02.07.2013 Views

Ilmu Pengetahuan Sosial

Ilmu Pengetahuan Sosial

Ilmu Pengetahuan Sosial

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

254<br />

Wawasan <strong>Sosial</strong><br />

Sistem tanam paksa (Cultuurstelsel)<br />

juga dikritik karena mematikan<br />

usaha perkebunan swasta di<br />

Hindia Belanda. Kritikan ini ditulis<br />

oleh pengusaha perkebunan,<br />

Fransen van de Putte, dalam artikel<br />

Suiker Contracten (Perjanjian<br />

Gula).<br />

Gambar 9.8 Multatuli (1820–1887),<br />

nama aslinya Douwes<br />

Dekker penulis buku<br />

Max Havelaar.<br />

Sumber: Ensiklopedi Umum untuk<br />

Pelajar<br />

5) Masyarakat Indonesia mengenal jenis-jenis tanaman,<br />

teknik penanaman, dan pertanian yang baru.<br />

6) Perluasan jaringan jalan raya untuk kepentingan tanam<br />

paksa.<br />

c. Masa Liberal<br />

Pelaksanaan sistem tanam paksa yang menyengsarakan<br />

masyarakat akhirnya mendapat kritikan dari berbagai pihak.<br />

Tokoh-tokoh penentang cultuurstelsel di antaranya adalah<br />

sebagai berikut.<br />

1) E.F.E. Douwes Dekker lewat bukunya yang berjudul<br />

Max Havelaar<br />

Akibat kritikan Douwes Dekker atau yang dikenal<br />

dengan nama Multatuli, Belanda mengganti politik<br />

tanam paksa dengan politik pintu terbuka. Dalam<br />

bukunya, Multatuli mengemukakan keadaan pemerintahan<br />

kolonial yang zalim dan korup di Jawa. Buku itu<br />

menjadi senjata bagi kaum liberal untuk melancarkan<br />

protes atas pelaksanaan tanam paksa.<br />

2) Baron van Hoevell<br />

Baron van Hoevell adalah mantan pendeta yang<br />

menyaksikan sendiri penderitaan rakyat akibat tanam<br />

paksa. Baron van Hoevell membela rakyat Indonesia<br />

melalui pidato-pidatonya di DPR Nederland.<br />

3) Fransen van der Putte yang menulis Suiker Contracten.<br />

Hasil dari perdebatan di parlemen Belanda adalah<br />

dihapuskannya cultuurstelsel secara bertahap mulai tanaman<br />

yang paling tidak laku sampai dengan tanaman yang laku<br />

keras di pasaran Eropa. Secara berangsur-angsur<br />

penghapusan cultuurstelsel adalah sebagai berikut.<br />

a. Pada tahun 1860, penghapusan tanam paksa lada.<br />

b. Pada tahun 1865, penghapusan tanam paksa untuk teh<br />

dan nila.<br />

c. Pada tahun 1870, hampir semua jenis tanam paksa telah<br />

dihapuskan.<br />

Setelah dihapuskannya tanam paksa, kaum pengusaha swasta<br />

leluasa mengatur tanah jajahan demi keuntungan pribadi.<br />

UU Agraria Tahun 1870 membuka jalan bagi pihak swasta<br />

untuk menanamkan modalnya di Indonesia sehingga<br />

banyak investor swasta asing, seperti Inggris, Belgia, Prancis,<br />

Amerika Serikat, Cina, dan Jepang yang menanamkan<br />

modalnya di Indonesia. Dengan demikian, perkebunan di<br />

Indonesia meningkat dengan pesat. Akan tetapi, sistem ini<br />

pun tidak lebih baik dibanding sistem sebelumnya. Sistem<br />

ekonomi terbuka telah mematikan para pengusaha pribumi<br />

yang memiliki modal kecil.<br />

Sistem yang buruk tersebut dibiarkan oleh pemerintah<br />

kolonial Belanda. Bahkan, pemerintah kolonial mengeluarkan<br />

aturan yang merugikan kaum buruh pribumi. Misalnya,<br />

pada tahun 1881 pemerintah kolonial Belanda mengeluarkan<br />

Undang-Undang Koelie Ordonantie yang mengatur para kuli.<br />

<strong>Ilmu</strong> <strong>Pengetahuan</strong> <strong>Sosial</strong> SMP dan MTs Kelas VII

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!