun ajaran 2010-<strong>2011</strong> ini kami<br />
memiliki santri 226 orang, yang terdiri<br />
dari 123 santri putra dan 103 santri<br />
putri, meskipun kapasitas sarana fisik<br />
masih terbatas.”<br />
-- muhammad anggung --<br />
Sekretaris Dayah Darul Amin<br />
“Karena ini dayah terpadu, kita punya dua<br />
sistem belajar yakni pelajaran umum dan<br />
dayah. untuk dayah kita menggunakan<br />
sistem dayah salafiyah murni.”<br />
-- tengku abdurrahman –<br />
Pengajar Senior Manarul Islam<br />
kulasi untuk melanjutkan studi strata 2 ini.<br />
Prestasi lainnya yang terus menggeliat<br />
di Dayah Darul Amin ini adalah berhasilnya<br />
beberapa orang ustad memperoleh beasiswa<br />
untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang<br />
yang lebih tinggi, sehingga ini akan bisa<br />
mendukung perkembangan santri dan dayah.<br />
“Selain itu dayah juga menjalin kerja<br />
sama pendidikan dengan lembaga Sekolah<br />
Ekonomi Bisnis Islam (SEBI) Jakarta, bahkan<br />
dua orang tamatan Aliyah Darul Amin<br />
mendapatkan beasiswa pendidikan di SEBI,”<br />
ungkap Anggung.<br />
Selain menciptakan generasi muda yang<br />
tangguh dalam bidang keimanan dan akhlak,<br />
dayah diharapkan juga akan bisa menciptakan<br />
generasi muda yang berjiwa mandiri.<br />
Tak pelak lagi kebutuhan pelatihan kewirausahaan<br />
dan kemandirian menjadi hal penting<br />
pula dalam kehidupan dayah.<br />
Selaku rumah lintas batas, ada banyak<br />
harapan yang masih terus ditebar oleh<br />
Dayah Darul Amin. Selain berharap pemerintah<br />
terus bisa melengkapi berbagai fasilistas<br />
pendidikan di dayah, masyarakat juga<br />
diharapkan bisa menjadi bagian dari dayah,<br />
sehingga hubungan timbal balik antara<br />
masyarakat dan dayah bisa terus terbina dengan<br />
baik. [yayan zamzami]<br />
foto: YAYAn ZAMZAMI<br />
SaNtRi Darul Amin <strong>Aceh</strong> tenggara dalam sebuah upacara pramuka di pekarangan dayah.<br />
Manarul Islam, Tetap Favorit Meski Minim Fasilitas<br />
lebih sering rusak, dan membutuhkan biaya perawatan<br />
yang besar, sementara sumber pemasukan<br />
dayah hanya dari pendaftaran santri,” kata tgk<br />
Syafrizal diamini oleh tgk Abdurrahman.<br />
“Penghuni dayah pernah memanfaatkan air<br />
yang jumlahnya sedikit untuk pemenuhan bersuci<br />
saja, namun demikian kondisi ini tidak pernah<br />
menyurutkan semangat para santri untuk terus<br />
belajar di dayah ini,” ungkap tgk Syafrizal.<br />
fasilitas lain yang kini juga menjadi kebutuhan<br />
mendesak bagi para santri adalah ketersediaan<br />
laboratorium bahasa, laboratorium IPA,<br />
perpustakaan, klinik kesehatan, balai pengajian,<br />
serta sarana olahraga.<br />
“Perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin<br />
pesat menuntut para santri harus bisa<br />
meningkatkan kualitas mereka. Sehingga dayah<br />
perbatasan ini benar-benar menjadi lembaga<br />
yang menghasilkan sumber daya manusia yang<br />
cerdas iman dan ketaqwaannya, maupun ilmu<br />
pengetahuannya,” jelas tgk Syafrizal.<br />
Syafrizal berharap adanya perhatian dari<br />
berbagai pihak untuk peningkatan fasilitas<br />
dayah. “tidak hanya dari pemerintah, bisa juga<br />
dari kelompok masyarakat yang peduli terhadap<br />
kehidupan dayah, karena saat ini jika mengharapkan<br />
kemandirian dayah belum bisa diwujudkan<br />
karena dayah memang masih baru berdiri dan<br />
masih butuh sokongan dari kiri kanan,” urainya.<br />
Sambil mengaminkan apa yang menjadi<br />
harapan pengurus dayah dan masyarakat <strong>Aceh</strong>,<br />
sangat diharapkan bahwa apa yang menjadi<br />
harapan masyarakat di <strong>Aceh</strong>, akan hadirnya generasi<br />
muda yang tangguh secara akhlak dan keimanan,<br />
bisa terwujud dari sini, dari perbatasan.<br />
[yayan zamzami]
6<br />
LAPORAN UTAMA<br />
<strong>Tabloid</strong> TabaNGUN aCEH - <strong>Edisi</strong> <strong>16</strong> | aGUsTUs <strong>2011</strong><br />
DSI, Pilar Penerapan Syariat Islam<br />
<strong>Aceh</strong> adalah satu-satunya propinsi di<br />
Indonesia yang memiliki hak untuk<br />
menerapkan Syari’at Islam secara<br />
penuh. Sejak tahun 1999, <strong>Aceh</strong> secara perlahan-lahan<br />
telah mulai meletakkan sebuah<br />
kerangka kelembagaan untuk menegakkan<br />
Syari’at Islam.<br />
Beberapa regulasi pun sudah menjadi hukum<br />
positif yang kemudian semakin menguatkan<br />
penegakkan hukum syariat Islam di <strong>Aceh</strong>.<br />
Regulasi tersebut di antaranya UU no 44 tahun<br />
1999, UU no 18 tahun 2001, UU no 1 1tahun<br />
2006 hingga Qanun no 11 tahun 2007.<br />
Penerapan syariat Islam era otonomi<br />
khusus untuk <strong>Aceh</strong> akrab dengan kata-kata<br />
penerapan syariat Islam secara kaffah, ini diartikan<br />
sebagai usaha untuk memberlakukan<br />
Islam sebagai dasar hukum dalam tiap tindaktanduk<br />
umat muslim di <strong>Aceh</strong> secara sempurna.<br />
Pelaksanaan syariat Islam secara kaffah<br />
mempunyai beberapa tujuan, di antaranya :<br />
» Alasan agama: pelaksanaan syariat Islam<br />
merupakan perintah agama untuk dapat<br />
menjadi muslim yang lebih baik, sempurna,<br />
lebih dekat dengan Allah.<br />
» Alasan psikologis: masyarakat akan merasa<br />
aman dan tenteram karena apa yang mereka<br />
jalani dalam pendidikan, dalam kehidupan<br />
sehari-hari sesuai dan sejalan dengan<br />
kesadaran dan kata hati mereka sendiri.<br />
» Alasan hukum: masyarakat akan hidup<br />
dalam tata aturan yang lebih sesuai dengan<br />
BPPD Programkan Ma’had ‘Ali di <strong>Aceh</strong><br />
“Setelah lulus Ma’had Ali, mereka<br />
pun bisa melanjutkan strata dua<br />
dan selanjutnya, sehingga dengan<br />
sistem ini para lulusan dayah akan<br />
memiliki kualitas terbaik.”<br />
-- azhaRi USmaN --<br />
Kepala BPPD <strong>Aceh</strong><br />
Badan Pembinaan Pendidikan Dayah<br />
(BPPD) mengemban misi untuk<br />
meningkatkan peran dayah sebagai<br />
lembaga pendidikan untuk mencetak generasi<br />
<strong>Aceh</strong> berbasis Islam yang kuat.<br />
Kepala BPPD <strong>Aceh</strong>, Drs H Azhari Usman<br />
M.Si, kepada Tabangun <strong>Aceh</strong> pertengahan<br />
Ramadhan lalu, menyebutkan, sejak<br />
berdirinya BPPD hingga saat ini, BPPD memang<br />
masih memprioritaskan pada pembangunan<br />
fisik dayah-dayah di <strong>Aceh</strong>, khususnya<br />
dayah-dayah di kawasan perbatasan.<br />
Mulai tahun <strong>2011</strong>, BPPD mengarahkan<br />
program prioritas pembinaan ke arah sum-<br />
kaNtoR Badan Pembinaan Pendidikan Dayah (BPPD) di Jalan Pocut Baren Banda <strong>Aceh</strong>.<br />
“Lembaga ini berkewajiban untuk terus<br />
menyebarluaskan informasi syariat<br />
Islam ke tengah masyarakat, apalagi<br />
masyarakat terus dihadapkan dengan<br />
kehidupan yang serba global,”<br />
kesadaran hukum, rasa keadilan dan nilainilai<br />
yang tumbuh dan berkembang di tengah<br />
masyarakat.<br />
» Alasan ekonomi dan kesejahteraan sosial:<br />
nilai tambah pada kegiatan ekonomi,<br />
serta kesetiakawanan sosial dalam bentuk<br />
tolong menolong, baik untuk kegiatan<br />
ekonomi atau kegiatan sosial akan lebih<br />
mudah terbentuk dan lebih solid.<br />
Untuk Dinas Syariat Islam, yang dibentuk<br />
atas dasar UU Nomor 18 tahun 2001,<br />
menjadi salah satu pilar penerapan syariat<br />
Islam di provinsi berjuluk Serambi Mekkah<br />
ini. Sesuai dengan visinya yakni terwujudnya<br />
masyarakat <strong>Aceh</strong> yang adil dan makmur serta<br />
bermartabat dalam tuntunan syariat islam.<br />
“Ini bukan berarti bahwa jika tidak ada<br />
lembaga ini, berarti masyarakat telah keluar<br />
dari tuntunan syar’i. Namun lembaga ini<br />
berkewajiban untuk terus menyebarluaskan<br />
informasi syariat Islam ke tengah masyarakat,<br />
apalagi masyarakat terus dihadapkan dengan<br />
ber daya dan managemen. Menurut Azhari,<br />
ada empat program prioritas yang harus dituntaskan<br />
untuk meningkatkan mutu dan<br />
kualitas santri dayah, menuju kesetaraan<br />
pendidikan umum secara akademik.<br />
Prioritas tersebut adalah: 1) Penyelenggaraan<br />
lembaga pendidikan Ma’had ‘Ali (sekolah<br />
tinggi) di dayah. 2) Pemberlakuan<br />
akreditasi dayah. 3) Profesionalisme manajemen<br />
dayah. 4) Peningkatan kompetensi guru<br />
dayah. “Keempat hal ini menjadi program<br />
utama tahun <strong>2011</strong>, selain selebihnya adalah<br />
melanjutkan program pembinaan dayah<br />
yang sebelumnya, seperti terus menyempur-<br />
foto: SuVIE<br />
Rusjdi MuhaMMad<br />
kehidupan yang serba global,” ujar Kepala<br />
Dinas Syariat Islam <strong>Aceh</strong>, Prof Dr H Rusjdi<br />
Ali Muhammad SH.<br />
Memberi pemahaman syariat kepada<br />
masyarakat, sebut Rusjdi, tidak hanya melulu<br />
melalui aspek hukum jinayah, namun harus<br />
menyentuh aspek kehidupan sosial lainnya.<br />
Sehingga masyarakat tidak dihadapkan pada<br />
ketakutan-ketakutan, melainkan pada sikap<br />
yang bertanggung jawab.<br />
Tahun <strong>2011</strong>, program-program penyebarluasan<br />
informasi syariat Islam lebih ditekankan<br />
pada aspek hukum rumah tangga<br />
dan keluarga. Melalui keluarga dan rumah<br />
tangga diharapkan penguatan kehidupan beragama<br />
sebagai pondasi akan semakin kuat.<br />
Apalagi kehidupan beragama muslim di<br />
<strong>Aceh</strong> baru-baru ini sedikit terusik dengan<br />
adanya penyebaran aliran agama yang menyimpang<br />
(sesat) yang banyak menjadikan generasi<br />
muda sebagai target pengembangannya.<br />
“Selain sekolah dan kampus, maka pen-<br />
nakan sarana dan prasarana dayah,” jelasnya.<br />
Seiring dengan itu, penguatan program<br />
pengembangan penguatan kelembagaan pun<br />
mulai dilancarkan. Misalnya dengan penguatan<br />
kapasitas guru dan ustaz, dengan memberikan<br />
kesempatan belajar ke luar <strong>Aceh</strong>,<br />
hingga pemberian beasiswa untuk santri.<br />
Mahasantri<br />
Saat ini sudah delapan Ma’had ‘Ali (MA)<br />
terbentuk di <strong>Aceh</strong>. Pembentukan MA ini<br />
bertujuan untuk memunculkan santri dengan<br />
pendidikan tinggi alias mahasantri.<br />
“Dengan mengikuti pendidikan MA para<br />
santri diharapkan bisa menjadi guru unggulan<br />
bagi dayah-dayah, karena mereka yang<br />
memang memahami tentang pendidikan<br />
dayah,” jelas Azhari Usman.<br />
Para mahasantri ini tidak perlu khawatir<br />
tidak bisa mendapat predikat strata satu, karena<br />
mereka bisa melanjutkan pendidikan<br />
ke Perguruan Tinggi Islam hanya dengan<br />
mengikuti 20 SKS mata kuliah yang belum<br />
didapat saat mengikuti pendidikan di MA.<br />
Konsep kemandirian di dayah serta<br />
• tahun berdiri: 2008<br />
• Dasar pembentukan: undang-undang<br />
Pemerintahan <strong>Aceh</strong> (uuPA) no. 11 tahun<br />
2006.<br />
• Qanun no. 5 tahun 2007 tentang Susunan<br />
organisasi dan tata Kerja Dinas, Lembaga<br />
tehnis Daerah dan Lembaga Daerah<br />
Provinsi nanggroe <strong>Aceh</strong> Darussalam<br />
• Qanun nomor 5 tahun 2008 tentang<br />
Penyelenggaraan Pendidikan di <strong>Aceh</strong><br />
Visi :<br />
“terwujudnya dayah sebagai lembaga<br />
pendidikan dan pembinaan masyarakat yang<br />
mampu melahirkan generasi muda yang dapat<br />
