Ketika_Cinta_Bertasbih_Episode_2Bab25-Tamat
Ketika_Cinta_Bertasbih_Episode_2Bab25-Tamat
Ketika_Cinta_Bertasbih_Episode_2Bab25-Tamat
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
saja santriwatinya. Masak sih tidak juga ada satu orang pun yang<br />
mau.” ”Mungkin ini juga ikhtiar yang harus kakak tempuh.” ”Ya<br />
coba saja Kak. Kata orang Arab yang sering Husna dengar dari para<br />
ustadz man jadda wajada. Siapa yang sungguh-sungguh akan<br />
mendapatkan apa yang diinginkannya.”<br />
”Benar Dik. Tapi enaknya ke pesantren mana ya?” ”Menurut Husna<br />
ya dimulai yang paling dekat dan paling dikenal. Tak ada salahnya<br />
dicoba dulu Pesantren Wangen.”<br />
”Masak muternya ke Pesantren Wangen lagi?”<br />
”Kenapa memangnya?”<br />
”Malu sama Kiai Lutfi.”<br />
”Malu kalau dikira mau melamar anaknya yang janda? Ya kakak<br />
jelaskan saja minta santriwatinya. Kakak jelaskan apa adanya. Minta<br />
santriwati yang cocok untuk kakak. Pak Kiai pasti akan bijak dan<br />
legowo. Banyak juga kok kak santriwati di Wangen yang tak kalah<br />
dengan Vivi.” Husna mencoba menyemangati kakaknya.<br />
”Oh ya kak hampir lupa. Husna pernah hutang sama Anna lima juta<br />
untuk biaya administrasi rumah sakit. Mumpung ingat. Kakak<br />
bayarkan ya. Kalau bisa hari ini biar tidak lupa lagi. Tidak enak<br />
rasanya. Sudah hampir satu tahun lho kak. Jangan-jangan Anna<br />
sebenarnya perlu dengan uang itu tapi malu menagihnya.” ”Baik<br />
nanti sore insya Allah kakak akan ke sana.”<br />
* * *<br />
Sore itu Kiai Lutfi dan Bu Nyai Nur membantu putrinya Mengemasi<br />
dan merapikan barang-barang yang akan dibawa terbang ke Cairo.<br />
Sudah satu tahun lebih Anna di Indonesia. Tesis yang ditulisnya<br />
401<br />
Edited Edited Edited Edited by by by by : : : : Bon Bon----q97 Bon Bon q97 q97 q97