memfungsikan dirinya dalam masyarakat.<br />
misi :<br />
- Meningkatkan peran dayah sebagai<br />
lembaga yang favorit dan diminati oleh<br />
masyarakat.<br />
- Meningkatkan mutu pendidikan dayah<br />
- Menyediakan sarana dan prasarana yang<br />
memadai<br />
- Memperkenalkan system manajemen yang<br />
modern<br />
- Meningkatkan peran dayah dalam<br />
pembangunan masyarakat madani.<br />
- Memperkenalkan pendidikan ketrampilan<br />
hidup (Al-Maharah Al-Hayatiyah)<br />
guatan hukum agama ini juga harus dilakukan<br />
dari lembaga yang namanya rumah tangga,<br />
sehingga proteksi yang didapat benarbenar<br />
kuat,” jelas pria yang pernah menjabat<br />
rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN)<br />
Ar-Raniry Banda <strong>Aceh</strong> ini.<br />
Program prioritas pembinaan syariat Islam<br />
lainnya adalah penguatan ekonomi syariah.<br />
Disadari atau tidak kondisi ekonomi sebuah<br />
rumah tangga juga menjadi faktor sangat penentu<br />
keutuhan kehidupan beragama umat.<br />
Dan bulan Ramadhan tahun ini, tambah<br />
Rusji Ali Muhammad juga dijadikan sebagai<br />
momentum untuk bisa menguatkan kehidupan<br />
syariah umat. “Kondisi ini bisa disosialisasikan<br />
lewat berbagai even kuliah Ramadhan<br />
dan safari Ramadhan,” katanya.<br />
Penguatan ketiga adalah penguatan hukum<br />
acara jinayah. Diharapkan berbagai kebijakan<br />
yang sudah dikeluarkan pemerintah<br />
bisa terus disempurnakan.<br />
“Lembaga sendiri masih sangat mengharapakan<br />
bahwa qanun hukum acara jinayah<br />
bisa disahkan untuk masyarakat, karena<br />
di dalam qanun tersebut ada banyak<br />
aturan yang sebenarnya sangat penting. Selama<br />
ini kan hanya satu point saja yang menjadi<br />
persoalan, yakni hukum potong tangan.<br />
Padahal selain itu ada banyak aturan lainnya<br />
yang penting, mudah-mudahan ini bisa dibicarakan<br />
dan dibahas lagi,” ujar Rusjdi. [yayan<br />
zamzami]<br />
kewirausahaan, juga menjadi bagian penting<br />
dalam pembangunan dayah-dayah di <strong>Aceh</strong>.<br />
Untuk para guru dayah diberi kesempatan<br />
meningkatkan daya kompetensi guru,<br />
dengan memberi pendidikan dan beasiswa,<br />
agar keampuan mereka meningkat.<br />
Selain membangun sarana dan prasarana<br />
fisik, kini BPPD pun tengah merancang sebuah<br />
konsep kurikulum standarisasi dayah,<br />
sehingga pendidikan dayah bisa memiliki sebuah<br />
keseragaman.<br />
Saat ini sedikitnya ada 965 dayah dan lembaga<br />
pengajian, 350 ribu santri dan 715 ribu<br />
guru dayah serta 90 guru kontrak dayah yang<br />
diberi bantuan dana melalui APBA <strong>2011</strong> dengan<br />
total nilai mencapai Rp 98 miliar lebih.<br />
“Kita berharap masyarakat bisa menjadikan<br />
dayah sebagai pilihan utama untuk<br />
sarana pendidikan bagi anak-anaknya karena<br />
dayah pun sudah terakreditasi sehingga<br />
jangan khawatir tidak ada ijazah apalagi tidak<br />
diakui. Dengan demikian ilmu agama dan<br />
ilmu umum bisa setara didapatkan,” sebut<br />
Azhari. [yayan zamzami]<br />
Profil Badan Pembinaan Pendidikan Dayah (BPPD) <strong>Aceh</strong><br />
- Memfasilitasi dayah agar memiliki unit<br />
ekonomi produktif sehingga mampu<br />
membiayai rumah tangganya sendiri (self<br />
finance)<br />
- Menguapayakan agar dayah di <strong>Aceh</strong><br />
mampu bekerja sama dengan umara dalam<br />
membangun daerah.<br />
- Menciptakan dayah yang moderat dan<br />
toleran dengan mengacu pada dakwah yang<br />
bersifat Ruhama u Bainahum<br />
► Anggaran tA <strong>2011</strong>: Rp 98.962.767.922<br />
► Program prioritas <strong>2011</strong>:<br />
- Pembentukan dan Pengembangan<br />
Ma’had ‘Ali.<br />
- Akreditasi dayah<br />
- Peningkatan Profesionalisme Manajemen<br />
DayahPeningkatan<br />
- Kompetensi guru<br />
◊ Ma’had ‘Ali yang sudah dibentuk di <strong>Aceh</strong> :<br />
◊ MA Malikul Saleh <strong>Aceh</strong> utara<br />
◊ MA Insis Baktiya <strong>Aceh</strong> utara<br />
◊ MA Darul ulum tanoh Mirah Bireun<br />
◊ MA Dayah Mudi Mesra Bireun<br />
◊ MA Dayah Darul Munawarah Pidie Jaya<br />
◊ MA Dayah Abu Lam-u Banda <strong>Aceh</strong><br />
◊ MA Dayah Babussalam Meulaboh<br />
◊ MA Dayah Darussalam Labuhan Haji <strong>Aceh</strong><br />
Selatan
LAPORAN UTAMA<br />
Dayah Darul Ulum Putra memiliki<br />
santri sekitar 300 orang, Darul<br />
Ulum Putri memiliki santriwati<br />
sekitar 250 orang dan Ma’had Ali yang baru<br />
dimulai tahun <strong>2011</strong> memiliki santri 40 orang.<br />
Dari amatan Tabangun <strong>Aceh</strong>, sebagai institusi<br />
pendidikan, dayah ini masih memiliki keterbatasan<br />
beberapa infrastruktur, terutama asrama<br />
(kamar tidur) dan ruang laboratorium.<br />
Belasan kamar tidur dari kayu usang dan<br />
beratapkan daun rumbia masih berdiri di<br />
pekarangan kampus Darul Ulum. Baik Tgk<br />
Al-Ghazali maupun Marzuki mengaku belum<br />
dapat membongkar semua bangunan<br />
dari kayu lapuk itu, karena asrama permanen<br />
yang ada tidak mampu menampung jumlah<br />
santri. Keduanya berharap mendapat bantuan<br />
dari donator agar asrama usang itu dapat<br />
segera diganti dengan yang beton.<br />
Memang, sejak tahun 2008 lalu seiring<br />
didirikannya BPPD oleh Pemerintah <strong>Aceh</strong>,<br />
Dayah Darul Ulum telah beberapa kali mendapat<br />
suntikan dana yang bersumber dari<br />
APBA. Menurut Tgk Marzuki, Dayah Darul<br />
Ulum Putri pada tahun 2008 dan 2009 pernah<br />
mendapat bantuan sekitar Rp 250 juta<br />
dan diperuntukkan untuk pembangunan<br />
mushalla putri, serta Rp 97 juta untuk pembangunan<br />
fasilitas MCK.<br />
Selanjutnya pada tahun 2010 mendapat<br />
suntikan dana dari dana aspirasi anggota<br />
DPRA sebesar Rp 350 juta untuk membangun<br />
asrama putri. Asrama putri yang dirancang<br />
berlantai dua itu tampak belum selesai<br />
100 persen, terutama untuk bagian lantai<br />
dua. Pagar komplek Dayah Darul Ulum juga<br />
telah terbangun dari beton dengan dana dari<br />
APBA tahun 2010.<br />
Begitu juga Dayah Darul Ulum Putra<br />
telah beberapa kali mendapat bantuan dari<br />
anggaran APBA (baik dari BPPD maupun<br />
dana aspirasi dewan), dengan nilai lebih<br />
satu miliar rupiah yang diperuntukkan untuk<br />
pembangunan ruang belajar SMP dan<br />
SMA berlantai 3 dengan ruang belajar sebanyak<br />
18 ruang. Gedung belajar ini telah<br />
dapat digunakan meskipun belum selesai<br />
pengecatan. Di bagian dalam telah terisi<br />
bangku-bangku belajar, papan tulis, dan<br />
lantai keramik.<br />
Untuk tahun <strong>2011</strong> dana aspirasi dewan<br />
senilai Rp.1.860.000.000 diperuntukkan untuk<br />
pembangunan gedung Ma’had Ali. Saat<br />
ditinjau Tabangun <strong>Aceh</strong>, alat berat sedang<br />
bekerja membersihan lahan (land clearing)<br />
untuk pertapakan pembangunan gedung<br />
<strong>Tabloid</strong> TabaNGUN aCEH - <strong>Edisi</strong> <strong>16</strong> | aGUsTUs <strong>2011</strong> 7<br />
Menghidupkan Dayah dengan Bisnis<br />
“Saat ini Dayah Darul ulum<br />
memiliki lahan sawit sekitar 30<br />
hektar dan peternakan lembu di<br />
Krueng Simpo. Ada sekitar 20 ekor<br />
sapi yang dikembangbiakkan. Setiap<br />
bulan sekitar 2 sampai 3 ekor sapi<br />
bisa dijual,”<br />
Membangun intitusi pesantren<br />
(dayah) bukanlah pekerjaan gampang.<br />
Butuhkan biaya sangat besar<br />
meliputi lahan, pembangunan infrastruktur<br />
dan yang sangat utama adalah biaya<br />
operasional rutin. Bantuan dari pihak luar<br />
terkadang sangat terbatas dan tidak mampu<br />
menjamin kelangsungan operasionalnya. Di<br />
sinilah tantangan utama yang kerap dihadapi<br />
ulama sebagai warasatul anbiya dalam menjaga<br />
pendidikan dan moral bangsa melalui dayah<br />
yang dipimpinnya.<br />
Menyadari keadaan itu, Dayah Darul<br />
Ulum Tanoh Mirah, Kecamatan Peusangan,<br />
Kabupaten Bireuen, melakukan terobosan<br />
dalam bidang dunia usaha agar mempunyai<br />
dana rutin demi kelangsungan pendidikan di<br />
dayah. Berawal sebagai dayah salafi (tradisional)<br />
yang didirikan sekitar tahun 1968,<br />
Dayah Darul Ulum sejak beberapa tahun<br />
terakhir mengembangkan bisnis di sektor<br />
perkebunan dan peternakan.<br />
Tabangun <strong>Aceh</strong>, Selasa (9/8/<strong>2011</strong>), menyempatkan<br />
berkunjung ke dayah yang dipimpin<br />
Tgk H Muhammad Wali Al-Khalidy<br />
bin Abdullah Hanafi itu. “Walid (pimpinan<br />
dayah, red) baru saja berangkat ke Banda<br />
<strong>Aceh</strong>. Jika membutuhkan informasi tentang<br />
dayah ini dapat saya berikan penjelasan,” ungkap<br />
Tgk Muhammad Hafiz, Ketua Umum<br />
Santri Darul Ulum periode 2008-<strong>2011</strong>.<br />
Menurut pemuda yang telah 12 tahun<br />
menimba ilmu di sana, pimpinan Dayah<br />
Darul Ulum mempunyai visi besar untuk<br />
menjamin kelangsungan dayah, dan sebagian<br />
besar biaya operasional dayah berasal dari<br />
lahan usaha yang dibangun pimpinan. “Saat<br />
ini Dayah Darul Ulum memiliki lahan sawit<br />
sekitar 30 hektar di Krueng Simpo,” papar<br />
Tgk Hafiz sembari menunjuk ke arah dua<br />
mobil operasional sawit yang terparkir di<br />
pekarangan dayah.<br />
Selain lahan sawit, kata Tgk Hafiz, dayah<br />
itu juga memiliki peternakan lembu di Krueng<br />
Simpo. “Ada sekitar 20 ekor sapi yang<br />
dikembangbiakkan. Setiap bulan sekitar 2<br />
sampai 3 ekor sapi bisa dijual,” katanya.<br />
Ditambahkan, para santri dilibatkan<br />
dalam mengelola unit bisnis itu, dan tentunya<br />
tetap dibayar sesuai jerih masing-masing.<br />
“Jadi bisa dibilang dari kita untuk kita. Kalau<br />
iuran dari santri untuk operasional dayah ini<br />
foto: HASAn BASRI M. nuR<br />
tGk mUhammaD Hafiz berdiri di depan kendaraan operasional penggerak bisnis sawit Dayah Darul<br />
ulum, dengan latar belakang gedung belajar berlantai tiga yang terbangun dari dana APBA.<br />
tak seberapa, hanya 250 ribu rupiah/santri/<br />
tahun,” ujar pemuda asal Lamno itu.<br />
3 in 1<br />
Berawal sebagai dayah salafi yang didirikan<br />
oleh Tgk Abdullah Hanafi, kini Dayah<br />
Darul Ulum telah mengembangkan sayap<br />
menjadi tiga institusi pendidikan terpisah<br />
tapi tetap terpadu dalam satu komplek dan<br />
satu manajemen di bawah pimpinan tertinggi<br />
Tgk Muhammad Wali Al-Khalidy.<br />
Dayah Darul Ulum terdiri dari tiga intitusi<br />
pendidikan di dalamnya dan dipimpin oleh<br />
tiga bersaudara, yaitu Dayah Darul Ulum<br />
Putra dipimpin Tgk Al-Ghazali bin Abdullah<br />
Hanafi, Dayah Darul Ulum Putri di bawah<br />
pimpinan Tgk Marzuki bin Abdullah Hanafi,<br />
serta Ma’had Ali Darul Ulum dibawah asuhan<br />
Tgk Muhammad Wali Al-Khalidy. Ulama<br />
yang yang disebut terakhir ini merangkap<br />
sebagai mursyidul ‘am (pembina) untuk<br />
seluruh institusi termasuk 32 cabang dayah<br />
yang kini telah menyebar di berbagai daerah<br />
di <strong>Aceh</strong> dan beberapa provinsi lain. [hasan<br />
basri m nur]<br />
APBA untuk Pencerdasan Umat<br />
foto: HASAn BASRI M. nuR<br />
paRa pekerja merakit besi untuk pertapakan bangunan Ma’had Ali Dayah Darul ulum tanoh Mirah, Kecamatan<br />
Peusangan, Kabupaten Bireuen. foto direkam Selasa (9/8/<strong>2011</strong>)<br />
Kucuran dana aspirasi dari APBA<br />
dalam jumlah besar ini dinilai sangat<br />
berguna untuk pembangunan<br />
infrastruktur yang akan menjadi<br />
tempat penggemblengan otak dan<br />
moral generasi bangsa.<br />
Ma’had Ali di bagian paling belakang komplek<br />
dayah yang memang masih luas.<br />
Di bawah sengatan sinar matahari, para<br />
pekerja bangunan terlihat sedang merakit<br />
besi ukuran <strong>16</strong> dan 14 untuk pertapakan<br />
bangunan Ma’had Ali yang direncanakan<br />
akan dibangun berlantai 3. “Besi-besi ukuran<br />
<strong>16</strong> dan 14 ini diperuntukkan untuk pertapakan<br />
gedung berlantai 3 yang akan segera<br />
dibangun di lahan yang sedang dibersihahkan<br />
itu,” ujar seorang pekerja saat ditanya<br />
Tabangun <strong>Aceh</strong>.<br />
Kucuran dana aspirasi dari APBA dalam<br />
jumlah besar ini dinilai sangat berguna untuk<br />
pembangunan infrastruktur yang akan menjadi<br />
tempat penggemblengan otak dan moral<br />
generasi bangsa. Kucuran dana dalam jumlah<br />
besar akan lebih membekas dan dapat<br />
dirasakan manfaatnya karena infrastruktur<br />
yang dibangun akan dapat segera digunakan<br />
dan dapat dicegah dari dampak terbengkalai.<br />
Semoga Dayah Darul Ulum mampu mengaktualisasikan<br />
namanya sebagai “rumah<br />
ilmu” dan memberi kontribusi nyata dalam<br />
mencerdaskan masyarakat <strong>Aceh</strong>. [hasan<br />
basri m nur]
8<br />
<strong>Tabloid</strong> TabaNGUN aCEH - <strong>Edisi</strong> <strong>16</strong> | aGUsTUs <strong>2011</strong><br />
StAI Al-Aziziyah<br />
Ma’had Ali Lokal Berstandar Internasional<br />
Perkembangan dan kemajuan zaman<br />
yang sedemikian pesat tanpa dapat<br />
dihambat, telah menimbulkan tantangan<br />
berat bagi umat Islam se-dunia, termasuk<br />
di Provinsi <strong>Aceh</strong> yang bergelar Serambi<br />
Mekkah. Jika tidak pandai menyikapi, maka<br />
umat Islam akan tergilas dan menjadi korban<br />
kemajuan. Padahal dalam kesehariannya<br />
umat Islam harus tetap mampu selaras<br />
dengan syari’ah yang diturunkan Allah sebagai<br />
titian jalan kehidupannya.<br />
Di <strong>Aceh</strong> khususnya, secara realitas ummat<br />
Islam harus berhadapan dengan westernisasi<br />
dan sekularisasi yang sedikit demi<br />
sedikit menghancurkan ke-khasan ciri Islam<br />
yang sebenarnya.<br />
Forum-forum kajian keagamaan menjadi<br />
kurang diminati, generasi muda lebih suka kepada<br />
kegiatan-kegiatan atau kajian-kajian yang<br />
jauh dari nilai-nilai Islami. Sebuah fenomena<br />
yang memprihatinkan masyarakat Islam dan<br />
harus dijawab dengan kegiatan dan pendidikan<br />
Islam yang mampu memberikan pengetahuan<br />
yang berbasis moral dan Agama.<br />
Bertolak dari pemikiran ini, yayasan Pen-<br />
mahaSiSwi StAI Al-Aziziyah di laboratorium komputer dayah setempat.<br />
Sejalan dengan seruan Gubernur Irwandi<br />
Yusuf yang meminta umat Islam<br />
<strong>Aceh</strong> mengisi bulan suci Ramadhan<br />
dengan aktivitas keagamaan dan menghidupkan<br />
tradisi baca Alquran, Balai Pengajian<br />
Ummi Gampong Aree, Pidie, memiliki<br />
agenda rutin tadarrus Alquran setiap bulan<br />
Ramadhan. Sejak empat tahun terakhir, Balai<br />
Pengajian ini mengisi waktu luang di bulan<br />
Ramadhan bagi anak-anak desa dengan kegiatan<br />
tadarrus hingga khatam.<br />
Ketua dewan guru Balai Pengajian<br />
Ummi, Aisyaton Radhiah, menyebutkan,<br />
kegiatan tadarrus ini diselenggarakan setiap<br />
hari, dari pagi hingga sore hari. “Para peserta<br />
didikan Islam Al-Aziziyah ikut mengambil bagian<br />
untuk merevitalisasi semangat Islam dan<br />
membentuk kader-kader yang kuat beragama<br />
(‘aqidah dan ibadahnya), memiliki pemahaman<br />
dan wawasan Keislaman dan keilmuan<br />
yang tinggi, menguasai teknologi dan bahasa<br />
asing serta siap berdakwah di segala tingkatan<br />
masyarakat kosmopolit sekarang ini.<br />
Berdiri tanggal 20 September 2003, Sekolah<br />
Tinggi Agama Islam (Ma’had ‘Ali/<br />
MA) Al-Aziziyah lahir menjawab kebutuhan<br />
lembaga MA di <strong>Aceh</strong>.<br />
Letak geografis STAI Al-Aziziyah sangat<br />
mempengaruhi kondisi atmosfir akademik<br />
yang berlaku di lembaga tersebut. Letaknya<br />
kampus yang persis berada di depan konplek<br />
Dayah MUDI Mesjid Raya (Dayah terbesar<br />
di <strong>Aceh</strong>) STAI Al-Aziziyah menyebabkan<br />
bahwa dominan mahasiswanya adalah santri<br />
dayah tersebut.<br />
Ketua STAI Al-Aziziyah Samalanga,<br />
Tgk. Muntasir A.Kadir S.Ag, M.A mengatakan,<br />
pendidikan Islam harus berani melakukan<br />
investasi sumber daya manusia untuk<br />
menjaring intelektual muslim sejati yang me-<br />
foto: YAYAn ZAMZAMI<br />
seluruhnya adalah anak-anak sekolah dasar<br />
berjumlah 75 orang. Mereka berasal dari<br />
beberapa desa di Kemukiman Gampong<br />
Aree,” ujar Aisyaton kepada Tabangun <strong>Aceh</strong>,<br />
Minggu (21/8/<strong>2011</strong>).<br />
Aisyaton merincikan, tadarrus dibagi<br />
dalam beberapa kelas sesuai tingkatan kemampuan<br />
baca Alquran para santri, yaitu<br />
Kelas Lancar Putra, Kelas Lancar Putri, Kelas<br />
Kurang Lancar Putra dan Kelas Kurang Lancar<br />
Putri. “Yang lancar dikelompokkan dalam<br />
kelas sama-sama lancar, begitu juga kelas<br />
kurang lancar. Sehingga tidak ada alasan bagi<br />
anak-anak untuk tidak bertadarrus,” katanya.<br />
Ditambahkan, untuk menggalakkan para<br />
santri cilik itu, Balai Pengajian Ummi membungkus<br />
tadarrus dalam bentuk lomba. Para<br />
santri didorong untuk tidak absen dalam kegiatan<br />
tadarrus sehingga mampu mengkhatam<br />
Alquran minimal satu kali selama Ramadhan.<br />
“Khatam satu kali adalah batas minimum<br />
bagi setiap santri. Mereka sangat antusias<br />
dan sebagian dari santri cilik itu mampu<br />
menamatkan bacaan Alquran hingga tiga kali<br />
dalam tempo 20 hari,” sambung Aisyaton<br />
yang di kalangan santri akrab disapa Ummi.<br />
Hari Sabtu bertepatan 20 Ramadhan<br />
1432 Hijriah, pengelola Balai Pengajian<br />
Ummi mengadakan evaluasi sekaligus memberikan<br />
penghargaan kepada para santri yang<br />
telah mengikuti tadarrus sejak hari pertama<br />
bulan puasa. Dari Kelas Lancar Putra, juara<br />
I M.Ferdiansyah, juara II Mukhlis, juara III<br />
Riski Juanda. Dari Kelas Lancar Putri, juara I<br />
miliki kemampuan menyeluruh namun tetap<br />
sebagai seorang insan yang mengabdi kepada<br />
Allah dan Rasul-Nya.<br />
“Dasar pemikiran itulah kemudian melahirkan<br />
minat kami mendirikan lembaga<br />
Perguruan Tinggi atau Sekolah Tinggi Agama<br />
Islam Al-Aziziyah serta tetap mempertahankan<br />
eksistensi dayah dengan sistem salafinya,”<br />
katanya.<br />
Alasan lain yang mendorong pendirian<br />
STAI ini, sebut Tgk Muntasir A. Kadir, adalah<br />
kecenderungan para pelajar dayah untuk<br />
mengikuti pendidikan formal pada bangku<br />
perkuliahan telah menjadi amalan yang populer.<br />
Hal ini dilihat dari banyaknya pelajar yang<br />
meninggalkan lembaga pendidikan dayah untuk<br />
mengikuti SPMB pada setiap tahunnya.<br />
Secara umumnya mereka meninggalkan<br />
dayah pada saat-saat mereka sedang<br />
dikaderkan untuk menjadi tenaga pengajar<br />
atau guru. “Artinya pada setiap tahun kita<br />
kehilangan kader-kader untuk mengajar<br />
generasi selanjutnya. Untuk itu sebagai alternatif<br />
untuk mengantisipasi hal tersebut<br />
sehingga kegiatan pendidikan dari segi kualitas<br />
dan kuantitas tetap bertahan, maka kami<br />
mengambil kebijakan mendirikan lembaga<br />
perkuliahan di dayah ini,” jelasnya.<br />
Memiliki mahasantri sebanyak 1.581<br />
orang dan dengan pengajar lulusan strata 2<br />
dan 3 dari berbagai perguruan tinggi internasional,<br />
sistem belajar di STAI Al-Aziziyah<br />
sama dengan sistem pada perguruan tinggi<br />
lainnya, yaitu dengan menggunakan standar<br />
belajar dengan sistem SKS.<br />
Alisra Rahmatia, juara II RA.Maratun Shalihah,<br />
juara III Sulfira.<br />
Sementara dari Kelas Kurang Lancar Putra,<br />
juara I Mudassir, juara II Khairun Nizam,<br />
juara III M.Nasruddin. Dari Kelas Kurang<br />
Lancar Putri, juara I Mikiyal Faratul, juara II<br />
Ulfa Natasya, juara III Della Salsabila.<br />
“Kepada para juara diberikan hadiah bingkisan<br />
dan amplop. Sementara untuk anakanak<br />
yang belum mendapatkan juara juga di-<br />
LAPORAN UTAMA<br />
“Aktifitas jadwal belajar yang ketat ini<br />
menjadikan mereka menguasai materi<br />
pendidikan secara mendalam khususnya ilmu<br />
pengetahuan agama.”<br />
-- muntasir a kadir --<br />
Ketua StAI Al-Aziziyah<br />
“Hanya saja yang menjadi ciri khas di sini<br />
adalah jadwal pendidikan yang sangat ketat.<br />
Jadwal belajar mereka mulai dari pukul 8.00<br />
pagi sampai dengan pukul 24.00 malam. Aktifitas<br />
jadwal belajar yang ketat ini menjadikan<br />
mereka menguasai materi pendidikan secara<br />
mendalam khususnya ilmu pengetahuan<br />
agama,” jelas Tgk Muntasir.<br />
Keberadaan STAI Al-Aziziyah diharapkan<br />
sebagai pelopor reintegrasi (penyatuan<br />
kembali) antara pendidikan agama dan<br />
umum di <strong>Aceh</strong> sebagai landasan dan syarat<br />
utama untuk kemajuan <strong>Aceh</strong>.<br />
Walau sudah berjalan enam tahun,<br />
STAIA masih belum mandiri secara keseluruhan.<br />
Hanya bersandar pada pendanaan<br />
dari para mahasantri, STAIA berjalan menembus<br />
segala kendala yang selama ini masih<br />
bercokol, satu di antaranya memenuhi sarana<br />
dan prasana bagi mahassantri.<br />
“Kalau berharap dari pemerintah sepertinya<br />
kami tidak terlalu berani lagi. Biaya<br />
operasional lainnya harus dicari dari berbagai<br />
sumber lainnya termasuk sumbangan alumni<br />
yang diberikan secara sukarela. Namun tuntutan<br />
peningkatan kualitas memerlukan dana<br />
yang lebih besar seperti biaya peningkatan<br />
kualitas tenaga pengajar dan lain sebagainya,”<br />
ujar Tgk Muntasir.<br />
Cita-cita untuk menjadi Sekolah Tinggi<br />
yang mampu melahirkan intelektual muslim<br />
yang berbasis kepada ketinggian moral dan<br />
pemahaman dan pengamalan agama, terus<br />
dijadikan spirit dalam perjalanan STAI Al-<br />
Aziziyah. [yayan zamzami]<br />
Menggalakkan Tadarrus untuk Santri Cilik<br />
“Khatam satu kali<br />
adalah batas minimum<br />
bagi setiap santri.<br />
Mereka sangat antusias<br />
dan sebagian dari<br />
santri cilik itu mampu<br />
menamatkan bacaan<br />
Alquran hingga tiga kali<br />
dalam tempo 20 hari,”<br />
-- aisyaton Radhiah--<br />
Ketua Dewan Guru<br />
Yayasan ummi<br />
berikan bingkisan sebagai wujud apresiasi atas<br />
kesungguhan mereka,” tambah Ummi.<br />
Menurut Aisyaton, Balai Pengajian<br />
Ummi konsen dalam memberantas buta<br />
huruf Alquran bagi anak-anak. Sementara<br />
dalam pengajian rutin di luar bulan Ramadhan,<br />
selain memberi tekanan pada kemampuan<br />
baca Alquran, Balai Pengajian itu juga<br />
mengajarkan materi aqidah, ibadah dan pidato.<br />
[hasan basri m nur]<br />
foto: RA. SAIfuLLAH<br />
paRa ustazah Balai Pengajian ummi sedang membagi hadiah kepada para santri cilik pada acara<br />
evaluasi tadarrus Ramadhan, 20 Agustus <strong>2011</strong>.
<strong>Tabloid</strong> TabaNGUN aCEH - <strong>Edisi</strong> <strong>16</strong> | aGUsTUs <strong>2011</strong> 9
10<br />
<strong>Tabloid</strong> TabaNGUN aCEH - <strong>Edisi</strong> <strong>16</strong> | aGUsTUs <strong>2011</strong><br />
Provinsi <strong>Aceh</strong> memiliki keistimewaan<br />
di bidang agama, pendidikan dan<br />
budaya. Dalam rangka memperkuat<br />
keistimewaan itu, berbagai instansi terkait<br />
pun dibangun, baik di level provinsi maupun<br />
kabupaten/kota. Pemerintah Kabupaten Bireun<br />
menyediakan lokasi strategis dan berhadapan<br />
dengan kantor bupati untuk pembangunan<br />
gedung keistimewaan itu.<br />
Dari master plan yang ada, gedung keistimewaan<br />
Kabupaten Bireun dirancang secara<br />
terpadu untuk melayani umat dalam<br />
aspek keislaman, pendidikan dan budaya.<br />
Gedung itu nantinya diperuntukkan untuk<br />
Dinas Syariat Islam (DSI), Majelis Permusyawaratan<br />
Ulama (MPU), Majelis Adat<br />
<strong>Aceh</strong> (MAA), Majelis Pendidikan Daerah<br />
(MPD), Baitul Mal, Ikatan Persaudaraan Haji<br />
Indonesia (IPHI) dan Dewan Kemakmuran<br />
Masjid <strong>Aceh</strong> (DKMA). Untuk memanjakan<br />
pengurusnya, direncanakan juga bakal<br />
dibangun rumah dinas kepala di komplek itu.<br />
Pemerintah <strong>Aceh</strong> menyambut baik usulan<br />
Pemerintah Bireun untuk pembangunan<br />
A<br />
ceh sebagai wilayah Syariat Islam<br />
mempunyai peluang besar untuk peningkatan<br />
ekonomi masyarakat melalui<br />
sektor Zakat. Zakat dapat menjadi salah<br />
satu sumber Pendapatan Asli <strong>Aceh</strong> (PAA) di<br />
masa akan datang. Potensi dan peluang itu<br />
sangat besar dan perlu diidentifikasi dan dilakukan<br />
terobosan baru dalam pengelolaaan<br />
Zakat. Hal itu disampaikan Hendra Saputra,<br />
S.Ag, Kepala Bidang Pendistribusian dan<br />
Pendayagunaan Zakat Baitul Mal <strong>Aceh</strong> ketika<br />
menerima Tabangun <strong>Aceh</strong> di ruang kerjanya,<br />
Rabu (3/8/<strong>2011</strong>).<br />
Menurut Hendra, saat ini belum ada satu<br />
negara pun yang menerapkan zakat sebagai<br />
sumber penerimaan negara/daerah. Di Indonesia<br />
sendiri hanya <strong>Aceh</strong> yang dapat dilegitimasi<br />
untuk mengimplementasikan ketentuan<br />
sesuai amanah undang-undang no.11/2006<br />
tentang Pemerintahan <strong>Aceh</strong>, khususnya<br />
Pasal 180 ayat (1) huruf d menyebutkan:<br />
“Zakat merupakan salah satu sumber Penerimaan<br />
Daerah (PAD) <strong>Aceh</strong> dan PAD Kabupaten/Kota”,<br />
dan Pasal 191: “Zakat, harta<br />
wakaf, dan harta agama dikelola oleh Baitul<br />
gedung keistimewaan di daerahnya. “Sejak<br />
tahun 2009 Pemerintah <strong>Aceh</strong> secara bertahap<br />
menganggarkan dana miliaran rupiah<br />
dari APBA untuk pembangunan gedung<br />
keistimewaan untuk Kaputen Bireun. Kami<br />
berharap gedung itu dapat segera dirampungkan<br />
agar dapat dihuni oleh intansiintansi<br />
terkait,” ujar Kepala Dinas Syariat<br />
Islam Kabupaten Bireun Drs H Umar Budiman<br />
saat ditemui Tabangun <strong>Aceh</strong> di ruang<br />
kerjanya, Selasa (9/8/<strong>2011</strong>).<br />
Kabid Dayah Salafi dan Terpadu DSI<br />
Bireun, Hamdani S.Ag, secara khusus mengajak<br />
Tabangun <strong>Aceh</strong> untuk meninjau kondisi<br />
gedung keistimewaan yang mereka juluki<br />
sebagai Islamic Development Building itu. Terletak<br />
di areal luas nan strategis di Jalan Raya<br />
Banda <strong>Aceh</strong> – Medan di bilangan Cot Gapu,<br />
gedung itu saat ini terlihat berdiri megah<br />
meskipun belum dapat difungsikan.<br />
Gedung berlantai tiga termasuk basement<br />
dengan ukuran 40 x 31 meter itu saat<br />
ditinjau Tabangun <strong>Aceh</strong> terlihat sepi dari hiruk<br />
pikuk pekerja. Dari amatan Tabangun <strong>Aceh</strong>,<br />
Mal <strong>Aceh</strong> dan Baitul Mal Kabupaten/Kota<br />
yang diatur dalam<br />
Qanun”, serta Pasal 192: “Zakat<br />
yang dibayar menjadi pengurang<br />
terhadap jumlah Pajak Penghasilan<br />
(PPh) terhutang dari wajib<br />
pajak.”<br />
“Apabila amanah undangundang<br />
ini dapat diimplementasikan<br />
dengan baik dan sungguhsungguh<br />
serta adanya kesadaran<br />
kolektif rakyat <strong>Aceh</strong> untuk menunaikan<br />
zakat, Insya Allah banyak<br />
mustahiq yang dapat terbantu<br />
dan terberdayakan dengan zakat ini,” kata<br />
Hendra.<br />
Pemerintah <strong>Aceh</strong> mempunyai otoritas penuh<br />
untuk memungut dan mengoptimalkan<br />
pengelolaan potensi zakat. “Pemerintah <strong>Aceh</strong><br />
dapat juga memaksa penduduknya yang beragama<br />
Islam untuk menunaikan zakat, sehingga<br />
apabila hal ini dapat dilaksanakan,<br />
maka jumlah zakat yang dikumpulkan akan<br />
terus meningkat secara signifikan. Dengan<br />
demikian semakin banyak kaum dhuafa<br />
beberapa bagian dari gedung keistimewaan<br />
itu masih belum selesai dikerjakan, meliputi<br />
keramik, instalasi listrik, instalasi air bersih,<br />
basement, cat, taman, lapangan upacara serta<br />
pekerjaan finishing lainnya.<br />
“Kami tak tahu kenapa pada tahun ini<br />
belum mulai dikerjakan pembangunan yang<br />
diproyeksikan secara multi years itu. Kabarnya<br />
untuk tahun <strong>2011</strong> akan dibangun pagar.<br />
Kami berharap gedung ini dapat segera<br />
dipacu pengerjaannya agar dapat difungsikan<br />
secepatnya atau paling lambat dapat<br />
dipakai pada tahun 2012 mendatang,” harap<br />
Hamdani.<br />
Menurut Hamdani, gedung keistime-<br />
yang terbantu dan terberdayakan”,<br />
ungkap Hendra.<br />
Saat ini, kata Hendra, zakat<br />
yang berhasil dikumpulkan Baitul<br />
Mal <strong>Aceh</strong> tahun 2010 hanya sebesar<br />
Rp.10.608.890.378.01. Jumlah<br />
ini sangat kecil dibandingkan<br />
dengan potensi zakat yang ada.<br />
Zakat pada Baitul Mal <strong>Aceh</strong> saat ini<br />
baru dipungut dari pegawai/PnS di<br />
lingkup Pemerintah <strong>Aceh</strong> dan hasil<br />
keuntungan perusahaan yang<br />
mengerjakan proyek dari APBA.<br />
Selain itu, Baitul Mal <strong>Aceh</strong> telah<br />
berhasil menyalurkan Rp 5.000.000.000,. (lihat<br />
tabel penyaluran zakat)<br />
Menurut Hendra, penyaluran zakat<br />
tersebut dibagi dua bentuk yaitu konsumtif<br />
dan produktif. untuk konsumtif program<br />
yang menjadi unggulan ialah santunan kepada<br />
fakir uzur. fakir uzur ialah orang tua<br />
yang masuk dalam katagori jompo, berasal<br />
dari keluaga fakir, dan tidak sanggup untuk<br />
bekerja. Mereka diberikan santunan sebesar<br />
Rp.200.000,-/bulan. Santunan ini terus<br />
LAPORAN KHUSUS<br />
Gedung Keistimewaan yang<br />
belum Istimewa<br />
waan itu sangat ditunggu-tunggu masyarakat<br />
Bireun untuk memudahkan koordinasi<br />
antarlembaga keislaman, pendidikan dan budaya<br />
di daerah setempat. Apalagi, kata dia,<br />
saat ini beberapa instansi keistimewaan Bireun<br />
tidak memiliki kantor sendiri.<br />
“Dinas Syariat Islam masih numpang di<br />
lantai 3 kantor Bupati, MAA dan MPD terpaksa<br />
menyewa kantor, sementara DKMA<br />
berkantor di masjid kantor bupati. Semuanya<br />
terpencar. Makanya gedung keistimewaan<br />
yang pembangunannya sudah dimulai sejak<br />
tahun 2009 itu belum istimewa di mata<br />
instansi-instansi tersebut,” ujar Hamdani.<br />
[hasan basri m nur]<br />
foto: HASAn BASRI M nuR<br />
hamDaNi, pegawai Dinas Syariat Islam Bireun, menunjuk ke arah gedung Keistimewaan Kabupaten<br />
Bireun yang belum rampung.<br />
Zakat sebagai Sumber Pendapatan Daerah<br />
No URaiaN 2005 2006 2007 2008 2009 2010 jUmlah<br />
a zakat/aSNaF<br />
“Pemerintah <strong>Aceh</strong> secara bertahap<br />
menganggarkan dana miliaran rupiah<br />
dari APBA untuk pembangunan gedung<br />
keistimewaan untuk Kabupaten Bireun.<br />
Kami berharap gedung itu dapat segera<br />
dirampungkan agar dapat dihuni oleh<br />
intansi-intansi terkait,”<br />
-- Drs h Umar Budiman --<br />
Kepala Dinas Syariat Islam Bireun<br />
hendRa saputRa<br />
REKAPITULASI PENYALURAN ZAKAT BAITUL MAL ACEH TAHUN 2005 S/D 2010<br />
1 fakir 17.232.000,00 113.050.000,0 297.750.000,00 412.870.000,00 489.027.000,00 937.395.000,00 2.267.324.000,00<br />
2 Miskin 155.679.360,00 1.054.443.505,4 595.294.000,00 752.575.000,00 846.356.400,00 896.211.000,00 4.300.559.265,40<br />
3 Amil <strong>16</strong>.592.839,00 86.317.131,7 120.839.000,00 226.600.400,00 235.536.600,00 413.834.500,00 1.099.720.470,70<br />
4 Muallaf 10.000.000,00 220.000,0 49.250.000,00 46.339.000,00 71.550.000,00 118.462.000,00 295.821.000,00<br />
5 fisabilillah 91.375.000,00 119.400.000,0 261.575.000,00 251.200.000,00 222.800.000,00 356.575.000,00 1.302.925.000,00<br />
6 Ibnu Sabil 81.510.000,00 223.860.000,0 453.800.000,00 479.500.000,00 568.500.000,00 832.500.000,00 2.639.670.000,00<br />
7 Gharim 920.000,00 - 148.650.000,00 232.129.000,00 44.185.000,00 39.005.000,00 464.889.000,00<br />
Sub jumlah 373.309.199,00 1.597.290.637,10 1.927.158.000,00 2.401.213.400,00 2.477.955.000,00 3.593.982.500,00 12.370.908.736,10<br />
B iNFak - - 1.485.284.000,00 967.330.000,00 20.474.900,00 2.500.000,00 2.475.588.900,00<br />
Sub jumlah - - 1.485.284.000,00 967.330.000,00 20.474.900,00 2.500.000,00 2.475.588.900,00<br />
jumlah a + B<br />
SumBeR: BAITul mAl <strong>Aceh</strong><br />
373.309.199,00 1.597.290.637,10 3.412.442.000,00 3.368.543.400,00 2.498.429.900,00 3.596.482.500,00 14.846.497.636,10<br />
diberikan sampai mereka meninggal dunia.<br />
Disamping itu, tempat tinggal mereka yang<br />
tidak layak huni akan direnovasi, sehingga<br />
menjadi layak huni.<br />
“untuk kesehatan, mereka diperiksa oleh<br />
dokter yang telah ditunjuk Baitul Mal, kemudian<br />
mereka juga diberikan alat kesehatan<br />
seperti kursi roda, tongkat dan sebagainya<br />
sesuai kebutuhan. Jumlah fakir uzur sampai<br />
dengan saat ini sebanyak 450 orang. Ke<br />
depan direncanakan akan ditambah sebanyak<br />
100 orang lagi,” sambung Hendra.<br />
Sementara untuk produktif, program<br />
yang menjadi unggulan ialah program zakat<br />
produktif dalam bentuk modal usaha. Zakat<br />
produktif ini dikelola oleh unit Pengelola<br />
Zakat Produktif (uPZP) yang telah terbentuk<br />
sejak tahun 2006. Kriteria penerima zakat<br />
produktif ini ialah memiliki iman dan taqwa,<br />
jujur dan amanah, dari keluarga kurang<br />
mampu, penghasilan lebih kecil dari kebutuhan<br />
hidup sehari-hari, memiliki tempat<br />
usaha yang tetap dan sanggup menjalankan<br />
semua ketentuan yang telah ditetapkan<br />
uPZP. Jumlah penerima zakat produktif ini<br />
sebanyak 1.700 orang lebih. Jumlah ini akan<br />
terus bertambah dalam tahun <strong>2011</strong>.<br />
Zakat Produktif ini sendiri terbagi kepada<br />
3 sektor, yaitu sektor perdagangan, pertanian,<br />
peternakan dan becak mesin. Modal<br />
usaha yang diberikan uPZP bervariasi tergantung<br />
pada usaha yang dijalankan. Zakat<br />
produktif ini bila dikelola dengan baik akan<br />
dapat meningkatkan perekonomian asnaf<br />
zakat/kaum dhuafa karena zakat yang disalurkan<br />
dalam bentuk modal usaha.<br />
Di samping kedua program unggulan<br />
tersebut, terdapat program lain yang tidak<br />
kalah penting yaitu bantuan beasiswa kepada<br />
mahasiswa kurang mampu yang sedang<br />
menyelesaikan studi, beasiswa kepada santri,<br />
santunan kepada keluarga miskin menjelang<br />
hari raya, pemibinaan daerah rawan<br />
akidah yang berada di daerah perbatasan<br />
seperti <strong>Aceh</strong> – Sumatera utara. [fzu]
LAPORAN KHUSUS<br />
Kepala Dinas Pendidikan<br />
<strong>Aceh</strong>, Drs Bakhtiar Ishak<br />
mengatakan, keresahan<br />
yang dialami para wali anak yatim<br />
atau piatu dan pengasuh anak yatim<br />
piatu terhadap kelanjutan biaya<br />
pendidikan anak asuhnya itu hal<br />
yang sangat wajar. Karena, mereka<br />
takut ganti pemimpin ganti program.<br />
Untuk program penyaluran bantuan<br />
pendidikan bagi anak yatim piatu ini, tegas<br />
Bakhtiar Ishak, tetap akan dilanjutkan. Alasannya,<br />
karena program ini merupakan program<br />
wajib Pemerintah yang mutlak harus<br />
dilaksanakan untuk pemberantasan kebodohan<br />
dan menunrunkan jumlah buta huruf<br />
dan angka masyarakat.<br />
Kedua program bantuan pendidikan bagi<br />
anak yatim piatu ini, memberikan dampak<br />
langsung kepada masyarakat, terutama terhadap<br />
menurunkan jumlah anak putus sekolah.<br />
Bahkan setelah program bantuan pendidikan<br />
bagi anak yatim piatu ini dilaksanakan<br />
empat tahun, tingkat bersekolah<br />
anak di <strong>Aceh</strong> mulai jenjang<br />
pendidikan SD, SMP sampai<br />
SMA, peringkatnya sudah berada<br />
jauh di atas rata-rata nasional.<br />
Itu artinya, kata Bakhtiar<br />
Ishak, bahwa program bantuan<br />
pendidikan bagi anak kurang<br />
mampu dari segi ekonomi ini<br />
sangat dibutuhkan dan jika pempimpin yang<br />
baru tidak melanjutkannya maka ia akan<br />
digugat dan dihujat rakyatnya.<br />
“ Jadi, dari beberapa hal tersebut di atas<br />
tadi, program bantuan pendidikan bagi anak<br />
yatim, piatu, yatim piatu, miskin, putus sekolah<br />
dan terlantar yang telah memberikan<br />
dampak yang sangat luas bagi dunia pendidikan<br />
di <strong>Aceh</strong> tetap dilanjutkan. DPRA, MPD,<br />
MPU, dan semua komponen masyarakat<br />
<strong>Aceh</strong> mendukung program ini wajib diteruskan<br />
dengan sistem yang lebih baik lagi,” tutur<br />
Kadis Pendidikan <strong>Aceh</strong> itu. [heri hamzah]<br />
Gubernur <strong>Aceh</strong> Irwandi Yusuf dan<br />
Wakilnya, Muhammad Nazar tidak<br />
lama lagi akan mengakhiri masa<br />
tugasnya sebagai Kepala Pemerintahan dan<br />
Wakil Kepala Pemerintahan <strong>Aceh</strong>, tepatnya<br />
pada tanggal 8 Februari 2012 mendatang.<br />
Berbagai pertanyaan pun mencuat di<br />
tengah masyarakat <strong>Aceh</strong>. Di luar proses suksesi<br />
(pilkada), masyarakat tentunya bertanyatanya<br />
dengan kelanjutan program prorakyat<br />
yang selama ini telah dijalankan kedua pemimpin<br />
tersebut.<br />
Salah satu kalangan yang paling menantikan<br />
kabar ini adalah para wali anak<br />
yatim, piatu, pengasuh anak yatim piatu,<br />
dan masyarakat miskin di <strong>Aceh</strong>. Kabar<br />
yang paling mereka nantikan adalah, program<br />
penyaluran bantuan pendidikan Rp<br />
1,8 juta setiap tahun untuk anak yatim,<br />
piatu, yatim piatu, miskin, putus sekolah,<br />
dan terlantar.<br />
Bukan apa-apa, persoalannya program<br />
bantuan pendidikan bagi anak yatim, piatu,<br />
yatim piatu, miskin, serta anak putus sekolah<br />
dan terlantar, dalam jumlah mencapai<br />
ratusan ribu orang itu, baru ada pada masa<br />
pemerintahan Gubernur Irwandi Yusuf dan<br />
Wakilnya Muhammad Nazar.<br />
Sebelum Irwandi-Nazar memimpin<br />
<strong>Tabloid</strong> TabaNGUN aCEH - <strong>Edisi</strong> <strong>16</strong> | aGUsTUs <strong>2011</strong> 11<br />
Memerdekakan Anak Yatim dari Kebodohan<br />
foto: IRfAn M. nuR<br />
SEjUmlah santri usai mengaji di balai pengajian tahzibul Akhlak, Addarul Munawarah, Paloh<br />
Gadeng, nisam.<br />
Kadis Pendidikan:<br />
Harus Tetap Dilanjutkan<br />
BakhtiaR ishak<br />
laporan penyaluran dana bantuan pendidikan<br />
bagi anak yatim, piatu, yatim piatu, miskin,<br />
terlantar, dan putus sekolah.<br />
Data jumlah anak yatim, piatu, yatim piatu, miskin, terlantar dan putus sekolah per<br />
kabupaten/kota penerima dana bantuan pendidikan tahun ajaran <strong>2011</strong>/2012<br />
kabupaten/kota : SD/mi Smp/mtsN Slta Dayah<br />
Sabang 277 180 135 3<br />
Banda <strong>Aceh</strong> 1.993 1.328 1.389 -<br />
<strong>Aceh</strong> Besar 2.660 2.287 1.268 189<br />
Pidie 4.460 3.138 2.255 122<br />
Pidie Jaya 1.145 632 737 94<br />
Bireuen 4.596 3.200 2.078 107<br />
Lhokseumawe 1.699 1.368 949 110<br />
<strong>Aceh</strong> utara 6.879 2.839 2.704 182<br />
<strong>Aceh</strong> timur 4.215 2.692 1.601 65<br />
Langsa 1.300 1.036 792 32<br />
<strong>Aceh</strong> tamiang 1.947 1.414 826 -<br />
<strong>Aceh</strong> tenggara 2.271 1.386 1.225 -<br />
Gayo Lues 950 617 446 13<br />
<strong>Aceh</strong> tengah 1.347 1.386 664 -<br />
Bener Meriah 1.355 857 723 -<br />
<strong>Aceh</strong> Jaya 1.059 739 507 55<br />
<strong>Aceh</strong> Barat 2.022 1.244 925 87<br />
nagan Raya 1.502 921 572 6<br />
<strong>Aceh</strong> Barat Daya 397 434 442 121<br />
<strong>Aceh</strong> Selatan 2.819 1.954 1.364 207<br />
Singkil 1.347 865 505 -<br />
Subulussalam 1.261 662 423 -<br />
Simeulue<br />
Sumber Dinas Pendidikan <strong>Aceh</strong><br />
745 627 545 -<br />
Program bantuan pendidikan untuk kalangan<br />
tidak mampu ini, merupakan refleksi dari<br />
ajaran Islam yang memerintahkan umatnya,<br />
terutama para pemimpin dan orang mampu,<br />
untuk menyantuni, mengasihi, dan menjamin<br />
pendidikan anak yatim, piatu, yatim piatu,<br />
miskin, putus sekolah, dan terlantar.<br />
<strong>Aceh</strong>, program yang sama memang sudah<br />
ada, tapi hanya berlaku dalam wilayah yang<br />
terbatas dengan jumlah yang terbatas pula.<br />
Tidak meluas seperti yang dilakukan Irwandi<br />
Yusuf dan Muhammad Nazar.<br />
Saat ini, setiap tahunnya tidak kurang<br />
dari 80.000-100.000 anak yatim, piatu, yatim<br />
piatu, miskin, serta anak putus sekolah<br />
dan terlantar, diberikan bantuan pendidikan<br />
sebesar Rp 1,8 juta. Tahun ini targetnya<br />
mencapai 115.000 anak dengan pagu anggaran<br />
Rp 188,7 miliar.<br />
Bagi Irwandi-Nazar, program bantuan<br />
pendidikan untuk kalangan tidak mampu<br />
ini, merupakan refleksi dari ajaran Islam<br />
yang memerintahkan umatnya, terutama<br />
para pemimpin dan orang mampu, untuk<br />
menyantuni, mengasihi, dan menjamin pendidikan<br />
anak yatim, piatu, yatim piatu, miskin,<br />
putus sekolah, dan terlantar. Apalagi,<br />
dalam undang-undang juga sudah disebutkan<br />
bahwa negara bertanggung jawab negara<br />
untuk memastikan kelanjutan pendidikan<br />
kalangan yang kurang beruntung ini.<br />
Tapi, tanpa ada itikad yang kuat dari para<br />
pemimpin negerinya, kewajiban menyantuni,<br />
mengasihi dan menyekolahkan anak yatim<br />
piatu tidak akan terprogram dengan baik dan<br />
berlanjut. [heri hamzah]<br />
• Setiap anak diberikan dana bantuan pendidikan Rp 1,8 juta/tahun<br />
• Batas penyaluran bantuan pendidikan untuk anak yatim, piatu, yatim piatu, miskin, putus<br />
sekolah dan terlantar sampai lulus SLtA (SMA/SMK/MA).
12<br />
<strong>Tabloid</strong> TabaNGUN aCEH - <strong>Edisi</strong> <strong>16</strong> | aGUsTUs <strong>2011</strong><br />
Menyahuti UUPA tentang Syariat<br />
Islam, Pemerintah <strong>Aceh</strong> telah menyusun<br />
berbagai strategi untuk<br />
mewujudkan masyarakat <strong>Aceh</strong> yang berkarakter<br />
mulia dan sejalan dengan nilai-nilai Islam.<br />
Pemerintah <strong>Aceh</strong> telah menetapkannya<br />
dalam visi pembangunan jangka panjang yaitu:<br />
ACEH YANG ISLAMI, MAJU, DAMAI<br />
DAN SEJAHTERA”.<br />
Islami yang dimaksudkan dalam visi<br />
pembangunan jangka panjang tersebut<br />
adalah kondisi masyarakat <strong>Aceh</strong> yang secara<br />
utuh menjalankan seluruh aspek kehidupannya<br />
berdasarkan nilai-nilai Islam serta memiliki<br />
akhlak mulia yang toleran, santun, taat<br />
beribadah, memiliki etika, mencintai perdamaian,<br />
memiliki ketahanan dan daya juang<br />
tinggi, cerdas, taat aturan, kooperatif dan<br />
inovatif serta menjunjung tinggi harkat dan<br />
martabat manusia.<br />
Demikian dikatakan Kepada Bappeda<br />
<strong>Aceh</strong>, Ir Iskandar M.Sc dalam wawancara<br />
dengan Tabangun <strong>Aceh</strong>, Senin (<strong>16</strong>/8/<strong>2011</strong>), di<br />
ruang kerjanya. ”Masyarakat <strong>Aceh</strong> yang islami<br />
dicirikan dengan terlaksananya pelaksanaan<br />
Syari’at Islam secara kaffah dalam semua sendi<br />
kehidupan dan terciptanya kerukunan hidup<br />
beragama,” kata mantan Deputi Pemberdaya-<br />
Tim Pemerintah <strong>Aceh</strong> yang dikoordinir<br />
oleh Bappeda <strong>Aceh</strong> dengan<br />
beberapa unsur SKPA lainnya dan<br />
melibatkan beberapa tokoh agama, unsur<br />
pimpinan Ormas melalukan kunjungan<br />
Safari Ramadhan 1432 H di tiga kabupaten<br />
yaitu <strong>Aceh</strong> Barat, Nagan Raya dan <strong>Aceh</strong> Jaya.<br />
Tujuan Safari Ramadhan ini adalah untuk<br />
meningkatkan ukhuwah dengan membangun<br />
komunikasi dan silaturrahmi sekaligus<br />
menyerap berbagai informasi pembangunan<br />
dan menampung aspirasi masyarakat sebagai<br />
bahan masukan untuk kebijakan pembangunan<br />
<strong>Aceh</strong> ke depan yang adil dan merata berdasarkan<br />
potensi dan karakteriktik daerah.<br />
Melakukan start pertama di kabupaten<br />
<strong>Aceh</strong> Barat, Tim Safari Ramadahan Pemerintah<br />
<strong>Aceh</strong> melakukan pertemuan dengan unsur<br />
pemerintah kabupaten <strong>Aceh</strong> Barat yang<br />
diterima oleh Sekdakab <strong>Aceh</strong> Barat. Kepala<br />
Bappeda <strong>Aceh</strong>, Ir Iskandar M.Sc, selaku Ketua<br />
Tim Safari Ramadhan Pemerintah <strong>Aceh</strong>,<br />
menyampaikan tujuan kedatangan tim adalah<br />
dalam rangka menghidupkan syiar agama<br />
dalam bulan Ramadhan, meningkat ukhuwah<br />
islamiah dengan saling bersilaturrahmi<br />
dan menjadi media penyampaian pesan dan<br />
informasi pembangunan kepada masyarakat<br />
dengan harapan masyarakat akan mengetahui<br />
dengan baik dinamika pembangunan<br />
<strong>Aceh</strong> yang telah, sedang dan akan berlangsung<br />
di <strong>Aceh</strong>. Hal yang sama juga disampai-<br />
kan kepada jajaran Pemkab Nagan Raya dan<br />
<strong>Aceh</strong> <strong>Aceh</strong> Jaya.<br />
Untuk mengefektifkan komunikasi<br />
dengan masyarakat, pada malam hari tim<br />
mengunjungi masjid-masjid gampong.<br />
Rombongan berinteraksi langsung dengan<br />
masyarakat setempat melalui berdiskusi,<br />
Shalat Isya dan Shalat Tarawih bersama. Di<br />
<strong>Aceh</strong> Barat, masjid yang dikunjungi adalah<br />
mesjid Gampong Manuang Tanjung Kawai<br />
XVI. Dalam kesempatan itu, Ketua Tim<br />
Safari Ramadhan, Iskandar, menyampaikan<br />
Bantuan Gubernur <strong>Aceh</strong> Irwandi Yusuf untuk<br />
pembangunan masjid dan diterima langsung<br />
oleh ketua panitia mesjid setempat.<br />
Di Nagan Raya, rombongan Safari Ramadhan<br />
mengunjungi Masjid Jami’ Jeuram.<br />
Dalam kunjungan itu Iskandar mewakili<br />
Gubernur <strong>Aceh</strong> juga menyerahkan Bantuan<br />
Pembangunan Masjid kepada Panitia Pembangunan<br />
Mesjid setempat.<br />
Kehadiran rombongan Safari Ramadhan<br />
mendapat sambutan hangat dari masyarakat<br />
setempat. Mereka sangat mendambakan<br />
kehadiran aparatur pemerintah di tengahtengah<br />
masyarakat untuk berdiskusi tentang<br />
arah pembangunan yang sedang dilakukan.<br />
Masyarakat menyambut kehadiran tim dengan<br />
suasana hangat dan penuh keakraban.<br />
Meski rombongan Pemerintah <strong>Aceh</strong> ini<br />
dibungkus dalam bingkai Safari Ramadhan,<br />
namun Ketua Tim mengkoordinir jajarannya<br />
untuk meluangkan waktu guna melakukan<br />
monitoring dan evaluasi terhadap proyekproyek<br />
yang sedang dilaksanakan.<br />
“Jika pada malam hari digelar pertemuan<br />
dengan masyarakat usai Shalat Tarawih,<br />
maka pada siang hari rombongan melakukan<br />
peninjauan lapangan atas proyek-proyek<br />
yang sedang dijalankan di daerah tersebut.<br />
Jadi ada manfaat ganda yang diperoleh, yaitu<br />
input dari masyarakat sekaligus melakukan<br />
monev,” ujar Ketua Rombongan Ir Iskandar<br />
kepada Tabangun <strong>Aceh</strong>, di sela-sela kunjungannya.<br />
Di Kabupaten <strong>Aceh</strong> Barat tim Safari<br />
Ramadhan meninjau beberapa proyek bersumber<br />
dari dana APBA, baik dalam bidang<br />
ekonomi, infrastruktur, pendidikan dan kesehatan.<br />
Selain itu, ditinjau pula kegiatan yang<br />
bersumber dari dana APBN seperti program<br />
peningkatan ekonomi rakyat yang didanai<br />
oleh Multi Donor Fund (MDF) yaitu program<br />
<strong>Aceh</strong> Economic Development Financing<br />
Facility (EDFF) yang dikoordinir oleh<br />
Bappenas dan Bappeda <strong>Aceh</strong>.<br />
Rombongan juga meluangkan waktu<br />
HABA <strong>BAPPEDA</strong><br />
Strategi Mewujudkan<br />
Masyarakat <strong>Aceh</strong> Berkarakter Islami<br />
Islami yang dimaksudkan dalam<br />
visi pembangunan jangka panjang<br />
adalah kondisi masyarakat <strong>Aceh</strong><br />
yang secara utuh menjalankan<br />
seluruh aspek kehidupannya<br />
berdasarkan nilai-nilai Islam serta<br />
memiliki akhlak mulia yang toleran,<br />
santun, taat beribadah, memiliki<br />
etika, mencintai perdamaian<br />
an Ekonomi dan Usaha Badan Rehabilitasi dan<br />
Rekonstruksi (BRR) NAD-Nias itu.<br />
Untuk tercapainya tujuan tersebut, tambah<br />
Iskandar, dapat ditempuh melalui penetapan<br />
sasaran-sasaran pokok, arah kebijakan<br />
dan tahapan pelaksanaan pembangunan<br />
masyarakat <strong>Aceh</strong> yang berakhlak mulia sesuai<br />
dengan nilai-nilai Islam diarahkan untuk<br />
memantapkan fungsi dan peran masyarakat<br />
dalam pembangunan dengan landasan moral<br />
dan etika sehingga menjadi kekuatan pendorong<br />
utama untuk terciptanya masyarakat<br />
yang sejahtera, aman dan damai. Sistem Pendidikan<br />
Islami merupakan sistem pendidikan<br />
yang didasarkan pada nilai-nilai Islam (Islamic<br />
value-based education), yang di dalamnya juga<br />
mengandung komponen-komponen pendidikan<br />
umum lainnya, seperti kurikulum, pengajaran,<br />
guru, siswa, manajemen, dan fasilitas.<br />
Iskandar menuturkan, ada empat pilar<br />
kebijakan yang harus ditempuh untuk mencapai<br />
sasaran pokok pembangunan jangka<br />
panjang tersebut, yaitu membangunan sumberdaya<br />
manusia yang islami, meningkatkan<br />
kualitas kerukanan hidup dalam masyarakat,<br />
pembangunan pemerintah yang baik dan<br />
bersih (clean and good governance) dan<br />
peningkatan pelaksanaan syari’at Islam.<br />
Sedangkan secara jangka menengah<br />
seperti tertera RPJM <strong>Aceh</strong>, kata Iskandar,<br />
ada beberapa strategi yang dilakukan oleh<br />
Pemerintah <strong>Aceh</strong> untuk pembangunan<br />
Syari’at Islam. Pertama, meningkatkatkan<br />
peran ulama dalam semua sektor kehidupan<br />
pemerintah dan masyarakat, meningkatkan<br />
kerja sama dan koordinasi keagamaan (baik<br />
dengan instansi terkait maupun lembaga<br />
keagamaan pada berbagai level). Kedua, meningkatkan<br />
kualitas pendidikan agama di<br />
sekolah-sekolah dan perguruan tinggi agar<br />
meningkatnya pengetahuan, pemahaman<br />
dan kesadarakan masyarakat tentang pelaksanaan<br />
Syari’at Islam. Ketiga, meningkatkan<br />
pengawasan tentang pelaksanaan syari’at Islam,<br />
serta keempat, meningkatkan pemberdyaan<br />
lembaga keagamaan dalam melakukan<br />
sertifikasi, penataausahaan, pengelolaan dan<br />
pemberdayaan harta agama. [aswarliam]<br />
Monitoring di Sela Safari Ramadhan<br />
untuk mengefektifkan komunikasi dengan<br />
masyarakat, pada malam hari tim Safari<br />
Ramadhan mengunjungi masjid-masjid<br />
gampong. Mereka berinteraksi langsung<br />
dengan masyarakat setempat melalui diskusi,<br />
Shalat Isya dan tarawih bersama, serta<br />
menyerahkan bantuan pembangunan masjid<br />
dari Gubernur <strong>Aceh</strong>.<br />
iskandaR<br />
untuk mengunjungi kantor Caritas Checz<br />
Republic (CCR) <strong>Aceh</strong> Barat yang melakukan<br />
program pembangunan ekonomi rakyat<br />
khususnya petani nilam. Kepala Bappeda<br />
juga turut berdialog langsung dengan petani<br />
nilam, koordinator koperasi industri petani<br />
nilam terkait permasalahan yang dihadapi<br />
di lapangan serta progres sejauh mana program<br />
itu telah berjalan.<br />
Sedangkan di Kabupaten Nagan Raya,<br />
selain berkunjung pada proyek APBA dan<br />
APBN, tim Safari Ramadhan juga berkempatan<br />
mengunjungi kegiatan yang didanai<br />
oleh Multi Donor Fund (MDF) yaitu program<br />
peningkatan pembangunan ekonomi<br />
rakyat EDFF di Nagan Raya, Canadian Cooperatives<br />
Association (CCA) yang menjalankan<br />
program pembudidayaan ikan air<br />
tawar, lahan percontohan pembudidayaan<br />
ikan air tawar di Desa Lhokseumot Kecamatan<br />
Beutong dengan luas area 4500 m2 serta<br />
berdiskusi langsung dengan Project Manager<br />
CCA Henny Butfheim dan para fasilitator<br />
program tersebut mengenai permasalahan<br />
yang terjadi di lapangan. [aswar liam, sari]<br />
DoK. <strong>BAPPEDA</strong><br />
tim Safari Ramadhan Pemerintah <strong>Aceh</strong> berdiskusi dengan staf pengelola project EDff di tempat<br />
pembudidayaan ikan tawar (project EDff) di nagan Raya.
HABA <strong>BAPPEDA</strong><br />
<strong>Tabloid</strong> TabaNGUN aCEH - <strong>Edisi</strong> <strong>16</strong> | aGUsTUs <strong>2011</strong> 13<br />
Pemerintah <strong>Aceh</strong> Mensosialisasikan<br />
Formulasi Dana TDBH Migas dan Otsus 2012<br />
tahun 2012 merupakan tahun terakhir<br />
pelaksanaan RPJM <strong>Aceh</strong> periode kepemimpinan<br />
Gubernur Irwandi Yusuf dan<br />
Muhammad nazar, namun masih banyak<br />
program prioritas yang belum terlaksana<br />
secara tuntas seperti JKA, BKPG, Beasiswa<br />
Anak Yatim dan Beasiswa S1, S2<br />
dan S3 bagi masyarakat <strong>Aceh</strong> yang berprestasi.<br />
Karena kegiatan tersebut dianggap<br />
sangat urgen, maka perlu dilakukan kesinambungan<br />
pada tahun 2012.<br />
Untuk menyamakan visi tentang formulasi<br />
TDBH Migas dan Dana Otsus<br />
tahun 2012, Bappeda menggelar<br />
pertemuan dengan para bupati/walikota<br />
se-<strong>Aceh</strong>, DPRK se-<strong>Aceh</strong>, para Kepala Bappeda<br />
kabupaten/kota se–<strong>Aceh</strong>, para Kepala<br />
SKPA dan Tim Anggaran Pemerintah <strong>Aceh</strong><br />
(TAPA). Pertemuan itu dibuka oleh Sekretaris<br />
Daerah <strong>Aceh</strong> Teuku Setia Budi berlangsung<br />
Senin (25/7/<strong>2011</strong>) di Aula Majid Ibrahim<br />
Bappeda <strong>Aceh</strong>.<br />
Menurut Setia Budi, alokasi Pagu Indikatif<br />
Dana TDBH Migas dan Otsus untuk<br />
Tahun 2012 telah dialokasikan sesuai surat<br />
Gubernur <strong>Aceh</strong> No. 902/2741 tanggal 2<br />
Februari <strong>2011</strong> perihal Program dan Kegiatan<br />
Kabupaten/Kota Sumber TDBH Migas dan<br />
Dana Otsus tahun 2012. Pagu indikatif dana<br />
otsus sebesar Rp.4.510.656.496.500 dan<br />
TDBH Migas Rp.612.542.382.000. Namun<br />
setelah dilakukan perkiraan kembali, maka total<br />
dana Otsus tahun 2012 disesuaikan kembali<br />
menjadi Rp.4.750.000.000.000 dan dana<br />
TDBH Migas sebesar Rp.726.135.103.000.<br />
Lebih lanjut Setia Budi menyebutkan, tahun<br />
2012 merupakan tahun terakhir pelaksanaan<br />
RPJM <strong>Aceh</strong> periode kepemimpinan<br />
Irwandi Yusuf - Muhammad Nazar, namun<br />
masih banyak program prioritas yang belum<br />
terlaksana secara tuntas seperti JKA,<br />
BKPG, Beasiswa Anak Yatim dan Beasiswa<br />
S1, S2 dan S3 bagi masyarakat <strong>Aceh</strong> yang<br />
berprestasi. Karena kegiatan tersebut dianggap<br />
sangat urgen, maka perlu dilakukan<br />
kesinambungan pada tahun 2012. Untuk<br />
itu, Pemerintah <strong>Aceh</strong> mengambil kebijakan<br />
penganggaran bersama antara Pemerintah<br />
Provinsi dan Kabupaten/Kota berdasarkan<br />
formulasi dana Otsus dan TDBH Migas<br />
sesuai Qanun No.2/2008. Untuk itu,<br />
dia meminta kearifan semua pihak untuk<br />
mencermati kembali alokasi dana tersebut<br />
dengan menyesuaikan program kegiatan<br />
untuk tahun 2012.<br />
Dr Islahuddin M.Sc yang bertindak sebagai<br />
narasumber formulasi pembagian otsus<br />
dan TDBH Migas. Namun belum habis<br />
Islahuddin menyampaikan materinya terjadi<br />
beberapa kali instruksi dari peserta sehingga<br />
forum sedikit tegang. Beberapa peserta dari<br />
kabupaten/kota memprotes terhadap kebijakan<br />
Pemerintah <strong>Aceh</strong> tentang adanya kegiatan<br />
prioritas provinsi dijadikan beban anggaran<br />
bersama dengan kabupaten/kota dari<br />
sumber dana otsus. Hal ini dikawatirkan akan<br />
berkurang jatah kabupaten/kota dari sumber<br />
dana Otsus dan Migas sehingga memberikan<br />
dampak perubahan pembangunan kabupaten/kota<br />
yang telah disepakati dengan DPRK<br />
ADCF, Wadah Lembaga Donor dan NGO di <strong>Aceh</strong><br />
Pada umumnya lembaga-lembaga<br />
internasional dalam kerangka kerjanya<br />
berbasis pada fakta-fakta pencapaian<br />
Tujuan Pembangunan Millennium<br />
(Millennium Development Goals/MDGs)<br />
dan target-target global lainnya. Oleh karenanya,<br />
ini adalah peluang terbaik untuk memanfaatkan<br />
dana-dana internasional untuk<br />
membantu Pemerintah <strong>Aceh</strong> dalam melaksanakan<br />
berbagai strategi dalam penanganan<br />
masalah-masalah besar dan kompleks.<br />
Beberapa lembaga donor seperti World<br />
Bank, GIZ, IDB, USAID, Ausaid, MDF,<br />
Uni Eropa, UN agency dan lain-lain,<br />
tetap menjalankan programnya di <strong>Aceh</strong><br />
sampai tahun 2012. Dibantu oleh NGO<br />
internasional dan nasional serta lokal sebagai<br />
pihak yang melaksanakan programprogram<br />
donor juga berkomitmen untuk<br />
membantu kesinambungan pembangunan<br />
<strong>Aceh</strong>, terutama membantu meningkatkan<br />
kapasitas masyarakat.<br />
ADCF dibentuk sebagai lembaga yang<br />
mewakili pemerintah <strong>Aceh</strong> dalam menfasilitasi<br />
hubungan kerjasama dengan lembaga-lembaga<br />
donor dan NGO. Kegiatan<br />
utama dari ADCF adalah mengkoordinir<br />
lembaga-lembaga donor dan mitra pelaksana<br />
untuk menyusun rencana kerjanya di<br />
<strong>Aceh</strong>, memantau proses pelaksanaan, serta<br />
mengevaluasi hasilnya untuk kemudian<br />
akan dirumuskan dalam sebuah feedback<br />
bagi lembaga donor sendiri. Komunitas<br />
forum ini dinahkhodai oleh Muzaillin Af-<br />
-- t Seutia Budi --<br />
Sekda <strong>Aceh</strong><br />
Lingkup Kerja ADCF<br />
fan yang sehari-hari sebagai akademisi di<br />
Universitas Syiah kuala.<br />
Beberapa aktivitas ADCF yang akan<br />
dilaksanakan diantaranya adalah, Donor<br />
Coordination Meeting, Consultative Meeting,<br />
pertemuan informal antardonor dan<br />
antara donor dengan lembaga pelaksana,<br />
serta pembentukan Steering Committeeyang<br />
bertujuan untuk memberikan pertimbangan<br />
terhadap intervensi donor di <strong>Aceh</strong>.<br />
Selain itu juga ADCF bisa melakukan<br />
Monitoring dan Evaluasi terhadap kegiatan<br />
yang dijalankan lembaga donor dan mitra<br />
pelaksananya dan memberikan rekomendasi<br />
kepada pemerintah <strong>Aceh</strong>.<br />
Kegiatan ADCF selama ini mendapat<br />
dukungan dari UNICEF dan LOGICA<br />
2-Ausaid sehingga sekretariat bisa terus<br />
berfungsi. Nantinya akan dibuat satu<br />
website atau blog yang akan dikoneksikan<br />
langsung dari website Bappeda <strong>Aceh</strong><br />
dan sekretariat Provinsi <strong>Aceh</strong> sehingga<br />
bisa diakses oleh semua orang. Forum ini<br />
juga akan memanfaatkan data-data dari<br />
RAN Database dan akan mengefektifkan<br />
penggunaan media tersebut untuk memfasilitasi<br />
penyediaan informasi mengenai<br />
aktivitas donor.<br />
ADCF berkantor di <strong>BAPPEDA</strong> <strong>Aceh</strong>,<br />
Jl. Tgk Mohd Daud Beureueh No.26 Telp<br />
(0651)21440 Fax(0651)33654, Banda<br />
<strong>Aceh</strong>.Coordinator sekretariat Sdr Chaidir<br />
(HP. 081360986600), Humas Sdr Samsuar<br />
(HP.08126903714).c<br />
foto: DEDEK MG<br />
paRa pejabat dari seluruh kabupaten/kota di <strong>Aceh</strong> hadir dalam sosialisasi formulasi tDBH Migas dan<br />
Dana otsus 2012 di Aula Majid Ibrahim Kantor Bappeda <strong>Aceh</strong>, Senin (25/7/<strong>2011</strong>).<br />
Setelah berakhirnya masa rehabilitasi<br />
dan rekonstruksi <strong>Aceh</strong> yang ditandai<br />
bubarnya Badan Rehabilitasi dan<br />
Rekonstrukdi (BRR) NAD-Nias disusul<br />
Badan Kesinambungan Rekontruksi <strong>Aceh</strong><br />
(BKRA), keberadaan lembaga-lembaga donor<br />
dan NGO di <strong>Aceh</strong> seperti kehilangan<br />
arah. Mereka tampak seperti berjalan sendiri-sendiri,<br />
kesulitan dalam koordinasi, sharing,<br />
sering tumpang tindih program dan<br />
kurangnya pengawasan dari pemerintah<br />
daerah. Sementara pada sisi lain, keberadaan<br />
mereka masih sangat dibutuhkan dan dirasakan<br />
cukup membantu pemerintah <strong>Aceh</strong><br />
dalam mengisi kesinambungan pembangunan<br />
<strong>Aceh</strong> pascabencana tsunami.<br />
Lembaga donor dan implementernya<br />
seringkali hanya melihat output dari sebuah<br />
program/project, tanpa memperhatikan<br />
impact dan benefit kepada masyarakat luas.<br />
Ini diakibatkan dari kurangnya respons dari<br />
lembaga-lembaga pemerintah sendiri untuk<br />
memberikan arah yang jelas dalam menyalurkan<br />
bantuan bagi masyarakat.<br />
Beranjak dari realita di atas, Bappeda<br />
<strong>Aceh</strong> sebagai badan yang mengkoordinir<br />
pembangunan <strong>Aceh</strong>, merasa perlu membentuk<br />
suatu lembaga atau forum yang<br />
bisa memfasilitasi dan menjadi mediasi bagi<br />
lembaga-lembaga donor dan NGO-NGO<br />
yang ingin berpartisipasi dalam membangun<br />
<strong>Aceh</strong>. Karenanya, Bappeda <strong>Aceh</strong> menginisiasi<br />
pembentukan suatu lembaga yang<br />
diberi nama <strong>Aceh</strong> Development Community<br />
Forum (ADCF) sebagai solusinya.<br />
Kepala Bappeda <strong>Aceh</strong> Ir Iskandar M.Sc<br />
mengatakan, dengan dibentuknya ADCF sebagai<br />
lembaga yang dibentuk Bappeda <strong>Aceh</strong>,<br />
khusus mewadahi lembaga donor dan NGO<br />
masing-masing kabupaten/kota.<br />
Menanggapi permasalahan tersebut,<br />
Kepala Bappeda <strong>Aceh</strong>, Ir Iskandar, mengatakan<br />
bahwa pagu yang disosialisasi hari itu<br />
masih dalam bentuk indikatif atau belum<br />
final dan masih memungkinkan terjadi perubahan.<br />
“Karena itulah acara ini dilakukan<br />
agar kita dapat mencermati dan memberi<br />
kontribusi,” tutur Iskandar.<br />
Di penghujung acara, Iskandar menyampaikan<br />
bahwa pagu definitif mengenai otsus<br />
dan migas akan ditetapkan pada bulan September<br />
setelah pembahasan dengan DPRA,<br />
sedangkan mengenai dengan penolakan terhadap<br />
pembebanan anggaran bersama pada<br />
beberapa kegiatan prioritas Pemerintah <strong>Aceh</strong><br />
oleh sebagian kabupaten/kota akan disampaikan<br />
ke Gubernur <strong>Aceh</strong> untuk mengambil<br />
kebijakan lebih lanjut. [aswar liam]<br />
yang melakukan aktifitas di <strong>Aceh</strong>, maka forum<br />
ini dapat dijadikan sebagai wadah untuk<br />
diskusi dan sharing informasi mengenai<br />
implementasi, kerjasama dan permasalahan<br />
tentang program yang sedang dijalankan<br />
oleh lembaga donor dan NGO sebagai mitra<br />
kerja Pemerintah <strong>Aceh</strong>.<br />
“Kegiatan utama dari ADCF adalah<br />
mengkoordinir lembaga-lembaga donor dan<br />
mitra pelaksana untuk menyusun rencana<br />
kerjanya di <strong>Aceh</strong>, memantau proses pelaksanaan,<br />
serta mengevaluasi hasilnya untuk<br />
kemudian akan dirumuskan dalam sebuah<br />
feedback bagi lembaga donor sendiri,” ungkap<br />
Iskandar dalam pertemuan perdana ADCF<br />
beberapa waktu lalu.<br />
Lebih lanjut Iskandar mengatakan, forum<br />
ini diharapkan dapat memainkan peran<br />
penting untuk memberikan objective yang<br />
jelas dan meng-effective-kan bantuan-bantuan<br />
luar negeri, baik yang dikelola oleh pemerintah<br />
maupun yang dilaksanakan oleh UN<br />
Agencies, NGO (nasional/internasional),<br />
dan pihak swasta lainnya. “Forum ini ke<br />
depan bisa lebih banyak lagi perannya dalam<br />
memfasilitasi dan memediasi lembaga-lembaga<br />
donor dan NGO yang bekerja membantu<br />
<strong>Aceh</strong>, katanya.<br />
“Pemerintah <strong>Aceh</strong> sangat mengharapkan<br />
dan terus berupaya mengundang<br />
lembaga-lembaga donor dan NGO internasional<br />
untuk terus berpartisipasi membantu<br />
<strong>Aceh</strong> dalam melanjutkan kesinambungan<br />
pembangunan pascaberakhirnya era rehab<br />
rekon, ujar Iskandar seraya mengharapkan<br />
agar lembaga-lembaga donor, NGO internasional/nasional/lokal<br />
untuk berpartisipasi<br />
dalam forum itu. [Samsuar, Public Communication<br />
ADCF]
14 <strong>Tabloid</strong> TabaNGUN aCEH - <strong>Edisi</strong> <strong>16</strong> | aGUsTUs <strong>2011</strong> APA KATA MEREKA<br />
DAyAh DI <strong>Aceh</strong><br />
Hari ini, masyarakat<br />
dayah sudah bisa<br />
berbangga hati karena<br />
pendidikan dayah sudah<br />
mendapat perhatian<br />
dari pemerintah,<br />
sejak dibentuknya<br />
Badan Pembinaan Pendidikan<br />
dayah (BPPD).<br />
Ibaratnya, kami-kami<br />
di dayah ini sudah ada<br />
orangtua tempat mengadu jika menghadapi<br />
permasalahan.<br />
Pemerintah sudah melakukan banyak<br />
hal untuk membantu pembangunan dayahdayah<br />
di <strong>Aceh</strong>. Ini sebuah kemajuan yang<br />
sangat baik jika dibandingkan dengan kondisi<br />
dayah sebelumnya.<br />
Kuasa Usaha Kedutaan RI untuk<br />
Kerajaan Belanda, Umar Hadi,<br />
membuka pertemuan bisnis delegasi<br />
Pemerintah Kota Sabang dan BPKS dengan<br />
30 pengusaha Belanda di Kedubes RI di Den<br />
Haag Kamis (21/07/<strong>2011</strong>) siang. Delegasi<br />
Jika ada kemauan, apa saja dapat dikerjakan<br />
dalam upaya mendulang rupiah.<br />
Memiliki rumah di lokasi strategis tentu<br />
sangat menguntungkan jika kita memiliki<br />
jiwa bisnis. Sebaliknya, membiarkan rumah<br />
itu terbengkalai sama artinya melarang rupiah<br />
untuk singgah memasuki kocek kita.<br />
Bisnis butuh keberanian dan inovasi.<br />
Dengan keyakinan inilah, Zulhadi Usman<br />
(29) melakukan terobosan dan memberanikan<br />
diri terjun dalam bisnis. Dengan modal<br />
rumah milik keluarga di Jalan T Nyak Arif,<br />
lelaki ulet ini menyulap rumah tua berukuran<br />
besar itu untuk menjajakan aneka makanan<br />
dan minuman demi memanjakan lidah warga<br />
Banda <strong>Aceh</strong>.<br />
Rumah besar yang terletak sekitar 100<br />
meter dari lampu stop Jambo itu kini telah<br />
dipermak dan ditata dengan nuansa mewah<br />
untuk memberikan kenyamanan bagi penikmat<br />
makanan. Diakui Zulhadi, awal mula<br />
keberanian menggerakkan bisnis kuliner ini<br />
adalah dalam rangka menyambut Visit Banda<br />
<strong>Aceh</strong> Year <strong>2011</strong> yang dicanangkan Pemko<br />
Banda <strong>Aceh</strong>.<br />
“Tempat ini kami desain cocok untuk<br />
semua kelas masyarakat, pebisnis, muda mudi<br />
dan tentunya sangat nyaman bagi keluarga<br />
yang hendak makan bareng. Apalagi tempat<br />
ini sangat mudah dijangkau dan lahan parkir<br />
Untuk ke depannya, pemerintah juga<br />
perlu memperhatikan program pendidikan<br />
informasi dan teknologi (IT) di setiap dayah<br />
yang ada di <strong>Aceh</strong>, terutama dayah-dayah terpadu.<br />
Karena perkembangan IT begitu pesat<br />
saat ini, sehingga mulai menjadi kebutuhan<br />
bagi pendidikan di dayah.<br />
Bisa dilihat perkembangan saat ini. Jika<br />
santri mendapatkan waktu libur dan bisa keluar<br />
dari dayah, mereka langsung dihadapkan<br />
dengan kehidupan perkembangan tekonologi<br />
yang begitu pesat, mulai dari telpon seluler<br />
hingga internet.<br />
ntuk itu, pemberian fasilitas dan ilmu<br />
tentang teknologi informasi ini menjadi<br />
penting bagi perkembangan dayah. Dengan<br />
memahami IT para santri juga bisa mengembangkan<br />
ilmunya dengan mendapat infor-<br />
Sabang yang sudah hampir seminggu melakukan<br />
promosi pariwisata dan investasi di<br />
negara-negara Eropa tersebut dipimpin oleh<br />
Walikota Sabang Munawar Liza Zainal. Sedangkan<br />
kalangan pengusaha Belanda yang<br />
hadir termasuk dari perusahaan perkapalan,<br />
sangat memadai,” ujar Zulhadi kepada Tabangun<br />
<strong>Aceh</strong>, Selasa (<strong>16</strong>/8/<strong>2011</strong>) malam.<br />
Pemuda kelahiran Lhokseumawe 29 September<br />
1982 ini memberi nama untuk badan<br />
usahanya itu “Banda Steak”, karena menu<br />
utama yang ditawarkan adalah steak, selain<br />
menyediakan berbagai makanan cita rasa nasional<br />
dan manca negara.<br />
Zulhadi menawarkan berbagai makanan<br />
yang cocok untuk segala kalangan, baik masyarakat<br />
lokal, wisatawan nasional dan juga<br />
turis mancanegara. “Harga sangat terjangkau<br />
untuk semua kantong, termasuk terjangkau<br />
bagi kalangan mahasiswa dan pelajar,” ungkap<br />
pria yang juga mengelola Jroeh Studio.<br />
Di antara menu yang ditawarkan Banda<br />
Steak adalah: Beef Steak, Chicken Steak,<br />
Sirloin Steak, Tender Loin Steak, Chicken<br />
Grilles, Soup Iga, Soto Ayam, Nasi Goreng,<br />
Ayam Khalifah, Ice Cream. Selain itu juga<br />
menyediakan aneka juice termasuk juice<br />
strawbery sebagai andalan. “Usai puasa nanti,<br />
kita akan sediakan juga mie spagheti khas<br />
Italia dan beberapa menu Eropa lainnya,”<br />
sambung Zulhadi ramah.<br />
“Untuk menyiapkan aneka makanan itu,<br />
kami mendatangkan koki ahli dari luar <strong>Aceh</strong>.<br />
Saat ini kami memiliki karyawan 7 orang.<br />
Mereka siap melayani tamu dengan ramah<br />
dan santun dengan menempatkan pelang-<br />
masi dari berbagai lembaga pendidikan Islam<br />
di luar <strong>Aceh</strong>, bahkan di luar negeri.<br />
Tengku Iqbal Hanafiah<br />
Pimpinan Dayah Babul Khairi,<br />
Julok-<strong>Aceh</strong> Timur<br />
_________<br />
Pemerintah harus<br />
memperhatikan kesejahteraan<br />
guru-guru<br />
di dayah. Saat ini sangat<br />
tidak proporsional<br />
jumlah honor yang diterima<br />
guru dayah dengan<br />
aktifitas dan pengabdian<br />
yang diberikan<br />
para guru.<br />
Walikota Sabang Paparkan Potensi <strong>Aceh</strong><br />
kepada Pengusaha Belanda<br />
foto: fAuZI uMAR<br />
walikota Sabang Munawar Liza Zainal sedang memaparkan sejumlah potensi dan peluang usaha<br />
di Kawasan Sabang di Ruang nusantara KBRI Den Haag (21 Juli <strong>2011</strong>).<br />
perusahaan travel, asosiasi pengusaha perikanan,<br />
konsultan keuangan dan para pengusaha<br />
lainnya yang tertarik mempelajari potensi<br />
investasi di Sabang.<br />
Dalam pembukaan pertemuan tersebut<br />
Umar Hadi mengatakan bahwa Sabang<br />
dan <strong>Aceh</strong> merupakan wilayah yang sangat<br />
strategis serta mempunyai potensi yang sangat<br />
besar untuk dikembangkan. Karena itu<br />
pihaknya siap memfasilitasi dan mempromosikan<br />
Sabang untuk mempercepat kemajuan<br />
dimasa akan datang. Umar juga menawarkan<br />
agar Sabang dan <strong>Aceh</strong> dapat berpartisipasi<br />
pada Pasar Malam Indonesia di Malieveld<br />
Den Haag yang akan digelar pada awal tahun<br />
2012.<br />
Sementara itu, Walikota Sabang Munawar<br />
Liza Zainal memaparkan 3 hal di depan<br />
para pengusaha Belanda yang memadati ruang<br />
Nusantara KBRI, yaitu letak geografi<br />
Sabang, sejarah hubungan Sabang dan <strong>Aceh</strong><br />
dengan Belanda serta potensi dan keunggulan<br />
Sabang. Munawar juga menyampaikan<br />
beberapa insentif bagi kalangan penguasaha<br />
yang berminat berusaha di Sabang seperti<br />
adanya kebijakan bebas bea masuk dan pajak<br />
barang mewah di kawasan Sabang, serta<br />
Menyulap Rumah Jadi Café<br />
gan sebagai raja,” ungkap suami dari Meilina<br />
Novita itu.<br />
“Ke depan kami akan menyiapkan ruang<br />
khusus untuk meeting dan family room. Sehingga<br />
dapat melayani mereka yang ingin kumpul-kumpul,<br />
buka puasa bareng, reunian, arisan,<br />
halal bi halal, dan lain-lain,” sambungnya.<br />
Pemilik Banda Steak memiliki solidaritas<br />
tinggi dan mau berbagi atas keuntungan<br />
yang diperoleh dengan anak-anak. Ini antara<br />
paRa tamu memadati Cafe Banda Steak menjelang waktu berbuka puasa.<br />
Bisa dibayangkan dengan jumlah honor<br />
Rp 1 juta per tahun, dengan biaya hidup para<br />
guru yang besar, tentunya angka ini tidak<br />
mencukupi.<br />
Dayah adalah pondasi bagi pendidikan<br />
generasi penerus di provinsi <strong>Aceh</strong>. Bisa<br />
dibayangkan jika para guru tidak bisa bekerja<br />
secara profesional dan optimal hanya<br />
karena harus melakukan pekerjaan sampingan<br />
untuk memenuhi kebutuhan hidup<br />
mereka.<br />
Kami sangat berharap perhatian semua<br />
pihak, pemerintah dan masyarakat, agar bisa<br />
membantu meningkatkan kesejahteraan para<br />
guru dayah.<br />
M. Hasyim Usman<br />
Warga Banda <strong>Aceh</strong><br />
kemudahan perizinan satu atap yang dikoordinir<br />
BPKS.<br />
Selain itu, Munawar juga menyampaikan<br />
bahwa pertemuan dengan pengusaha Belanda<br />
ini dimaksudkan untuk mempromosikan<br />
potensi alam dan pariwisata <strong>Aceh</strong> kepada<br />
masyarakat Belanda. “Belanda merupakan<br />
pintu gerbang Eropa yang sangat penting<br />
dan strategis untuk memajukan suatu kawasan<br />
pariwisata Sabang dan <strong>Aceh</strong>”, kata<br />
Munawar didampingi Deputi Umum BPKS<br />
Lukman Age, Kepala Bidang Promosi Dinas<br />
Kebudayaan dan Pariwisata Kota Sabang M.<br />
Ali Taufik, Dr. Muhammad Subhan, anggota<br />
DPRK Kota Banda <strong>Aceh</strong> Mukhtar, Zulfan<br />
dan Muhammad Taufik.<br />
Pada pertemuan tersebut, sejumlah pengusaha<br />
menyatakan minat untuk melihat<br />
langsung potensi Sabang, dan menjajaki untuk<br />
melakukan kunjungan langsung ke Sabang<br />
dalam waktu dekat. Bahkan salah satu<br />
pengusaha Tour dan Travel, yakni Deva Tour<br />
yang berbasis di Utrech akan menjual paket<br />
promosi ke Sabang dengan harga khusus<br />
discount hingga 50 % dalam rangka menyukseskan<br />
Sabang Regata Internasional pada<br />
bulan September <strong>2011</strong> mendatang. [fzu]<br />
lain ditandai kesediaan pemilik Banda Steak<br />
menyediakan voucer makan gratis bagi murid<br />
TK, SD/MIN yang menjadi pemenang<br />
Lomba Mewarnai dan TTS yang digelar <strong>Tabloid</strong><br />
Tabangun <strong>Aceh</strong> setiap edisi.<br />
“Dengan berbagi, rezeki semakin berkah<br />
dan anak-anak yang mendapat voucer<br />
makan gratis juga akan merasa mendapat<br />
penghargaan atas prestasi yang diraihnya.<br />
bulqaini ilyas<br />
foto: DoK. BAnDA StEAK
<strong>Edisi</strong> <strong>16</strong><br />
nama : ................................................................<br />
Alamat Rumah : ................................................................<br />
Sekolah / Alamat : ................................................................<br />
Kelas : ................................................................<br />
mendatar :<br />
1.Perkakas untuk memukul atau menancapkan paku 3.teman makan nasi 5.Hari raya setelah<br />
bulan ramadhan 9.Kata untuk melarang 10.nama buah untuk sayuran 11.ular besar dalam<br />
dongeng Cina 13.Mulut sungai, tempat bertemunya sungai dan laut 14.Sari, pati <strong>16</strong>.tidak<br />
mudah berubah, teguh pendiriannya 19.tidak sakit 22.tahun Islam 26.Bulan dimana umat<br />
Islam diwajibkan berpuasa 30.Jika 31.Binatang (Bhs. Inggris) 33.Enak (Bhs. <strong>Aceh</strong>) 35.Salah<br />
satu waktu shalat 37.Sebutan lain untuk tanah air Indonesia 39.upah 41.Kartu Hasil Studi<br />
(singkat) 42/55.Salah satu Pahlawan nasional dari <strong>Aceh</strong> 44.Yang ditangkap oleh indera<br />
penciuman 45.Saya dan kamu 47.nama nabi 48.Sekolah Menengah umum (singkat) 49.Sial,<br />
apes 52.tidak jinak, bukan peliharaan 54.Salah satu Kabupaten di pantai barat <strong>Aceh</strong> 56.Alas<br />
kaki 57.Air yang diperas dari isi buah kelapa.<br />
menurun :<br />
1.Kapan (Bhs. <strong>Aceh</strong>) 2.Sebutan lain untuk binatang bersayap 3.Angkasa 4.Peralatan masak<br />
5.tidak lupa 6.Cerdik pandai atau pemikir dalam Islam 7.Beranda 8.Cantik dan sedap dipandang<br />
mata 12.Makna 15.Sampai 17.udang kering 18.Kain (Bhs. <strong>Aceh</strong>) 20.Membaca huruf demi huruf<br />
21.Sedia, tersedia 22.Kosong 23.Jaminan Kesehatan <strong>Aceh</strong> (singkat) 24.Harga (Bhs. <strong>Aceh</strong>)<br />
25.tidak kasar 26.Hutan 27.Madrasah Aliyah negeri (singkat) Panas (Bhs. Inggris) 29.tidak<br />
sekarang 32.Lawan syurga 34.Cantik mempesona 36.Bersih, tak bernoda 37.Kebangsaan<br />
38.Mobil pengangkut orang sakit 40.Berhenti atau istirahat sejenak 42.Alat penjepit 43.umur<br />
45.Ruang belajar 46.taman Pendidikan Al-Qur’an 50.Mesin uang, Automatic teller Machine<br />
(singkat) 51.usul, nasehat 53.Merah (Bhs. Inggris) 55.ujian Akhir nasional (singkat).<br />
jawaBaN ttS EDiSi 15 :<br />
mendatar :<br />
1.Paru, 3.Air, 5.Pala, 7.nil, 9.Adam, 10.Ikan, 12.Kuda, 13.RSu, 15.Arab, <strong>16</strong>.unta, 18.Akal,<br />
20.Bunga, 23.Sawit, 25.Rimba, 27.Pulau, 28.Inong, 31.Gaun, 33.Asia, 35.Pikun, 38.Selasar,<br />
41.Ingin, 44.utara, 46.India, 48.teman, 51.untung, 54.Jantho, 57.Alpa, 58.Pena, 59.Hilang,<br />
60.Gol, 61.Ibarat.<br />
menurun :<br />
1.Pengkab, 3.undang, 3.Alur, 4.Rabu, 5.Pusaka, 6.Akibat, 9.Abu, 11.nol, 14.Subulussalam,<br />
17.nadi, 19.Amin, 21.ulangan, 22.Alpen, 23.Sauna, 24.Irigasi, 25.Ranup, 26.Milik, 29.obel,<br />
30.Gurun, 32.uks, 34.SAR, 36.Insan, 37.utu, 39.Erat, 40.Asin, 42.nya, 43.Indah, 45.ton, 47.Iba,<br />
49.Elang, 50.Aspal, 51.upah, 52.Asia, 53.Gang, 54.Jari, 55.naga, 56.naga.<br />
<strong>Tabloid</strong> TabaNGUN aCEH - <strong>Edisi</strong> <strong>16</strong> | aGUsTUs <strong>2011</strong> 15<br />
Nama-nama pemenang ttS tabloid tabangun aceh <strong>Edisi</strong> 15<br />
1.m.irfan, Kelas III-B, SDn Arun, Jln Balik Papan (Komplek Pt.Arun) Batuphat Lhoksumawe, 2.halyssa Febrina, Kelas IV-a, Lut tawar, takengon, 3.Raihanatu Fajriati putri, Kelas VI, SDn 8 Sabang, 4.laina<br />
misqa Nadhifa, kelas V –b, SDn I Blang Mangat Punteut, aceh utara, 5.zammara amelia putri, Kelas V-a, SDn I Matang Seulimeng Langsa, 6.Firman Syah, Kelas VI, MIn Bandar Khalifah, sugai Iyu, Kec.<br />
Bendahara, <strong>Aceh</strong> teuming.<br />
ttS ini diperuntukkan bagi siswa-siswi SD/MI. Kirimkan jawaban ke alamat redaksi, d/a Bappeda <strong>Aceh</strong>, Jl.Muhammad Daud Beureueh Banda <strong>Aceh</strong>, dengan menyertai potongan ttS dan menulis identitas diri (nama, ttL, Alamat<br />
Sekolah). Di sudut kiri amplop ditulis ttS Anak. Hadiah akan dikirim ke alamat sekolah masing-masing (redaksi)<br />
BRi (Bank Rakyat indonesia) menyediakan bingkisan untuk masing-masing pemenang:<br />
Gambar mewarnai di atas diperuntukkan bagi siswa-siswi tK/SD/MI. Warnailah, lebih baik menggunakan paStEl/kRaYoN. Gunting (boleh difoto copy) dan kirimkan ke alamat redaksi d/a Bappeda<br />
<strong>Aceh</strong> Jl.Muhammad Daud Beureueh Banda <strong>Aceh</strong>, dengan mengisi identitas diri. Di sudut kiri amplop ditulis “MEWARnAI”. BRI (Bank Rakyat Indonesia) menyediakan 6 bingkisan sekolah kepada 6 karya<br />
terbaik. Hadiah akan dikirim ke alamat sekolah masing-masing.<br />
nama Siswa : ................................................................<br />
nama Sekolah : ................................................................<br />
<strong>Edisi</strong> <strong>16</strong><br />
Nama-nama pemenang mewarnai tabloid tabangun aceh <strong>Edisi</strong> 15<br />
1.Nisaul munawarah, Kelas V, SDn I Simpang ulim, <strong>Aceh</strong> timur, 2.m.akmal, Kelas IV-b, SDn Lampeunurut, 3.Nathasya aida Fitri, Kelas o,Besar, tK Muskana, Jl.Pocut Baren Banda <strong>Aceh</strong>, 4.Naufal akram,<br />
Kelas I, SDn 9, Jln Sudirman tapaktuan, <strong>Aceh</strong> Selatan, 5.putri Nursabila, kelas II, SDn Bunga Bangsa Lamie, kec.Darul Makmu, nagan Raya, 6. Melia Ula Safira, Kelas IV, SDn 3 Percontohan, Pante Gajah Matang<br />
Glumpang II, Kab.Biereun<br />
Rubrik Kreatifitas Anak terselenggara<br />
atas dukungan dan kerjasama dengan<br />
Kepada pemenang Rubrik Anak juga diberikan<br />
voucher makan gratis di Khalifah Resto Cafe.<br />
Alamat Sekolah : ................................................................<br />
Kelas : ................................................................
<strong>16</strong><br />
<strong>Tabloid</strong> TabaNGUN aCEH - <strong>Edisi</strong> <strong>16</strong> | aGUsTUs <strong>2011</strong><br />
Pelopor Pendidikan <strong>Aceh</strong><br />
Kerja keras Gubernur <strong>Aceh</strong> Drh<br />
Irwandi Yusuf MSc untuk membangkitkan<br />
kembali dunia pendidikan<br />
<strong>Aceh</strong> pascakonflik dan bencana<br />
tsunami, mendapat simpati dari masyarakat<br />
internasional. Bahkan, sebuah universitas<br />
terkemuka di Malaysia (University Pendidikan<br />
Sulthan Idris/UPSI), memberikan<br />
pengakuannya atas kerja keras Pemerintah<br />
<strong>Aceh</strong>, dengan menganugerahkan gelar<br />
Doktor Kehormatan (Honoris Causa/HC)<br />
kepada sang Gubernur Irwandi Yusuf.<br />
Gelar Doktor HC tersebut disematkan<br />
kepada Gubernur Irwandi --yang juga dosen<br />
Fakultas Kedokteran Hewan Unsyiah--<br />
dalam acara Wisuda Akbar (Convocation)<br />
Ke-13 UPSI, Selasa (26/07/<strong>2011</strong>) lalu.<br />
Adapun gelar yang diberikan adalah dalam<br />
bidang Kepemimpinan dan Pembangunan<br />
Pendidikan.<br />
Gelar DR HC ini sebagai bukti pengakuan<br />
UPSI atas kepeloporan Irwandi<br />
Yusuf dalam membangkitkan kembali dunia<br />
pendidikan <strong>Aceh</strong> yang sempat terpuruk<br />
pascakonflik panjang dan bencana tsunami<br />
yang meluluhlantakkan hampir sepanjang<br />
pesisir <strong>Aceh</strong>, 26 Desember 2004 lalu.<br />
Anugerah Doktor Kehormatan ini<br />
terasa semakin istimewa karena diberikan<br />
hanya sepekan menjelang peringatan hari<br />
hari ulang tahun ke-51 Irwandi Yusuf, yang<br />
tahun pada 2 Agustus lalu.<br />
Namun demikian, gelar ini tidak serta<br />
merta membuat Irwandi jumawa. Seperti<br />
dilansir Kompas.com, Rabu (27/07/<strong>2011</strong>),<br />
Irwandi akan menjadikan penghargaan ini<br />
untuk terus mempersembahkan yang terbaik<br />
bagi rakyat <strong>Aceh</strong>.<br />
“Rasanya biasa saja, sama seperti sebelumnya.<br />
Tetapi, bagaimana pun, saya pastilah<br />
berterima kasih kepada Universiti Pendidikan<br />
Sulthan Idris yang telah memberikan penghargaan<br />
ini. Paling tidak, efeknya terhadap<br />
saya adalah saya harus terus mengembangkan<br />
dunia pendidikan dan teknologi di <strong>Aceh</strong>,” uja<br />
rnya kepada Kompas.com di Jakarta, Rabu<br />
(27/7/<strong>2011</strong>).<br />
Saat menerima anugerah itu di UPSI,<br />
Gubernur Irwandi menyampaikan orasi ilmiah<br />
terkait dengan implementasi tiga program<br />
utama pembangunan di <strong>Aceh</strong>, yaitu<br />
pengembangan sumber daya manusia melalui<br />
Komisi Beasiswa <strong>Aceh</strong> (KBA), Jaminan<br />
Kesehatan <strong>Aceh</strong> (JKA), dan pembangunan<br />
ekonomi rakyat, seperti melalui Program<br />
Bantuan Keuangan Peumakmu Gampong<br />
(BKPG) dan lainnya.<br />
Sekadar diketahui, untuk mengatasi<br />
keterpurukan <strong>Aceh</strong> akibat konflik dan tsunami,<br />
Pemerintah <strong>Aceh</strong> di bawah kepemimpinan<br />
Irwandi Yusuf membentuk Komisi<br />
Beasiswa <strong>Aceh</strong> (KBA). Lembaga yang<br />
kini dinamai Lembaga Peningkatan Sumber<br />
Daya <strong>Aceh</strong> (LPSDM) ini memberikan beasiswa<br />
kepada putra-putri <strong>Aceh</strong> untuk melanjutkan<br />
studi program magister (S2) dan<br />
doktoral (S3). Terutama ke luar negeri, di<br />
antaranya ke Eropa, Australia, Amerika,<br />
dan Timur Tengah.<br />
Menurut Irwandi, program investasi<br />
sumber daya manusia (SDM) yang dibiayai<br />
Pemerintah Provinsi <strong>Aceh</strong> ini memberangkatkan<br />
ratusan pelajar <strong>Aceh</strong> belajar ke<br />
universitas-universitas terkemuka di dunia<br />
setiap tahun.<br />
“Kami perkirakan, <strong>Aceh</strong> akan memiliki<br />
sedikitnya 2.000 doktor dari berbagai<br />
disiplin ilmu pada tahun 2020 yang akan<br />
menjalankan pembangunan <strong>Aceh</strong> ke depan.<br />
Termasuk memanfaatkan sumber daya<br />
alam guna meningkatkan kesejahteraan dan<br />
keadilan bagi rakyat,” kata pria, yang terkenal<br />
dengan nama Teungku Agam saat konflik<br />
mendera <strong>Aceh</strong>, ini optimistis.<br />
Dalam orasi ilmiahnya di UPSI, Tgk<br />
Agam mengatakan, pembangunan yang<br />
sedang dijalankan Pemerintah <strong>Aceh</strong> adalah<br />
pembangunan seimbang antara pembangunan<br />
lahiriah-material dan spiritual-batiniah.<br />
[zamnur usman]<br />
untuk<br />
foto: HuMAS PEMERIntAH ACEH<br />
GUBERNUR <strong>Aceh</strong> Irwandi Yusuf (tengah) bersama jajaran Senat universitas Pendidikan Sulthan Idris (uPSI) Malaysia, pada acara Wisuda Akbar (Convocation) Ke-13 uPSI, Selasa<br />
(26/07/<strong>2011</strong>) lalu.<br />
Sekilas Tentang UPSI<br />
Universitas Pendidikan Sultan Idris (uPSI)<br />
adalah sebuah universitas publik di kota tanjung<br />
Malim, Perak. uPSI didirikan pada tahun 1922<br />
dan tercatat sebagai salah satu lembaga<br />
pendidikan tinggi tertua di Malaysia. Awalnya<br />
dikenal dengan nama Sultan Idris training<br />
College (SItC) dan didirikan oleh Sir Ro Winstedt<br />
sebagai akademi pelatihan untuk guru Melayu.<br />
nama Idris merujuk kepada Sultan dari Perak,<br />
Idris Azam Shah Sultan Murshidul.<br />
Dalam Bahasa Melayu, SItC dikenal dengan<br />
nama Maktab Perguruan Sultan Idris (Bahasa<br />
Inggris: Sultan Idris teachers College ) atau<br />
MPSI. Pada tahun 1976, MPSI menjadi copendidikan<br />
dengan pengakuan batch pertama<br />
dari 150 siswa perempuan. Pada tahun 1987,<br />
MPSI ditingkatkan dan namanya menjadi Institut<br />
Perguruan Sultan Idris (Bahasa Inggris: Sultan<br />
Idris teachers Institute) atau IPSI dan program<br />
baru dibuat mengarah ke gelar yang diberikan<br />
oleh universiti Pertanian Malaysia (sekarang<br />
dikenal sebagai universiti Putra Malaysia).<br />
IPSI ditingkatkan menjadi sebuah universitas<br />
penuh bantalan namanya sekarang pada tanggal<br />
1 Mei 1997 disesuaikan dengan rencana oleh<br />
Malaysia untuk meningkatkan jumlah guru<br />
lulusan di sekolah dasar dan menengah.<br />
• kampus<br />
Kampus utama uPSI terletak di lokasi seluas<br />
80 hektar di kota tanjung Malim yang mencakup<br />
kawasan perbatasan Perak dan Selangor. Sebuah<br />
kampus baru sedang dibangun pada areal seluas<br />
800-acre (3,2 km 2) di kota baru Proton Kota,<br />
sekitar 5 kilometer dari kampus saat ini .<br />
• akademisi<br />
uPSI menawarkan program sarjana dan<br />
pascasarjana di 8 fakultas, yaitu: fakultas<br />
Musik dan Seni Pertunjukan, fakultas Bisnis<br />
dan Ekonomi, fakultas Ilmu Kognitif dan<br />
Pembangunan Manusia, fakultas teknologi<br />
Informasi dan Komunikasi, fakultas Bahasa,<br />
fakultas Sains dan teknologi, fakultas Ilmu<br />
Sosial dan Humaniora, fakultas Ilmu olah Raga.